Page 1
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Sebelum melakukan pembahasan lebih lanjut, dalam bab ini dikaji
teori-teori yang berhubungan, sesuai dan mendukung dengan pembahasan
yang terdapat dalam penelitan ini.
1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Arends dalam Suprijono, Agus (2010: 46)
menyebutkan :
model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang
akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model
pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar mencapai tujuan
belajar.
Beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda
tentang model pembelajaran. Berikut ini pandangan-pandangan dari
beberapa ahli mengenai pengertian model pembelajaran dalam Trianto
(2009: 22) :
1) Soekamto, dkk
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
Page 2
16
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
2) Joyce
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-
buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Sedangkan menurut Suherman, Erman, dkk (2003 : 7 ) :
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi
siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut
strategi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di kelas.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa model pembelajaran adalah suatu pola interaksi yang
digunakan dan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2009: 23) ciri-ciri
model pembelajaran adalah :
1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta
atau pengembangnya.
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa
belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai)
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai.
Menurut Rusman (2013:136) menyebutkan beberapa ciri-ciri
model pembelajaran, yaitu :
1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari
para ahli tertentu.
2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
Page 3
17
3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan
belajar mengajar di kelas.
4) Memiliki bagian-bagian yang dinamakan :
a) Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax),
b) Adanya prinsip-prinsip reaksi,
c) Adanya sistem sosial, dan
d) Sistem pendukung.
5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model
pembelajaran. Dampak tersebut meliputi :
a) Dampak pembelajaran, yaitu hasil yang dapat
diukur
b) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka
panjang.
6) Membuat persiapan mengajar (desain instruksional)
dengan pedoman model pembelajaran yang
dipilihnya.
Dari ciri-ciri di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri model
pembelajaran itu memiliki pedoman, tujuan dan dampak untuk
kegiatan pembelajaran.
2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda
tentang pembelajaran kooperatif.
Berikut ini pandangan-pandangan dari beberapa ahli mengenai
pengertian pembelajaran kooperatif dalam Rusman (2013:203):
1) Abdulhak
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing
proses antara peserta belajar, sehingga dapat
mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta
belajar itu sendiri.
2) Nurulhayati
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran
yang mlibatkan partisipasi siswa dalam satu
kelompok kecil untuk saling berinteraksi.
Page 4
18
3) Sanjaya
Cooperatif Learning merupakan kegiatan belajar
siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok.
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.
4) Tom V. Savage
Cooperatif Learning adalah suatu pendekatan yang
menekankan kerja sama dalam kelompok.
Menurut Artzt dan Newman dalam Trianto (2009: 56)
“pembelajran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama.”
Menurut Suprijono, Agus (2010: 54) “pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan
oleh guru”.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk model
pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok
untuk dapat bekerja sama dalam struktur tugas untuk mencapai tujuan.
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Rusman (2013:207) menyebutkan beberapa
karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif, yaitu :
1) Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
dilakukan secara tim. Oleh karena itu, setiap anggota
tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Page 5
19
2) Didasarkan pada manajemen kooperatif
a) Pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan dan langkah-langkah
pembelajaran yang sudah ditentukan.
b) Pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan
yang matang agar proses pembelajaraan berjalan
dengan efektif.
c) Pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria
keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun
nontes.
3) Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip
kebersamaan atau kerja sama perlu ditentukan dalam
pembelajaran kooperatif.
4) Keterampilan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui
aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara
berkelompok. Siswa didorong untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif di atas, dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif itu terdapat
kebersamaan, interaksi dan komunikasi dalam kelompok agar tercapai
tujuan pembelajaran.
c. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nurulhayati dalam Rusman (2013:204)
mengemukakan lima unsur dasar model Cooperatif Learning, yaitu :
1) Ketergantungan yang positif
2) Pertanggungjawaban individual
3) Kemampuan bersosialisasi
4) Tatap muka
5) Evaluasi proses kelompok
Menurut Roger dan David dalam Suprijono, Agus (2010: 58)
mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap
Page 6
20
pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima
unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur
tesebut adalah :
1) Positive interdependence (saling ketergantungan
positif)
2) Personal responsibility (tanggung jawab
perseorangan)
3) Face to face promotive interaction (interaksi
promotif)
4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)
5) Grup processing (pemrosesan kelompok)
Dalam pelaksanaannya, guru harus mematuhi unsur-unsur
pembelajaran kooperatif. Selain itu, guru juga perlu memperhatikan
faktor pendukung lain yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
koopertif. Faktor pendukung tersebut seperti sarana dan prasarana di
sekolah yang bersangkutan. Harapannya pembelajaran koopertif yang
dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang ditentukan.
Dari penjelasan unsur-unsur pembelajaran kooperatif di atas,
dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pembelajaran koopertif sangat
penting diterapkan untuk menunjang keberhasilan proses
pembelajaran.
d. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin dalam Trianto (2009:61) prinsip utama
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika
kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
2) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa
suksesnya kelompok tergantung pada belajar
individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab
ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain
Page 7
21
dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap
menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
3) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna
bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara
meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini
memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi,
sedan, dan rendah sama-sama tertantang untuk
melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua
anggota kelompok sangat bernilai.
e. Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif
Tidak selamanya pembelajaran kooperatif bisa berlangsung
sesuai harapan. Pembelajaran kooperatif sekarang ini masih jarang
digunakan di sekolah, salah satu penyebabnya adalah pembelajaran
kooperatif cenderung membuat kekacauan atau kegaduhan dalam
kegiatan belajar mengajar, jika guru tidak dapat mengkondisikan
kelas.
Menurut Surpijono, Agus (2010:65) ada beberapa tahapan
dalam penerapan pembelajan kooperatif ini yang perlu diperhatikan.
Atau dapat dikatakan sebagai, 6 (enam) fase pembelajaran kooperatif
yaitu:
Tabel 2. Fase Pembelajaran Kooperatif
Fase-Fase Perilaku Guru
Fase 1 : Present goals and
set
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta
didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik siap
belajar
Fase 2 : Present
information
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada
peserta didik secara verbal
Page 8
22
Fase 3 : Organize students
into learning teams
Mengorganisir peserta
didik ke dalam tim-tim
belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta
didik tentang tata cara pembentukan tim
belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Assist team work
and study
Membantu kerja tim dan
belajar
Membantu tim-tim belajar selama
peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5 : Test on the
materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai berbagai materi pembelajaran
atau kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 : Provide
recognition
Memberikan pengakuan
atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun
kelompok
f. Model-Model Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran
kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini
tidak berubah, jenis-jenis model tersebut menurut Trianto (2009:67)
adalah sebagai berikut :
1) Model Student Team Achievement Division (STAD)
2) Model Jigsaw
3) Model Investigasi Kelompok (Group Investigation)
4) Model Times Games Tournaments (TGT)
5) Model Pendekatan Struktural yang meliputi Think
Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together
(NHT)
Model pembelajaran kooperatif memiliki variasi jenis model
dengan prinsip dasar pembelajaran yang sama walaupun penerapan
tiap modelnya berbeda.
Page 9
23
3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe
Numbered Head Together (NHT)
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok.
Menurut Slavin dalam Huda, Miftahul (2014:130) metode yang
dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas
individu dalam diskusi kelompok.
Menurut La Iru dan La Ode Safiun Arihi dalam Hamdayama,
Jumanta (2014: 175) mengungkapkan bahwa metode Numbered Heads
Together (NHT) adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif
struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang di
rancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa.
Struktur Numbered Heads Together (NHT) sering disebut berpikir
secara kelompok. Ada pun ciri khas dari Numbered Heads Together (NHT)
adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya.
Dalam menujuk siswa tersebut, guru tidak memberi tahu terlebih dahulu
siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Selain itu pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) memberi kesempatan kepada siswa
untuk membagikan ide atau gagasan dan mempertimbangkan jawaban
yang paling tepat. Aktivitas ini mendorong siswa untuk berpikir dalam
suatu tim dan berani tampil mandiri.
Page 10
24
Adapun kelemahan dan kelebihan dari model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam Hamdayama,
Jumanta (2014: 89) adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan Numbered Head Together (NHT)
Menggunakan model Numbered Head Together (NHT)
memiliki beberapa kelebihan, yaitu :
1) Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan
menghargai pendapat orang lain
2) Melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya
3) Memupuk rasa kebersamaan
4) Membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan
b. Kelemahan Numbered Head Together (NHT)
Dalam menggunakan model Numbered Head Together
(NHT) terdapat beberapa kelemahan yang harus
diwaspadai, hal ini dilakukan agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan dalam pembelajaran, diantaranya :
1) Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional
akan sedikit kewalahan
2) Guru harus bisa memfasilitasi siswa
3) Tidak semua mendapat giliran
Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) menurut Huda, Miftahul (2014:138)
antara lain yaitu :
a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-
masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
b. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing
kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang
dianggap paling benar dan memastikan semua anggota
kelompok mengetahui jawaban tersebut.
d. Guru memanggil salah nomor. Siswa dengan nomor
yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi
kelompok mereka.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) dibagi menjadi beberapa tahapan.
Page 11
25
Ada pun langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) menurut Ibrahim dalam Hamdayama, Jumanta (2014: 175) adalah
sebagai berikut :
a. Langkah 1 : Persiapan
Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran (SP) dan Lebar Kerja
Siswa (LKS).
b. Langkah 2 : Pembentukan kelompok
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor
kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama
kelompok yang berbeda.
c. Langkah 3 : Tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan
Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan
LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
d. Langkah 4 : Diskusi masalah
Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa
tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan guru.
e. Langkah 5 : Memanggil nomor anggota atau pemberian
jawaban
Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan
dan menyiapkan jawaban.
f. Langkah 6 : Memberi Kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari
semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
disampaikan.
Berdasarkan uraian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) di atas dapat disintesis bahwa model ini
merupakan salah satu model diskusi kelompok yang dirancang khusus
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Langkah dalam pembelajaran
model Numbered Head Together (NHT) meliputi 6 langkah yaitu
persiapan, pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku
Page 12
26
paket atau buku panduan, diskusi masalah, memanggil nomor anggota
atau pemberian jawaban, dan memberi kesimpulan. Berdasarkan sintesis
tersebut maka disusun kisi-kisi pembelajaran model Numbered Head
Together (NHT) yang diuraikan pada tabel 3.
Tabel 3. Kisi-Kisi Pembelajaran Model Numbered Head Together (NHT)
Tahapan Guru Siswa
Langkah 1 :
Persiapan
Guru mempersiapkan
media, alat dan bahan yang
akan digunakan serta
menyampaikan materi dan
langkah-langkah
pembelajaran.
Siswa memahami
penjelasan guru.
Langkah 2 :
Pembentukan
kelompok
Guru mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok
(3-5 siswa setiap
kelompok).
Siswa berkelompok sesuai
kelompoknya.
Langkah 3 :
Tiap kelompok
harus memiliki
buku paket atau
buku panduan
Guru membagikan nomor
kepala dan LKS
Siswa memakai nomor
kepala
Langkah 4 :
Diskusi masalah
Guru memantau kegiatan
belajar siswa selama
diskusi berlangsung serta
membantu kelompok
siswa yang kesulitan.
Siswa berdikusi dan
berpikir bersama dengan
kelompoknya untuk
memahami materi dan
menyelesaikan soal yang
terdapat dalam LKS.
Langkah 5 :
Memanggil
nomor anggota
atau pemberian
jawaban
Guru memanggil satu
nomor dari salah satu
kelompok secara acak dan
memberikan pertanyaan.
Siswa yang dipanggil
mengacungkan tangan dan
menjawab pertanyaan
yang diberikan guru.
Langkah 6 :
Memberi
Kesimpulan
Guru membimbing siswa
untuk merangkum materi
yang telah dipelajari dan
memberikan kesimpulan.
Siswa bersama-sama
dengan guru merangkum
dan menyimpulkan materi
yang telah dipelajari.
Kisi-kisi pembelajaran model Numbered Head Together (NHT) di
gunakan sebagai pedoman untuk membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang terlampir pada lampiran 2.
Page 13
27
4. Sikap Tanggung Jawab
a. Pengertian Sikap
Sikap merupakan salah satu faktor psikologis yang mempunyai
peranan cukup besar dalam dunia pendidikan. Menurut Purwanto, M.
Ngalim (2003:41) sikap diartikan sebagai suatu cara bereaksi terhadap
suatu perangsang, suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara
tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi.
Menurut Slameto (2010:188) menyatakan bahwa sikap
mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen
tingkah laku yang berkenaan dengan suatu objek yang disertai dengan
perasaan positif atau negatif. hal itu didasarkan pada informasi yang
diketahui terhadap objek tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah suatu kecenderungan tertentu untuk menerima atau menolak
suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut dalam
artian berguna atau tidak, jika objek tersebut baik maka akan disertai
perasaan positif sebaliknya jika objek tersebut tidak baik maka akan
disertai perasaan negatif.
b. Pengertian Tanggug Jawab
Menurut Zubaedi (2011:76) tanggung jawab adalah sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial, budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu,
Page 14
28
Zubaedi (2011:78) juga menyatakan bahwa tanggung tanggung jawab
(responsibility) maksudnya mampu mempertanggungjawabkan serta
memiliki perasaan untuk memenuhi tugas dengan dapat dipercaya,
mandiri dan berkomitmen.
Sedangkan menurut Kemendiknas (2010:10) tanggung jawab
adalah suatu sikap dimana seseorang mempunyai kesediaan
menanggung segala akibat atau sanksi yang telah dituntutkan (oleh
kata hati, oleh masyarakat, oleh norma-norma agama) melalui latihan
kebiasaan yang bersifat rutin dan diterima dengan penuh kesadaran,
kerelaan, dan berkomitmen. Segala sikap dan perilaku harus bisa
dipertanggungjawabkan kepada diri sendiri, kehidupan bermasyarakat,
lingkungan, negara, dan kepada Tuhan YME. Seseorang yang
dilandasi dengan rasa tanggung jawab, maka ia dapat meningkatkan
perkembangan potensinya melalui belajar sesuai dengan harapan dan
keinginan dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar.
Definisi tanggung jawab dikemukakan juga oleh Majid
(2014:167), tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial,
dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.
Selain itu Majid juga merumuskan indikator-indikator sikap
tanggung jawab. Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut :
Page 15
29
Tabel 4. Definisi dan Indikator Sikap Tanggung Jawab
Tanggung jawab
adalah sikap dan
perilaku seseorang
dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia
lakukan terhadap diri
sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam,
sosial, dan budaya),
negara, dan Tuhan Yang
Maha Esa.
Melaksanakan tugas individu
dengan baik.
Menerima risiko dari tindakan yang
dilakukan.
Tidak menyalahkan/menuduh orang
lain tanpa bukti yang akurat.
Mengembalikan barang yang
dipinjam. Mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan.
Tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan tindakan kita sendiri.
Melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.
Kemendiknas 2010 (dalam Maulida, 2014:44) memaparkan
indikator sikap tanggung jawab adalah:
1) Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam
bentuk lisan maupun tertulis;
2) Melakukan tugas tanpa disuruh;
3) Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam
lingkup terdekat;
4) Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.
Tanggung jawab merupakan salah satu sikap yang terdapat
dalam ranah afektif. Menurut Majid (2014:48) ranah afektif secara
umum diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah
pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang
nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga
kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menentukan tingkah lakunya. Menurut Krathwohl dkk (dalam
Sudijono, 2011:54) ranah afektif ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi
ke dalam lima jenjang yaitu :
Page 16
30
1) Penerimaan (receiving)
Kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
2) Partisipasi (responding)
Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya
partisipasi aktif”. Pada tahap responding, peserta
didik tidak saja memerhatikan fenomena khusus, tetapi ia
akan memeroleh respon, berkeinginan memberi respons,
atau kepuasan dalam memberi respons.
3) Penilaian (evaluing)
Kemampuan menilai adalah konsistensi perilaku yang
mengandung nilai, mempunyai motivasi untuk
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, menunjukkan
komitmen terhadap suatu nilai.
4) Organisasi (organization) Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai
sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang
membawa kepada perbaikan umum
5) Pembentukan pola hidup (characterization by a value
or value complex)
Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya
dan telah memengaruhi emosinya.
c. Ciri-Ciri Tanggung Jawab
Menurut Wulandari (2013 : 2) secara umum siswa yang
bertanggung jawab terhadap belajar dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Akan senantiasa mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh gurunya sampai tuntas baik itu tugas
yang diberikan di sekolah maupun PR yang harus
mereka kerjakan di rumah.
2) Selalu berusaha menghasilkan sesuatu tanpa rasa lelah
dan putus asa.
3) Selalu berpikiran positif disetiap kesempatan dan
dalam situasi apapun.
4) Tidak pernah menyalahkan orang lain atas kesalahan
yang telah diperbuatnya.
Page 17
31
Sedangkan ciri-ciri seorang anak yang bertanggung jawab
menurut Anton Adiwiyato (2001:89) dalam Astuti (2005: 27) antara
lain yaitu:
1) Melakukan tugas rutin tanpa harus diberi tahu
2) Dapat menjelaskan apa yang dilakukannya
3) Tidak menyalahkan orang lain yang berlebihan
4) Mampu menentukan pilihan dari beberapa alternatif
5) Bisa bermain atau bekerja sendiri dengan senang hati
6) Bisa membuat keputusan yang berbeda dari keputusan
orang lain dalam kelompoknya
7) Punya beberapa saran atau minat yang ia tekuni
8) Menghormati dan menghargai aturan
9) Dapat berkonsentrasi pada tugas-tugas yang rumit
10) Mengerjakan apa yang dikatakannya akan dilakukan
11) Mengakui kesalahan tanpa mengajukan alasan yang
dibuat-buat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesis bahwa sikap
tanggung jawab adalah sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya sebaik mungkin sesuai dengan lima jenjang ranah
afektif, yaitu penerimaan (receiving), partisipasi (responding),
penilaian (evaluing), organisasi (organization), dan pembentukan pola
hidup (characterization by a value or value complex).
Pengertian sikap tanggung jawab tersebut dapat dijadikan
acuan untuk menentukan aspek-aspek pengamatan. Aspek-aspek yang
dapat diamati dalam menilai sikap tanggung jawab siswa, yaitu:
1) Penerimaan (receiving)
2) Partisipasi (responding)
3) Penilaian (evaluing)
4) Organisasi (organization)
Page 18
32
5) Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value
complex)
Berdasarkan aspek-aspek yang telah dipaparkan maka
diperoleh indikator. Adapun indikator sikap tanggung jawab dalam
penelitian ini adalah :
1) Tidak mudah menyalahkan orang lain.
2) Tidak melakukan kecurangan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
3) Berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
4) Tekun dan selalu mencoba serta melakukan yang terbaik.
5) Bertanggung jawab atas tindakan dan sikap yang
dilakukan.
6) Mengontrol diri dan berdisiplin.
7) Mengerjakan tugas yang diperintahkan guru.
8) Melaksanakan tugas dengan tepat waktu.
Definisi sikap tanggung jawab, aspek-aspek pengamatan, dan
indikator sikap tanggung jawab diperoleh berdasarkan teori-teori yang
telah dipaparkan di atas. Sehingga definisi,aspek, dan indikator sikap
tanggung jawab dapat di buat kisi-kisi sikap tanggung jawab yang
menjadi acuan dalam pembuatan lembar observasi sikap tanggung
jawab siswa. Kisi-kisi sikap tanggung jawab dapat dilihat pada tabel
berikut :
Page 19
33
Tabel 5. Kisi-Kisi Sikap Tanggung Jawab
Aspek Pengamatan Indikator Sikap Tanggung Jawab
Penerimaan (receiving) Tidak mudah menyalahkan orang lain.
Tidak melakukan kecurangan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
Partisipasi (responding) Berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Tekun dan selalu mencoba serta melakukan yang
terbaik.
Penilaian (evaluing) Bertanggung jawab atas tindakan dan sikap yang
dilakukan.
Organisasi (organization) Mengontrol diri dan berdisiplin.
Pembentukan pola hidup
(characterization by a
value or value complex)
Mengerjakan tugas yang diperintahkan guru.
Melaksanakan tugas dengan tepat waktu.
Kisi-kisi sikap tanggung jawab di atas digunakan sebagai
pedoman untuk membuat lembar observasi sikap tanggung jawab
yang terlampir pada lampiran 12. Lembar observasi digunakan
sebagai acuan dalam penilaian sikap tanggung jawab siswa.
5. Pengertian Belajar
Pada dasarnya manusia mempunyai sifat ingin tahu. Sifat ini penting
dalam proses perkembangan anak. Karena dengan sifat ingin tahu inilah
seseorang berusaha untuk memperoleh sesuatu yang belum diketahui.
Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah dengan cara belajar.
Trianto (2009:16) mengemukakan bahwa, “Belajar secara umum
diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui
pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan
tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.”
Sedangkan menurut Anthony Robbins dalam buku Trianto (2009:15)
menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa
membangun (mengkontruk) pengetahuan baru berdasarkan pada
Page 20
34
pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Belajar bukanlah semata-
mata mentransfer pangetahuan yang ada diluar dirinya, tetapi belajar lebih
pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman
yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan cara yang
baru.
Beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang
pengertian belajar. Berikut ini pandangan-pandangan dari beberapa ahli
mengenai pengertian belajar dalam Purwanto, M. Ngalim (2003:84) :
a. Hilgard dan Bower menyatakan bahwa belaar berhubungan
dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah
laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan
respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan
sebagainya).
b. Gagne menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi
stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu
sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia
mengalami situasi tadi.
c. Morgan menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
d. Witherington menyatakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan
sehingga terjadi perubahan tingkah laku sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman.
Page 21
35
Perubahan itu dapat tercapai tergantung pada bermacam-macam
faktor. Purwanto, M. Ngalim (2003:102) menyatakan bahwa :
Adapun faktor- faktor itu, dapat kita bedakan menjadi
dua golongan :
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang
kita sebut faktor individual, dan
b. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut
faktor sosial.
Yang termasuk ke dalam faktor individual antar lain :
faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan,
motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk
faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah
tangga, guru dan cara mengajarnya, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan dan
perubahan yang lebih baik serta tergantung pada diri sendiri dan
lingkungan sosial.
6. Hasil Belajar
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh siswa memahami materi yang sudah diajarkan.
Menurut Winkel dalam Purwanto, M. Ngalim (2003:45) menyatakan
bahwa :
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya,
asepek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan
pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson,
dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik
Page 22
36
Sedangkan menurut Suprijono, Agus (2010:5) “Hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi, dan keterampilan.”
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa yang berupa perubahan
sikap dan tingkah laku siswa.
Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono, Agus (2010 : 6), hasil
belajar berupa:
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun
tertulis.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan
mempresentasikan konsep dan lambang.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan
serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak
objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Menurut Bloom dalam Suprijono, Agus (2010:6) hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Taksonomi
Bloom telah dikenal lama dan banyak digunakan dalam pembelajaran.
Namun Anderson dan Krathwohl telah berhasil mengembangkan dan
merevsi taksonomi tersebut menjadi taksonomi belajar mengajar dan
asesmen.
Taksonomi tersebut direpresentasikan dalam dua dimensi yaitu
dimensi kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi kognitif meliputi :
Page 23
37
mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply),
menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), mencipta (create).
Sedangkan dimensi pengetahuan meliputi : pengetahuan faktual (factual
knowledge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge),
pengetahuan prosedural (procedural knowledge), pengetahuan
metakognisi (metacognitive knowledge).
Berikut ini adalah penjelasan kategori dari dimensi kognitif dan kata
kerja operasional yang telah direvisi.
Tabel 6. Penjelasan Kategori Dimensi Kognitif dan Kata Kerja
Operasional
Kategori Penjelasan Kata Kerja Operasional
Mengingat
(Remember)
C1
Kemampuan
menyebutkan kembali
informasi / pengetahuan
yang tersimpan dalam
ingatan.
Mengutip, Menyebutkan,
Menjelaskan, Menggambar,
Membilang, Mengidentifikasi,
Mendaftar, Menunjukkan,
Memberi label, Memberi indeks,
Memasangkan, Menamai,
Manandai, Membaca, Menyadari,
Menghafal, Meniru, Mencatat
Mengulang, Mereproduksi,
Meninjau, Memilih, Menyatakan,
Mempelajari, Mentabulasi,
Memberi kode, Menelusuri,
Menulis
Memahami
(Understand)
C2
Kemampuan memahami
instruksi dan
menegaskan
pengertian/makna ide
atau konsep yang telah
diajarkan baik dalam
bentuk lisan, tertulis,
maupun grafik/diagram.
Memperkirakan, Menjelaskan,
Mengkategorikan, Mencirikan,
Merinci, Mengasosiasikan,
Membandingkan, Menghitung,
Mengkontraskan, Mengubah,
Mempertahankan, Menguraikan,
Menjalin, Membedakan,
Mendiskusikan, Menggali,
Mencontohkan, Menerangkan,
Mengemukakan, Mempolakan,
Memperluas, Menyimpulkan,
Meramalkan, Merangkum,
Menjabarkan
Page 24
38
Menerapkan
(Apply)
C3
Kemampuan melakukan
sesuatu dan
mengaplikasikan konsep
dalam situasi tetentu.
Menugaskan, Mengurutkan,
Menentukan, Menerapkan,
Menyesuaikan, Mengkalkulasi,
Memodifikasi, Mengklasifiksi,
Menghitung, Membangun,
Mengurutkan, Membiasakan,
Mencegah, Menggambarkan,
Menggunakan, Menilai, Melatih,
Menggali, Mengemukakan,
Mengadaptasi, Menyelidiki,,
Mengoperasikan, Mempersoalkan,
Mengkonsepkan, Melaksanakan,
Meramalkan, Memproduksi,
Memproses, Mengaitkan,
Menyusun, Mensimulasikan,
Memecahkan, Melakukan,
Mentabulasi
Menganalisis
(Analyze)
C4
Kemampuan
memisahkan konsep
kedalam beberapa
komponen dan
mnghubungkan satu
sama lain untuk
memperoleh pemahaman
atas konsep tersebut
secara utuh.
Menganalisis, Mengaudit,
Memecahkan, Menegaskan,
Mendeteksi, Mendiagnosis,
Menyeleksi, Memerinci,
Menominasikan, Mendiagramkan,
Mengkorelasikan, Merasionalkan,
Menguji, Mencerahkan,
Menjelajah, Membagankan,
Menyimpulkan, Menemukan,
Menelaah, Memaksimalkan,
Memerintahkan, Mengedit,
Mengaitkan, Memilih, Mengukur,
Melatih, Mentransfer
Mengevaluasi
(Evaluate)
C4
Kemampuan menetapkan
derajat sesuatu
berdasarkan norma,
kriteria atau patokan
tertentu.
Membandingkan, Menyimpulkan,
Menilai, Mengarahkan,
Mengkritik, Menimbang,
Memutuskan, Memisahkan,
Memprediksi, Memperjelas,
Menugaskan, Menafsirkan,
Mempertahankan, Memerinci,
Mengukur, Merangkum,
Membuktikan, Memvalidasi,
Mengetes, Mendukung, Memilih,
Memproyeksikan
Page 25
39
Mencipta
(Create)
C6
Kemampuan memadukan
unsur-unsur menjadi
sesuatu bentuk baru yang
utuh dan koheren, atau
membuat sesuatu yang
orisinil.
Mengabstraksi, Mengatur,
Menganimasi, Mengumpulkan,
Mengkategorikan, Mengkode,
Mengkombinasikan, Menyusun,
Mengarang, Membangun,
Menanggulangi, Menghubungkan,
Menciptakan, Mengkreasikan,
Mengoreksi, Merancang,
Merencanakan, Mendikte,
Meningkatkan, Memperjelas,
Memfasilitasi, Membentuk,
Merumuskan, Menggeneralisasi,
Menggabungkan, Memadukan,
Membatas, Mereparasi,
Menampilkan, Menyiapkan,
Memproduksi, Merangkum,
Merekonstruksi, Membuat
Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesis bahwa hasil belajar
adalah suatu ukuran perbuatan yang menghasilkan perubahan pada
keterampilan dan kemampuan yang didasari oleh dua dimensi yaitu
dimensi kognitif dan dimensi pengetahuan. Hasil belajar pada penelitian
ini hanya dilihat pada dimensi kognitif. Dimensi kognitif yang digunakan
pada penelitian ini hanya terbatas pada mengingat (remember),
memahami (understand), dan menerapkan (apply).
Berdasarkan sintesis hasil belajar di atas, dapat di buat kisi-kisi
hasil belajar. Kisi-kisi hasil belajar dapat dilihat pada tabel berikut :
Page 26
40
Tabel 7. Kisi-Kisi Hasil Belajar
Kategori Kata Kerja
Oprasional
Indikator
Mengingat
(Remember)
C1
Menyebutkan Menyebutkan macam-mcam zat aditif pada
makanan
Menyebutkan contoh zat aditif pewarna alami
dan pewarna buatan
Menyebutkan contoh zat aditif pengawet
alami dan pengawet buatan
Menyebutkan efek samping penggunaan zat
aditif pewarna dan pengawet buatan bagi
kesehatan
Memahami
(Understan
d)
C2
Menjelaskan Menjelaskan pengertian zat aditif pada
makanan
Menjelaskan konsep zat aditif pada makanan
Membedakan Membedakan zat aditif pewarna alami dan
pewarna buatan
Membedakan zat aditif pengawet alami dan
pengawet buatan
Menerapkan
(Apply)
C3
Mengidentifikasi Mengidentifikasi bahan pewarna serta
pengawet alami dan buatan yang tercantum
pada kemasan dengan benar
Mengidentifikasi zat pewarna alami dan
pewarna buatan
Mengidentifikasi zat aditif pengawet alami
dan pengawet buatan
Kisi-kisi hasil belajar di atas digunakan sebagai pedoman untuk
membuat LKS , kisi-kisi soal pretest 1, posttest 1, pretest 2, dan posttest 2
serta lembar soal tes hasil belajar yang terlampir pada lampiran 4-11. LKS
digunakan untuk menambah pemahaman materi sedangkan kisi-kisi soal
digunakan untuk membuat soal tes hasil belajar yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa.
7. Pembelajaran IPA
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran menurut Suprijono, Agus (2010:13) yaitu:
Pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan
mempelajari. Pembelajaran diartikan sebagai upaya guru
Page 27
41
mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru
mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru
menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk
mempelajarinya.
Sedangkan menurut Trianto (2009: 17), pembelajaran
merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik,
dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan
terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yaitu menciptakan proses belajar dan mengajar antara
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan
sikap dan pola pikir agar menapai tujuan pembelajaran.
b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda
tentang pengertian ilmu pengetahuan alam (IPA). Berikut ini
pandangan-pandangan dari beberapa ahli mengenai pengertian ilmu
pengetahuan alam (IPA) dalam Trianto (2010:136) :
1) H. W Fowler
IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan,
yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan
didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi.
2) Kardi dan Nur
IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat,
baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.
3) Wahyana
IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara
sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak
hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh
adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Page 28
42
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA
adalah suatu kumpulan materi yang sistematis, penerapannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui
metode ilmiah serta menuntut sikap ilmiah.
Jadi, pembelajaran IPA adalah menciptakan proses belajar dan
mengajar antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa secara
ilmiah yang ditunjukkan dengan pembelajaran yang sistematis dan
menuntut sikap ilmiah dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir
agar menapai tujuan pembelajaran.
8. Materi Zat Aditif Dalam Makanan
a. Pengertian Zat Aditif
Menurut Winarno (2004:214) Zat aditif atau zat tambahan
makanan merupakan bahan yang ditambahkan dan dicampurkan
sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu makanan.
Pemberian zat aditif pada makanan secara garis besar bertujuan:
1) Untuk mempertahankan nilai gizi makanan
2) Agar makanan lebih menarik
3) Agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga
4) Agar makanan lebih tahan lama disimpan
b. Macam-Macam Zat Aditif
Berdasarkan sumbernya, zat aditif dibedakan menjadi dua
macam, yaitu zat aditif alami dan zat aditif sintetis atau buatan.
Page 29
43
1) Zat Aditif Alami
Zat aditif alami merupakan zat tambahan makanan yang
diperoleh dari alam, tanpa disintetis atau dibuat terlebih dahulu.
Berikut ini adalah beberapa contoh zat aditif alami dan
kegunaannya.
a) Pewarna
Pada dasarnya, bahan-bahan pokok untuk membuat
suatu makanan atau minuman telah mengandung zat warna
sendiri. Akan tetapi, pada kenyataannya warna-warna alami
yang terdapat pada bahan makanan tersebut kurang bisa
digunakan untuk menciptakan variasi-variasi yang lebih
menarik dari suatu makanan atau minuman. Di alam ini
banyak terdapat bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai
bahan pewarna alami dan sebagian besar diantaranya diperoleh
dari jenis tumbuhan. Berikut ini uraian tentang beberapa bahan
alami yang digunakan sebagai pewarna makanan atau
minuman.
(1) Wortel
Wortel merupakan salah satu tanaman umbi-
umbian yang banyak digunakan sebagai sayuran dan
sebagai pewarna makanan alami. Hal ini karena wortel
dapat menghasilkan warna jingga. Warna jingga wortel
diperoleh dari kandungan zat yang disebut dengan beta
Page 30
44
karoten. Oleh karena itu, wortel dapat digunakan sebagai
zat pemberi warna jingga pada makanan terutama pada
pembuatan selai nanas. Selain sebagai pemberi warna
jingga atau oranye wortel juga baik dimakan langsung atau
diperas airnya dan diminum karena terdapat provitamin A.
(2) Kunyit
Kunyit merupakan jenis tanaman yang tergolong
ke dalam kelompok jahe-jahenan (zingiberaceae). Kunyit
terdapat diasia, khususnya Asia Tenggara, dan banyak
digunakan oleh masyarakat Indonesia atau bangsa Asia.
pada umumnya sebagai bumbu masakan dan obat
tradisional atau jamu. Kunyit mempunyai kandungan zat
warna kuning yang disebut kurkumin. Oleh karena itu,
kunyit sering digunakan untuk memberi warna kuning
pada makanan atau masakan seperti nasi, gulai, daging,
ikan dll.
(3) Daun Pandan Air dan Daun Suji
Daun pandan air dan daun suji dapat digunakan
sebagai penghasil warna hijau pada makanan. Hal ini
karena kedua jenis tanaman tersebut mengandung klorofil
yang aman bagi manusia. Daun pandan air dan daun suji
banyak digunakan untuk memberikan warna hijau pada
makanan-makanan tradisional dan pewarna pada minuman.
Page 31
45
Sebagai contoh, makanan yang menggunakan daun suji
atau pandan air sebagai pewarna adalah dadar gulung, poci
dan bolu pandan.
(4) Buah naga
buah naga dapat digunakan sebagai penghasil warna merah
pada makanan. contoh makanan yang sering kali
menggunakan warna merah dari buah naga adalah bolu
kukus dan mie basah.
b) Pengawet
Bahan pengawet digunakan dalam makanan agar
makanan tersebut dapat bertahan lama. Dalam hal ini, garam
merupakan salah satu contoh pengawet alami yang digunakan
untuk mengawetkan makanan seperti ikan, daging dan sayur-
sayuran. Makanan yang diawetkan dengan garam biasa disebut
asinan.
Selain garam, terdapat bahan alami lainnya yang biasa
digunakan untuk mengawetkan makanan , yaitu gula. Gula
dapat mengikat air secara efesien, sehingga penambahan gula
ke dalam makanan akan mengawetkan makanan tersebut. Hal
ini karena tidak lagi tersedia untuk pertumbuhan organisme
pembusuk (bakteri).
Di samping garam dan gula, bahan pengawet alami
yang digunakan adalah es dan rempah-rempah seperti asam
Page 32
46
jawa, kayu manis dan cengkeh. Es memungkinkan bakteri
tidak berada pada suhu ideal untuk beraktivitas, sehingga
menjaga makanan bertahan lebih lama. Sementara rempah-
rempah mengandung senyawa asam benzoat yang
menghambat proses pembusukan makanan.
2) Zat Aditif Buatan atau Sintetis
Sintetis adalah Sesuatu yang berkaitan dengan atau yang
dihasilkan melalui pembuatan proses kimia. Zat aditif sintetis
merupakan zat aditif atau zat tambahan makanan yang diperoleh
melalui sintetis (pembuatan), baik di laboratorium maupun
industri dari bahan – bahan kimia yang sifatnya hampir sama
dengan bahan alami yang sejenis. Berikut contoh zat aditif sintetis
dan kegunaannya
a) Pewarna
Pada umumnya, jenis makanan atau masakan yang
diberi bahan pewarna buatan akan tampak lebih menarik. Hal
ini karena pewarna buatan dapat menghasilkan pewarnaan
yang lebih baik dibandingkan dengan pewarna alami. Selain
itu, pewarna buatan dapat menghasilkan variasi-variasi warna
tertentu yang hampir tidak mungkin dapat dibuat dengan
bahan pewarna alami.
Bahan-bahan kimia buatan yang biasa digunakan
sebagai pewarna makanan antara lain adalah tartazine,
Page 33
47
carmosine, quinoline, yellow poncean 4R, sunset yellow,
patent blue V, dan brilliant blue FCF. Di Indonesia, peraturan
mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan
dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan
RI Nomor 722/Menkes/per/IX/88 mengenai bahan tambahan
pangan.
b) Pengawet
Pengawet digunakan agar makanan lebih tahan lama
dan tidak cepat busuk bila disimpan. Pengawet sintetis yang
sering digunakan diantaranya: Natrium benzoat, Natrium
nitrit, Asam propionat, Asam sorbat. Di Indonesia, peraturan
mengenai penggunaan zat pengawet yang diizinkan untuk
pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor
722/Menkes/per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesis bahwa zat aditif adalah
zat khusus baik alami atau buatan yang sengaja ditambahkan saat
pengolahan makanan agar terjamin mutu dan ketahanan makanan. Zat
aditif yang ditampilkan dalam penelitian ini hanya pewarna dan
pengawet baik itu yang diijinkan maupun yang tidak diijinkan.
Page 34
48
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Wahyuningsih (2012) yang berjudul
“Penerapan Metode Resitasi Guna Meningkatkan Tanggung Jawab
Belajar Matematika Kelas XI IPS Semester 1 SMA Muhammadiyah
Sewon Tahun Ajaran 2012/2013” hasil penelitian menunjukan adanya
peningkatan tanggung jawab siswa dengan presentase rata-rata pada
setiap siklus yaitu 52,62% pada siklus I meningkat menjadi 87,04% pada
siklus II dan meningkat lagi menjadi 97,12% pada siklus III. Peningkatan
tanggung jawab siswa diikuti dengan peningkatan hasil belajar siswa yang
ditunjukkan pada peningkatan hasil belajar setiap siklusnya. Rata-rata
nilai tes pada siklus I sebesar 59,21 meningkat menjadi 81 pada siklus II
dan meningkat lagi menjadi 85,67 pada siklus III.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Esti Wulan Sari (2013) dengan judul
“Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Semester Genap
SMP Muhammadiyah Imogiri Kabupaten Bantul Tahun Ajaran
2012/2013.” Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan hasil
belajar antara pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan
pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran langsung
pada siswa kelas VIII semester genap SMP Muhammadiyah Imogiri
Kabupaten Bantul tahun ajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan
hasil uji hipotesis dua pihak di mana dengan taraf signifikan 5% dan
Page 35
49
derajat kebebasan 39, maka diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,268518 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =
2,0219982. Dari uji hipotesis satu pihak di mana dengan taraf signifikan
5% dan derajat kebebasan 39, maka diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,268518199 >
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,6819982 yang artinya pembelajaran matematika
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif
dibandingkan pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran langsung terhadap hasil belajar matematika pada siswa
kelas VIII semester genap SMP Muhammadiyah Imogiri Kabupaten
Bantul tahun ajaran 2012/2013.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis berjudul “Peningkatan
Sikap Tanggung Jawab Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Dalam
Pembelajaran IPA Materi Zat Aditif Pada Makanan Dengan Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together(NHT) Di
SMP Negeri 2 Berbah Tahun Ajaran 2016/2017.” Penelitian relevan yang ke-
1 memiliki relevansi dengan penelitian ini yaitu tentang peningkatan
tanggung jawab dan perbedaanya terletak pada model pembelajaran yang
digunakan, subjek penelitian, waktu penelitian, tempat penelitian, dan materi
yang diajarkan. Penelitian relevan yang ke-2 memiliki relevansi dengan
penelitian ini yaitu tentang model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) serta hasil belajar dan perbedaanya terletak pada waktu
penelitian, tempat penelitian, dan materi yang diajarkan.
Page 36
50
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan teori di atas, dapat dibuat suatu kerangka berpikir dengan
upaya meningkatkan sikap tanggung jawab dan hasil belajar siswa melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) seperti
berikut:
Rencana Perbaikan
Hasil yang dicapai
Permasalahan yang ditemukan
1. Sikap tanggung jawab belajar siswa dalam kegiatan
pembelajaran IPA masih rendah.
2. Hasil belajar yang dicapai siswa masih ≥50% di bawah KKM.
3. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih sering
menggunakan model pembelajaran direct intruction yang
bersentral pada guru.
Model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) Sikap Tanggung
Jawab
Hasil belajar
1. Tidak mudah menyalahkan
orang lain.
2. Tidak melakukan
kecurangan dalam
melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
3. Berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
4. Tekun dan selalu mencoba
serta melakukan yang
terbaik.
5. Bertanggung jawab atas
tindakan dan sikap yang
dilakukan.
6. Mengontrol diri dan
berdisiplin.
7. Mengerjakan tugas yang
diperintahkan guru.
8. Melaksanakan tugas
dengan tepat waktu.
1. Mengingat
(Remember)
2. Memahami
(Understand)
3. Menerapkan
(Apply)
4. Menganalisis
(Analyze)
5. Mengevaluasi
(Evaluate)
6. Mencipta
(Creat)
1. Persiapan
2. Membentuk
kelompok
3. Tiap kelompok
harus memiliki
buku paket atau
buku panduan
4. Diskusi masalah
5. Memanggil nomor
anggota atau
pemberian jawaban
6. Memberi
kesimpulan
1. Hasil belajar meningkat
2. Sikap tanggung jawab meningkat
Page 37
51
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang telah
dipaparkan maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Penggunaan model Numbered Head Together (NHT) dapat dilaksanakan
di kelas VIII C SMP Negeri 2 Berbah tahun ajaran 2016/2017 pada materi
pembelajaran zat aditif pada makanan sesuai dengan sintak-sintak
pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
2. Sikap tanggung jawab dan hasil belajar siswa dapat meningkat setelah
penerapan model Numbered Head Together (NHT) dalam materi
pembelajaran zat aditif pada makanan yang dilakukan dalam 2 siklus
tindakan.
3. Sikap tanggung jawab dan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 2
Berbah tahun ajaran 2016/2017 pada materi pembelajaran zat aditif pada
makanan meningkat setiap siklusnya setelah menggunakan model
Numbered Head Together (NHT).