Top Banner

of 23

BAB I GERIATRI.docx

Oct 09, 2015

Download

Documents

Muthia Dewi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN

I.1. Latar belakangIstilah Geriatri barasal dari bahasa Yunani Geras yang berarti usia lanjut, dan iatrosyang berarti dokter. Dengan demikian Geriatri berarti terapi medis atau penyembuhan untuk lanjut usia. Usia lanjut bukanlah sebuah penyakit melainkan sebuah fase dalam siklus kehidupan yang memiliki karakter tersendiri pada setiap fase perkembangan. Usia lanjut terkait dengan matangnya pemikiran yang bijak yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya, salah satu tugas pada usia lanjut yang dikemukakan oleh Erik Erikson tentang usia lanjut yang sehat yaitu integritas dan bukan putus asa.Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil dengan meningkatnya populasi penduduk lanjut usia. Menurut DepKes RI pada tahun 2005 tentang umur harapan hidup pada perempuan 68,2 tahun dan pada laki-laki 64,3 tahun. Harapan hidup orang Indonesia pada tahun 2015 sampai 2020 mencapai 70 tahun atau lebih. Jumlah penduduk lanjut usia mencapai 24 juta jiwa bahkan lebih atau sekitar 9,77 % dari total penduduk. Pada tahun 2000 jumlah orang lanjut usia sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 11,34%. Dari data USA-Bureau of the Census, bahkan Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia,antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414%. Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Dengan begitu secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan makin banyak terjadi distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagaipenyakit degeneratif (seperti hipertensi, aterosklerosis, diabetes melitus dan kanker).Sifat penyakit pada usia lanjut tidaklah sama dengan penyakit dan kesehatan pada golongan populasi usia lainnya, yaitu dalam hal: Penyakit pada usia lanjut cenderung bersifat multipel, merupakan gabungan antarapenurunan fisiologik/alamiah dan berbagai proses patologik/penyakit. Penyakit biasanya berjalan kronis, menimbulkan kecacatan dan secara lambat laun akan menyebabkan kematian. Usia lanjut juga sangat rentan terhadap berbagai penyakit akut, yang diperberat dengan kondisi daya tahan yang menurun. Kesehatan usia lanjut juga sangat dipengaruhi oleh faktor psikis, sosial dan ekonomiPada usia lanjut seringkali terjadi penyakit iatrogenik, akibat banyak obat-obatan yang dikonsumsi (polifarmasi)..

I.2. Batasan Masalah Refrat ini membahas tentang definisi, proses penuaan, karateristik, sindrom geriatrik, pengkajian paripurna pada pasien geriatri/lanjut usia

I. 3.Tujuan Penulisan refrat ini bertujuan sebagai syarat untuk melaksanakan kegiatan senior clearkship di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Batasan Lanjut UsiaWHO (1989) telah mencapai konsensus bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia (elderly) adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Departemen Kesehatan RI, batasan lanjut usia adalah seseorang dengan usia 60-69 tahun. Sedangkan usia lebih dari 70 tahun dan lanjut usia berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan seperti kecacatan akibat sakit disebut lanjut usia resiko tinggi.Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil dengan meningkatnya populasi penduduk lanjut usia. Menurut DepKes RI pada tahun 2005 tentang umur harapan hidup pada perempuan 68,2 tahun dan pada laki-laki 64,3 tahun. Harapan hidup orang Indonesia pada tahun 2015 sampai 2020 mencapai 70 tahun atau lebih. Jumlah penduduk lanjut usia mencapai 24 juta jiwa bahkan lebih atau sekitar 9,77 % dari total penduduk. Diperkirakan pada akhir tahun 2030, populasi penduduk lanjut usia keseluruhanmencapai jumlah 70 juta dan pada tahun 2050 mencapai 82 juta.

II. 2. Proses PenuaanDalam beberapa dekade terakhir, perhatian dunia medis terhadap proses penuaan dan permasalahan yang timbul pada orang usia lanjut meningkat. Banyak penelitian dilakukan untuk lebih memahami proses penuaan baik dari segi fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Para peneliti menyadari pentingnya membedakan proses penuaan yang fisiologis dan penuaan yang bersifat patologis. Efek proses penuaan yang fisiologis penting untuk dipahami sebagai dasar respons terhadap pengobatan atau terapi serta komplikasi yang timbul. Variabel-variabel fisiologis seperti kardiovaskuler, sistem imun, endokrin, ginjal, dan paru, menunjukan penurunan fungsi dan perubahan seiring dengan meningkatnya usia. Namun, perubahan pada salah satu organ akibat usia tidak menjadikannya sebagai prediktor atau tolak ukur bahwa akan terjadi perubahan-perubahan pada organ yang lainnya. Sebagai contoh, seseorang yang tampak sehat pada usianya yang ke-60 ternyata ditemukan curah jantungnya menurun. Hasil pemeriksaan tersebut tidak bernilai dalam memprediksikan kapan ginjal, kelenjar tiroid, sistem saraf simpatis, atau organ lain orang tersebut mengalami perubahan.Perubahan fisiologis dengan tidak disertainya suatu penyakit yang terjadi pada individu yang lebih tua merupakan hal yang tidak berbahaya dan bukan merupakan suatu faktor risiko yang signifikan. Perubahan fisiologis pada usia normal yang tidak disertai dengan penyakit, sangat bervariasi. Akan tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik seperti gaya hidup, diet, aktivitas, nutrisi, paparan lingkungan, dan komposisi tubuh memegang peran yang penting. Perjalanan dari perubahan fisiologis atau psikologis dengan bertambahnya usia pada masing-masing individu dipengaruhi proses penuaan intrinsik dan bermacam faktor ekstrinsik, contohnya genetik, pengaruh lingkungan, gaya hidup, diet, faktor psikososial.Ada perubahan yang terjadi seiring dengan peningkatan usia tampak menyerupai gejala klinis yang sesungguhnya berbeda, hal ini menyebabkan sulitnya mendiagnosis secara tepat pada orang usia lanjut. Proses penuaan bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses normal yang harus dimengerti dengan jelas untuk mendiagnosis secara tepat kemudian memberikan penatalaksanaan yang tepat sehingga beban yang dirasakan akibat penyakit dapat berkurang. Namun, perubahan fungsi beberapa organ patut diperhitungkan dalam pemberian terapi farmasi agar tepat sasaran dan tidak membahayakan.

II. 3. Karakteristik Pasien Geriatri a) Usia melebihi 60 tahun.b) Multipatologi Lebih dari satu penyakit Bersifat polifarmasi Penyakit degeneratif, kronikc) Tampilan klinis tidak khasd) Polifarmasie) Fungsi organ menurunf) Gangguan status fungsional Tanda penyakit akut Fase penyembuhan lambatg) Gangguan nutrisi fungsional Sering tidak terdeteksi secara dini Sangat berpengaruh terhadap proses respon terapi dan penyembuhanh) Daya cadangan faali menurun Sistem organ menurun faal menipis Mudah gagal pulih (failure to thrive) Normal untuk usianya; cadang

Penyakit tersering pada GeriatriNo.PenyakitPersentase (%)Jenis kelamin

1.Artritis49P>L

2.Hipertensi & CVD15.2P>L

3.Bronkitis/Sesak7.4PL

6.Stroke/Lumpuh2.1P80 tahun.Hilang tulang ini lebih mengenai bagian trabekula dibanding bagian korteks. Pada pemeriksaan histologik wanita dengan osteporosis spinal pasca menopause tinggal mempunyai tulang trabekula 2,5 kali standard deviasi massa tulang rata-rata dari populasi usia muda. Penurunan antara 1-2,5 standard deviasi dari rata-rata usia muda disebut osteopenia.Menurut hasil analisa data yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes pada 14 provinsi menunjukkan bahwa masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai pada tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7%. Lima provinsi dengan risiko osteoporosis lebih tinggi adalah Sumatera Selatan (27,7%), Jawa Tengah (24,02%), DI Yogyakarta (23,5%), Sumatera Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%) dan Kalimantan Timur (10,5%).Penelitian lain di kota Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Medan tahun 2002 juga makin menunjukkan bahwa osteoporosis di Indonesia sudah seharusnya diwaspadai. Dari 101.161 responden, ternyata 29% diantaranya telah menderita osteoporosis (sumber: DepKes RI).

Pencegahan Pencegahan primerAdalah upaya yang dapat dipergunakan secara luas dan dimulai sejak dini dengan makanan yang bergizi, protein, mineral yang dibutuhkan seperti kalsium dan aktivitas fisik yang memadai untuk mencapai maksimum puncak massa tulang, menghindari faktor risiko seperti gaya hidup atau obat-obatan yang merugikan. Perubahan gaya hidup sangat penting dalam penatalaksanaan osteoporosis, meliputi antara lain diet yang cukup kalsium, cukup gerak dan menghindari kebiasaan merokok dan alkohol. Pencegahan sekunderSeperti pencegahan primer ditambah pemberian obat pembentuk tulang seperti HRT (Hormon Replacement Therapy) pada wanita pasca menopause yang kehilangan massa tulang signifikan dan belum ada patah tulang.Pada kasus-kasus penderita geriatri dengan fraktur, maka penatalaksanaannya terdiri atas: Tindakan terhadap fraktur.Apakah penderita memerlukan tindakan operatif, ataukah oleh karena suatu sebab tidak bisa dioperasi dan hanya akan dilakukan tindakan konvensional. Untuk itu diperlukan kerjasama yang erat dengan bagian ortopedi. Dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut dan dengan sendirinya kasus fraktur, dalam disiplin ilmu bedah timbul suatu sub disiplin orto-geriatri. Tindakan terhadap jatuh.Mengapa penderita sampai jatuh, apa penyebabnya, bagaimana agar tidak terjadi jatuh yang berulang dan lain sebagainya. Tindakan terhadap kerapuhan tulang.Apa penyebabnya, bagaimana memperkuat kerapuhan tulang yang sudah terjadi. Tindakan terhadap hal ini biasanya tidak bisa mengembalikan tulang seperti semula, tetapi bisa membantu mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan fraktur. Keperawatan dan rehabilitasi saat penderita imobil.Pencegahan komplikasi imobilitas (infeksi, dekubitus, konfusio), upaya agar penderita secepat mungkin bisa mandiri lagi. (Hadi Martono, Buku Ajar Geriatri, edisi 4, 2009)

DekubitusDekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan tulang dan tidak dilindungi cukup dengan lemak subkutan, misalnya daerah sakrum, daerahtrokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain: Berkurangnya jaringan lemak subkutan Berkurangnya jaringan kolagen dan elastik Menurunnya efisiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.Immobilitas hampir pasti menyebabkan dekubitus bila berlangsung lama. Terjadinya ulkus disebabkan gangguan aliran darah setempat dan juga keadaan umum dari penderita.Tekanan darah pada kapiler berkisar antara 16-33 mmHg. Kulit akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih berkisar pada batas batas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang penderita immobil/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring di atas kasur busa biasa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg.Tekanan ini akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam.Empat faktor yang berpengaruh pada patogenesis timbulnya ulkus dekubitus adalah tekanan, daya regang, friksi/gesekan dan kelembaban.Penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai berikut: Derajad I : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis. Tampak sebagai daerah kemerahan/eritema indurasi atau lecet. Derajad II : Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemak subkutan. Tampak sebagai ulkus yang dangkal, dengan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit. Derajad III : Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan dan menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau. Derajad IV : Perluasan ulkus menembus otot, sehingga tampak tulang di dasar ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.

Pengelolaan dekubitusTindakan selanjutnya yang berguna baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya dekubitus adalah:a. Meningkatkan status kesehatan penderita: Umum: memperbaiki dan menjaga keadaan umum penderita, misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemi dikoreksi, nutrisi dan hidrasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral (Zn) ditambahkan. Khusus: coba mengatasi/mengobati penyakit-penyakit yang ada padapenderita, misalnya diabetes yang belum terkontrol baik, penyakit paru dan sebagainya.b. Mengurangi/meratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah. Alih posisi/alih baring/tidur selang-seling, paling lama tiap dua jam. Keberatan cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang kadang-kadang sudah sangat kurang dan dapat mengganggu istirahat penderita bahkan menyakitkan. Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh penderita, misalnya: Kasur dengan gelombang tekanan naik-turun atau Kasur air.Pada umumnya penatalaksanaan derajat I dan II adalah secara non bedah sedangkan derajat III dan IV secara bedah

II. 5 Pengkajian Paripurna Pasien Geriatria) Bersifat holistikb) Bio-psiko sosialc) Kuratif, rehabilitatif, promotif, preventifd) Pengkajian status fungsionale) Pengkajian status psiko-kognitff) Pengkajian aset keluarga pasien (sosial)

II. 6. Tim GeriatriTim ini yang dikenal sebagai tim multidipliner yang bersifat interdisiplin bekerja bukan saja dengan menyerasikan konsep bersama dalam pelayanan tetapi juga dalam pelaksanaannya harus berjalan bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.Tim tersebut yang komponennya terdiri atas semua disiplin yang berkaitan dengan pelayanan geriatri (tergantung dari tingkat pelayanannya), bekerja dengan sangat erat menurut alur yang telah dkemukakan di atas. Tim inti terdiri atas dokter (geriatrist), perawat dan pekerja sosiomedik. Berdasarkan kebutuhan dapat ditambahkan kemudian berbagai terapis (fisio-, okupasi-, wicara) dokter rehab medik, farmasi, gizi bahkan keluarga penderita.Tugas masing-masing anggota tim tersebut adalah sebagai berikut :- Lingkungan/sosial : petugas sosiomedik- Fisik : dokter/perawat- Psikis : dokter/perawat/psikolog-psiko-geriatris- Fungsional/disabilitas : dokter/terapis rehabilitasi- Psikologik : dokter-psikolog/psikogeriatri

Fasilitas Geriatri terdiri atas : Poliklinik geriatri Ruang rawat akut geriatric Ruang rehabilitasi geriatric Day Hospital Nursing Home Fasilitas Home care

II. 7 Pengkajian Geriatri Paripurna/Comprehensive Geriatric AssesmentPendekatan dalam evaluasi medis bagi pasien berusia lanjut (berusia 60 tahun atau lebih) berbeda dengan pasien dewasa muda. Pasien geriatri memiliki karakteristik multipatologi, daya cadang faal yang rendah, gejala dan tanda klinis yang menyimpang, menurunnya status fungsional, dan gangguan nutrisi. Selain itu, perbaikan kondisi medis kadangkala kurang dramatis dan lebih lambat timbulnya.a) Pengkajian biopsikososial

b) Pengkajian kondisi fisikPada pasien geriatri, peran dari aspek selain fisik justru terlihat lebih menonjol terutama saat mereka sakit. Faal kognitif yang paling sering terganggu pada pasien geriatri yang dirawat inap karena penyakit akut anatara lain memori segera dan jangka pendek, persepsi, proses pikir, dan fungsi eksekutif, gangguan tersebut dapat menyulitkan dokter dalam pengambilan data anamnesis, demikian pula dalam pengobatan dan tindak lanjut adanya gangguan kognitif tentu akan mempengaruhi kepatuhan dan kemampuan pasien untuk melaksanakan program yang telah direncanakan sehingga pada akhirnya pengelolaan secara keseluruhan akan terganggu juga.Gangguan faal kignitif bisa ditemukan pada derajat ringan (mild cognitive impairment/MCI dan vascular cognitive impairment/NCI) maupun yang lebih berat (demensia ringan sedang dan berat) hal tersebut tentunya memerlukan pendekatan diagnosis dan terapeutik tersendiri. Penipisan adanya ganguan faal kognitif secara objektif antara lain dapat dilakukan dengan pemeriksaan neuropsikioatri seperti Abbreviated Mental Test, The Mini-Mental State Exmination (MMSE), The Global Deterioration Scale (GDS), dan The Cinical Dementia Ratings (CDR).c) Pengkajian psikologisKondisi psikologik, seperti gangguan penyesuaian dan depresi, juga dapat mempengaruhi hasil pengelolaan. Pasien yang depresi akan sulit untuk diajak bekerja sama dalam kerangka pengelolaan secara terpadu. Pasien cenderung bersikap pasif atau apatis terhadap berbagai program pengobatan yang akan diterapkan. Hal ini tentu akan menyulitkan dokter dan paramedik untuk mengikuti dan mematuhi berbagai modalitas yang diberikan. Keinginan bunuh diri secara langsung maupun tidak, cepat atau lambat akan mengencam proses penyembuhan dan pemulihan.Instrumen untuk mengkaji status emosional pasien misalnya geriatric depression scale (GDS) yang terdiri atas 15 atau 30 pertanyaan. Instrumen ini bertujuan untuk menapis adanya gangguan depresi atau gangguan penyesuaan. Pendekatan secara profesional dengan bantuan psikiater amat diperlukan untuk menegakkan diagnosis pasti.

d) Status fungsional (ADL)Pendekatan yang dilakukan untuk menyembuhkan kondisi akut pasien geriatri tidak akan cukup untuk mengatasi permasalahan yang muncul. Meskipun kondisi akutnya sudah teratasi, tetapi pasien tetap tidak dapat dipulangkan karena belum mampu duduk, apalagi berdiri dan berjalan, pasien belum mampu makan dan minum serta membersihkan diri tanpa bantuan. Pengkajian status fungsional untuk mengatasi berbagai hendaya menjadfi penting, bahkan seringkali menjadi prioritas penyelesaian masalah. Nilai dari kebanyakan intervensi medis pada oirang usia lanjut dapat diukur dari pengaruhnya pada kemandirian atau status fungsionalnya. Kegagalan mengatasi hendaya maupun gejala yang muncul akan mengakibatkan kegagalan pengobatan secara keseluruhan.Mengkaji status fungsional seseorang berarti melakukan pemeriksaan dengan instrumen tertentu untuk membuat penilaian menjadi objektif, antara lain dengan indeks aktivitas kehidupan sehari hari (activity of daily living / ADL) Brarthel dan katz. Pasien dengan status fungsional tertentu akan memerlukan berbagai program untuk memperbaiki status fungsionalnya agar kondisi kesehatan kembali pulih, mempersingkat lama rawat, meningkatkan kualitas hidup dan kepuasan pasien.e) Status nutrisiMasalah gizi merupakan masalah lain yang mutlak harus dikaji pada seorang pasien geriatri. Gangguan nutrisi akan mempengaruhi status imun dan keadaan umum pasien. Adanya gangguan nutrisi seringkali terabaikan mengingat gejala awal seperti rendahnya asupan makanan disangka sebagi kondisi normal yang akan terjadi pada pasien geriatri. Sampai kondisi status gizi turunmenjadi gizi buruk baru tersadar bahwa memang ada masalah di bidang gizi. Pada saat tersebut biasanya sudah terlambat atau setidaknya akan amat sulit menyusun program untuk mengobati status gizi buruk.Pengkajian status nutrisi dapat dilakukan dengan anamnesis gizi (anamnesis asupan), pemeriksaan antropometrik, maupun biokimiawi. Dari anamnesis harus dapat dinilai berapa kilometer energi, berapa gram protein, dan berapa gram lemak yang rata rata dikonsumsi pasien. Juga perlu dievaluasi berapa gram serat dan mililiter cairan yang dikonsumsi. Jumlah vitamin dan mineral biasanya dilihat secara lebih spesifik sehingga memerlukan perangkat instrumen lain dengan bantuan seorang ahli gizi. Pemeriksaan antropometrik yang lazim dilakukan adalah pengukuran indeks massa tubuh dengan memperhatikan perubahan tinggi tubuh dibandingkan saat usia dewasa muda. Rumus tinggi lutut yang disesuaikan denagn ras Asia dapat dipakai untuk dikalkulasi tinggi badan orang usia lanjut. Pada pemeriksaan penunjang dapat diperiksa hemoglobin dan kadar albumin plasma untuk menilai status nutrisi secara biokimiawi.Instrumen untuk mengkaji status fungsional, kognitif, dan emosional dapat dilihat pada lampiran.

BAB IIIPENUTUP

Penurunan kemampuan daya homeostatik untuk menyesuaikan diri terhadap macam-macam stresor baik dari dalam badan sendiri maupun dari luar, menyebabkankemunduran yang menandai proses menua. Perubahan-perubahan faktor psiko-sosial-ekonomi juga mempunyai dampak yang penting. Hal ini berakibat juga pada kekhususan penampilan macam-macam penyakit pada populasi lanjut usia. Beberapa sindroma tampak lebih sering dijumpai, sehingga sering disebut sebagaisindroma geriatri. Pengkajian status fungsional, psiko-kognitif, dan status nutrisi penting dilakukan tenaga kesehatan untuk pencapaian kualitas pelayanan dan kualitas hidup pasien geriatri yang lebih baik

LAMPIRAN

AMTUmur ............................... Tahun1Waktu / jam sekarang1Alamat tempat tinggal1Tahun ini1Saat ini berada di mana1Mengenali orang lain (dokter, perawat, dll)1Tahun kemerdekaan RI1Nama presiden RI sekarang1Tahun kelahiran pasien atau anak terakhir1Menghitung terbalik (20 s/d 1)10-3 : Gangguan kognitif berat4-7 : Gangguan kognitif sedang8-10 : Normal

Geriatric Depression Scale1.Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ?YaTIDAK

2.Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan anda ?YATidak

3.Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ?YA Tidak

4.Apakah anda sering merasa bosan ? YA Tidak

5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat ?YaTIDAK

6.Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ?YATidak

7.Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ?YaTIDAK

8.Apakah anda sering merasa tidak berdaya ? YATidak

9.Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru ?YATidak

10.Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang ?YATidak

11.Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan ?YaTIDAK

12.Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini ?YATidak

13.Apakah anda merasa penuh semangatYaTIDAK

14.Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ?YATidak

15.Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari anda ?YATidak

Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1Skor antara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresiSkor 10 atau lebih menunjukkan depresi

ADLMengendalikan rangsang BAB 2Mengendalikan rangsang BAK 2Membersihkan diri (seka,sisir,skt gigi) 1 Pergi ke WC[in/out,lepas/pakai celana,siram] 2Makan 2Transfer 3Mobilisasi = ambulasi 3Mengenakan pakaian 2Naik turun anak tangga 2Mandi 120: Mandiri12-19: Ketergantungan ringan9-11: Ketergantungan sedang5- 8: Ketergantungan berat0- 4: Ketergantungan total

DAFTAR PUSTAKA

Busse EW and Blazer DG. Textbook of Geriatry Psychology. Edisi kedua. Washington : The American Psychiatric Press. 1997. Hal 155-263Pranarka Kris. Tinjauan Umum Sindrom Geriatri. Simposium Geriatric Syndromes: Revisited Universitas Diponegoro . Semarang. 2011. Hal 1-20Martono Hadi. Asesmen Geriatri. Simposium Geriatric Syndromes: Revisited Universitas Diponegoro . Semarang. 2011. Hal 93-99Dinda Rose. Mengenal, Mengkaji dan Mengelola Pasien Geriatri. Bahan Kuliah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang.Kaplan HI, Sadock BJ and Grebb JA. Kaplan-Sadock. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Alih bahasa: Wijaya Kusuma. Jakarta : Bina Rupa Aksara. 2010. Hal 867-891.

MMSEORIENTASI [thn,bln,tgl,hari,musim,negara, propinsi,kota,RS,ruang apa] 10REGISTRASI [3 obyek, sebut ulang] 3ATENSI+KALKULASI [100-7/mesra] 5RECALL [sebut ulang 3 obyek] 3BAHASA ; EKSEKUTIF Tunjuk 2 benda 2 Tanpa, bila, dan atau tetapi 1 Ambil kertas dgn tangan kanan, lipat dua, letakkan di meja. 3Read and do it: MOHON PEJAMKAN MATA IBU/BPK 1Tulis 1 kalimat 1Gambar 2 buah segi-5 123