BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi.Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan.Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk. Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas.Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas. Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat.Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya.Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut. Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.Secara
khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen
untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan
membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi.Zat
anti terhadap racun kuman disebut antioksidan.Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan
antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat
ialah jenis kuman ganas.Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu
anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap
antigen, tidaklah terlalu kuat.Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya.Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai
membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan
kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah
menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari
ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap
benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak
tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa
bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun
menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak
terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja definisi dari imunisasi?
2. Apa saja jenis imunisasi?
3. Apa efek samping dari imunisasi?
4. Apa penyakit-penyakit yang ditimbulkan pada anak yang tidak di imunisasi?
5. Kapan jadwal pemberian imunisasi pada anak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari imunisasi.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis imunisasi.
3. Untuk mengetahui efek samping dari imunisasi.
4. Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang di timbulkan pada anak yang tidak di imunisasi
5. Untuk mengetahui jadwal pemberian imunisasi pada anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal
atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya (Umar,2006).
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu (Hidayat,2008).
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan
atau imunitas pada bayi dan anak sehingga terhindar dari penyakit (Supartini,2002).
Imunisasi adalah pemberian satu atau lebih anti gen yang infeksius pada seorang
individu untuk merangsang system imun dan memproduksi anti bodi yang akan mencegah
infeksi (Schwartz,2004)
Imunisasi adalah proses yang menginduksi imunitas secara artifisial dengan
pemberian bahan antigenic dan penggunaan agen infeksi hidup yang dilemahkan atau
diinaktifkan (Wahab,2000)
Imunisasi adalah pemberian antigen untuk memicu imunitas seseorang sehingga
memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap infeksi (Hinchliff, 1999).
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem
kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap
serangan penyakit berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus
dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan dan hidup anak (www.litbang.depkes.go.id).
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik
Koplik).Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya
gejala diatas.Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun
papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di
depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam
menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu
tubuhnya mencapai 40° Celsius.3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai
merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari
diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada
selama 4 hari hingga 7 hari.
5. Difteri, pertusis dan tetanus
Difteri disebabkan bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan
komplikasi yang serius atau fatal.
Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya pada anak anak.Penyakit
ini mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan bagian atas. Penularan
biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman ke orang lain yang
sehat. Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan melalui benda atau makanan yang
terkontaminasi.
Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri gram positif
yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.Gejala utama dari
penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang merupakan hasil kerja dari
kuman ini.Pseudomembran sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang
timbul terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan.Disamping
menghasilkan pseudomembran, kuman ini juga menghasilkan sebuah racun yang disebut
eksotoxin yang sangat berbahaya karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf
(www.blogdokter.net).
Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyerang anak-anak
yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, di seluruh dunia dilaporkan 30.000 kasus dan
3.000 orang diantaranya meninggal karena penyakit ini
Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti
menegang.Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia
menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung
(opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan (wikipedia.org).
Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang terdapat di tanah,
kotoran hewan, debu, dan sebagainya.Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka
yang tercemar kotoran. Di dalam luka bakteri ini akan berkembang biak dan membentuk
toksin (racun) yang menyerang saraf.
UNICEF (United Nations Children’s Fund/Dana PBB untuk Anak-Anak) menyebutkan
dalam situsnya bahwa tetanus sangat berisiko terkena pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan
bantuan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidak steril; mereka juga beresiko ketika
alat-alat yang tidak bersih digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan
tradisional atau abu digunakan untuk menutup luka bekas potongan (www.unicef.org).Angka
kematian yang diakibatkan oleh tetanus berkisar antara 15-25%.
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi bakterial yang menyerang sistem
pernapasan yang melibatkan pita suara (larinks), trakea dan bronkial.Infeksi ini menimbulkan
iritasi pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan serangan batuk yang parah.Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yang bersarang di saluran pernapasan dan
sangat mudah tertular (www.warmasif.co.id).
Pertusis dapat menyerang segala umur, 60 % menyerang anak-anak yang berumur
kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius jika menyerang bayi berumur kurang
dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru lahir dan keadaannya menjadi lebih parah.Pada
tahun 2000 diperkirakan 39 juta kasus terjadi dan 297.000 kematian terjadi didunia yang
diakibatkan oleh pertusis.
E. Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Anak
1. Jadwal pemberian Vaksin Hepatitis B diberikan dalam satu seri yang terdiri dari 3 kali
suntik.
Pertama : Bila ibu adalah pembawa virus dalam darahnya, maka vaksin harus diberikan
paling lama 12 jam setelah lahir. Tetapi bila ibu bukan pembawa virus, bisa diberikan pada
kontrol di bulan pertama atau kedua.
Kedua : Kalau yang pertama diberikan segera setelah lahir, yang kedua diberikan antara
bulan pertama dan kedua. Bila yang pertama diberikan setelah sebulan, maka yang kedua
diberikan antara bulan ketiga dan keempat.
Ketiga : Diberikan pada usia 6 bulan untuk yang mendapatkan vaksin pertama sebelum usia
1 bulan. Untuk yang mendapatkan vaksin pertama setelah usia 1 bulan, diberikan pada usia
antara 6 s/d 18 bulan.
Resiko yang mungkin timbul Resiko serius yang berkaitan dengan pemberian vaksin HBV
sangat jarang terjadi. Biasanya efek samping hanya bagian bekas suntik menjadi kemerah-
merahan.
Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila ada reaksi
alergi serius terhadap suntikan vaksin.
Setelah pemberian Setelah vaksinasi panas badan anak mungkin naik, dan juga daerah
sekitar bekas suntikan menjadi merah. Untuk itu anda bisa memakai obat penurun panas
(Tempra, Sanmol, dll), dan kompres dengan air hangat bagian bekas suntikan.
2. Jadwal pemberian Diberikan sebagai satu seri yang terdiri dari 5 kali suntik. Yaitu pada usia
2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 s/d 18 bulan dan terakhir saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6
tahun). Dianjurkan untuk mendapatkan vaksin Td (penguat terhadap difteri dan tetanus) pada
usia 11 s/d 12 tahun atau paling lambat 5 tahun setelah imunisasi DPT terakhir. Setelah itu
direkomendasikan untuk mendapatkan Td setiap 10 tahun.
Resiko yang mungkin timbul Seringkali pemberian vaksin ini menimbulkan panas badan
ringan atau panas di sekitar bekas suntikan yang diakibatkan oleh komponen pertussis dalam
vaksin.
Menunda pemberian : Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila anak
memiliki kelainan syaraf atau tidak tidak tumbuh secara normal, komponen pertussis dari
vaksin dianjurkan untuk tidak diberikan danhanya DT (difteri & tetanus) saja. Bila setelah
mendapatkan vaksin DTP (DTaP) timbul gejala seperti dibawah konsultasikan dengan dokter
anak sebelum mendapatkan vaksin lainnya : kejang-kejang dalam 3 s/d 7 hari setelah
imunisasi kejang-kejang yang makin memburuk dibanding sebelumnya apabila pernah
mengalaminya reaksi alergi kesulitan makan atau gangguan pada mulut, tenggorokan atau
muka panas badan lebih dari 40 derajat Celcius (105 derajat Fahrenheit) pingsan dalam 2 hari
pertama setelah imunisasi terus menangis lebih dari 3 jam di 2 hari pertama setelah imunisasi
Setelah pemberian : Anak mungkin mengalami panas badan ringan dan atau kemerah-
merahan di sekitar bekas suntikan. Untuk mencegah panas badan kadangkala dokter anak
memberikan resep obat sebelum imunisasi. Segera hubungi dokter anak anda apabila timbul
gejala-gejala seperti diatas.
3. POLIO Jadwal pemberian Diberikan pada usia 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, 12 s/d 18 bulan dan
saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun). Imunisasi pertama dan kedua adalah IPV sedang
dua terakhir dengan OPV. Namun apabila tidak ada gangguan dianjurkan untuk mendapatkan
vaksin semuanya secara IPV.
Resiko yang mungkin timbul Bagi anda yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio
pada saat balita dianjurkan untuk imunisasi dengan IPV sebelum anak anda mendapatkan
vaksin polio secara OPV. Ini untuk mencegah penularan virus polio hidup yang terkandung
dalam vaksin OPV ke anda.
Menunda pemberian Apabila anak memiliki gangguan kekebalan tubuh, vaksin IPV lebih
baik daripada OPV. Sebagai catatan, untuk anak-anak tipe ini harus dihindari kontak dengan
anak lain yang baru saja menerima vaksin OPV sampai sekitar 2 minggu setelah vaksinasi.
Vaksin IPV tidak boleh diberikan kepada anak yang memiliki alergi serius terhadap
antibiotika neomycin atau streptomycin. Untuk itu sebaiknya diberikan vaksin tipe OPV.
Setelah pemberian Untuk IPV, sering menimbulkan panas badan ringan dan nyeri atau
kemerah-merahan di sekitar bekas suntikan. Untuk OPV tidak ada gejala pasca imunisasi
apapun.
4. BCG Jadwal pemberian Diberikan satu kali pada usia 2 bulan.
Resiko yang mungkin timbul Jarang ditemui adanya reaksi berlebihan terhadap vaksin ini.
Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan.
Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak
ada gejala lain yang serius.
5. MMR / CAMPAK Jadwal pemberian Diberikan sebagai satu seri yang terdiri dari dua
kali pemberian. Yaitu pada usia 12 s/d 15 bulan dan saat sebelum masuk sekolah (4
s/d 6 tahun) atau pada usia 11 s/d 12 tahun.
Resiko yang mungkin timbul Jarang sekali timbul masalah serius akibat vaksin ini.
Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila memiliki
alergi terhadap telur atau antibiotika neomycin. Bila menerima gamma globulin dalam selang
waktu 3 bulan sebelum imunisasi. Bila memiliki gangguan kekebalan tubuh akibat kanker
atau sedang menjalani terapi kemo atau radiasi.
Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak
ada gejala lain yang serius.
BAB III
PEMBAHASAN
Tuhan menciptakan setiap makhluk hidupnya dengan kemampuan untuk mempertahankan
diri dari ancaman dari luar diriny.Salah satu ancaman terhadap manusia adalah penyakit,
terutama penyakit infeksi yang di bawa oleh berbagai macam mikroba, virus, bakteri, parasite
dan jamur. Dalam hal ini dikatakan bahwa system petahanan tubuh ( system imun ) orang
tersebut cukup baik untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-kuman penyakit.
Analisis SWOT
1. Pemberian imunisasi BCG
Strength/Kekuatan
Memberi kekebalan tubuh terhadap kuman Mycrobacteria Tuberculosa dan menghambat
penyebaran kumannya.
Weaknes/Kelemahan
Kekebalan yang di hasilkan dari imunisasi ini bervariasi karena tidak adanya pemeriksaan
laboratorium yang bias menilai kekebalan seseorang pada penyakit Tuberculosis setelah di
imunisasi.
Opportunity/Kesempatan
Resiko yang mungkin di temukan jarang di temui dan jarang adanya reaksi berlebihan pada
vaksin ini.
Threat/Ancaman
Jika anak tidak di immunisasi BCG maka akan rentan terhadap penyakit tuberculosis.
2. Pemberian imunisasi Hepatitis B
Strength/Kekuatan
Memberi kekebalan tubuh anak terhadap kuman hepatitis B
Weaknes/Kelemahan
Tingkat pengetahuan ibu yang rendah serta jarak rumah yang jauh dengan tempat pelayanan
kesehatan sehingga ibu malas untuk membawa anaknya untuk imunisasi.
Opportunity/Kesempatan
Resiko dan kontraindikasi pada pemberian vaksin ini jarang ditemui.
Threat/Ancaman
Apabila anak tidak diimunisasi Hepatitis B anak akan rentan di serang penyakit Hepatitis B
dan pada bayi akan menjadi kronik jauh lebih besar
3. Pemberian imunisasi DPT
Strength/Kekuatan
Memberikan kekebalan anak terhadap penyakit difteri, pertussis, dan tetanus
Weaknes/Kelemahan
Adanya beberapa kontra indikasi yang berkaitan dengan penyuntikan pertama DPT yaitu
gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan
pada syaraf merupakan kontraindikasi dari komponen pertussis.Kebanyakan bayi menderita
panas, sakit, kemerahan, dan bengkak pada area tempat penyuntikan.
Opportunity/Kesempatan
Pemberian vaksin harus di kocok dulu untuk menghomogenkan suspense, penyuntikan secara
intramuskuler atau subkutan dalam yaitu pada bagian antero lateral paha sedangkan di bagian
tempat pantat pada anak tidak di rekomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul.
Threat/Ancaman
Bayi atau anak yang tidak diimunisasi DPT akan rentan terhadap penyakit difteri, pertussis,
dan tetanus.
4. Pemberian imunisasi Polio
Strength/Kekuatan
Memberikan kekebalan anak terhadap penyakit polio
Weaknes/Kelemahan
Tingkat pengetahuan ibu yang rendah tentang imunisasi dasar lengkap sehingga ibu tidak
membawa anaknya ada saat jadwal pemberian imunisasi polio.
Opportunity/Kesempatan
Pemberian yang mudah dan resiko yang ditemukan jarang di temui.
Threat/Ancaman
Jika anak tidak diimunisasi polio maka akan menyebabkan lumpuh layu pada kedua kaki
walaupun dapat sembuh tetapi penderita akan pincang seumur hidup. Virus polio ini
menyerang tanpa peringatan, merusak system saraf dan dapat menimbulkan kelumpuhan
permanen.
5. Pemberian Imunisasi Campak
Strength/Kekuatan
Memberikan kekebalan pada anak terhadap penyakit campak karena campak termasuk
penyakit menular.
Weaknes/Kelemahan
Anak Mungkin Panas, kadang disertai kemerahan 4 -10 hari sesudah penyuntikan
Opportunity/Kesempatan
Penyakit campak umumnya menyerang usia balita sehingga jumlah dan usia pemberian
sebanyak 2 kali, yaitu satu kali di usia 9 bulan dan satu kali di usia 6 tahun.
Threat/Ancaman
Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian anak.
Analisis SWOT untuk melihat sisi-sisi kekuatan,kelemahan, peluang dan ancaman, sebagaimana tertera dibawah ini:KEKUATAN (STRENGTHS)
Indonesia memiliki semangat mengimplementasikan komitmen global seperti tercantum dalam MDGs dan PRSP.
Imunisasi adalah bagian dari komitmen nasional dan merupakan program prioritas, telah menjadi program prioritas, telah menjadi program rutin serta merupakan bagian dari rencana strategis nasional.
Tersedia kebijakandan petunjuk untuk program Imunisasi ( tools EVSM, DQS, DQA, SMS,PWS dan dukungan supervisi)
Semua vaksin adalah produksi dalam negeri.
Adanya dasar dari MYP terdahulu tentang injeksi yang aman, pengurangan limbah buangan, teknologi baru:uni-ject, vaksin baru dan incinerator.
Pelayanan imunisasi di daerah terintegrasi dengan pelayanan KIA ( oleh bidan desa).
Telah memiliki standar internasiona ldalam pegelolaanrantai dingindan manajemen.
Telah terbentuk Komite PP KIPI ditingkat nasional dan daerah.
i. Adanya kebijakan manajemenlogistik dalam bentuk bundling system.
KELEMAHAN (WEAKNESS)
Alat-alat dan instrument yang ada belum berfungsi secara optimal.
Banyak dan cepat terjadi mutasi/perputaran pegawai yang kurang sesuai penempatannya, beban yang berlebih (tanggung jawab beberapa program),pengetahuan dan keterampilan yang kurang pada semua tingkatan, dan tidak ada perencanaan yang sistematis.
Beban kerja petugasyang berlebih ditingkat kabupaten/kota (adanya perampingan struktur organisasi).
Dana operasional yang terbatas, sehingga pelayanan imunisasi, suplai logistic, supervise dan monitoring terganggu.
Kurangnya pelatihan yang sistematis.
f. Sistem surveilance kurang terintegrasi. Jumlah rantai dingin terbatasdan banyak peralatan rantai dingin yang sudah tua/tidak
layak pakai.
Kurangnya advokasi kepada pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan tentang pentingnya imunisasi.
Kurangnya KIE dan kegiatan mobilisasi social/masyarakat.
Ketersediaan vaksin dilapangan masih mengalami hambatan baik dalam jumlah maupun waktu yang disebabkan proses administrasi pengadaan.
Pembinaan dan pengawasan pelayanan imunisasi oleh institusi swasta belum optimal.
Tidak konsistennya penggunaan angka/nilai denominator dan data target ditingkat lokal dalam kaitannya dengan kebijakan dari tingkat pusat.
PELUANG (OPPORTUNITIES) Kebijakan desentralisasi member kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah
daerah, sehingga kewenangan intervensi yang dilaksanakan lebih spesifi, mudah diterapkan dan efektif.
Perhatian dan komitmen internasional cukup tinggi, sehingga dukungan dari donor cukup banyak.
Imunisasi saat ini sudah menjadi kebutuhan khususnya pada masyarakat perkotaan, sehingga mereka banyak mendatangi unit pelayanan imunisasi statis baik pemerintah maupun swasta.
Banyak kegiatan berbasis masyarakat yang terkait dengan program kesehatan.
Banyak pilihan jenis perlengkapan rantai dingin dan jarum suntik yang telah terdaftar PIS-WHO yang dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.
ANCAMAN (THREATHS)
Komitmen dari pemerintah daerah belum sepenuhnya memprioritaskan penyelenggaraan imunisasi seperti yang diharapkan, sehingga peraturan daerah dan penganggaran kurang optimal.
Banyaknya kejadian seperti bencana, pilkada, pemekaran wilayah, konflik sosial, suplai listrik yang tidak stabil dan lain-lain,mempengaruhi penyelenggaraan imunisasi rutin sehingga menyebabkan penurunan cakupan.
Belum sepenuhnya terjamin penganggaran untuk kesinambungan pendanaan sesudah berakhirnya bantuan donor baik di tingkat pusat maupun daerah.
Banyaknya daerah secara geografis sulit dijangkau pelayanan imunisasi sehingga masih banyak kantong cakupan rendah.
Kapasitas infrastruktur meliputi sarana dan prasarana yang mendukung penyelenggaraan imunisasi meliputi sarana transportasi, suplai listrik, tempat penyimpanan vaksin, dan lain-lain sebagian daerah belum memenuhi standar.
Masih ada budaya di beberapa daerah yang menghambat penyelenggaraan imunisasi.
g. Unit pelayanan swasta masih banyak yang belum mengikuti standar prosedur teknis yang ditetapkan dan memlaporkan secara rutin hasil cakupan imunisasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi bertujuan untuk merangsang system imunologi tubuh untuk membentuk
antibody spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit. (Supartini,2004).
Walaupun cakupan imunisasi tidak sama dengan 100% tetapi sudah mencapai 70% maka
anal-anak yang tidak mendapatkan imunisasi pun akan terlindungi oleh adanya suatu “herd
immunity”.
Berdasarkan hasil penelitian Schwarts,dkk (2004), menyatakan bahwa bila imunisasi
dasar dilaksanakan dengan lengkap dan teratur, maka imunisasi dapat menguragi angka
kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95%. Pengertian teratur dalam hal ini adalah teratur
dalam mentaati jadwal dan jumlah frekuensi imunisasi, sedangkan yang dimaksud imunisasi
dasar lengkap adalah telah mendapat semua jenis imunisasi dasar (BCG 1 kali, DPT 3 kali,
Polio 4 kali dan Campak 1 kali) pada waktu anak berusia kurang dari 11 bulan. Imunisasi
dasar yang tidak lengkap, maksimal hanya dapat memberikan perlindungan 25-40%.
Sedangkan anak yang sama sekali tidak diimunisasi tentu tingkat kekebalannya lebih rendah
lagi.
Pemberian tetanus toksoid pada ibu hamil dapat mencegah terjadinya tetanus
neonatorum pada bayi baru lahir yang ditolong dengan tidak steril dan pemotongan tali pusat
memakai alat tidak steril. Imunisasi terhadap difteri dan pertusis dimulai sejak umur 2-3
bulan dengan selang 4-8 minggu sebanyak 3 kali akan memberikan perlindungan mendekati
100% sampai anak berusia 1 tahun. Imunisasi campak diberikan 1 kali akan memberikan
perlindungan seumur hidup. Imunisasi poliomyelitis dapat memberikan perlindungan seumur
hidup apabila telah diberikan 4 kali.(Schwartz dkk, 2004).
Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek samping yang tidak
diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama reaksinya antara penerima yang satu dengan
penerima lainnya. Efek samping imunisasi yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI) adalah suatu kejadian
sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga berhubungan dengan
imunisasi.Penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi terbagi atas empat macam, yaitu
kesalahan program/tehnik pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin, faktor kebetulan dan
penyebab tidak diketahui.Gejala klinis KIPI dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala lokal dan
sistemik.Gejala lokal seperti nyeri, kemerahan, nodelle/ pembengkakan dan indurasi pada
lokasi suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan pencernaan, lemas, rewel
dan menangis yang berkepanjangan.
B. Saran
1. Tingkat pendidikan ibu tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
2. Jarak rumah ke Puskesamas tidak mempunyai pengaruh terhadap kelengkapan
imunisasi dasar pada bayi.
3. Pengetahuan ibu mempunyai pengaruh positip terhadap kelengkapan imunisasi dasar,
yang berarti bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi akan
berpengaruh meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
4. Motivasi ibu mempunyai pengaruh positip terhadap kelengkapan imunisasi dasar.
Yang berarti bahwa semakin baik motivasi ibu akan berpengaruh meningkatkan
kelengkapanimunisasi dasar pada bayi.
5. Tenaga Kesehatan Berupaya untuk meningkatan pengetahuan ibu tentang manfaat
imunisasi dasar bagi bayi sehingga ibu yang mempunyai bayi berusaha meningkatkan
kelengkapan imunisasi bayi melalui penyuluhanpenyuluhan di masyarakat.
6. Berupaya untuk meningkatan motivasi ibu dengan memberikan informasi tentang
imunisasi dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan bayi dan meningkatkan
kelengkapan imunisasi bayi.
7. Ibu yang mempunyai bayi Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang manfaat
imunisasi bagi anaknya. Agar mempunyai motivasi yang besar dalam meningkatkan
kesehatan bayi dan keluarganya
8. Peneliti selanjutnya Diharapkan dapat menambah jumlah responden, lebih
mespesifikkan jenis imunisasi, meneliti dengan variabel bebas yang baru, dsb.
9. Diharapkan peneliti selanjutnya agar meneliti dengan menggunakan metode
eksperimen dalam bentuk penyuluhan kesehatan.
10. Dapat menjadi informasi dan data sekunder dalam pengembangan penelitian
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul.2008.Pengantar ilmu Kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC
http://harry-arudam.blogspot.com/2012/03/pengertian-imunisasi.html (diakses pada tanggal 8 Oktober