Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh
gangguan peristaltik. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Obstruksi
mekanik dapat disebabkan karena adanya lesi pada bagian dinding usus, di luar
usus maupun didalam lumen usus. Obstruksi usus dapat akut atau kronik, parsial
atau total. Obstruksi usus kronik biasanya mengenai kolon sebagai akibat adanya
karsinoma. Sebagian besar obstruksi justru mengenai usus halus.
Ileus obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering
dijumpai dan merupakan 60% - 70% dari seluruh kasusa ku t a bd om e n . O b s t ru ks i
t o t a l u s us ha l u s m e ru pa ka n k eg a w a ta n y an g m e me r lu ka n diagnosa dini dan
tindakan bedah darurat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Markogiannakis
et al, ditemukan 60% penderita yang mengalami ileus obstruktif rata – rata berumur
sekitar 16 – 98 tahun de n ga n p e rb an d i n ga n j e n i s k e l am i n p e re m pu a n l e b i h
ba n ya k da r ip a da l a k i – l ak i .
Terapi ileus obstruktif biasanya melibatkan intervensi bedah. Penentuan
waktu kritis tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi
dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan
pasien.
1
Page 2
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI USUS
A. ANATOMI
Usus halus berbentuk tubular, dengan panjang sekitar 6 meter pada orang dewasa, yang
terbagi atas tiga segmen yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum, merupakan
segmen yang paling proksimal, terletak retroperitoneal berbatasan dengan kaput
dan batas inferior dari korpus pankreas. Doudenum dipisahkan dari gaster oleh
adanya pylorus dan dari jejunum oleh batas Ligamentum Treitz. Jejunum dan
ileum terletak di intraperitoneal dan bertambat ke retroperitoneal melalui
mesenterium. Tak a da ba t a s a na t om i ya n g j e l a s u n t u k m e m be da k an a n t a r a
J e j un um d a n I l e um ; 4 0% panjang dari jejunoileal diyakini sebagai Jejunum dan 60%
sisanya sebagai Ileum. Ileum berbatasan dengan sekum di katup ileosekal.
Usus halus terdiri atas lipatan mukosa yang disebut plika sirkularis atau valvula
conniventes yang dapat terlihat dengan mata telanjang. Lipatan ini juga terlihat
secara radiografi dan membantu untuk membedakan antara usus halus dan kolon.
Lipatan iniakan terlihat lebih jelas pada bagian proksimal usus halus daripada
bagian distal. Hal lain yang juga dapat digunakan untuk membedakan bagian
proksimal dan distal usus halus ialah sirkumferensial yang lebih besar, dinding yang lebih
tebal, lemak mesenterial yang lebih sedikit dan vasa rekta yang lebih panjang.
Pemeriksaan makroskopis dari usus halus juga didapatkan adanya folikel limfoid. Folikel
tersebut, berlokasi di ileum, juga disebut sebagai Peyer Patches.
Gambar 2.1 : Gambaran Usus Halus
2
Page 3
Usus besar terdapat diantara anus dan ujung terminal ileum. Usus besar
terdiri a t a s s e gm e n a w a l ( s e k um ) , da n ko l om a s e n de ns , t r a ns v e r s u m ,
de s e nd e ns , s i g m o i d , rectum dan anus. Sisa makanan dan yang tidak tercerna
dan tidak diabsorpsi di dalam usus halus didorong ke dalam usus besar oleh
gerak peristaltik kuat otot muskularis eksterna usus halus. Residu yang
memasuki usus besar itu berbentuk semi cair; saat mencapai bagian akhir usus besar,
residu ini telah menjadi semi solid sebagaimana feses umumnya. Meskipun terdapat di
usus halus, sel-sel goblet pada epitel usus besar jauh lebih banyak dibandingkan
dengan yang di usus halus. Sel goblet ini juga bertambah dari bagian sekum ke kolon
sigmoid. Usus besar tidak memiliki plika sirkularis maupun vilin tertinales dan kelenjar
usus/intestinal terletak lebih dalam daripada usus halus.
Gambar 2.2 : Sistem Saluran Pencernaan Manusia
Pada usus halus, A.Mesenterika Superior merupakan cabang dari Aorta
tepatdibawah A.Soeliaka. Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali Duodenum yang
sebagian atasnya diperdarahi oleh A.Pankreotikoduodenalis Superior, suatu
cabang dari A.Gastroduodenalis. Sedangkan separuh bawah Duodenum
diperdarahi oleh A.Pankreotikoduodenalis Inferior, suatu cabang A. Mesenterika
Superior. Pembuluh - pembuluh darah yang memperdarahi Jejunum dan Ileum ini
beranastomosis satu samlain untuk membrntuk serangkaian arkade. Bagian Ileum yang
3
Page 4
terbawah juga diperdarahi oleh A.Ileocolica. Darah dikembalikan lewat V.
Messentericus Superior yang menyatu dengan V. lienalis membentuk vena porta
.Pada usus besar, A. Mesenterika Superior memperdarahi belahan bagian kanan
(sekum, kolon ascendens, dan 2/3 proksimal kolon transversum): 1. Ileokolika, 2. Kolika
Dextra, 3. Kolika Media, dan Arteria Mesenterika Inferior mmempedarahi bagian kiri (1/3
kolon descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum): (1) kolon sinistra, (2)
sigmoidalis, (3) rektalis superior.
Persarafan
Saraf-saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) dan pleksus mesentericus
superior dan pleksus coeliacus. Saraf untuk jejenum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis dari
plekssura mesentericus superior. Rangsangan parasimpatis merangasang aktivitassekresi dan
pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut-serabut
sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan serabut- serabut
parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik,
berjalan melalui pleksus Auerback yang terletak dalam l ap i s a n muskularis, dan pleksus
Meissner di lapisan submukosa. Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf
otonom dengan pengecualian pada sfingter eksterna yang berada dibawah kontrol
voluntar. Sekum, appendiks dan kolon ascendens dipesarafi oleh serabut saraf simpatis dan
parasimpatis nervus vagus dari pleksus saraf mesentericus superior. Pada kolontransversum
dipersarafi oleh saraf simpatis nervus vagus dan saraf parasimpatis nervus pelvikus. Serabut
simpatis berjalan dari pleksus mesentericus superior dan inferior. Serabut-serabut nevus
vagus hanya mempersarafi dua pertiga proksimal kolontransversum: sepertiga distal
dipersarafi oleh saraf parasimpatis nervus pelvikus. Sedangkan pada kolon descendens
dipersarafi serabut-serabut simpatis dan pleksus saraf mesentericus inferior dan saraf
parasimpatis nervus pelvikus.
4
Page 5
B. FISIOLOGI
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorpsi bahan-bahan
nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh
kerja ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan
di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim–enzim pankreas yang
menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat–zat yang lebih
sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan
asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim–enzim. Sekresi empedu dari
hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga
memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.
Proses pencernaan disemprunakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus
(sukusenterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan
mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorpsi. Perggerakan segmental usus halus akan
mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar dan sekresi usus dan
pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lainnya dengan kecepatan
yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinu isi lambung. Absorbsi adalah
pemindahan hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein melalui dinding usus ke
sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel – sel tubuh. Selain itu, air, elektrolit dan
vitamin juga diabsorbsi.
5
Page 6
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. ILEUS OBSTRUKTIF
1. DEFINISI
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya
daya mekanik yang berkerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga penyempitan /
penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu
Obstruksi intestinal secara umum didefinisikan sebagai kegagalan isi intestinal
untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke anus. Obstruksi Intestinal ini merujuk pada
adanya sumbatan mekanik atau nonmekanik parsial atau total dari usus besar dan
usus halus.
2. ETIOLOGI
1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif,sekitar
50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat
operasiintraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal.
Obstruksiyang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien
yangmengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital
jugadapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak.
2. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atauparastomal)
merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileusobstruktif, dan merupakan
penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen.
Hernia interna (paraduodenal,kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow)
juga bisa menyebabkanhernia.
3 . N e o p l a s m a .
4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagianusus
yang mengalami intususepsi.
5 . P en ya k i t C r o hn
6. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, 1/5 alrotasi usus.
7. Batu empedu yang masuk ke ileus
8. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapiradiasi,
atau trauma operasi.
6
Page 7
9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, ataupenumpukan
cairan.
10. Benda asing, seperti bezoar.
11. Divertikulum Mecke
3. PATOFISIOLOGI
A . Respon Usus Halus Terhadap Obstruksi
Normalnya, sekitar 2 L asupan cairan dan 8 L sekresi dari gaster, intestinal
dan pankreaticobilier ditansfer ke intestinal setiap harinya. Meskipun aliran cairan menuju
keintestinal bagian proksimal, sebagian besar cairan ini akan diabsorbsi di intestinal
bagiandistal dan kolon. Ileus obstruktif terjadi akibat akumulasi cairan intestinal di proksimal
daera obstruksi disebabkan karena adanya gangguan mekanisme absorbsi normal proksimal
daerah obstruksi serta kegagalan isi lumen untuk mencapai daerah distal dariobstruksi.
Akumulasi cairan intralumen proksimal daerah obstruksi terjadi dalam beberapa jam dan
akibat beberapa faktor. Asupan cairan dan sekresi lumen yang terus bertambah terkumpul
dalam intestinal. Aliran darah meningkat ke daerah intestinal segerah setelah
terjadinya obstruksi, terutama di daerah proksimal lesi, yang sekresi intestinal.
Distensi lumen menyebabkan terjadinya kongestif vena, edema intralumen, dan iskemia.
Gas intestinal juga mengalami akumulasi saat terjadinya ileus obstruksi. Sebagian kecil
dihasilkan melalui netralisasi bikarbonat atau dari metabolisme bakteri.
7
Page 8
Gambar 2.4 Patofisiologi Ileus Obstruktif (Sumber : Simatupang, 2010)
4. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga
kelompok:
Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.
Berdasarkan Lokasi Obstruksi :
Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum
Letak Tengah : Ileum Terminal
Letak Rendah :Colon-Sigmoid-rectumIleus
Obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar :
Ileus obstruksi sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya
pembuluh darah
Ileus obstruksi stragulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan pembuluh
darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren
8
Page 9
yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin
dari jaringan gangren.
Ileus obstruksi jenis gulung tertutup, dimana teradi bila jalan masuk dan keluar suatu
gelung usus tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi. Untuk
keperluan klinis dan berdasarkan letak sumbatan, ileus obstruktif
dibagidua.
5. MANIFESTASI KLINIS
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).
Gejala utama dari obstruksi ialah nyeri kolik, mual dan muntah dan
obstipasi. Adanya flatus atau fese selama 6-12 jam setelah gejala erupakan ciri
khas dari obstruksi parsial. Nyeri kra abdomen bisa merupakan gejala penyerta
yang berhubungan dengan hipermotilitas intestinal proksimal daerah obstruksi. Nyerinya
menyebar dan jarang terlokalisir, namun sering dikeluhkan nyeri pada bagian
tengah abdomen. Saat peristaltik menjadi intermiten, nyeri kolik juga menyertai.
Saat nyeri menetap dan terus menerus kita harus mencurigai telah terjadi
strangulasi dan infark.
6 . D I A G N O S A
Diagnosa ileus obstruksi tidak sulit, salah satu yang hampir selalu harus ditegakkan
atas dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kepercayaan atas pemeriksaan
radiologi dan pemeriksaan laboraorium harus dilihat sebagai konfirmasidan bukan
menunda mulainya terapi yang segera.
1. ANAMNESA
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat
ditemukan penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi
sebelumnya atau terdapat hernia. Pada ileus obstruktif usus halus kolik dirasakan di
sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus obstruktif usus besar kolik dirasakan di
sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruktif usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus
obstruktif usus besar onset muntah lama.
9
Page 10
2. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup
kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus
dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Inspeksi pada penderita
yangku ru s / s e da ng j ug a da pa t d i t e m uk an “ da rm c on t ou r” ( ga m ba ra n
ko n t u r u s us ) m a up un “ darm steifung ” (gambaran gerakan usus), biasanya
nampak jelas padasaat penderita mendapat serangan kolik yang disertai mual dan
muntah dan juga pada ileus obstruksi yang berat.
Gambar 2.5 Gerakan Peristaltik Usus
Palpasi dan perkusi didapatkan distensi abdomen dan hypertimpani yang menandakan
adanya obstruksi. Auskultasi Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar
kehadiran episodik gemerincing l og am b e r na d a t i n gg i d a n g e l o r a ( ru s h ’ )
d i a n t a r a m a s a t en a ng . T e t a p i s e t e l a h beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan
usus di atas telah berdilatasi, makaaktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak
ada atau menurun parah. Nyeri tekan dapat ditemukan pada lokal maupun general
misalnya pada keadaan peritonitis. Kita juga menilai ada tidaknya feses di dalam kubah
rektum. Pada ileus obstruktif usus feses tidak teraba pada colok dubur dan tidak dapat
ditemukan pada sarung tangan. Pada sarung tangan dapat ditemukan darah
apabila penyebab ileus obstruktif adalah lesi intrinsik di dalam usus
10
Page 11
3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
P e m er i k s a a n l ab o r a t o r iu m p ad a p as i e n y an g d i d ug a m e ng a l a m i
ob s t ru ks i intestinal terutama ialah darah lengkap dan elektrolit, Blood Urea Nitrogen,
kreatinindan serum amylase. Obstruksi intestinal yang sederhana tidak akan
menyebabkan perubahan pada hasil laboratorium jadi pemeriksaan ini tak akan banyak
membantuuntuk diagnosis obsruksi intestinal yang sederhana. Pemeriksaan
elektrolit dan tesfungsi ginjal dapat mendeteksi adanya hipokalemia, hipokhloremia dan
azotemia pada50% pasien.
4. RADIOLOGI
Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegal atau posisi dekubitus) dan posisi tegak
thoraksT em u an s pe s i f i k u n t u k ob s t ru ks i u s u s h a lu s i a l a h d i l a t a s i u s u s
ha l u s ( diameter > 3 cm ), adanya air-fluid level pada posisi foto abdomen tegak,
dan kurangnya gambaran udara di kolon. Sensitifitas foto abdomen untuk
mendeteksiadanya obstruksi usus halus mencapai 70-80% namun spesifisitasnya rendah.
Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa gambaran, antara lain:
1). Distensi usus bagian proksimal obstruksi
2 ) . K o l a p s p ad a u s us b ag i an d i s t a l ob s t ru ks i
3). Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
4 ) . P o s i s i s u p i n e da p a t d i t e mu ka n :
11
Page 12
Gambar 2.7 Herring bone appearance
Gambar 2.8 Multipel air fluid level dan“string of pearls” sign
12
Page 13
Gambar 2.9 Step ledder sign
Gambar 2.10 Coffee bean appearance
13
Page 14
Enteroclysis berfungsi untuk mendeteksi adanya obstruksi dan juga
untuk membedakan obstruksi parsial dan total. Cara ini berguna jika pada foto
polosabdomen memperlihatkan gambaran normal namun dengan klinis
menunjukkan adanya obstrusi atau juka penemuan oto polos abdomen tdak
spesifi. Dapat membedakan adhesi oleh karena metastase, tumor rekuren dan kerusakan
akibat radiasi. Enteroclysis memberikan nilai presiksi negative yang tinggi dan dapat
dilakukan dengan dua kontras. Barium merupakan kontras yang sering di gunakan, barium
sangat berguna dan aman untuk mendiagnosa obstruksi dimana tidak terjadi iskemia usus
maupun perforasi. Namun, penggunaan barium berhubungan dengan terjadinya peritonitis
dan penggunaannya harus dihindari bila dicurigai terjadi perforasi.
Gambar 2.11 Intususepsi (coiled-spring appearance).
14
Page 15
CT-Scan berfungsi untuk menentukan diagnosa dini atau obstruksi stragulasi dan
menyingkirkan penyebab akut abdomen lain terutama jika klinis dan temuan
radiologis lain tidak jelas. CT-scan juga dapat membedakan penyebab obstruksi intestinal,
seperti adhesi, hernia karena penyebab ekstrinsik dari neoplasma dan penyakit chorn kerena
penyebab intrinsik. Obstruksi ditandai dengan diametes usus halus sekitar 2,5 cm pada bagian
proksimal menjadi bagianyang kolaps dengan diameter sekitar 1 cm.
Temuan berupa zona transisi dengan dilatasi usus proksimal, dekompresi
usus bagian distal, kontras intralumen yang tak dapat melewati bagian obstruksi dankolon
yang mengandung sedikit cairan dan gas. CT scan juga dapat memberikan
gambaran adanya strangulasi dan obstruksi gelung tertutup. Obstruksi Gelung
t e r t u t up d i ke t a hu i m e l a lu i g am ba r a n d i l a t a s i b e n t uk U a t a u be n t uk C
a k i ba t distribusi radial vasa mesenteric yang berpusat pada tempat puntiran.
Gambar 2.12 CT Scan Ileus Obstruksi Akibat Intususepsi : tampak distensi usus
halusyang tidak diikuti dengan distensi kolon
Gambar 2.13 CT Scan Ileus Obstruktif akibat tumor mesenterium
15
Page 16
Gambar 2.14 Kehamilan dengan ileus obstruktif
Ultrasonografi dapat menberikan gambaran dan penyebab dari obstruksi
dengan melihat pergerakan dari usus halus. Pada pasien dengan ilues obtruksi,
USG dapat dengan jelas memperlihatkan usus yang distensi. USG dapat dengan
akurat menunjukkan lokasi dari usus yang distensi. Tidak seperti teknik radiologi yang lain,
USG dapat memperlihatkan peristaltic, hal ini dapat membedakan obstruksi mekanik dari
ileus paralitik. Pemeriksaan USG lebih murah da n m ud a h j i k a d ib a nd in gk a n
de n ga n CT - s c an , da n s p es i f i t a s ny a d i l a po rk an mencapai 100%.
Gambar 2.15 USG Abdomen tumor dinding epigastrium
16
Page 17
Gambar 2.16 USG Longitudinal dari abdomen bagian bawah menunjukkan
distensimultiple dari usus halus akibat invaginasi
7. PENATALAKSANAAN
A. Dekompresi
Pada pemberian resusitasi cairan intravena, hal lain yang juga penting
untuk dilakukan ialah pemasangan nasogastric tube. Pemasangan tube ini
bertujuan untuk mengosongkan lambung, mengurangi resiko terjadinya aspirasi pulmonal
karena muntah dan meminimalkan terjadinya distensi abdomen. Pasien dengan
obstruksi parsial dapat diterapi secara konservatif dengan resusitasi dan dekompresi saja.
Penyembuhan gejala tanpa terapi operatif dilaporkan sebesar 60 – 85% pada obstruksi parsial
B. Terapi Operatif
Secara umum, pasien dengan obstruksi intestinal komplit membutuhkan
terapioperatif. Pendekatan non – operatif pada beberapa pasien dengan obstruksi
intestinal komplit telah diusulkan, dengan alasan bahwa pemasangan tube intubasi yang
lama takakan menuimbulkan masalah yang didukung oleh tidak adanya tanda-tanda demam,
takikardia, nyeri tekan atau leukositosis. Namun harus disadari bahwa terapi non operatif ini
dilakulkan dengan berbagai resikonya seperti resiko terjadinya strangulasi pada
daerah obstruksi dan penundaan terapi pada strangulasi hingga setelah terjadinya injuryakan
menyebabkan intestinal menjadi ireversibel.
Koreksi sederhana (simple correction).
17
Page 18
Hal ini merupakan tindakan bedan sederhana untuk membebaskan usus dari
jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-stragulasi , jepitan oleh streng/adhesi
atau pada volvulus ringan.
Tindakan operatif by-pass.
Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang tersumbat,
misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya. Membuat fistula
entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca
stadium lanjut. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-
ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen ususm misalnya pada ca. Colon,
invaginasi stragulasi, dll.
5. KOMPLIKASI
Komplikasi pada pasien ileus obstruktif dapat meliputi gangguan keseimbangan dan
cairan serta iskemia dan perforasi usus yang dapat menebabkan peritonitis, sepsis, dan
kematian.
6. PROGNOSA
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan
operasidapat segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan
atau jika terjadistrangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan
mortalitas sampai sekitar 35%a ta u 40 %. P ro gn os i s ny a b a ik b i l a d i a gn os i s
da n t i nd ak a n d i l a ku ka n de n ga n c ep a t .
C. ILEUS PARALITIK
1. DEFINISI
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal / tidak mampu melakukan
kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan
akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan
obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.
Gerakan peristaltik merupakan suatu aktivitas otot polos usus yang terkoordinasi dengan baik diatur
oleh neuron inhibitory dan neuron exitatory dari sistim enteric motor neuron. Kontraksi otot polos
usus ini dipengaruhi dan dimodulasi oleh berbagai faktor seperti sistim saraf simpatik – parasimpatik,
neurotransmiter (adrenergik, kolinergik, serotonergik, dopaminergik, hormon intestinal, keseimbangan
elektrolit dan sebagainya. Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen. Keadaan
ini biasanya hanya berlangsung antara 24-72 jam. Beratnya ileus paralitik pasca operasi bergantung pada
lamanya operasi/narkosis, seringnya manipulasi usus dan lamanya usus berkontak dengan udara luar.
18
Page 19
Pencemaran peritoneum oleh asam lambung, isi kolon, enzim pankreas, darah, dan urin akan menimbulkan
paralisis usus. Kelainan retroperitoneal seperti hematoma retroperitoneal, terlebih lagi bila disertai fraktur
vertebra sering menimbulkan ileus paralitik yang berat. Demikian pula kelainan pada rongga dada seperti
pneumonia paru bagian bawah, empiema, dan infark miokard dapat disertai paralisis usus.
2. ETIOLOGI:
1. Neurologik:
Pasca operasi
Kerusakan medula spinalis
Keracunan timbal kolik ureter
Iritasi persarafan splanknikus
Pankreatitis
2. Metabolik
Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia)
Uremia
Komplikasi DM
Penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multipel
3. Obat-obatan
Narkotik
Antikolinergik
Katekolamin
Fenotiasin
Antihistamin
4. Infeksi
Pneumonia
Empiema
Urosepsis
Peritonitis
Infeksi sistemik berat lainnya
5. Iskemia usus
3. MANIFESTASI KLINIS
19
Page 20
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal distention), anoreksia, mual dan
obstipasi. Muntah mungkin ada mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu
dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan
perut kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum
pasien bervariasi dari ringan sampai berat bergantung pada penyakit yang mendasarinya, didapatkan adanya
distensi abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar
sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan
adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit primernya peritonitis,
manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran peritonitis.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa penyakit. Pemeriksaan yang penting
untuk dimintakan yaitu leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glucosa darah, dan amilase. Foto polos
abdomen sangat membantu menegak-kan diagnosis. Pada ileus paralitik akan ditemukan distensi lambung
usus halus dan usus besar memberikan gambaran herring bone, selain itu bila ditemukan air fluid level
biasanya berupa suatu gambaran line up (segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level pada ileus
obstruktif yang memberikn gambaran stepladder (seperti anak tangga).
Apabila dengan pemeriksaan foto polos abdomen masih meragukan adanya suatu obstruksi, dapat
dilakukan pemeriksaan foto abdomen dengan mempergunakan kontras kontras yang larut air. Pemeriksaan
penunjang lainnya yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin ( Hb, lekosit,hitung jenis dan
trombosit), elektrolit, BUN dan kreatinin, sakar darah, foto dada, EKG, bila diangap per lu dapat dilakukan,
ultrasonografi abdomen bahkan CT scan.
20
Page 21
Gambaran air fluid level yang panjang-panjang dan sejajar
5. PENTALAKSANAAN
Penatalaksanaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya berupa dekompresi,
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa atau penyakit primer dan pemberian nutrisi
yang adekuat. Beberapa obat-obatan jenis penyekat simpatik (simpatolitik) atau obat parasimpatomi-metik
pernah dicoba, ternyata hasilnya tidak konsisten. Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik
(bila perlu dipasang juga rectal tube). Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral
hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip pemberian nutrisi parenteral. Beberapa obat yang
dapat dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat untuk ileus paralitik
pasca-operasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan.
Neostigmin sering diberikan pada pasn ileus paralitik pasca operasi.
Untuk posisi radiologi ileus perlu diperhatikan beberapa hal :
1. Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di
proksimal daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri ikan
(Herring Bone Appearance). Gambaran ini didapat dari pengumpulan gas dalam
lumen usus yang melebar.
2. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis didapatkan adanya air fluid
level dan step ladder appearance.
3. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari air
fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada
ileus letak tinggi, sedangkan jika panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon.
Gambaran yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid
level.
21
Page 22
BAB III
KESIMPULAN
Ileus dibedakan menjadi beberapa macam, ileus obstruktif, ileus paralitik dan ileus
vaskuler, Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar. Penyebab
terbanyak dari Ileus adalah perlekatan atau adhesi,kemudian diikuti Hernia, keganasan, dan
Volvulus. Penegakan diagnosis pada illeus meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,dan
pemeriksaan penunjang, terdapat 4 gejala cardinal yang sering dijumpai yaitunyeri abdomen
(kolik abdomen), muntah, distensi dan konstipasi.
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takikardia, demam, nyeri tekan abdomen,
nyerilokal pada perut, dan distensi perut. Salah satu pemeriksaan penunjang pada illeus
22
Page 23
adalah pemeriksaan radiologi, gambaran radiologi berupa pengumpulan gas dalamlumen usus
yang melebar (dilatasi) dinding usus menebal membentuk gambaran heering bone appearance
dan terdapat gambaran Air fluid level.Prognosis dari ileus bervariasi tergantung pada
penyebab ileus itu sendiri,bila penyebab primer dari ileus cepat tertangani maka prognosis
menjadi lebihbaik. Prognosis ileus baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.
23