BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara membutuhkan sumber daya manusia sebagai pelaksananya. Dalam era globalisasi diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, anak harus dipersiapkan agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Masa di bawah lima tahun (balita) merupakan periode paling kritis dalam menentukan kualitas sumber daya manusia (Dharmawanto, 2005). Para ahli mengatakan bahwa pada masa ini, proses tumbuh kembang berkembang sangat cepat sehingga masa balita sering disebut sebagai masa emas (golden age period) (Mayza, 2005). Saat ini jumlah balita di Indonesia mencapai 30% dari 250 juta lebih jumlah penduduk (Pradopo, 2008). Salah satu faktor yang sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan adalah status gizi balita. Data WHO menyebutkan bahwa angka kejadian gizi buruk dan kurang pada balita di Indonesia pada tahun 2002 masing-masing meningkat menjadi 8,3% dan 27,5% serta pada tahun 2005 naik lagi menjadi masing-masing 8,8% dan 28% (Dina, 2007). Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) merupakan salah satu provinsi yang mempunyai kasus gizi buruk diatas prevalensi nasional yaitu 10,7% (Hernawati, 2009). Kekurangan gizi pada usia anak sejak lahir hingga tiga tahun akan sangat berpengaruh terhadap 1 Efektifitas pendidikan..., Dewi Yurika, FIK UI, 2009
9
Embed
BAB I PENDAHULUANlib.ui.ac.id/file?file=digital/124680-TESIS0556 Dew N09e... · perkembangan adalah status gizi balita. ... kejadian gizi buruk dan kurang pada balita di Indonesia
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara
membutuhkan sumber daya manusia sebagai pelaksananya. Dalam era globalisasi
diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas anak masa kini
merupakan penentu kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang.
Oleh karena itu, anak harus dipersiapkan agar dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita.
Masa di bawah lima tahun (balita) merupakan periode paling kritis dalam
menentukan kualitas sumber daya manusia (Dharmawanto, 2005). Para ahli
mengatakan bahwa pada masa ini, proses tumbuh kembang berkembang sangat
cepat sehingga masa balita sering disebut sebagai masa emas (golden age period)
(Mayza, 2005). Saat ini jumlah balita di Indonesia mencapai 30% dari 250 juta
lebih jumlah penduduk (Pradopo, 2008).
Salah satu faktor yang sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan dan
perkembangan adalah status gizi balita. Data WHO menyebutkan bahwa angka
kejadian gizi buruk dan kurang pada balita di Indonesia pada tahun 2002
masing-masing meningkat menjadi 8,3% dan 27,5% serta pada tahun 2005 naik
lagi menjadi masing-masing 8,8% dan 28% (Dina, 2007). Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD) merupakan salah satu provinsi yang mempunyai kasus gizi
buruk diatas prevalensi nasional yaitu 10,7% (Hernawati, 2009). Kekurangan gizi
pada usia anak sejak lahir hingga tiga tahun akan sangat berpengaruh terhadap
1 Efektifitas pendidikan..., Dewi Yurika, FIK UI, 2009
2
pertumbuhan dan perkembangan sel glia dan proses mielinisasi otak, sehingga
berpengaruh terhadap kualitas otaknya (Dharmawanto, 2005). Dharmawanto
menambahkan, gizi kurang pada usia di bawah 3 tahun akan menyebabkan sel
otak berkurang 15-20%, sehingga anak yang demikian kelak kemudian hari akan
menjadi manusia dengan kualitas otak sekitar 80-85%.
Salah satu cara mendapatkan anak yang berkualitas adalah dengan melakukan
pemantauan perkembangan secara berkala, sehingga apabila dideteksi adanya
gangguan dapat dilakukan intervensi dengan segera. Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.
Perkembangan menunjukkan kapasitas dan keterampilan seseorang untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Perkembangan merupakan aspek perilaku dari
pertumbuhan, misalnya anak mengembangkan kemampuan berjalan, berbicara
dan berlari (Hockenberry dan Wilson, 2007). Proses perkembangan seorang anak
dalam perjalanannya dapat mengalami gangguan. Gangguan tersebut dapat
berupa gangguan perkembangan atau keterlambatan perkembangan.
Gangguan perkembangan dapat dideteksi dengan menggunakan berbagai
perangkat uji tapis atau skrining perkembangan. Uji tapis perkembangan ini dapat
dilakukan tenaga kesehatan maupun orangtua anak. Uji tapis oleh orangtua
bermanfaat untuk identifikasi sebanyak mungkin anak yang dicurigai mempunyai
hambatan dalam perkembangan. Orangtua merupakan sumber informasi yang
penting dan dapat menjadi pelaksana penapisan yang baik. Hasil penilaian
perkembangan oleh orangtua dapat menjadi prediktor keterlambatan
perkembangan anak. Selanjutnya dilakukan uji tapis oleh tenaga kesehatan yang
Efektifitas pendidikan..., Dewi Yurika, FIK UI, 2009
3
bertujuan untuk deteksi secara lebih terperinci dan sifatnya lebih kompleks
(Atmikasari, 2008).
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur melakukan pemeriksaan
terhadap 2.634 anak dari usia 0-72 bulan. Dari hasil pemeriksaan untuk
perkembangan ditemukan normal sesuai dengan usia 53%, meragukan
(membutuhkan pemeriksaan lebih dalam) sebanyak 13%, penyimpangan
perkembangan sebanyak 34%. Dari penyimpangan perkembangan, 10% terkena