Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Survey Dermografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indonesia sebesar 359 kematian / 100.000 kelahiran hidup. Rata- rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang menca pai 228 kematian / 100.000 kelahiran hidup. Sementara target yang ingin dicapai sesuai tujuan MDGs ( Millenium Development Goals ) pada tahun 2015 AKI (Angka Kematian Ibu) turun menjadi 102 kematian/ 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Dengan kata lain, 1.400
66

BAB I

Jan 04, 2016

Download

Documents

Ali Fariki

ba
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Survey Dermografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012 AKI di Indonesia sebesar 359 kematian / 100.000 kelahiran hidup. Rata- rata

kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang menca

pai 228 kematian / 100.000 kelahiran hidup. Sementara target yang ingin dicapai

sesuai tujuan MDGs ( Millenium Development Goals ) pada tahun 2015 AKI

(Angka Kematian Ibu) turun menjadi 102 kematian/ 100.000 kelahiran hidup

(SDKI, 2012).

Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit

seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan,

persalinan, dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari

atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan,

persalinan, dan nifas ( Riswandi, 2010 ). Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga

mengatakan bahwa persalinan dengan bedah section caesarea adalah sekitar 10-

15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang.

Sectio caesarea adalah pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi

pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan

melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan

utuh dan sehat ( Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012).

Page 2: BAB I

Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah sectio

caesarea yaitu adanya komplikasi yang dapat terjadi antara lain cedera kandung

kemih, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus, dan infeksi pada rahim /

endometritis. Dalam hal ini bakteri merupakan sumber penyebab infeksi yang

mengakibatkan terhambatnya proses penyembuhan luka (Yusuf, 2009).

Infeksi merupakan suatu proses invasif oleh mikroorganisme dan

berpoliferasi didalam tubuh yang dapat menyebabkan sakit terutama terjadi pada

saat trauma selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi

sering muncul dalam 2-7 hari. Infeksi ini dapat berupa adanya purulent,

peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka,

peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih (Petter dan Perry,2010).

Di Indonesia sendiri presentasi operasi section caesarea itu sendiri sekitar

5% dari keseluruhan proses persalinan. Kematian ibu akibat operasi section

caesarea itu sendiri menunjukkan 1 per 1000 persalinan, sedangkan untuk kasus

infeksi operasi section caesarea mencapai angka 80 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan persalinan pervaginam ( WHO, 2007).

Berdasarkan data yang diambil dari catatan rekam medik BLUD RSU

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 telah didapatkan dari bulan

Januari sampai Maret 2015 terdapat 6 kasus (2%) ibu nifas dengan infeksi luka

section caesarea dari 99 ibu bersalin section caesarea. Kasus ini terjadi karena

kurangnya pengetahuan pasien tentang pentingnya mobilisasi dan perawatan luka

setelah operasi sectio caesarea.

Page 3: BAB I

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan infeksi Luka Post Sectio caesarea Di BLUD

RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015“.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dapat dirumuskan “Bagaimana

asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan infeksi luka post sectio caesarea di

BLUD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015? “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman nyata dan mampu melaksanakan asuhan

kebidanan ibu nifas dengan infeksi luka post sectio caesarea dengan manajemen 7

Langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

2.1 Untuk mengetahui gambaran asuhan kebidanan dalam pengkajian dan analisa data

pada ibu nifas dengan infeksi luka post sectio caesarea.

2.2 Untuk mengetahui gambaran asuhan kebidanan dalam menginterpretasikan data

pada ibu nifas dengan infeksi luka post sectio caesarea.

2.3 Untuk mengetahui gambaran asuhan kebidanan dalam menemukan diagnosa

potensial yang dapat terjadi pada ibu nifas dengan infeksi luka post sectio

caesarea.

2.4 Untuk mengetahui gambaran asuhan kebidanan dalam melakukan tindakan segera

pada ibu nifas dengan infeksi luka post sectio caesarea.

Page 4: BAB I

2.5 Untuk mengetahui gambaran asuhan kebidanan dalam merencanakan tindakan

menyeluruh sesuai dengan kondisi pada ibu nifas dengan infeksi luka post sectio

caesarea.

2.6 Untuk mengetahui gambaran asuhan kebidanan dalam melaksanakan tindakan

pada ibu nifas dengan infeksi luka post sectio caesarea.

2.7 Untuk mengetahui gambaran asuhan kebidanan dalam melakukan evaluasi

terhadap tindakan kebidanan pada ibu nifas dengan infeksi luka post sectio

caesarea.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan

pengalaman penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan

infeksi luka post sectio caesarea.

2. Bagi Profesi

Memberikan wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam

menangani kasus pada ibu nifas dengan infeksi luka post sectio caesarea sesuai

dengan standar asuhan kebidanan.

3. Bagi Institusi Rumah Sakit

Untuk meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan infeksi luka post section

caesarea.

Page 5: BAB I

4. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah referensi dan sebagai wacana bagi mahasiswa di perpustakaan

mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan infeksi luka post section

caesarea.

Page 6: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Nifas sectio caesarea

1.1 Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi

pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan

melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan

utuh dan sehat (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

Sectio caesarea adalah lahirnya janin melalui insisi dinding abdomen

(laparotomy) dan dinding uterus (histerektomi) (Garry, 2010)

1.2 Macam – macam operasi Sectio caesarea (Garry, 2010)

1.2.1 Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

1.2.1.1 Sectio caesarea transperitonealis:

(1) Sectio caesarea klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus

uteri). Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri

kira-kira10 cm.

Kelebihan :

(a) Mengeluarkan janin dengan cepat.

(b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

(c) Sayatan biasa diperpanjang proksimal atau distal.

Page 7: BAB I

Kekurangan :

(a) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada

reperitonealis yang baik.

(b) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri spontan.

(2) Sectio caesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada

segmen bawah rahim).

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen

bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

(a) Penjahitan luka lebih mudah.

(b) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.

(c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran

isi uterus ke rongga peritoneum.

(d) Perdarahan tidak begitu banyak.

(e) Kemungkinan ruptur uteri spontan berkurang atau lebih kecil.

Kekurangan :

(a) Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga dapat

menyebabkan uteri pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak.

(b) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

1.2.1.2 Sectio caesarea ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum perietalis

dengan demikian tidak membuka cavum abdominal.

Page 8: BAB I

1.2.2 Vagina (sectio caesarea vaginalis) menurut sayatan pada rahim, sectio

caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :

1.2.2.1 Sayatan memanjang (longitudinal).

1.2.2.2 Sayatan melintang (transversal).

1.2.2.3 Sayatan huruf T (T insicion).

1.3 Indikasi

Menurut Winkjosastro (2010), operasi sectio caesarea dilakukan jika

kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan risiko pada ibu ataupun pada

janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan sectio caesarea proses

persalinan normal/kegagalan proses persalinan normal (Dystosia) :

1.3.1 Fetal distress

1.3.2 His lemah/melemah

1.3.3 Janin dalam posisi sungsang atau melintang

1.3.4 Bayi besar (BBL >4,2 kg)

1.3.5 Plasenta previa

1.3.6 Kelainan letak

1.3.7 Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan

panggul)

1.3.8 Ruptur uteri mengancam

1.3.9 Hydrocephalus

1.3.10 Primi muda atau tua

1.3.11 Partus dengan komplikasi

Page 9: BAB I

1.3.12 Panggul sempit

Kelemahan Umum, partus tidak maju/partus lama, penyakit Jantung,

placenta Previa dengan perdarahan hebat atau Placenta Previa marginalis. Pintu

vagina lemah, tumor vagina, tumor cevik, kehamilan Serotinus (lebih dari 42

minggu) dan distosia karena kekurangan his Prolapsus Foniculli.

1.4 Perawatan ibu nifas post sectio caesarea

1.4.1 Periksa dan catat tanda-tanda vital setiap 15 menit pada jam pertama dan 30

menit pada 4 jam kemudian.

1.4.2 Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat.

1.4.3 Pemberian transfusi darah, bila terjadi perdarahan post partum.

1.4.4 Pemberian antibiotika.

Walaupun pemberian antibiotika sesudah sesar efektif dapat

dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan dengan

kolaborasi SpOG untuk terapi obat :

1.4.1 Ampisilin : dosis 2 g IV setiap 6 jam.

1.4.2 Gentamisin : dosis 5 mg/kg BB IV setiap 24 jam.

1.4.3 Metronidazole : dosis 500 mg IV setiap 8 jam.

1.4.5 Mobilisasi

Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat

tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah

dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.

Page 10: BAB I

1.4.6 Pemulangan

Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari

kelima setelah operasi (Mochtar, 2004).

1.5 Komplikasi sectio caesarea

1.5.1 Infeksi puerperal (nifas)

1.5.1.1 Luka jahitan perineum

(1) Jaringan sekitarnya membengkak

(2) Tepi luka menjadi merah dan bengkak

(3) Jahitan mudah terlepas

1.5.1.2 Luka bekas post sectio caesarea

(1) Ringan : bila ada kenaikan suhu beberapa hari saja

(2) Sedang : bila suhu naik lebih tinggi yaitu lebih dari 38oC, disertai dehidrasi

dan perut kembung

(3) Berat : bila terjadi peradangan, ada nanah, bengkak

1.5.2 Perdarahan disebabkan karena :

1.5.2.1 Banyak pembuluh darah yang terlepas dan terbuka

1.5.2.2 Atonia uteri

1.5.2.3 Perdarahan pada plasenta

1.5.3 Luka kandung kemih

1.5.4 Bisa terjadi ruptur uteri spontan

Page 11: BAB I

2. Konsep Dasar Infeksi Luka Post Sectio caesarea

2.1 Pengertian

Infeksi sectio caesarea merupakan suatu proses invasif oleh

mikroorganisme dan berpoliferasi didalam tubuh yang dapat menyebabkan sakit

terutama terjadi pada saat trauma selama pembedahan atau setelah pembedahan,

gejala dari infeksi sering muncul dalam 2-7 hari berupa infeksi berupa adanya

purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak disekeliling luka,

peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih (Petter dan Perry,

2010).

Bakteri sumber penyebab infeksi yang menyebabkan terhambatnya proses

penyembuhan luka (Yusuf, 2009).

2.2 Diagnosis

Diagnosis luka infeksi terutama berdasarkan kondisi klinis. Pengkajian

harus menyertakan evaluasi pasien, jaringan atau kulit sekitar luka, dan kondisi

luka itu sendiri yaitu ada tidaknya tanda dan gejala infeksi pada luka, begitu juga

faktor yang kemungkinan dapat meningkatkan risiko tinggi dan memperberat

terjadinya infeksi.

Melakukan pengkajian luka infeksi pada kegiatan rutin praktik luka dapat

membantu deteksi dini dan penanganan yang tepat dan cepat (Arisanty, 2011).

Page 12: BAB I

2.3 Tanda, Gejala dan Faktor-Faktor Infeksi Sectio caesarea

2.3.1 Tanda dan Gejala

2.3.1.1 Kalor ( panas )

Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya,

sebab terdapat lebih banyak darah yang disalurkan ke area terkena infeksi /

fenomena panas lokal karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu

inti dan hyperemia lokal tidak menimbulkan perubahan.

2.3.1.2 Dolor ( rasa sakit )

Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal

ion-ion tertentu dapat merangsang ujung saraf, pengeluaran zat kimia tertentu

seperti histamine atau zat kimia bioktif lainnya dapat merangsang saraf nyeri,

selain itu pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan

tekanan lokal dan menimbulkan rasa sakit.

2.3.1.3 Rubor ( kemerahan )

Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami

peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang

mensuplai daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah yang

mengalir ke dalam mikro sirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya

kosong atau sebagian saja meregang dengan cepat penuh terisi darah.

Page 13: BAB I

2.3.1.4 Tumor ( pembengkakan )

Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman cairan dan sel-sel

dari darah kejaringan interstisial. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di

daerah peradangan disebut eksudat.

2.3.1.5 Functiolaesa

Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian yang bengkak dan

sakit disertai sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, sehingga

organ tersebut terganggu dalam menjalankan fungsinya secara normal

(Yudhityarasati, 2007).

2.3.1.6 Luka berbau tidak sedap, terdapat cairan nanah pada luka.

2.4 Faktor-faktor terjadinya infeksi luka post sectio caesarea

Menurut Harmono (2007), beberapa hal yang berperan dalam terjadinya

infeksi luka post sectio caesarea adalah :

2.4.1 Mikroorganisme penyebab

Mikroorganisme penyebab infeksi luka dapat dari golongan gram positif

dan gram negative, kuman anaerob, jamur dan virus, dan infeksi yang terjadi

dapat berupa infeksi kulit pada jaringan yang dalam, septicemia dan

endocarditis/abses.

2.4.2 Usia

Usia tua dimana metabolisme tubuh menurun berpengaruh terhadap

pembentukan kolagen, penurunan elastisitas dan tegangan permukaan kulit.

Page 14: BAB I

2.4.3 Status

Nutrisi, hal ini berkaitan dengan proses penyembuhan yang memang

memerlukan zat-zat metabolisme seperti protein, vitamin C dan A, karbohidrat,

lemak dan cairan.

2.4.4 Kondisi

Pengobatan, hal ini berkaitan dengan penyakit penyerta yang

memerlukan metabolism ekstra yang dapat mengurangi kebutuhan oksigen dan

nutrisi pada penyembuhan luka, transfusi darah pada anemia tidak efektif

terhadap penyembuhan luka dan diabetes biasanya rentan terhadap infeksi.

2.4.5 Tipe luka

Dimana luka yang terbuka lebih lama sembuh dari pada yang dijahit dan

jahitan luka dapat mencegah pergerakan luka pada kulit dan konstriksi kulit.

2.4.6 Sirkulasi darah

Dimana area luka yang dekat dengan pusat sirkulasi darah lebih cepat

sembuh daripada daerah distal.

2.4.7 Pergerakan

Dimana luka pada daerah dengan mobilisasi tinggi maka peradangan

akan lama dan menghambat penyembuhan.

2.4.8 Suhu luka

Dimana selama perawatan diusahakan perubahan suhu luka kurang 120C

dan 40 menit kemudian sudah tercapai suhu tinggi.

Page 15: BAB I

2.4.9 Kekeringan luka

Yang mana kekeringan permukaan kulit menyebabkan kehilangan

jaringan, menambah dalamnya luka dan lambatnya penyembuhan.

2.4.10 Penyakit

Dimana orang dengan diabetes militus merupakan stres tambahan yang

dalam kondisi di operasi dapat menyebabkan kegagalan dalam kontrol insulin.

2.5 Komplikasi

2.5.1 Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku

pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing.

Hipeovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka

dibawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama

setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan berlebihan

terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan.

Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.

2.5.2 Desiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan evescerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.

Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah

keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi

kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang

berlebihan, muntah dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami

dehiscense luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4-5 hari setelah operasi

Page 16: BAB I

sebelum kolagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi

terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres

dengan normal sline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada

daerah luka (Yusuf, 2009).

2.5.3 Abses dan Kejang

Abses merupakan kumpulan nanah yang berada disebuah jaringan karena

adanya proses infeksi. Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan

untuk mencegah penyebaran / perluasan infeksi dibagian tubuh yang lain.

Abses adalah infeksi kulit dengan gejala berupa kantong berisi nanah. Kejang

adalah proses yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu mencapai >38oC).

Kejang dapat terjadi karena infeksi bakteri, virus dan parasit (Siregar, 2004).

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Jotowiyono dan Kristiyanasari (2012), pemeriksaan diagnostik

ibu nifas post sectio caesarea antara lain :

2.6.1 Hemoglobin / hematokrit

2.6.2 Urinalisis untuk pemeriksaan leukosit yang menunjukkan adanya peningkatan

jumlah sel darah putih atau tidak.

2.7 Penatalaksanaan ibu nifas infeksi luka post sectio caesarea

Menurut Saifuddin (2007), penatalaksanaan ibu nifas infeksi luka post

sectio caesarea meliputi :

Page 17: BAB I

2.7.1 Manajemen post operatif

2.7.1.1 Pasien dibaringkan di dalam kamar pulih (kamar isolasi) dengan pemantauan

ketat tensi, nadi, nafas tiap 15 menit dalam 1 jam pertama, kemudian 30 menit

dalam 1 jam berikut dan selanjutnya.

2.7.1.2 Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya agak tengadah

agar jalan nafas bebas.

2.7.1.3 Letakkan tangan yang tidak diinfus di samping badan agar cairan infus dapat

mengalir dengan lancar.

2.7.2 Mobilisasi/aktifitas

Pasien boleh menggerakan kaki dan tangan serta tubuhnya sedikit 8-12

jam kemudian duduk, bila mampu pada 24 jam setelah sectio caesarea pasien

jalan, bahkan mandi sendiri pada hari kedua.

2.7.3 Perawatan luka

Perawatan luka pada nifas post sectio caesarea adalah merawat luka

dengan cara mengganti balutan atau penutup yang sudah kotor atau lama

dengan penutup luka atau pembalut luka yang baru. Tujuan adalah untuk

mencegah terjadinya luka infeksi serta memberikan rasa aman dan nyaman

pada pasien. Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain : bak

instrumen, kassa, gunting, plaster, lidi waten, antiseptik (betadine), pinset

anatomis dan chirurgis, bengkok, perlak pengalas, sarung tangan steril, larutan

NaCl untuk membersihkan luka, salep antiseptik, tempat sampah, larutan klorin

0,5%. Langkah-langkah perawatan luka post sectio caesarea adalah :

Page 18: BAB I

2.7.3.1 Kapas perut harus dilihat pada 1 hari pasca bedah, bila basah dan berdarah

harus diganti. Umumnya kassa perut dapat diganti hari ke 3-4 sebelum pulang

dan seharusnya, pasien mengganti setiap hari luka dapat diberikan betadine

sedikit.

2.7.3.2 Jahitan yang perlu dibuka dapat dilakukan dalam 5 hari pasien bedah.

2.7.4 Kateter/eliminasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak

pada penderita, menghalangi involasi uterus dan menyebabkan pendarahan oleh

karena itu dianjurkan pemasangan kateter seperti dower cateter/balon kateter

yang terpasang selama 24 sampai 48 jam, kecuali penderita dapat kencing

sendiri. Kateter dibuka 12-24 jam pasca pembedahan. Bila terdapat hematuria

maka pengangkatan dapat ditunda.

2.7.5 Pemberian antibiotik

Infeksi selalu diperhitungkan dari adanya alat yang kurang steril,

sehingga pemberian antibiotika sangat penting untuk menghindari terjadinya

sepsis sampai kematian (Saifuddin, 2007). Pemberian dilakukan dengan

kolaborasi SpOG untuk terapi obat :

2.7.5.1 Ampisilin : Dosis awal 2 g/ IV dan 1 g setiap 6 jam (oral) atau 500 mg

( parenteral) setiap 6 jam.

2.7.5.2 Sulbenisin : Dosis 1 g.

2.7.5.3 Kloramfenikol : 1 g IV setiap 6 jam.

2.7.5.4 Gentamisin : 1,5 mg/kg IV atau IM diberikan setiap 8 jam.

Page 19: BAB I

2.7.5.5 Doksisiklin : 100 mg setiap 12 jam ( jangan diberikan bersamaan dengan susu

atau antasida).

2.7.5.6 Metronidazole : 1 g IV atau per rektal setiap 12 jam atau 500 mg (oral) setiap 6

jam (Prawirohardjo, 2010).

B. Teori Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, penemuan ketrampilan dalam rangka/tahapan yang logis untuk

pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2004).

2. Manajemen Kebidanan Tujuh Langkah Varney

2.1 Langkah 1 : Pengkajian Data

Pengkajian data adalah langkah pengumpulan semua informasi yang akurat

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Langkah ini

menentukan proses interpretasi data tahap selanjutnya sehingga harus

komprehensif. Hasil pemeriksaan menggambarkan kondisi atau masukan klien

yang sebenarnya atau valid (Varney, 2004).

2.1.1 Data subjektif

Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat

terhadap suatu situasi data kejadian. Data tersebut tidak dapat ditentukan oleh

perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi

(Ambarwati dan Wulandari, 2008).

Page 20: BAB I

2.1.1.1 Biodata

Biodata adalah identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap

sehingga sesuai dengan sasaran (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Identitas

meliputi :

(1) Nama : Untuk mengetahui dan mengenal pasien.

(2) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan.

(3) Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien.

(4) Suku bangsa : Dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial budaya

pasien.

(5) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting

dalam pemberian KIE.

(6) Pekerjaan : Untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.

(7) Alamat : Dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya di

lingkungan tempat tinggal pasien.

2.1.1.2 Alasan masuk

Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang yang

berhubungan dengan persalinannya (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

2.1.1.3 Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa

nifas misalnya pasien merasa mules, pada kasus infeksi luka post sectio

caesarea keluhan biasa muncul yaitu rasa nyeri pada perut, badan terasa lemah,

pusing, sulit mobilisasi (Manuaba, 2007).

Page 21: BAB I

2.1.1.4 Riwayat penyakit

(1) Riwayat kesehatan sekarang

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang

diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya

(Ambarwati dan Wulandari, 2008).

(2) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau

penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat

mempengaruhi pada masa nifas ini (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

2.1.1.5 Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darahyang

dikeluarkan dan pernah disminorhoe (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

2.1.1.6 Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, syah atau

tidak, sudah beberapa kali menikah, berapa jumlah anaknya (Wiknjosastro,

2010).

2.1.1.7 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah

anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu

(Wiknjosastro, 2010).

Page 22: BAB I

2.1.1.8 Riwayat KB

Untuk mengetahui KB yang pernah digunakan, jika ber-KB lamanya

berapa tahun, alat kontrasepsi apa yang digunakan (Saifuddin, 2010).

2.1.1.9 Riwayat kehamilan sekarang

Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau tidaknya

penyakit serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut

(Wiknjosastro, 2010).

2.1.1.10 Riwayat persalinan sekarang

Untuk mengetahui jenis persalinan, penolong persalinan, lama persalinan

kala I, II, III, IV, keadaan anak, jumlah air ketuban, komplikasi persalinan ibu

dan bayi pada kasus ini riwayat persalinan sekarang adalah sectio caesarea

(Wiknjosastro, 2010).

2.1.1.11 Kebiasaan selama nifas

(1) Pola nutrisi

Untuk mengetahui pola makan dan minum frekuensi, banyaknya jenis

makanan, makanan pantangan (Ambarwati, 2008).

(2) Pola eliminasi

Pada kasus nifas post sectio caesarea BAK melalui kateterisasi pada ibu

masih berbaring ditempat tidur untuk beberapa hari, sedangkan BAB

menggunakan pispot (Ambarwati, 2008).

Page 23: BAB I

(3) Pola istirahat

Untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,

kebiasaan tidur misal membaca, kebiasaan tidur siang. Istirahat sangat

penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat

mempercepat penyembuhan (Ambarwati, 2008).

(4) Keadaan psikologis

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya, keadaan

mental ibu nifas infeksi luka post sectio caesarea adalah cemas, sulit tidur,

merasa bersalah, mudah tersinggung, pikiran negatif terhadap bayinya

(Manuaba, 2007).

(5) Sosial budaya

Untuk mengetahui bagaimana dukungan keluarga, status rumah tinggal,

pantangan makanan, kebiasaan adat istiadat yang dilakukan (Manuaba,

2007).

(6) Penggunaan obat-obatan/rokok

Dikaji apakah ibu perokok dan pemakai obat-obatan selama hamil atau tidak

(Manuaba, 2007).

2.1.2 Data objektif

Data objektif adalah menggambarkan pendokumentasian hasil

pemeriksaan fisik pasien yang meliputi :

2.1.2.1 Status generalis

Page 24: BAB I

(1) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang,

buruk. Keadaan ibu setelah dilakukan sectio caesarea adalah sedang (Hacker,

2004).

(2) Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu apakah composmentis,

apatis, somnolen atau koma (Alimul, 2010). Kesadaran ibu setelah dilakukan

tindakan sectio caesarea adalah composmentis (Alimul,2010).

(3) Tanda vital

(a) Tekanan darah : Untuk mengetahui atau mengukur batas normal tekanan

darah antara 90/80 mmHg sampai 130/90 mmHg (Prawirohardjo, 2010).

Sedangkan tekanan darah ibu nifas post sectio caesarea adalah 110/70-

130/80 mmHg (Prawirohardjo, 2010).

(b) Suhu : Untuk mengambil suhu basal pada ibu, suhu badan yang normal

360C sampai 370C (Sulistyawati, 2010). Sedangkan suhu pada ibu nifas

infeksi luka post sectio caesarea adalah 380C-390C (Sulistyawati, 2009).

(c) Nadi : Untuk mengetahui denyut nadi pasien sehabis melahirkan, biasanya

denyut nadi akan lebih cepat (Ambarwati, 2008). Sedangkan denyut nadi

pada ibu nifas infeksi luka post sectio caesarea adala 50-90 x/menit

(Ambarwati, 2008).

(d) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam

menit (Prawirohardjo, 2010). Sedangkan respirasi pada ibu nifas infeksi luka

post sectio caesarea cenderung lebih cepat 16-26 x/menit (Prawirohardjo,

2010).

Page 25: BAB I

(4) Tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan pasien (Prawirohardjo, 2010).

(5) Lingkar lengan : Untuk mengetahui status gizi atas pasien (Prawirohardjo,

2010).

2.1.2.2 Pemeriksaan Sistemik

(1) Kepala

(a) Rambut : Untuk mengetahui kebersihan rambutnya, kondisi kulit

kepala dan karakteristik seperti rambut bersih, rontok atau tidak

(Nursalam, 2007).

(b) Muka : Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada oedema

apa tidak, ada cloasma gravidarum atau tidak (Wiknjosastro, 2010).

(c) Mata : Conjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak dan mata

cekung atau tidak (Wiknjosastro, 2010).

(d) Mulut, gigi dan gusi : Untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau

kotor, ada stomatitis apa tidak, pada gusi terdapat caries apa tidak dan

pada gigi terdapat karang gigi atau tidak (Wiknjosastro, 2010).

(2) Leher : Untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar

gondok (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

(3) Dada dan Axilla

(a) Dada :Untuk mengetahui ada benjolan pada payudara atau tidak, ada

nyeri tekan atau tidak, ada kelainan bentuk atau tidak, puting susu

menonjol atau tidak dan pengeluaran ASI atau kolostrum (Farrer, 2004)

Page 26: BAB I

(b) Axilla :Untuk mengetahui adanya pembengkakan, benjolan dan nyeri

(Wiknjosastro, 2010).

(c) Ekstremitas :Untuk mengetahui ada tidaknya varices (Alimul, 2010).

2.1.2.3 Pemeriksaan Khusus Obstetri

(1) Abdomen

(a) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara

sistematis. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan

dan penciuman sebagai alat untuk mengumpulkan data (Nursalam,

2008). Pemeriksaan mulai dari kepala, leher, dada, dan axilla, abdomen,

genetalia, anus, ekstremitas, kulit dan mammae (Prawirohrdjo, 2010).

Pada kasus ibu nifas luka post sectio caesarea terdapat bekas luka

operasi (Saifuddin, 2010).

(b) Palpasi

Palpasi merupakan teknik yang menggunakan indra peraba tangan dan

jari diantaranya untuk mengetahui kontraksi uterus, tinggi fundus uteri

dan keadaan kandung kemih (Nursalam, 2008). Pada kasus ibu nifas

dengan infeksi luka post sectio caesarea terdapat nyeri pada saat

perabaan uterus (Sulistyawati, 2009).

(c) Auskultasi

Auskultasi merupakan pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop

untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh yaitu

Page 27: BAB I

pemeriksaan tekanan darah (Nursalam, 2008). Pada kasus ini tekanan

darah ibu nifas post sectio caesarea adalah 110/70 – 130/80 mmHg

(Prawirohardjo, 2010).

(d) Perkusi

Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetukkan

jari dibagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian

yang kiri dengan yang kanan (Nursalam, 2008). Pada kasus ibu nifas

dengan infeksi luka post sectio caesarea untuk pemeriksaan patella

kanan dan kiri tidak dilakukan.

(e) Pemeriksaan Anogenital

Untuk mengetahui pemeriksaan vulva vagina terdapat varises, luka,

kemerahan, nyeri, kelenjar bartholini dan pengeluaran pervaginam.

Perineum terdapat luka bekas luka dan lain-lain. Anus terdapat

haemorhoid dan lain-lain (Saifuddin, 2010).

1.2.1.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pencegahan diagnosa

seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi (Varney, 2004). Pada

infeksi luka post sectio caesarea pemeriksaan haemoglobin perlu diukur sebab

biasanya setelah dioperasi terjadi penurunan haemoglobin sebanyak 2 gr%

(Saifuddin, 2010).

Page 28: BAB I

2.2 Langkah 2 : Interpretasi Data

Interpretasi data dasar merupakan rangkaian menghubungkan data yang

diperoleh dengan teori, prinsip relevan untuk mengetahui kesehatan pasien. Pada

langkah ini data diinterpretasikan menjadi diagnosa, masalah, kebutuhan

(Prawirohardjo, 2010).

2.2.1 Diagnosa kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup

praktek kebidanan (Prawirohardjo, 2010). Diagnosa pada kasus ini ditegakkan

Ny. H P2 A0 umur 34 tahun hari ketiga dengan infeksi luka post sectio

caesarea.

Data Dasar :

2.2.1.1 Data subjektif

Menurut Sulistyawati (2009), data subjektif meliputi :

(1) Ibu mengatakan keadaan setelah post sectio caesarea.

(2) Ibu mengatakan kecemasan atau rasa ketidaknyamanan setelah post sectio

caesarea.

(3) Ibu mengatakan rasa nyeri pada perut, badan terasa lemah, pusing dan sulit

mobilisasi.

2.2.1.2 Data objektif

Berdasarkan pemeriksaan inspeksi terlihat luka bekas post sectio caesarea dan

terdapat cairan nanah pada luka.

Page 29: BAB I

Masalah :

Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dan hasil dari pengkajian

(Varney, 2004). Dalam kasus ibu nifas infeksi luka post sectio caesarea adalah

gangguan rasa nyaman (nyeri), cemas, sulit tidur (Manuaba, 2007).

Kebutuhan :

Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah (Varney,2004). Kebutuhan pada ibu

nifas infeksi luka post sectio caesarea adalah :

(1) Memberikan konseling tentang nyeri yang dirasakan berhubungan dengan

kondisi pasca operasi.

(2) Melakukan tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya agak

tengadah agar jalan nafas bebas.(Saifuddin, 2007).

(3) Support mental dari keluarga dan tenaga kesehatan.

2.3 Langkah 3 : Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial yang sudah

diidentifikasi (Varney, 2004). Diagnosa yang kemungkinan terjadi adalah abses

dan kejang (Siregar, 2004).

2.4 Langkah 4 : Antisipasi / Tindakan Segera

Dalam langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Varney, 2004).

Page 30: BAB I

Antisipasi pertama yang dilakukan pada ibu infeksi luka post sectio

caesarea antara lain kolaborasi dengan SpOG, pemberian antibiotik profilaksis

(Wiknjosastro, 2010).

2.4.1 Ampisilin : Dosis awal 2 g/ IV dan 1 g setiap 6 jam (oral) atau 500 mg

( parenteral) setiap 6 jam.

2.4.2 Sulbenisin : Dosis 1 g.

2.4.3 Kloramfenikol : 1 g IV setiap 6 jam.

2.4.4 Gentamisin : 1,5 mg/kg IV atau IM diberikan setiap 8 jam.

2.4.5 Doksisiklin : 100 mg setiap 12 jam ( jangan diberikan bersamaan dengan susu

atau antasida).

2.4.6 Metronidazole : 1 g IV atau per rektal setiap 12 jam atau 500 mg (oral) setiap

6 jam (Prawirohardjo, 2010).

2.5 Langkah 5 : Rencana Asuhan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau

diantisipasi (Manuaba, 2007). Adapun rencana asuhan yang diberikan adalah :

2.5.1 Lakukan manajemen post operatif :

2.5.1.1 Pasien dibaringkan di dalam kamar pulih (kamar isolasi) dengan pemantauan

ketat tensi, nadi, nafas tiap 15 menit dalam 1 jam pertama, kemudian 30 menit

dalam 1 jam berikut dan selanjutnya.

2.5.1.2 Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya agak tengadah

agar jalan nafas bebas.

Page 31: BAB I

2.5.1.3 Letakkan tangan yang tidak diinfus di samping badan agar cairan infus dapat

mengalir dengan lancar.

2.5.2 Anjurkan mobilisasi/aktifitas

Pasien boleh menggerakan kaki dan tangan serta tubuhnya sedikit 8-12

jam kemudian duduk, bila mampu pada 24 jam setelah sectio caesarea pasien

jalan, bahkan mandi sendiri pada hari kedua.

2.5.3 Lakukan perawatan luka

2.5.4 Lakukan katerisasi dan observasi eliminasi

2.5.5 Beri KIE tentang KB

2.5.6 Lakukan kolaborasi untuk terapi obat

2.6 Langkah 6 : Pelaksanaan Asuhan

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang menyeluruh

seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dan dilaksanakan secara efisien

dan aman (Saifuddin, 2010).

2.7 Langkah 7 : Evaluasi

Menurut Varney (2007) dan Saifuddin (2010), pada langkah ini dilakukan

evaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam diagnosa dan

masalah antara lain dan dapat meliputi :

2.7.1 Keadaan umum dan tanda-tanda vital sign normal (tekanan darah, nadi, suhu,

dan respirasi).

Page 32: BAB I

2.7.2 Dapat mobilisasi dengan baik.

2.7.3 Ibu dapat menjaga kebersihan diri dan luka bekas operasi.

2.7.4 Nyeri berkurang dan dapat diatasi.

2.7.5 Ibu dapat beristirahat cukup.

C. Data Perkembangan

Data perkembangan yang digunakan dalam laporan kasus ini adalah SOAP

menurut Varney (2004) yang meliputi :

1. Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesis.

2. Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk

mendukung assesment.

3. Assesment

Menggunakan pendokumentasian hasil analisis interpretasi data subjektif dan

objektif dalam suatu identifikasi yang meliputi:

3.1 Diagnosa atau masalah

3.2 Antisipasi diagnosa atau masalah potensial

4. Planning

Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi dan evaluasi dari

perencanaan, berdasarkan assesment.

Page 33: BAB I

D. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

(Independent) (Dependent)

Keterangan :

= variabel independent (variabel yang diteliti)

= variabel dependent (variabel terikat)

= garis hubungan yang diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pengkajian data dasar

Identifikasi diagnosa/masalah aktual

Asuhan Kebidanan pada ibu dengan infeksi post SC

Identifikasi diagnosa/masalah potensial

Tindakan segera/kolaborasi

Rencana asuhan

Evaluasi

Implementasi

Page 34: BAB I

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian deskriftif dengan

pendekatan survey observasi dimana desain ini digunakan untuk mendeskripsikan

atau menguraikan suatu keadaan dimana suatu komunitas atau masyarakat dengan

tujuan untuk mendapatkan gambaran Kepatuhan Bidan Terhadap Penatalaksanaan

Asuhan Kebidanan Post SC dengan infeksi luka operasi di BLUD RSU

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015 (Nursalam, 2009).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan diruang Kebidanan BLUD RSU Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015.

2. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 14 Mei – 2 Juni 2014.

C. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah bidan yang

memberi pelayanan asuhan kebidanan BLUD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara yang berjumlah 34 orang.

Page 35: BAB I

D. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi criteria yang

berpendidikan D III Kebidanan yang memberi pelayanan Asuhan pada Ibu Nifas

dengan infeksi luka operasi yang dirawat di ruang Kebidanan BLUD RSU

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara 10 orang bidan, penentuan sampel

dengan menggunakan accidental sampling yaitu tidak semua populasi dijadikan

sampel atau tidak semua responden atau bidan yang berada diruang Kebidanan

BLUD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara pada waktu melakukan

pengambilan data dari responden dengan mengobservasi bidan setiap Tindakan

yang dilakukan dengan bantuan kuisioner (Nursalam, 2009).

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Penatalaksanaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu

proses/manajemen asuhan kebidanan berdasarkan 7 langkah varney, semua asuhan

kebidanan yang dilaksanakan mulai dari tahap pengkajian sampai tahap evaluasi.

1. Pengkajian Data

Pengkajian (skala ordinal) adalah kegiatan mengumpulkan data

tentang status kesehatan klien secara akurat, menyeluruh, singkat dan

berkesinambungan. Cara pengukuran dengan format observasi terdiri dari 10

item observasi. Kriteria penilaian adalah pernyataan positif dengan pemberian

nilai satu jika dilaksanakan dan nol jika tidak dilaksanakan, sehingga skor

terendah 0 dan tertinggi 10 dengan criteria objektif:

Page 36: BAB I

1.1. Baik : bila responden telah melakukan semua tahapan pengkajian sesuai

standar operasional prosedur yaitu ≥ 80 %.

1.2. Kurang : bila responden melakukan semua tahapan pengkajian sesuai

standar operasional prosedur yaitu < 80 % (Notoatmodjo, 2010).

2. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual

Identifikasi diagnose masalah (skala ordinal) adalah kegiatan

identifikasi terhadap masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-

data yang telah dikumpulkan. Cara pengukuran menggunakan format

observasi terdiri dari 10 item observasi. Kriteria penilaian adalah pernyataan

positif dengan pemberian nilai satu jika dilaksanakan dan nol jika tidak

dilaksanakan sehingga skor terendah 0 dan tertinggi 10 dengan kriteria

objektif:

2.1. Baik : bila responden telah melakukan identifikasi masalah aktual sesuai

standar operasional prosedur yaitu ≥ 80 %.

2.2. Kurang : bila responden melakukan identifikasi masalah actual sesuai

standar operasional prosedur yaitu < 80 % (Notoatmodjo, 2010).

3. Identifikasi diagnosa / Masalah Potensial

Antisipasi masalah potensial (skala ordinal) adalah kegiatan

mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan

diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Cara pengukuran merupakan

format observasi terdiri dari 10 item observasi. Kriteria penilaian adalah

pernyataan positif dengan pemberian nilai satu jika dilaksanakan dan nol jika

Page 37: BAB I

tidak dilaksanakan, sehingga skor terendah 0 dan tertinggi 10 dengan kriteria

objektif:

3.1. Baik : bila responden telah melakukan identifikasi masalah potensial

sesuai standar operasional prosedur yaitu ≥ 80 %.

3.2. Kurang : bila responden melakukan identifikasi masalah potensial sesuai

standar operasional prosedur yaitu < 80 % (Notoatmodjo, 2010).

4. Tindakan segera

Identifikasi tindakan segera (skala ordinal) adalah identifikasi

perlunya tindakan segera oleh responden untuk dikonsultasikan atau ditangani

bersama dengan anggota tim kesehatan lain. Cara pengukuran menggunakan

kuesioner pengkajian terdiri dari 10 item observasi. Kriteria penilaian adalah

pernyataan positif dengan pemberian nilai satu jika dilaksanakan dan nol jika

tidak dilaksanakan, sehingga skor terendah 0 dan tertinggi 10 dengan kriteria

objektif:

4.1. Baik : bila responden telah melakukan tindakan segera / kolaborasi sesuai

standar operasional prosedur yaitu ≥ 80 %.

4.2. Kurang : bila responden melakukan tindakan segera / kolaborasi sesuai

standar operasional prosedur yaitu < 80 % (Notoatmodjo, 2010).

5. Rencana Asuhan

Perencanaan (skala ordinal) adalah menentukan tindakan asuhan

kebidanan pada klien sebelum pelaksanaan asuhan dilaksanakan. Cara

pengukuran menggunakan kuesioner pengkajian terdiri dari 10 item

Page 38: BAB I

observasi. Kriteria penilaian adalah pernyataan positif dengan pemberian

nilai satu jika dilaksanakan dan nol jika tidak dilaksanakan, sehingga skor

terendah 0 dan tertinggi 10 dengan kriteria objektif:

5.1. Baik : bila responden telah melakukan rencana asuhan sesuai standar

operasional prosedur yaitu ≥ 80 %.

5.2. Kurang : bila responden melakukan rencana asuhan sesuai standar

operasional prosedur yaitu < 80 % (Notoatmodjo, 2010).

6. Implementasi

Implementasi atau Pelaksanaan (skala ordinal) adalah kegiatan

merealisasikan rencana asuhan kebidanan yang telah ditetapkan. Cara

pengukuran menggunakan kuesioner pengkajian terdiri dari 10 item

observasi. Kriteria penilaian adalah pernyataan positif dengan pemberian nilai

satu jika dilaksanakan dan nol jika tidak dilaksanakan, sehingga skor terendah

0 dan tertinggi 10 dengan kriteria objektif:

6.1. Baik : bila responden telah melakukan rencana asuhan sesuai standar

operasional prosedur yaitu ≥ 80 %.

6.2. Kurang : bila responden melakukan rencana asuhan sesuai standar

operasional prosedur yaitu < 80 % (Notoatmodjo, 2010).

7. Evaluasi

Evaluasi dan Penilaian (skala ordinal) adalah kegiatan menentukan

nilai atau tingkat keberhasilan pelaksanaan asuhan kebidanan. Cara

pengukuran menggunakan kuesioner pengkajian terdiri dari 10 item

Page 39: BAB I

observasi. Kriteria penilaian adalah pernyataan positif dengan pemberian nilai

satu jika dilaksanakan dan nol jika tidak dilaksanakan, sehingga skor terendah

0 dan tertinggi 10 dengan kriteria objektif:

7.1. Baik : bila responden telah melakukan evaluasi standar operasional

prosedur yaitu ≥ 80 %.

7.2. Kurang : bila responden melakukan evaluasi standar operasional prosedur

yaitu < 80 % (Notoatmodjo, 2010).

F. Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

Tehnik analisa data yang digunakan di penelitian ini menggunakan

perhitungan statistik sederhana yaitu presentasi atau proporsi (Budiarto,

2009). Setelah data terkumpul melalui pengumpulan data, kemudian

dilakukan pengolahan data melalui tahapan antara lain:

1.1. Editing

Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang

diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam penelitian.

1.2. Koding

Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode

tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisa

data.

Page 40: BAB I

1.3. Skoring

Setelah melakukan pengkodean maka dilanjutkan dengan tahap

pemberian skor pada lembar observasi dalam bentuk angka-angka.

1.4. Tabulasi

Pada tahap ini jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan

teliti dan teratur, dijumlahkan dan dituliskan dalam bentuk tabel (Nasir, dkk,

2011).

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi pihak institusi dan pihak lain dengan mengajukan permohonan izin

kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini RSUD Abunawas setelah

mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah

etika penelitian yang meliputi:

1. Informed consent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian bila subyek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan

kehendak dan tetap menghormati hak-hak subyek.

2. Anonymity

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden pada kuesioner tetapi pada kuesioner tersebut diberikan kode

responden.

Page 41: BAB I

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu saja yang dilaporkan.

4. Beneficence

Peneliti melindungi subyek agar terhindar dari bahaya dan

ketidaknyamanan fisik.

5. Full Disclosure

Peneliti memberikan hak kepada responden untuk membuat keputusan

secara sukarela tentang partisipasinya dalam penelitian ini dan keputusan

tersebut tidak dapat dibuat tanpa memberikan penjelasan selengkap-

lengkapnya (Nasir, dkk, 2011).

H. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan mengambil data primer

yaitu dengan cara mengobservasi dan wawancara bidan pada ibu dengan

menggunakan lembar observasi (daftar ceklis) di BLUD RSU Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperoleh yakni dari rekam medik (medical

record) maupun register kebidanan di BLUD RSU Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara dan data sekunder lain termaksud profil BLUD RSU

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, data yang relevan dengan masalah,

Page 42: BAB I

landasan teori serta bahan penelitian yang diperoleh melalui artikel, jurnal,

skripsi dan data dari BLUD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

tahun 2015.