Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan untuk memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa yang tertuangdalam peraturan menteri tentang kepengawasan. Tuntutan tersebut salah satunya tentang kompetensi dalam memahami metode dan teknik dalam supervisi. Seorang supervisor adalah orang yang profesional ketika menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Guru adalah salah satu komponen sumber daya pendidikan memerlukan pelayanan supervisi. Pentingnya bantuan supervisi pendidikan terhadap guru berakar mendalam dalam kehidupan masyuarakat. Untuk menjalankan supervisi diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan dalam peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa, sebab yang diamatinya bukanmasalah kongkrit yang tampak, melainkan memerlukan kepekaan mata batin. Seorang supervisor membina peningkatan mutu akademik yang berhubungandengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik berupa aspek akademis, bukan masalah fisik material semata.Ketika supervisi dihadapkan pada kinerja 1
42

BAB I

Feb 01, 2016

Download

Documents

pitha

makalah pendidikan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan

untuk memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa yang

tertuangdalam peraturan menteri tentang kepengawasan. Tuntutan tersebut salah

satunya tentang kompetensi dalam memahami metode dan teknik dalam supervisi.

Seorang supervisor adalah orang yang profesional ketika menjalankan tugasnya, ia

bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Guru adalah salah satu komponen sumber daya pendidikan memerlukan

pelayanan supervisi. Pentingnya bantuan supervisi pendidikan terhadap guru berakar

mendalam dalam kehidupan masyuarakat. Untuk menjalankan supervisi diperlukan

kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan dalam peningkatan

mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar

menggunakan penglihatan mata biasa, sebab yang diamatinya bukanmasalah kongkrit

yang tampak, melainkan memerlukan kepekaan mata batin.

Seorang supervisor membina peningkatan mutu akademik yang

berhubungandengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik berupa aspek

akademis, bukan masalah fisik material semata.Ketika supervisi dihadapkan pada kinerja

dan pengawasan mutu pendidikan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki

misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Hal ini bertujuan untuk

memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dalam mengembangkan mutu

kelembagaan pendidikandan memfasilitasi kepala sekolah agar dapat melakukan

pengelolaan kelembagaan secaraefektif dan efisien.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini yaitu :

1.      Apakah pengertian supervisi pendidikan?

2.      Apa sajakah tujuan dan sasaran supervisi pendidikan?

3.      Bagaimanakah fungsi supervisi pendidikan?

4.      Apakah prinsip dasar supervisi?

1

Page 2: BAB I

5.      Apa sajakah tipe supervisi pendidikan?

6.      Apa sajakah tehnik-tehnik yang digunakan dalam supervisi pendidikan?

7.      Bagaimanakah peranan guru dalam pelaksanaan supervisi pendidikan?

8.      Bagaimanakah implementasi guru sebagai supervisor?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

1.      Untuk menjelaskan pengertian supervisi pendidikan.

2.      Untuk menjelaskan tujuan dan sasaran supervisi pendidikan.

3.      Menjelaskan fungsi supervisi.

4.      Untuk menjelaskan prinsip-prinsip supervisi pendidikan.

5.      Menjelaskan tipe-tipe supervisi pendidikan.

6.      Untuk menjelaskan tehnik-tehnik supervisi pendidikan.

7.      Guna menjelaskan peranan guru dalam pelaksanaan supervisi pendidikan.

8.      Untuk menjelaskan implementasi guru sebagai supervisor.

2

Page 3: BAB I

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Supervisi Pendidikan

Dilihat dari sudut etimologi “supervisi” berasal dari kata “super” dan “vision”

yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi supervisi pendidikan

dapat diartikan sebagai penglihatan dari atas. Melihat dalam hubungannya dengan

masalah supervisi dapat diartikan dengan menilik, mengontrol, atau mengawasi.

Supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar

mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-

mengajar yang lebih baik. Orang yang melakukan supervisi disebut dengan supervisor.

Dalam Dictionary of Education, Good Carter (1959) memberikan pengertian

bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru

dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi,

menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru, merevisi tujuan-tujuan

pendidikan, bahan pengajaran, metode, dan evaluasi pengajaran (Sahertian,2008: 17).

Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai

berikut :“Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning

situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang

lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan

situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an

envirovment).

Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan

ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar

dan belajar dan belajar pada khususnya.Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan.

Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata

usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru.

2.2. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan

A.    Tujuan supervisi pendidikan

Adapun tujuan supervisi pendidikan dapat dirinci sebagai berikut :

3

Page 4: BAB I

1.     Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.

2.     Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan

ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan.

3.     Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

sehingga berjalan lancar dan berhasil secara optimal.

4.      Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.

5.     Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan,

serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah sehingga dapat

dicegah kesalahan yang lebih jauh.

Menurut Mulyasa (2002) merumuskan tujuan supervisi sebagai bantuan dan

kemudahan yang diberikan pada guru untuk belajar bagaimana meningkatkan

kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar. Dengan supervise diharapkan

kegiatan belajar mengajar jadi lebih baik.

Sahertian (1981) mengemukakan tujuan supervisi adalah :

1)     membantu guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan

2)     membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid

3)    membantu guru dalam menggunakan sumber pengalaman belajar murid

4)     membantu guru dalam menggunakan metode dan alat pelajaran modern

5)     membantu guru dalam memenuhi kebutuhan murid

6)    membantu guru dalam menilai kemajuan murid dan hasil pekerjaan guru itu

sendiri

7)    membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam

rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka

8)     membantu guru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang

diperolehnya.

9)    membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap,

masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber masyarakat dan seterusnya.

10)  membantu guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya dalam

pembinaan sekolah.

4

Page 5: BAB I

B.     Sasaran supervisi pendidikan

Sasaran supervisi pendidikan ada dua yaitu :

a.      Secara umum sasarannya adalah proses pembelajaran peserta didik dengan tujuan

meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Karena itu supervisi pendidikan

menaruh perhatian utama pada upaya-upaya peningkatan provesionalitas guru

sehingga memiliki kemampuan:

1)      Merencanakan kegiatan pembelajaran,

2)      Melaksanakan pembelajaran,

3)      Menilai proses dan hasil pembelajaran,

4)      Memanfaatkan hasil penilaian

5)      Memberikan umpan balik,

6)      Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan,

7)      Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,

8)      Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu pembelajaran,

9)      Memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran yang tersedia,

10)  Mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, dan teknik),

11)  Melakukan penelitian praktis untuk perbaikan pembelajaran.

b.      Secara khusus dapat diklasifikasikan:

1)     Sasaran administratif (teknis administratif) misal perangkat pembelajaran,

meliputi administrasi personal, material, keuangan serta administrasi sarana dan

prasarana pendidikan.

2)     Sasaran edukatif (teknis edukatif) misal pelaksanaan pembelajaran, kegiatan

yang meliputi kurikulum, PBM dan evaluasi.

3)      Sasaran lembaga, yaitu ditujukan pada keseluruhan aktifitas sekolah.

2.3. Tugas dan Fungsi Supervisi Pendidikan

A.    Tugas Supervisi Pendidikan

Seorang supervisior dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya. Seorang pemimpin

pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor tampak jelas perannya. Sesuai dengan

pengertian hakiki supervisi, maka supervisi berperan atau bertugas memberi support

(supporting), membantu (assisting) dan mengikutsertakan (sharing).

Selain itu, seorang supervisior bertugas sebagai:

5

Page 6: BAB I

a) Koordinator.

b) Konsultan.

c) Pemimpin Kelompok.

d) Evaluator .

Tugas lain bagi seorang supervisi atau pengawas akademik, yakni mencakup hal-hal

berikut:

1)     Mengupayakan agar guru lebih bersungguh-sungguh dan bekerja lebih keras serta

bersemangat dalam mengajar.

2)     Mengupayakan agar sistem pengajaran ditata sedemikian rupa sehingga berlaku

prinsip belajar tuntas, yaitu guru harus berupaya agar murid benar-benar menguasai

apa yang telah diajarkan dan tidak begitu saja melanjutkan pengajaran ke tingkat

yang lebih tinggi jika murid Belum tuntas penguasaannya.

3)     Memberikan tekanan (pressure) terhadap guru untuk mencapai tujuan pengajarannya,

dengan disertai bantuan (support) yang memadai bagi keberhasilan tugasnya.

4)     Membuat kesepakatan dengan guru maupun dengan sekolah mengenai jenis dan

tingkatan dari target output yang harus mereka capai sehubungan dengan

keberhasilan pengajaran.

5)     Secara berkala melakukan pemantauan dan penilaian (assessment) terhdap

keberhasilan (efektifitas) mengajar guru, khususnya dalam kaitannya dengan

kesepakatan yang dibuat pada butir (4) di atas.

6)     Membuat persiapan dan perencanaan kerja dalam rangka pelaksanaan butir-butir di

atas, menyusun dokumentasi dan laporan bagi setiap kegiatan, serta mengembangkan

sistem pengelolaan data hasil pengawasan.

7)     Melakukan koordinasi serta membuat kesepakatan-kesepakatan yang diperlukan

dengan kepala sekolah, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan pemantauan

dan pengendalian efektifitas pengajaran serta hal yang berkenaan dengan akreditas

sekolah yang bersangkutan.

B.     Fungsi Supervisi Pendidikan

Secara umum fungsi supervisi adalah perbaikan pengajaran. Berikut ini berbagai

pendapat para tentang fungsi supervisi, di antaranya adalah:

6

Page 7: BAB I

a)      Ayer, Fred E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran

yang ada sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.

b)     Franseth Jane, menyatakan bahwa fungsi supervisi memberi bantuan terhadap

program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kualitas kehidupan

akan diperbaiki.

c)      W.H. Burton dan Leo J. Bruckner menjelaskan bahwa fungsi utama dari supervisi

modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal

belajar.

d)    Kimball Wiles, mengatakan bahwa fungsi supervisi ialah memperbaiki situasi

belajar anak-anak.

Usaha perbaikan merupakan proses yang kontinu sesuai dengan perubahan

masyarakat. Masyarakat selalu mengalami perubahan.Perubahan masyarakat membawa

pula konsekuensi dalam bidang pendidikan dan pengajaran.Suatu penemuan baru

mengakibatkan timbulnya dimensi-dimensi dan persepektif baru dalam bidang ilmu

penegetahuan.

Makin jauh pembahasan tentang supervisi makin nampak bahwa kunci supervisi

bukan hanya membicarakan perbaikan itu sendiri, melainkan supervisi yang diberikan

kepada guru-guru, menurut T.H. Briggs juga merupakan alat untuk mengkoordinasi,

menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru.

Dalam suatu analisa fungsi supervisi yang diberikan oleh swearingen, terdapat 8

fungsi supervisi, yakni:

1.      Mengkoordinasi Semua Usaha Sekolah.

Koordinasi yang baik diperlukan terhadap semua usaha sekolah untuk mengikuti

perkembangan sekolah yang makin bertambah luas dan usaha-usaha sekolah yang

makin menyebar, diantaranya:

a. Usaha tiap guru.

b. Usaha-usaha sekolah.

c. Usaha-usaha pertumbuhan jabatan.

2.      Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah

Yakni, melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki ketrampilan

dan kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah.

3.      Memperluas Pengalaman

7

Page 8: BAB I

Yakni, memberi pengalaman-pengalaman baru kepada anggota-anggota staf

sekolah, sehingga selalu anggota staf makin hari makin bertambah pengalaman dalam

hal mengajarnya.

4.      Menstimulasi Usaha-Usaha yang Kreatif

Yakni, kemampuan untuk menstimulir segala daya kreasi baik bagi anak-anak,

orang yang dipimpinnya dan bagi dirinya sendiri.

5.      Memberikan Fasilitas dan Penilaian yang Kontinu

Penilaian terhadap setiap usaha dan program sekolah misalnya, memiliki bahan-

bahan pengajaran, buku-buku pengajaran, perpustakaan, cara mengajar, kemajuan

murid-muridnya harus bersifat menyeluruh dan kontinyu.

6.      Menganalisa Situasi Belajar

Situasi belajar merupakan situasi dimana semua faktor yang memberi

kemungkinan bagi guru dalam memberi pengalaman belajar kepada murid untuk

mencapai tujuan pendidikan.

7.      Memberi Pengetahuan dan Ketrampilan pada Setiap Anggota Staf

Supervisi berfungsi memberi stimulus dan membantu guru agar mereka

memperkembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam belajar.

8.      Mengintegrasikan Tujuan dan Pembentukan Kemampuan

Fungsi supervisi di sini adalah membantu setiap individu, maupun kelompok agar

sadar akan nilai-nilai yang akan dicapai itu, memungkinkan penyadaran akan

kemampuan diri sendiri.

Fungsi supervior (pengawas) oleh karenanya menjadi penting, sebagaimana

tertuang dalam Kepmen PAN Nomor 118/1996 yang menyebutkan bahwa pengawas

diberikan tanggung jawab dan wewenag penuh untuk melaksanakan pengawasan

terhadap pelaksanaan pendidikan, penilaian dan pembinaan teknis serta administratif

pada satuan pendidikan.

2.4. Prinsip-prinsip Dasar Supervisi Pendidikan

Beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan supervisi klinis, adalah:

1.      Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, guru dengan

mahasiswa PPL adalah mitra kerja yang bersahabat dan penuh tanggung jawab.

8

Page 9: BAB I

2.      Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada data hasil

pengamatan.

3.      Bersifat interaktif, terbuka, obyektif dan tidak bersifat menyalahkan.

4.      Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama.

5.      Hasil tidak untuk disebarluaskan

6.      Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan tetap berada di

ruang lingkup pembelajaran.

7.      Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan (pengamatan) dan tahap siklus balikan.

Pancasila yang merupakan prinsip asasi merupakan landasan utama pelaksanaan tugas

sebagai supervisi. Selain delapan hal diatas prinsip supervise dapat digolongkan

menjadi 2 yaitu prinsip positif dan prinsip negative. Prinsip positif adalah prisip yang

patut diikuti oleh seorang supervisi, sedangkan prinsip negatif merupakan prinsip yang

sebaiknya dihindari.

1)      Prinsip positif

a)      Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif

b)      Supervisi bersifat kreatif dan konstruktif

c)      Supervisi harus scientific dan efekti

d)     Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guru

e)      Supervisi harus berdasarkan kenyataan

f)      Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru untuk

mengadakan self-evaluation

g)      Seorang supervisor tidak boleh bersifat otoriter

h)      Seorang supervisor tidak bolah mencari kesalahan guru-guru

2)      Prinsip Negatif

a.       Tidak otoriter

b.      Tidak berasas kekuasaan

c.       Tidak lepas dari tujuan pendidikan

d.      Bukan mencari kesalahan

e.       Tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil

9

Page 10: BAB I

2.5. Tipe-Tipe Supervisi Pendidikan

1.      Tipe Otokrat

Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang

otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai

“Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru.Supervisi ini dijalankan terutama

untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah

melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.

2.      Tipe Laisses Faire

Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan

diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire

para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar.

Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan

materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.

3.      Tipe Coersive

Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi.Sifatnya memaksakan

kehendaknya.Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak

cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan

berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus

demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang

bersifat awal.Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai

mengajar.Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang

disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.

4.      Tipe Training dan Guidance

Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan.Hal yang positif dari

supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan

dari kepala sekolah.Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada

guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi,

dilatih dan dibimbing oleh atasannya.

5.      Tipe Demokratis 

Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi

dan situasi yang khusus.Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang

10

Page 11: BAB I

memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau

warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.

2.6. Tehnik-Tehnik Supervisi Pendidikan

Teknik supervisi Pendidikan adalah atat  yang digunakan oleh supervisor untuk

mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan

pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi.  Dalam pelaksanaan supervisi

pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan

teknik – teknik dalam supervisi. Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh

supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara

kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan

cara tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala 2010 : 210).

Adapun teknik – teknik Supervisi adalah sebagai berikut  :

1.     Teknik Supervisi yang bersifat kelompok

Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik  supervisi yang dilaksanakan

dalam pembinaan guru secara  bersama – sama oleh supervisor dengan sejumlah guru

dalam satu kelompok (Sahertian 2008 : 86).  Teknik Supervisi yang bersifat kelompok

antara lain : (Sagala 2010 : 210 - 227)

a.       Pertemuan Orientasi bagi guru baru.

Pertemuan orientasi adalah pertemuan anatar supervisor dengan supervise

(Terutama guru baru) yang bertujuan menghantar supervisee memasuki suasana kerja

yang baru dikutip menurut pendapat Sagala (2010 : 210) dan Sahertian (2008 : 86).

Sistem kerja yang berlaku di sekolah itu.

b.      Rapat guru

Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang dilakukan

untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan profesi

guru. (Pidarta 2009 : 71).

c.       Studi kelompok antar guru

Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah

guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti MIPA, Bahasa, IPS dan

sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor agar kegiatan dimaksud tidak berubah

11

Page 12: BAB I

menjadi ngobrol hal – hal yang tidak ada kaitannya dengan materi. Topik yang akan

dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu.

d.      Diskusi

Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan tentang

suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi merupakan salah satu

teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk mengembangkan berbagai

ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi berbagai masalah atau kesulitan

dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu dengan yang lain. Melalui teknik ini

supervisor  dapat membantu para guru untuk saling mengetahui, memahami, atau

mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama – sama akan berusaha mencari

alternatif pemecahan masalah tersebut (Sagala 2010 : 213). 

e.       Workshop 

Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah

pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja secara

kelompok.

f.       Tukar menukar pengalaman Tukar menukar pengalaman “Sharing of Experince”

suatu teknik perjumpaan dimana guru menyampaikan pengalaman masing-masing

dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diajarkan, saling memberi dan

menerima tanggapan dan saling belajar satu dengan yang lain.

2.      Teknik Individual dalam Supervisi 

Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala (2010 : 216) adalah

teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi – pribadi guru

guna peningkatan kualitas pengajaran disekolah. Teknik – teknik individual dalam

pelaksanaan supervisi antara lain :

a.       Teknik Kunjungan kelas

Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik kunjungan yang dilakukan supervisor ke

dalam satu kelas pada saat guru sedang mengajar dengan tujuan untuk membantu guru

menghadapi masalah/kesulitan mengajar selama melaksanakan kegiatan pembelajaran.

b.      Teknik Observasi Kelas

Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor mengobservasi

kelas dengan tujuan untuk memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi proses

12

Page 13: BAB I

belajar mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisor melakukan pembinaan terhadap

guru yang diobservasi.

c.       Percakapan Pribadi 

 Percakapan pribadi merupakan Dialog yang dilakukan oleh guru dan supervisornya,

yang membahas tentang keluhan – keluhan atau kekurangan yang dikeluarkan oleh guru

dalam bidang mengajar, di mana di sini supervisor dapat memberikan jalan keluarnya.

Dalam percakapan ini supervisor berusaha menyadarkan guru akan kelebihan dan

kekurangannya.

d.      Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain)

 Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan menyuruh

beberapa orang guru untuk mengunjungi sekolah – sekolah yang ternama dan maju

dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat – kiat yang telah diambil sampai seekolah

tersebut maju.

e.       Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar.  

Teknik pelaksanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek – aspek belajar mengajar.

Dalam usaha memberikan pelayanan profesional kepada guru, supervisor pendidikan

akan menaruh perhatian terhadap aspek – aspek proses belajar mengajar sehingga

diperoleh hasil yang efektif. supervisor harus mempunyai kemampuan menyeleksi

berbagai sumber materi yang digunakan guru untuk mengajar.

f.       Menilai diri sendiri

Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat

memberikan nilai tambah pada hubungan guru dan supervisor tersebut,yang akhirnya

akan memberikan nilai positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik. Menilai diri

sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru, karena suatu pengukuran terbalik

karena selama ini guru hanya menilai murid-muridnya.

2.7. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Supervisi Pendidikan

Seperti telah dikemukakan, supervisi pendidikan bertujuan utnuk membantu guru

dalam memperbaiki proses belajar mengajar melaluyi peningkatan kompetensi guru itu

sendiri dalam melaksanakan tugas profesional mengajarnya. Seperti juga berlaku untuk

segala kegiatan, usaha bantuan ini tidak akan berhasil apabila tidak ada keinginan untuk

bekerjasama dan tidak ada sikap kooperatif baik dari yang dibantu yaitu guru sendiri

13

Page 14: BAB I

maupun supervisor. Dengan demikian peranan guru terhadap berhasil tidaknya program

supervisi ini adalah sngat besar. Peranan guru dalam supervisi secara lebih rinci dapat

ditelusuri dari proses pelaksanaan supervisi itu sendiri.

Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai

secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervise juga harus guru kuasai

dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi

lebih baik .Meskipun tujuan akhir dari pemberian supervisi adalah tertuju pada hasil

belajar siswa, namun yang diutamakan adalah bantuan kepada guru.Karena guru adalah

pelaksana pendidikan

2.8. Implementasi Guru sebagai Supervisor

1.        Guru Sebagai Contoh

Dalam The Professional Teacher, Norlander-Case, Reagen, dan Charles Case 

mengungkapkan bahwa tugas mengajar merupakan profesi moral yang mesti dimiliki

oleh seorang guru. Senada dengan prinsip tersebut, Zakiah Darajat menyatakan bahwa

persyaratan seorang guru di samping harus memiliki kedalaman ilmu pengetahuan, ia

juga bahkan mesti seorang yang bertakwa kepada Allah dan mempunyai akhlak atau

berkelakuan baik.

Hal ini berarti bahwa syarat krusial bagi seorang guru adalah kepribadiannya yang

luhur, mulia, dan bermoral sehingga mampu menjadi cermin yang memantulkan semua

akhlak mulia tersebut bagi seluruh murid-muridnya. Dengan kata lain, seorang guru

yang berkepribadian mulia adalah seorang guru yang mampu memberi keteladanan bagi

murid-muridnya.

Sebab, secara sederhana mudah dipahami bahwa guru yang tidak bertakwa sangat

sulit atau tidak mungkin bisa mendidik murid-muridnya menjelma orang-orang yang

bertakwa kepada Allah. Begitu pula para guru yang tidak memiliki akhlak yang mulia

atau budi pekerti yang luhur tidak akan mungkin mampu mendidik siswa-siswa mereka

menjadi orang-orang yang berakhlak mulia.

Guru sebagai contoh bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian

utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh aspek kehidupannya.

Dalam paradigma sebagian pakar pendidikan, kepribadian seorang guru tersebut

meliputi:

14

Page 15: BAB I

  kemampuan mengembangkan kepribadian

  kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara arif bijaksana

  kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.

Kompetensi kepribadian terkait pula dengan penampilan sosok guru sebagai

individu yang mempunyai kedisiplinan, berpenampilan baik, bertanggungjawab,

memiliki komitmen, dan menjadi teladan.

Menjadi seorang guru yang mampu memberi contoh mengartikan bahwa jabatan

guru sebagai pilihan utama yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam.

2.     Guru sebagai Proses Sharing Of Ideas

Guru sebagai Sharing of ideas mengartikan bahwa guru mempunyai bagian dalam

membicarakan pandangan ke depan tentang kemajuan sekolah. Misalnya dalam

penentuan metode mengajar yang cocok, media yang digunakan, dan semua unsure

dalam menunjang proses belajar.

3.     Guru Dalam Merancang Supervisi Klinis

Johan J. Bolla ( 1985 : 19 ) mengatakan bahwa,  supervisiklinis adalah suatu proses

bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru dalam

pelaksanaan proses pemelajaran. Bimbingan diarahkan pada upaya pemberdayaan guru

dalam menguasai aspek teknis pemelajaran. Dengan bimbingan tersebut diharapkan

terjadi peningkatan kualitas pemelajaran.

             Pelaksanaan supervisiklinis menuntut perobahan paradigma guru dan

supervisor. Supervisi dilakukan bukan dalam kontek mencari kesalahan dan kelemahan

guru yang di supervisi. Antara guru yang disupervisi dengan supervisor adalah mitra

sejajar, bukan merupakan hubungan antara bawahan dan atasan dan atau hubungan

antara guru dengan murid. Secara kemitraan keduanya menganalisis proses pemelajaran

yang telah dirancang dan disepakati, kemudian dicarikan alternatif pemecahan

permasalah yang ditemui dalam proses pemelajaran tersebut agar dapat ditingkatkan

kualitasnya.

15

Page 16: BAB I

2.9 Supervisi Pendidikan Dalam Manajemen

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) mulai dipopulerkan sejak tahun 1994-an.

Dan dicobakan di Indonesia sejak tahun 1998. Konsep manajemen berbasis sekolah

pada prakteknya menggambarkan sifat-sifat otonomi sekolah, dan karenanya sering pula

disebut sebagai Site-Based Management  yang merujuk pada perlunya memperhatikan

kondisi dan potensi kelembagaan setempat dalam mengelola sekolah (Djam’an, 2001).

Dalam pelaksanaannya, MBS banyak diterjemahkan seperti juga implementasi

otonomi daera. Penafsiran yang menterjemahkan MBS sebagai suatu aktivitas

pengelolaan semua kebijakan-kebijakan pendidikan dan operasional sekolah dengan

tidak melibatkan pihak lain. Sekolah bebas menentukan standar mutu, kurikulum dan

kebijakan lainnya. Padahal, esensi dari MBS adalah meningkatkan penampilan sekolah

dalam rangka melakukan operasionalisasi pelayanan pendidikan dan proses produksi

lulusan dengan mengupayakan performansi tinggi dan keterlibatan penuh semua

personal sekolah. Jadi, dalam hal ini sekolah merupakan operator kebijakan pendidikan

nasional yang independen, bebas berkreasi sesuai dengan karakter lembaga masing-

masing.

Gagasan MBS mengarah kepada praktek otonomi pengelolaan sekolah

(Djam’an, 2001:1). Dalam hal ini, MBS bersinergi dengan kebijakan pemerintah

mengenai otonomi daerah (UU No.22 tahun 1999). Masyarakat dan pihak sekolah

memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengelola pelayanan pendidikan di tingkat

sekolah dengan mengacu kepada kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah. Dalam konteks MBS, sekolah dituntut untuk kreatuf mencari pola kerja

yang efektif dan berusaha mencapai tujuan pendidikan.

System budget oriented yang selama ini diterapkan dalam mengelola kegiatan

sekolah diganti menjadi  program oriented. Sekolah mengajukan program-program

pendidikan ke pemerintah, kemudian melalui suatu mekanisme tertentu pemerintah

membiayai program-program yang diusulkan sekolah. Sekolah-sekolah berkompetisi

untuk membuat program-program unggulan dalam rangka meningkatkan

produktivitasnya.

Supervisor harus mengupayakan kondisi sekolah berkinerja tinggi dengan

melibatkan semua unsure yang terkait secara optimal. Peran supervisor adalah sebagai

katalisator dan fasilitator pemberdayaan sekolah sebagai pusat pembuatan keputusan

16

Page 17: BAB I

pendidikan. Ia hanya memberikan layanan bimbingan dan pencipta lingkungan yang

dibutuhkan untuk kesuksesan MBS, yang menjadi actor utama adalah kepala sekolah.

Kepala sekolah diharapkan mampu mendorong warga sekolah untuk mandiri,

merancang dan mengelola kebutuhannya sendiri secara sistematis dan rasional.

Dalam SBM, ada beberapa sumber penting yang bias digunakan oleh para

pengelola yang seharusnya diperhatikan oleh supervise dalam menerapkan pendekatan

SBM, yaitu kekuasaan, informasi, pengetahuan dan keterampilan, dan imbalan. Dengan

bekal informasi, pengetahuan dan keterampilan, kekuasaan, dan kemampuan

memotivasi, supervisor diharapkan mampu mendorong tingkat perlibatan pihak yang

terkait dengan sekolah dalam penyelenggaraan manajemen sekolah (Albers, 1994).

Ditinjau dalam pendekatan sekolah efektif, seorang supervisor harus mampu

mengoptimalkan peran kepemimpinan yang tersebar di dalam hierarkis sekolah. Peran

kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap efektivitas pencapaian tujuan manajemen

pendidikan. Sebagai konduktir, motivator, dan coordinator, pemimpin sekolah perlu

memiliki peran kepemimpinan yang jelas. Selain itu, supervisor harus mampu

mendorong harapan kinerja siswa menjadi lebih tinggi. Upaya peningkatan kinerja

siswa harus dirancang dan difasilitasi oleh supervisor. Dengan menetapkan standar yang

jelas, mengidentifikasi sarana/ prasarana yang tepat maka upaya tersebut bias efektif

dicapai.

Dalam konsep SBM, sumber-sumber daya yang mendukung efektivitas

implementasi SBM perlu supervisor petakan secara adil di pihak sekolah dan

pemerintah daerah/ masyarakat sekitar. Pihak sekolah dan masyarakat/ Pemda harus

bersama-sama memiliki kekuasaan atas pencapaian tujuan pendidikan yang seimbang

dan proporsional. Dalam struktur kerja, mereka duduk satu meja, berhubungan sebagai

partner kerja. Dalam konteks ini, supervisor juga harus menumbuhkembangkan suasana

demokratisasi di antara pemerintah dan sekolah. Supervisor harus mampu

mendelegasikan kekuasaan dan kewenangannya secara lengkap dan benar kepada

masing-masing pihak untuk mampu membuat keputusan yang berkaitan dengan

operasionalisasi pendidikan.

Untuk menjamin kesuksesan implementasi SBM, supervisor harus mampu

menciptakan suatu kondisi di mana masing-masing pihak memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang relevan serta proporsional sesuai dengan tugas dan fungsinya.

17

Page 18: BAB I

Menghindari suatu kondisi yang tidak harmonis yang disebabkan karena ada salah satu

pihak yang merasa lebih kompeten, lebih tahu dan menganggap pihak lain lebih tidak

memahami permasalahan. Dalam kondisi ini, peran supervisor sebagai Pembina

kemampuan profesional sangat diperlukan.

Dengan itu, jalinan keterlibatan masyarakat/ Pemda dalam proses pengelolaan

pendidikan akan bersinergi dengan proses pengelolaan pendidikan yang dilakukan

sekolah. Mereka akan merasa saling memiliki sekolah, merasa bertanggung jawab,

saling mengisi dalam mengelola pendidikan.

A. Peran Supervisi Dalam Evaluasi Program Pendidikan

Sesuai dengan fungsi evaluasi, proses supervisi meliputi penelitian, penilaian

perbaikan dan peningkatan (Ametembun, 1981:25) atas upaya pendidikan yang

dilaksanakan. Hasil evaluasi akan menunjukkan efektif atau efisiensinya suatu program

pendidikan.

Tujuan pendidikan beserta kebijakan-kebijakan penyertanya merupakan acuan

dari proses evaluasi yang dilaksanakan. Dalam hal ini, kegiatan supervise akan

melakukan pengamatan terhadap aktivitas yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan

serta dikomparasikan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Proses supervise merupakan

suatu siklus evaluasi. Dalam siklusnya Guthrie & Reed (1991: 259), planning-bud-

getting-evaluation cycle memperlihatkan keterkaitan amatan proses penyelenggaraan

program pendidikan dalam situasi sebelum, sedang, dan telah dilaksanakan.

Dampak evaluasi akan berpengaruh pada perencanaan dan pelaksanaan. Proses it

uterus berlangsung secara silkuler. Dalam hal ini, upaya menjamin tujuan tercapai

secara efektif dan efisien dilakukan dengan melakukan evaluasi di tataran konseptual

(perncanaa) dan praktis (pelaksanaan). Dalam kajian Total Quality Management

(Manajemen Mutu Terpadu), proses evaluasi selayaknya dilakukan pada komponen

input, proses transformasi, linkungan, dan output. Jika inputnya, lingkungan, dan proses

transformasinya terawasu serta terjamin maka dengan sendirinya output yang dihasilkan

juga akan baik.

Dalam aktivitas mengevaluasi, ada tiga kegiatan besar yang biasanya dilakukan

supervisor, yaitu :

1.     Identifikasi tujuan evaluasi

18

Page 19: BAB I

2.     Penyusunan desain dan metodologi evaluasi

3.     Pengukuran

Dalam melakukan evaluasi, supervisor tidak hanya sebagai evaluator program

yang hanya memberikan rekomendasi kepada policy maker untuk membuat suatu

keputusan, tetapi juga berperan sebagai pembuat keputusan dan pelaksana putusan.

Supervisor harus bertanggung jawab terhadap kontinyuitas program yang sedang

berlangsung juga mutu produknya. Ada beberapa teknik evaluasi program yang

biasanya dipakai oleh supervisor dalam rangka mencari bahan mentah untuk tindak

lanjut, yaitu dengan tes, observasi, laporan diri, evaluasi diri dan teman sejawat.

Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh oleh supervisor dalam melaksanakan

proses evaluasi, yaitu :

1.     Komprehensif, evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh.

2.     Kooperatif, untuk mendapatkan informasi yang lengkap diperlukan kerja sama

antara subjek evaluasi dan objek evaluasi. Evaluasi yang kooperatif

mengindikasikan adanya kesepakatan di antara kedua belah pihak betapa

pentingnya proses eveluasi tersebut.

3.     Kontinyu dan relevan dengan kurikulum. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga

kualitas proses pencapaian tujuan pendidikan senantiasa bias terus diupayakan

dalam kondisi prima dan berkualitas.

4.     Objektif, tidak terpengaruh dengan hal-hal yang bias mengkaburkan

pengukuran dan penilaian.

5.     Humanis, supervisor harus memperlakukan subjek yang diteliti secara

manusiawi, menghargai subjek sebagai individu. Proses evaluasi yang dinamis

akan mengungkap semua masalah yang berkaitan dengan operasionalisasi

pencapaian tujuan pendidikan.

6.     Aman, proses evaluasi yang dilakukan hendaknya menjaga privasi individu.

Semua data yang bersifat rahasia sebaiknya tidak diekspos ke khalayak karena

akan berakibat buruk terhadap kinerja juga hubungan dengan manusia yang

berujung dengan menurunnya produktifitas lembaga.

19

Page 20: BAB I

Aspek-aspek yang dievaluasi oleh seorang supervisor meliputi tiga hal yaitu :

1.     Personel

Aspek yang dievaluasi mengacu pada kemampuan professional, dimensi social,

dan individual. Ketiga hal itu merupakan unsure pokok dalam produktivitas

personel. Bagaimanapun, kemampuan profesi, interaksi social, dan kualitas

pribadi akan menentukan baik buruknya kinerja seorang guru.

2.     Material

Aspek material berkaitan dengan evaluasi substansi bahan ajar dan variabel

pendukungnya, misalnya alat-alat pendidikan.

3.     Operasional

Aspek operasional berkaitan dengan implementasi proses belajar mengajar di

kelas. Supervisor menilai dan menindaklanjuti kegiatan belajar mengajar yang

diselenggarakan oleh guru. Bagaimana meningkatkan kemampuan didaktik

metodik, memperbaiki iklim, motivasi, dan evaluasi hasil merupakan tujuan dari

evaluasi aspek operasional.

2.10 Administrasi Dalam Supervisi Pendidikan

Administrasi pendidikan sebagai ilmu mempunyai karakteristik tersendiri yang

berbeda dengan ilmu administrasi lain. Perbedaan administrasi pendidikan dan

administrasi lain adalah terletak pada prinsip-prinsip operasionalnya, dan bukan pada

prinsip-prinsip umumnya. Dengan demikian, meskipun untuk memahami administrasi

pendidikan diperlukan pemahaman atau penguasaan administrasi umum, tidak berarti

bahwa pengetahuan administrasi dapat diterapkan didalam administrasi pendidikan

karena prinsip operasionalnya berbeda.

Konsep administrasi mempunyai pengertian yang luas sebagaimana dapat

dijelaskan seperti berikut ini :

1.  Mempunyai pengertian sama dengan manajemen yang berusaha

mempengaruhi dan menyuruh orang agar bekerja secara produktif;

2.  Memanfaatkan manusia, material, uang, metode secara terpadu guna

mencapai tujuan institusional;

20

Page 21: BAB I

3.   Mencapai suatu tujuan melalui orang lain; fungsi eksekutif pemerintah dan

memanfaatkan system kerja sama interaktif yang efektif dan efesien

(Daryanto, 2006 : 1) dalam buku  (Herabudin, 2009 : 19) .

Dapat dipahami dari penjelasan diatas bahwa administrasi itu merupakan

pelayanan terhadap semua kebutuhan institusional dengan cara efektif dan efesien dan

administrsi sebagai salah satu komponen dari system yang subsistemnya saling

berkaitan satu dengan yang lainnya, karena administrasi adalah aktivitas-aktivitas

untuk mencapai suatu tujuan atau proses penyelenggaraan kerja untuk mencapai suatu

tujuan yang telah ditetapkan. 

Terdapat beberapa istilah yang mempunyai kesamaan pengertian  dasarnya

yaitu kontrol, pengawasan, pembinaan, inspeksi. Bidang pendidikan inspeksi pada

masa kolonial. Tetapi sekarang menggunakan supervisi atau pembinaan, yang lebih

demokratis.

Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat tentang supervisi pada bidang

pendidikan :

1.   NA. Ametembun dalam supervisi pendidikan. Supervisi pendidikan  adalah

pembinaan kearah perbaikan situasi pendidikan. Pembinaan bermaksud berupa

bimbingan atau tuntutan kearah situasi pendidikan termasuk pengajaran pada

umumnya, dan peningkatan mutu mengajar belajar pada umumnya.

2.  Kimball Wiles. Dalam Supervision for Better School, “supervision is assistance

in the development  of a better teaching learning situation”.

3.   Harold P. Adams dan Frank G. Dickey, dalam Basic principle of supervision

“Supervision is a service particulary concerned with contruction and its

improvement. It is directly concerned with teaching and learning and with the

factor included in and related in these process-teachers-pupil-cuririculum,

materials of the situation”.

4.  Thomas H Briggs and Joseph Justman dalam Improving instruction through

supervision “Supervision is the systematic and continuous effort to encourage

and direct self, activated growth that the teacher is in creasingly more

effective in contributing to the achievement of the recognized objectives of

education with pupil under his responsibility”.

21

Page 22: BAB I

5.   Drs. M. Ngalim Purwanto, dalam Administrasi Pendidikan “Supervisi adalah

suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan

pegawai lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif”.

Dalam lima pendapat diatas dapat di analisis agar kita memahami pengertian

supervisi pendidikan dengan cara mengetahui  unsur-unsur penting didalamnya. Unsur-

unsur penting tersebut adalah sebagai berikut :

a.  Aktivitas pembinaan yang direncanakan

b.  Perbaikan situasi pengajaran (belajar-mengajar)

c.   Mengefektifkan para guru, pegawai sekolah, dan sumber material lainnya

d.   Pencapaian tujuan pendidikan lebih efektif dan efesien.

Dengan adanya unsur-unsur penting tersebut dapat menjadi sebuah pengertian

supervise pendidikan yaitu supervise pendidikan itu adalah pembinaan yang

direncanakan dalam perbaikan situasi pengajaran dengan lebih meningkatkan

pendayagunaan sumber personel dan material dalam pencapaian tujuan tujuan

pendidikan secara lebih efektif dan efesien.

Maksud dari pembinaan yaitu memberikan bimbingan dan latihan bagi guru dan

pegawai untuk meningkatkan kemampuan dalam tugas yang di embannya, agar

supervise pendidikan itu mengarah perbaikan dalam pengajaran yang baik dan

terjaminnya dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.

Administrasi supervisi pendidikan merupakan pembinaan yang direncanakan

bagi personel dalam proses kerjasama di bidang pendidikan dan peningkatan sumber 

daya material dalam rangka perbaikan situasi pengajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan lebih efektif dan efesien.

A.  Hubungan Administrasi dengan Supervisi Pendidikan

Administrasi dan supervisi itu tidak dapat dipisahkan, karena administrasi dan

supervise saling berkaitan ataupun mempunyai hubungan yang sangat erat. Seperti

pengertian administrasi dan supervisi yang telah disebutkan diatas bahwa keduanya

merupakan pembinaan yang direncanakan bagi personel dalam proses kerja sama

dibidang pendidikan dan peningkatan sumber daya material dalam rangka perbaikan

situasi pengajaran agar tercapainya suatu tujan pendidikan yang efektif dan efesien, 

namun dalam hal-hal tertentu keduanya dapat dibedakan.

22

Page 23: BAB I

1.   Kegiatan administrasi didasarkan kepada kekuasaan, sedangkan supervise

didasarkan pelayanan bimbingan dan pembinaan;

2.   Tugas administrasi meliputi keseluruhan bidang tugas disekiolah, termasuk

manajement sekolah, sedangkan supervise adalah sebagian dari tugas dari

pengarahan (directing), satu segi manajement sekolah;

3.   Administrasi bertugas menyediakan semua kondisi yang diperlukan untuk

pelaksanaan program pendidikan, sedanagkan supervise menggunakan

kondisi-kondisi yang telah disediakan itu untuk peningkatan mutu belajar

mengajar.

Hal diatas merupakan perbedaan antara administrasi dan supervise, namun

keduanya saling berkaitan dan tak terlepaskan juga mempunyai tujuan untuk mencapai

pendidikan yang lebih baik.Selain itu juga disini ada dibahas sedikit tentang bagaimana

cara-cara melaksanakan supervise, dimana seorang pemimpin tidak sama dengan

pemimpin yang lain, hal ini juga tergantung pada tipe atau corak kepemimpinannya.

Seorang  otoriter menjalankan supervise untuk mengetahui kesalahan-kesalahan

petugas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu menjalankan peraturan dan intruksi yang

diberikan oleh pusat (atasan) kepada bawahannya. Supervisi dijalankan dengan

sekonyong-sekonyong tanpa sepengetahuan petugas yang diawasi, seolah-seolah

supervisor bertugas sebagai reseriser yang mengintai untuk menemukan pelanggaran.

Suasana antar kariyawan sekolah dibawah pimpinan diktatoris seperti tersebut adalah

tertekan, tegang, kegembiraan bekerja tidak ada sama sekali, karena ada juga kepala

sekolah atau pemimpin yang bercorak leissez faire atau pemimpin yang masa bodoh,

tidak mau tahu, acu tidak acu dalam menjalankan pengawasan.

Kehidupan sekolah semacam itu mudah timbul kesimpang siura, perselisihan,

karena semua karyawan menjalankan tugas menurut kebijaksanaan dan kepentingan

masing-masing, yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Situasi buruk makin

lam semakin menjadi, sehingga akhirnya tidak teratasi lagi. Pemimpin seperti ini tidak

memiliki sikap kepemimpinan yang baik dan tidak pantas menjadi pemimpin sekolah,

karena dapat merusak tunas bangsa muda yang seharusnya melanjutkan untuk

kedepannya agar yang lebih baik tapi malah sebaliknya yang ada adalah kehancuran.

Kemudian kepala sekolah atau pemimpin yang bercorak demokratis

menjalankan pengawasan menurut program kerja tertentu. Dalam rapat sekolah sudah

23

Page 24: BAB I

ditentukan organisasi pembagian tugas, sebagai tempat ikut berpartisipasi menurut

kecakapan masing-masing, koordinasi serta komunikasi, program dan pengarahan kerja

dan sebagainya. [6] Dengan demikian semua karyawan dapat menjalankan tugasnya

dengan baik sesuai tugas yang diembanya dan yang tidak bertentangan satu sama yang

lainnya. Tetapi dapat saling membantu, agar tercapainya atau terwujudnya pendidikan

sesuai pengawasan yang dijalankan dan sesuai dengan program kerjanya.

Hal tersebut dapat tercapai karena adanya kerja sama antara pemimpin atau

kepala sekolah dengan karyawan-karyawan yang ada disekolah berusaha untuk

menghilangkan hal-hal yang negative yang menghambat lancarnya jalan kehidupan

sekolah, serta bersama-sama mendapatkan metode-metode bekerja gotong royong yang

efesien, produktif sesuai dengan kondisi setempat.

Dan ada juga hal lain yang dapat menghambat lancarnya kehidupan sekolah

seperti adanya paerbedaan pendapat, perselisihan yang timbul dicarikan pemecahannya

dengan cara musyawarah. Kekeliriuan cara bekerja segera diketahui, sehingga tidak

mejadi berlarut-larut dan guru yang kurang bersemangat dipimpindan diisyaratkan

untuk menjalankan tugasnya denagan baik. Pengawasan secara demokratis yang

memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1.   Pengawasan dijalankan secara gotong royong atau koperatif, tidak disatu

tangan saja, yaitu khususnya bagi kepala sekolah;

2.   Pengawasan dijalankan terangan-terangan, diketahui oleh semua petugas yaitu

guru-guru, tidak secara sembunyi-sembunyi;

3.   Pengawasan dijalankan secara berkelanjutan dan bersifat tut wuri handayani

(bersifat pembimbing).

Yang dapat mengatasi masalah-masalah yang menghambat lancarnya

kehidupan sekolah adalah seorang kepala sekolah atau pemimpin yang mempunyai

kualifikasi kepemimpinan yang memadai, terutama kebijaksanaan dan kewibawaan

yang luar biasa.

24

Page 25: BAB I

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dalam penulisan makalah ini adalah :

1.     Serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan

profesional yangdiberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan

pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar.

2.     Menurut Mulyasa (2002) merumuskan tujuan supervisi sebagai bantuan dan

kemudahan yang diberikan pada guru untuk belajar bagaimana meningkatkan

kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar.

3.     Secara umum sasarannya adalah proses pembelajaran peserta didik dengan tujuan

meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Secara khusus dapat

diklasifikasikan: Sasaran administratif (teknis administratif) misal perangkat

pembelajaran, meliputi administrasi personal, material, keuangan serta administrasi

sarana dan prasarana pendidikan; Sasaran edukatif (teknis edukatif) misal

pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang meliputi kurikulum, PBM dan evaluasi;

dan Sasaran lembaga, yaitu ditujukan pada keseluruhan aktifitas sekolah.

4.      Seorang supervisior dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya. Seorang pemimpin

pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor tampak jelas perannya. Sesuai dengan

pengertian hakiki supervisi, maka supervisi berperan atau bertugas memberi support

(supporting), membantu (assisting) dan mengikutsertakan (sharing). Secara umum

fungsi supervisi adalah perbaikan pengajaran.

5.     Pancasila yang merupakan prinsip asasi merupakan landasan utama pelaksanaan

tugas sebagai supervisi. Selain delapan hal diatas prinsip supervise dapat

digolongkan menjadi 2 yaitu prinsip positif dan prinsip negative. Prinsip positif

adalah prisip yang patut diikuti oleh seorang supervisi, sedangkan prinsip negatif

merupakan prinsip yang sebaiknya dihindari.

6.      Tipe-tipe Supervisi pendidikan : Tipe Otokrat, Tipe Laisses Faire, Tipe Coersive,

Tipe Training dan Guidance, dan Tipe Demokratis 

7.      Tehnik-tehnik supervisi secara umum yaitu tehnik supervisi yang bersifat kelompok

dan tehnik supervisi bersifat individual.

25

Page 26: BAB I

8.      Implementasi guru sebagai supervisor yaitu guru sebagai contoh, guru sebagai

proses sharing of ideas, dan guru dalam merancang supervisi klinis.

9. Untuk memahami administrasi pendidikan diperlukan pemahaman atau penguasaan

administrasi umum, tidak berarti bahwa pengetahuan administrasi dapat diterapkan

didalam administrasi pendidikan karena prinsip operasionalnya berbeda.

10. Administrasi dan supervisi itu tidak dapat dipisahkan, karena administrasi dan

supervise saling berkaitan ataupun mempunyai hubungan yang sangat erat. Seperti

pengertian administrasi dan supervisi yang telah disebutkan diatas bahwa keduanya

merupakan pembinaan yang direncanakan bagi personel dalam proses kerja sama

dibidang pendidikan dan peningkatan sumber daya material dalam rangka perbaikan

situasi pengajaran agar tercapainya suatu tujan pendidikan yang efektif dan efesien, 

namun dalam hal-hal tertentu keduanya dapat dibedakan.

3.2. Saran

Tujuan supervisi harus dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak. Supervisi

harus terencana dengan baik, membangun dan demokratis. Selain itu, Guru harus diberi

informasi tentang tujuan supervisi.

26

Page 27: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

http://yukkawan.blogspot.com/2013/07/makalah-supervisi-pendidikan.html

http://yukkawan.blogspot.com/2013/07/makalah-supervisi-pendidikan.html

27