Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltik. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Obstruksi mekanik dapat disebabkan karena adanya lesi pada bagian dinding usus, di luar usus maupun didalam lumen usus. Obstruksi usus dapat akut atau kronik, parsial atau total. Obstruksi usus kronik biasanya mengenai kolon sebagai akibat adanya karsinoma. Sebagian besar obstruksi justru mengenai usus halus. Ileus obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai dan merupakan 60% - 70% dari seluruh kasusakut abdomen. Obstruksi total usus halus merupakan kegawatan yang memerlukandiagnosa dini dan tindakan bedah darurat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Markogiannakis et al, ditemukan 60% penderita yang mengalami ileus obstruktif rata – rata berumur sekitar 16 – 98 tahun dengan perbandingan jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki – laki. Terapi ileus obstruktif biasanya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu kritis tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien. 1
30

Bab I

Feb 16, 2016

Download

Documents

Ihsan Haidar

BAB 1
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bab I

BAB I

PENDAHULUAN

Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh

gangguan peristaltik. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Obstruksi

mekanik dapat disebabkan karena adanya lesi pada bagian dinding usus, di luar

usus maupun didalam lumen usus. Obstruksi usus dapat akut atau kronik, parsial

atau total. Obstruksi usus kronik biasanya mengenai kolon sebagai akibat adanya

karsinoma. Sebagian besar obstruksi justru mengenai usus halus.

Ileus obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering

dijumpai dan merupakan 60% - 70% dari seluruh kasusa ku t a bd om e n . O b s t ru ks i

t o t a l u s us ha l u s m e ru pa ka n k eg a w a ta n y an g m e me r lu ka n diagnosa dini dan

tindakan bedah darurat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Markogiannakis

et al, ditemukan 60% penderita yang mengalami ileus obstruktif rata – rata berumur

sekitar 16 – 98 tahun de n ga n p e rb an d i n ga n j e n i s k e l am i n p e re m pu a n l e b i h

ba n ya k da r ip a da l a k i – l ak i .

Terapi ileus obstruktif biasanya melibatkan intervensi bedah. Penentuan

waktu kritis tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi

dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan

pasien.

1

Page 2: Bab I

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI USUS

A. ANATOMI

Usus halus berbentuk tubular, dengan panjang sekitar 6 meter pada orang dewasa, yang

terbagi atas tiga segmen yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum, merupakan

segmen yang paling proksimal, terletak retroperitoneal berbatasan dengan kaput

dan batas inferior dari korpus pankreas. Doudenum dipisahkan dari gaster oleh

adanya pylorus dan dari jejunum oleh batas Ligamentum Treitz. Jejunum dan

ileum terletak di intraperitoneal dan bertambat ke retroperitoneal melalui

mesenterium. Tak a da ba t a s a na t om i ya n g j e l a s u n t u k m e m be da k an a n t a r a

J e j un um d a n I l e um ; 4 0%  panjang dari jejunoileal diyakini sebagai Jejunum dan 60%

sisanya sebagai Ileum. Ileum berbatasan dengan sekum di katup ileosekal.

Usus halus terdiri atas lipatan mukosa yang disebut plika sirkularis atau valvula

conniventes yang dapat terlihat dengan mata telanjang. Lipatan ini juga terlihat

secara radiografi dan membantu untuk membedakan antara usus halus dan kolon.

Lipatan iniakan terlihat lebih jelas pada bagian proksimal usus halus daripada

bagian distal. Hal lain yang juga dapat digunakan untuk membedakan bagian

proksimal dan distal usus halus ialah sirkumferensial yang lebih besar, dinding yang lebih

tebal, lemak mesenterial yang lebih sedikit dan vasa rekta yang lebih panjang.

Pemeriksaan makroskopis dari usus halus juga didapatkan adanya folikel limfoid. Folikel

tersebut, berlokasi di ileum, juga disebut sebagai Peyer Patches.

Gambar 2.1 : Gambaran Usus Halus

2

Page 3: Bab I

Usus besar terdapat diantara anus dan ujung terminal ileum. Usus besar

terdiri a t a s s e gm e n a w a l ( s e k um ) , da n ko l om a s e n de ns , t r a ns v e r s u m ,

de s e nd e ns , s i g m o i d , rectum dan anus. Sisa makanan dan yang tidak tercerna

dan tidak diabsorpsi di dalam usus halus didorong ke dalam usus besar oleh

gerak peristaltik kuat otot muskularis eksterna usus halus. Residu yang

memasuki usus besar itu berbentuk semi cair; saat mencapai bagian akhir usus besar,

residu ini telah menjadi semi solid sebagaimana feses umumnya. Meskipun terdapat di

usus halus, sel-sel goblet pada epitel usus besar jauh lebih banyak dibandingkan

dengan yang di usus halus. Sel goblet ini juga bertambah dari bagian sekum ke kolon

sigmoid. Usus besar tidak memiliki plika sirkularis maupun vilin tertinales dan kelenjar

usus/intestinal terletak lebih dalam daripada usus halus.

Gambar 2.2 : Sistem Saluran Pencernaan Manusia

Pada usus halus, A.Mesenterika Superior merupakan cabang dari Aorta

tepatdibawah A.Soeliaka. Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali Duodenum yang

sebagian atasnya diperdarahi oleh A.Pankreotikoduodenalis Superior, suatu

cabang dari A.Gastroduodenalis. Sedangkan separuh bawah Duodenum

diperdarahi oleh A.Pankreotikoduodenalis Inferior, suatu cabang A. Mesenterika

Superior. Pembuluh -  pembuluh darah yang memperdarahi Jejunum dan Ileum ini

beranastomosis satu samlain untuk membrntuk serangkaian arkade. Bagian Ileum yang

3

Page 4: Bab I

terbawah juga diperdarahi oleh A.Ileocolica. Darah dikembalikan lewat V.

Messentericus Superior yang menyatu dengan V. lienalis membentuk vena porta

.Pada usus besar, A. Mesenterika Superior memperdarahi belahan bagian kanan

(sekum, kolon ascendens, dan 2/3 proksimal kolon transversum): 1. Ileokolika, 2. Kolika

Dextra, 3. Kolika Media, dan Arteria Mesenterika Inferior mmempedarahi bagian kiri (1/3

kolon descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum): (1) kolon sinistra, (2)

sigmoidalis, (3) rektalis superior.

Persarafan

Saraf-saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) dan pleksus mesentericus

superior dan pleksus coeliacus. Saraf untuk jejenum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis dari

plekssura mesentericus superior. Rangsangan parasimpatis merangasang aktivitassekresi dan

pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut-serabut

sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan serabut- serabut

parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik,

berjalan melalui pleksus Auerback yang terletak dalam l ap i s a n muskularis, dan pleksus

Meissner di lapisan submukosa. Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf

otonom dengan pengecualian pada sfingter eksterna yang berada dibawah kontrol

voluntar. Sekum, appendiks dan kolon ascendens dipesarafi oleh serabut saraf simpatis dan

parasimpatis nervus vagus dari pleksus saraf mesentericus superior. Pada kolontransversum

dipersarafi oleh saraf simpatis nervus vagus dan saraf parasimpatis nervus pelvikus. Serabut

simpatis berjalan dari pleksus mesentericus superior dan inferior. Serabut-serabut nevus

vagus hanya mempersarafi dua pertiga proksimal kolontransversum: sepertiga distal

dipersarafi oleh saraf parasimpatis nervus pelvikus. Sedangkan pada kolon descendens

dipersarafi serabut-serabut simpatis dan pleksus saraf mesentericus inferior dan saraf

parasimpatis nervus pelvikus.

4

Page 5: Bab I

B. FISIOLOGI

Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorpsi bahan-bahan

nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh

kerja ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan

di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim–enzim pankreas yang

menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat–zat yang lebih

sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan

asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim–enzim. Sekresi empedu dari

hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga

memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.

Proses pencernaan disemprunakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus

(sukusenterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan

mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorpsi. Perggerakan segmental usus halus akan

mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar dan sekresi usus dan

pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lainnya dengan kecepatan

yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinu isi lambung. Absorbsi adalah

pemindahan hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein melalui dinding usus ke

sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel – sel tubuh. Selain itu, air, elektrolit dan

vitamin juga diabsorbsi.

5

Page 6: Bab I

BAB III

TINJAUAN TEORI

A. ILEUS OBSTRUKTIF

1. DEFINISI

Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya

daya mekanik yang berkerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga penyempitan /

penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu

Obstruksi intestinal secara umum didefinisikan sebagai kegagalan isi intestinal

untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke anus. Obstruksi Intestinal ini merujuk pada

adanya sumbatan mekanik atau nonmekanik parsial atau total dari usus besar dan

usus halus.

2. ETIOLOGI

1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif,sekitar

50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat

operasiintraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal.

Obstruksiyang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien

yangmengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital

jugadapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak.

2. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atauparastomal)

merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileusobstruktif, dan merupakan

penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen.

Hernia interna (paraduodenal,kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow)

juga bisa menyebabkanhernia.

3 . N e o p l a s m a .

4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagianusus

yang mengalami intususepsi.

5 . P en ya k i t C r o hn

6. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, 1/5 alrotasi usus.

7. Batu empedu yang masuk ke ileus

8. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapiradiasi,

atau trauma operasi.

6

Page 7: Bab I

9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, ataupenumpukan

cairan.

10. Benda asing, seperti bezoar.

11. Divertikulum Mecke

3. PATOFISIOLOGI

A . Respon Usus Halus Terhadap Obstruksi

 Normalnya, sekitar 2 L asupan cairan dan 8 L sekresi dari gaster, intestinal

dan pankreaticobilier ditansfer ke intestinal setiap harinya. Meskipun aliran cairan menuju

keintestinal bagian proksimal, sebagian besar cairan ini akan diabsorbsi di intestinal

bagiandistal dan kolon. Ileus obstruktif terjadi akibat akumulasi cairan intestinal di proksimal

daera obstruksi disebabkan karena adanya gangguan mekanisme absorbsi normal proksimal

daerah obstruksi serta kegagalan isi lumen untuk mencapai daerah distal dariobstruksi.

Akumulasi cairan intralumen proksimal daerah obstruksi terjadi dalam beberapa jam dan

akibat beberapa faktor. Asupan cairan dan sekresi lumen yang terus bertambah terkumpul

dalam intestinal. Aliran darah meningkat ke daerah intestinal segerah setelah

terjadinya obstruksi, terutama di daerah proksimal lesi, yang sekresi intestinal.

Distensi lumen menyebabkan terjadinya kongestif vena, edema intralumen, dan iskemia.

Gas intestinal juga mengalami akumulasi saat terjadinya ileus obstruksi. Sebagian kecil

dihasilkan melalui netralisasi bikarbonat atau dari metabolisme bakteri.

7

Page 8: Bab I

Gambar 2.4 Patofisiologi Ileus Obstruktif (Sumber : Simatupang, 2010)

4. KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga

kelompok:

Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu. 

Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.

Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.

Berdasarkan Lokasi Obstruksi :

Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum

Letak Tengah : Ileum Terminal

Letak Rendah :Colon-Sigmoid-rectumIleus

Obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar :

Ileus obstruksi sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya

pembuluh darah

Ileus obstruksi stragulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan pembuluh

darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren

8

Page 9: Bab I

yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin

dari jaringan gangren.

Ileus obstruksi jenis gulung tertutup, dimana teradi bila jalan masuk dan keluar suatu

gelung usus tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi. Untuk

keperluan klinis dan berdasarkan letak sumbatan, ileus obstruktif

dibagidua.

5. MANIFESTASI KLINIS

Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :

1. Nyeri abdomen

2. Muntah

3. Distensi

4. Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).

Gejala utama dari obstruksi ialah nyeri kolik, mual dan muntah dan

obstipasi. Adanya flatus atau fese selama 6-12 jam setelah gejala erupakan ciri

khas dari obstruksi parsial. Nyeri kra abdomen bisa merupakan gejala penyerta

yang berhubungan dengan hipermotilitas intestinal proksimal daerah obstruksi. Nyerinya

menyebar dan jarang terlokalisir, namun sering dikeluhkan nyeri pada bagian

tengah abdomen. Saat peristaltik menjadi intermiten, nyeri kolik juga menyertai.

Saat nyeri menetap dan terus menerus kita harus mencurigai telah terjadi

strangulasi dan infark.

6 . D I A G N O S A

Diagnosa ileus obstruksi tidak sulit, salah satu yang hampir selalu harus ditegakkan

atas dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kepercayaan atas pemeriksaan

radiologi dan pemeriksaan laboraorium harus dilihat sebagai konfirmasidan bukan

menunda mulainya terapi yang segera.

1. ANAMNESA

Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat

ditemukan penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi

sebelumnya atau terdapat hernia. Pada ileus obstruktif usus halus kolik dirasakan di

sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus obstruktif usus  besar kolik dirasakan di

sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruktif usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus

obstruktif usus besar onset muntah lama.

9

Page 10: Bab I

2. PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup

kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus

dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Inspeksi pada penderita

yangku ru s / s e da ng j ug a da pa t d i t e m uk an “ da rm c on t ou r” ( ga m ba ra n

ko n t u r u s us ) m a up un “ darm steifung ” (gambaran gerakan usus), biasanya

nampak jelas padasaat penderita mendapat serangan kolik yang disertai mual dan

muntah dan juga pada ileus obstruksi yang berat.

Gambar 2.5 Gerakan Peristaltik Usus

Palpasi dan perkusi didapatkan distensi abdomen dan hypertimpani yang menandakan

adanya obstruksi. Auskultasi Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar

kehadiran episodik gemerincing l og am b e r na d a t i n gg i d a n g e l o r a ( ru s h ’ )

d i a n t a r a m a s a t en a ng . T e t a p i s e t e l a h  beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan

usus di atas telah berdilatasi, makaaktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak

ada atau menurun parah. Nyeri tekan dapat ditemukan pada lokal maupun general

misalnya pada keadaan peritonitis. Kita  juga menilai ada tidaknya feses di dalam kubah

rektum. Pada ileus obstruktif usus feses tidak teraba pada colok dubur dan tidak dapat

ditemukan pada sarung tangan. Pada sarung tangan dapat ditemukan darah

apabila penyebab ileus obstruktif adalah lesi intrinsik di dalam usus

10

Page 11: Bab I

3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

P e m er i k s a a n l ab o r a t o r iu m p ad a p as i e n y an g d i d ug a m e ng a l a m i

ob s t ru ks i intestinal terutama ialah darah lengkap dan elektrolit, Blood Urea Nitrogen,

kreatinindan serum amylase. Obstruksi intestinal yang sederhana tidak akan

menyebabkan perubahan pada hasil laboratorium jadi pemeriksaan ini tak akan banyak

membantuuntuk diagnosis obsruksi intestinal yang sederhana. Pemeriksaan

elektrolit dan tesfungsi ginjal dapat mendeteksi adanya hipokalemia, hipokhloremia dan

azotemia pada50% pasien.

4. RADIOLOGI

Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegal atau posisi dekubitus) dan posisi tegak

thoraksT em u an s pe s i f i k u n t u k ob s t ru ks i u s u s h a lu s i a l a h d i l a t a s i u s u s

ha l u s ( diameter > 3 cm ), adanya air-fluid level pada posisi foto abdomen tegak,

dan kurangnya gambaran udara di kolon. Sensitifitas foto abdomen untuk

mendeteksiadanya obstruksi usus halus mencapai 70-80% namun spesifisitasnya rendah.

Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa gambaran, antara lain:

1). Distensi usus bagian proksimal obstruksi

2 ) . K o l a p s p ad a u s us b ag i an d i s t a l ob s t ru ks i

3). Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels

4 ) . P o s i s i s u p i n e da p a t d i t e mu ka n :

11

Page 12: Bab I

Gambar 2.7 Herring bone appearance

Gambar 2.8  Multipel air fluid level  dan“string of pearls” sign

12

Page 13: Bab I

Gambar 2.9 Step ledder sign

Gambar 2.10 Coffee bean appearance

13

Page 14: Bab I

Enteroclysis berfungsi untuk mendeteksi adanya obstruksi dan juga

untuk membedakan obstruksi parsial dan total. Cara ini berguna jika pada foto

polosabdomen memperlihatkan gambaran normal namun dengan klinis

menunjukkan adanya obstrusi atau juka penemuan oto polos abdomen tdak

spesifi. Dapat membedakan adhesi oleh karena metastase, tumor rekuren dan kerusakan

akibat radiasi. Enteroclysis memberikan nilai presiksi negative yang tinggi dan dapat

dilakukan dengan dua kontras. Barium merupakan kontras yang sering di gunakan, barium

sangat berguna dan aman untuk mendiagnosa obstruksi dimana tidak terjadi iskemia usus

maupun perforasi.  Namun, penggunaan barium berhubungan dengan terjadinya peritonitis

dan penggunaannya harus dihindari bila dicurigai terjadi perforasi.

Gambar 2.11 Intususepsi (coiled-spring appearance).

14

Page 15: Bab I

CT-Scan berfungsi untuk menentukan diagnosa dini atau obstruksi stragulasi dan

menyingkirkan penyebab akut abdomen lain terutama jika klinis dan temuan

radiologis lain tidak jelas. CT-scan juga dapat membedakan penyebab obstruksi intestinal,

seperti adhesi, hernia karena penyebab ekstrinsik dari neoplasma dan penyakit chorn kerena

penyebab intrinsik. Obstruksi ditandai dengan diametes usus halus sekitar 2,5 cm pada bagian

proksimal menjadi bagianyang kolaps dengan diameter sekitar 1 cm.

Temuan berupa zona transisi dengan dilatasi usus proksimal, dekompresi

usus bagian distal, kontras intralumen yang tak dapat melewati bagian obstruksi dankolon

yang mengandung sedikit cairan dan gas. CT scan juga dapat memberikan

gambaran adanya strangulasi dan obstruksi gelung tertutup. Obstruksi Gelung

t e r t u t up d i ke t a hu i m e l a lu i g am ba r a n d i l a t a s i b e n t uk U a t a u be n t uk C

a k i ba t distribusi radial vasa mesenteric yang berpusat pada tempat puntiran.

Gambar 2.12 CT Scan Ileus Obstruksi Akibat Intususepsi : tampak distensi usus

halusyang tidak diikuti dengan distensi kolon

Gambar 2.13 CT Scan Ileus Obstruktif akibat tumor mesenterium

15

Page 16: Bab I

Gambar 2.14 Kehamilan dengan ileus obstruktif  

Ultrasonografi dapat menberikan gambaran dan penyebab dari obstruksi

dengan melihat pergerakan dari usus halus. Pada pasien dengan ilues obtruksi,

USG dapat dengan jelas memperlihatkan usus yang distensi. USG dapat dengan

akurat menunjukkan lokasi dari usus yang distensi. Tidak seperti teknik radiologi yang lain,

USG dapat memperlihatkan peristaltic, hal ini dapat membedakan obstruksi mekanik dari

ileus paralitik. Pemeriksaan USG lebih murah da n m ud a h j i k a d ib a nd in gk a n

de n ga n CT - s c an , da n s p es i f i t a s ny a d i l a po rk an mencapai 100%.

Gambar 2.15 USG Abdomen tumor dinding epigastrium

16

Page 17: Bab I

Gambar 2.16 USG Longitudinal dari abdomen bagian bawah menunjukkan

distensimultiple dari usus halus akibat invaginasi

7. PENATALAKSANAAN

A. Dekompresi

Pada pemberian resusitasi cairan intravena, hal lain yang juga penting

untuk dilakukan ialah pemasangan nasogastric tube. Pemasangan tube ini

bertujuan untuk mengosongkan lambung, mengurangi resiko terjadinya aspirasi pulmonal

karena muntah dan meminimalkan terjadinya distensi abdomen. Pasien dengan

obstruksi parsial dapat diterapi secara konservatif dengan resusitasi dan dekompresi saja.

Penyembuhan gejala tanpa terapi operatif dilaporkan sebesar 60 – 85% pada obstruksi parsial

B. Terapi Operatif

Secara umum, pasien dengan obstruksi intestinal komplit membutuhkan

terapioperatif. Pendekatan non – operatif pada beberapa pasien dengan obstruksi

intestinal komplit telah diusulkan, dengan alasan bahwa pemasangan tube intubasi yang

lama takakan menuimbulkan masalah yang didukung oleh tidak adanya tanda-tanda demam,

takikardia, nyeri tekan atau leukositosis. Namun harus disadari bahwa terapi non operatif ini

dilakulkan dengan berbagai resikonya seperti resiko terjadinya strangulasi pada

daerah obstruksi dan penundaan terapi pada strangulasi hingga setelah terjadinya injuryakan

menyebabkan intestinal menjadi ireversibel.

 Koreksi sederhana (simple correction).

17

Page 18: Bab I

Hal ini merupakan tindakan bedan sederhana untuk membebaskan usus dari

jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-stragulasi , jepitan oleh streng/adhesi

atau pada volvulus ringan.

Tindakan operatif by-pass.

Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang tersumbat,

misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya. Membuat fistula

entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya  pada Ca

stadium lanjut. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-

ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen ususm misalnya pada ca. Colon,

invaginasi stragulasi, dll.

5. KOMPLIKASI

Komplikasi pada pasien ileus obstruktif dapat meliputi gangguan keseimbangan dan

cairan serta iskemia dan perforasi usus yang dapat menebabkan peritonitis, sepsis, dan

kematian.

6. PROGNOSA

Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan

operasidapat segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan

atau jika terjadistrangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan

mortalitas sampai sekitar 35%a ta u 40 %. P ro gn os i s ny a b a ik b i l a d i a gn os i s

da n t i nd ak a n d i l a ku ka n de n ga n c ep a t .

C. ILEUS PARALITIK

1. DEFINISI

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal / tidak mampu melakukan

kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan

akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan

obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.

Gerakan peristaltik merupakan suatu aktivitas otot polos usus yang terkoordinasi dengan baik diatur

oleh neuron inhibitory dan  neuron exitatory dari sistim enteric motor neuron. Kontraksi otot polos

usus ini dipengaruhi dan dimodulasi oleh berbagai faktor seperti sistim saraf simpatik – parasimpatik,

neurotransmiter (adrenergik, kolinergik, serotonergik, dopaminergik, hormon intestinal, keseimbangan

elektrolit dan sebagainya. Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen. Keadaan

ini biasanya hanya berlangsung antara 24-72 jam. Beratnya ileus paralitik pasca operasi bergantung pada

lamanya operasi/narkosis, seringnya manipulasi usus dan lamanya usus berkontak dengan udara luar.

18

Page 19: Bab I

Pencemaran peritoneum oleh asam lambung, isi kolon, enzim pankreas, darah, dan urin akan menimbulkan

paralisis usus. Kelainan retroperitoneal seperti hematoma retroperitoneal, terlebih lagi bila disertai fraktur

vertebra sering menimbulkan ileus paralitik yang berat. Demikian pula kelainan pada rongga dada seperti

pneumonia paru bagian bawah, empiema, dan infark miokard dapat disertai paralisis usus.

2. ETIOLOGI:

1. Neurologik:

Pasca operasi

Kerusakan medula spinalis

Keracunan timbal kolik ureter

Iritasi persarafan splanknikus

Pankreatitis

2. Metabolik

Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia)

Uremia

Komplikasi DM

Penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multipel

3. Obat-obatan

Narkotik

Antikolinergik

Katekolamin

Fenotiasin

Antihistamin

4. Infeksi

Pneumonia

Empiema

Urosepsis

Peritonitis

Infeksi sistemik berat lainnya

5. Iskemia usus

3. MANIFESTASI KLINIS

19

Page 20: Bab I

Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal distention), anoreksia, mual dan

obstipasi. Muntah mungkin ada mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu

dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan

perut kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum

pasien bervariasi dari ringan sampai berat bergantung pada penyakit yang mendasarinya, didapatkan adanya

distensi abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar

sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan

adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit primernya peritonitis,

manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran peritonitis.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa penyakit. Pemeriksaan yang penting

untuk dimintakan yaitu leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glucosa darah, dan amilase. Foto polos

abdomen sangat membantu menegak-kan diagnosis. Pada ileus paralitik akan ditemukan distensi lambung

usus halus dan usus besar memberikan gambaran herring bone, selain itu bila ditemukan air fluid level

biasanya berupa suatu gambaran line up  (segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level pada ileus

obstruktif yang memberikn gambaran stepladder (seperti anak tangga).

Apabila dengan pemeriksaan foto polos abdomen masih meragukan adanya suatu obstruksi, dapat

dilakukan pemeriksaan foto abdomen dengan mempergunakan kontras kontras yang larut air. Pemeriksaan

penunjang lainnya yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin ( Hb, lekosit,hitung jenis dan

trombosit), elektrolit, BUN dan kreatinin, sakar darah, foto dada, EKG, bila diangap per lu dapat dilakukan,

ultrasonografi abdomen bahkan CT scan.

20

Page 21: Bab I

Gambaran air fluid level yang panjang-panjang dan sejajar

5. PENTALAKSANAAN

Penatalaksanaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya berupa dekompresi,

menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa atau penyakit primer dan pemberian nutrisi

yang adekuat. Beberapa obat-obatan jenis penyekat simpatik (simpatolitik) atau obat parasimpatomi-metik

pernah dicoba, ternyata hasilnya tidak konsisten. Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik

(bila perlu dipasang juga rectal tube). Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral

hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip pemberian nutrisi parenteral. Beberapa obat yang

dapat dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat untuk ileus paralitik

pasca-operasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan.

Neostigmin sering diberikan pada pasn ileus paralitik pasca operasi.

Untuk posisi radiologi ileus perlu diperhatikan beberapa hal :

1. Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di

proksimal daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri ikan

(Herring Bone Appearance). Gambaran ini didapat dari pengumpulan gas dalam

lumen usus yang melebar.

2. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis didapatkan adanya air fluid

level dan step ladder appearance.

3. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari air

fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada

ileus letak tinggi, sedangkan jika panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon.

Gambaran yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid

level.

21

Page 22: Bab I

BAB III

KESIMPULAN

Ileus dibedakan menjadi beberapa macam, ileus obstruktif, ileus paralitik dan ileus

vaskuler, Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar. Penyebab

terbanyak dari Ileus adalah perlekatan atau adhesi,kemudian diikuti Hernia, keganasan, dan

Volvulus. Penegakan diagnosis pada illeus meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,dan

pemeriksaan penunjang, terdapat 4 gejala cardinal yang sering dijumpai yaitunyeri abdomen

(kolik abdomen), muntah, distensi dan konstipasi.

Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takikardia, demam, nyeri tekan abdomen,

nyerilokal pada perut, dan distensi perut. Salah satu pemeriksaan penunjang pada illeus

22

Page 23: Bab I

adalah pemeriksaan radiologi, gambaran radiologi berupa pengumpulan gas dalamlumen usus

yang melebar (dilatasi) dinding usus menebal membentuk gambaran heering bone appearance

dan terdapat gambaran Air fluid level.Prognosis dari ileus bervariasi tergantung pada

penyebab ileus itu sendiri,bila penyebab primer dari ileus cepat tertangani maka prognosis

menjadi lebihbaik. Prognosis ileus baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.

23