BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Alam semesta beserta isinya dan seluruh kehidupan yang terjadi didalamnya, ada yang menciptakan dan mengaturnya. Siapakah Dia ? Dia adalah Allah swt SWT, “Allah swt Rabbul Alamin”. Kita semua tahu bahwa tiada pelindung, selain Allah swt tiada penolong lain selain dirinya. Dialah yang menghendakkan dan mengatur kehidupan dialam ini. Tidak ada hal yang mustahil bagi Allah swt. Cukup mengatakan “Kun Fayakun “, maka semuanya jadi kenyataan. Apakah kita masih perlu Tuhan selain diri-Nya? Tidakkah cukup Allah swt semata sebagai Tuhan kita ? (QS. Al-Baqarah 107 ) Allah swt tidak senang jika kita menduakannya. Dia menghendaki kita untuk berkomitmen konsisten bertuhan kepada-Nya. Istiqomah, beraqidah dengan benar. Jangan sampai kita menyimpangdari aturan-aturan tersebut. Akan tetapi dalam kenyataan kehidupan banyak penyempingan- penyimpangan yang terjadi. Kita melaksanakan sholat, akan tetapi didalam saku kita ada jimat keberuntungan. Ketika bergadang, kita lengkapi barang dagangan dengan jimat-jimat. Dalam pekerjaan kita juga melibatkan orang-orang pintar, paranoimat sesat, dukun, sesaji. Tuhan selain Allah swt ini dan itu, dll. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Alam semesta beserta isinya dan seluruh kehidupan yang terjadi
didalamnya, ada yang menciptakan dan mengaturnya. Siapakah Dia ? Dia adalah
Allah swt SWT, “Allah swt Rabbul Alamin”. Kita semua tahu bahwa tiada
pelindung, selain Allah swt tiada penolong lain selain dirinya. Dialah yang
menghendakkan dan mengatur kehidupan dialam ini. Tidak ada hal yang mustahil
bagi Allah swt. Cukup mengatakan “Kun Fayakun “, maka semuanya jadi
kenyataan. Apakah kita masih perlu Tuhan selain diri-Nya? Tidakkah cukup Allah
swt semata sebagai Tuhan kita ? (QS. Al-Baqarah 107 )
Allah swt tidak senang jika kita menduakannya. Dia menghendaki kita
untuk berkomitmen konsisten bertuhan kepada-Nya. Istiqomah, beraqidah dengan
benar. Jangan sampai kita menyimpangdari aturan-aturan tersebut. Akan tetapi
dalam kenyataan kehidupan banyak penyempingan-penyimpangan yang terjadi.
Kita melaksanakan sholat, akan tetapi didalam saku kita ada jimat keberuntungan.
Ketika bergadang, kita lengkapi barang dagangan dengan jimat-jimat. Dalam
pekerjaan kita juga melibatkan orang-orang pintar, paranoimat sesat, dukun,
sesaji. Tuhan selain Allah swt ini dan itu, dll.
Ini menunjukkan bahwa kita memperlakukan Allah swt bukan seperti
Tuhan yang mempunyai segala sesuatu di alam ini. Kita bekerja dan berusaha,
bekerja dan berusaha saja tanpa diimbangi dengan ibadah kepada-Nya? Kita
merasa kehidupan ini berjalan dengan sendirinya, seolah-olah tidak ada
penguasaan-Nya, tidak ada Allah swt dalam kehidupan ini. Apakah ini yang
disebut bertuhan Allah swt?
Oleh karena itu kami ingin mempelajari lebih dalam lagi tentang konsep
ketuhanan yang sebenarnya dalam islam. Agar kita tidak terjerumus ke jalan yang
salah.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya iman kepada Tuhan?
2. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Ketuhanan?
3. Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan?
4. Apa hakikat keimanan dan ketaqwaan ?
5. Bagaimana implementasi iman dan takwa dalam kehidupan sehari-hari?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Iman Kepada Tuhan
Iman menurut bahasa berarti kepercayaan atau keyakinan. Menurut istilah,
iman berarti dimantabkan dalam hati, diucapkan dengan lisan, dilakukan dengan
perbuatan. Iman kepada Allah swt adalah mempercayai adanya Allah swt sebagai
dzat yang Maha Pencipta. Percaya bahwa Allah swt itu Esa merupakan dasar
keimanan dalam beragama islam. Dan hal itu tidak perlu kita pikirkan karena itu
semua diluar batas kemampuan akal pikiran kita.
Allah swt mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Adapun sifat-sifat
kesempurnaan Allah swt secara garis besar sebagai berikut.
1. Sifat wajib adalah sifat-sifat yang pasti atau harus ada pada Allah swt.
Jumlah sifat wajib Allah swt ada 13 atau 20 (jika termasuk sifat Maha
atau Paling)
2. Sifat mustahil adalah sifat-sifat yang tidakF mungkin ada pada Allah swt.
Jumlah sifat mustahil Allah swt ada 13 atau 20 (jika termasuk sifat Maha
atau Paling)
3. Sifat mungkin bagi Allah swt untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu. Jumlahnya hanya satu yaitu sifat wewenang dari Allah swt untuk
berbuat sesuatu atau tidak berbuat.
Sifat wajib dan sifat mustahil bagi Allah swt:
1. Wujud
Artinya ada, sifat mustahilnya adalah adam artinya tidak ada.
2. Qidam
Artinya tidak berawal, sifat mustahilnya hudus artinya baru
3. Baqa’
Atinya kekal, tidak berkesudahan. Sifat mustahilnya adalah fana’ artinya
rusak atau ada batas akhirnya.
4. Mukhalafatu lilhawadisi
3
Artinya berbeda dengan semua yang baru yaitu makhluk. Sifat
mustahilnya adalah mumasalatu lilhawadisi artinya serupa dengan semua
yang baru (makhluk).
5. Qiyamuhu binafsihi
Artinya berdiri sendiri. Sifat mustahilnya adalah qiyamuhu bigairihi
artinya membutuhkan bantuan pihak lain.
6. Wahdaniah
Artinya Esa atau tunggal karena itu adalah sifst mutlak bagi-Nya. Sifat
mustahilnya adalah ta’addu artinya berbilang atau lebih dari satu.
7. Qudrat
Artinya berkuasa. Sifat mustahilnya adalah ‘ajun artinya lemah
8. Iradat
Artinya berkehendak. Sifat mustahilnya adalah karahah artinya terpaksa.
9. Ilmu
Artinya mengetahui atau pandai. Sifat mustahilnya adalah jahalun artinya
bodoh.
10. Hayat
Artinya hidup. Sifat mustahilnya adalah mautun artinya mati.
11. Sama’
Artinya mendengar. Sifat mustahilnya adalah summun artinya tuli.
12. Basar
Artinya melihat. Sedangkan sifat mustahilnya adalah umyun artinya buta.
13. Kalam
Artinya berfirman atau berbicara. Sedangkan sifat mustahilnya adalah
bukmun artinya bisu.
14. Qadiran
Artinya Mahakuasa, sifat mustahilnya ajizan artinya Yang Maha lemah.
15. Muridan
srtinya Maha berkehendak, sifat mustahilnya mukrahan artinya Yang
Maha Terpaksa.
16. ‘aliman
4
Artinya Maha mengetahui, sifat mustahilnya jahilan artinya Yang Maha
bodoh.
17. Hayyan
Artinya Maha hidup, sifat mustahilnya mayyitan artinya Yang Maha mati.
18. Sami’an
Artinya Maha mendengar, sifat mutahilnya adalah asamma artinya Yang
Maha tuli
19. Basiran
Artinya Maha melihat, sifat mustahilnya a’ma artinya Maha buta
20. Mutakalliman
Artinya Maha berfirman, sifat mustahilnya abkama artinya Yang Maha
bisu.
Fungsi iman kepada Allah swt dalam kehidupan sehari-hari adalah ebagai berikut:
Mengenal adanya Allah swt dan segala sifat-sifat kesempurnaanNya.
Memperkuat keyakinan bahwa Allah swt pencipta alam semesta dan Dia
pula yang mengaturnya.
Menumbuhkan sikp disiplin dalam aktifitas kehidupannya.
Meningkatkan rasa percaya diri dalam bertindak dan berbuat sesuatu.
Meningkatkan semangat kerja dan beramal salih.
Menyadarkan manusia agar selalu ingat dan beribadah kepadaNya.
Memberikan ketenangan jiwa, rasa damai dan ketentraman sebab Allah
swt dijadikan tempat berlindung.
Mendidik seseorang untuk tunduk dan patuh terhadap segala perintahNya.
Mendidik seseoang untuk mengendalikan diri dari berbuat maksiat dan
melanggar ajaran-ajaranNya.
Meyakini kekuasaan dan kebesaran Allah swt bahwa manusia tidak
berdaya dan tidak mempunyai kekuatan dihadapanNya.
2.2 Filsafat Ketuhanan
Untuk lebih detail dalam mengkaji, sebaiknya kita memahami betul
terlebih dahulu pengertian tuhan. Tentunya, pengertian yang paling tepat yang
diambil dari pemahaman Al-Quran mengenai definisi tuhan yang sudah
5
dijabarkan didalam Al-Quran. Oleh sebab itu, perlu kita sadari kenyataan-
kenyataan yang penting apabila seseorang mengkaji dengan sungguh-sungguh
kandungan yang terdapat dalam Al-Quran.
Kenyataan pertama yang patut untuk kita sadari, bahwa didalam Al-
Quran tidak ditemukan satu ayat pun yang menjelaskan mengenai atheis atau
atheisme. Sehingga, patut kita fikirkan disaat zaman modern ini mengingat
ribuan juta orang yang mengatakan kalau dirinya sebagai penganut “Atheis”
atau tidak mempunyai tuhan. Bahkan, setiap orang yang menganut ideologi
komunis menyatakan kalau dirinya sebagai atheis atau atheisme. Padahal
didalam Al-Quran sama sekali tidak ada sepotong ayatpun yang menjelaskan
atheis atau atheisme.
Sungguh itu akan menjadi renungan besar bagi kaum muslim yang
meyakini akan kebenaran kitab sucinya itu. Akankah Allah SWT “lupa” untuk
menjelaskan atheis atau pun atheisme didalam Al-Quran. Sehingga, akibatnya
didalam kamus bahasa arab besar atau pun kecil tidak ditemukan kata atheis.
Memang, dimasa sekarang segerombolan orang arab menyebutkan kata
‘mulhid’ untuk kata atheis dan mempergunakan kata ‘ilhad’ untuk
menyebutkan atheisme. Namun tunggu dulu, kita simak betul-betul mengenai
kata tersebut dalam Al-Quran.
Perkataan “mulhid dan ilhad” didalam Al-Quran mempunyai makna
yang jauh sangat berbeda dengan kata “atheis dan atheisme”. Didalam Al-
Quran perkataan ilhad berasal dari “lahada” yang mempunyai arti menggali
lobang atau terjerumus kedalam lobang galian. Kita ingat didalam bahasa
indonesia kita mengenai kata “liang lahad” yang berasal dari “lahada”.
Sehingga, tidak masuk akal sekali kalau kata “mulhid ataupun ilhad”
mempunyai arti sama dengan “atheis dan atheisme”.
Kemudian, kenyataan kedua adalah perkataan ilah didalam kitab suci
Al-Quran yang selalu diartikan “Tuhan”. Perkataan ilah didalam Al-Quran
mempunyai makna yang cukup besar untuk mengagungkan kebesaran berbagai
obyek atau membesarkan sesuatu yang dipentingkan oleh manusia. Contohnya
saja dalam QS 45 (Al-Jatsiiyah:23) yang artinya :
6
“ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya....?” (Al-Jatiiyah:23)
Dalam petikan ayat tersebut, menunjukkan kalau kata ilah mengandung
banyak arti, baik abstrak maupun berupa benda nyata. Ayat lain yang
menunjukkan kalau perkataan Ilah itu sebagai mengagungkan kebesaran suatu
obyek terdapat dalam QS 28 (Al-Qashasa:38), perkataan ilah digunakan oleh
Fir’aun untuk mengagungkan dirinya sendiri :
“Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui
tuhan bagimu selain aku.” (Al-Qashasa:38)
Contoh ayat tersebut menunjukkan kalau perkataan ilah yang dipakai
oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri yang menjadi penguasa yang dipatuhi dan
dipuja. Sehingga, hakikatnya seseorang itu pastinya mempunyai tuhan sendiri
dan sangat tidak masuk akal kalau ada orang yang bertuhan nol atau dalam
istilahnya menganut atheisme.
Alternatip yang bisa dipahami adalah mempunyai tuhan satu
(monotheist) atau mempunyai banyak tuhan (politheist). Sehingga perkataan
ilah yang terdapat didalam Al-Quran berbagai bentuk, diantaranya ada yang
berbentuk tunggal (mufrad) yaitu ilaahun, berbentuk ganda (mutsanna) yaitu
ilaahaini dan ada yang berbentuk banyak (jama’) yakni aalihatun. Untuk lebih
jelasnya lagi mengenai pengertian dari Ilah atau Tuhan yang benar, berdasarkan
logika Al-Quran :
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya untuk dikuasai olehnya
(sesuatu tersebut).
Sebaiknya, perkataan dipentingkan jangan kita pandang dalam arti
sempit. Makna kata dipentingkan sangat luas tercakup didalamnya yang
dicintai, yang dipuja, yang diharap-harapkan mampu memberikan pertolongan,
yang disembah dan termasuk juga yang ditakuti akan membuat bahaya atau
kerugian. Syaikhul islam Ibnu Taimiyah memberikan pengertian mengenai al-
ilah dibawah ini:
7
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya
tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal
kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya,
dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta
kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)
Sehingga dengan dasar pengertian ini, tuhan bagi manusia bisa
berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Pastinya manusia tidak
mungkin tidak bertuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, seluruh manusia pasti
ada sesuatu yang menjadi tuhannya. Sementara orang-orang yang menganut
ideologi komunis pada hakikatnya juga mempunyai tuhan. Tuhan mereka
adalah ideologi atau angan-angan mereka semata.
Berdasarkan pengertian tuhan atau “ilah” yang sudah dijelaskan secara
rinci diatas, maka dapat disimpulkan kalau tidak ada satu pun manusian yang
mampu berfikir logis, yang mengaku tidak mempunyai tuhan. Dan bahkan,
dapat kita buktikan kalau sangat tidak mungkin untuk manusia tidak
mempunyai sesuatu kepercayaan. Buktinya, kalau saja ada seseorang yang
mengatakan : “saya sama sekali tidak percaya kepada sesuatu apapun,” maka
orang tersebut akan dihadapkan kepada suatu kontradiksi, sebab pernyataan
yang sudah ia katakan itu mengandung pembatalan diri. Kalau memang benar
orang tersebut tidak percaya kepada sesuatu apapun, maka kalimat yang sudah
dikatakannya itu jadi tersangkal kebenarannya. Jika tidak, berarti orang tersebut
masih mempunyai satu kepercayaan, yaitu kebenaran akan pernyataan tersebut.
Jadi, kalimat diatas tersebut tidak logis, dan pasti tidak akan mungkin terucap
oleh orang yang mau untuk berfikir logis.
Didalam ajaran agama Islam tentu diajarkan dengan kalimat tauhid yang
berbunyi “la ilaaha illa Allah”. Setelah kita amati, susunan kalimat dalam
kalimat tauhid tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada tuhan”,
kemudian dilanjutkan dengan kata penegasan “kecuali Allah”. Dengan susunan
kalimat tauhid tersebut dapat kita pahami kalau seorang muslim terlebih dahulu
8
membersihkan diri dari segala macam Tuhan sehingga yang ada didalam
hatinya hanya ada satu Tuhan, yakni Allah SWT.
2.3 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
Sejarah pemikiran dalam hal ini adalah pemikiran yang berdasarkan
pemikkiran lahiriah-batiniah. Dalam konteks literatur historis disebut teori
evolusionisme (suatu proses kepercayaan tingkat sederhana sampai menjadi
tingkat sempurna).
Berikut pemikiran orang Barat tentang Tuhan:
a. Tuhan Dinamisme
Sejak zaman primitif, manusia sudah mengenal dan mengakui adanya
kekuatan ghaib yang mempengaruhi hidup manusia, yaitu sebuah benda
yang bisa berpengaruh positif-negatif.
Kepercayaan pada benda-benda tertentu yang mempunyai kekuatan ghaib
dan berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari inilah yang disebut
dengan kepercayaan dinamisme. Kekuatan ini tidak dapat dilihat
b. Tuhan Animisme
Masyarakat primitif menganggap tiap benda mempunyai roh yang bersifat
aktif meski benda tersebut kelihatan mati. Oleh sebab itu roh dianggap
sesuatu yang hidup yang mempunyai rasa senang dan kebutuhan.
Sehingga masyarakat primitif menyediakan sesajian sebagai wujud untuk
memenuhi kebutuhan roh. Karena jika tidak manusia bisa terkena dampak
negatif dari roh tersebut.
c. Tuhan Politeisme
Bagi Tuhan politeisme eksistensi Tuhan dinamisme dan Tuhan animisme
belum dapat memberikan konsep ketuhanan yang sebenarnnya karena
masih berupa pujaan dan sanjungan. Baginya dari sekian banyak roh
hanya ada beberapa saja yang dianggap unggul yang dianggap sebagai
dewa yang punya karakter dan pengaruh terhadap hidup manusia.
d. Tuhan Henoteisme
Hanya mengakui satu dewa dari sekian banyak dewa. Namun, manusia
mengakui Tuhan bangsa lain (Tuhan tingkat nasional).
9
e. Tuhan Monoteisme
Dalam mono hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan
bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari segi filsafat
ketuhanan dibagi menjadi 3:
1. Deisme (Tuhan bersifat Transenden) : Setelah penciptaan alam, Tuhan
tidak terlihat lagi dengan hasil ciptaannya.
2. Panteisme (Tuhan semudah imanan): Tuhan menampakkan diri dalam
berbagai fenomena alam.
3. Teisme (Tuhan pada prinsip bersifat Transenden): Mengatasi semesta
kenyataan tetapi Tuhan juga selalu terlibat dengan alam semesta.
2.4 Keimanan dan ketaqwaan
a. Keimanan
Pengertian iman secara bahasa menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al
‘Utsaimin adalah Pengakuan yang melahirkan sikap menerima dan tunduk.
Sedangkan menurut bahasa sendiri, pengertan iman yakni meyakini dengan hati,
mengucapkan dengan lisan, dan melakukannya dengan suatu tindakan. Sedangkan
pengertian lainnya, iman adalah pembenaran hati, dimana kita mempercayai
semua ajaran yang dibawakan oleh Rasulullah SAW. Adapun yang dimaksud
dengan “diyakini dengan hati” adalah yakin bahwa Allah SWT dan Rasul SAW
itu ada. Sedangkan yang dimaksud dengan “diucapkan secara lisan” yakni
mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan yang dimaksud dengan “dilakukan
dengan tindakan” yaitu melakukan semua amalan dan ajaran yang diturunkan oleh
Rasul dengan anggota badan lain dengan melakukan ibadah sesuai dengan
kemampuan.
1. Macam-macam keimanan:
a. Iman Kepada Allah SWT
Keyakinan kepada Allah Yang Maha Esa merupakan titik pusat keimanan
seseorang, karena itu setiap aktivitas seseorang muslim senantiasa dimulai dengan
mengingat Sang Pencipta dengan berbagai kegiatan, semisal mengawali hari
dengan sholat shubuh atau sholat dhuha, bisa juga dengan memulai aktivitas
dengan membaca doa supaya diberi kelancaran nantinya. Pekerjaan/Aktivitas
10
seseorang muslim apabila dimulai dengan dengat niat karena Allah niscaya
pekerjaan itu akan menjadi ibadah baginya, serta bisa menjadi lumbung pahala
baginya pula. Sebaliknya, apabila suatu pekerjaan dimulai tanpa niat karena Allah
swt niscaya pekerjaan tersebut akan bernilai hampa/kosong walaupun orang
tersebut bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Ada 3 perwujudan sikap manusia dalam hal iman kepada Allah swt :
1. Keyakinan dirinya kepada Tuhan
Keyakinan bahwa dimuka bumi ini terdapat suatu kekuatan yang sangat
besar dan berkuasa dalam segala kehidupan dimuka bumi ini, dimana kekuatan
tersebut tidak dapat tergantikan oleh siapapun. Sedemikian kuatnya sampai kita
tidak dapat bersembunyi dari kekuatan tersebut. Orang yang beriman kepada
Allah swt pasti menyakini kekuatan besar itu adalah Allah swt, sehingga dapat
membuat dirinya yakin kalau dia tidak sendirian didunia ini, dan dia juga yakin
bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini pasti sudah diatur oleh Allah swt
sehingga dapat membuat hidup nyaman & tenang.
2. Ucapan yang mengikuti keyakinannya
Untuk mengetahui tingkat kenyakinan seseorang kepada Allah, maka kita
dapat mengetahuinya dari wujud ucapan yang diungkapannya. Dengan cara itu
kita bisa tahu ucapan keyakinannya kepada Allah, semisal jika dia mendapat
rezeki maka dia bilang “Alhamdulilah”, bila dia terkena masalah maka dia bilang
“Masya Allah”, bila dia berjanji dia bilang “Insya Allah”, bila dia gagal dalam
suatu usaha maka dia bilang “Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun”.
3. Melakukan berbagai kegiatan hidup
Beriman kepada Allah dapat kita wujudkan dengan berbagai kegiatan
hidup dalam kegiatan hidup kita. Semakin bagus tingkah laku kita dalam
kehidupan, maka keimanan kita boleh dibilang semakin bagus pula. Pada
umumnya, mereka yang mempunyai tingkat keimanan yang tinggi biasanya
mengisi kegiatan hidup mereka dengan melakukan hal-hal yang positif, yang lebih
tertuju pada Allah swt, semisal membaca tasbih, mengisi waktu luang dengan
berdzikir, membaca Al Qur’an setelah melakukan sholat lima waktu maupun
sholat sunnah.
11
b. Iman kepada malaikat
Allah telah menciptakan sejenis makhluk gaib, yaitu malaikat disamping
makhluk lainnya, disamping memiliki tugas khusus yang ada hubungannya
dengan wahyu, rasul, manusia, alam semesta, dan dunia akhirat, malaikat juga
memiliki sifat berbeda pula dibandingkan dengan manusia, semisal malaikat
mempunyai sifat bersih dari dosa, dan selalu setia kepada Allah swt, mereka juga
mempunyai akses untuk turun ke alam materi dengan menjelma sebagai
seseorang/sesuatu dengan seizin Allah.
Sebagai makhluk immaterial, malaikat mempunyai ciri-ciri diantara lain :
1. Mereka adalah makhluk yang selalu takut dan patuh kepada Allah
2. Mereka adalah makhluk yang tidak pernah berdosa atau bermaksiat
3. Mereka adalah makhluk yang tidak pernah sombong dan selalu bertasbih
kepada Allah
Adapun tugas-tugas malaikat, sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an,
adalah sebagai berikut :
1. Jibril, yang bergelar ruhul qudus atau ruhul amin ( Makhluk suci yang
mempunyai tugas penting bagi kepentingan makhluk hidup), bertugas
menurunkan wahyu
2. Malaikat lain ada yang menurunkan wahyu kepada abdi-abdi Allah yang
dikehendaki-Nya
3. Malaikat ada yang bertugas meneguhkan hati mukminin atau rasul
4. Malaikat ada yang mendoakan kaum muslimin
5. Malaikat ada yang menjadi kawan atau penjaga orang-orang mukmin
6. Malaikat ada yang bertugas melaksanakan hukuman Allah bagi manusia
7. Ada malaikat yang memohonkan ampunan bagi manusia
8. Ada malaikat yang membaca salawat atas nabi Muhammad saw
9. Ada malaikat yang mencatat amal manusia, seperti malaikat raqib (baik) dan
atib (buruk)
10. Malaikat yang bertugas mencabut nyawa, seperti malaikat izrail
11. Malaikat ada yang bertugas memberi salam dan keselamatan kepada ahli
surga
12
c. Iman kepada kitab-kitab suci
Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan
meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitabnya
kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada
seluruh umat manusia. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa ada 4 kitab Allah.
Taurat diturunkan kepada nabi Musa a.s, Zabur kepada nabi Daud a.s, Injil kepada
nabi Isa a.s, dan Al Qur’an kepada nabi Muhammad SAW.
Semua kitab yang diturunkan Allah kepada nabi dan Rasul-Nya memmuat
ajaran tauhud atau mengesankan Allah. Sedangkan tata cara penyembahan atau
syariat yang terdapat didalamnya berbeda-beda. Setiap muslim wajib beriman
kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya dan
meyakini isinya yang memuat tuntutan Allah bagi manusia pada zamannya.
Al Qur’an sebagai kitab suci terakhir agama islam memberikan keterangan
yang lengkap tentang pokok-pokok agama dan menjelaskan persoalan-persoalan
yang masih kabur atau gelap. Menampung perkembangan pemikiran manusia
sampai puncak tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia.
Ayat-ayat Al Qur’an dibagi menjadi dua, yaitu ayat-ayat muhkamat
(kokoh, rapi,kuat) dan ayat mutasyabihat (samar, kiasan). Jenis pertama meliputii
soal-soal hukum. Ia terang dan jelas artinya, tidak sulit memahaminya, tidak
memerlukan keterangan panjang lebar. Ia merupakan induk, pokok, dan isi Al
Qur’an yang membentuk sendi Islam. Misalnya ayat-ayat tentang perintah puasa,
salat, seruan dan larangan, tentang ilmu, berpikir, akal, haram dan halal. Jenis
kedua memerlukan keterangan panjang, kupasan mendalam, penelitian membuka
berbagai kemungkinan. Tidak dapat dijelaskan oleh sembarang orang, melainkan
hanya orang-orang yang berilmu, cerdas dan kokoh imannya, dan menguasai ilmu
Al Qur’an. Misalnya, susunan langit dan bumi, manusia sebagai khalifah Allah
dimuka bumi, peristiwa sejarah, dll.
Isi Al Qur’an juga dibagi menjadi dua bagian, yakni Ayat Makkiyah dan
Ayat Madaniyyah. Ayat-ayat Makkiyah terutama mengandung masalah-masalah
hubungan manusia dengan Allah, sedangkan ayat-ayat Madaniyyah mengandung
masalah-masalah hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitarnya. Karena
13
itu biasanya, ayat Makkiyah dimulai dengan seruan yaa ayyuhan nas (Wahai
sekalian manusia), sedangkan aat Madaniyyah biasanya dimulai dengan yaa
ayyuhal lazina amanu (Wahai orang-orang yang beriman).
d. Iman kepada para rasul
Rasul adalah manusia pilihan yang menerima wahyu dari Allah untuk
disampaikan kepada umatnya dan sekaligus sebagai contoh konkret pribadi
manusia yang baik.
Perubahan dan perbaikan manusia hanya mungkin dilakukan dan diberi
contoh oleh manusia sendiri. Sebab, jika tidak, akan jauh dari realitas
kemanusiaan. Allah swt menyediakan bahan-bahan material untuk merawat
jasmani manusia dan menyediakan bahan-bahan rohanniah untuk merawat batin
atau jiwa manusia. Bahan-bahan rohani itu berbentuk ajaran yang diturunkan
Allah sebagai wahyu melalui nabi dan Rassul-Nya. Allah swt mengutus nabi dan
rasul terdahulu untuk memperbaiki dan membimbing rohani manusia untuk
tempat dan waktu tertentu, karena nabi-nabi dan rasul-rasul terdahulu itu hanya
untuk tempat dan waktu tertentu saja, maka ajaran yang dibawanya pun hanya
sesuai dan berlaku untuk tempat dan waktu tertentu saja. Meskipun hukum-hukum
syariahnya berbeda-beda, akan tetapi aqidah yang dibawanya sama, yaitu tauhid.
Setelah para nabi dan rasul membawa syariah yang berlaku setempat dan
temporer, Allah mengutus rasul terakhir yang membawa syariah bagi seluruh
manusia dimanapun dan kapanpun mereka berada. Ajaran atau agama yang
dibawa oleh Rasullah Muhammad saw itu dinul islam. Dinul Islam menurut istilah
agama Islam berarti sikap tunduk dan patuh kepada tata aturan yang berasal dari
Allah Swt yang diperuntukan untuk segenap manusia yang disampaikan melalui
Nabi Muhammad Saw untuk memperoleh kesejahteraan dan keselamatan hidup
manusia di dunia dan di akhirat.
e. Iman kepada hari kiamat
Iman kepada hari akhir adalah mempercayai dan meyakini akan adanya
kehidupan yang kekal dan abadi setelah kehidupan dunia ini. Bagi orang islam
wajib mengimani dan meyakini bahwa suatu ketika nanti dunia yang kita huni
beserta isinya ini akan hancur lebur, yang dikenal dengan hari kiamat. Setelah itu
14
manusia akan di bangkitkan lagi dari alam kuburnya untuk menerima kebenaran
yang sesungguhnya, yakni manusia akan mempertanggungjawabkan semua yang
diperbuat selama hidup dunia. Bukti seseorang beriman kepada hari akhir adalah
ia mau mempersiapkan diri untuk menyambut hari itu, yakni dengan banyak
beramal saleh, contohnya salat lima waktu, infaq, belajar dengan giat, dan lain-
lain.
Hari kiamat juga dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kiamat Sughra (kiamat kecil), yaitu kerusakan atau kematian yang dialami
oleh sebagian kecil umat manusia yang ada di dunia. Misalnya kematian
yang dialami seseorang karena kecelakaan, sakit, bencana alam. Banjir,
tsunami, gunung meletus, dan lain-lain.
2. Kiamat kubro (kiamat besar), yaitu kematian dan kehancuran seluruh alam
semesta ini tanpa kecuali. Setelah kejadian ini maka kehidupan di dunia
akan berganti dengan kehidupan di akhirat.
Dalam kehidupan hari akhir manusia akan mengalami proses kehidupan
sebagai berikut :
1. Alam Barzakh, yaitu alam setelah manusia dimatikan oleh Allah.
2. Yaumul Ba’ats (Hari Kebangkitan), yakni hari dibangkitkannya
manusia dari kubur.
3. Yaumul Mahsyar, yakni hari dimana semua manusia sejak zaman Nabi
Adam a.s sampai zaman Nabi Muhammad SAW dikumpulkan ditanah
lapang yang sangat luas.
4. Yaumul Hisab dan Mizan, yakni hari dihitung dan ditimbangnya amal
manusia dengan sangat teliti untuk mendapatkan balasan yang sesuai.
5. Sirathal Mustaqim, yakni setelah amal manusia ditimbang, manusia
akan melewati sebuah titian yang membentang diantara kedua tepi
neraka. Orang yang beriman akan dengan mudah melewatinya,
sedangakan orang-orang kafir tidak akan mampu melewati titian
tersebut dan akan jatuh ke neraka.
15
6. Surga dan Neraka, yakni tempat pembalasan amal mausia. Manusia
yang beriman dan beramal saleh akan menempati surga yang penuh
kenikmatan, sedangkan manusia yang kafir akan bertempat di neraka.
Orang yang betul-betul beriman kepada Hari Akhirat dengan pahala
(surga) dan siksanya (neraka) pasti akan berlomba-lomba untuk berbuat kebajikan
dan sebaliknya, akan berpikir seribu kali sebelum ia akan berbuat maksiat. Maka
iman kepada Hari Akhirat akan memberikan dampak positif kepada tata
kehidupan manusia.
f. Iman kepada Qada dan Qadar
Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa