BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, menurut hasil Riskesdas 2007 prevalensi karies aktif penduduk usia 12 tahun ke atas sebesar 43,4% dan pengalaman karies sebesar 67,2 % dengan rerata tingkat kerusakan gigi sebesar 4,85. Prevalensi karies di Kalimantan Selatan termasuk kategori tinggi dengan prevalensi karies gigi aktif penduduk usia 12 tahun ke atas sebesar 49,3% dengan jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Telah diketahui bersama air merupakan bahan pokok kebutuhan manusia. Di daerah - daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih tersebut, penduduk biasanya menggunakan air sumur galian, air sungai yang kadang- kadang bahkan sering kali air yang digunakan kurang memenuhi standart air minum yang sehat. Bahkan untuk daerah yang sangat buruk kualitas air tanah maupun air sungainya, penduduk hanya menggunakan air hujan untuk memenuhi kebutuhan akan air minum. Di daerah - daerah seperti ini, persentase penderita penyakit yang disebabkan akibat penggunaan air minum yang kurang bersih atau kurang memenuhi syarat kesehatan masih sangat tinggi. Masyarakat di tempat tersebut berisiko mengalami gangguan kesehatan karena mengonsumsi air bersifat asam yang bisa membuat gigi keropos. 1 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia, menurut hasil Riskesdas 2007 prevalensi karies aktif penduduk usia 12 tahun ke
atas sebesar 43,4% dan pengalaman karies sebesar 67,2 % dengan rerata tingkat kerusakan gigi sebesar
4,85. Prevalensi karies di Kalimantan Selatan termasuk kategori tinggi dengan prevalensi karies gigi aktif
penduduk usia 12 tahun ke atas sebesar 49,3% dengan jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki.
Telah diketahui bersama air merupakan bahan pokok kebutuhan manusia. Di daerah - daerah yang
belum mendapatkan pelayanan air bersih tersebut, penduduk biasanya menggunakan air sumur galian, air
sungai yang kadang- kadang bahkan sering kali air yang digunakan kurang memenuhi standart air minum
yang sehat. Bahkan untuk daerah yang sangat buruk kualitas air tanah maupun air sungainya, penduduk
hanya menggunakan air hujan untuk memenuhi kebutuhan akan air minum. Di daerah - daerah seperti ini,
persentase penderita penyakit yang disebabkan akibat penggunaan air minum yang kurang bersih atau
kurang memenuhi syarat kesehatan masih sangat tinggi. Masyarakat di tempat tersebut berisiko
mengalami gangguan kesehatan karena mengonsumsi air bersifat asam yang bisa membuat gigi keropos.1
Flouride yang sebelumnya biasa disebut fluorine, merupakan elemen kimia yang bersifat sangat
elekttronegatif di antara semua elemen-elemen kimia. Oleh karena itu tidak pernah ditemukan dalam
bentuk elemen bebas. Pada umumnya bersama-sama dengan elemen lain dalam bentuk garam-garam
fluoride seperti antara lain Calsium Fluoride.2
Dalam upaya pencegahan karies melalui fluor, pemberiannya dapat dilakukan dengan bermacam
cara, yaitu sistemik seperti fluoridasi air aminum, susu dan tablet fluor; topical aplikasi seperti: yang
dilakukan oleh dokter gigi atau tenaga kesehatan gigi lainnya.2
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa fluor dapat menncegah karies dengan efektif, dan
pemberiannya dapat dilakukan dengan berbagai cara.fluor telah dipergunakan secara luas di berbagai
Negara dan pada umumnya memperlihatkan fluor sangat bermanfaat dalam pengendalian karies.
1
Meskipun demikan, penggunaan fluor dalam pengendalian karies perlu mempertimbangkan beberapa
faktor, antara lain adanya fluor I alam sekitar, metabolisme fluor, dan dosis optimal yang dianjurkan.2
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana score DMF-T menurut WHO?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kegagalan program preventif dan promotif?
3. Apa saja jenis dan dosis pemberian fluor?
4. Bagaimana Tahapan Fluoridasi?
5. Apa efek samping mengonsumsi air sungai / rawa?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui score DMF-T menurut WHO
2. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi kegagalan program preventif dan promotif
3. Mengetahui apa saja jenis dan dosis pemberian fluor
4. Mengetahui bagaimana Tahapan Fluoridasi
5. Mengetahui apa efek samping mengonsumsi air sungai / rawa
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DMF-T Menurut WHO
Indeks DMF-T digunakan untuk pencatatan gigi permanen. Indeks DMF-T adalah indeks dari
pengalaman kerusakan seluruh gigi yang rusak, yang dicabut, dan yang ditambal. Tujuan dari indeks
DMF-T adalah untuk menentukan jumlah total pengalaman karies gigi pada masa lalu dan yang sekarang.
Untuk pencatatan DMF-T dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Setiap gigi dicatat satu kali
2. D = decay atau rusak
a. Ada karies pada gigi dan restorasi
b. Mahkota gigi hancur karena karies gigi
3. M = missing atau hilang
a. Gigi yang telah dicabut karena karies gigi
b. Karies yang tidak dapat diperbaiki dan indikasi untuk pencabutan
4. F = filled atau tambal
a. Tambalan permanen dan sementara
b. Gigi dengan tambalan tidak bagus tapi tanpa karies yang jelas
Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi permanen, adapun gigi yang tidak dihitung adalah sebagai
berikut:
1. Gigi molar ketiga
2. Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada bagian gigi yang menembus gusi baik itu
erupsi awal (clinical emergence), erupsi sebagian (partial eruption) maupun erupsi penuh (full
eruption)
3. Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi atau perawatan ortodontik
4. Gigi yang tidak ada karena kelainan kongenital dan gigi berlebih (supernumerary teeth)
5. Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik, dan jembatan
3
6. Gigi susu yang belum tanggal
Indeks def-t
Indeks def-t adalah jumlah gigi sulung seluruhnya yang telah terkena karies. Tujuan dari
indeks def-t adalah untuk menentukan pengalaman karies gigi yang terlihat pada gigi sulung dalam
rongga mulut.
Untuk pencatatan def-t dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
1. d = decayed atau rusak
2. e = indicated for extraction atau indikasi untuk pencabutan
3. f = filled atau tambal
Jumlah gigi sulung yang ditambal pada permukaan yang tidak terdapat karies gigi.
Perhitungan def-t berdasarkan pada 20 gigi sulung. Adapun gigi-gigi yang tidak dihitung adalah sebagai
berikut:
1. Gigi yang hilang termasuk gigi yang belum erupsi dan tidak ada karena kelainan genital
2. Gigi supernumerary
3. Gigi tiruan disebabkan bukan karena gigi, tidak dihitung sebagai filled (tambalan)
WHO memberikan kategori dalam perhitungan DMF-T dan def-t berupa derajat interval sebagai berikut:
1. Sangat rendah : 0,0 – 1,1
2. Rendah : 1,2 – 2,6
3. Moderat : 2,7 – 4,4
4. Tinggi : 4,5 – 6,5
5. Sangat tinggi : > 6,5
Suwargiani, AA. Indeks def-t dan DMF-T Masyarakat Desa Cipondoh dan Desa Mekarsari
Kecamatan Tirtamulya Kabuten Karawang. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Padjadjaran.
Bandung, Indonesia. 2008. Hal.7-9.
4
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Program Preventif Maupun Promotif
1. Program Preventif
a. Di Indonesia pemberian fluor melalui air minum masih sulit terwujud terutama suplai air dari PDAM
karena banyak daerah yang terpencil yang tidak dapat dilalui dengan transportasi darat sehingga
menjadi suatu kendala dalam penyebaran suplai air bersih dari PDAM.
Sriyono NW. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut Guna meningkatkan Kualitas Hidup. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta. 2009.
Masalah pelayanan PDAM yang belum merata
Penyebab jangkauan pelayanan PDAM Bandarmasih masih belum mencapai keseluruhan wilayah kota
Banjarmasin meliputi sumber bahan baku (air sungai) yang tersedia tercemar (tidak memenuhi syarat)
untuk diolah menjadi air bersih, adanya suatu daerah yang tidak tersedia sarana dan prasarana pengolahan
bahan baku air menjadi air bersih, ketergantungan pada instalasi induk pengolahan air bersih.
Solusi yang dapat ditempuh guna mengatasi masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Melakukan sterilisasi terhadap sumber bahan baku air yang tercemar agar bisa diolah menjadi air bersih
serta menghimbau kepada semua pihak untuk tidak mencemari air sungai. Usaha ini dilakukan dengan
memberdayakan semua sumber daya yang dimiliki oleh PDAM, seperti laboratorium beserta tenaga ahli
dan peralatannya. Kemudian juga bekerja sama dengan Pemko Banjarmasin untuk menegakkan
pelaksanaan Peraturan Daerah tentang pengelolaan sampah, dalam hal ini adalah penindakkan terhadap
para pelanggar perda yang melakukan pembuangan limbah atau sampah ke sungai yang merupakan
sumber bahan baku air bersih.
2. Membangun sarana dan prasarana pengolahan air bersih pada daerah-daerah yang belum memilikinya.
Keterbatsan jangkauan pelayanan air bersih daapat diatasi dengan penambahan pembangunan sarana
pengolahan air bersih, sebab diakui jumlah tempat pengolahan air bersih yang ada hanya terdapat di
pusat-pusat kota, sedangkan Daerah pinggiran tidak tersedia. Dengan dibangunnya tempat pengolahan air
bersih pada Daerah pingiran tentu hal ini merupakan upaya nyata guna memperluas jangkauan pelayanan
PDAM pada seluruh lapisan masyarakat kota Banjarmasin.
5
3. Membangun pipa penghubung antara daerah Banjarmasin Timur dan Selatan (induk) dengan daaerah
Banjarmasin Utara, Tengah dan Barat yang dipisahkan oleh sungai Martapura. Pipa penghubung yang ada
sekarang hanya ada satu buah, yaitu yang ada di bawah jembatan Dewi, untuk lebih memperluas
jangkauannya, maka perlu ditambah dengan pipa penghubung yang lainnya seperti di jembatan Sungai
Baru/ Sultan Adam dan di Daerah Basirih. Dengan demikian semua Daerah pinggiran di kota
Banjarmasin dapat terlayani air bersih.
4. Pengadaan jalur pipa baru bagi daerah-daerah yang belum ada jaringan pipanya. Seiring dengan
penambahan sarana pengolahan air bersih, maka perlu diikuti dengan penambahan jaringan pipa baru,
sehingga makin luas jangkauan pelayanan yang bisa diberikan oleh PDAM kepada masyarakat kota
Banjarmasin.
No Penyebab Solusi
1
2
3
4
Sumber bahan baku
Sarana/ Prasarana pengolahan air
bersih
Ketergantungan Instalasi induk
Belum ada jalur
Sterilisasi/ cari sumber baru
Pembangunan sarana/prasarana
Pengadaan Bangun pipa penghubung
Pengadaan Jalur Baru
Hermawan, Ade. Pelayanan Prima Pada PDAM Bandarmasih. Stia Bina Banua Banjarmasin, 2005
b. Dosis flour dalam air minum yang dapat mencegah karies adalah sekitar 1 ppm sedangkan di
indonesia kadar fluor dalam air < 0,3 ppm.
c. Terbatasnya upaya pelayanan kesehatan gigi karena tenaga kesehatan tidak tersebar disetiap daerah,
jadi untuk memaksimalkan program preventif dan promotif :
Perlunya kerjasama dengan sekolah untuk merubah perilaku masyarakat terutama anak-anak melalui
program UKGS (usaha Kesehatan Gigi Sekolah).
Adanya upaya kesehatan gigi berbasis masyarakat dalam bentuk UKGM (Usaha Kesehatan gigig
masyarakat) melalui posyandu.
6
Perlu dipertimbangkan pelaksanaan progran drg keluarga untuk pengefektifan pelaksanaan pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut bagi masyarakat.
d. Pengendalian karies dengan mengendalikan pola makan belum diterapkan di Indonesia.
e. Masih banyaknya masyarakat menggunakan air sungai atau air rawa untuk konsumsi sehari-hari tanpa
dilakukan pengolahan air menjadi air bersih terlebih dulu. Seperti filtrasi dan netralisasi.
1.Sriyono NW. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut Guna meningkatkan Kualitas Hidup. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta. 2009.
2. Indirawati. Laporan Penelitian Caries Experience di Kabupaten Katapang Provebsi Kalbar dan kab
Kulon Progo prov DIY. Pusat pengembangan dan biomedis dan farmasi badan penelitian dan
pengembangan kesehatan departemen RI. Jakarta. 2010
2. Program promotif
Bahasa yang digunakan dalam penyampain tidak dimengerti oleh masyarakat. Jenis
penyuluhan tidak menarik perhatian masyarakat serta pemilihan dalam metode penyuluhan tidak
sesuai sasaran.
Sriyono NW. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut Guna meningkatkan Kualitas Hidup.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 2009.
2.3 Jenis dan Dosis Pemberian Fluor
Fluoride yang sebelumnya bisa disebut fluorine,nmerupakan elemen kimia yang bersifat sangat
elektronegatif di antra semua elemen-elemen kimia. Oleh karena itu tidak pernah ditemukan dalam
elemen bebas. Pada umumnya bersama-sama dengan elemen lain dalam bentuk garam-garam fluoride
seperi calcium fluoride.
Beberapa cara penggunaan fluor
Dari beberapa studi terlihat adanya hubunngan antra flour dan karies gigi. Kebutuhan akan fluor ini sesuai
dengan konsep “ dose respons”. Konsumsi flour sesuai kebutahan sangat menguntungkan, namun jika
dikonsumsi dalam jumlah berlebihan malah merugikan. Dengan pertimbangan manfaat dan kerugisn yang
7
diakibatkan oleh fluor ini pemakaiannya harus berhati-hati. Dalam upaya penvcehagan karies melalui
fluor, pemberiannya dal=pat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
a. Sitemik yaitu melalui fluoridasi air minum, garam, susu dan tablet fluor.
b. Topical aplikasi dengan menggunakan bahan tertentu yang dilakukan dokter gigi atau tenaga
kesehatan gigi lainnya. Sedangkan topical aplikasi yang bisa dilakukan masyarakat sendiri yaiut
melalui pasta gigi dan kumur-kumur larutan yang mengandung fluor.
Dapus: agtini M.D, sitawati, and indrawati tjahja. Fluor dan kesehatan gigi. Meia libang kesehatan.
Volume XV. No. 2. 2005
Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Fluor
Indikasi
Anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai tinggi
Gigi dengan permukaan akar yang terbuka
Gigi yang sensitif
Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit membersihkan gigi
Pasien yang sedang melakukan perawatan ortodontik
Kontraindikasi
Anak dengan resiko karies rendah
Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum fluor
Herdiyanti Y dan Inne SS. Penggunaan fluor dalam Kedokteran Gigi. Program Profesi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Bandung. 2010
8
Pemberian Fluor Secara Sistemik
Fluoridasi sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut membentuk
struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air
liur yang terus membasahai gigi. Fluoride sistemik ini meliputi fluoridasi air minum dan melalui
pemberian makanan tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap. Namun di sisi lain,
para ahli sudah mengembangkan berbagai metode penggunaan fluor, yang kemudian dibedakan menjadi
metode perorangan dan kolektif. Contoh penggunaan kolektid yaitu fluoridasi air minum (biasa kita
peroleh dari air kemasan) dan fluoridasi garam dapur.
Terdapat tiga cara pemberian fluor secara sistemik, yaitu:
1. Fluoridasi air minum
Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu daerah atau kota
tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk di situ akan terlindung dari karies gigi.
Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per
milion). Selain dapat mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang tidak baik
yaitu dengan adanya ‘mottled teeth’. Pada mottled teeth, enamel gigi kelihatan kecoklat-
coklatan, permukaannya berbintik-bintik, dan bila fluor yang masuk dalam tubuh terlalu
banyak, dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali.
Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7-1,2 ppm.
Menurut penelitian Maurray and Rugg-gun cit. Linanof bahwa fluoridasi air minum dapat
menurunkan karies 40-50% pada gigi susu.
2. Pemberian fluor melalu makanan
Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung dluor yang cukup tinggi,
hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah terjadinya karies gigi. Jadi harus
diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-hari seperti di rumah, contohnya di dalam air
mineral, minuman ringan, dan makanan sudah cukup mengandung fluoride. Karena itu
makanan berfluoride yang diberikan dengan hati-hati. Makanan tambahan dluoride hanya
9
dianjurkan untuk mereka (terutama anak-anak) yang tinggal di daerah yang sumber airnya
rendah fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat berbahata jika dikonsumsi secara
berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak disiplin, maka tidak akan
mencapai sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan gigi. Contohnya adalah fluorosis.
3. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu dikombinasikan dengan vitamin-
vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet fluor disarankan pada anak
yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang
optimal )2,2 mm NaF, yang akan menghasilkan dluor sebesar 1 mg/hari).
Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga 16 tahun. Umur 2 minggu-2
tahun biasanya diberikan dosis 0,25mg, 2-3 tahun diberikan 0,5mg, dan 3-16 tahun sebanyak
1mg.
Penggunaan Fluor Secara Topikal
Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi didi dari karies, fluor
bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat
melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan
terhadap pelarutan asam. Reaksi kimia: Ca10(PO4)6(OH)2+F Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel
yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi.
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama dan telah terbukti
menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan
yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari proses karies. Penggunaan fluor secara
topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara:
1. Topikal aplikasi
10
Topikal aplikasi adalah pengolesahan langsung fluor pada enamel. Setelah gigi dioleskan
fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama 1 jam tidak boleh makan, minum, atau
berkumur.
Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi mengandung fluor, tablet
fluor, dan obat kumur dluor tidak cukup untuk mencegah atau menghambat perkembangan
karies. Pemberian varnish fluor diberikan setiap empat atau enam bulan sekali pada anak
yang mempunyai resiko karies tinggi. Salah satu varnish fluor adalah durphat (colgate oral
care) merupakan larutan alkohol varnis alami yang berisi 50mg NaF/ml (2,5% sampai kira-
kira 25.000 ppm fluor). Varnish dilakuka pada anak-anak umur 6 tahun ke atas karena anak di
bawah umur 6 tahun belum dapat menelah ludah dengan baik sehingga dikhawatirkan varnish
dapat tertelan dan dapat menyebabkan fluorosis enamel.
2. Pasta gigi fluor
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung dluor
terbukti dapat menurunkan karies. Akan tetapi pemakaiannya pada anak pra sekolah harus
diawasi karena pada umumnya mereka masih belum mampu berkumur dengan baik sehingga
sebagian pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang kini terdapat di pasaran
mengandung kira-kira 1mg F/g (1gram setara dengan 12 ppm pasta gigi pada sikat gigi).
3. Obat kumur dengan fluor
Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunan karies sebanyak 20-50%. Penggunaan
obat kumur disarankan untuk anak yang berisiko karies tinggi atau selama terjadi kenaikan
karies. Berkumur fluor diindikasikan untuk anak yang berumur di atas 6 tahun karena telah
mampu berkumur dengan baik dan orang dewasa yang mudah terserang karies, serta bagi
pasien-pasien yang memakai alat ortodonsi.
(Herdiyari Y, Sasmita IS. Penggunaan Fluor Dalam Kedokteran Gigi. Program Profesi. Fakultas
Kedokteran Gigi. Universitas Padjadjaran. 2010. Hal.3-10.
11
2.4 Tahapan Fluridasi
Jenis Pengolahan Air Bersih
Jenis pengolahan air bersih secara umum:
1. Penjernihan : bertujuan menurunkan kekeruhan, Fe dan Mn
2. Pelunakan : bertujuan menurunkan kesadahan air
3. Desinfeksi : bertujuan membunuh bakteri patogen
Jenis proses pengolahan air bersih:
Secara fisika : tidak ada penambahan zat kimia (aditif), contoh: pengendapan, filtrasi, adsorpsi, dll
Secara kimiawi : penambahan bahan kimia sehingga terjadi reaksi kimia. Contoh penyisihan logam