BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebiasaan didefinisikan sebagai tindakan yang terjadi berulang-ulang secara otomatis sebagai akibat dari proses alamiah yang kompleks yang melibatkan kontraksi otot. Orang tua menemukan banyak kebiasaan dan perilaku anak-anak mereka yang mengganggu. Bila ingin mengubah perilaku yang tidak diinginkan ini hal pertama yang dapat membantu adalah memahami mengapa anak melakukannya. Seringkali kebiasaan buruk hanyalah keadaan meniru. Anak mungkin akan melakukan perilaku ini kembali ketika mereka sedang stress, bosan, lelah, frustasi, tidak senang, tidak aman, atau ketika tertidur lelap. Bagi anak, banyak dari kebiasaan buruk yang menenangkan dan menyenangkan. Sebagian besar, perilaku ini hanya sebuah “fase” dan akan hilang pada proses tumbuh kembang mereka. (1,2) 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kebiasaan didefinisikan sebagai tindakan yang terjadi berulang-ulang
secara otomatis sebagai akibat dari proses alamiah yang kompleks yang
melibatkan kontraksi otot. Orang tua menemukan banyak kebiasaan dan perilaku
anak-anak mereka yang mengganggu. Bila ingin mengubah perilaku yang tidak
diinginkan ini hal pertama yang dapat membantu adalah memahami mengapa
anak melakukannya. Seringkali kebiasaan buruk hanyalah keadaan meniru. Anak
mungkin akan melakukan perilaku ini kembali ketika mereka sedang stress,
bosan, lelah, frustasi, tidak senang, tidak aman, atau ketika tertidur lelap. Bagi
anak, banyak dari kebiasaan buruk yang menenangkan dan menyenangkan.
Sebagian besar, perilaku ini hanya sebuah “fase” dan akan hilang pada proses
tumbuh kembang mereka.(1,2)
Kebiasaan anak muncul dalam berbagai kondisi. Dalam kondisi ringan,
beberapa perilaku tidak mengganggu aktivitas normal sehari-hari dan karenanya
bukan merupakan gangguan kejiwaan. Namun, kondisi ringan dari perilaku
tersebut dapat berkembang untuk menyebabkan melemahnya fungsi fisik/
psikologis.(3)
Dalam perkembangan dan pertumbuhannya, banyak anak memiliki
kebiasaan tertentu dalam berperilaku. Ada kebiasaan yang bersifat sementara,
tetapi ada juga kebiasaan yang tidak mudah dihilangkan. Beberapa kebiasaan anak
tetap diperhatikan dan dapat bertahan bila tidak diobati, bahkan akan mengganggu
1
fungsi optimal anak. Kebiasaan anak dapat mengakibatkan interaksi sosial negatif
dan penghindaran oleh teman-teman dan anggota keluarga. Beberapa perilaku
yang berulang-ulang dapat menyebabkan kerusakan.(4,3)
Jika kebiasaan buruk tersebut berhenti pada usia kurang dari 3 tahun, maka
kemungkinan tidak akan mempengaruhi keadaan gigi-gigi. Apabila terjadi
kelainan sifatnya sementara, oklusi akan normal kembali dengan sendirinya.
Namun apabila ditemukan, diperlukan perhatian khusus karena akan terjadi
gangguan pada oklusi. Kerjasama yang baik antara penderita, dokter gigi, dan
orang tua penderita sangat diperlukan. Hal terpenting pada penganganan kasus
maloklusi karena kebiasaan buruk pada usia anak-anak adalah penderita harus
mempunyai motivasi yang kuat untuk menghentikan kebiasaan buruknya guna
keberhasilan perawatan.(5)
Kebiasaan abnormal dapat mempengaruhi pertumbuhan yang normal dari
rahang, mengganggu pertumbuhan cranial, dan fisiologi oklusi. Pola kebiasaan
dapat mengganggu otot yang terkait dengan pertumbuhan tulang yang salah, gigi
malposisi, cara bernafas yang salah, gangguan berbicara, gangguan otot-otot
wajah dan psikologis. Kebiasaan seperti mengisap ibu jari, menggigit bibir,
menaruh lidah di antara gigi-gigi, bernafas melalui mulut, dan bruxism merupakan
kebiasaan yang dapat menimbulkan terjadinya anomali letak gigi dan hubungan
rahang. Kebiasaan membuka mulut juga dapat menimbulkan anomali rahang atas
yang sempit dan maju ke depan. Kebiasaan ini harus segera dihentikan apabila
gigi permanen pertama sudah nampak erupsi di mulut. Aktivitas orofasial yang
abnormal merupakan penyebab maloklusi yang paling sering ditemui.(6,7)
2
Pengawasan terhadap terjadinya penyimpangan pertumbuhan yang
dilakukan dengan perawatan ortodontik sedini mungkin akan menghilangkan
kebiasaan buruk sehingga perawatan ortodontik yang lebih berat pada umur
selanjutnya dapat dicegah. Dalam bidang kedokteran gigi, semakin banyak ahli
orthodontik yang memperhatikan cara untuk mengatasi gangguan pertumbuhan
rahang dan gigi geligi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan aktivitas bibir
dan lidah pada periode gigi bercampur.(7,8)
Latar belakang penulis memilih kebiasaan buruk untuk diteliti karena
mengingat cukup tingginya insiden yang terjadi dan banyaknya akibat yang
ditimbulkan oleh kebiasaan buruk tersebut sehingga memerlukan pemahaman
orang tua akan kesehatan gigi dan mulut anaknya.
Latar belakang penulis memilih usia 3-5 tahun agar kebiasaan buruk anak
dapat dikontrol dan dihentikan sebelum gigi-gigi permanennya erupsi, yaitu pada
usia sebelum 6 tahun dimana menurut Mc Donald dan Avery, maloklusi yang
disebabkan oleh kebiasaan buruk meningkat dari 21,5% pada usia 3-4 tahun
hingga 41,9% pada usia 12 tahun.(5,1)
Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah di usia 3-5 tahun
sudah terlihat gangguan pertumbuhan rahang dan gigi yang disebabkan oleh
kebiasaan buruk. Selain itu, di usia ini kesehatan gigi anak juga masih sangat
bergantung pada orang tuanya, sehingga sangat dibutuhkan peran orang tua untuk
memotivasi anak agar menghentikan kebiasaan buruknya.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan membahas secara
terperinci beberapa kebiasaan buruk pada anak-anak yang dapat mempengaruhi
3
pertumbuhan yang normal dari rahang, mengganggu pertumbuhan cranial,
fisiologi oklusi hingga interaksi sosial serta etiologi dan cara menghentikan atau
mengoreksi kebiasaan buruk tersebut yang telah menjadi suatu pola perilaku si
anak.
I.2. Rumusan Masalah
Permasalahan akan muncul ketika kebiasaan buruk tersebut terus berlanjut
hingga anak mulai memasuki usia sekolah dimana kebiasaan ini terus dilakukan
karena orang tua yang kurang memperhatikan anaknya. Penelitian ini bermaksud
untuk melihat tingkat prevalensi kebiasaan buruk pada anak usia prasekolah,
sehingga masalah yang timbul adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat prevalensi kebiasaan buruk pada anak usia prasekolah di
Kota Makassar?
2. Di antara usia 3-6 tahun, usia berapakah yang paling banyak melakukan
kebiasaan buruk?
3. Bagaimana perbandingan kebiasaan buruk antara anak laki-laki dan
perempuan?
4. Apa kebiasaan yang paling sering dilakukan oleh anak usia 3-6 tahun?
5. Bagaimana manifestasi oral pada anak yang mempunyai kebiasaan buruk?
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memperoleh gambaran tentang prevalensi kebiasaan buruk pada anak usia 3-
6 tahun di Kota Makassar.
4
2. Mengetahui jumlah anak yang mempunyai kebisaan buruk pada usia 3-6
tahun di Kota Makassar berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin.
3. Mengetahui berbagai macam faktor-faktor penyebab dari kebiasaan buruk.
4. Mengetahui berbagai macam masalah yang timbul akibat kebiasaan buruk.
5. Mengetahui manifestasi oral pada anak yang mempunyai kebiasaan buruk dan
penatalaksanaannya.
I.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang pengaruh
kebiasaan buruk pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Masyarakat dapat mengantisipasi berbagai faktor-faktor penyebab kebiasaan
buruk pada anak.
3. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut anak di Kota Makassar pada umumnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Gambaran Umum Kebiasaan Buruk
Kebiasaan buruk pada anak-anak (oral habits) merupakan suatu kebiasaan
yang tidak normal yang biasanya terjadi pada masa pertumbuhan dan
perkembangan wajah. Kebiasaan ini pada umumnya tidak disadari oleh yang
bersangkutan, dapat terjadi berulang-ulang atau hanya pada waktu-waktu tertentu.
Menurut seorang ahli psikologi, Sigmund Freud pada usia 0-18 bulan
secara psikoseksual (biologis) seorang anak akan mengalami fase oral. Dimana
pada fase ini, anak merasakan tempat paling nikmat adalah mulutnya. Jadi secara
naluri seorang anak akan cenderung memasukkan segala sesuatu ke dalam
mulutnya. Diharapkan, seiring pertambahan usia, kebiasaan tersebut akan hilang
dengan sendirinya. Akan tetapi karena sesuatu hal, maka kebiasaan buruk tersebut
berlanjut hingga tahap usia selanjutnya. Menurut sifatnya, kebiasaan buruk pada
anak-anak dibagi menjadi dua, yaitu non compulsive : dapat dihentikan seiring
pertambahan usia dan compulsive : kebiasaan berulang, berhubungan dengan
keadaan emosi.(5)
Anak-anak pada beberapa kelompok usia berada pada fase belajar untuk
mengontrol emosi mereka. Gangguan emosional seperti kurangnya perawatan dan
cinta dengan banyak ketakutan serta kecemasan adalah faktor penyebab anak
melakukan oral habit. Menurut Sigmund Freud, oral habit dapat memberikan
kenikmatan yang cukup untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari kelaparan.
6
Menurut Gunarsa, ketidakharmonisan antara anak dan orang tua juga merupakan
faktor adopsi dari oral habit.(1)
Penelitian yang dilakukan oleh Kharbanda dkk sebanyak 25,5% dari anak
sekolah di Delhi (India) memiliki beberapa bentuk oral habit. Suatu penelitian
yang dilakukan di Kroasia terhadap 1025 anak yang berusia 6-12 tahun
menunjukkan bahwa 33,37% dari anak-anak itu mempunyai kebiasaan buruk,
tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan wanita. Insiden adanya kebiasaan buruk
pada anak-anak setelah usia 3 tahun menunjukkan angka yang cukup tinggi. Pada
sebuah studi di Nigeria prevalensi oral habit yang melibatkan anak-anak pada
kelompok usia (3-5 tahun) dalam perkembangan oklusi dilaporkan 13-14%
membutuhkan pendidikan/konseling kesehatan gigi dan mulut untuk anak-anak
dan orang tua mereka.(9,5,10)
Maloklusi telah dilaporkan berkaitan dengan kelas sosial. Oral habit
merupakan faktor utama dalam etiologi maloklusi dan terkait hubungan juga
dengan kelas sosial. Tomita et al mengevaluasi etiologi maloklusi dalam sampel
yang dipilih secara acak dari 2139 anak-anak Brazil yang berusia 3-5 tahun.
Prevalensi maloklusi yang ditemukan 51,3% pada laki-laki dan 56,9% pada
perempuan. Di antara faktor-faktor lingkungan yang terkait dengan maloklusi,
penyebab yang paling signifikan adalah mengisap jari dan dot. Menurut Mc
Donald dan Avery, maloklusi yang disebabkan oleh kebiasaan buruk meningkat
dari 21,5% pada usia 3-4 tahun sampai 41,9% pada usia 12 tahun. Maloklusi
meningkat ketika durasi kebiasaan juga meningkat.(10,9,1)
7
Maloklusi yang terjadi tergantung pada kebiasaan buruk tersebut. Kelainan
yang timbul akibat kebiasaan buruk tergantung pada pola rangka wajah, dan
keterlibatan otot orofasial. Ada tiga syarat yang harus ada pada suatu kebiasaan
buruk agar dapat menghasilkan suatu maloklusi, yaitu intensitas (seberapa sering
tindakan dilakukan), frekuensi (seberapa sering aksi berulang per hari), dan durasi
(berapa lama tindakan yang telah dilakukan). Pada anak-anak, sangatlah sulit
untuk menghentikan suatu kebiasaan buruk, apalagi bila hal tersebut dirasakan si
anak membawa kenikmatan tersendiri. Bila demikian keadaannya, maka
maloklusi gigi-gigi tidak bisa dihindari lagi.(11,5,1)
II.2. Macam-Macam Kebiasaan Buruk
Kebiasaan buruk perlu diperiksa karena kebiasaan buruk dapat menjadi
penyebab suatu maloklusi. Suatu kebiasaan yang berdurasi sedikitnya 6 jam
sehari, berfrekuensi cukup tinggi dengan intensitas yang cukup dapat
menyebabkan maloklusi. Maloklusi yang terjadi tergantung pada kebiasaan buruk
tersebut, misalnya kebiasaan buruk mengisap ibu jari akan menghasilkan
maloklusi yang berbeda dengan kebiasaan mengisap bibir bawah. Ada beberapa
macam kebiasaan buruk pada anak-anak, di antaranya adalah mengisap ibu jari
atau jari tangan (thumb or finger sucking), mengisap bibir atau menggigit bibir
(lip sucking or lip biting), menjulurkan lidah (tongue thrust), bernafas melalui
mulut (mouth breathing), dan bruxism.(11,12)
8
II.2.1. Mengisap Ibu Jari/Jari Tangan (Thumb/Finger Sucking)
A. Definisi Thumb/Finger Sucking
Thumb/finger sucking adalah sebuah kebiasaan dimana anak
menempatkan jari atau ibu jarinya di belakang gigi, kontak dengan bagian atas
mulut, mengisap dengan bibir, dan gigi tertutup rapat. Aktivitas mengisap jari dan
ibu jari sangat berkaitan dengan otot-otot sekitar rongga mulut.(13,14)
Gambar 1. Kebiasaan thumb and finger sucking
Sumber : Palmer, B. The importance of breastfeeding as it relates to the total health section B
Missouri J. 2002
Mengisap ibu jari merupakan sebuah perilaku, bukan sebuah gangguan.
Seiring pertambahan usia, diharapkan kebiasaan buruk tersebut akan hilang
dengan sendirinya. Kebiasaan ini sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan
bisa dianggap normal pada masa bayi dan akan menjadi tidak normal jika
berlanjut sampai masa akhir anak-anak. Hal ini sering terjadi dalam masa
pertumbuhan, sebanyak 25-50% pada anak-anak yang berusia 2 tahun dan hanya
15-20% pada anak-anak yang berusia 5-6 tahun.(3,5,14)
Sebagian anak mempunyai kebiasaan mengisap sesuatu (misalnya jari)
yang tidak memberi nilai nutrisi (non-nutritive), sebagai suatu kebiasaan yang
dapat dianggap wajar. Akan tetapi, kebiasaan mengisap yang berkepanjangan
9
akan menghasilkan maloklusi. Keadaan ini dapat terjadi karena adanya tekanan
langsung dari jari dan perubahan pola bibir dan pipi pada saat istirahat. Bila
seorang anak menempatkan ibu jari di antara incisivus bawah dan atas, biasanya
dengan sudut tertentu, maka akan terdapat dorongan incisivus bawah ke lingual
sedangkan incisivus atas ke labial. Tekanan langsung ini dianggap menyebabkan
perubahan letak incisivus.
Ada beberapa variasi maloklusi tertentu tergantung jari yang diisap dan
juga penempatan jari yang diisap. Sejauh mana gigi berpindah tempat berkorelasi
dengan lamanya pengisapan per hari daripada oleh besarnya kekuatan pengisapan.
Seorang anak yang mengisap kuat-kuat tetapi hanya sebentar tidak terlalu banyak
berpengaruh pada letak giginya, sebaliknya seorang anak yang mengisap jari
meskipun dilakukan tidak terlalu kuat tetapi dalam waktu yang lama (misalnya
selama tidur malam masih menempatkan jari di dalam mulut) dapat menyebabkan
maloklusi yang nyata.(11)
Anak-anak usia prasekolah memiliki kebiasaan mengisap jari tangan dan
mainan yang dominan. Warren dkk melaporkan bahwa 20% anak memiliki
kebiasaan mengisap non-nutritive di luar usia 3 tahun. Dalam tindak lanjut jangka
panjang, Warren et al mengamati bahwa kebiasaan mengisap non-nutritive yang
berkepanjangan melampaui 4 tahun menyebabkan lebar lengkung rahang sempit,
overjet lebih besar dan prevalensi yang lebih besar dari gigitan terbuka dan gigitan
silang. Holm dalam studi pada anak-anak Denmark yang berusia antara 3-5 tahun
dengan kebiasaan mengisap, menemukan hubungan transversal dan sagital antara
rahang tetap tidak berubah pada kebanyakan anak-anak, sedangkan hubungan
10
vertikal bervariasi dengan perubahan kebiasaan mengisap. Anak-anak dengan
kebiasaan mengisap jari cenderung untuk mempertahankan kebiasaan ini. Anak-
anak dengan kebiasaan mengisap jari tangan memiliki prevalensi jauh lebih tinggi
hubungan molar distal dan kaninus, overjet lebih besar, dan gigitan terbuka
dibandingkan dengan anak tanpa kebiasaan mengisap.(9)
Fayyat pada penelitian terhadap 106 anak yang berusia antara 4 dan 6
tahun menyimpulkan bahwa di antara kebiasaan oral yang buruk, mengisap jari
kelihatannya merupakan yang pertama menyebabkan openbite. Namun, bagi
kebanyakan anak yang dinyatakan berkembang secara normal, beberapa kebiasaan
mengakibatkan kerusakan fisik permanen pada anak.(15)
B. Etiologi Thumb/Finger Sucking
Bila jari ditempatkan di antara gigi atas dan bawah, lidah terpaksa
diturunkan yang menyebabkan turunnya tekanan lidah pada sisi palatal geligi
posterior atas. Pada saat yang sama tekanan dari pipi meningkat dan muskulus
buccinator berkontraksi pada saat mengisap. Tekanan pipi paling besar pada sudut
mulut dan mungkin keadaan ini dapat menjelaskan mengapa lengkung maksila
cenderung berbentuk huruf V dengan kontraksi pada regio kaninus daripada
molar. Kebiasaan mengisap yang melebihi batas ambang keseimbangan tekanan
dapat menimbulkan perubahan bentuk lengkung geligi, akan tetapi sedikit
pengaruhnya terhadap bentuk rahang.(11)
Hampir 80% bayi mempunyai kebiasaan mengisap ibu jari atau jari
lainnya. Biasanya keadaan ini terjadi sampai bayi berusia sekitar 18 bulan. Akan
tetapi, kadang-kadang masih dijumpai pada anak usia prasekolah bahkan sampai
11
berumur 4 tahun ke atas. Secara alami ia mulai menggunakan otot bibir dan
mulut. Ketidakpuasan mengisap ASI dapat membuat anak suka mengisap jari
tangannya sendiri. Jika kebiasaan ini berlanjut dapat berakibat pertumbuhan gigi
berubah posisi. Adanya kebiasaan oral mempengaruhi kegagalan dalam menyusui
dan konsekuensinya mungkin menyebabkan penyapihan dini (proses penghentian
penyusuan ASI pada bayi) atau sebaliknya penyapihan dini menyebabkan tidak
terpenuhinya kebutuhan anak untuk mengisap dan akhirnya bayi mengisap yang
tidak bergizi seperti mengisap ibu jari dan penggunaan botol yang dapat
menghasilkan maloklusi.(16,4,15)
Selain untuk memuaskan insting mengisap, faktor lain yang dapat
menyebabkan kebiasaan buruk adalah keinginan untuk menarik perhatian, rasa
tidak aman, dan sehabis dimarahi atau dihukum. Beberapa psikiater percaya
bahwa mengisap ibu jari untuk menarik perhatian ibu, ini disebabkan oleh
kebutuhan anak untuk dekat pada ibunya. Mengisap jari merupakan perilaku
naluriah yang menjadi kebiasaan. Selain itu, mengisap jari merupakan manifestasi
dari rasa tidak aman, kebanyakan anak-anak terlihat mengisap dengan tekanan
yang besar dan kecepatan saat tegang. Kurangnya cinta dan perhatian pada bayi
dan anak-anak dapat meningkatkan resiko untuk mengisap jari. Mengisap
memiliki efek menyenangkan, menenangkan, dan sering membantu anak untuk
bisa tertidur. Namun, akan mengkhawatirkan bila gigi permanen mulai erupsi
(sekitar usia 5 tahun) karena akan mengubah bentuk gigi, palatum, atau gigitan
pada anak.(14,13,2)
12
C. Akibat Thumb/Finger Sucking
Beberapa masalah yang dapat timbul akibat kebiasaan mengisap ibu jari,
seperti(16) :
a) Masalah gigi, bila kebiasaan ini bertahan sampai umur 4 tahun maka akan
menyebabkan maloklusi gigi susu dan permanen, juga dapat menyebabkan
masalah pada tulang-tulang di sekitar mulut. Resiko tinggi ditemukan pada
anak yang mengisap ibu jari pada waktu siang dan malam.
Gambar 2. Kebiasaan mengisap ibu jari menyebabkan openbite anterior
Sumber : Palmer, B. The importance of breastfeeding as it relates to the total health section B
Missouri J. 2002
b) Jari abnormal, dengan pengisapan yang terus menerus terjadi hiperekstensi
jari, terbentuk callus, iritasi, eksema, dan paronikia (jamur kuku).
c) Efek psikologis pada anak akan menimbulkan menurunnya kepercayaan diri
anak karena anak sering diejek oleh saudara atau orangtuanya.
d) Keracunan tidak disengaja, anak yang mengisap ibu jari terpapar tinggi
terhadap keracunan yang tidak disengaja, misalnya keracunan Pb.
e) Resiko infeksi saluran cerna meningkat.
13
D. Penanganan Thumb/Finger Sucking
Perawatan psikologis
Bila kebiasaan ini menetap setelah anak berumur 4 tahun, maka orang tua
disarankan untuk mulai melakukan pendekatan kepada anak agar dapat
menghilangkan kebiasaan buruknya tersebut, antara lain(16) :
a) Mengetahui penyebab. Ketahui kebiasaan anak sehari-hari termasuk cara
anak beradaptasi terhadap lingkungan sekitar. Faktor emosional dan
psikologis dapat menjadi faktor pencetus kebiasaan mengisap ibu jari.
b) Menguatkan anak. Menumbuhkan rasa ketertarikan pada anak untuk
menghentikan kebiasaan tersebut. Orang tua diingatkan untuk tidak
memberikan hukuman pada anak karena anak akan makin menolak untuk
menghentikan kebiasaan ini.
c) Mengingatkan anak. Buat semacam agenda atau kalender yang mencatat
keberhasilan anak untuk tidak mengisap ibu jari.
d) Berikan penghargaan. Orang tua dapat memberikan pujian dan hadiah yang
disenangi si anak, bila anak sudah berhasil menghilangkan kebiasaannya.
Perawatan eksta oral
Perawatan ekstra oral yang dapat dilakukan pada anak yang memiliki
kebiasaan mengisap ibu jari atau jari tangan lainnya, antara lain(14,5) :
a) Ibu jari atau jari diolesi bahan yang tidak enak (pahit) dan tidak berbahaya,
misalnya betadine. Ini diberikan pada waktu-waktu anak sering memulai
kebiasaannya mengisap ibu jari.
b) Ibu jari diberi satu atau dua plester anti air.
14
c) Penggunaan thumb guard atau finger guard.
Gambar 3. Thumb guard dan finger guard
Sumber : http://www.plioz.com/braeak-the-habit-thumbguard-and-fingerguard/#more-376.