Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Kesadaran akan hancurnya sumber daya alam akibat aktivitas manusia
mengangkat isu perlindungan lingkungan dan kesadaran lingkungan perilaku
konsumen. Hal ini, pada gilirannya, telah meningkatkan permintaan akan produk
hijau di pasar di seluruh dunia. Produk hijau didefinisikan sebagai produk yang
diproduksi dengan menggunakan bahan bebas racun dan prosedur ramah
lingkungan, dan yang disertifikasi oleh organisasi yang diakui (Gurau dan Rachhod,
2005) dalam (Kumar, 2015:1).
Salah satu produk ramah lingkungan yang saat ini dikembangkan, yakni
produk lampu LED yang diproduksi melalui penggunaan materi ramah lingkungan
dalam operasional pabrik. Penggunaan mesin produksi lampu yang lebih efisien
dan hemat energi, untuk mengurangi emisi CO2 yang dihasilkan. Juga penggunaan
glass recycle sebagai dasar pembuatan lampu yang dapat didaur ulang hingga tiga
kali dibandingkan bahan sebelumnya (Okezone, 2016). Lampu LED atau light
emiting deodes adalah dioda semikonduktor yang menghasilkan cahaya dengan
mengumpulkan muatan yang ada di semikonduktor pada celah pita energi yang
relevan (Azocleantech, 2012).
Salah satu organisasi sertifikasi peralatan elektronik yang telah diakui
keberadaannya yaitu Energy Star. Energy Star adalah program bantuan sukarela
yang didedikasikan untuk membantu individu melindungi lingkungan melalui
efisiensi energi. Tanda Energy Star adalah simbol nasional untuk efisiensi energi,
sehingga memudahkan konsumen dan bisnis untuk mengidentifikasi produk, rumah
hemat energi, bangunan komersial dan industri berkualitas tinggi. Energy Star
membedakan apa yang efisien atau lebih baik untuk lingkungan tanpa mengabaikan
fitur atau kinerja. Produk yang mendapatkan tanda Energy Star mencegah emisi gas
Page 2
rumah kaca dengan memenuhi pedoman efisiensi energi ketat yang ditetapkan oleh
US Environmental Protection Agency (Eco label index, 2012).
Produk lampu LED yang telah mendapatkan label Energy Star memberikan
fitur luar biasa dan menggunakan sedikit energi. Hemat energi membantu untuk
mengurangi tagihan listrik dan melindungi lingkungan dengan mengurangi emisi
gas rumah kaca (https://energystar.gov/).
Lampu LED bersertifikasi Energy Star memberikan :
a. Penghematan Energi Besar: Berlangsung lebih dari 12 tahun, dan menghemat
energi dan uang sepanjang waktu.
b. Manfaat Lingkungan: Melindungi planet bumi untuk momen spesial generasi
mendatang.
c. Distribusi Cahaya: Pencahayaan dengan kecerahan dan warna yang tepat.
d. Kinerja Mutu Tertinggi: Sempurna untuk memaksimalkan dampak dari semua
momen spesial (https://energystar.gov/).
Page 3
1.2 Latar Belakang Penelitian
Pemanasan global (global warming) menjadi isu yang diperbincangkan
sejak lama. Berbagai dampak negatif dari fenomena tersebut terus dirasakan
manusia sampai saat ini. Bahkan, berdasarkan rumor dan spekulasi ilmiah yang
beredar, nasib Bumi akan berakhir akibat pemanasan global yang mana akan
mencairkan bongkahan es di kutub utara dan selatan, sehingga menyebabkan
permukaan air laut naik. Jika ke depannya iklim bumi semakin tidak stabil akibat
efek pemanasan global, maka permukaan air laut akan semakin tinggi dan
menyebabkan sebagian besar permukaan tanah di bumi tenggelam (Liputan6,
2015).
Pemanasan global salah satunya disebabkan oleh karbon dioksida
berlebihan. Pasalnya, karbon dioksida membuat lapisan ozon berlubang, panas
matahari yang berlebih, es kutub mencair, hingga permukaan air laut meningkat
(Liputan6, 2017). Karbon dioksida dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil
menjadi salah satu penyebab utama perubahan iklim. Kalau manusia terus
menghasilkan CO2 seperti sekarang, rata-rata suhu bumi akan naik 6 derajat celsius
pada akhir abad ini, menurut temuan sebuah studi (Dw, 2014).
Indonesia menjadi negara terbesar dalam kebutuhan energi di Asia
Tenggara mencapai 44% dari total kebutuhan energi di kawasan tersebut disusul
Malaysia sebesar 23% dan Thailand 20%. Data Asean Center for Energy juga
mengungkap bahwa energi fosil diperkirakan akan mendominasi permintaan energi
di kawasan tersebut mencapai 80% pada 2030 (Bisnis, 2016).
Dalam hal kebutuhan penggunaan energi, Indonesia tergolong negara yang
boros dalam penggunaan energi. Salah satu indikatornya adalah potensi
penghematan energi Indonesia di berbagai sektor, termasuk rumah tangga, yang
berdasarkan sebuah kajian mencapai 10%-35%. Salah satu penyebab boros energi
di Indonesia tersebut adalah penggunaan energi yang tidak efisien dan tidak sesuai
kebutuhan. Ke depan kebutuhan energi akan terus meningkat. Di sisi lain, cadangan
minyak dan gas bumi semakin berkurang. Ini akan menyebabkan masalah besar
dalam penyediaan energi nasional. Pasalnya, hingga saat ini 95% kebutuhan energi
Page 4
nasional masih dipenuhi dari energi fosil dan baru 5% yang dipenuhi energi
terbarukan (Pikiran rakyat, 2017).
Penghematan listrik dapat mengurangi kerusakan lingkungan hidup,
efisiensi energi merupakan solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan
kerusakan lingkungan hidup. Saat ini sebagian besar energi yang digunakan di
Indonesia berasal dari pembakaran energi fosil yang mengakibatkan pemanasan
global, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup. Banyak cara dan upaya
untuk penghematan listrik atau efisiensi energi, salah satunya dengan menggunakan
lampu hemat energi. Lampu LED atau Light Emitting Diode pada saat ini sudah
populer dan banyak digunakan. Bahkan bisa dikatakan lampu LED pada saat ini
sudah mulai mendapat perhatian masyarakat dikarenakan memiliki banyak
kelebihan dibandingkan dengan lampu jenis lainnya. Dengan keunggulan seperti
hemat biaya listrik dan lebih ramah lingkungan menjadi kelebihan lampu LED yang
menyebabkan lampu ini mulai dilirik banyak orang (Neraca, 2013).
Berikut ini adalah data mengenai jumlah konsumsi lampu listrik di
Indonesia :
Tabel 1.1 Jumlah konsumsi lampu listrik di Indonesia
Sumber : Data yang diadaptasi dari Asosiasi Perlampuan Indonesia
Tabel 1.1 menjelaskan mengenai jumlah konsumsi lampu pijar, lampu CFL,
dan lampu LED. Berdasarkan tabel tersebut pada tahun 2012 sampai dengan tahun
2017 konsumsi lampu pijar dan CFL terus mengalami penurunan jumlah konsumsi
yang di sebabkan oleh berpindahnya pengguna lampu pijar dan CFL ke lampu LED.
Di samping itu jumlah konsumsi lampu LED terus mengalami kenaikan dari tahun
Page 5
2012 sampai dengan tahun 2017. Meskipun lampu LED terus mengalami kenaikan,
jumlah konsumsi lampu CFL masih tetap merupakan lampu dengan jumlah
konsumsi paling tinggi dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017, pada tahun 2017
lampu CFL menguasai pasar dengan jumlah 180 juta konsumen atau sebesar 52%.
Lampu LED memiliki berbagai keunggulan yang diantaranya yaitu hemat
energi dan ramah lingkungan, Berikut ini adalah perbandingan konsumsi listrik
pada berbagai jenis lampu:
Tabel 1.2 Perbandingan konsumsi listrik pada berbagai jenis lampu
No Lumens Lampu Pijar Lampu Cfl Lampu Led
1 450 Lm 40 W 9 W 5 W
2 850 Lm 60 W 12 – 15W 7 – 10W
3 1600 Lm 100 W 23-28 W 14- 19 W
Efisiensi - 75-80 % 85-90 %
Sumber : www.energysavingtrust.com
Tabel 1.2 menunjukan karakteristik perbedaan cahaya yang di keluarkan
oleh masing-masing lampu, hasilnya menunjukan efisiensi energi pada lampu LED
menghemat listrik sebesar 85-90% apabila dibandingkan dengan lampu pijar.
Lampu LED dapat menawarkan penghematan yang sesungguhnya kepada uang dan
lingkungan (Energy saving trust, 2016). Dengan penggunaan daya yang lebih
sedikit daripada lampu pijar dan CFL, konsumsi kW / jam per tahun berkurang, dan
akan menurunkan emisi CO2 (Blue and green tomorrow, 2015).
Page 6
Selain memiliki keunggulan efisiensi dari segi konsumsi energi, lampu LED
juga memiliki dampak lingkungan sebagai berikut :
Tabel 1.3 Perbandingan Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan
antara Lampu LED dan Non LED
No Lampu LED Lampu Non LED
1 Tidak menggunakan Merkuri
atau Air raksa
Menggunakan Merkuri atau Air
raksa
2 Dapat didaur ulang Sukar didaur ulang
3 Usia lampu yang panjang Usia lampu relatif singkat
Sumber : www.nationalgeographic.com, www.energy.gov, www.kompas.com
Tabel 1.2 menjelaskan perbandingan antara lampu LED dengan non LED
dari segi dampak lingkungan yang ditimbulkan. Lampu LED tidak mengandung air
raksa, juga dapat didaur ulang sehingga mengurangi emisi karbon dioksida yang
terserap atmosfer. Sedangkan di dalam lampu CFL terdapat kandungan merkuri dan
setiap CFL mengandung 5 miligram air raksa dalam wujud uap dan jika sebuah
lampu CFL pecah, maka air raksanya akan tersebar melalui udara, terhirup dan
mengakibatkan kerugian bagi makhluk hidup. (National geographic, 2013).
Kandungan merkuri ini mengakibatkan lampu sukar didaur ulang, bahkan merusak
lingkungan. (Kompas, 2011). Produk lampu LED memiliki masa pakai 30.000
sampai 50.000 jam atau bahkan lebih lama. Lampu pijar berlangsung sekitar 1.000
jam,CFL yang sebanding, 8.000 sampai 10.000 jam. sehingga lampu LED
menghasilkan limbah yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan lampu
lainnya (https://www.energy.gov/)
Terciptanya produk-produk hemat energi dan ramah lingkungan seperti
lampu LED tidak luput dari kesadaran masyarakat akan kerusakan lingkungan yang
di sebabkan oleh penggunaan produk. Green marketing digunakan oleh perusahaan
sebagai strategi untuk membangun citra perusahaan dan memberikan value untuk
Page 7
perusahaan. Menurut wahid dan rahbar (2011) green marketing tools seperti eco-
label, eco-brand dan environmental advertisement dapat mempengaruhi perilaku
pembelian konsumen yang akan mengarahkan konsumen untuk membeli produk
ramah lingkungan. Mempelajari faktor-faktor penentu perilaku pembelian
konsumen akan menguntungkan pemasar hijau. Meskipun penelitian mengenai
pengaruh green marketing tools terhadap perilaku pembelian konsumen telah
menjadi fokus beberapa studi pada baru-baru ini, Namun sebagian besar dilakukan
di negara-negara industri (Chatterjee, 2009; Bleda dan Valente, 2008; Chan, 2004)
dan temuannya sering saling bertentangan. Oleh karena itu, temuan ini mungkin
hanya relevan dalam konteks waktu, budaya dan geografis tertentu karena
kompleksitas perilaku pembelian konsumen.
Mini survey dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner melalui media
sosial pada 60 responden di Jawa Barat.
Gambar 1.1 adalah hasil dari mini survey mengenai pengetahuan responden
terhadap eco-label :
Gambar 1.1 Pengetahuan responden mengenai eco-label
Sumber: Data yang telah diolah
Dapat dilihat dari gambar 1.1 menjelaskan mengenai pengetahuan responden
yang mengetahui eco-label pada produk lampu LED, dari 60 responden, 70% atau
42 responden menyatakan mengetahui eco-label pada produk lampu LED dan 30%
atau 18 responden tidak mengetahui eco-label. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden menyatakan mengetahui mengenai eco-label produk lampu LED.
Page 8
Gambar 1.2 adalah hasil dari mini survey mengenai eco-label sebagai
faktor pendorong pembelian produk :
Gambar 1.2 Eco-label sebagai bahan pertimbangan pembelian produk
Sumber: Data yang telah diolah
Dapat dilihat dari gambar 1.2 yang menjelaskan responden yang menjadikan
eco-label sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perilaku pembelian
produk lampu LED, dari 60 responden, 58,3% atau 35 responden menyatakan
bahwa eco-label menjadi bahan pertimbangan mereka dalam melakukan perilaku
pembelian produk lampu LED. Sedangkan 41,7% atau 25 responden tidak
menjadikan eco-label sebagai bahan pertimbangan mereka dalam melakukan
perilaku pembelian produk lampu LED.
Pada gambar 1.1 menunjukan bahwa 70% atau 42 responden mengetahui eco-
label pada produk lampu LED, Pada gambar 1.2 sebesar 58,3% atau 35 responden
yang menyatakan bahwa eco-label menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan
perilaku pembelian produk. Dapat diartikan bahwa terdapat sebagian responden
yang mengetahui eco-label pada produk lampu LED namun tidak menjadikan eco-
label sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pembelian produk lampu
LED.
Gambar 1.3 adalah hasil dari mini survey mengenai pengetahuan responden
terhadap eco-brand :
Page 9
Gambar 1.3 Pengetahuan responden mengenai eco-brand
Sumber: Data yang telah diolah
Dapat dilihat dari gambar 1.3 menjelaskan mengenai responden yang
mengetahui eco-brand, dari 60 responden, 63,3% atau 38 responden menyatakan
tahu mengenai eco-brand pada produk lampu LED. Sedangkan 36,7% atau 22
responden tidak mengetahui eco-brand pada produk lampu LED. Dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan mengetahui mengenai eco-
brand produk lampu LED.
Pada gambar 1.1 menunjukan bahwa yang menyatakan mengetahui eco-label
yaitu 70% atau 42 responden dan pada gambar 1.3 responden yang menyatakan
mengetahui eco-brand yaitu 63,3% atau 38 responden. Dapat di artikan bahwa
responden lebih mengetahui eco-label dibandingkan dengan eco-brand pada
produk lampu LED.
Gambar 1.4 adalah hasil dari mini survey mengenai eco-brand sebagai
faktor pendorong pembelian produk :
Page 10
Gambar 1.4 Eco-brand sebagai bahan pertimbangan pembelian produk
Sumber: Data yang telah diolah
Dapat dilihat dari gambar 1.4 yang menjelaskan responden yang menjadikan
eco-brand sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perilaku pembelian
produk lampu LED, dari 60 responden, 60% atau 36 responden yang menyatakan
bahwa eco-brand menjadi bahan pertimbangan mereka dalam melakukan perilaku
pembelian produk lampu LED. Sedangkan 40% atau 24 responden tidak
menjadikan eco-brand sebagai bahan pertimbangan mereka dalam melakukan
perilaku pembelian produk lampu LED.
Pada gambar 1.3 menunjukan bahwa 63,3% atau 38 responden mengetahui
eco-brand pada produk lampu LED, Pada gambar 1.4 60% atau 36 responden
menyatakan bahwa eco-brand menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan
perilaku pembelian produk lampu LED. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
sebagian besar responden menjadikan eco-brand sebagai bahan pertimbangan
mereka dalam memilih produk lampu LED.
Pada gambar 1.1 menunjukan bahwa 70% atau 42 responden mengetahui eco-
label pada produk lampu LED, Pada gambar 1.2 58,3% atau 35 responden yang
menyatakan bahwa eco-label menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan
perilaku pembelian produk. Pada gambar 1.3 menunjukan bahwa 63,3% atau 38
responden mengetahui eco-brand pada produk lampu LED, Pada gambar 1.4 60%
atau 36 responden menyatakan bahwa eco-brand menjadi bahan pertimbangan
dalam melakukan perilaku pembelian produk lampu LED. Dengan demikian dapat
Page 11
diartikan bahwa responden lebih menjadikan eco-brand sebagai bahan
pertimbangan yang mendorong pembelian produk di bandingkan dengan eco-label.
Gambar 1.5 adalah hasil dari mini survey mengenai pengetahuan responden
terhadap environmental advertisement dalam mempengaruhi kesadaran terhadap
lingkungan :
Gambar 1.5 Iklan bertema lingkungan mempengaruhi kesadaran terhadap
lingkungan
Sumber: Data yang telah diolah
Dapat dilihat dari gambar 1.5 menjelaskan mengenai pengaruh iklan
lingkungan lampu LED dalam membuat konsumen menjadi lebih sadar terhadap
lingkungan, dari 60 responden, 71,7% atau 43 responden menyatakan bahwa
mereka menjadi lebih sadar akan lingkungan dengan adanya iklan lingkungan,
namun 28,3% atau 17 responden tidak menjadi lebih sadar akan lingkungan
meskipun telah melihat iklan lingkungan. Sebagian besar responden menyatakan
bahwa mereka lebih sadar akan lingkungan setelah melihat iklan lingkungan, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyadari akan pentingnya
lingkungan dengan adanya iklan lingkungan.
Gambar 1.6 adalah hasil dari mini survey mengenai iklan bertema
lingkungan dalam mempengaruhi pembelian produk ramah lingkungan :
Page 12
Gambar 1.6 Iklan bertema lingkungan dapat mempengaruhi untuk membeli
produk ramah lingkungan
Sumber: Data yang telah diolah
Dapat dilihat dari gambar 1.6 menjelaskan mengenai dengan adanya iklan
lingkungan dapat mempengaruhi untuk membeli produk ramah lingkungan, dari 60
responden, 68,3% atau 41 responden menyatakan bahwa dengan adanya iklan
lingkungan dapat mempengaruhi untuk membeli produk ramah lingkungan, namun
31,7% atau 19 responden menyatakan iklan bertema lingkungan tidak dapat
mempengaruhi mereka untuk membeli produk ramah lingkungan.
Pada gambar 1.5 menunjukan bahwa 71,7% atau 43 responden menyatakan
bahwa mereka menjadi lebih sadar akan lingkungan dengan adanya iklan
lingkungan, Pada gambar 1.6 68,3% atau 41 responden menyatakan bahwa dengan
adanya iklan lingkungan dapat mempengaruhi untuk membeli produk ramah
lingkungan. Dapat diartikan bahwa iklan lingkungan mempengaruhi responden
untuk membeli produk ramah lingkungan dan dijadikan responden sebagai faktor
dominan dalam memilih produk ramah lingkungan.
Gambar 1.7 adalah hasil dari mini survey mengenai kepercayaan responden
terhadap produk yang memiliki eco-label dan eco-brand memang ramah
lingkungan :
Page 13
Gambar 1.7 Kepercayaan responden terhadap produk yang memiliki eco-
label dan eco-brand memang ramah lingkungan
Sumber: Data yang telah diolah
Dapat dilihat dari gambar 1.7 menjelaskan mengenai kepercayaan
responden terhadap produk yang memiliki eco-label dan eco-brand memang ramah
lingkungan, dari 60 responden, 63,3% atau 38 responden menyatakan memiliki
kepercayaan terhadap produk yang memiliki eco-label dan eco-brand memang
ramah lingkungan, sedangkan 36,7% atau 22 responden menyatakan tidak memiliki
kepercayaan terhadap produk yang memiliki eco-label dan eco-brand memang
ramah lingkungan. Dapat diartikan bahwa sebagian besar responden menyatakan
memiliki kepercayaan terhadap produk yang memiliki eco label dan eco brand
memang ramah lingkungan.
Page 14
1.3 Perumusan masalah
Indonesia merupakan negara terbesar dalam kebutuhan energi di Asia
Tenggara. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia berasal dari
pembakaran energi fosil yang mengakibatkan pemanasan global, perubahan iklim
dan kerusakan lingkungan hidup. Penghematan listrik dapat mengurangi kerusakan
lingkungan hidup, efisiensi energi merupakan salah satu solusi untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca dan kerusakan lingkungan hidup. Banyak cara dan upaya
untuk penghematan listrik atau efisiensi energi salah satunya yaitu dengan
menggunakan lampu LED. Lampu LED atau Light Emitting Diode pada saat ini
sudah populer dan banyak digunakan. Bahkan bisa dikatakan lampu LED pada saat
ini sudah mulai mendapat perhatian masyarakat.
Berdasarkan mini survey yang dilakukan terkait green marketing tools yang
mencakup eco-label, eco-brand, dan environmental advertisement. Dapat
disimpulkan bahwa hasil dari mini survey menunjukan faktor yang lebih
mempengaruhi konsumen sebagai bahan pertimbangan dalam memilih produk
lampu LED adalah environmental advertisement. Disamping itu mayoritas
responden lebih mengetahui eco-label dibandingkan dengan eco-brand. Responden
lebih menjadikan eco-brand sebagai bahan pertimbangan yang mendorong
pembelian produk di bandingkan dengan eco-label. Di sisi lain terdapat sebagian
responden yang mengetahui eco-label dan eco-brand namun tidak menjadikan eco-
label dan eco-brand sebagai bahan pertimbangan dan terdapat sebagian responden
yang tidak percaya terhadap produk yang memiliki eco-label dan eco-brand yang
terdapat pada produk lampu LED.
Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini dirumuskan bahwa
permasalahan yang akan dibahas adalah untuk mempelajari dan menganalisis
perilaku pembelian konsumen terhadap produk lampu LED menggunakan green
marketing tools. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Green Marketing Tools Terhadap Perilaku Pembelian Konsumen
Lampu LED di Indonesia”.
Page 15
1.4 Pertanyaan penelitian
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka rumusan masalah utama
yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggapan responden mengenai eco-label, eco-brand,
environmental advertisement dan perilaku pembelian konsumen lampu
LED di Indonesia ?
2. Bagaimana pengaruh green marketing tools terhadap perilaku pembelian
konsumen lampu LED di Indonesia ?
3. Bagaimana pengaruh eco-label terhadap perilaku pembelian konsumen
lampu LED di Indonesia ?
4. Bagaimana pengaruh eco-brand terhadap perilaku pembelian konsumen
lampu LED di Indonesia ?
5. Bagaimana pengaruh environmental advertisement terhadap perilaku
pembelian konsumen lampu LED di Indonesia ?
1.5 Tujuan penelitian
Berdasarkan penjelasan pada pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tanggapan responden mengenai eco-label, eco-brand,
environmental advertisement dan perilaku pembelian konsumen lampu
LED di Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh green marketing tools terhadap perilaku pembelian
konsumen lampu LED di Indonesia.
3. Mengetahui pengaruh eco-label terhadap perilaku pembelian konsumen
lampu LED di Indonesia.
4. Mengetahui pengaruh eco-brand terhadap perilaku pembelian konsumen
lampu LED di Indonesia.
5. Mengetahui pengaruh environmental advertisement terhadap perilaku
pembelian konsumen lampu LED di Indonesia.
Page 16
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Aspek Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan mengenai green
marketing tools dan sebagai sarana informasi untuk meningkatkan wawasan
tentang pengaruh kepedulian lingkungan dengan perilaku pembelian konsumen
pada suatu produk. Selain itu untuk dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran
dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.
1.6.2 Aspek Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipraktekan sebagai bahan
pertimbangan bagi praktisi dan perusahaan yang akan membuat kebijakan
mengenai green marketing tools sebagai strategi dalam meningkatkan kinerja
perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif.
1.7 Ruang Lingkup penelitian
Untuk menjaga konsistensuasi penelitian diperlukan batasan agar lingkup
permasalahan tidak meluas dan pembahasan lebih fokus dan terarah.
1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian
Batasan penelitian ini hanya pada produk lampu LED di Indonesia. Maka
peneliti melakukan penelitian dengan cara menyebarkan kuesioner secara online
yang disebarkan kepada pembeli dan pengguna lampu LED di Indonesia.
1.8 Sistemastis Penulisan Tugas Akhir
Untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai isi dari penelitian
ini maka dikemukakan susunan dan rangkaian dari masing-masing bab sebagai
berikut:
Page 17
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan gambaran umum mengenai objek penelitian, latar
belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi mengenai landasan teori budaya organisasi dan kinerja
karyawan yang berkaitan dengan penelitian, hasil penelitian, dan kerangka
pemikiran.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian yang akan dilakukan,
meliputi jenis penelitian yang akan digunakan, operasional variabel dan skala
pengukuran, teknik sampling dan pengambilan sampel, pengujian validitas,
pengujian reabilitas, teknik analisis data, dan pengujian hipotesis.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai objek penelitian, analisis data, dan
pembahasan dari analisis data.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian beserta rekomendasi
bagi perusahaan maupun untuk penelitian selanjutnya.