Top Banner

of 44

BAB I Jiwa

Jan 07, 2016

Download

Documents

rimayunike

BAB I Jiwa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahOrganisasikesehatan (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang positif, bukan sekedar keadaan tanpa penyakit. Seseorang dapat bertanggung jawab dan berfungsi dengan efektif dalam kehidupannya serta memiliki kepuasan dengan hubungan interpersonal jika memiliki kesejahteraan fisik, sosial, maupun emosional (Videbeck, 2008).

Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (Yosep, 2007). Seseorang dikatakan memiliki keseimbangan jiwa jika dapat menjalankan fungsi individual, interpersonal, dan sosial secara berkesinambungan. Adanya ketidakpuasan dengan karakteristik pribadi, hubungan tidak efektif terhadap peristiwa kehidupan atau perilaku menyimpang dari budaya dapat menjadi indikasi suatu gangguan jiwa (Videbeck, 2008).

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2011). Menurut Yosep (dalam Daimayanti, 2010) gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik maupun mental yang meliputi gangguan jiwa dan sakit jiwa. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa masih mengetahui dan merasakan kesulitannya, serta kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan. Sedangkan orang yang terkena sakit jiwa tidak memahami kesulitannya, kepribadiaanya dari segi tanggapan, perasaan, dan dorongan motivasinya sangat terganggu. Orang tersebut hidup jauh dari alam kenyataan.

Menurut hasil studi Bank Dunia WHO menunjukkan bahwa beban yang ditimbulkan gangguan jiwa sangat besar, dimana terjadi global burden of disease akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1 %. Angka ini lebih tinggi dari TBC (7,2%), kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4%), dan malaria (2,6%) (Simanjuntak dan Daulay, 2006).

Berdasarkan data kependudukan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, dari 387.813 jumlah penduduk Kota Jakarta, 32.033 atau 8,25 persen diantaranya mengalami gangguan kesehatan jiwa. Terdiri dari 30.676 orang gangguan mental emosional, dan 1.357 orang ganguan jiwa berat. (Setyawan, 2013).

Salah satu bentuk gangguan jiwa yang umum terjadi adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu sindrom yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu. Insiden puncak awitannya adalah 15 sampai 25 tahun untuk pria dan 25 sampai 35 tahun untuk wanita. Prevalensi skizofrenia diperkirakan sekitar 1% dari seluruh penduduk. Di Amerika Serikat angka tersebut menggambarkan bahwa hampir tiga juta penduduk yang sedang, telah, atau akan terkena gangguan tesebut. Insiden dan prevalensi seumur hidup secara kasar sama di seluruh dunia (Videbeck, 2008).

Gejala yang sering muncul pada skizofrenia adalah halusinasi dimana gejala ini mencapai 70% dari seluruh gejala yang ada. Halusinasi didefinisikan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal atau pikiran dan rangsangan eksternal atau dunia luar. Seseorang memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawati, 2010).Halusinasi adalah suatu proses yang berkaitan erat dengan kepribadian seseorang, karena itu halusinasi selalu dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman psikologi seseorang. Misalnya seseorang yang mengalami stres, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku menjadi maladaptif seperti suka menyendiri, tertawa sendiri, dan respon verbal yang lambat. Apabila hal tersebut berkelanjutan, seseorang akan menjadi terbiasa dikendalikan halusinasinya dan tidak mampu mematuhi perintah, bahkan dalam fase yang lebih buruk, orang yang mengalami halusinasi dapat berpotensi menjadi perilaku kekerasan bahkan bunuh diri (Kusumawati, 2010).

Data rekam medik di RSJ Dr Soeharto Heerdjan Jakarta menunjukan pasien pada tahun 2012 diantaranya rawat jalan 26.449 klien, rawat inap 2.906 klien, dari rawat inap yang mengidap penyakit skizofrenia 2.233 klien, laki-laki 1.495 (66,9%) perempuan 738 (33,1%) (Medical record, 2012). Berdasarkan laporan periode bulan April 2013 sampai dengan Maret 2015, pasien yang dirawat di ruang Cempaka RSJ Dr Soeharto Heerdjan Jakarta di dapatkan dari 734 klien yang mengalami gangguan jiwa dan terdapat 693 klien yang mengalami gangguan sensori persepsi: halusinasi.

Diprediksi pada tahun 2015 kasus dengan gangguan jiwa didunia akan meningkat hingga 15% hal ini di sebabkan oleh semakin banyak populasi penduduk maka semakin menjadi permasalahan pada sumber daya manusia, hal ini menunjukkan bahwa upaya upaya pemerintah dalam menangani kasus gangguan jiwa khususnya halusinasi tidak banyak berhasil. Banyak penderita halusinasi yang kembali mengalami halusinasi dan menjalani rawat inap.

Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif kuratif dan rehabilitatif. Promotif adalah memberikan penjelasan tentang gangguan jiwa gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan pada masyarakat umum, mulai dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala sampai dengan komplikasi yang akan terjadi bila tidak segera ditangani. Preventif adalah memberi penjelasan cara pencegahan pasien dengan gangguan jiwa terutama dengan pasien gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan. Kuratif yaitu peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa terutama dengan gangguan sensori persespsi: halusinasi penglihatan secara mandiri serta memberikan obat-obatan sebagai tindakan kolaborasi dengan dokter. Rehabilitatif peran perawat dalam memperkenalkan pada anggota keluarga cara merawat pasien dengan gangguan jiwa terutama dengan gangguan sensori persepsi: halusiansi penglihatan di rumah.

Berdasarkan data diatas, masalah gangguan jiwa yang paling banyak yaitu mengalami halusinasi, sehingga penulis tertarik untuk membuat makalah Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Judul Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny.L dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Penglihatan di Ruang Cempaka RS Jiwa Soeharto Heerdjan Jakarta.

B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan UmumTujuan umum penulisan makalah ini yaitu kelompok dapat memperoleh gambaran dan pengalaman belajar secara nyata serta dapat mengelola klien dan penerapan diagnosa keperawatan secara komprehensif pada klien dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan. 2. Tujuan khususTujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah mahasiwa/i dapat:a. Melakukan pengkajian pada klien dengan masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan.b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan.c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan.d. Melakukan implementasi pada klien dengan masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan.e. Melakukan evaluasi pada klien dengan masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan.f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan.g. Membandingkan kesenjangan antara teori dengan kasus pada klien dengan masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan.h. Menemukan hambatan dan menentukan solusi pada kasus klien dengan masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan.

C. METODE PENULISANMetode penulisan dalam makalah ilmiah ini adalah deskriptif dan metode kepustakaan. Metode deskriptif yaitu metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan data, menganalisa data serta menarik kesimpulan yang selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi yang akan menjadi bahan pembahasan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:1. Studi kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari buku-buku kepustakaan sebagai landasan teori berhubungan dengan kasus.2. Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara berkomunikasi lansung dengan klien, perawat ruangan sesuai dengan masalah yang dibahas.3. Observasi yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan pemeriksaan pada klien terhadap masalah yang dibahas secara berkesinambungan.4. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari catatan medik dan keperawatan yang ada pada rekam medik klien sesuai dengan masalah yang dibahas.

D. Ruang LingkupRuang lingkup penulisan makalah ilmiah ini adalah Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan di ruang Cempaka RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta.

E. Sistematika PenulisanSistematika penulisan makalah ilmiah ini yang terdiri dari lima bab yaitu:BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, tujuan, metode penulisan, ruang lingkup dan sistematika penulisan.BAB II TINJAUAN TEORI, meliputi pengertian, psikodinamika, rentang respon dan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.BAB III TINJAUAN KASUS, meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan.BAB IV PEMBAHASAN, meliputi kesenjangan antara teori dan kasus serta faktor-faktor pendukung, penghambat dan solusi yang diantaranya: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.BAB V PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran.

BAB IITINJAUAN TEORI

A. PengertianMenurut Varcarolis 2006, Halusinasi dapat didefinisikan sebagai tergantungnya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering adalah halusinasi pendengaran (auditory-hearing voices or sounds), penglihatana (visual-seeing person or things), penciuman (olfactory-smelling odors), pengecapan (gustary-experiencing tastes).

Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. (Maramis, 2005).Halusinasi adalah ketidakmampuan klien menilai dan merespon pada realita. Klien tidak dapat membedakan rangsang internal dan eksternal. (Dalami, dkk. 2009).

Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghirupan (Direja, 2011). Sedangkan menurut Kusumawati dan Yudi (2011), Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.

B. PsikodinamikaGangguan otak karena keracunan, obat halusinogenik, gangguan jiwa seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi, psikososial yang dapat menimbulkan halusinasi dan pengaruh sosial budaya, sosial budaya yang berbeda menimbulkan persepsi yang berbeda (Sunaryo, 2004).

Halusinasi terjadi apabila yang bersangkutan mempunyai kesan tertentu tentang sesuatu, padahal dalam kenyataan tidak terdapat rangsangan apapun atau tidak terjadi sesuata apapun atau bentuk kesalahan pengatan tampa objektivitas pengindraan tidak disertai stimulus fisik yang adekuat (Suryono, 2004).

Menurut tim kesehatan jiwa fakultas kedokteran Universitas Indonesia tahap-tahap halusinasi, karakteristik dan perilaku yang ditampilkan oleh klien yang mengalami halusinasi yaitu:1. Tahap I (non psikotik)Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang menyenangkan bagi klien.a. Karakteristik (non verbal)Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan, mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas, pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran. b. Perilaku klienTersenyum atau tertawa sendiri, menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.

2. Tahap II (non psikotik)Pada tahap ini klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan berat, secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati.

a. Karakteristik (non verbal)Pengalaman sensori menakutkan, merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut, mulai merasa kehilangan kontrol, menarik diri dari orang lain.b. Perilaku klienTerjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, perhatian dengan lingkungan berkurang, konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya, kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realita.

3. Tahap III (psikotik)Klien biasanya dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat, dan halusinasinya tidak dapat ditolak lagi.a. Karakteristik (psikotik)Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya (halusinasi), isi halusinasinya menjadi atraktif, kesepian bila pengalaman sensori berakhirb. Perilaku klienPerintah halusinasinya ditandai, sulit berhubungan dengan orang lain, perhatian dengan lingkungan kurang atau hanya beberapa detik, tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan berkeringat.

4. Tahap IV (psikotik)Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik.a. KarakteristikPengalaman sensori menjadi mengancam, halusinasi dapat menjadi beberapa jam atau beberapa hari.b. Perilaku klienPerilaku panik, potensial untuk bunuh diri atau membunuh, tindak kekerasan agitasi, menarik atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap lingkungan.C. Proses Terjadinya Masalah1. Faktor PredsposisiMenurut Stuart dan Sundeen (2007), ada beberapa factor penyebab terjadinya gangguan halusinasi, yaitu faktor biologis, faktor psikologs, dan faktor social budaya. Adapun penjelasan yang lebih detail dari masing masing faktor adalah sebagai berikut :a. Faktor biologisAbnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologist maladaptif yang baru mulai dipahami, antara lain termasuk hal hal berikut :1) Penelitian pencitraan otak mulai menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamine dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.3) Faktor genetik, hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.b. Faktor PsikologisKeluarga, pengasuh dan lingkungan klien yang sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakkan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.c. Faktor Sosial BudayaStress yang menumpuk dapat menunjang awalan terjadinya skizofrenia dan gangguan psikotik lain, tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan jiwa.2. Faktor PresipitasiMenurut Stuart dan Sundeen (2007), ada beberapa faktor prepitasi terjadinya gangguan halusinasi, yaitu faktor biologis, faktor stress lingkungan, dan faktor sumber koping. Adapun penjelasan yang lebih detail dari masing- masing faktor tersebut adalah sebagai berikut ini :

a. Faktor BiologisGangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.b. Faktor Stres lingkunganAmbang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.c. Faktor Sumber koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

3. Jenis-Jenis HalusinasiMenurut Kusumawati dan Yudi (2011), jenis-jenis halusinasi terbagi menjadi beberapa jenis adapun penjelasannya dapat dilihat dibawah ini, antara lain sebagai berikut : 1. Halusinasi pendengaran adalah mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang jelas, dimana terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak berbicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan sesuatu.2. Halusinasi penglihatan adalah stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan.3. Halusinasi penghidu adalah mencium bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum atau bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang, atau dimensia.4. Halusinasi pengecapan adalah merasa mengecap rasa seperti darah, urine, feses atau yang lainnya.5. Halusinasi perabaan adalah merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.6. Halusinasi cenesthetic adalah merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan, makanan atau pembentukan urine.7. Halusinasi kinesetika adalah merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

4. Rentang ResponRespon adaptifRespon maladaptif

Kelainan fikiranHalusinasiTidak mampu mengontrol emosiKetidakteraturanIsolasi soial Pikiran terkadang menyimpangIlusi Emosional berlebihan/dengan pengalaman kurangPerilaku ganjilMenarik diriPikiran logisPersepsi akuratEmosi konsistenPerilaku socialHubungan sosial

Keterangan:1. Respon adaptifRespon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif:a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyatan.c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman ahlid. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.2. Respon psikososialRespon psikosial meliputi:a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.c. Emosi berlebihan atau berkurang.d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.3. Respon maladaptifRespon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.

5. Mekanisme KopingSetiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya menyelesaikan masalah langsung dan pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri, sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus internal.Mekanisme koping yang biasa di gunakan klien adalah :a. Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi upaya menanggulangi ansietas.b. Proyeksi : Upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.c. Menarik diri.D. Pohon MasalahResiko Perilaku kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan

Isolasi SosialPohon masalah halusinasi (Sumber : Keliat, 2006)

E. PentalaksanaanMenurut Townsend (2000), ada dua jenis penatalaksanaan yaitu sebagai berikut: 1. Farmakologia. Chlorpromazin1) Klasifikasi sebagai antipsikotik, antiemetic.2) IndikasiPenanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania pada gangguan bipolar, gangguan skizoaktif, ansietas dan agitasi, anak hiperaktif yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan.3) Mekanisme KerjaMekanisme kerja antipsiotik yang yepat belum dipahami sepenuhnya, namun mungkin berhubungan dengan efek antidopaminergik. Antipsikotik dapat menyekat reseptor dopamine post sinaps pada ganglia basal, hipotalamus, system limbik, batang otak dan medula.

4) Kontra IndikasiHipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sum-sum tulang, penyakit Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia dibawah 6 bulan dan wanita selama kehamilan dan laktasi.5) Efek SampingSedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipotensi, ortostatik, hipertensi, mulut kering, mual dan muntah.

b. Haloperidol (HLP)1) Klasifikasi antipsikotik, neuroleptik, butirofenon.2) IndikasiPenatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian hiperaktivitas dan masalah prilaku berat pada ana-anak.3) Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.4) Mekanisme kerjaMekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipahami sepenuhnya, telihat menekan SSP pada tingkat subkortikal formasi reticular otak, mesenfalon dan batang otak.5) Kontra indikasiHipersensitifitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan sumsum tulang, kerusakan otak subkortikal, penyakit Parkinson dan anak dibawah usia 3 tahun.6) Efek sampingSedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut kering dan anoreksia.c. Trihexypenidil (THP)1) Klasifikasi antiparkinson2) IndikasiSegala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal berkaitan dengan obat antiparkinson3) Mekanisme kerjaMengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan kelebihan asetilkolin dalam korpus striatum, asetilkolin disekat oleh sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebihan.4) Kontra indikasiHipersensitifitas terhadap obat ini, glucoma sudut tertutup, hipertropi prostat pada anak dibawah usia 3 tahun.5) Efek sampingMengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering, mual dan muntah.2. Terapi non Farmakologia. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi adalah TAK Stimulasi Persepsi.b. Elektro Convulsif Therapy (ECT)Merupakan pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik dengan kekuatan 75-100 volt, cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa terapi ini dapat memperpendek lamanya serangan Skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan orang lain.c. Pengekangan atau pengikatanPengembangan fisik menggunakan pengekangannya mekanik seperti manset untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki sprei pengekangan dimana klien dapat dimobilisasi dengan membalutnya, cara ini dilakukan pada klien halusinasi yang mulai menunjukan perilaku kekerasan diantaranya : marah-marah atau mengamuk.

F. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Menurut keliat (2006), tahap pengkajian terdir atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Adapun data yang diperoleh dari klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran yaitu :a. Data yang Perlu dikaji 1) Perubahan sensori persepsi : halusinasi Data subyektif :a) Klien mengatakan sering mendengar suara yang datang tiba-tiba.b) Klien mengatakan sering melihat bayangan yang mucul tiba-tiba.c) Klien mengatakan sering mencium bau yang tidak jelas.d) Klien mengatakan sering merasakan sesuatu padahal tidak memakan apapun.e) Klien mengatakan sering merasa ada yang menyentu dirinya padahal tidak ada orang.Data obyektif :a) Klien terlihat berbicara sendiri.b) Klien sering menyendiri.c) Klien sering menggerakkan tangannya.d) Klien sering menggerakkan bibirnya.e) Klien tampak menghidu sesuatu.

2) Isolasi Sosial Data subyektif :Klien mengatakan lebih senang sendiri, malas berhubungan dengan orang lain, klien menolak komunikasi dan hanya menjawab pertanyaan dengan singkat atau tidak menjawab.Data obyektif :a) Klien terlihat sedih dan afek tumpulb) Klien tampak menyendiri dan menundukc) Klien terlihat tidak memiliki teman dekatd) Klien tidak komunikatif

3) Resiko Perilaku Kekerasan Data Subyektif :a) Klien mengatakan benci dan kesal pada seseorangb) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.Data Obyektif :a) Mata merah, wajah agak merahb) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasaic) Pandangan tajamd) Jalan mondar mandire) Mengepalkan tangan2. Diagnosa Ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan halusinasi menurut Keliat (2006) yaitu:a. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi b. Isolasi Sosial c. Resiko Perilaku Kekerasan

3. Intervensi Diagnosa 1: Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaranTujuanUmum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminyaTujuan Khusus:a. Bina hubungan saling percayaTindakan:1) Salam terapeutik dan kenalan (memberikan salam, mengingatkan nama perawat dan pasien, memanggil nama panggilan yag disukai, menyampaikan tujuan interaksi)2) Melakukan evaluasi dan validasi data (menanyakan perasaan klien hari ini, memvalidasi/ evaluasi masalah klien)3) Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)b. Membantu klien mengenal halusinasiTindakan :1) Membantu klien mengenal halusinasi :(a) Menanyakan apakah ada suara-suara yang didengar, melihat sesuatu, merasakan, mencium(b) Mengatakan kepada klien bahwa orang lain tidak mengalami(c) Mengatakan bahwa perawat akan membantu 2) Mendiskusikan dengan klien tentang :(a) Waktu terjadinya halusinasi(b) Frekuensi halusinasi(c) Situasi yang dapat menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi(d) Respon klien terhadap halusinasi3) Memberikan reinforcement positifc. Membimbing klien melakukan cara mengontrol halusinasi dengan menghardikTindakan :1) Membantu klien memilih dan melatih cara mengontrol halusinasi : menghardik2) Memberikan kesempatan untuk mempraktekan cara yang telah dilatih (menghardik)3) Memberikan reinforcement positifd. Membimbing klien melakukan cara mengontrol halusinasi dengan menemui orang lainTindakan :1) Membantu klien memilih dan melatih cara mengontrol halusinasi : menemui orang lain.2) Memberikan kesempatan untuk mempraktekan cara yang telah dilatih (menemui orang lain) untuk diskusi tentang halusinasi yang dialaminya3) Memberikan reinforcement positif

e. Membimbing klien melakukan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukanTindakan :1) Membantu klien memilih dan melatih cara mengontrol halusinasi : melakukan kegiatan yang biasa dilakukan2) Memberikan kesempatan untuk mempraktekan cara yang telah dilatih (melakukan kegiatan yang biasa dilakukan) untuk diskusi tentang halusinasi yang dialaminya3) Memberikan reinforcement positiff. Membimbing klien melakukan cara mengontrol halusinasi dengan memanfaatkan obat dengan baikTindakan : 1) Membantu klien memilih dan melatih cara mengontrol halusinasi : penkes penggunaan obat secara teratur2) Memberikan kesempatan untuk mempraktekan cara yang telah dilatih (penggunaan obat secara teratur)3) Memberikan reinforcement positif

Diagnosa 2 : Isolasi SosialTujuanUmum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasiTujuan Khusus:a. Bina hubungan saling percayaTindakan:1) Salam terapeutik dan kenalan (memberikan salam, mengingatkan nama perawat dan pasien, memanggil nama panggilan yag disukai, menyampaikan tujuan interaksi)2) Melakukan evaluasi dan validasi data (menanyakan perasaan klien hari ini, memvalidasi/ evaluasi masalah klien)3) Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)b. Membantu klien mengidentifikasi penyebab menarik diriTindakan :1) Membantu klien mengungkapkan perasaannya2) Mendiskusikan bersama klien tentang penyebab menarik diri3) Memberikan reinforcement positifc. Membantu klien mengidentifikasi keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian menarik diriTindakan :1) Mengkaji pengetahuan klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila menarik diri2) Mendiskusikan bersama klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila menarik diri3) Memberikan reinforcement positifd. Membimbing klien berkenalan secara bertahap : klien perawat klien lainTindakan :1) Mengkaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain2) Mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara bertahap (klien perawat klien lain)3) Memberikan reinforcement positife. Membantu klien mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan oang lainTindakan :1) Mendiskusikan bersama klien kemampuan berhubungan dengan orang lain yang sudah tercapai2) Mendorong dan membantu klien untuk mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain3) Memberikan reinforcement positif

Diagnosa 3 : Resiko Perilaku KekerasanTujuan Umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.Tujuan Khusus:a. Bina hubungan saling percayaTindakan:1) Salam terapeutik dan kenalan (memberikan salam, mengingatkan nama perawat dan pasien, memanggil nama panggilan yag disukai, menyampaikan tujuan interaksi)2) Melakukan evaluasi dan validasi data (menanyakan perasaan klien hari ini, memvalidasi/ evaluasi masalah klien)3) Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)

b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasanTindakan :1) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan jengkel/kesal2) Bantu klien mengidentifikasi penyebab jengkel3) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan dengan sikap tenang.c. Klien mampu mengenal perilaku kekerasanTindakan :1) Bantu klien untuk mengidentifikasi tanda-tanda marah2) Bantu klien untuk mengidentifikasi perasaannya saat marah3) Tanyakan pada klien apakah dengan marah bisa menyelesaikan persoalan4) Katakan pada klien bahwa marah itu normal dirasakan setiap orang tetapi perlu cara-cara yang konstruktif.d. Klien mampu menilai efek perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lainTindakan :1) Tanyakan pendapat klien tentang efek perilaku agresif terhadap diri sendiri dan orang lain2) Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang benar3) Beri penjelasan lebih lanjut pada klien tentang efek perilaku agresif terhadap diri sendiri dan orang lain.

e. Klien dapat mengetahui cara menyalurkan rasa marah yang sehat.Tindakan :a. Gali pendapat klien tentang cara untuk menyalurkan marah dengan cara yang sehat (tidak merusak lingkungan, tidak menyebabkan cedera pada diri sendiri dan orang lain).b. Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang benarc. Sampaikan kepada klien cara sehat yang lain untuk menyalurkan marah : menyatakan kalimat baik tanpa menyakiti, membersihkan rumah, jalan-jalan dan berdoa.f. Klien dapat memilih / menentukan cara yang sehat untuk menyalurkan energi marah yang digunakan bila marahnya timbul.Tindakan :1) Gali pendapat klien tentang pengungkapan marah secara asertif2) Dorong klien untuk menentukan sendiri cara yang sehat untuk menyalurkan energy saat marah3) Jelaskan pada klien manfaat dan penggunaan cara tersebut4) Motivasi klien untuk melakukan cara yang sehat untuk menyalurkan rasa marah yang dipilih klien sendiri5) Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok6) Beri umpan balik positif pada setiap kali klien mencoba melakukan marah yang sehat.

BAB IIITINJAUAN KASUSA. PENGKAJIAN1. Identitas Kliena. Nama: Ny. Lb. Umur: 41 Tahunc. Status Perkawinan: Menikahd. Agama: Islame. Suku Bangsa: Sundaf. Pendidikan : SMAg. Alamat: Bangun Daya 2 Kel.Cipayung Kec. Cipayungh. Sumber Informasi: Klien dan Rekam Medik

2. Alasan MasukKlien mengatakan ketika dirumah sering marah-marah karena ada bisikan-bisikan yang menyuruhnya marah dan klien memukul-mukul pohon ketika dia marah.

3. Faktor PredisposisiKlien sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan jiwa. Sebelumnya klien pernah melakukan aniaya fisik menjadi korban pada umur 23 tahun, klien mengaku pernah bekerja disingapore selama kurang lebih 6 bulan, klien mengatakan majikannya kasar, pernah memukul klien bagian mukanya. Didapatkan masalah keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan.Dianggota keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman masa lalu klien yang tidak menyenangkan klien mengaku hanya pernah mendapatkan perilaku kasar dari majikannya.Didapatkan masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan.

4. Pemeriksaan FisikKeadaan umum klien pada saat dilakukan pengkajian fisik didapatkan hasil, kesadaran CM, keadaan umum baik, tanda-tanda vital : Tekanan Darah 110/70 mmHg, nadi 75x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 360C, berat badan 46,8 kg, tinggi badan 160 cm, klien mengeluh gatal-gatal pada tubuhnya terutama dibagian tangannya.Didapatkan masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri

5. Psikososiala. Genogram

Keterangan :

= Laki-laki = Perempuan = Meninggal = Klien

- - - - - - = SerumahKlien mengatakan tidak tahu orang tua dan keluarganya berada, klien tinggal bersama ibu angkatnya di Bandung, dan ibu angkatnya sangat baik.Didapatkan masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.b. Konsep diriKlien mengatakan suka terhadap semua bagian tubuhnya, tidak ada bagian yang tidak disukai, tapi klien malu karena kulitnya tidak bagus lagi. Klien mengatakan senang sebagai perempuan. Klien mengatakn jika dirumah sering membantu memasak dan mencuci. Klien mengatakan ingin cepat pulang kerumah. Klien mengatakan dia kurang percaya diri karena sudah menikah, kulitnya tidak bagus lagi.Didapatkan masalah keperawatan : Harga Diri Rendah.

c. Hubungan sosialDalam keluarga orang yang berarti adalah ibu angkatnya. Klien tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat karena malu dan malas untuk berinteraksi dengan orang lain. Klien mengatakan malas untuk berhubungan dengan orang lain, karena merasa malu dan minder.Didapatkan masalah keperawatan :Isolasi Sosial

d. SpiritualKlien mengatakan beragama islam, klien mengatakan ibadahnya hanya berdoa dan tidak bisa sholat selama di RS.

6. Status Mentala. PenampilanKlien berpenampilan rapi, badan bersih dan tidak bau. Didapatkan masalah keperawatan :Tidak ada Masalah.b. PembicaraanKlien kooperatif, suara klien jelas, dapat menjawab pertanyaan.Didapatkan masalah keperawatan :Tidak ada Masalah.c. Aktivitas MotorikKlien tampak biasa saja, klien bisa berinterakasi dengan teman-temannya.Didapatkan masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.d. Alam PerasaanKlien mengatakan dirinya harus senang dan bahagia dalam menjalani hidup.Didapatkan masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.e. Afek Respon klien sesuai dengan stimulus.Didapatkan masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.f. Interaksi Selama WawancaraKlien kooperatif dan dapat menjawab pertanyaan.Didapatkan masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.g. PersepsiKlien mengatakan melihat 2 buah kuburan dikamarnya dan melihat seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihatnya 2x disiang hari, klien merasa takut bila melihat keduanya, klien mengatakan jika sedang duduk-duduk sering melihat keduanya.Didapatkan masalah keperawatan : Gsp: Halusinasi Penglihatan.h. Proses PikirProses pikir klien berbelit-belit, berbicara kesana kemari tetapi sampai tujuan pada pembicaraan.Didapatkan masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.i. Isi PikirKlien mengatakan dia pernah pasang susuk, teman-temannya sering pergi menyimpan sesajen di gunung Krakatau dan klien menganggap teman yang marah sedang kerasukan.Didapatkan masalah keperawatan : Gsp: Halusinasi Penglihatan.j. Tingkat KesadaranTingkat kesadaran klien baik, tidak ada disorientasi waktu,tempat,orangDidapatkan masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.k. MemoriDaya ingat klien baik, mampu mengingat kejadian masa lalu.Didapatkan masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.

l. Tingkat Konsentrasi BerhitungKlien dapat berhitung dengan baik dan benar, tingkat konsentrasi klien baik, tidak mudah beralih.Didapatkan masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.m. Kemampuan PenilaianKlien mampu menilai mana yang terlebih dahulu harus dilakukan, misalnya mencuci tangan sebelum makan.Didapatkan masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.n. Daya Tilik DiriKlien tidak mengingkari penyakitnya dan tidak menyalahkan hal-hal diluar dirinya.Didapatkan masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.

7. Kebutuhan Persiapan Pulanga. MakanKlien mampu makan sendiri.b. BAB/BAKKlien mampu BAB sendiri.c. MandiKlien mampu mandi sendiri, tanpa bantuan, mandi menggunakan sabun, mandi 3x sehari.d. Berpakaian/berhiasKlien mampu berpakaian sendiri dengan rapi.e. Istirahat dan tidurPada siang hari, klien tidak dari jam 14.00-16.00. Pada malam hari, klien tidur dari jam 20.00-06.00 pagi, klien mengatakan sebelum tidur kebiasaannya adalah berdoa.f. Penggunaan obatKlien tahu obat-obatan yang diminum, tapi harus dibantu karena disiapkan oleh perawat.

g. Pemeliharaan kesehatanUntuk sementara, klien perlu untuk dirawat dahulu, perlu perawatan lanjutan dan sistem pendukung agar tidak putus obat.h. Kegiatan didalam rumahKlien mengatakan suka mempersipakan makanan, membersihkan rumah dan mencuci pakaian dan mengatur keuangan.i. Kegiatan diluar rumahKlien mengatakan suka berbelanja ke pasar menggunakan angkot.Didapatkan masalah keperawatan : Tidak ada Msalah.

8. Mekanisme KopingKlien mengatakan jika melihat sesuatu, klien menepuk-menepuk kasurnya agar bayangannya itu hilang.Didapatkan masalah keperawatan :Tidak ada Masaalah.

9. Masalah Psikososial dan LingkunganKlien mengatakan tidak ada masalah dengan dukungan kelompok, klien merasa malas untuk keluar rumah, malu karena sudah bukan gadis, klien mengatakan tidak ada masalah dengan pendidikan klien lulusan SMA, klien tidak ada masalah dengan pekerjaan, klien juga mengatakan tidak ada masalah dengan perumahan, klien mengatakan tidak ada masalah dengan ekonomi, klien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan, dan tidak ada masalah lainnya dan tidak ada masalah dengan dukungan lingkungan.Didapatkan masalah keperawatan :Harga Diri Rendah.

10. Pengetahuan Kurang TentangKlien mengaku tidak tahu tentang penyakit dan obat-obatan yang klien minum.Didapatkan masalah keperawatan : GSP: Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran, Isolasi Sosial, Harga Diri Rendah, Resiko Perilaku Kekerasan.

11. Aspek Medika. Diagnosa MedikKlien di diagnosamedik F.20.0, yaitu Skizofrenia Paranoid.b. Terapi Medik Klien mendapat terapi medik Risperidone 2x1 mg, Trihexiphenydil 2x1 mg, Merlopam 1x1 mg, Gentamicin 0,1% 3-4x sehari. 12. Analisa DataPada tanggal 03 Maret 2015 didapatkan data fokus yang terdiri dari :Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerkakan bibirnya dan tampak memejamkan mata. Didapatkan masalah keperawatan :GSP Halusinasi Penglihatan.

Data Subjektif : klien mengatakan lebih senang sendiri dan malas untuk bergabung dengan temannya.Data Objektif : klien tampak duduk sendiri, klien tampak berbicara dengan temannya tetapi harus ada stimulus. Didapatkan masalah keperawatan : Isolasi Sosial.

Data Subjektif : klien mengatakan malu karena sudah tidak muda dan sudah tidak gadis, klien mengatakan kulitnya tidak bagus lagi.Data Objektif : klien tampak memegangi kulitnya ketika ditanya bagian tubuh yang tidak disukai. Didapatkan masalah keperawatan :Harga Diri Rendah.

Data Subjektif : klien mengatakan pernah punya majikan yang kasar dan pernah memukul klien dibagian muka, klien mengatakan suka memukul-mukul kasur jika melihat kuburan atau tuyul agar mereka hilang.Data Objektif : ekspresi wajah klien marah ketika menceritakan masa lalu yang tidak menyenangkan, klien tampak menggerakkan tanganya tetapi tidak mengepal.Didapatkan masalah keperawatan :Resiko Perilaku Kekerasan.

13. Pohon MasalahResiko Perilaku kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan

Isolasi Sosial

Harga diri Rendah

14. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Penglihatanb. Isolasi Sosialc. Harga Diri Rendahd. Resiko perilaku kekerasan

15. Intervensi, Implementasi dan Evaluasia. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan7) SP 1 GSP:Halusinasi Pertemuan 1Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerakan bibirnya dan tampak memejamkan mata.Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengenal halusinasinya, klien dapat mengontrol halusinasinya.Kriteria Hasil : setelah 1x10 menit pertemuan, ekspresi wajah klien bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi, klien dapat menyebutkan jenis, isi, waktu, frekuensi, perasaan, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi, dan dapat menyebutkan respon saat mengalami halusinasi, klien menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukakan untuk mengendalikan halusinasinya, klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi.Intervensi : bina hubungan saling percaya, identifikasi isi halusinasi klien, identifikasi waktu terjadinya halusinasi, identifikasi frekuensi halusinasi, identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi, identifikasi respon klien terhadap halusinasi, ajarkan klien menghardik halusinasi, anjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian.Implementasi tanggal 03 Maret 2015 pukul 10.00 WIB sampai 10.10 WIB. Sp.1 pertemuan pertama, membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi isi halusinasi klien, mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi, mengidentifikasi frekuensi halusinasi, mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi, mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi, mengajarkan klien menghardik halusinasi, menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian.Evaluasi : tanggal 03 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, Subjektif : klien mengatakan namanya Ny. R, klien mengatakan suka dipanggil R, klien mengatakan umurnya 35 tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. Objektif : klien tampak menyebutkan namanya, klien tampak menyebutkan nama panggilannya, klien tampak menyebutkan umurnya, klien tampak menyebutkan alamatnya, klien tampak bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri. Analisa : klien mampu membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi isi halusinasi klien, mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi, mengidentifikasi frekuensi halusinasi, mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi, mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi, mengajarkan klien menghardik halusinasi, menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian.Perencanaan : lanjutkan evaluasi jadwal kegiatan harian, lanjutkan Sp 2 GSP:Halusinasi Penglihatan.

8) SP 2 GSP:Halusinasi Pertemuan 1Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerakan bibirnya dan tampak memejamkan mata.Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. Tujuan Khusus : Klien dapat mengisi jadwal kegiatan harian, klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Kriteria Hasil : setelah 1x10 menit pertemuan, klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukakan untuk mengendalikan halusinasinya, klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi.Intervensi : evaluasi jadwal kegiatan harian klien, latih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Implementasi tanggal 04 Maret 2015 pukul 10.00 WIB sampai 10.10 WIB. Sp.2 pertemuan pertama, mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Evaluasi : tanggal 04 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, Subjektif : klien mengatakan namanya Ny. R, klien mengatakan suka dipanggil R, klien mengatakan umurnya 35 tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. Objektif : klien tampak menyebutkan namanya, klien tampak menyebutkan nama panggilannya, klien tampak menyebutkan umurnya, klien tampak menyebutkan alamatnya, klien tampak bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri. Analisa : klien mampu mengisi jadwal kegiatan harian, klien belum mampu mempraktekkan cara mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, klien mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Perencanaan : lanjutkan evaluasi jadwal kegiatan harian, modifikasi dan lanjutkan Sp 2 GSP:Halusinasi Penglihatan.

9) SP 1 Isolasi Sosial Pertemuan 1Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerakan bibirnya dan tampak memejamkan mata.Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya, klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri, klien mampu mnyebutkan keuntingan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri, klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap, klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.Kriteria Hasil : setelah 1x10 menit interaksi, klien menunjukkan tanda-tanda percaya pada perawat, wajah cerah, tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata, bersedia menceritakan perasaan, bersedia mengungkapkan masalahnya, klien menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri, klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian menarik diri, klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap, klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.Intervensi : bina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab isolasi sosial, diskusikan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain, diskusikan tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain, ajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang, anjurkan klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan satu orang ke dalam jadwal kegiatan harian.Implementasi tanggal 04 Maret 2015 pukul 11.00 WIB sampai 11.10 WIB. Sp.1 pertemuan pertama, membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, mendiskusikan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain, mendiskusikan tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang, menganjurkan klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan satu orang ke dalam jadwal kegiatan harian.Evaluasi : tanggal 04 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, Subjektif : klien mengatakan namanya Ny. R, klien mengatakan suka dipanggil R, klien mengatakan umurnya 35 tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. Objektif : klien tampak menyebutkan namanya, klien tampak menyebutkan nama panggilannya, klien tampak menyebutkan umurnya, klien tampak menyebutkan alamatnya, klien tampak bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri. Analisa : klien mampu: membina hubungan saling percaya, mendiskusikan penyebab isolasi sosial, mendiskusikan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain, mendiskusikan tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain, mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan satu orang ke dalam jadwal kegiatan harian.Perencanaan : lanjutkan evaluasi jadwal kegiatan harian, lanjutkan Sp 2 Isolasi Sosial

10) SP 2 GSP:Halusinasi Pertemuan 2Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerakan bibirnya dan tampak memejamkan mata.Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. Tujuan Khusus : Klien dapat mengisi jadwal kegiatan harian, klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Kriteria Hasil : setelah 1x10 menit pertemuan, klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukakan untuk mengendalikan halusinasinya, klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi.Intervensi : evaluasi jadwal kegiatan harian klien, latih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Implementasi tanggal 05 Maret 2015 pukul 10.00 WIB sampai 10.10 WIB. Sp.2 pertemuan kedua, mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Evaluasi : tanggal 05 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, Subjektif : klien mengatakan namanya Ny. R, klien mengatakan suka dipanggil R, klien mengatakan umurnya 35 tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. Objektif : klien tampak menyebutkan namanya, klien tampak menyebutkan nama panggilannya, klien tampak menyebutkan umurnya, klien tampak menyebutkan alamatnya, klien tampak bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri. Analisa : klien mampu mengisi jadwal kegiatan harian, klien mampu mempraktekkan cara mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, klien mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Perencanaan : lanjutkan evaluasi jadwal kegiatan harian, lanjutkan Sp 3 GSP:Halusinasi Penglihatan.

11) SP 2 Isolasi Sosial Pertemuan 1Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerakan bibirnya dan tampak memejamkan mata.

Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.Tujuan Khusus : klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap, klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.Kriteria Hasil : setelah 1x10 menit interaksi, klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap, klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.Intervensi : evaluasi jadwal kegiatan harian klien, berikan kesempatan kepada klien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, bantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan satu orang ke dalam jadwal kegiatan harian.Implementasi tanggal 05 Maret 2015 pukul 11.00 WIB sampai 11.10 WIB. Sp.2 pertemuan pertama, mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, memberikan kesempatan kepada klien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, membantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan satu orang ke dalam jadwal kegiatan harian.Evaluasi : tanggal 05 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, Subjektif : klien mengatakan namanya Ny. R, klien mengatakan suka dipanggil R, klien mengatakan umurnya 35 tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. Objektif : klien tampak menyebutkan namanya, klien tampak menyebutkan nama panggilannya, klien tampak menyebutkan umurnya, klien tampak menyebutkan alamatnya, klien tampak bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri. Analisa : klien mampu: mengisi jadwal kegiatan harian, mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan satu orang ke dalam jadwal kegiatan harian.Perencanaan : lanjutkan evaluasi jadwal kegiatan harian, lanjutkan Sp 3 Isolasi Sosial

12) SP 3 GSP:Halusinasi Pertemuan 1Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerakan bibirnya dan tampak memejamkan mata.Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. Tujuan Khusus : Klien dapat mengisi jadwal kegiatan harian, klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan dan diawali dengan menyusun jadwal, klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Kriteria Hasil : setelah 1x10 menit pertemuan, klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukakan untuk mengendalikan halusinasinya, klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi.Intervensi : evaluasi jadwal kegiatan harian klien, latih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Implementasi tanggal 06 Maret 2015 pukul 10.00 WIB sampai 10.10 WIB. Sp.3 pertemuan pertama, mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Evaluasi : tanggal 06 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, Subjektif : klien mengatakan namanya Ny. R, klien mengatakan suka dipanggil R, klien mengatakan umurnya 35 tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. Objektif : klien tampak menyebutkan namanya, klien tampak menyebutkan nama panggilannya, klien tampak menyebutkan umurnya, klien tampak menyebutkan alamatnya, klien tampak bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri. Analisa : klien mampu mengisi jadwal kegiatan harian, klien belum mampu mempraktekkan cara mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, klien mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Perencanaan : lanjutkan evaluasi jadwal kegiatan harian, modifikasi dan lanjutkan Sp 3 GSP:Halusinasi Penglihatan.

13) SP 3 Isolasi Sosial Pertemuan 1Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerakan bibirnya dan tampak memejamkan mata.Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.Tujuan Khusus : klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap, klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.Kriteria Hasil : setelah 1x10 menit interaksi, klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap, klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.Intervensi : evaluasi jadwal kegiatan harian klien, berikan kesempatan kepada klien mempraktekkan cara berkenalan dengan dua orang atau lebih, anjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.Implementasi tanggal 06 Maret 2015 pukul 11.00 WIB sampai 11.10 WIB. Sp.3 pertemuan pertama, mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, memberikan kesempatan kepada klien mempraktekkan cara berkenalan dengan dua orang atau lebih, menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.Evaluasi : tanggal 06 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, Subjektif : klien mengatakan namanya Ny. R, klien mengatakan suka dipanggil R, klien mengatakan umurnya 35 tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. Objektif : klien tampak menyebutkan namanya, klien tampak menyebutkan nama panggilannya, klien tampak menyebutkan umurnya, klien tampak menyebutkan alamatnya, klien tampak bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri. Analisa : klien mampu: mengisi jadwal kegiatan harian, mempraktekkan cara berkenalan dengan dua orang atau lebih, memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan satu orang ke dalam jadwal kegiatan harian.Perencanaan : lanjutkan evaluasi jadwal kegiatan harian, lanjutkan Sp 3 GSP: Halusinasi Penglihatan.

14) SP 3 GSP:Halusinasi Pertemuan 2Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerakan bibirnya dan tampak memejamkan mata.Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. Tujuan Khusus : Klien dapat mengisi jadwal kegiatan harian, klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan dan diawali dengan menyusun jadwal, klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Kriteria Hasil : setelah 1x10 menit pertemuan, klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukakan untuk mengendalikan halusinasinya, klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi.Intervensi : evaluasi jadwal kegiatan harian klien, latih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Implementasi tanggal 07 Maret 2015 pukul 10.00 WIB sampai 10.10 WIB. Sp.3 pertemuan kedua, mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Evaluasi : tanggal 07 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, Subjektif : klien mengatakan namanya Ny. R, klien mengatakan suka dipanggil R, klien mengatakan umurnya 35 tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. Objektif : klien tampak menyebutkan namanya, klien tampak menyebutkan nama panggilannya, klien tampak menyebutkan umurnya, klien tampak menyebutkan alamatnya, klien tampak bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri. Analisa : klien mampu mengisi jadwal kegiatan harian, klien mampu mempraktekkan cara mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, klien mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Perencanaan : lanjutkan evaluasi jadwal kegiatan harian, lanjutkan Sp 4 GSP:Halusinasi Penglihatan.

15) SP 4 GSP:Halusinasi Pertemuan 1Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerakan bibirnya dan tampak memejamkan mata.Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. Tujuan Khusus : Klien dapat mengisi jadwal kegiatan harian, klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan dan diawali dengan menyusun jadwal, klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Kriteria Hasil : setelah 1x10 menit pertemuan, klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukakan untuk mengendalikan halusinasinya, klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi.Intervensi : evaluasi jadwal kegiatan harian klien, latih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Implementasi tanggal 07 Maret 2015 pukul 10.00 WIB sampai 10.10 WIB. Sp.3 pertemuan kedua, mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Evaluasi : tanggal 07 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, Subjektif : klien mengatakan namanya Ny. R, klien mengatakan suka dipanggil R, klien mengatakan umurnya 35 tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. Objektif : klien tampak menyebutkan namanya, klien tampak menyebutkan nama panggilannya, klien tampak menyebutkan umurnya, klien tampak menyebutkan alamatnya, klien tampak bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri. Analisa : klien mampu mengisi jadwal kegiatan harian, klien mampu mempraktekkan cara mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, klien mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Perencanaan : lanjutkan evaluasi jadwal kegiatan harian, lanjutkan Sp 4 GSP:Halusinasi Penglihatan.

16) SP 5 GSP:Halusinasi Pertemuan 1Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerakan bibirnya dan tampak memejamkan mata.Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. Tujuan Khusus : Klien dapat mengisi jadwal kegiatan harian, klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara minum obat, klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Kriteria Hasil : setelah 1x10 menit pertemuan, klien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat.Intervensi : evaluasi jadwal kegiatan harian klien, berikan pendidikan kesehatan tentnag penggunaan obat secara teratur, anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Implementasi tanggal 09 Maret 2015 pukul 10.00 WIB sampai 10.10 WIB. Sp.4 pertemuan pertama, mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Evaluasi : tanggal 09 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, Subjektif : klien mengatakan namanya Ny. R, klien mengatakan suka dipanggil R, klien mengatakan umurnya 35 tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. Objektif : klien tampak menyebutkan namanya, klien tampak menyebutkan nama panggilannya, klien tampak menyebutkan umurnya, klien tampak menyebutkan alamatnya, klien tampak bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri. Analisa : klien mampu mengisi jadwal kegiatan harian, klien menyebutkan penggunaan obat secara teratur, klien mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.Perencanaan : lanjutkan evaluasi jadwal kegiatan harian, lanjutkan Sp 1 Resiko Perilaku Kekerasan.

17) SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan Pertemuan 1Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerakan bibirnya dan tampak memejamkan mata.Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya, klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda peilaku kekerasan, klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya, klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan, klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.Kriteria Hasil : setelah 1x10 menit pertemuan, klien dapat menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat, menjelaskan akibat tindak kekerasan yang dilakukannya, menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan marah, memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan.Intervensi : bina hubungan saling percaya, diskusikan penyebab perilaku kekerasan, diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan, diskusikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, diskusikan akibat perilaku kekerasan, latih mencegah perilaku kekerasan dengan tarik napas dalam, anjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Implementasi tanggal 10 Maret 2015 pukul 10.00 WIB sampai 10.10 WIB. Sp.1 pertemuan pertama, membina hubungan saling percaya, mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan, mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan, mendiskusikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, mendiskusikan akibat perilaku kekerasan, melatih mencegah perilaku kekerasan dengan tarik napas dalam, menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Evaluasi : tanggal 10 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, Subjektif : klien mengatakan namanya Ny. R, klien mengatakan suka dipanggil R, klien mengatakan umurnya 35 tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. Objektif : klien tampak menyebutkan namanya, klien tampak menyebutkan nama panggilannya, klien tampak menyebutkan umurnya, klien tampak menyebutkan alamatnya, klien tampak bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri. Analisa : klien mampu: membina hubungan saling percaya, mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan, mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan, mendiskusikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, mendiskusikan akibat perilaku kekerasan, mempraktekkan cara mencegah perilaku kekerasan dengan tarik napas dalam, memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Perencanaan : lanjutkan evaluasi jadwal kegiatan harian, lanjutkan Sp 2 Resiko Perilaku Kekerasan.

18) SP 2 Resiko Perilaku Kekerasan Pertemuan 1Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerakan bibirnya dan tampak memejamkan mata.Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.Tujuan Khusus : klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.Kriteria Hasil : setelah 1x10 menit pertemuan, klien dapat memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan.Intervensi : evaluasi jadwal kegiatan harian, latih mencegah perilaku kekerasan dengan cara pukul bantal, anjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Implementasi tanggal 11 Maret 2015 pukul 10.00 WIB sampai 10.10 WIB. Sp.2 pertemuan pertama, mengevaluasi jadwal kegiatan harian, melatih mencegah perilaku kekerasan dengan cara pukul bantal, menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Evaluasi : tanggal 11 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, Subjektif : klien mengatakan namanya Ny. R, klien mengatakan suka dipanggil R, klien mengatakan umurnya 35 tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. Objektif : klien tampak menyebutkan namanya, klien tampak menyebutkan nama panggilannya, klien tampak menyebutkan umurnya, klien tampak menyebutkan alamatnya, klien tampak bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri. Analisa : klien mampu: mengisi jadwal kegiatan harian, mempraktekkan cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara pukul bantal, memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Perencanaan : lanjutkan evaluasi jadwal kegiatan harian, lanjutkan Sp 3 Resiko Perilaku Kekerasan.

19) SP 3 Resiko Perilaku Kekerasan Pertemuan 1Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerakan bibirnya dan tampak memejamkan mata.Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.Tujuan Khusus : klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.Kriteria Hasil : setelah 1x10 menit pertemuan, klien dapat memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan.Intervensi : evaluasi jadwal kegiatan harian, latih mencegah perilaku kekerasan dengan cara verbal, anjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Implementasi tanggal 12 Maret 2015 pukul 10.00 WIB sampai 10.10 WIB. Sp.3 pertemuan pertama, mengevaluasi jadwal kegiatan harian, melatih mencegah perilaku kekerasan dengan cara verbal, menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Evaluasi : tanggal 12 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, Subjektif : klien mengatakan namanya Ny. R, klien mengatakan suka dipanggil R, klien mengatakan umurnya 35 tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. Objektif : klien tampak menyebutkan namanya, klien tampak menyebutkan nama panggilannya, klien tampak menyebutkan umurnya, klien tampak menyebutkan alamatnya, klien tampak bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri. Analisa : klien mampu: mengisi jadwal kegiatan harian, mempraktekkan cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara verbal, memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Perencanaan : lanjutkan evaluasi jadwal kegiatan harian, lanjutkan Sp 4 Resiko Perilaku Kekerasan.

20) SP 4 Resiko Perilaku Kekerasan Pertemuan 1Data Subjektif : klien mengatakan melihat dua buah kuburan dikamarnya dan seseorang yang pendek seperti tuyul dikamar mandi, klien mengatakan melihat hal tersebut dua kali disiang hari, klien mengatakan sering melihat ketika sedang duduk, klien merasa takut jika melihat hal tersebut.Data Objektif : Klien tampak menggerakan bibirnya dan tampak memejamkan mata.Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.Tujuan Khusus : klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.Kriteria Hasil : setelah 1x10 menit pertemuan, klien dapat memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan.Intervensi : evaluasi jadwal kegiatan harian, latih mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual, anjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Implementasi tanggal 14 Maret 2015 pukul 10.00 WIB sampai 10.10 WIB. Sp.4 pertemuan pertama, mengevaluasi jadwal kegiatan harian, melatih mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual, menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Evaluasi : tanggal 14 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, Subjektif : klien mengatakan namanya Ny. R, klien mengatakan suka dipanggil R, klien mengatakan umurnya 35 tahun, klien mengatakan alamatnya di Poncol Lautan. Objektif : klien tampak menyebutkan namanya, klien tampak menyebutkan nama panggilannya, klien tampak menyebutkan umurnya, klien tampak menyebutkan alamatnya, klien tampak bicara sendiri, klien tampak kumat-kamit sendiri, klien tampak tertawa sendiri. Analisa : klien mampu: mengisi jadwal kegiatan harian, mempraktekkan cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual, memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.Perencanaan : lanjutkan evaluasi jadwal kegiatan harian, lanjutkan Sp 5 Resiko Perilaku Kekerasan.