BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSebagai salah satu daerah yang subur UKM,
Madura memiliki UKM yang membanggakan yaitu produksi batik yang
terdapat di dua daerah yaitu daerah pesisir dan daerah pedalaman.
Desa penghasil batik pesisir adalah Tanjungbumi, Paseseh dan Talaga
Biru, semuanya di Kabupaten Bangkalan. Penghasil batik pedalaman
terdapat di Kabupaten Sampang dan kabupaten Pamekasan. Perbedaan
utama batik pesisir dan batik pedalaman adalah dari tata warnanya.
Sedangkan perbedaan batik Madura dengan batik daerah-daerah lain di
luar Madura adalah dari motifnya. Motif batik Madura cenderung
bermotif ethnic sehingga bernilai estetika yang tinggi bagi
konsumen. Batik yang dihasilkan terbuat dari berbagai macam-macam
kain, yaitu kain katun, sutera. Semakin bagus kualitas kain yang
digunakan maka harga jualnya pun juga semakin mahal. Pekerja dari
UKM Batik Tulis Tanjung Bumi sudah terbilang terampil dan
berbakat,terlihat dari Batik tulis yang dihasilkan
berkualitas.Kerjasama perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara
(ASEAN) sudah dimulai sejak tahun 1967. ASEAN memiliki
anggota-anggota yaitu, Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia,
Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja.
Pada awalnya, ASEAN lebih merupakan kerjasama bidang politik,
kemudian berkembang lebih luas, termasuk ke bidang ekonomi.
Perkembangan kerjasama bidang ekonomi berawal dari bentuk
Preferential Trade Arrangement (PTA) kemudian berkembang menjadi
Free Trade Area (FTA). Perkembangan terakhir kerjasama ASEAN berupa
pembentukan ASEAN Economic Community (AEC). Visi ini lebih
dipertegas dalam KTT ASEAN Oktober 2003 di Bali dalam Deklarasi
ASEAN Concord II (Bali Concord II). AEC merupakan realisasi dari
aspirasi ASEAN sebagai kawasan yang stabil, makmur, mempunyai daya
kompetitif yang tinggi. AEC akan berfungsi sebagai pasar tunggal
dan wilayah basis produksi pada tahun 2020. Program yang ditujukan
di AEC tidak saja meliputi kebebasan aliran barang, tenaga kerja,
aliran modal, namun juga untuk mengurangi kemiskinan serta
kesenjangan sosial ekonomi. (Soesastro, 2004)ASEAN Economic
Community atau Pasar Tunggal ASEAN 2015 kira-kira bisa digambarkan
sebagai satu kawasan ekonomi tanpa frontier (batas antar negara)
dimana setiap penduduk maupun sumber daya dari setiap negara
anggota bisa bergerak bebas (sebagaimana dalam negeri sendiri)
serta berbasis produksi internasional dengan elemen aliran bebas
barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan aliran modal
yang lebih bebas. Tujuannya adalah untuk mencapai tingkat kegunaan
yang paling optimal yang pada akhirnya akan mendorong tercapainya
tingkat kemakmuran (kesejahteraan) yang sama (merata) diantara
negara-negara anggota ASEAN. Konsep ini dilandasi oleh empat pilar
utama kebijakan MEA dengan Negara-negara ASEAN sebagai berikut:a.
Free movement of goods and services. Konsep ini memungkinkan
terjadinya pergerakan barang-barang dan jasa tanpa ada hambatan
(pajak bea masuk, tarif, quota dll), yang merupakan bentuk lanjut
dari kawasan perdagangan bebas (sebagaimana AFTA) dengan
menghilangkan segala bentukb.hambatan perdagangan (obstacles) yang
tersisa. Dengan demikian, barang-barang produksi negara anggota
ASEAN akan bebas diperjual belikan di seluruh kawasan sebagaimana
di negeri sendiri. Pada akhirnya konsumen akan bisa mendapatkan
barang terbaik dengan harga termurah.b. Freedom of movement for
skilled and talented labours. Konsep ini untuk mendorong terjadinya
mobilitas tenaga kerja sesuai dengan tuntutan pasar dan memberi
kesempatan kepada setiap pekerja untuk menemukan pekerjaan terbaik
sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki. Mobilitas tenaga kerja
akan mendorong terjadinya kontak dan meningkatkan saling pengertian
antar sesame penduduk negara-negara ASEAN.c. Freedom of
establishment and provision of services and mutual recognition of
diplomas. Konsep ini menjamin setiap expert warga negara ASEAN akan
bebas membuka praktek layanan di setiap wilayah ASEAN tanpa ada
diskriminasi kewarganegaraan.d. Free movement of capital. Konsep
ini akan menjamin bahwa modal atau kapital akan bisa berpindah
secara leluasa diantara Negara-negara ASEAN, yang secara teoritis
memungkinkan terjadinya penanaman modal secara efisien. Dengan
demikian, setiap pemilik modal baik WNI maupun waga Negara lainnya
akan bebas dan leluasa memindahkan investasinya dari Indonesia ke
negara ASEAN atau sebaliknya demi mencapai efisiensi tertinggi
tanpa bisa dicegah. (Widyahartono, 2010)Dari kebijakan-kebijakan
Negara-negara ASEAN diatas dapat dikatakan bahwa, dengan adanya MEA
atau pasar tunggal, barang bebas yang keluar masuk Negara-negara
ASEAN bebas pajak bea masuk, tarif, quota dll sehingga barang harus
murah tetapi memiliki kualitas tinggi, tenaga kerja terampil juga
perlu dimiliki bagi pelaku usaha nasional (BUMN, swasta, koperasi,
dan UKM) agar dapat bersaing dengan tenaga kerja di Negara-negara
ASEAN.Oleh sebab itu, pada UKM Batik Tulis Tanjung Bumi ini
diharapkan memiliki barang/produk yang semurah mungkin namun bahan
yang digunakan berkualitas, tenaga kerja yang terampil dan berbakat
juga perlu dimiliki. Sehingga penelitian dengan judul Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Persepsi Pelaku Usaha Batik di Tanjung Bumi dalam
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 dengan pendekatan
analisis faktor diadakan. Setelah didapatkan faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi pelaku usaha diharapkan dapat dijadikan acuan
dalam menentukan kebijakan oleh pemerintah dalam meningkatkan
kesiapan pelaku usaha UKM batik dalam menghadapi pasar tunggal atau
MEA 2015.
1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan di atas, maka perumusan permasalahannya adalah
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi persepsi pelaku usaha batik
Tanjung Bumi tentang adanya pasar tunggal/pasar bebas/MEA 2015?.1.3
Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku
UKM batik Tanjung Bumi tentang adanya pasar bebas MEA 2015 dengan
analisis faktor.2. Untuk meningkatkan kesiapan pelaku UKM batik
Tanjung Bumi dalam menghadapi pasar bebas MEA 2015.
1.4 Manfaat PenelitianAdapun manfaat yang dapat diperoleh dari
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi UKM Batik Tanjung
BumiSebagai usaha dalam meningkatkan kesiapan pelaku UKM batik
Tanjung Bumi dalam menghadapi pasar bebas MEA 2015.2. Bagi
PenelitiDapat menambah pengetahuan dan pengalaman dengan menerapkan
penggunaan metode Principal Component Analys dalam permasalahan UKM
menghadapi pasar asing/MEA 2015.3. Bagi UniversitasMemberikan
referensi tambahan dan perbendaharaan perpustakaan agar berguna di
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga berguna sebagai
pembanding bagi mahasiswa dimasa yang akan datang.
1.5 Batasan MasalahBatasan masalah dari penelitian ini adalah
:1. Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku UKM batik di
Tanjung Bumi dengan kategori mikro dan kecil.2. Responden dalam
penelitian ini adalah pelaku UKM batik Tanjung Bumi yang hanya
menghasilkan produk berupa kain batik.3. Teknik analisis faktor
yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah metode analisis
komponen utama atau PCA (Principal Component Analysis).
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)ASEAN Economy Communty (AEC)
atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah bentuk integrasi ekonomi
ASEAN yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015. Melalui
terbentuknya MEA didarapkan ASEAN akan memiliki empat karakteristik
utama yaitu: (1) Pasar Tunggal dan Basis Produksi, (2) Kawasan
ekonomi ang berdaya saing tinggi, (3) kawasan dengan pembangunan
ekonomi yang setara dan (4) kawasan yang terintegrasi dengan
Ekonomi Global. (Fadhilah Ramadhani, 2013)Masyarakat Ekonomi ASEAN
telah dijadikan sebagai tujuan integrasi ekonomi regional untuk
tahun 2020 oleh para pemimpin ASEAN sejak KTT ASEAN di Bali, 3
Oktober 2003 (Bali Concord II). Secara khusus para pemimpin sepakat
untuk mempercepat pembentukan MEA pada tahun 2015 dan
mentransformasikan ASEAN menjadi suatu kawasan di mana terdapat
aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terampil,
serta aliran modal yang lebih bebas. (Radia, 2015)Menurut (Dipta
& Wayan, 2012), karakteristik utama MEA 2015 adalah: (1) pasar
tunggal berbasis produksi, (2) kawasan ekonomi berdaya saing
tinggi, (3) kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara, dan (4)
kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global.
2.2 BatikBatik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian.
Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah
teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah
pewarnaan sebagian dari kain. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan
teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang
terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan
untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and
Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009 Secara
etimologi, kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa:
"amba", yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik.
(Lina, 2013)
2.3 PersepsiKotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses
bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan
yang berarti.Mangkunegara (dalam Arindita, 2002) berpendapat bahwa
persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap
lingkungan. Dalam hal ini persepsi mencakup penafsiran obyek,
penerimaan stimulus (input), pengorganisasian stimulus, dan
penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara
mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap.
2.4 Usaha Kecil dan MikroUKMadalah singkatan dariusaha kecil dan
menengah.Ukmadalah salah satu bagian penting dari perekonomian
suatu negara maupun daerah, begitu juga dengan negara
indonesiaukmini sangat memilikiperanan pentingdalamlajunya
perekonomian masyarakat. (Ferdiinand, 2013)Usaha Kecil dan
MenengahdisingkatUKMadalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis
usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000 tidak termasuktanahdan bangunan tempat usaha. Dan usaha
yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun
1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan
kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari
persaingan usaha yang tidak sehat.
2.5 Analisis Faktor : Principal Component Analysis (PCA)Analisis
faktor merupakan pendekatan statistika yang dapat digunakan untuk
menganalisis interrelationship di antara sejumlah variabel dengan
mengelompokkan variabel-variabel yang berhubungan erat satu sama
lain atau yang disebut sebagai faktor. Analisis faktor tergolong
metode interdependence, yaitu metode yang digunakan untuk
menganalisis hubungan antar obyek dimana semua variabel berstatus
sama, tidak ada variabel independen yang menjadi prediktor bagi
variabel dependence, seperti yang terdapat pada regresi. Contoh
lain dari metode interdependence adalah analisis cluster dan
multidimension scaling. Pada dasarnya analisis faktor mencoba
memberikan dimensi evaluasi yang lebih luas terhadap
variabelvariabel yang terkait dengan permasalahan sehingga
memudahkan interpretasi melalui penggambaran pola hubungan ataupun
reduksi data. Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi
hubungan yang terdapat dalam set variabel terobservasi.Tujuan utama
seorang peneliti menggunakan tools analisis faktor adalah untuk
merangkum informasi-informasi yang terkandung dalam setiap variabel
sehingga menjadi suatu set yang lebih ringkas (faktor) untuk
memudahkan interpretasi dengan meminimalkan informasi yang hilang
dari masing-masing variabelnya.Ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan dalam analisis faktor, berikut tahapan analisis faktor
:
Gambar 2.1 Tahapan Analisis FaktorPrincipal component analysis
digunakan apabila peneliti ingin mengekstraksi sejumlah besar
variabel penelitian menjadi beberapa variabel penelitian saja agar
lebih mudah tertangani.
Secara matematis model PCA , dapat dituliskan sebagai:
...(1)
Terdapat beberapa criteria yang dapat digunakan dalam menentukan
jumlah faktor yang akan dibentuk, antara lain :1. Krietria Nilai
EigenNilai eigen menggambarkan jumlah variansi yang dapat
dijelaskan oleh sebuah faktor. Telah dibahas bahwa nilai-nilai dari
sebuah variabel, setelah distandardisasikan akan memiliki variansi
sebesar 1. Hal ini berimplikasi bahwa jika sebuah faktor memiliki
nilai eigen < 1, artinya faktor tersebut membawa informasi yang
lebih sedikit dibandingkan variabel awal. Atau dengan kata lain,
kemampuan menjelaskan variansi data (yang diukur dengan variansi)
oleh faktor tersebut lebih buruk dibandingkan dengan kemampuan
variabel awal. Jika faktor ini dimasukkan dalam analisis lebih
lanjut, maka akan bertentangan dengan tujuan penggunaan analisis
faktor. Kesimpulannya, akan sangat beralasan jika faktor yang
diekstraksi dibatasi pada faktor-faktor dengan nilai eigen >
1.2. Kriteria Scree PlotSebuah scree plot adalah plot dari nilai
eigen terhadap jumlah faktor, dalam urutan proses ekstraksi
(sebagai contoh lihat Gambar A.). Bentuk dari plot dapat digunakan
untuk menentukan jumlah faktor yaitu dengan memperhatikan kecuraman
garis yang ada. Proses ekstraksi berhenti pada titik di mana garis
menjadi relatif lebih landai. Proses ekstraksi berhenti pada titik
yang merupakan pangkal garis yang mengalami penurunan yang paling
tajam. Pada Gambar A., terlihat bahawa setelah faktor 2 terjadi
penurunan nilai eigen value yang cukup tajam ke faktor 3. Oleh
karena itu, faktor yang valid hanya sampai faktor 2.
Gambar 2.2 Scree Plot3. Kriteria variansi yang terjelaskanPada
kriteria ini faktor-faktor akan diekstraksi sampai dengan jumlah
proporsi nilai eigen kumulatifnya melebihi suatu batas yang
dianggap cukup memuaskan (salah satu pedoman umum: untuk ilmu pasti
80 % dan untuk ilmu sosial 65 %)4. Kriteria a prioriAnalisis faktor
dapat digunakan pada penelitian yang bersifat eksploratori atau
konfirmatori. Pada penelitian yang bersifat eksploratori, peneliti
belum mengetahui terdapat berapa faktor yang akan terbentuk.
Sebaliknya, pada penelitian yang bersifat konfirmatori sudah
terdapat penelitian atau teori atau hipotesis tertentu yang
menyatakan bahwa akan terdapat sekian faktor. Pada penelitian
konfirmatori ini, secara a priori (sesuai kerangka teoritis)
ditetapkan jumlah faktor yang akan diekstraksi.Terdapat tiga tahap
dalam melakukan interpretasi output analisis faktor : 1.
Perhitungan matriks faktor inisial (yang belum dirotasikan)
Tabel 2.1 Matriks Faktor
Bobot factor (factor loading): bobot factor mengambarkan
hubungan (korelasi) antara suatu variable dengan suatu factor. Pada
table angka -30 menunjukkan bahwa variable awal X1 memiliki
korelasi negatif yang tidak cukup besar dengan factor 1.
Sebaliknya, variable awal X1 memiliki korelasi yang cukup besar
(0.86) dengan factor 2.Ini menunjukkan bahwa Faktor 2 lebih mampu
menjelaskan variansi nilai yang terjadi pada variabel awal X1
dibandingkan dengan Faktor 1. Pada umumnya, pada bobot faktor 0.3
masih dapat dianggap bahwa terdapat korelasi yang signifikan.
Beberapa variabel dengan bobot faktor yang signifikan dapat
digabungkan dan diberi nama baru yang sedapat mungkin mencerminkan
variabelvariabel penyusunnya tersebut Komunalitas. Masing-masing
variabel awal memiliki nilai variansi yang terkait dengan
variabilitas respons dari tiap responden. Jumlah variansi variabel
X1 yang dijelaskan atau diteruskan oleh faktor-faktor yang ada
(Faktor 1 dan Faktor 2) disebut dengan komunalitas Dari output pada
Tabel tampak bahwa 81 persen variansi variabel X1 dapat dijelaskan
oleh faktor-faktor yang ada. Jadi, komunalitas adalah persentase
variansi dari sebuah variabel yang berkontribusi terhadap korelasi
dengan variabel-variabel lain atau yang umum (common) bagi variabel
yang lain.2. Ekstraksi Faktor Ekstraksi faktor adalah tahap yang
bertujuan untuk menghasilkan sejumlah faktor dari data yang ada.
Matriks faktor setelah dirotasi dapat mempermudah interpretasi
dalam menentukan variabel-variabel mana saja yang dapat tercakup
dalam suatu faktor. Rotasi faktor dapat menghasilkan output
beberapa solusi (bobot dan nilai faktor).Solusi ini tidak selalu
mudah diinterpretasikan. Idealnya suatu variabel memiliki bobot
faktor yang tinggi untuk sebuah faktor dan bobot faktor yang rendah
untuk faktor-faktor lainnya. Ini dapat diinterpretasikan bahwa
variabel tersebut dapat diwakili oleh faktor dengan bobot faktor
yang tinggi tersebut Solusi dengan variabel-variabel bernilai bobot
faktor menengah untuk semua faktor akan sulit diinterpretasikan.
Untuk mengatasi hal ini dilakukanlah rotasi faktor. Rotasi faktor
berarti merotasikan dimensi. Hasil rotasi ini tidak mengurangi
komunalitas. Artinya, informasi masingmasing variabel yang
diteruskan oleh keseluruhan faktor tidak berubah. Yang dapat
berubah adalah nilai eigen. Namun, umumnya tidak berbeda jauh.
Karena lebih mudah diinterpretasikan, pada umumnya hasil rotasi
faktor inilah yang digunakan untuk analisis lebih lanjut.Tabel 2.2
Bobot Faktor (Rotasi varimax)
Rotasi Orthogonal vs Rotasi Oblique. Rotasi dapat dilakukan
secara orthogonal (siku-siku) atau oblique (tidak siku-siku).
Rotasi orthogonal menghasilkan faktor-faktor baru yang tetap
orthogonal (masing-masing faktor saling independen atau memiliki
korelasi nol), sedangkan pada rotasi oblique, masing-masing faktor
dapat memiliki korelasi yang nilainya kecil. 3. Interpretasi
Matriks Faktor Setelah diolah (dengan bantuan beberapa jenis
program statistika), input data mentah akan menghasilkan beberapa
output sebagai berikut Tabel 2.3 Nilai Eigen dari Masing-Masing
Komponen Utama
Nilai eigen menggambarkan jumlah variansi yang diteruskan oleh
sebuah faktor. Nilai eigen dapat diperoleh dengan menjumlahkan
kuadrat dari bobot faktor untuk seluruh variable (jumlah kuadrat
dalam satu kolom faktor pada Tabel Bobot Faktor (Tanpa Rotasi. dan
Tabel Bobot Faktor (Rotasi Varimax).)Nilai eigen Faktor 1 yang
sebesar 2,7546 menunjukkan bahwa variansi yang terjelaskan oleh
Faktor 1 adalah sebesar 2,7546 dari keseluruhan nilai variansi awal
yang sebesar 5 (karena terdapat 5 buah variabel yang masing-masing
memiliki nilai variansi sama dengan 1)Atau proporsi variansi yang
terjelaskan oleh Faktor 1 adalah sebesar 0.5509 atau 55.09% (lihat
baris proportion). Variansi sisanya dijelaskan oleh Faktor 2
(0.3550 atau 35.5%) dan faktor-faktor lainnya.Faktor 1 dan Faktor 2
secara bersama-sama mampu menjelaskan 0.9059 atau (90.59%) dari
total variansi yang ada (lihat baris cumulative). Dari sini tampak
cukup beralasan untuk menggunakan Faktor 1 dan Faktor 2 sebagai
variabel pengganti kelima variabel awal Tabel 2.4 Variansi Yang
Terjelaskan Oleh Masing-Masing Faktor
Variansi Terjelaskan (Explained Variance) ini menunjukkan jumlah
variansi yang dapat dijelaskan atau diteruskan oleh masing-masing
faktor Total variansi terjelaskan dari kedua faktor setelah rotasi
adalah sebesar 4.529 atau masih terdapat 0.471 variansi yang belum
terjelaskan. Ini berarti apabila digunakan kedua faktor untuk
menggantikan kelima variable awal maka akan terjadi kehilangan
informasi sebesar 0.471 nilai variansi yang menjadi tidak
terjelaskan. Tabel 2.5 Koefisien skors faktor
Meskipun faktor-faktor yang diperoleh tidak teramati/terukur
sebagaimana kelima variable awal, namun faktor-faktor ini juga
dapat berlaku sebagai variabel. Pada analisis lebih lanjut, hasil
dari analisis faktor ini dapat digunakan untuk menggantikan kelima
variabel awal tadi. Nilai dari masing-masing faktor yang
menggantikan informasi dari kelima variabel awal ini disebut dengan
skor faktor Tabel 2.6 Skor Faktor
Menunjukkan nilai koefisien dari masing-masing variabel awal
(yang telah distandardisasikan) pada model faktor yang digunakan.
Contohnya untuk Responden 1 pada Faktor 1
2.6 Penelitian TerdahuluPosisi Penelitian (State of the Art)
berbentuk tabel yang terdiri dari : Nama Peneliti, tahun, topik,
obyek, metode, variabel, hasil).
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis
penelitian kuantitatif, dengan studi analisis factor dengan
menggunakan kuisioner sebagai pengumpulan data.
3.2 Variabel PenelitianVariabel dalam penelitian ini adalah
persepsi pelaku usaha yang terdiri dari beberapa poin yang diambil
dari penelitian terdahulu, oleh Fernandes dan Andadari (2012)
yaitu: pengetahuan tentang MEA, Implikasi pemberlakuan MEA,
kesiapan dalam menghadapi MEA, dan peran pemerintah dalam
menghadapi MEA.3.3 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai
bulan Maret sampai bulan Mei 2015. Dan berlokasi di UKM Batik Tulis
di Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan.
3.4 Jenis/Tipe dataData yang digunakan pada penelitian ini
adalah data primer, yaitu data yang diperoleh melalui survey,
dokumentasi, wawancara, dan penyebaran kuisioner.
3.5 Peralatan dan Bahan PenelitianBahan yang dibutuhkan pada
penelitian ini hanya kuisioner yang akan ditujukan pada pelaku
usaha UKM Batik Tulis di Tanjung Bumi.
3.6 Teknik Pengambilan Data (Teknik Sampling)/Prosedur
Pengambilan DataPengambilan sampel yang digunakan pada penelitian
ini adalah menggunakan teknik non probability sampling dengan
metode purposive sampling, pengambilan sampel berdasarkan ketentuan
tertentu yaitu responden/pelaku usaha UKM hanya memproduksi kain
batik, UKM berkategori mikro dan kecil.
3.7 Jumlah Data (Jumlah Sampel) dan Kriteria Responden Populasi
dalam penelitian ini adalah pelaku usaha UKM Batik Tulis Tanjung
Bumi yang berkategori mikro dan kecil yang berjumlah 1.266
responden. Jumlah sampel yang di ambil diperoleh dari perhitungan
rumus slovin : ..(2)Dan diperoleh hasil 276,35, sehingga dibulatkan
menjadi 280 sampel.
3.8 Model Dasar dan Rancangan Kuesioner Kuisioner terdiri dari 2
bagian, dimana setiap bagian terdiri dari :1. Bagian I, berisi
pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi pelaku usaha terhadap
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, dengan pengukuran dengan skala
Likert, dimana ,1 = Sangat tidak setuju2 = Tidak setuju3 = Netral4
= Setuju5 = Sangat setuju2. Bagian II, berisi mengenai profil
responden
3.9 Metode PenyelesaianDalam penelitian ini digunakan metode
penyelesaian menggunakan analisis faktor dengan metode principal
component analysis. 3.9.1 Validitas dan Reabilitas(i) Uji
ValiditasUji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang
diukur oleh kuisioner tersebut. Untuk mengetahui kevalidan suatu
instrument dapat diketahui dengan membandingkan r hitung (Corrected
Item Total Corelation) dengan nilai r table untuk degree of freedom
(df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel, dengan nilai
alpha=0.05. apabila nilai r hitung lebih besar dari r table maka
instrument penelitian atau kuisioner adalah valid. Nilai r table
dapat diketahui dengan melihat pada table nilai r product moment.
(Ghozali, 2011)(ii) Uji ReliabilitasAncok (1989) mendefinisikan
reliabilitas sebagai indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Ancok juga
menjelaskan bahwa jika suatu alat ukur digunakan dua kali untuk
mengukur sesuatu yang sama dan hasil kedua pengukuran yang
diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut dapat
dikatakan reliable. Oleh karena itu, setelah dilakukan uji
validitas pada komponen kuisioner selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas untuk mengetahui seberapa akurat komponen kuisioner
digunakan pada penelitian ini. Untuk reliabilitas dari data
penelitian menggunakan Cronbachs alpha coefficients yang paling
baik adalah 1 dan yang paling buruk memiliki nilai 0. Setiap item
kuisioer akan dinilai cukup handal (reliable) bila besar koefisien
reliabilitas lebih besar dari 0.6. (Hair & Joseph, 2006)3.9.2
Analisis FaktorAnalisis factor dalam peneliian ini digunakan untuk
menjawab rumusan permasalahan pertama yaitu untuk mengetahui
factor-faktor yang mempengaruhi persepsi pelaku usaha batik di
Tanjung Bumi dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Analisis factor merupakan salah satu bentuk analisis multivariate
yang tujuan umumnya adalah menemukan satu atau beberapa variabel
atau konsep yang diyakini sebagai sumber yang melandasi seperangkat
variabel nyata (Maholtra, 2007). Analisis factor bertujuan
menemukan hubungan (interrelationship) antara sejumlah
variable-variabel yang saling independen satu dengan yang lainnya,
sehingga bias dibuat satu atau beberapa kumpulan variable yang
lebih sedikit dari jumlah variable awal. (Santoso, 2002)Pada
dasarnya terdapat dua jenis analisis factor:1. Exploratory Factor
Analysis (EFA), digunakan apabila belu ada teori yang menjelaskan
atau peneliti belum tahu setiap parameter (pertanyaan dalam likert)
masuk ke faktor/variabel laten.2. Confirmatory Factor Analysis
(CFA), digunakan apabila sudah ada teori yang menjelaskan, atau
peneliti sudah mengetahui setiap parameter masuk ke faktor/variabel
laten. Jadi tujuan dari CFA ini hanya untuk mengkonfirmasi apakah
pembagian faktor-faktor eperti yang disebutkan dalam landasan teori
sudah reliable.Analisis faktor dilakukan dengan memeriksa korelasi
(atau covariances) antara tindakan-tindakan yang diamati. Tindakan
yang sangat berkorelasi (baik positif atau negative) cenderung
dipengaruhi oleh faktor yang sama, sementara mereka yang relative
tidak berkorelasi cenderung dipengaruhi oleh faktor yang
berbeda.Model analisis faktor dinyatakan dengan formula sebagai
berikut:Xi = AijFi + Ai2F2 + Ai3F3 . + AimFm + ViUi (2)Dimana:Xi=
Variabel standar yang ke-i.Aij= Koefisien multiple regresi standar
dari variable ke-I pada common factor j.F= Common FactorVi= Faktor
unik variable-im= Banyaknya common factorFaktor unik berkorelasi
satu dengan yang lain dan dengan common factor. Common factor dapat
dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel yang diteliti,
dengan persamaan:Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + .+ WikXk
..(3)Dimana:Fi= Faktor ke-i yang diestimasi.Wi= Bobot atau
koefisien score faktorXk= Banyaknya variabel X pada faktor ke
k.Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis faktor adalah
sebagai berikut:a. Analisis CommunalitiesCommunalities pada
dasarnya adalah jumlah varians (bias dalam prosentase) dari suatu
variabel mula-mula yang bias dijelaskan oleh faktor yang ada
(Tjiptono, 2004). Semakin besar nilai communalities sebuah
variabel, berarti semakin erat atau kuat hubungan dengan faktor
yang terbentuk (Tjiptono, 2004).b. Pembentukan matriks
korelasiMatriks korelasi merupakan matrik yang memuat koefisien
korelasi dari semua pasangan variabel dalam penelitian ini. Matriks
ini digunakan untuk mendapatkan nilai kedekatan hubugan antar
variabel penelitian. Nilai kedekatan ini dapat digunakan untuk
melakukan beberapa pengujian untuk melihat kesesuaian dengan nilai
korelasi yang diperoleh dari analsis faktor. Dalam tahap ini, ada
dua hal yang perlu dilakukan agar analisis faktor dapat
dilaksanakan, yaitu:(i) Menentukan besaran nilai Barlett Tesr
Sphericity, yang diunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi yang
signifikan antar variabel.(ii) Keiser-Meyers-Oklin (KMO) Measure of
Sampling Adequacy (MSA), yang digunakan untuk mengukur kecukupan
sampel dengan cara membandingkan besarnya koefisien korelasi yang
diamati dengan koefisien korelasi parsialnya. Menurut Wibisono
(2003) criteria kessuaian dalam pemakaian analisis faktor adalah:
Jika harga KMO sebesar 0,9 berarti sangat memuaskan Jika harga KMO
sebesar 0,8 berarti memuaskan Jika harga KMO sebesar 0,7 berarti
harga menengah Jika harga KMO sebesar 0,6 berarti cukup Jika harga
KMO sebesar 0,5 berarti kurang memuaskan Jika harga KMO kurang dari
0,5 berarti tidak dapat diterimaMenurut Santoso (2002) angka MSA
berisar antara 0 sampai dengan 1, dengan criteria yang digunakan
untuk interpretasi adalah sebagai berikut: Jika MSA = 1, maka
variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel
yang lainnya. Jika MSA lebih besar dari setengah 0,5 maka variabel
tersebut masih dapat diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.
Jika MSA lebih kecil dari setengah 0,5 dan atau mendekati 0, maka
variabel tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut, atau
dikeluarkan dari variabel lainnya.c. Ekstraksi faktorPada tahap
ini, akan dilakukan proses inti dari analisis faktor, yaitu
melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan variabel yang memiliki KMO
> 0,5 sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Metode yang
digunakan untuk maksud ini adalah Principal Component Analysis
(PCA) dan rotasi faktor dengan metode varimax (bagian dari
orthogonal). Setelah pereduksian variabel yang tidak mempunyai
hubungan kuat pada tahap sebelumnya,maka analisis faktor
selanjutnya menghasilkan total variance explained. Total variance
explained menunjukkan total variasi yang diterangkan oleh setiap
faktor. Atinya, sejauh mana faktor dapat menjelaskan informasi yang
ada pada keseluruhan faktor. Banyaknya faktor yang terekstrak
ditentukan oleh nilai Eigenvalue > 1,0. Nilai Eigenvalue adalah
sebuah nilai yang mempresentasikan keseluruhan varian yang
dijelaskan oleh masing-masing faktor. Nilai yang diperhatikan dalam
table ini adalah rotation sums of squared loadings, yang dihasilkan
setelah perotasian. Dari nilai tersebut dapat dilihat nilai
variansi setiap faktor yang terbentuk dan nilai kumulatif variansi
dari faktor yang terbentuk dan nilai kumulatif variansi dari
faktor-faktor yang terbentuk (santoso, 2002).d. Matriks Rotasi
Faktor Pada rotasi faktor, matrik faktor ditransformasikan ke dalam
matrik yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah
diinterpretesikan. Metode yang digunakan untuk rotasi adalah
varimax procedure, yang meminimalkan banyaknya variabel dengan
loading tinggi faktor, sehingga meningkatkan kemampuan
menginterpretasikan faktor-faktor yang ada. Factor loading adalah
angka yang menunjukkan besarnya korelasi antara suatu variabel
dengan faktor satu, faktor dua, faktor tiga, faktor empat, atau
faktor lima yang terbentuk. Proses penentuan variabel mana akan
masuk ke faktor yang mana, dilakukan dengan melakukan perbandingan
besar korelasi pada setiap baris di dalam table (Santoso, Statistik
Multivariat, 2002)e. Penamaan FaktorPada tahap ini, akan diberikan
nama-nama faktor yang telah terbentuk berdasarkan faktor loading
suatu variabel terhadap faktor terbentuknya. Setelah tahapan
pemberian nama faktor yang terbentuk, berarti hipotesis penelitian
telah terjawab. Setelah faktor=faktor terbentuk, jika
variabel-variabel yang masuk pada masing-masing faktor tidak sama
dengan yang penelitian terdahulu, perlu memberikan nama baru yang
representative bagi variabelvariabel yang masuk didalam
masing-masing faktor (Santoso, SPSS Statistik Multivariat,
2002)
3.10 Flowchart
Gambar 3.3 FlowchartDAFTAR PUSTAKA
D., A. (1989). Teknik Penyusunan Skala Pengukuran. Yogyakarta:
Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.Dipta, &
Wayan, I. (2012). Memperkuat UKM Menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN Tahun 2015. 21.Fadhilah Ramadhani, d. (2013). OPTIMALISASI
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI BERBASIS E-COMMERCE
SEBAGAI MEDIA PEMASARAN USAHA KECIL MENENGAH GUNA MENINGKATKAN DAYA
SAING DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015. Economics
Development Analysis Journal , 136-137.Ferdiinand. (2013, Juli 4).
usaha kecil menengah. Retrieved Februari 27, 2015, from :
http://www.usaha-kecil.com/usaha_kecil_menengah.html 2/27/2015
5:32Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan
Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.Hair, J., &
Joseph, F. (2006). Multivariate Data Analysis with Reading. New
Jersey: Prentical Hall.Lina, S. (2013, Juni 1). Retrieved Maret 13,
2015, from
http://lina-aries.blogspot.com/2013/06/pengenalan-batik-nusantara.htmlMaholtra,
N. K. (2007). Marketing Research an Aplied Orientation . New
Jersey: Prentice Hall.Philip, K. (2000). Marketing Management, The
Millenium Edition. NewJersey: Prentice Hall International,
Inc.Radia, H. M. (2015). PENERAPAN WHITE OCEAN STRATEGY DAN BLUE
OCEAN STRATEGY PADA USAHA KECIL DALAM MENGHADAPI TANTANGAN
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015. 4.S., A. (2013). Hubungan antara
Persepsi Kualitas Pelayanandan Citra Bank dengan Loyalitas Nasabah.
6.Santoso, S. (2002). SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Alex
Media Komputerindo.Santoso, S. (2002). Statistik Multivariat.
Jakarta: PT. Alex Media Komputerindo.Tjiptono, S. d. (2004). Riset
Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Mulai
1. Identifikasi Masalah2. Studi literatur3. Rumusan masalah4.
Tujuan penelitian5. Batasan masalah
Kuisioner
Data penelitian
1. Uji validitas dan uji reliabilitas2. Uji analisis faktor
Model matematis analisis faktor
Validasi model
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Pemilihan responden dan metode penelitian
1. Identifikasi variabel penelitian2. Pembuatan kuisioner3.
Penyebaran kuisioner
Valid
Valid
Tidak valid
Tidak valid