Bab 5
Bab 5
Penghasilan Kena Pajak dan Tarif Pajak Penghasilan
Bab 5
Penghasilan Kena Pajak dan
Tarif Pajak Penghasilan
5.1 Penghasilan Kena Pajak.
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri
dan Bentuk Usaha Tetap (BUT), ditentukan berdasarkan penghasilan
bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan sebagaimana yang dijelaskan dalam bab 3, kompesasi
kerugian 5 (lima) tahun
Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk
menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. 5.1.1
Penghasilan Kena Pajak WP Dalam Negeri
Bagi Wajib Pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua cara
untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak, yaitu
1. Penghitungan dengan cara biasa dan 2. Penghitungan dengan
menggunakan norma penghitungan3. Penghitungan dengan cara
menggunakan norma khusus1. Penghitungan Dengan Cara Biasa
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri
Badan dan Wajib Pajak Dalam Negeri Orang Pribadi yang
menyelenggarakan pembukuan dapat dihitung dengan menggunakan cara
penghitungan biasa sebagaimana yang dapat dilihat dalam contoh 1
berikut iniContoh 1
UraianDalam Rupiah
Peredaran
bruto..........................................................
Rp 300.000.000300.000.000
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan,
penyusutan, kompesasi kerugian, piutang yang tidak
tertagih255.000.000
Laba usaha (penghasila netto usaha ).............45.000.000
Ditambah dengan:
Penghasilan lainnya.............................................
5.000.000,
Biaya untuk mendapatkan menagih dan memelihara penghasilan
lainnya tersebut...........3.000.000 /-
Penghasilan netto
lainnya...................................2.000.000+
Penghasilan Netto (=Penghasilan Kena Pajak bagi WP
Badan)47.000.000
Dikurangi dengan:
Pengurang berupa PTKP untuk WP OP (status kawin + 3
tanggungan21.120.000
Penghasilan Kena Pajak (bagi WP OP)...........26.880.000
Sedangkan penghitungan Penghasilan Kena Pajak bagi WP OP atau
badan yang Kewajiban pajak subyektif dimulai pada saat Orang
Pribadi atau badan tersebut menerima atau memperoleh penghasilan
dari Indonesia dihitung berdasarkan penghasilan netto yang diterima
atau diperoleh dalam bagian tahun pajak yang disetahunkan.
Contoh 2
Misalnya orang pribadi tidak kawin yang kewajiban pajak
subyektifnya sebagai Subyek Pajak dalam negeri adalah 3 (tiga)
bulan, dan dalam jangka waktu tersebut memperoleh penghasilan
sebesar Rp 10.000.000,- maka penghitungan Penghasilan Kena Pajak
adalah sebagai berikut
Penghasilan selama 3 (tiga)
bulan.........................Rp.10.000.000
Penghasilan setahun sebesar:
360 X Rp 10.000.000,-3 X 30
...................................................=
Rp.40.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) K3............=
Rp.21.120.000
Penghasilan Kena
Pajak........................................Rp.18.880.000
2. Penghitungan Dengan Menggunakan Norma Penghitungan
Wajib Pajak Orang pribadi dapat melakukan penghitungan
Penghasilan Kena Pajak dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Netto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak
Norma Penghitungan Penghasilan Netto di atur dalam Keputusan
Dirjen Pajak No: 536/PJ.2/2000 tertanggal 29 desember 2000.
Penjelasan tentang penghasilan netto dapat dilihat dalam bahagian
Norma Penghitungan Penghasilan Netto di bawah iniContoh 3Wajib
Pajak A kawin dan mempunyai 3 (tiga) orang anak. Ia seorang dokter
bertempat tinggal di Jakarta yang juga memiliki industri rotan di
Cirebon dengan peredaran usaha sebagai berikutPeredaran Usaha dari
Industri Rotan (setahun) di Cirebon Rp. 400.000.000,-
Penerimaan bruto sebagai dokter (setahun)
di JakartaRp 72.000.000,-
Jumlah Peredaran usahaRp. 472.000.000,-
Hitunglah Penghasilan Kena Pajak
Jawab:
UraianRupiahRupiah
Penghasilan Netto:
Dari Usaha Rotan:
12,5% X
Rp.40.000.000,-............................5.000.000,-
Sebagi dokter:
45% X
Rp.72.000.000,-.............................32.400.000,-
Jumlah Penghasilan Netto........................37.400.000,-
Dikurangi dengan:
Pendapatan Tidak Kena Pajak
Wajib Pajak15.840.000,-
Status kawin1.320.000,-
Anak (Maksimal 3 orang)3.960.000,-
Jumlah
PTKP.............................................21.120.000,-
Penghasilan Kena
Pajak...........................16.380.000,-
5.1.2 Norma Penghitungan Penghasilan Netto
Norma penghitungan adalah pedoman untuk menentukan besarnya
penghasilan neto yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak
berdasarkan hasil penelitian atau data lain dengan memperhatikan
kewajaran dan disempurnakan terus menerus.
Penggunaan Norma penghitungan tersebut pada dasarnya dilakukan
dalam hal-hal:
a. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menyelengarakan
pembukuan dan diperbolehkan menggunakan pencatatan
b. Tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik, yaitu
pembukuan yang lengkap, atau
c. Pembukuan atau catatan peredaran bruto Wajib Pajak ternyata
diselenggarakan secara tidak benar
Sesuai dengan pasal 28 ayat (1) UU KUP mengatur tentang
kewajiban menyelengarakan pembukuan dengan ketentuan bahwa Wajib
Pajak orang pribadi yang melakuan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan
pembukuan
Akan tetapi tidak semua wajib pajak wajib mampu untuk
menyelengarakan pembukuan, hal ini di atur dalam pasal 28 ayat (2)
UU KUP. Wajib pajak yang tidak diwajibkan menyelengarakan pembukuan
adalah:
1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan
neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan 2.
Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.Besarnya batasan peredaran bruto wajib pajak orang
pribadi yang menggunakan Norma menghitung Penghasilan netto telah
beberapa kali mengalami perubahan antara lain.
a. Sesuai dengan pasal 14 ayat (2) UU No 36 tahun 2008 adalah
sebesar kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus
juta rupiah)
b. Besarnya peredaran bruto sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan No 01/PMK.03/2007 dan berlaku semenjak tanggal 01 januari
2007 sampai dengan 31 desember 2008 kurang dari Rp.1.800.000.000
(satu milyar delapan ratus juta rupiah) pertahun.
c. Sedangkan berdasarkan pasal 14 ayat (2) UU No 17 tahun 2000
berlaku terhitung 1 januari 2000 s/d 31 desember 2006 adalah
sebesar Rp 600.000.000 (enam ratus juta rupiah).WP OP yang
bermaksud menghitung penghasilan netonya dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto, wajib memberitahukan kepada Direktur
Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun
pajak yang bersangkutan
Daftar 5.1
Sebahagian Contoh Daftar Persentase Norma Penghitungan Wp.
Perseorangan Untuk Peredaran Usaha,Penerimaan Bruto Pekerjaan Bebas
Kurang Dari Rp. 4.800.000.000,-NO.URUTKODEJENIS USAHAWAJIB PAJAK
PERSEORANGAN
10 IBU KOTA PROPKOTA PROP LAINNYADENGAN LAINNYA
10000PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN, PERBURUAN DAN
PERIKANAN
1.11000 Pertanian tanaman pangan 151515
2.12111Kelapa dan kelapa sawit 11.51110
3.12113Kopi11.51110
4.12131Tembakau11.51110
6.12141Pertanian tanaman karet 11.51110
7.12161Tebu11.51110
9.13000Peternakan
-Meliputi usaha peternakan untuk mengambil daging, kulit,
tulang, bulu, telur, susu, madu dan kepompong/ sarangnya baik yang
dilakukan oleh usaha perorangan ataupun suatu badan usaha.
11109
54.33100Indusri kayu dan barang dari kayu, bambu, rotan dan
kayu. 1513.512.5
55.33200Industri perabot serta kelengkapan rumah tangga dan alat
dapur dari kayu, bumbu dan rotan. 1513.512.5
94.61320Perdagangan besar barang-barang hasil pertambangan dan
penggalian. 252020
108.62320Perdagangan eceran hasil industri (bahan) makanan,
minuman dan hasil pengolahan tembakau.
110.62420Perdagangan eceran perabotan rumah tangga dan
dapur.
-Seperti futniture (baik dari kayu, rotan, plastik dan logam),
alat-alat perlengkapan dapur, barang-barang pecah belah dan lain
sejenisnya. 352520
111.62422Perdagangan eceran barang-barang elektronik,
perlengkapan listrik, alat komunikasi, fotografi dan optik.
-Yaitu barang-barang elektronik seperti radio, kaset/tape
recorder, televisi, video, amplifier dan perlengkapan sound sytem,
alat-alat perlengkapan listrik seperti dinamo, transformer,
macam-macam kabel listrik, lampu pijar TL, sekring, alat-alat rumah
tangga seperti setrika listrik, alat pengaduk, kipas angin, alat
komunikasi dan optik seperti fotografi, optik pesawat telepon,
telegraf/telex. Pemancar radio, telecall, intercome dan sejenisnya.
Macam-macam lensa dan kamera, mikroskop, proyektor dan sejenisnya.
302520
63000RUMAH MAKAN DAN MINUM
118.63100Rumah makan dan minum :
-Seperti restoran/rumah makan, night club, catering, restoras
kereta api, cafetaria, kantin, warung nasi/kopi dan sejeninsnya,
tidak termasuk night club restoran dan bar yang merupakan salah
satu fasilitas hotel dan penginapan.252020
64000HOTEL DAN PENGINAPAN
119.64100Hotel dan penginapan.
-Seperti hotel, hostel, motel, losmen, dan sejenisnya termasuk
fasilitas restoran, bar dan night clubnya.252020
70000ANGKUTAN PENGGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
120.71100Angkutan kereta api.---
121.71200Angkutan jalan raya.201515
90000JASA KEMASYARAKATAN DAN SOSIAL
151.92000Jasa pendidikan.
-Yaitu pendidikan formal mulai dari pra sekolah (TK), SD, SLTP,
SLTA dan Akademi/Perguruan Tinggi.3027.525
152.93210Jasa Kesehatan.3027.525
153.93213Dokter. 4542.540
154.93214.Pekerjaan bebas bidang medis.292827
155.93215Pekerjan bebas bidang farmasi dan kimia.2522.520
171.97400Pemangkas rambut dan salon kecantikan.
-Yaitu jasa pemeliharaan rambut dan kecantikan termasuk kursus
menata rambut/rias dan kecantikan. 302827
172.97910Foto studio termasuk fotografi komersil.
-Yaitu foto studio dan fotografi yang melayani agen-agen
periklanan,penerbit dan lain-lain. 383735
180.00000Pekerjaan bebas bidang profesi lainnya. 5047.545
181.00000Pemborong bukan bangunan/ konstruksi, termasuk
levereansir dan lain-lain.201918
182.00000Pedagangan perantara/ komisioner.403535
Catatan: Daftar persentase penghitungan penghasilan netto di
atas adalah tidak lengkap, hanya disajikan sebagahian saja sebagai
contoh.
10 (sepuluh) ibukota propinsi sebagaimana dimaksudkan dalam
daftar diatas meliputi Kota Medan, Palembang, Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak5.1.3
Kewajiban Wajib Pajak Yang Menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Netto
Kewajiban Wajib Pajak yang menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Netto1. Wajib menyelenggarakan pencatatan tentang
peredaran brutonya sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang
KUP. Pencatatan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan penerapan
norma dalam menghitung penghasilan neto.2. Untuk dapat menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto tersebut Wajib Pajak orang
pribadi harus memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan
3. Wajib Pajak orang pribadi yang berhak bermaksud untuk
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, tetapi tidak
memberitahukannya kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu
yang ditentukan, maka Wajib Pajak tersebut dianggap memilih
menyelenggarakan pembukuan5.1.4 Penghasilan Kena Pajak Bentuk Usaha
Tetap
Bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia,
cara penghitungan Penghasilan Kena Pajaknya pada dasarnya sama
dengan cara penghitungan Penghasilan Kena Pajak badan dalam negeri.
Oleh karena bentuk usaha tetap berkewajiban untuk menyelenggarakan
pembukuan, maka Penghasilan Kena Pajaknya dihitung dengan cara
penghitungan biasa
Contoh 4UraianRupiahRupiah
Penghasilan
Bruto...............................................400.000.000,-
Dikurangi dengan:
Biaya utk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan..............................275.000.000,-
Penghasilan dari
usaha.......................................125.000.000,-
Penghasilan
Bunga.............................................5.000.000,-
Penjualan langsung barang oleh kantorpusat yang sejenisdengan
barang yang dijual bentuk usaha
tetap.............................................200.000.000,-
Biaya mendapatkan, menagihdan
memelihara penghasilan150.000.000,-
Penghasilan kantor
pusat...................................50.000.000,-
Deviden yang diterima / diperoleh kantor pusat yang mempunyai
hubungan efektif dengan
BUT............................2.000.000,-
Jumlah Total
Penghasilan...................................182.000.000,-
Dikurangi dengan:
Biaya-biaya menurut Pasal ayat (3) UU
Pph..........................................................7.000.000,-
Penghasilan Kena
Pajak...................................175.000.000,-
5.2 Norma Penghitungan Khusus
Ketentuan tentang Norma Penghitungan Khusus dimaksudkan untuk
menghitung penghasilan netto dari wajib pajak tertentu yang tidak
dapat dihitung berdasarkan ketentuan umum (ketentuan umum adalah
penghitungan pajak dengan cara penghasilan bruto dikurangkan dengan
biaya-biaya yang diperkenankan oleh UU Pph)
Adapun golongan Wajib Pajak tertentu tersebut antara lain
a. Perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional,
b. Perusahaan asuransi luar negeri,
c. Perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi,
d. Perusahaan dagang asing,
e. Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk
bangun-guna-serah ("build, operate, and transfer").
5.3 Tarif Pajak
Tarif pajak sebagaimana dimaksudkan dengan pasal 17 UU No 36
tahun 2008 yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak di bagi atas
2:1 Tarif Pph untuk wajib pajak orang pribadi
2 Tarif untuk wajib pajak badan dan BUT3 Tarif PPh untuk WP
Perseroan terbuka4 Tarif deviden yang diterima oleh WP OP Dalam
Negeri1. Tarif Pph untuk wajib pajak orang pribadi
Daftar tarif PPh pasal 17 UU No 36 tahun 2008 bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri berlaku 1 januari 2009Lapisan
Penghasilan Kena PajakTarif Pajak
Diatas Rp. 0,- s.d Rp 50.000.000,-5 %
Diatas Rp 50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000,-15 %
Diatas Rp 250.000.000,- s.d. Rp 500.000.000,-25 %
Diatas Rp 500.000.000,- 30%
Contoh 5
Penghitungan Pajak Terutang untuk Wajib Pajak orang pribadi
Misalkan Jumlah Penghasilan Kena Pajak WP Ali Rp
250.000.000,-
Jawaban
Pajak Penghasilan terutang :
5% x Rp 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,-
15% x Rp 200.000.000,- = Rp. 30.000.000,-
Jumlah Pph terhutang Rp 32.500.000,-
Sementara itu tarif PPh pasal 17 UU No 17 tahun 2000 Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri berlaku 1 januari 2000 s/d 31 desember
2008 adalah sebagai berikut:Lapisan Penghasilan Kena PajakTarif
Pajak
Diatas Rp. 0,- s.d Rp 25.000.000,-5 %
Diatas Rp 25.000.000,- s.d. Rp 50.000.000,-10%
Diatas Rp 50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000,-15 %
Diatas Rp 100.000.000,- s.d. Rp 200.000.000,-25 %
Diatas Rp 200.000.000,- 35%
2. Tarif Pajak Untuk Wajib Pajak Badan Dan BUT
Tarif pajak sesuai dengan UU No 36 tahun 2008 mulai berlaku
terhitung 1 januari 2009 untuk wajib pajak badan dan BUT adalah
sebesar 28% dari Penghasilan Kena Pajak. Tarif pajak ini untuk
tahun pajak 2010 diturunkan menjadi 25%. Tarif Pajak
Wajib Pajak badan tahun 200928 %
Wajib Pajak badan tahun 201025%
Fasilitas Perpajakan bagi UKM
Wajib Pajak Badan yang peredaran usahanya di bawah Rp.4,8
milyar50% X Tarif Normal)
Wajib Pajak Badan yang peredaran usahanya mulai Rp.4,8 milyar
s/d 50 milyar 50% X tarif Normal) setelah dikurangi tarif Poin 3 di
atas.
Wajib Pajak Badan DN dalam bentuk perseroan terbuka dapat
diturunkan 5% sepanjang memenuhi syarat: Paling sedikit 40% (empat
puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan
memenuhi persyaratan tertentu lainnyaDapat diturunkan 5%
3. Tarif yang dikenakan atas dividen yang diterima WP OP dalam
NegeriTarif yang dikenakan atas dividen yang diterima WP OP dalam
negeri adalah setinggi-tingginya sebesar 10 % dan bersifat Final
(diatur dalam PP 19 tahun 2009)10% Final
Catatan
1. Tarif pajak untuk Wajib Pajak badan dalam negeri yang
berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh
persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan
di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu
lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih
rendah daripada tarif sebagaimana di atas yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah2. Wajib Pajak badan dalam negeri
dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima
puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif
sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Contoh Perhitungan fasilitas tarif untuk WP Badan yang oeredaran
usahanya di bawah Rp.4,800.000.000
Contoh 6
Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesar
Rp4.500.000.000,00 (empat miliar lima ratus juta rupiah) dengan
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Penghitungan pajak yang terutang:
Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran
bruto tersebut dikenai tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari
tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran
bruto PT Y tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan
ratus juta rupiah).
Pajak Penghasilan yang terutang:
(50% x 28%) x Rp500.000.000,00 = Rp70.000.000,00Contoh 7
Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesar
Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah) dengan Penghasilan
Kena Pajak sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:
1. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto
yang memperoleh fasilitas:
(Rp4.800.000.000 : Rp30.000.000.000) x Rp3.000.000.000 =
Rp480.000.000,00
2. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto
yang tidak memperoleh fasilitas:
Rp3.000.000.000, Rp480.000.000, = Rp2.520.000.000,00Pajak
Penghasilan yang terutang:
- (50% x 28%) x Rp480.000.000, =
Rp 67.200.000,00
- 28% x Rp2.520.000.000,00 =
Rp705.600.000,00(+)
Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang Rp772.800.000,00Sedangkan
tarif pajak untuk wajib pajak badan dan BUT yang berlaku sebelumnya
sesuai dengan UU No 17 tahun 2000 adalah sebagai berikut:Lapisan
Penghasilan Kena PajakTarif Pajak
Diatas Rp. 0,- s.d Rp 50.000.000,-10%
Diatas Rp 50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000,-15 %
Diatas Rp 100.000.000,-30 %
Contoh 6Penghitungan pajak terutang untuk Wajib Pajak badan
Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap :
Misalkan Jumlah Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 250.000.000,
Maka jumlah pajak terhutang dihitung sbb:
Pajak Penghasilan terutang :
10% x Rp 50.000.000,00 = Rp 5.000.000,-
15% x Rp 50.000.000,00 = Rp 7.500.000,-
30% x Rp.150.000.000,00 = Rp 45.000.000,- (+)
Jumlah Pph terhutang Rp 57.500.000,-5.3.1 Perubahan Tarif
Pajak
Pemerintah dapat melakukan perubahan tarif tertinggi dari 30%
diturunkan menjadi paling rendah 25%. untuk wajib pajak orang
pribadi. Perubahan tersebut ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Sedangkan tarif untuk wajib pajak badan diturunkan dari 28% menjadi
25% berlaku sejak tahun pajak 2010..
5.3.2 Pembulatan Angka Dan Pajak Terhutang Dalam Bagian Tahun
Pajak.
Untuk keperluan penerapan tarif pajak jumlah Penghasilan Kena
Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh
Contoh 7Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 5.050.900,- untuk
penerapan tarif dibulatkan ke bawah menjadi Rp 5.050.000,-
Sedangkan besarnya pajak yang terutang bagi Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri yang terutang pajak dalam bagian tahun pajak
dihitung sebanyak jumlah hari dalam bagian tahun pajak tersebut
dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) dikalikan dengan pajak yang
terutang untuk 1 (satu) tahun pajak.
Contoh 8Misalnya orang pribadi tidak kawin yang kewajiban pajak
subyektifnya sebagai Subyek Pajak Dalam Negeri adalah 3 (tiga)
bulan, dan dalam jangka waktu tersebut memperoleh penghasilan
sebesar Rp 10.000.000,- Maka penghitungan Penghasilan Kena Pajak
adalah sebagai berikut
Penghasilan selama 3 (tiga)
bulan.........................Rp.10.000.000
Penghasilan setahun sebesar:
360 X Rp 10.000.000,-3 X 30
...................................................=
Rp.40.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
K3............Rp.21.960.000
Penghasilan Kena Pajak 1
tahun...........................Rp.18.040.000
Pajak Penghasilan setahun :
5% x Rp 18.040.000=Rp 902.000,-
Pajak Penghasilan terutang dalam bagian tahun pajak (3 bulan)
adalah:(3x30) : 360 x Rp 902.000 = Rp. 225.000,-
5.3.3 Tarif Pph Tersendiri
Pemerintah dapat mengeluarkan Peraturan Pemerintah atas
pertimbangan kesederhanaan, keadilan dan pemerataan dalam pengenaan
pajak dapat menetapkan tarif pajak tersendiri bersifat final. Tarif
tersebut ditetap terhadap penghasilan berupa 1. Bunga deposito dan
tabungan-tabungan lainnya (lihat Pph pasal 4 ayat 2)2. Penghasilan
dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek (lihat Pph
pasal 4ayat 2)3. Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan
atau bangunan serta (Lihat Pph pasal 4)4. Penghasilan dari
Persewaan Tanah dan Bangunan (Lihat PPh pasal 45. Penghasilan dari
Usaha Jasa Kontruksi (Lihat PPh pasal 4 ayat 2)6. Penghasilan
tertentu lainnya (lihat Pph pasal 45.4 Perbandingan Hutang dan
Modal
Undang-undang Pph memberi wewenang kepada Menteri Keuangan untuk
memberi keputusan tentang besarnya perbandingan antara utang dan
modal perusahaan yang dapat dibenarkan untuk keperluan penghitungan
pajak. Dalam dunia usaha terdapat tingkat perbandingan tertentu
yang wajar mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal
(debt to equity ratio).
Apabila perbandingan antara utang dan modal sangat besar
melebihi batas-batas kewajaran, maka pada umumnya perusahaan
tersebut dalam keadaan tidak sehat. Dalam hal demikian, untuk
penghitungan Penghasilan Kena Pajak, Undang-undang ini menentukan
adanya modal terselubung.
Istilah modal disini menunjuk kepada istilah atau pengertian
ekuitas menurut standar akuntansi, sedangkan yang dimaksud dengan
kewajaran atau kelaziman usaha adalah adat kebiasaan atau praktik
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan yang sehat dalam dunia
usaha
5.5 Saatnya Di Peroleh Deviden Oleh WP DN Atas Penyertaan Modal
Pada Badan Usaha Di Luar Negeri Selain Badan Usaha Yang Menjual
Sahamnya Di Bursa EfekSaatnya di peroleh deviden Oleh WP DN atas
penyertaan penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri selain
badan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek dapat ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, dengan ketentuan sebagai berikut:1. Besarnya
penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri tersebut paling rendah
50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor; atau
2. Secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya
memiliki penyertaan modal paling rendah 50% (lima puluh persen)
dari jumlah saham yang disetor.Dengan semakin berkembangnya ekonomi
dan perdagangan internasional sejalan dengan era globalisasi, dapat
terjadi bahwa Wajib Pajak dalam negeri menanamkan modalnya di luar
negeri. Untuk mengurangi kemungkinan penghindaran pajak, maka
terhadap penanaman modal di luar negeri selain pada badan usaha
yang menjual sahamnya di bursa efek, Menteri Keuangan berwenang
untuk menentukan saat diperolehnya dividen.
Contoh 9PT A memiliki saham sebesar 40% dan PT B 20% pada X Ltd.
yang bertempat kedudukan di negara QQQ. Saham X Ltd. tersebut tidak
diperdagangkan di bursa efek. Dalam tahun 2000 X Ltd. memperoleh
laba setelah pajak sejumlah Rp 100.000.000,-Dalam hal demikian,
Menteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya dividen dan
dasar penghitungannya.5.6 Pelunasan Pajak Dalam Tahun Berjalan
Agar pelunasan pajak dalam tahun pajak berjalan mendekati jumlah
pajak yang akan terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, maka
pelaksanaannya dilakukan melalui
a. Pemotongan pajak oleh pihak lain dalam hal penghasilan
diperoleh oleh Wajib Pajak dari
1. Pekerjaan, jasa atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 UU Pph
2. Pemungutan pajak atas penghasilan dari usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 UU Pph, dan
3. Pemotongan pajak atas penghasilan dari modal, jasa dan
kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 UU Pph.
b. Pembayaran oleh Wajib Pajak sendiri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25
Pelunasan pajak dalam tahun pajak berjalan merupakan angsuran
pembayaran pajak yang nantinya boleh diperhitungkan dengan cara
mengkreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun
pajak yang bersangkutan
PAGE 106