Makalah Konsep Ketuhanan Dalam Islam
KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang mana telah memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran
dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Penidikan Agama Islam yang
berjudul Konsep Ketuhanan dalam Islam. dapat selesai seperti waktu
yang telah kami rencanakan.Tersusunnya karya ilmiah ini tentunya
tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :1. Bapak Dosen pengasuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Universitas Negeri Makassar2. Orang tua yang telah memberikan
dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga makalah ini dapat
terselesaikan3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan
dorongan semangat agar makalah ini dapat kami selesaikan
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi baik
yang tulus dan ihklas kepada semua pihak yang penulis sebutkan di
atas.Tak ada gading yang tak retak, untuk itu kamipun menyadari
bahwa makalah yang telah kami susun dan kami kemas masih memiliki
banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis
maupun non-teknis. Untuk itu penulis membuka pintu yang
selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan
kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan
mendatang. Dan apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang
dianggap tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan
Samarinda, 21Januari 2014
DAFTAR ISIKATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUANA. Latar
BelakangB. Rumusan MasalahC. Manfaat
BAB II PEMBAHASANA. Filsafat Ketuhanan Dalam IslamB. Pembuktian
Wujud TuhanC. Proses Terbentuknya ImanD. Keimanan Dan KetakwaanE.
Golongan - Golongan Dalam IslamF. Pengertian TauhidG. Beberapa
macam TauhidH. Apluikasi Tauhid
BAB III PENUTUPF. Pengertian TauhidG. Beberapa macam TauhidH.
Apluikasi Tauhid
BAB IV PENUTUPKesimpulanSaranDAFTAR PUSTAKA
BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGSeorang muslim yang paripurna
adalah nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal dan hatinya
tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan
Allah dan manusia, sehingga sulit diterka mana lebih dulu berperan
kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini
merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun kemurnian
aqidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola pikir teologis
yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi
aqidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat
dapat diterima sebagai ajaran aqidah yang benar dan lurus.
Konsep ketuhanan dalam islam mulai muncul setelah wafat-Nya
Rasulullah Muhammad SAW. Karena muncul beberapa aliran yang
sifatnya tradisional dan modern. Sering sekali terjadi pendapat dan
tafsiran terhadap Al-quran dan Hadits. Ada yang melihat secara
tekstual dan ada yang melihat secara kontekstual.
Dalam islam konsep ketuhanan merupakan hal utama dan paling awal
yang harus diperbaiki karena itu merupakan pondasi yang menopang
kehidupan keislamannya nanti. Pondasi itu harus benar-benar kuat
dan kokoh karena kalau tidak itu akan mengurangi hakekat keislaman
seorang manusia.
Pembuktian wujud tuhan seorang islam atau pembuktian wujud Allah
sangatlah susah karena tidak ada yang pernah dan bisa melihat Allah
tapi hal yang harus kita ketahui bahwa manusia tidak mungkin bisa
ada tanpa pencipta, dunia dan alam ini tidak mungkin bisa ada tanpa
pencipta.Tidak mungkin semua hal itu bisa ada tanpa adanya sang
pencipta. Dan penciptanya itu adalah Allah. Manusia, hewan, dan
alam ini adalah akibat sedangkan akibatnya adalah Allah SWT.
Keimanan seseorang tumbuh dari lingkungan, seorang anak yang
lahir dari keluarga yang bagus ibadahnya kemungkinan besar
ibadahnya juga bagus, keimanan akan tumbuh dengan baik ketika kita
pelihara, harus ada pembiasaan dalam melakukan ibadah.
Beriman kepada Allah tidak hanya sekedar mengucapkan tapi harus
dikuatkan dalam hati dan dibuktikan lewat perbuatan. Perbuatan yang
kami maksud adalah perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama
islam.
B. RUMUSAN MASALAH1. Seperti apakah filsafat ketuhanan dalam
islam ?2. Bagaimana pembuktian wujud tuhan dalam islam ?3.
Bagaimana proses terbentuknya iman ?4.Bagaimanakeimanankeimanan dan
ketakwaan seseorang ?5. Ada berapa golongan - golongan dalam Islam
?6.Apakah pengertian dari tauhid?7.Berapa macamkah jenis
tauhid?8.Apakah aplikasi dari tauhid?
C. MANFAAT1. Mengetahui filsafat ketuhanan dalam islam2.
Mengetahui pembuktian wujud tuhan dalam islam3. Mengetahui proses
terbentuknya iman4. Mengetahui keimanan dan ketakwaan seseorang5.
Mengetahui golongan - golongan dalam Islam6. Mengerti pengertian
Tauhid7. Mengetahui beberapa macam Tauhid8. Dan mengetahui aplikasi
dari Tauhid
BAB IIPEMBAHASANA. FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAMFilsafat
Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal
budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang
yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen,
Yahudi) akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha
memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para
manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang
dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut
atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan
bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.
Meyakini adanya Tuhan adalah masalah fithri yang tertanam dalam
diri setiap manusia, namun karena kecintaan mereka kepada dunia
yang berlebihan sehingga mereka disibukkan dengannya, mengakibatkan
mereka lupa kepada Sang Pencipta dan kepada jati diri mereka
sendiri. Yang pada gilirannya, cahaya fitrah mereka redup atau
bahkan padam.
Walaupun demikian, jalan menuju Allah itu banyak. Para ahli
marifat berkata, Jalan-jalan menuju marifatullah sebanyak nafas
makhluk. Salah satu jalan marifatullah adalah akal. Terdapat
sekelompok kaum muslim, golongan ahli Hadis (Salafi) atau Wahabi,
yang menolak peran aktif akal sehubungan dengan ketuhanan. Mereka
berpendapat, bahwa satu-satunya jalan untuk mengetahui Allah adalah
nash (Al Quran dan Hadis). Mereka beralasan dengan adanya sejumlah
ayat dan riwayat yang secara lahiriah melarang menggunakan akal
(rayu). Padahal kalau kita perhatikan, ternyata Al Quran dan Hadis
sendiri mengajak kita untuk menggunakan akal, bahkan menggunakan
keduanya ketika menjelaskan keberadaan Allah.
Perkataan Illah, yang selalu diterjemahkan "Tuhan" Dalam bahasa
Alquran dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan dan
dipentingkan oleh manusia, misalnya dalam QS.Al jatsiyah (45) ;
23.
Ayat diatas menunjukkan bahwa perkataan illah bisa mengandung
arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi)
maupun benda nyata (Firaun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja).
Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Illah yang tepat,
berdasarkan logika Alquran sebagai berikut :Tuhan (Ilah) ialah
sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai
oleh-Nya.
Dalam ajaran islam diajarkan la ilaaha illa Allah. Susunan
kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu tidak ada Tuhan,
kemudian baru diikuti dengan penegasan melainkan Allah. Hal itu
berarti seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam
tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada
satu Tuhan yaitu Allah.
B. PEMBUKTIAN WUJUD TUHANAdanya alam organisasinya yang
menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh memberikan
penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya,
suatu akal yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya
bahwa dirinya ada dan percaya pula bahwa alam ini ada. Dengan dasar
itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan
ilmiah dan kehidupan.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus
percaya tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan:
percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq adalah suatu
pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu
yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu
bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu
bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya,
ada dengan sendirinya tanpa pencipta ?
Dalam al-Quran, penggambaran tentang pengakuan akan eksistensi
Tuhan dapat ditemukan dalam Q.S al-Ankabut, 29: 61-63. Dalam ayat
61-63 dijelaskan bahwa: bangsa arab yang penyembah berhala tidak
menolak eksistensi pencipta langit dan bumi".
Berdasarkan kandungan ayat ini, dapat dipahami bahwa bangsa arab
sesungguhnya telah memahami dan meyakini akan eksistensi tuhan
sebagai pencipta langit dan bumi serta pengaturnya. Namun menurut
al-Quran, ada segelintir anak manusia yang menolak eksistensi
tuhan, seperti penggambaran al-Quran dalam Q.S. al-Jasyiah (45):
24. Ayat ini menegaskan bahwa:mereka berkata: kehidupan ini tidak
lain hanyalah kehidupan didunia saja, kita mati dan kita hidup, dan
tidak ada yang membinasakan kita selain masa. Penolakan akan
eksistensi Tuhan oleh sebagian kecil manusia itu hanya didasarkan
pada dugaan semata dan tidak didasarkan pada pengetahuan yang
meyakinkan seperti ditegaskan dalam klausa penutup ayat 24
tersebut, yaitu: "mereka sekali kali tidak mempunyai pengetahuan
tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja."
Banyak sekali ayat yang terkandung dalam Al-Quran yang
menjelaskan tentang keberadaan Allah sebagai tuhan semesta alam
seperti yang terkandung dalam surah Ali-Imran ayat 62 yang artinya
sesungguhnya ini adalah kisah yang benar. Tidak ada Tuhan selain
Allah dan sungguh Allah MahaPerkasa, Mahabijaksana."
Ke-Esaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau
disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang
mengikrarkan kalimat syahadat "La ilaaha illa Allah" harus
menempatkan Allah sebagai prioritas utama dalam setiap tindakan dan
ucapannya.
C. PROSES TERBENTUKNYA IMANBenih iman yang dibawah sejak dalam
kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang
unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif, besar
kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih iman.
Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan
iman/kepribadian seseorang, baik yang datang dari lingkungan
keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk
benda-benda mati seperti cuaca, tanah , air dan lingkungan flora
serta fauna.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak
langsung, baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat
berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua dalam
rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi
anak-anak. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda:setiap anak, lahir
membawa fitrah, Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut
menjadi Yahudi, Nasrani atau majusi.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali
dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau
benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai
iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka
orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu
diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula
benci berubah menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan untuk
melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang
dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan terampil
dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.
D. KEIMANAN DAN KETAKWAANIman atau kepercayaan merupakan dasar
utama dalam memeluk suatu agama karena dengan keyakinan dapat
membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang
dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman
dapat membentuk orang jadi bertaqwa.
Dalam surah Al-Baqarah ayat 165 dikatakan bahwa orang beriman
adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah. Oleh karena itu
beriman kepada Allah berarti amat sangat cinta dan yakin terhadap
ajaran Allah yaitu Al-Quran. Jika kita ibaratkan dengan sebuah
bangunan, keimanan adalah pondasi yang menopang segala sesuatu yang
berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat
tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut. Meskipun demikian
keimanan saja tidak cukup ia harus diwujudkan dengan amal perbuatan
yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan
tidaklah sempurna jika hanya diyakini dalam hati tapi juga harus
diwujudkan dengan diikrarkan oleh lisan dan dibuktikan dengan
tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai
pokok dan cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan
keyakinan yang mendorong seorang muslim berbuat amal
shaleh.seseorang dikatakan beriman bukan hanya percaya terhadap
sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan
sesuatu sesuai keyakinannya
Berbicara masalah keimanan, kita bisa melihat takaran keimanan
seseorang dari tanda-tandanya seperti :1. Jika menyebut atau
mendengar nama Allah hatinya bergetar, dan berusaha agar Allah
tidak lepas dari ingatannya.2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja
keras berdasarkan keimanan3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan
selalu melaksanakan perintahnya4. Menafkahkan rizky yang
diperolehnya di jalan Allah5. Menghindari perkataan yang tidak
bermanfaat dan menjaga kehormatan6. Memelihara amanah dan menepati
janji
Manfaat dan pengaruh Iman dalam kehidupan manusia :1. Iman
melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda2. Iman menanamkan
semangat berani menghadapi maut3. Iman memberikan ketentramann
jiwa4. Iman mewujudkan kehidupan yang baik5. Iman melahirkan sikap
ikhlas dan konsekuen
Takwa berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah yang berarti takut,
menjaga, memelihara dan melindungi, maka secara etimologi taqwa
dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten
(istiqomah). Hakikat takwa sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq
bin HubaibTakwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah
berdasarkan nur (petunjuk) dari Allah karena mengharapkan pahala
dari-Nya Dan engkau meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan
cahaya dari Allah karena takut akan siksa-Nya."
Kata takwa juga sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau
menjauhi hal-hal yang diharamkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu
Hurairah Radhiallaahu anhu ketika ditanya tentang takwa, beliau
mengatakan:Apakah kamu pernah melewati jalanan yang berduri?Si
penanya menjawab, Ya.Beliau balik bertanya, Lalu apa yang kamu
lakukan?Orang itu menjawab, Jika aku melihat duri, maka aku
menyingkir darinya, atau aku melompatinya atau aku tahan
langkah.Maka berkata Abu Hurairah, Seperti itulah takwa".
Karakteristik orang yang bertakwa secara umum dapat
dikelompokkan ke dalam 5 kategori / indikator ketaqwaan:1. Iman
kepada Allah,iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para nabi,
dengan kata lain instrumen ketaqwaan yang pertama ini dikatakan
dengan memelihara Fitrah Iman.2. Mengeluarkan harta yang dikasihnya
kepada kerabat, anak yatim, orang0orang miskin, orang-orang yang
putus di perjalanan, Atau dengan kata lain mencintai umat
manusia.3. Mendirikan shalat dan zakat4. Menepati janji5. Sabar
disaat kepayahan, dan memiliki semangat perjuangan
Hubungan Takwa dengan Allah SWTSeseorang yang bertakwa
(muttaqin) adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan
selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara hubungan
dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga
dapat menghindari dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya
konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Karena itu inti ketaqwaan
adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
Memelihara hubungan dengan Allah SWT dimulai dengan melaksanakan
tugas (ibadah) secara sungguh-sungguh dan ikhlas, dan memelihara
hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang
dilarang Allah.
Hubungan Takwa dengan sesama manusiaHubungan dengan Allah
menjadi dasar bagi sesama manusia yang bertakwa akan dapat dilihat
dari peranannya ditengah-tengah masyarakat. Sikap takwa tercermin
dalam bentuk kesediaan untuk mendorong orang lain, melindungi yang
lemah dan berpihak pada kebenaran dan keadilan.
Hubungan Takwa dengan Diri sendiri1. Sabar, yaitu sikap diri
menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik perintah,
larangan, maupun musibah yang menimpanya. Sabar terhadap perintah
adalah menerima dan melaksanakan perintah dengan ikhlas. Dalam
melaksanakan perintah terhadap upaya untuk mengendalikan diri agar
perintah itu dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar
dan usaha kepada Allah. Tawakal bukanlah menyerah, tetapi
sebaliknya usaha maksimal tetapi hasilnya diserahkan seluruhnya
kepada Allah yang menentukan.
3. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas apa saja yang
diberikan Allah atau sesame manusia. Bersyukur kepada Allah adalah
sikap berterima kasih terhadap apa saja yang telah diberikan Allah,
baik dengan ucapan maupun perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan
adalah mengucapkan hamdalah sedangkan bersyukur dengan perbuatan
adalah menggunakan nikmat yang diberikan Allah sesuai dengan
keharusannya.
4. Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai
konsekuensinya dari komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi
berani berkaitan dengan nilai nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari
hubungan seseorang dengan dirinya terutama berkaitan dengan
pengendalian dari sifat sifat buruk yang datang dari dorongan hawa
nafsunya.
E. GOLONGAN GOLONGAN DALAM ISLAMDalam perkembangannya, golongan
golongan dalam Islam yang berlainan aqidah semakin banyak
bermunculan. Berikut adalah golongan golongannya:1) Ahlussunnah wal
JamaahAhlussunnah adalah satu satunya aliran yang meyakini aqidah
Islam secara lurus sesuai apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Nama Ahlussunnah wal Jamaah sendiri memiliki arti pengikut
sunnah Nabi Muhammad saw dan para Khulafa ur Rasyidin sahabat
beliau. Ahlussunnah adalah golongan yang disebutkan dalam hadits
sebagai satu satunya aliran yang pengikutnya akan masuk surga.
Golongan Ahlussunnah dirumuskan oleh Syeikh Abu Hasan Ali
Al-Asyari pada abad III Hijriyah sebagai reaksi terhadap kemunculan
paham paham aqidah yang sesat pada masa itu. Beliau adalah seorang
ulama besar yang lahir di Basrah, Iraq pada tahun 260 H. Tokoh
besar Ahlussunnah lainnya adalah Syeikh Abu Manshur Muhammad bin
Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi. Beliau lahir di Desa Maturid,
Samarkand pada tahun 333 H. Beliau adalah ulama yang memperinci
aqidah Ahlussunnah.
2) SyiahSyiah dalam Bahasa Arab memiliki arti pengikut. Golongan
Syiah menyebut diri mereka sebagai pengikut Ali bin Abi Thalib ra.
Golongan Syiah berkeyakinan bahwa khalifah yang sah sepeninggal
Nabi Muhammad saw hanyalah Sayidina Ali bin Abi Thalib ra.
Pendiri golongan ini adalah Abdullah bin Saba, seorang pendeta
Yahudi dari Yaman yang masuk Islam. Pada masa kekhalifahan Sayidina
Utsman bin Affan ra di tahun 30 H, Abdullah bin Saba memeluk agama
Islam dan berkunjung ke Madinah. Sesampainya di Madinah, ia tidak
mendapatkan sambutan sebagai tokoh besar sesuai yang diharapkannya
dari khalifah sehingga ia menganggap umat Islam tidak menghargainya
sebagaimana umat Yahudi menghargainya sebelum ia masuk Islam. Ia
menjadi benci terhadap khalifah Utsman bin Affan ra sehingga
membangun golongan sendiri dengan paham kekhalifahan Sayidina
Utsman bin Affan ra dan 2 sahabat pendahulunya tidak sah, karena
mereka merebut tahta khalifah dari Sayidina Ali bin Abi Thalib
ra.
Keyakinan Syiah yang bertentangan dengan Ahlussunnah adalah
sebagai berikut:a) Pemimpin yang sah pada masa khulafaur rasyidin
hanya 1 yaitu Sayidina Ali bin Abi Thalib ra, ketiga sahabat
lainnya (Sayidina Abu Bakar ra, Umar ra, dan Utsman ra) adalah
pemimpin yang tidak sah karena merebut kekhalifahan dai Sayidina
Ali ra.
b) Nabi Muhammad saw tidak digantikan oleh khalifah, melainkan
imam-yang juga berkedudukan sebagai pemimpin agama layaknya nabi.
Para imam bersifat maksum seperti nabi, tidak pernah berbuat
dosa.
c) Roh para imam akan tetap ada dalam diri imam penggantinya
secara turun temurun dan suci
d) Pengikut Syiah memiliki syareat untuk taqiyah, yaitu
menyembunyikan paham asli mereka dan memperlihatkan keyakinan
Ahlussunnah pada dunia, sehingga hal ini melahirkan kebohongan
dalam sikap mereka, dan kebohongan taqiyah ini tidak dosa menurut
mereka.
e) Nikah Mutah adalah halal. Nikah Mutah adalah pernikahan tanpa
wali dan saksi, yang jangka waktu hubungan pernikahannya ditentukan
sesuai kesepakatan antara pengantin pria dan wanita sejak awal.
Nikah Mutah membolehkan menikahi siapa saja, lebih dari 4 wanita.
Setelah jangka waktu itu habis dan mahar dibayar, hubungan
pernikahan berakhir.
3) KhawarijGolongan Khawarij didirikan oleh kumpulan orang orang
yang membenci Muawiyah karena ia melawan kekhalifahan yang sah,
sekaligus membenci khalifah Ali bin Abi Thalib yang mereka anggap
lemah dalam menegakkan kebenaran karena mau diajak berunding damai
oleh pihak Muawiyah yang hampir kalah dalam Perang Siffin. Dalam
bahasa Arab khawarij memiliki arti keluar, yakni orang orang yang
tak memihak Muawiyah maupun khalifah Ali bin Abi Thalib ra.
Paham Khawarij yang keliru adalah sebagai berikut:a) Setiap
orang yang tidak setuju dengan paham mereka adalah kafir, dan orang
orang kafir halal darahnya.
b) Khalifah Ali bin Abi Thalib ra adalah kafir karena mau
menerima ajakan perundingan damai dengan pihak pemberontak pada
Perang Siffin, padahal ketika itu sudah hampir memenagkan
pertempuran.
c) Muawiyah dan kelompoknya adalah kafir karena telah melawan
kekhalifahan Sayidina Ali bin Abi Thalib ra.
d) Semua dosa adalah dosa besar. Setiap orang muslim yang
berbuat dosa adalah kafir, wajib diperangi dan boleh dibunuh serta
dirampas hartanya.
e) Anak anak orang kafir yang meninggal sebelum baligh akan
tetap dimasukkan ke neraka karena mengikuti orang tuanya yang
kafir, padahal orang yang belum baligh tidak memiliki dosa.
4) MurjiahArti Murjiah adalah orang orang yang menangguhkan.
Golongan Murjiah adalah orang orang yang menjauhkan diri dari
pertikaian politik di awal abad 1 Hijriyah pada masa kekhalifahan
Sayidina Ali bin Abi Thalib ra. Ketika mereka dimintai pendapat
tentang kemelut politik di saat itu, mereka selalu menjawab, Kita
tunggu saja penyelesaian masalah ini sampai di hadapan Tuhan pada
saatnya Hisab amal nanti, di situlah nanti kita melihat mana yang
benar dan mana yang salah. Lama kelamaan opini ini semakin merembet
ke segala hal dan kemudian membentuk pemikiran yang salah tentang
aqidah sebagai berikut:a) Iman itu cukup dengan mengenal hanya
Tuhan dan para rasulNya. Setelah beriman seperti itu, maka dosa
tidak berpengaruh. Tidak apa apa melakukan dosa atau hal hal yang
membuat seseorang menjadi kafir seperti menghina nabi, Quran, dan
lain lain, sebagaimana perbuatan baik tidak ada artinya apabila
seseorang masih kafir.
b) Orang yang bersalah tidak perlu dihukum di dunia. Cukuplah
Allah swt yang memberikan hukuman yang paling adil di akhirat
nanti. Sehingga menurut keyakinan ini, hukum syareat Islam dianggap
tidak perlu sehingga umat Islam tidak perlu menerapkan syareat
Islam dalam kehidupan sehari hari.
5) MutazilahMutazilah dalam bahasa Arab berarti orang orang yang
memisahkan diri. Nama Mutazilah mengacu pada sebutan untuk
pendirinya, Washil bin Atha. Washil bin Atha lahir pada tahun 80 H,
beliau adalah murid dari ulama besar di Baghdad, Imam Hasan Bashri.
Washil bin Atha menentang pelajaran yang diberikan gurunya
berdasarkan Al-Quran dan hadits, serta membuat ajaran baru
berdasarkan logika.
Golongan Mutazilah adalah orang orang yang lebih mempercayai
rasionalitas mereka daripada Al-Quran dan hadits. Sehingga apabila
ada ayat Al-Quran maupun hadits yang menurut mereka tidak masuk
akal, mereka akan memutar mutar maknanya sehingga sesuai dengan
akal mereka. Ajaran ajaran Mutazilah yang bertentangan dengan paham
Ahlussunnah adalah:a) Baik dan buruk adalah berdasarkan akal, bukan
Al-Quran dan Hadits. Sehingga penilaian benar dan salah menjadi
relatif karena akal manusia terus berkembang dan berubah seiring
perkembangan budaya dan zaman.
b) Allah tidak memiliki sifat apapun, karena kalau Allah
memiliki sifat maka Allah tidak Maha Esa karena akan ada Allah itu
sendiri dan sifatNya secara terpisah (contoh Allah Ar-Rahman
berarti artinya adalah ada Allah dan ada Sang Maha Pengasih,
keduanya terpisah. Berarti Allah tidak Maha Esa, karena ada Tuhan
Allah dan Tuhan Maha Pengasih).
c) Al-Quran adalah makhluk, diciptakan Tuhan. Padahal Al-Quran
adalah firman Allah swt, bukan makhlukNya.
d) Orang mumin yang berbuat dosa besar akan dimasukkan ke neraka
untuk selama lamanya karena dosa besarnya, namun siksaan diperingan
karena orang tersebut beriman sewaktu di dunia. Maka tempat orang
itu kelak adalah bukan di neraka, yg siksaannya beratm tapi bukan
juga di surga, yang bebas dari siksaan. Tempat mereka adalah di
antara surga dan neraka. Ahlussunnah berkeyakinan hanya ada dua
tempat di akhirat, yaitu surga dan neraka, tidak ada tempat antara.
Sehingga orang mumin yang berbuat dosa bisa saja mendapat ampunan
total atas rahmat Allah swt, mendapat pengurangan siksa di neraka
karena syafaat rasul saw, atau disiksa sesuai masa hukumannya di
neraka kemudian setelah masa hukuman habis orang tersebut
dibebaskan dari neraka dan dimasukkan ke surga.
e) Nabi Muhammad saw tidak pernah melakukan perjalanan miraj,
yang lokasi tujuannya adalah Sidratul Muntaha, dan hanya ditempuh
dalam 1 malam, karena ini adalah sesuatu yang irasional. Padahal
dalam hadits diterangkan bahwa rasul saw benar benar menempuh
perjalanan itu dengan jasad dan ruhnya dalam alam sadar serta bukan
mimpi.
6) QadariyahArti Qadariyah adalah paham kuasa. Golongan
Qadariyah adalah golongan yang memiliki paham seluruh aktivitas
manusia adalah hasil keinginan manusia itu sendiri tanpa ada campur
tangan Tuhan. Golongan ini merupakan cabang dari Mutazilah, karena
paham Qadariyah lahir dari pemikiran Mutazilah.
Paham Qadariyah amat bertentangan dengan keyakinan aqidah
Ahlussunnah. Qadariyah meyakini bahwa Allah swt menciptakan
manusia, kemudian berlepas tangan setelah itu. Sehingga Allah swt
tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh manusia. Allah swt hanya
akan melihat dan memperhatikan apa yang diperbuat oleh ciptaanNya
tersebut. Hal ini amat berlawanan dengan keyakinan Ahlussunnah,
dimana Allah swt adalah Maha Tahu akan semua perbuatan manusia,
baik yang sudah, sedang, maupun belum dikerjakan.
7) JabariyahJabariyah dalam bahasa Arab memiliki arti
keterpaksaan. Golongan Jabariyah adalah golongan yang memiliki
keyakinan Seluruh aktivitas manusia merupakan kemauan Tuhan.
Manusia tidak dapat melakukan apa apa dan hanya bergerak secara
terpaksa mengikuti kehendak Tuhan. Tidak ada konsep ikhtiar dalam
keyakinan Jabariyah.
Golongan Jabariyah didirikan oleh Jaham bin Safwan, sekretaris
Harits bin Sureih, pejabat daerah Khurasan pada era pemerintahan
Bani Umayyah. Popularitas Jaham semakin meningkat karena ia giat
melakukan orasi menentang paham Qadariyah. Ia menyuarakan keyakinan
Ahlussunnah akan seluruh perbuatan manusia pada hakikatnya
dijadikan Tuhan karena Tuhan Maha Kuasa. Namun pemikirannya terlalu
radikal hingga mencapai kesimpulan bahwa manusia sama sekali tidak
melakukan apa apa dan hanya Tuhan yang menggerakkannya.
Keyakinan Jabariyah yang menyimpang adalah sebagai berikut:a)
Tidak ada usaha dan ikhtiar manusia. Semua perbuatan manusia adalah
dikendalikan Tuhan. Kalau manusia ibadah maka sebenarnya Tuhan-lah
yang menggerakkannya, begitu pula kalau manusia berbuat dosa,
berarti Tuhan-lah yang berdosa. Maka tidak apa apa manusia berbuat
maksiat karena sebenarnya Tuhan-lah yang menggerakkannya.
b) Iman cukup hanya dengan diakui dalam hati. Padahal menurut
keyakinan Ahlussunnah iman adalah pengakuan dalam hati dan ucapan
yang didukung dengan tindakan nyata untuk membuktikannya.
8) NajariyahGolongan Najariyah didirikan oleh murid Basyar
Al-Marisi, salah seorang guru besar penganut aliran Mutazilah,
yaitu Abu Abdillah Husein bin Muhammad An-Najar. Nama Najariyah
mengacu pada gelar pendirinya yaitu An-Najar. Golongan ini
didirikan antara 198-218 H pada masa Khalifah Al-Mamun.
Paham Najariyah berusaha menggabungkan paham aliran Mutazilah,
Syiah, Ahlussunnah, Jabariyah, dan Murjiah menjadi satu. Cara ini
tentu menghasilkan kesimpulan kesimpulan yang saling bertentangan
sehingga hanya memiliki sedikit pengikut dan pada akhirnya aliran
ini punah.
Paham Najariyah yang sesat adalah sebagai berikut:a) Orang mumin
yang berbuat dosa dan tidak bertaubat semasa hidupnya pasti akan
dimasukkan ke neraka. Padahal menurut Ahlussunnah masih ada
kemungkinan orang tersebut tidak masuk ke neraka karena mendapat
syafaat dari rasul saw.
b) Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata kepala manusia di surga.
Padahal dalam keyakinan Ahlussunnah, orang yang masuk surga akan
dapat melihat Allah swt dengan mata kepalanya sendiri sesuai QS
Al-Qiyamah: 22-23.
9) MusyabihahMusyabihah dalam bahasa Arab memiliki arti
menyerupakan. Golongan Musyabihah adalah orang orang yang
menyerupakan Allah swt dengan makhlukNya. Hal ini dikarenakan
mereka menafsirkan ayat ayat Quran hanya berdasarkan makna
lugasnya, sedangkan banyak sekali ayat ayat Quran yang justru
maknanya adalah berupa kiasan.
Penafsiran yang salah tersebut menimbulkan keyakinan yang keliru
sebagai berikut:a) Allah swt memiliki tangan seperti manusia,
menurut ayat:Tangan Allah di atas tangan mereka (Al-Fath:
10)Padahal ayat tersebut merupakan ungkapan yang bermakna kias.
Arti sebenarnya adalah:Kekuasaan Allah di atas kekuasaan mereka
(Al-Fath: 10)
b) Allah swt duduk di atas tahta Arasy sebagaimana seorang Raja
duduk di atas kursi raja, menurut ayat:Allah Ar-Rahman duduk di
atas Arasy (Thaha: 5)Padahal arti kiasan ayat tersebut yang
seharusnya adalah:Allah Ar-Rahman menduduki (menguasai) Arasy
(Thaha: 5)
c) Allah swt memiliki tubuh yang bercahaya, berdasarkan
ayat:Allah adalah cahaya langit dan bumi (An-Nur: 35)Padahal arti
kiasan sebenarnya dari ayat tersebut adalah:Allah adalah pemberi
petunjuk di langit dan di bumi (An-Nur: 35)
10) WahabiPaham Wahabi didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab.
Nama Wahabi mengacu pada nama orang tua pendiri aliran ini, yaitu
Abdul Wahab. Muhammad bin Abdul Wahab lahir di Desa Ainiyah, sebuah
desa kecil di jazirah Arab, pada tahun 1115 H. Pemikirannya lahir
dari literatur para tokoh Islam sesat dari masa masa sebelumnya.
Aliran Wahabi cenderung bersikap radikal dan mengkafirkan orang
orang yang tidak setuju dengan fatwa fatwa mereka.
Fatwa fatwa keliru Wahabi adalah sebagai berikut:a) Ziarah kubur
hukumnya haram, karena umat Islam tidak boleh berdoa meminta kepada
selai Allah swt, apalagi meminta kepada orang yang sudah mati.
Padahal menurut paham Ahlussunnah ziarah kubur bukan berarti
memohon pada ahli kubur yang diziarahi, melainkan mengunjungi makam
makam orang shaleh yang sudah meninggal. Hal ini ditujukan untuk
mengingatkan kita akan jasa mereka yang telah berkontribusi
terhadap perkembangan Islam semasa hidup mereka, mendoakan kebaikan
mereka, dan memohon pada Allah swt agar kita dapat melakukan amal
yang lebih bernilai seperti mereka.
b) Perayaan maulid nabi adalah mengada ada dan hukumnya haram
karena tidak ada contoh langsung dari Nabi Muhammad saw sendiri.
Padahal isi acara perayaan maulid nabi adalah berdoa bersama untuk
meneladani kehidupan beliau saw dan sama sekali tidak mengandung
hal hal musyrik yang dilarang agama.
11) AhmadiyahNama Ahmadiyah diambil dari nama pendirinya yaitu
Mirza Gulam Ahmad. Mirza Gulam Ahmad lahir di Desa Qadiyan, Punjab,
Pakistan-pada tahun 1836 M. Mirza Gulam Ahmad menobatkan dirinya
sebagai nabi setelah Nabi Muhammad saw. Pernyataan ini lahir dari
pengaruh ajaran Syiah yang berkembang pesat di daerahnya ketika
itu. Dalam keyakinan Syiah, kenabian dan kerasulan belum putus.
Imam imam mereka adalah para penerus kenabian Muhammad saw dan
masih menerima wahyu Tuhan.
Paham sesat Ahmadiyah adalah sebagai berikut:a) Mirza Gulam
Ahmad, pendiri Ahmadiyah-adalah nabi. Padahal nabi tereakhir adalah
nabi Muhammad saw.
b) Perintah berjihad hanyalah untuk berjuang secara lisan.
Padahal menurut paham Ahlussunnah jihad adalah segala bentuk usaha
untuk memperjuangkan agama Allah swt, baik dalam bentuk ucapan
maupun tindakan lainnya.
BAB 1111. A. Pengertian TauhidTauhid, secara bahasa berasal dari
kata wahhada yuwahhidu yang artinya menjadikan sesuatu
satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara istilah syari,
tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal Mencipta, Menguasai,
Mengatur dan mengikhlaskan (memurnikan) peribadahan hanya
kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya serta
menetapkan Asmaul Husna (Nama-nama yang Bagus) dan Shifat Al-Ulya
(sifat-sifat yang Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari
kekurangan dan cacat.A. Pembagian TauhidTauhid dibagi menjadi tiga
macam:1. Tauhid Ar-RububiyyahYaitu mengesakan Allah dalam hal
perbuatan-perbuatan Allah, dengan meyakini bahwasanya Dia adalah
satu-satuNya Pencipta seluruh makhluk-Nya. Allah berfirmanyang
artinya:Katakanlah: Siapakah Tuhan langit dan bumi? Jawabnya:
Allah. Katakanlah: Maka Patutkah kamu mengambil
pelindung-pelindungmu dari selain Allah, Padahal mereka tidak
menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri
mereka sendiri?. Katakanlah: Adakah sama orang buta dan yang dapat
melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; Apakah
mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan
seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut
pandangan mereka? Katakanlah: Allah adalah Pencipta segala sesuatu
dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (Ar-Rad: 16)dan
Dia adalah Pemberi Rezeki bagi seluruh binatang dan manusia,
Firman-Nyayang artinya:Dan tidak ada suatu binatang melata pun di
bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui
tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. (Hud: 6)Dia
adalah Raja segala raja, Pengatur semesta alam, Pemberi ketentuan
takdir atas segala sesuatu, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan.2.
Tauhid Al-UluhiyyahTauhid Al-Uluhiyyah disebut juga Tauhid Ibadah,
dengan kaitannya yang disandarkan kepada Allah disebut tauhid
uluhiyyah dan dengan kaitannya yang disandarkan kepada hamba
disebut tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam
peribadahan.3. Tauhid Al-Asma wa ShifatTauhid Al-Asma wa Shifat
yaitu mengesakan Allah dalam Nama-nama dan Sifat-sifat bagi-Nya,
dengan menetapkan semua Nama-nama dan sifat-sifat yang Allah
sendiri menamai dan mensifati Diri-Nya di dalam Kitab-Nya
(Al-Quran), Sunnah Nabi-Nya Shallallahu alaihi wa Sallam tanpa
Tahrif (menyelewengkan makna), Tathil (mengingkari), Takyif
(mempertanyakan/menggambarkan bagaimana-nya)dan Tamtsil
(menyerupakan dengan makhluk).Dan ketiga macam Tauhid ini terkumpul
dalam firman-Nyayang artinya: Tuhan (yang menguasai) langit dan
bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah Dia
dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu
mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?
(Maryam: 65).1 B. Aplikasi TauhidPengucapan kalimat tauhid dengan
lisan belaka tidaklah cukup karena ia mempunyai konsekuensi yang
harus di tunaikan. Para ulama menegaskan bahwa mengesakan Allah
adalah dengan meninggalkan perbuatan syirik baik kecil maupun
besar. Di antara konsekuensi pengucapan kalimat tauhid itu adalah
mengetahui kandungan maknanya kemudian mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Allah berfirman Maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya tidak ada tuhan melainkan Allah. Kalimat Tauhid
berarti Pengingkaran kepada segala sesuatu yg disembah selain Allah
SWT dan menetapkan bahwa yang berhak disembah hanyalah Allah semata
tidak kepada selain-Nya.Aplikasi secara sederhana dari kalimat
tauhid laa ilaaha illallah adalah keyakinan yang mutlak yang patut
kita tanamkan dalam jiwa bahwa Allah Maha Esa dalam hal mencipta
dalam penyembahan tanpa ada sesuatu pun yang mencampuri dan tanpa
ada sesuatu pun yang sepadan dengan-Nya kemudian menerima dengan
Ikhlas akan apa-apa yang berasal dari-Nya baik berupa perintah yang
mesti dilaksanakan ataupun larangan yang mesti di tinggalkan semua
itu akan mudah ketika hati ikhlas mengakui bahwa Allah SWT itu Maha
Esa.Sesungguhnya wajib bagi kita untuk mengenal Allah ( tauhid )
sebelum kita beribadah & beramal karena suatu ibadah itu
diterima jika Tauhid kita benar & tidak tercampur dengan
kesyirikan ( menyekutukannya dalam peribadatan ) , maka tegaknya
ibadah & amalan kita harus didasari terlebih dahulu dengan At
Tauhid sebagaimana akan kita jelaskan dibawah ini : Ketahuilah ( ya
Muhammad ) sesungguhnya tidak ada sembahan yang haq kecuali Allah,
& mohonlah ampun bagi dosa-dosamu, dan bagi (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan. ( QS. Muhammad : 19 ).Ketahuilah
semoga Allah merohmatimu- sesungguhnya Allah menegaskan &
mendahulukan serta mengutamakan untuk mengetahui dan berilmu
tentang At tauhid dari pada beribadah yaitu beristifghfar,
dikarenakan mengenal tauhid menunjukkan ilmu usul ( dasar pokok
& pondasinya agama ), adapun beristighfar menunjukkan ilmu furu
( cabang dan aplikasi dari ilmu usul tersebut ).Dan tidak ada
perselisihan sedikitpun dikalangan para ulama salaf dan khalaf
serta umat islam seluruhnya bahwasanya : paling afdal &
utamanya para nabi & rasul adalah ke empat nabi tersebut (
Muhammad, Musa, Isa, & Ibrahim ) , tatkala Allah menetapkan
& memerintahkan kepada empat rasul yang mulia ini untuk marifah
( berilmu & mengetahui ) ilmu usul dan dasar serta pondasi
agama yaitu Tauhid sebelum ilmu furu ( sebagai aplikasi dari ilmu
usul ).Inti dari pembahasan diatas : jadi telah tetap (syabit) dan
benar (haq) bahwasanya berilmu dan mengetahui serta mengenal at
tauhid itu adalah kewajiban yang paling pokok & utama sebelum
mengenal yang lainya serta beramal ( karena suatu amalan itu akan
di terima jika tauhidnya benar ).BAB IVPENUTUP1. A. Kesimpulan
Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan
pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut
filosofis. Manusia, hewan, tumbuhan dan seluruh alam semesta ini
lahir pasti ada penyebabnya, pasti ada penciptanya, dan penciptanya
itu adalah Allah tuhan bagi seluruh makhluk.Keimanan tidka hanya
diucapkan lewat bibir, tapi juga harus diyakini dalam hati, dan
dibuktikan lewat perbuatanTauhid dari segi bahasa mentauhidkan
sesuatu berarti menjadikan sesuatu itu esa. Dari segi syari tauhid
ialah mengesakan Allah didalam perkara-perkara yang Allah sendiri
tetapkan melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari segi Rububiyyah,
Uluhiyyah dan Asma Was Sifat.Tauhid di bagi menjadi tiga yaitu: (1)
Tauhid Ar-Rububiyyah Yaitu mengesakan Allah dalam hal
perbuatan-perbuatan Allah, dengan meyakini bahwasanya Dia adalah
satu-satuNya Pencipta seluruh makhluk-Nya, (2) Tauhid Al-Uluhiyyah
disebut juga Tauhid Ibadah, dengan kaitannya yang disandarkan
kepada Allah disebut tauhid uluhiyyah dan dengan kaitannya yang
disandarkan kepada hamba disebut tauhid ibadah, yaitu mengesakan
Allah Azza wa Jalla dalam peribadahan, (3) Tauhid Al-Asma wa Shifat
yaitu mengesakan Allah dalam Nama-nama dan Sifat-sifat bagi-Nya,
dengan menetapkan semua Nama-nama dan sifat-sifat yang Allah
sendiri menamai dan mensifati Diri-Nya di dalam Kitab-Nya
(Al-Quran), Sunnah Nabi-Nya Shallallahu alaihi wa Sallam tanpa
Tahrif (menyelewengkan makna), Tathil (mengingkari), Takyif
(mempertanyakan/menggambarkan bagaimana-nya)dan Tamtsil
(menyerupakan dengan makhluk).Aplikasi Tauhid bahwasanya berilmu
dan mengetahui serta mengenal at tauhid itu adalah kewajiban yang
paling pokok & utama sebelum mengenal yang lainya serta beramal
( karena suatu amalan itu akan di terima jika tauhidnya benar ).1.
B. SaranDengan penulisan makalah ini diharapkan pembaca Memperoleh
pengetahuan yang lebih luas tentang tauhid Lebih mendekatkan diri
kepada Allah Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua
pihak untuk dapat lebih mengembangkan ilmu pengetahuan Agama Islam
dan dapat pula mengerti dan paham akan ketakwaan keimanannya kepada
Allah SWT.
Daftar PustakaFauzan, Shalih. 2001. Kitab Tauhid I . Yogyakarta:
Universitas Islam
Indonesia.(http://id.islamiclopedia.org/wiki/Kitab_Tauhid-Tauhid)(http://blog.re.or.id/tauhid-dan-korelasinya-dalam-menghapus-dosa.htm)(http://halaqah.net/v10/index.php?action=printpage;topic=9800.0)Ahmadi,
Abu, dkk. 1991. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta, Bumi
Aksara.Azra, Azyumardi, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam Perguruan
Tinggi umum. Jakarta, Departemen Agama RI.Yunus, Muhammad. 1997.
Pendidikan Agama Islam untuk SLTP. Jakarta ,Erlangga.Suryana, A.
Toto. et.el. Pendidikan Agama Islam, (Bandung : tiga mutiara,
1996)KH. Siradjuddin Abbas. 1995. Itiqad Ahlussunnah Wal-Jamaah.
Jakarta: Pustaka Tarbiyah.