Status Gizi BalitaAgrippina Perdiani102010264Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida
[email protected]
PendahuluanSalah satu masalah pokok kesehatan di negara-negara
sedang berkembang adalah masalah gangguan terhadap kesehatan
masyarakat yang disebabkan oleh kekurangan gizi. Gizi buruk
merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam asupan makanan sehari - hari
hingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Gizi buruk dapat
disebabkan oleh daya beli keluarga rendah/ekonomi lemah, lingkungan
rumah yang kurang baik, pengetahuan gizi kurang, perilaku kesehatan
dan gizi keluarga kurang serta penyediaan sarana pendidikan dan
kesehatan yang masih kurang.Anak yang menderita gizi buruk sangat
banyak kejadian kasusnya di Indonesia. Kasus gizi buruk ini menjadi
salah satu masalah prioritas yang ditangani oleh pemerintah.
Walaupun dari tahun ke tahun terjadi penurunan angka kejadian gizi
buruk tetapi angka kejadiannya masih tinggi jika dibandingkan
dengan negara asia lainnya. Oleh karena itu, usaha-usaha perbaikan
gizi masyarakat dinegara ini merupakan salah satu usaha kesehatan
yang menonjol, yang menjadi bagian dari program pembangunan
nasional.
Gizi masyarakat (bahan pbl print)a. Pengertian Gizi klinik
berurusan dengan masalah klinis pada individu yang mengalami
gangguan gizi maka profesi kedokteranlah yang lebih tepat untuk
menanganinya. Sebaliknya gizi masyarakat yang berurutan gangguan
gizi pada masyarakat, di mana masyarakat mempunyai aspek yang
sangat luas maka penanganannya harus secara multisektor dan
multidisiplin. Profesi dokter saja belum cukup untuk menangani
masalah gizi masyarakat.Penanganan gizi masyarakat tidak cukup
dengan upaya terapi para penderita saja karena apabila setelah
mereka sembuh akan kembali ke masyarakat. Oleh karena itu, terapi
penderita gangguan gizi masyarakat tidak saja ditunjukkan kepada
penderitanya saja, tetapi seluruh masyarakat tersebut.Masalah gizi
masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan
aspek-aspek terkait yang lain, seperti ekonomi, sosial-budaya,
pendidikan, kependudukan, dan sebagainya. Oleh sebab itu,
penanganan atau perbaikan gizi sebagai upaya terapi tidak hanya
diarahkan pada gangguan gizi atau kesehatan saja, melainkan juga ke
arah bidang-bidang yang lain. Misalnya, penyakit gizi KKP
(kekurangan kalori dan protein) pada anak-anak balita, tidak cukup
dengan hanya pemberian makanan tambahan saja (PMT), tetapi juga
dilakukan perbaikan ekonomi keluarga, peningkatan pengetahuan, dan
sebagainya.b. Penyakit-penyakit Kekurangan GiziKonsumsi gizi
makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat
kesehatan, atau sering disebut status gizi. Apabila tubuh berada
dalam tingkat kesehatan gizi optimum, di mana jaringan jenuh oleh
semua zat gizi, maka disebut status gizi optimum. Dalam konsisi
demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang
setinggi-tingginya. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang
tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan
akibat gizi (malnutrition). Malnutrition ini mencakup kelebihan
nutrisi/ gizi disebut gizi lebih (overnutrition), dan kekurangan
gizi atau gizi kurang (undernutrition). Penyakit-penyakit atau
gangguan-gangguan kesehatan akibat dari kelebihan atau kekurangan
zat gizi, dan yang merupakan masalah kesehatan masyarakat,
khususnya di Indonesia, antara lain:1. Penyakit Kurang Kalori dan
Protein (KKP)Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara
konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan
energi, atau terjadinya defisiensi atau defisi energi dan protein.
Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita, karena pada
umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila
konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan
terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein). Penyakit
ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni: KKP ringan, kalau berat
badan anak mencapai antara 84-95% dari berat badan menurut standar
Harvard. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44-60%
dari berat badan menurut standar Harvard. KKP berat (gizi buruk),
kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan menurut
standar Harvard.Beberapa ahli hanya membedakan adanya dua macam KKP
saja, yakni: KKP ringan atau gizi kurang dan KKP berat (gizi buruk)
atau lebih sering disebut marsmus (kwashiorkor). Anak atau
penderita marsmus ini tampak sangat kurus, berat badan kurang dari
60% dari berat badan ideal menurut umurnya muka berkerut seperti
orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan
jarang berwarna kemerahan. Penyakit KKP pada orang dewasa
memberikan tanda-tanda klinis: oedema atau honger oedema (HO), atau
juga disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau busung lapar.
Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.1. Penyakit
Kegemukan (Obesitas)Penyakit ini terjadi ketidakseimbangan antara
konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu
berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi.
Kelebihan energi dalam tubuh ini disimpan dalam bentuk lemak. Pada
keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di tempat-tempat
tertentu di antaranya dalam jaringan subcutan, dan di dalam
jaringan tirai usus. Seseorang dikatakan menderita obesitas bila
berat badannya pada laki-laki melebihi 15% dan pada wanita melebihi
20% dari berat badan ideal menurut umurnya.Pada orang yang
menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja
lebih berat, karena harus membawa kelebihan berat badan. Oleh sebab
itu, pada umumnya lebih cepat gerah, capai, dan mempunyai
kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari
penyakit obesitas ini, para penderitanya cenderung menderita
penyakit-penyakit kardio-vaskuler, hipertensi, dan diabetes
melitus.1. Anemia (penyakit kurang darah)Penyakit ini terjadi
karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang
dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikro elemen yang esensial
bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentuk darah, yakni
dalam hemoglobin (Hb). Di samping itu Fe juga diperlukan enzim
sebagai penggiat. Zat besi (Fe) lebih mudah diserap oleh usus halus
dalam bentuk Ferro. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autbregular
yang diatur oleh kadar Ferritin yang terdapat dalam sel-sel mukosa
usus. Dalam kondisi Fe yang baik, hanya sekitar 10% saja dari Fe
yang terdapat dalam makanan diserap ke dalam mukosa usus. Ekskresi
Fe dilakukan melalui kulit, dalam bagian-bagian tubuh yang aus dan
dilepaskan oleh permukaan tubuh yang jumlahnya sangat kecil sekali.
Sedangkan pada wanita ekskresi Fe lebih banyak melalui menstruasi.
Oleh sebab itu, kebutuhan Fe pada wanita dewasa, lebih banyak
dibandingkan dengan pria. Pada wanita hamil kebutuhan Fe meningkat
karena bayi yang dikandung juga memerlukan Fe ini.Defisiensi Fe
atau anemia besi di Indonesia jumlahnya besar sehingga sudah
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Program penanggulangan anemi
besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian
Fe secara cuma-cuma melalui Puskesmas atau Posyandu. Akan tetapi
karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu-ibu hamil
masih rendah maka program ini tampak berjalan lambat.1.
Zerophthalmia (Defisiensi Vitamin A)Penyakit ini disebabkan karena
kekurangan konsumsi vitamin A dalam tubuh. Gejala-gejala penyakit
ini adalah kekeringan epithel biji mata dan kornea, karena glandula
lacrimalis menurun. Terlihat selaput bolamata keriput dan kusam
bila biji mata bergerak. Fungsi mata berkurang menjadi hemeralopia
atau nictalpia, yang oleh awam disebut buta senja atau buta ayam,
tidak sanggup melihat pada cahaya remang-remang. Pada stadium
lanjut mata mengoreng karena sel-selnya menjadi lunak yang disebut
keratomalacia dan dapat menimbulkan kebutaan.Fungsi vitamin A
sebenarnya mencakup 3 fungsi, yakni: fungsi dalam proses melihat,
dalam proses metabolisme, dan proses reproduksi. Gangguan yang
diakibatkan karena kekurangan vitamin A yang menonjol, khususnya di
Indonesia adalah gangguan dalam proses melihat yang disebut
zero-phalmia. Oleh sebab itu, penanggulangan defisensi kekurangan
vitamin A yang penting di sini ditujukan pada pencegahan kebutaan
pada anak balita. Program penanggulangan zerophalmia ditujukan pada
anak balita dengan pemberian vitamin A secara cuma-cuma melalui
Puskesmas atau Posyandu. Di samping itu, program pencegahan dapat
dilakukan melalui penyuluhan gizi masyarakat tentang
makanan-makanan yang bergizi, khususnya makanan-makanan sebagai
sumber vitamin.1. Penyakit Gondok Endemik Zat Iodium merupakan zat
gizi esensial bagi tubuh karena merupakan komponen dari hormon
thyroxin. Zat iodium ini dikonsentrasikan dalam kelenjar gondok
(glandula thyroidea) yang dipergunakan dalam sintesa hormon
thyroxin. Hormon ini ditimbun dalam folikel kelenjar gondok,
terkonjugasi dengan protein (globulin) maka disebut thyro globulin.
Apabila diperlukan thyroglobulin ini dipecah dan terlepas hormon
thyroxin yang dikeluarkan dari folikel kelenjar ke dalam aliran
darah.Kekurangan zat iodium ini berakibat kondisi hypothyroid-isme
(kekurangan Iodium) dan tubuh mencoba untuk meng-konpensasi dengan
menambah jaringan kelenjar gondok. akhirnya terjadi hypertrophi
(membesarnya kelenjar thyroid), yang kemudian disebut penyakit
gondok. Apabila kelebihan zat iodium maka akan mengakibatkan
gejala-gejala pada kulit yang disebut iodium dermatitis. Penyakit
gondok ini di Indonesia merupakan endemik terutama di daerah-daerah
terpencil di pegunungan, yang air minumnya kekurangan zat iodium.
Oleh sebab itu, penyakit kekurangan iodium ini disebut gondok
endemik.Kekurangan iodium juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan
lain, yakni: 'Cretinnisma'. Cretinisma adalah suatu kondisi
penderita dengan tinggi badan di bawah normal (cebol). Kondisi ini
disertai berbagai tingkat keterlambatan perkembangan jiwa dan
kecerdasan, dari hambatan ringan sampai dengan sangat berat
(debil). Ekspresi muka seorang cretin ini memberikan kesan orang
bodoh karena tingkat kecerdasannya sangat rendah. Pada umumnya
orang cretin ini dilahirkan dari ibu yang sewaktu hamil kekurangan
zat iodium.Terapi penyakit ini pada penderita dewasa pada umumnya
tidak memuaskan. Oleh sebab itu, penanggulangan yang paling baik
adalah pencegahan, yaitu dengan memberikan dosis Iodium kepada para
ibu hamil. Untuk penanggulangan penyakit akibat kekurangan iodium
dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan
melalui program iodiumisasi. Yaitu dengan penyediaan garam dapur
yang diperkaya dengan iodium. Dalam kaitan ini pemerintah Indonesia
melalui Departemen Perindustrian telah memproduksi khusus garam
iodium untuk daerah-daerah endemik gondok.c. Kelompok Rentan
GiziKelompok rentan gizi adalah suatu kelompok dalam masyarakat
yang paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan
karena kekurangan gizi. Biasanya kelompok rentan gizi ini
berhubungan dengan proses kehidupan manusia, oleh sebab itu,
kelompok ini terdiri dari kelompok umur tertentu dalam siklus
kehidupan manusia. Pada kelompok-kelompok umur tersebut berada pada
suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat
gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang lain.
Oleh sebab itu, apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi
gangguan gizi atau kesehatannya. Kelompok-kelompok rentan gizi ini
terdiri dari:1. Kelompok bayi, umur 0-1 tahun.2. Kelompok di bawah
lima tahun (balita): 1-5 tahun.3. Kelompok anak sekolah, umur 6-12
tahun.4. Kelompok remaja, umur 13-20 tahun.5. Kelompok ibu hamil
dan menyusui.6. Kelompok usia (usia lanjut).Kelompok usia lanjut
termasuk kelompok rentan gizi, meskipun kelompok ini tidak dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini disebabkan karena pada
usia lanjut terjadi proses degenerasi yang menyebabkan kelompok
usia ini mengalami kelaianan gizi.
1. Kelompok BayiDalam siklus kehidupan manusia, bayi berada
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat. Bayi
yang dilahirkan dengan sehat, pada umur 6 bulan akan mencapai
pertumbuhan atau berat badan 2 kali lipat dari berat badan pada
waktu dilahirkan. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat gizi
yang sangat dibutuhkan ialah: Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram
berat badan. Calsium (Ca). Vitamin D, tetapi karena Indonesia
berada di daerah tropis maka hal ini tidak begitu menjadi masalah.
Vitamin A dan K yang harus diberikan sejak post natal. Fe (zat
besi) diperlukan karena dalam proses kelahiran sebagian Fe ikut
terbuang.Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah
terkandung dalam ASI (Air Susu Ibu). Oleh sebab itu, apabila gizi
makan ibu cukup baik, dan anak diberi ASI pada umur sampai 4 bulan,
zat-zat gizi tersebut sudah dapat mencukupi. Pemberian ASI saja
tanpa makanan tambahan lain sampai pada umur 4 bulan ini disebut
pemberian ASI eksklusif. 2. Kelompok Anak BalitaAnak balita juga
merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit.
Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita
akibat gizi (KKP), dan jumlahnya dalam populasi besar. Beberapa
kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak balita ini rawan gizi
dan rawan kesehatan antara lain: Anak balita baru berada dalam masa
transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa. Biasanya anak
balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah bekerja penuh
sehingga perhatian ibu sudah berkurang. Anak balita sudah mulai
main di tanah, dan sudah dapat main di luar rumahnya sendiri,
sehingga lebih terpapar dengan lingkungan yang kotor dan kondisi
yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan berbagai macam penyakit.
Anak balita belum dapat mengurus dirinya sendiri, termasuk dalam
memilih makanan. Di pihak lain ibunya sudah tidak begitu
memperhatikan lagi makanan anak balita, karena dianggap sudah dapat
makan sendiri.Dengan adanya Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), yang
sasaran utamanya adalah anak balita sangat tepat untuk meningkatkan
gizi dan kesehatan anak balita.3. Kelompok Anak SekolahPada umumnya
kelompok umur ini mempunyai kesehatan yang lebih baik dibandingkan
dengan kesehatan anak balita. Masalah-masalah yang timbul pada
kelompok ini antara lain adalah berat badan rendah, defisiensi Fe
(kurang darah), dan defisiensi vitamin E. Masalah ini timbul karena
pada umur-umur ini anak sangat aktif bermain dan banyak kegiatan,
baik di sekolah maupun di lingkungan rumah atau tetangganya. Di
pihak lain anak kelompok ini kadang-kadang nafsu makan mereka
menurun, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori
yang diperlukan.Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah sangat
tepat untuk membina dan meningkatkan gizi dan kesehatan kelompok
ini. Di samping anak sekolah adalah kelompok yang sudah
terorganisasi sehingga mudah untuk dijangkau oleh program, juga
karena kelompok ini merupakan kelompok yang mudah menerima upaya
pendidikan. Ahli pendidikan berpendapat bahwa kelompok umur ini
sangat sensitif untuk menerima pendidikan, termasuk pendidikan
gizi.4. Kelompok RemajaPertumbuhan anak remaja pada umur ini juga
sangat pesat, kemudian juga kegiatan-kegiatan jasmani termasuk
olahraga juga pada kondisi puncaknya. Oleh sebab itu, apabila
konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk
pertumbuhan dan kegiatan-kegiatannya, maka akan terjadi defisiensi
yang akhirnya dapat menghambat per tumbuhannya. Pada anak remaja
putri mulai terjadi menarche (awal menstruasi), yang berarti mulai
terjadi pembuangan Fe. Oleh sebab itu, kalau konsumsi makanan
khususnya Fe, maka akan terjadi kekurangan Fe (anemia).Upaya untuk
membina kesehatan dan gizi kelompok ini juga dapat dilakukan
melalui sekolah (UKS), karena kelompok ini pada umumnya berada di
bangku sekolah menengah pertama maupun atas (SLP atau SLA). Di
samping itu, pembinaan melalui organisasi-organisasi kemasyarakatan
misalnya: karang taruna, remaja/pemuda gereja, remaja masjid, dan
sebagainya juga tepat. Karena kelompok pada remaja ini sudah mulai
tertarik untuk berorganisasi, atau senang berorganisasi.5. Kelompok
Ibu HamilIbu hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses
pertumbuhan, yaitu pertumbuhan janin yang dikandungnya dan
pertumbuhan berbagai organ tubuhnya sebagai pendukung proses
kehamilan tersebut, misalnya mammae. Untuk mendukung berbagai
proses pertumbuhan ini maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi
juga meningkat. Kebutuhan kalori tambahan bagi ibu hamil sekitar
300-350 kalori per hari. Demikian pula kebutuhan protein meningkat
dengan 10 gram sehari. Peningkatan metabolisme berbagai zat gizi
pada ibu hamil juga memerlukan peningkatkan suplai vitamin,
terutama thiamin, reboflafin, vitamin A dan D. Kebutuhan berbagai
mineral, khususnya Fe dan Calsium juga meningkat.Apabila kebutuhan
kalori, protein, vitamin, dan mineral yang meningkat ini tidak
dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan
terjadi kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
berakibat: Berat badan bayi pada waktu lahir rendah atau sering
disebut Berat Badan Bayi Rendah (BBLR). Kelahiran prematur (lahir
belum cukup umur kehamilan). Lahir dengan berbagai kesulitan, dan
lahir mati.6. Ibu MenyusuiAir Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama
bayi oleh sebab itu, maka untuk menjamin kecukupan ASI bagi bayi,
makanan ibu yang sedang menyusui harus diperhatikan. Sekresi ASI
rata-rata 800-850 mililiter per hari, dan mengandung kalori 60-65
kalori, 1,0-1,2 gram, dan lemak 2,5-3,5 gram setiap 100 mililiter.
Zat-zat ini diambil dari tubuh ibu, dan harus digantikan dengan
suplai makanan ibu sehari-hari. Untuk itu maka ibu yang sedang
menyusui memerlukan tambahan 800 kalori sehari dan tambahan protein
25 gram sehari, di atas kebutuhan bila ibu tidak menyusui.Dalam
batas-batas tertentu kebutuhan bayi akan zat-zat gizi ini diambil
dari tubuh ibunya, tanpa menghiraukan apakah ibunya mempunyai
persediaan cukup atau tidak. Apabila konsumsi makanan ibu tidak
mencukupi, zat-zat dalam ASI akan terpengaruh. Khusus untuk
protein, meskipun konsumsi ibu tidak mencukupi, ASI akan tetap
memberikan jatah yang diperlukan oleh anaknya dengan mengambil
jaringan ibunya, akibatnya ibunya menjadi kurus. Bila konsumsi Ca
ibu yang berkurang, akan diambil cadangan Ca jaringan ibunya,
sehingga memberikan osteoporosis dan kerusakan gigi (caries
dentis).7. Kelompok Usia Lanjut (Usila)Meskipun usia ini sudah
tidak mengalami penurunan fungsinya maka sering terjadi gangguan
gizi. Contohnya, pada usila beberapa gigi-geligi, bahkan semuanya
tanggal, sehingga terjadi kesulitan dalam mengunyah makanan. Oleh
sebab itu, apabila makanan tidak diolah sedemikian rupa sehingga
tidak memerlukan pengunyahan, maka akan terjadi gangguan dalam
pencernaan dan penyerapan oleh usus.Di samping itu, alat pencernaan
dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun, sehingga makanan yang
mudah dicerna dan tidak memberatkan fungsi kelenjar pencernaan.
Makanan yang tidak banyak mengandung lemak pada umumnya mudah
dicerna. Kadar serat yang tidak dapat dicerna sebaiknya tidak
dikonsumsi oleh usila, namun demikian makanan yang mengandung serta
yang lain harus banyak, agar dapat melancarkan peristaltik dan
dengan demikian melancarkan defikasi (buang air besar).Keperlukan
energi pada usila sudah menurun, oleh sebab itu, konsumsi makanan
untuk usila secara kuantitas tidak sama dengan pada kelompok rentan
yang lain. Yang penting di sini kualitas makanan dalam arti
keseimbangan zat gizi harus dijaga. Kegemukan pada usila sangat
merugikan bagi usila itu sendiri, karena merupakan risiko untuk
berbagai penyakit seperti: kardio vaskuler, diabetes melitus,
hipertensi, dan sebagainya.c. Pengukuran Status Gizi
MasyarakatIndikator yang paling utama untuk mengukur status gizi
masyarakat adalah bayi dan anak balita karena bayi dan anak balita
adalah kelompok yang rentan terhadap berbagai macam penyakit
kekurangan gizi. Studi-studi telah menguji berbagai pengukuran
status gizi dan membuat berbagai rekomendasi. Wattelow (1973)
menyarankan, untuk pengukuran status gizi pada ini digunakan ukuran
berat badan per tinggi badan. Sedangkan ukuran tinggi badan badan
per umur hanya cocok untuk mengukur status gizi pada saat yang
lalu. Pada umumnya para peneliti cenderung mengadu kepada standar
Harvard dengan berbagai modifikasi. Di bawah ini diuraikan 4 macam
cara pengukuran yang sering digunakan di bidang gizi masyarakat
serta klasifikasinya:1. Berat badan per umurBerdasarkan klasifikasi
dari Universitas Harvard, keadaan gizi anak diklasifikasikan
menjadi 3 tingkat, yaitu: Gizi lebih (over weight) Gizi baik (well
nourished) Gizi kurang (under weight) yang mencakup kekurangan
kalori dan protein (KKP) tingkat I dan IIKalsifikasi dari standar
Harvard yang sudah dimodifikasi tersebut adalah: Gizi baik adalah
apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya lebih dari 80%
standar Harvard. Gizi kurang adalah apabila berat badan bayi/anak
menurut umurnya berada 60,1-80% standar Harvard Gizi buruk adalah
apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya 60% atau kurang dari
standar Harvard2. Tinggi badan menurut umurBerdasarkan klasifikasi
dari Universitas Harvard, diklasifikasikan menjadi 3 tingkat,
yaitu: Gizi baik adalah apabila tinggi badan bayi/anak menurut
umurnya lebih dari 80% standar Harvard. Gizi kurang adalah apabila
tinggi badan bayi/anak menurut umurnya berada 70,1-80% standar
Harvard Gizi buruk adalah apabila tinggi badan bayi/anak menurut
umurnya 70% atau kurang dari standar Harvard3. Berat badan menurut
tinggiPengukuran ini diperoleh dengan mengkombinasikan berat badan
dan tinggi badan per umur menurut standar Harvard: Gizi baik adalah
apabila berat badan bayi/anak menurut panjang/tingginya lebih dari
90% standar Harvard. Gizi kurang adalah apabila berat badan
bayi/anak menurut panjang/tingginya berada 70,1-90% standar
Harvard. Gizi buruk adalah apabila berat badan bayi/anak menurut
panjang/tingginya 70% atau kurang dari standar Harvard.4. Lingkaran
lengan atas (LLA) menurut umurPengukuran mengacu kepada standar
Wolanski: Gizi baik adalah apabila LLA bayi/anak menurut umurnya
lebih dari 85% standar Wolanski. Gizi kurang adalah apabila LLA
bayi/anak menurut umurnya berada 70,1-85% standar Wolanski. Gizi
buruk adalah apabila LLA bayi/anak menurut umurnya tingginya 70%
atau kurang dari standar Wolanski.
Posyandu 6 (regina)Dalam misi Puskesmas tercantum upaya untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat ,maka salah satu bentuk dari
program ini adalah Posyandu. Dalam hal ini Puskesmas berfungsi
sebagai Pembina teknis dan pemberi pelayanan medis.a.
PengertianPosyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan,guna memberdayakan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Penyelenggaraan Posyandu pada
hakekatnya dilaksanakan dalam satu bulan kegiatan, baik pada hari
buka Posyandu maupun di luar hari buka Posyandu. Hari buka Posyandu
sekurang-kurangya satu hari dalam sebulan. Hari dan waktu yang
dipilih sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari
buka Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan. Satu buah
Posyandu mencangkup 100 anak balita.UKBM adalah wahana pemberdayaan
masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola
oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari
petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait
lainnya.Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang
bersifat non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang
dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan
pemecahan dengan memanfaatkan potensi setempat.Pelayanan kesehatan
dasar adalah pelayanan kesehatan yang mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi, sekurang-kurangnya mencakup lima kegiatan,
yakni KIA, KB, Imunisaso, gizi, dan penanggulangan diare.b. Tujuan
Tujuan umum adalah menunjang percepatan penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya
pemberdayaan masyarakat.Tujuan khusus :1. Meningkatkan peran
masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama
yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.2. Meningkatkan peran
lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB.3. Meningkatkan cakupan dan jangkauan
pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan
AKI dan AKB.c. SasaranSasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat,
utamanya :1. Bayi2. Anak balita3. Ibu hamil, Ibu melahirkan, Ibu
nifas dan Ibu menyusui4. Pasangan Usia Subur (PUS)d. Fungsi1.
Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.2.
Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.e. Manfaat 1. Bagi
masyarakat Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI
dan AKB. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan
masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor
lain terkait.2. Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang
terkait dengan penurunan AKI dan AKB. Dapat mewujudkan aktualisasi
dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan
terkait dengan penurunan AKI dan AKB3. Bagi Puskesmas Optimalisasi
fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan
strata pertama. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam
pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat. Meningkatkan
efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan secara
terpadu.4. Bagi sektor lain Dapat lebih spesifik membantu
masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang
terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat.
Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu
sesuai dengan tupoksi masing-masing sektor.f. Program Posyandu 7
(regina)1. Meja 1: Pendaftaran pengunjung Posyandu dilayani oleh
kader kesehatan2. Meja 2: Penimbangan bayi, balita dan ibu hamil
dilayani oleh kader kesehatan.3. Meja 3: Pencatatan dan hasil
penimbangan dari Meja 2 di dalam KMS dilayani oleh kader
kesehatan.4. Meja 4: Penyuluhan kepada ibu bayi/ balita dan ibu
hamil, oleh kader kesehatan.5. Meja 5: Pemberian imunisasi,
pemasangan alat kontrasepsi, atau pengobatan bagi yang memerlukan,
dan periksa kehamilan, dilayani oleh tim medis petugas kesehatan.
Bila ada kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk ke Puskesmas.g.
Kegiatan utama:1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Ibu hamil
Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan
oleh kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan
pengukuran tekanan darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid.
Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi
fundus/usia kehamilan. Apabila ditemukan kelainan,segera dirujuk ke
Puskesmas. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu
diselenggarakan Kelompok Ibu hamil pada setiap hari buka Posyandu,
atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan Kelompok
Ibu Hamil antara lain sebagai berikut : Penyuluhan tanda bahaya
pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB dan
gizi. Perawatan payudara dan pemberian ASI Peragaan pola makan ibu
hamil Peragaan perawatan bayi baru lahir Senam ibu hamil Ibu Nifas
dan Menyusui Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas,
perawatan kebersihan jalan lahir (vagina) Pemberian vitamin A dan
tablet besi Perawatan payudara Senam ibu nifas Jika ada tenaga
kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan pemeriksaan
kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus dan
pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas. Bayi dan Anak BalitaPelayanan Posyandu untuk balita
harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas
tumbuh kembang anak. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu
menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidka digendong
melainkan dilepas bermain sesame balita dengan pengawasan orang tua
di bawah bimbingan kader.Untuk itu perlu disediakan sarana
permainan sesuai dengan umur balita. Adapun jenis pelayanan yang
diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup : Penimbangan berat
badan Penentuan status pertumbuhan Penyuluhan Jika ada tenaga
kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan
deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera
dirujuk ke Puskesmas.2. Keluarga Berencana (KB)Pelayanan KB di
Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh Kader adalah pemberian pil
ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukkan suntikan KB
dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang
menunjang dilakukan pemasangan IUD.3. ImunisasiPelayanan imunisasi
di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas Puskesmas. Jenis
imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik terhadap
bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil.4. GiziPelayanan gizi di
Posyandu dilakukan oleh Kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu
hamil dan WUS (Wanita Usia Subur). Jenis pelayanan yang diberikan
meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan
pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A
dan pemberian sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil dan nifas ditambah
dengan pemberian tablet besi serta kapsul yodium untuk yang
bertempat tinggal di daerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali
penimbangan tidak ada kenaikan berat badan, segera dirujuk ke
Puskesmas.5. Pencegahan dan Penanggulangan DiarePencegahan diare di
Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan
antara lain penyuluhan, pemberian larutan gula dan garam yang dapat
dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian Oralit yang
disediakan.
Kartu Menuju Sehat (KMS) (ratna)KMS adalah suatu pencatatan
lengkap tentang kesehatan seorang anak. KMS harus dibawa ibu setiap
kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak dengan
demikian pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan lengkap bagi
anak yang bersangkutan, sedangkan pada lingkungan kelurahan bentuk
pelaporan tersebut dikenal dengan SKDN. SKDN adalah data untuk
memantau pertumbuhan balita SKDN sendiri mempunyai singkatan yaitu
sebagai berikut:7S= adalah jumlah balita yang ada diwilayah
PosyanduK= jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMSD=
jumlah balita yang datang ditimbang bulan iniN= jumlah balita yang
naik berat badannyaPencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat
kiinerja output disini meliputi cakupan hasil program gizi di
Posyandu yang dapat dilihat dalam bentuk persentase cakupan yang
berhasil dicapai oleh suatu Posyandu, yaitu cakupan kegiatan
penimbangan (K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu
(D/K), tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan (D/S),
kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan (N/S). Adapun
cakupan hasil program gizi di Posyandu tersebut adalah sebagai
berikut :a. Cakupan Program (K/S)Cakupan program (K/S) adalah
Jumlah Balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) dibagi dengan
jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu kemudian dikali 100%.
Persentase K/S disini, menggambarkan berapa jumlah balita diwilayah
tersebut yang telah memiliki KMS atau berapa besar cakupan program
di daerah tersebut telah tercapai.b. Cakupan Partisipasi Masyarakat
(D/S)Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) adalah Jumlah Balita yang
ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang ada di
wilayah kerja Posyandu kemudian dikali 100 %. Persentase D/S
disini, menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi masyarakat di
dareah tersebut yang telah tercapai.c. Cakupan Kelangsungan
Penimbangan (D/K)Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) adalah
Jumlah Balita yang ditimbang di Posyandu dalam dibagi dengan jumlah
balita yang telah memiliki KMS kemudian dikali 100%. Persentase D/K
disini, menggambarkan berapa besar kelangsungan penimbangan di
daerah tersebut yang telah tercapai.d. Cakupan Hasil Penimbangan
(N/D)Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) adalah : Rata rata jumlah
Balita yang naik berat badan (BB) nya dibagi dengan jumlah balita
yang ditimbang di Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase N/D
disini, menggambarkan berapa besar hasil penimbangan di daerah
tersebut yang telah tercapai.
Perhitungan SKDNPemantauan status gizi dilakukan dengan
memanfaatkan data hasil penimbangan bulanan posyandu yang
didasarkan pada indikator SKDN tersebut. Indikator yang dipakai
adalah N/D. Dilakukan dengan mengamati kecenderungan N/D dan D/S
setiap bulan pada wilayah masing-masing wilayah kecamatan.
Pematauan status gizi dilaporkan setiap bulan dengan mempergunakan
format laporan yang telah ada. 7
PengolahanAnalisisnya terdiri dari:Tingkat partisipasi
Masyarakat dalam Penimbangan Balita Yaitu jumlah balita yang
ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja
Posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/Sx 100%), hasilnya
minimal harus mencapai 80%, apabila dibawah 80% maka dikatakan
partisipasi masyarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat
pada balita tidak akan terpantau oleh petugas kesehatan ataupun
kader Posyandu akan memungkinkan balita ini tidak diketahui
pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan baerat
badannya.Tingkat Liputan Program Yaitu jumlah balita yang mempunyai
KMS dibagi dengan jumlah seluruh balita yang ada diwilayah Posyandu
atau dengan menggunakan rumus (K/S x 100%). Hasil yang didapat
harus 100%. Alasannya balitabalita yang telah mempunyai KMS telah
mempunyai alat instrument untuk memantau berat badannya dan data
pelayanan kesehatan lainnya. Apabila tidak digunakan atau tidak
dapat KMS makan pada dasarnya program POSYANDU tersebut mempunyai
liputan yang sangat rendah atau bisa juga dikatakan balita
tersebut. Khusus untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini
menggunakan rumus (S-K)/S x 100%), yaitu jumlah balita yang ada
diwilayah Posyandu dikurangi Jumlah balita yang mempunyai KMS,
hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu
tersebut. Semakin tinggi Presentasi Kehilangan kesempatan, maka
semakin rendah kemauan orang tua balita untuk dapat memanfaatkan
KMS. Padahal KMS sangat baik untuk memantau pertumbuhan berat badan
balita atau juga pola pertumbuhan berat badan balita. 7Indikator
lainnya adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang naik berat
badannya dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang.
Sebaiknya semua balita yang ditimbang harus mengalami peningkatan
berat badan.Indikator selanjutnya dalam SKDN adalah indikator
Drop-Out, yaitu balita yang sudah mempunyai KMS dan pernah datang
menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak pernah datang lagi
di Posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan. Rumusnya
yaitu jumlah balita yang telah mendapatkan KMS dikurangi dengan
jumlah balitayang ditimbang, dan hasilnya dibagi dengan balita yang
mempunyai KMS ((K-D)/K x 100%).Indikator terkhir dalam SKDN adalah
indikator perbandingan antara jumlah balita yang status gizinya
berada di Bawah Garis Merah (BGM) dibagi dengan banyaknya jumlah
balita yang ditimbang pada bulan penimbangan (D). Rumusnya adalah
(BGM/D x 100%).
Fungsi KMSa. Fungsi utama KMS : alat untuk pemantauan
pertumbuhan anak, catatan pelayanan kesehatan anak 8b. Grafik
pertumbuhan normal anak sesuai umurnya pada KMS dapat digunakan
untuk menentukan apakah seorang anak tumbuh normal, memiliki risiko
gangguan pertumbuhan atau kelebihan gizi. c. Bila grafik berat
badan :1. Mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak
tumbuh baik2. Tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan normal, anak
kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan atau kelebihan
gizi.
Gambar 3. Keterangan KMS8
Gambar 4. Cara pengisian KMS8
Tindak Lanjut Hasil Penimbangana. Berat badan naik (N):Berikan
pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke Posyandu. Jelaskan
arti garis pertumbuhan yang tertera pada KMS bahwa berat badan anak
naik dan pertumbuhannya baik. Anjurkan kepada ibu untuk
mempertahankan kondisi anak dan berikan nasihat tentangpemberian
makan anak sesuai golongan umurnya. Anjurkan untuk datang pada
penimbangan berikutnya.b. Berat badan tidak naik 1 kali (T1)1.
Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke Posyandu2.
Jelaskan arti garis pertumbuhan yang tertera pada KMS bahwa berat
badan anak masih kurang dari kenaikan berat badan minimum, dan
mungkin anak mengalami gangguan pertumbuhan3. Tanyakan dan catat
keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel, dll) dan
kebiasaan makan anak4. Berikan penjelasan tentang kemungkinan
penyebab berat badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu.5. Berikan
nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai
golongan umurnya6. Anjurkan untuk datang pada penimbangan
berikutnyac. Berat badan tidak naik 2 kali (T2) atau berada di
Bawah Garis Merah (BGM)1. Berikan pujian kepada ibu yang telah
membawa balita ke Posyandu dan anjurkan untuk datang kembali bulan
berikutnya.2. Jelaskan arti garis pertumbuhan yang tertera pada KMS
bahwa berat badan anak sudah tidak naik dua kali berturut-turut,
dan anak mengalami gangguan pertumbuhan.3. Tanyakan dan catat
keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel, dll) dan
kebiasaan makan anak4. Berikan penjelasan tentang kemungkinan
penyebab berat badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu.5. Berikan
nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai
golongan umurnya6. Rujuk anak ke Puskesmas/Pustu/Poskesdes.d.
Risiko gemuk1. Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita
ke Posyandu2. Jelaskan arti garis pertumbuhan yang tertera pada KMS
bahwa anak sudah kelebihan berat badan sehingga berisiko gemuk3.
Tanyakan kepada ibu kebiasaan makan, aktivitas anak.4. Berikan
nasihat sesuai golongan umurnya5. Anjurkan untuk datang pada
penimbangan berikutnya
Surveilans Gizi (ratna)Kegiatan surveilans gizi meliputi
kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, penyajian serta
diseminasi informasi bagi pemangku kepentingan. Informasi ini
dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan untuk melakukan
tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek,
menengah, maupun jangka panjang serta untuk perumusan
kebijakan.12a. Pengumpulan data1. Kegiatan rutin yaitu penimbangan
bulanan, pemantauan dan pelaporan kasus gizi buruk, pendistribusian
tablet Fe ibu hamil, pendistribusian kapsul vitamin A balita, dan
pemberian ASI Eksklusif.2. Kegiatan survey khusus yang dilakukan
berdasarkan kebutuhan seperti konsumsi garam beriodium,
pendistribusian MP-ASI dan PMT, pemantauan status gizi anak dan ibu
hamil serta wanita usia subur risiko KEK, atau studi yang berkaitan
dengan masalah gizi lainnya.Dalam pelaksanaan pengumpulan data,
bila ada Puskesmas yang tidak melapor atau melapor tidak tepat
waktu, data laporan tidak lengkap dan atau tidak akurat maka
petugas DINKES Kabupaten/Kota perlu melakukan pembinaan secara
aktif untuk melengkapi data dengan melalui telepon, SMS, atau
kunjungan langsung ke Puskesmas.b. Pengolahan Data dan Penyajian
InformasiPengolahan data dapat dilakukan secara deskriptif maupun
analitik, disajukan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, peta, dan
sebagainya.c. Diseminasi InformasiDiseminasi informasi dilakukan
untuk menyebarluaskan informasi surveilans gizi kepada pemangku
kepentingan. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam bentuk pemberian
umpan balik, sosialisasi, atau advokasi. Umpan balik merupakan
respon tertulis mengenai informasi surveilans gizi yang dikirimkan
kepada pemangku kepentingan pada berbagai kesempatan baik pertemuan
lintas program maupun lintas sektoral. Sosialisasi merupakan
penyajian hasil surveilans gizi dalam forum koordinasi atau forum
lainnya sedangkan advokasi merupakan penyajian hasil surveilans
gizi dengan harapan memperoleh dukungan dari pemangku
kepentingan.
Indikator keberhasilan kegiatan surveilans gizi adalah:a.
Indikator Input1. Adanya tenaga manajemen data gizi yang meliputi
pengumpul data dari laporan rutin atau survey khusus, pengolah dan
analisis data serta penyaji informasi2. Tersedianya instrument
pengumpulan dan pengolahan data 3. Tersedianya sarana dan prasarana
pengolahan data4. Tersedianya biaya operasional surveilans gizib.
Indikator Proses1. adanya proses pengumpulan data2. Adanya proses
editing dan pengolahan data3. Adnya proses pembuatan laporan dan
umpan balik hasil surveilans gizi4. Adanya proses sosialisasi atau
advokasi hasil surveilans gizic. Indikator Output1. Tersedianya
informasi gizi buruk yang mendapat perawatan2. Tersedianya
informasi balita yang ditimbang berat badannya (D/S)3. Tersedianya
informasi bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif4. Tersedianya
informasi rumah tangga yang menonsumsi garam beriodium5.
Tersedianya informasi balita 6-59 bulan yang mendapat kapsul
vitamin A6. Tersedianya informasi ibu hamil mendapat 90 tablet Fe7.
Tersedianya informasi kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans
gizi8. Tersedianya informasi penyediaan bufferstock MP-ASI untuk
daerah bencana9. Tersedianya informasi data terkait lainnya (sesuai
kondisi dan situasi daerah)
Promosi Kesehatan
Peran Serta MasyarakatUPGKUPGK merupakan usaha keluarga untuk
memperbaiki gizi seluruh anggota keluarga, dilaksanakan oleh
keluarga dan masyarakat dengan kader sebagai penggerak masyarakat,
merupakan bagian dari kehidupan keluarga sehari-hari dan secara
operasional adalah rangkaian kegiatan yang saling mendukung untuk
melaksanakan alih teknologi sederhana kepada
keluarga/masyarakat.Tujuan umum dari UPGK adalah untuk meningkatkan
dan membina keadaan gizi anggota masyarakat, melalui pembinaan
keluarga agar peningkatan gizi menjadi bagian dari pola kehidupan
sehari-hari. Secara operasional tujuan ini diperinci menjadi tujuan
khusus, yaitu partisipasi dan pemerataan kegiatan, perubahan sikap
dan perilaku yang mendukung tercapainya perbaikan gizi, serta
perbaikan gizi anak balita. Keluarga dibina menjadi Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi).Di Posyandu diperkenalkan berbagai inovasi yang
berkenaan dengan pemeliharaan kesehatan dan keadaan gizi balita,
ibu hamil dan menyusui. Adapun kegiatannya adalah penimbangan anak
balita, pemberian paket pertolongan gizi (yang berisi Vitamin A
dosis tinggi, pil zat besi dan oralit), pemberian makanan tambahan,
imunisasi, pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB dan penyuluhan
gizi.a. Penyuluhan Gizi dalam Upaya Meningkatkan Pengetahuan Gizi
IbuProses penyuluhan mempunyai tahapan tahapan sebagai berikut:1.
menarik perhatian2. menggugah hati, yaitu menimbulkan perasaan
terbuka pada sasaran untuk sesuatu yang baru disadarinya tadi.3.
membangkitkan keinginan, yaitu menumbuhkan kengininan untuk
memperoleh atau mengerjakan cara baru yang dianjurkan itu4.
meyakinkan, yaitu menghilangkan rasa ragu ragu pada sasaran,
sehingga terjadi keyakinan akan kebaikan dan manfaat hal baru
itu.5. menggerakkan, yaitu mengusahakan agar anjuran yang telah
diberikan itu sekarang oleh sasaran dilaksanakan atau dipraktekkan
secara luas dan kontinyuSasaran utama dalam pendidikan gizi adalah
ibu ibu rumah tangga. Hasil dari penyuluhan gizi diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu ibu rumah
tangga dalam mencukupi kebutuhan gizi keluarganya melalui konsumsi
makanan yang memenuhi kebutuhan kebutuhan zat zat gizi anggota
keluarganya, yang pada gilirannya tampak pada status
gizinya.Kecukupan pangan dan gizi masyarakat ditentukan oleh taraf
pengetahuannya terhadap pangan. Kemampuan berdaya beli tidak selalu
diimbangi oleh pengertian akan gizi yang baik. Akibatnya meskipun
daya beli terjangkau, penyakit gizi seperti kekurangan kalori dan
protein akan tetap menjadi masalah. Salah satu hal yang turut
mempengaruhi adalah pengetahuan dalam hal memilih dan menyediakan
makanan bergizi tinggi. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi
tentang kebutuhan pangan adalah umum di setiap Negara. Sebab lain
dari gangguan gizi adalah kurangnya kemampuan untuk menerapkan
informasi tersebut kedalam kehidupan sehari hari.b. Faktorfaktor
yang Mempengaruhi Konsumsi PanganKonsumsi pangan dipengaruhi banyak
factor, pemilihan jenis maupun banyaknya pangan yang dimakan dapat
berlainan dari setiap individu atau masyarakat. Faktor-faktor yang
nampaknya sangat mempengaruhi konsumsi pangan dimana saja di dunia
adalah jenis dan banyaknya pangan yang di produksi dan tersedia,
tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan gizi.Kebiasaan makan
adalah cara individu atau sekelompok individu dalam memilih,
mengkonsumsi dan menggunakan pangan yang tersedia berdasarkan
faktor social dan budaya dimana mereka hidup. Kebiasaan makan juga
merupakan gejala sosial yang dapat member gambaran perilaku nilai
nilai yang di anut seseorang atau kelompok masyarakat.Dalam hal
memberi dan mengatur makan anak, tidak jarang dipengaruhi kebiasaan
orang tua. Bagi yang baru mempunyai anak, kebijaksanaan dalam hal
menentukan makanan seringkali ditentukan oleh nenek atau orang yang
dianggap tua dalam keluarga karena dianggap lebih berpengalaman.
Tidak heran bila adat dan kebiasaan makan yang dianut oleh orang
tua menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Seperti
pantang dan tabu terhadap makanan tertentu adalah warisan dari
generasi sebelumnya. Itulah sebabnya mengapa kebiasaan dan susunan
hidangan sangat kuat bertahan terhadap berbagai pengaruh yang
mungkin dapat merubahnya. Kebiasaan makan seseorang merupakan
kebiasaan makan keluarga karena individu tersebut selama tinggal
didalam keluarganya, terus mengalami proses belajar seumur hidupnya
dari keluarga tersebut.Hal lain yang mempengaruhi jumlah makanan
yang dikonsumsi individu dan keluarga adalah susunan anggota
keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar menyebabkan
semakin sulit mengatur pembagian makanan secara merata. Konsumsi
pangan keluarga dapat diketahui dengan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Secara kuantitatif, dapat didekati dari jumlah pangan
yang dikonsumsi, sedangkan secara kualitatif dapat didekati dari
pola pangannya. Pola pangan seseorang atau sekelompok orang
diketahui dari jenis jenis pangan tertentu yang dikonsumsi dan
frekuensi penggunannya Pendapatan merupakan factor yang secara
tidak langsung mempengaruhi konsumsi pangan, tetapi termasuk
penentu utama baik buruknya keadaan gizi seseorang, atau sekelompok
orang. Pendapatan yang rendah mengakibatkan daya beli untuk
konsumsi makanan rendah. Rendahnya pendapatan diduga membawa akibat
pada pemberian makanan yang kurang banyak dan kurang bermutu. c.
Faktorfaktor yang Mempengaruhi Status GiziStatus gizi adalah
keadaan fisik tubuh yang merupakan akibat konsumsi, absorpsi dan
penggunaan zat zat gizi oleh tubuh. Jumlah makanan yang tidak
memenuhi kebutuhan seharihari secara langsung akan menimbulkan
masalah gizi kurang. Konsumsi makanan yang tidak memadai sesuai
dengan kebutuhan tubuh baik kuantitas maupun kualitas akan
menimbulkan masalah gizi. Selain konsumsi pangan, factor lain yang
berperan sangat penting terhadap keadaan gizi adalah penyakit
infeksi. Konsumsi makanan dan penyakit infeksi keduanya merupakan
penyebab langsung konsumsi energi dan protein. Penyebab tidak
langsung tingkat pendapatan, pengetahuan gizi ibu, dan sanitasi
lingkungan