BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalian tentu pernah melarutkan gula atau garam ke dalam air , bukan ? bagaimana wujud dari campuran yang terbentuk antara gula atau garam dengan air tersebut ? gula atau garam dan air akan membentuk campuran yang homogen dan stabil dimana gula atau garam akan tersebar secara merata dalam air. Campuran yang homogen inilah yang disebut sebagai larutan. Dalam larutan fase terdispersi dan medium pendispersinya biasa dikenal sebagai solute dan solven. Jadi, gula dan garam merupakan solute, sedangkan air sebagai solvennya. Partikel-partikel dalam larutan baik solute maupun solven berupa atom, ion-ion atau molekul- molekul dengan ukuran yang sangat kecil, lebih kecil dari 1 nm. Antara suspensi , larutan dan koloid , ukuran dari partikel larutanlah yang paling kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang bahkan menggunakan mikroskop dengan tingkat perbesaran yang tinggi (mikroskop ultra). Oleh karena sifatnya yang homogen dan stabil, larutan tidak akan mengendap walaupun didiamkan untuk waktu yang cukup lama sehingga tidak bisa dipisahkan. Selama ini Anda memahami bahwa campuran ada dua macam, yaitu campuran homogen (larutan sejati) dan campuran heterogen (suspensi). Di antara dua keadaan ini, ada satu jenis campuran yang menyerupai larutan sejati, tetapi 1
materi ini membahas tentang konsentrasi larutan dan sifat-sifat larutan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalian tentu pernah melarutkan gula atau garam ke dalam air , bukan ? bagaimana
wujud dari campuran yang terbentuk antara gula atau garam dengan air tersebut ? gula
atau garam dan air akan membentuk campuran yang homogen dan stabil dimana gula
atau garam akan tersebar secara merata dalam air. Campuran yang homogen inilah yang
disebut sebagai larutan.
Dalam larutan fase terdispersi dan medium pendispersinya biasa dikenal sebagai
solute dan solven. Jadi, gula dan garam merupakan solute, sedangkan air sebagai
solvennya. Partikel-partikel dalam larutan baik solute maupun solven berupa atom, ion-
ion atau molekul-molekul dengan ukuran yang sangat kecil, lebih kecil dari 1 nm.
Antara suspensi , larutan dan koloid , ukuran dari partikel larutanlah yang paling kecil
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang bahkan menggunakan mikroskop
dengan tingkat perbesaran yang tinggi (mikroskop ultra). Oleh karena sifatnya yang
homogen dan stabil, larutan tidak akan mengendap walaupun didiamkan untuk waktu
yang cukup lama sehingga tidak bisa dipisahkan.
Selama ini Anda memahami bahwa campuran ada dua macam, yaitu campuran
homogen (larutan sejati) dan campuran heterogen (suspensi). Di antara dua keadaan ini,
ada satu jenis campuran yang menyerupai larutan sejati, tetapi sifat-sifat yang
dimilikinya berbeda sehingga tidak dapat digolongkan sebagai larutan sejati maupun
suspensi. Larutan seperti ini disebut koloid.
Pernahkah Anda membuat kanji dari tepung tapioka? Jika tepung tapioka
dicampurkan dengan air dingin tidak terbentuk larutan melainkan suspensi sebab kanji
tidak larut dalam air dingin. Akan tetapi, jika dipanaskan maka campuran tersebut akan
membentuk larutan yang sangat kental. Apakah kanji yang terbentuk layak disebut
larutan? Ada beberapa persamaan dan perbedaan antara kanji dan larutan sejati.
Persamaan antara kanji dan larutan sejati adalah membentuk satu fasa dan tidak dapat
dipisahkan. Perbedaannya, kanji tidak transparan terhadap cahaya dan ukuran partikel
zat terlarut relatif lebih besar, dan banyak lagi sifat lainnya. Oleh karena banyak
perbedaan antara larutan sejati dan kanji maka diperlukan definisi baru untuk larutan
sejenis kanji. Pakar kimia menggolongkan kanji ke dalam golongan khusus yang
1
disebut sistem koloid. Berdasarkan ukuran partikel, sistem koloid berada di antara
suspensi kasar dan larutan sejati. Ukuran partikel koloid lebih kecil dari suspensi kasar
sehingga tidak membentuk fasa terpisah, tetapi tidak cukup kecil jika dibandingkan
larutan sejati. Berdasarkan uraian tersebut , makalah ini dibuat agar memberikan
informasi tentang larutan, komponen larutan dan sifat-sifatnya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari Larutan dan Komponen penyusun larutan ?
2. Bagaimana cara menyatakan konsentrasi larutan ?
3. Apa pengertian dari Sistem koloid dan Sifat-sifat koloid ?
4. Bagaimana cara pembuatan Sistem Koloid ?
5. Apa pengertian dari Sifat Koligatif Larutan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui tentang larutan dan komponen penyusunnya.
2. Untuk mengetahui tentang cara menyatakan konsentrasi larutan.
3. Untuk mengetahui tentang sistem koloid dan sifat-sifat dari koloid.
4. Untuk mengetahui cara pembuatan sistem koloid.
5. Untuk mengetahui sifat-sifat koligatif larutan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Larutan dan Komponen Penyusun Larutan
Larutan disebut juga campuran yang homogen. Disebut campuran karena
susunannya dapat berubah-ubah dan disebut homogen susunannya begitu seragam
sehingga batas antara zat-zat yang melarut dan pelarut tidak dapat dibedakan bahkan
dengan mikroskop optis sekalipun. Campuran-campuran homogen dari gas, emas dan
perunggu dapat dikatakan pula sebagai larutan. Tetapi istilah larutan biasanya
digunakan untuk fasa cair.
Zat-zat yang memiliki fasa padat dan gas lazimnya disebut sebagai zat terlarut
(solute) sedangkan yang berfasa cair dikatakan sebagai pelarut. Suatu zat dikatakan
sebagai pelarut apabila memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan jumlah zat
terlarut. Dalam kondisi tertentu misalnya campuran antara alkohol dan air dengan
perbandingan 50:50. Dari campuran tersebut sedikit meragukan untuk menentukan
mana yang bertindak sebagai pelarut dan mana yang bertimdak sebagai zat terlarutnya.
Dari campuran yang demikian air dan alkohol dapat dikatakan sebagai pelarut dan dapat
pula dikatakan sebagai zat terlarut. Lain halnya dalam pembuatan sirup. Dalam
pembuatan sirup jumlah gula lebih banyak dari jumlah air tetapi air tetap dikatakan
sebagai pelarut karena dapat mempertahankan keadaan fisiknya sedangkan gula atau
sukrosa disebut sebagai zat terlarut.
Jumlah zat telarut dalam larutan atau dalam pelarut pada volume/berat tertentu
itu disebut konsentrasi. Berdasarkan nilai konsentrasi itu larutan dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu larutan encer dan pekat. Pengelompokkan ini akan
menimbulkan permasalahan yaitu, berapa nilai batas antara pekat dan encer. Dari buku
acuan yang dibaca sampai saat ini belum ditemukan kriteria larutan pekat dan encer.
Misalnya, ada yang menganggap larutan pekat bila zat terlarutnya lebih besar dari 1%,
hal itu tentu kurang tepat sebab bagaimana dengan zat yang kelarutannya sangat kecil.
Oleh sebab itu, pada pembicaraan ini, dibuat suatu perjanjian atau kesepakatan untuk
menentukan batas antara pekat dan encer. Larutan dikatakan encer jikalau konsentrasi
zat terlarutnya lebih kecil daripada setengah nilai kelarutannya sedangkan larutan
3
dikatakan pekat jikalau konsentrasi zat terlarutnya sama atau lebih besar daripada
setengah nilai kelarutannya.
2.2 Cara Menyatakan Konsentrasi
Untuk menyatakan jumlah atau banyak zat terlarut dalam suatu larutan
digunakan istilah konsentrasi. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk
menyatakan konsentrasi zat terlarut di dalam larutan.
1. Massa Ekuivalen
Massa ekuivalen adalah massa dalam satuan gram suatu zat/senyawa/unsur
yang diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan satu mol proton (H+)
sedangkan pada reaksi redoks yang dimaksud dengan massa ekuivalen adalah massa
dalam satuan gram suatu zat/senyawa/unsur yang diperlukan untuk memberikan atau
menerima satu mol elektron. Hubungan antara massa molekul dengan massa
ekuivalen dinyatakan dengan persamaan,
Dimana: BE = Massa ekuivalenMr = Massa molekul relativen = Jumlah mol proton (H+) atau jumlah mol electron atau jumlah
mol kation univalent yang diberikan atau diikat oleh suatu zat
2. Persen massa
Contoh
a. Berapa % gula dalam larutan yang dibuat dengan melarutkan 10 g gula dalam 70
g air.
b. Berapa gram gula yang terdapat dalam 500 gram larutan 12% massa gula.
b. Kenaikan Titik Didih ( ∆Tb ) dan Penurunan Titik Beku ( ∆Tf )
Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni ( 100 0C ) disebut kenaikan titik didih ( ∆Tb ). Sedangkan selisih antara titik beku
pelarut murni ( 0 0C ) dengan titik beku larutan disebut penurunan titk beku (
∆Tf ).
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada
suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal
ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih
zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer. Contohnya, titik didih air 100 °C,
artinya pada tekanan udara 1 atm air mendidih pada suhu 100 °C. Dari hasil
eksperimen yang dilakukan pada penentuan titik didih larutan, ternyata titik
didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini
disebabkan adanya partikel-partikel zat terlarut dalam suatu larutan
menghalangi peristiwa penguapan partikel-partikel pelarut. Oleh karena itu,
penguapan partikel-partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar.
Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni disebut kenaikan
titik didih yang dinyatakan sebagai ∆Tb (b berasal dari kata boil).
Titik didih suatu larutan lebih tinggi atau lebih rendah daripada titik
didih pelarut, bergantung pada kemudahan zat terlarut itu menguap
dibandingkan dengan pelarutnya. Jika zat terlarut tersebut tidak mudah
menguap, misalnya larutan gula, larutan tersebut mendidih pada suhu yang
lebih tinggi daripada titik didih pelarut air. Sebaliknya, jika zat terlarut itu
mudah menguap misalnya etanol, larutan akan mendidih pada suhu di bawah
titik didih air. Hukum sifat koligatif dapat diterapkan dalam meramalkan titik
didih larutan yang zat terlarutnya bukan elektrolit dan tidak mudah menguap.
Telah ditentukan secara eksperimen bahwa 1,00 mol (6,02 × 1023 molekul) zat
apa saja yang bukan elektrolit dan tidak mudah menguap yang dilarutkan
dalam (1.000 g) air akan menaikkan titik didih kira-kira 0,51 °C. Perubahan
pelarut murni ke larutan, yakni ∆Tb , berbanding lurus dengan molalitas (m)
dari larutan tersebut:
23
Dengan ∆Tb = kenaikan titik didih (0C)
∆Tf = penurunan titik beku (0C)
M = molalitas ( m )
Kb = Tetapan kenaikan titik didih (0C/m)
Kf = Tetapan penurunan titik beku (0C/m)
Contoh :
24
Berikut ini diagram fase air dalam sifat koligatif larutan
c. Tekanan Osmotik ( µ )
Bila dua larutan yang konsentrasinya berbeda, yang satu pekat dan yang
lainnya encer dipisahkan oleh membran semipermiabel, maka molekul pelarut akan
mengalir dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat, sedangkan
molekul zat terlarut tidak mengalir. Hal ini terjadi karena partikel pelarut lebih kecil
daripada partikel zat terlarut sehingga partikel pelarut dapat menembus membran
semipermiabel.
Aliran suatu pelarut dari suatu larutan dengan konsentrasi lebih rendah ke
larutan dengan konsentrasi tinggi melalui membran semipermiabel disebut osmosis.
Peristiwa osmosis dapat dicegah dengan memberi tekanan pada permukaan
larutan. Tekanan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya osmosis ini disebut
tekanan osmotik.
Menurut Van’t Hoof, tekanan osmotik larutan encer dapat dihitung dengan
rumus yang serupa dengan persamaan gas ideal.
25
b. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Hubungan sifat koligatif larutan elektrolit dan konsentrasi larutan dirumuskan
oleh Van’t Hoff, yaitu dengan mengalikan rumus yang ada dengan bilangan faktor
Van’t Hoff yang merupakan faktor penambahan jumlah partikel dalam larutan
elektrolit.
Menurut Van’t Hoff, i = 1 + (n – 1)
Sifat koligatif larutan elektrolit sebagai berikut.
1. Penurunan Tekanan Uap (∆P).
rumus penurunan tekanan uap jenuh untuk zat elektrolit adalah:
contoh :
26
∆P = Xa . P0 {1 + (n-1)α}
2. Kenaikan Titik Didih ( ∆Tb ) dan Penurunan Titik Beku ( ∆Tf )
3. Tekanan Osmotik ( µ )
Tekanan osmotik untuk larutan elektrolit diturunkan dengan mengalikan faktor
van't Hoff.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Larutan disebut juga campuran yang homogen. Disebut campuran karena
susunannya dapat berubah-ubah dan disebut homogen susunannya begitu seragam
sehingga batas antara zat-zat yang melarut dan pelarut tidak dapat dibedakan
bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
2. Untuk menyatakan jumlah atau banyak zat terlarut dalam suatu larutan digunakan
istilah konsentrasi. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menyatakan
konsentrasi zat terlarut di dalam larutan seeperti berat ekuivalen , ppm, ppb ,