Top Banner
19 BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini membicarakan metode penelitian yang digunakan, juga pemilihan wilayah atau lokasi penelitian. Pada bagian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif kemudian menggunakan pendekatan fenomenologi, dan memakai teknik etnografi dalam memahami budaya di Hatunuru meskipun penelitian ini sendiri bukanlah suatu penelitian etnografi. Hatunuru Dipilih Sebagai Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di negri Hatunuru, Kecamatan Taniwel Timur. Mengingat kondisi fisik serta finansial, juga durasi penelitian yang terbatas pada penulis, penulis berpendapat bahwa memilih Hatunuru akan membuat penelitian ini menjadi lebih fokus dan mencakup ciri komunitas yang sama. Selain itu, akan memudahkan penulis dari segi waktu yang tersedia bagi pengumpulan data. Sebagai langkah awal penelitian, penulis melakukan komunikasi dengan pihak GPM Klassis Taniwel. Penulis menggunakan GPM karena status penulis sebagai sarjana Teologi UKIM. Hal tersebut merupakan akses utama bagi penulis dalam meminta jaminan perlindungan selama penelitian oleh para Pendeta setempat. Alasan berikut, karena ketakutan akan penolakan penelitian apabila penulis melalui jalur Pemerintah Kabupaten SBB, mengingat penulis hendak meneliti resistensi di Taniwel Timur. Penulis mengenal Hatunuru sebagai negri yang memiliki kekhasan melalui informasi yang diterima dari Pendeta Zeth Sahertian sebagai Ketua GPM Klassis Taniwel. Selain itu juga, kedekatan penulis dengan Pendeta Roland Latuputty sebagai Ketua Majelis Jemaat
13

BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16485/3/T2_092014004_BAB...Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian

Mar 06, 2019

Download

Documents

dangkiet
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16485/3/T2_092014004_BAB...Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian

19

BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini membicarakan metode penelitian yang digunakan, juga

pemilihan wilayah atau lokasi penelitian. Pada bagian ini, penulis

menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif kemudian

menggunakan pendekatan fenomenologi, dan memakai teknik

etnografi dalam memahami budaya di Hatunuru meskipun penelitian

ini sendiri bukanlah suatu penelitian etnografi.

Hatunuru Dipilih Sebagai Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di negri Hatunuru, Kecamatan Taniwel

Timur. Mengingat kondisi fisik serta finansial, juga durasi penelitian

yang terbatas pada penulis, penulis berpendapat bahwa memilih

Hatunuru akan membuat penelitian ini menjadi lebih fokus dan

mencakup ciri komunitas yang sama. Selain itu, akan memudahkan

penulis dari segi waktu yang tersedia bagi pengumpulan data.

Sebagai langkah awal penelitian, penulis melakukan komunikasi

dengan pihak GPM Klassis Taniwel. Penulis menggunakan GPM

karena status penulis sebagai sarjana Teologi UKIM. Hal tersebut

merupakan akses utama bagi penulis dalam meminta jaminan

perlindungan selama penelitian oleh para Pendeta setempat. Alasan

berikut, karena ketakutan akan penolakan penelitian apabila penulis

melalui jalur Pemerintah Kabupaten SBB, mengingat penulis hendak

meneliti resistensi di Taniwel Timur.

Penulis mengenal Hatunuru sebagai negri yang memiliki

kekhasan melalui informasi yang diterima dari Pendeta Zeth Sahertian

sebagai Ketua GPM Klassis Taniwel. Selain itu juga, kedekatan penulis

dengan Pendeta Roland Latuputty sebagai Ketua Majelis Jemaat

Page 2: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16485/3/T2_092014004_BAB...Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian

IDENTITAS TERITORIAL Studi Tentang Identitas Teritorial di Negri Hatunuru

20

Hatunuru-Matapa menjadi alasan utama Hatunuru dipilih sebagai

lokasi penelitian. Ketika penelitian ini dilakukan, Ketua Majelis Jemaat

Hatunuru-Matapa kemudian memberi informasi di gedung gereja

Imanuel di Hatunuru kepada masyarakat Hatunuru bahwa penulis akan

melakukan penelitian sekaligus meminta kesediaan masyarakat

Hatunuru untuk menerima penulis. Antusiasme masyarakat Hatunuru

dalam menerima penulis baik dalam pemberian data maupun pergaulan

sosial patut diberi apresiasi melalui rancangan pembangunan sejalan

dengan identitas teritorial di Hatunuru melalui hasil penelitian ini.

Keunikan masyarakat Hatunuru sendiri terbentuk melalui kehidupan

secara komunal melalui konteks kedaerahan dalam hal kosmologi yang

mempengaruhi kebiasaan mereka. Tipikalitas masyarakat Hatunuru

adalah petani hutan yang hidup di wilayah pesisir dan menganggap

hutan sebagai “dapur”.

Penelitian ini pernah mengalami tantangan yang datang dalam

tubuh pemerintah lokal melalui pihak Kecamatan Taniwel Timur.

Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena

penelitian ini dinilainya melalui jalur GPM dan itu dikatakannya salah.

Namun, Ketua Klassis GPM di Taniwel memberi dukungan bagi penulis

untuk tetap melanjutkan penelitian ini, dan pihak GPM Klassis Taniwel

yang akan bertanggung jawab sepenuhnya atas permasalahan ini.

Penggunaan Metode Penelitian Kualitatif

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena

akan meneliti fenomena-fenomena di Hatunuru. Penelitian sendiri

secara esensial merupakan proses yang sistematis, teroganisir,

berdasarkan data, dilakukan secara kritis, objektif, dan ilmiah, untuk

mendapat jawaban yang lebih mendalam terkait suatu masalah

(Sekaran, 2003). Sementara penelitian kualitaif sendiri merupakan

siklus yang bertahap, dimulai dengan identifikasi masalah atau isu yang

hendak diteliti. Setelah masalah diidentifikasi, kemudian melakukan

review pada bacaan atau kepusatakaan. Sesudah itu, memperjelas dan

menentukan tujuan penelitian. Selanjutnya, pengumpulan data dan

analisis data, kemudian menafsirkan data yang diperoleh. Pada

akhirnya, pelaporan hasil penelitian dilakukan (Creswell, 2008).

Page 3: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16485/3/T2_092014004_BAB...Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian

Metode Penelitian

21

Penelitian kualitatif dipahami sebagai penelusuran yang

ekspoloratif agar memahami satu masalah sentral. Gejala sentral

dipahami dengan melakukan wawancara, dan data hasil wawancara

kemudian dianalisis, kemudian hasil analisis dapat berupa deskripsi

maupun tema-tema. Setelah melakukan perangkaian interpretasi oleh

peneliti sehingga memahami makna mendalam, maka peneliti

sedapatnya membuat self-reflection (Creswell, 2008). Penelitian

kualitatif juga disebut sebagai field research, maksudnya penelitian ini

bertujuan agar peneliti turun ke lapangan dan terlibat dengan

masyarakat, dan juga turut mersakan apa yang masyarakat rasakan. Hal

ini dilakukan agar peneliti mampu memberi gambaran yang

komprehensif terkait situasi di lapangan (Raco, 2010).

Kelenturan penelitian kualitatif sendiri menjadi alasan penulis

untuk digunakan dalam melakukan penelitian. Penelitian kualitatif

oleh penulis dianggap mampu melakukan eksplorasi tentang fenomena

di Hatunuru untuk menemukan masalah mendasar dan gambaran

umum. Penelitian kualitatif digunakan dalam tujuannya untuk

merasakan kehidupan di Hatunuru baik sebagai petani hutan, dan

memahami identitas teritorial di Hatunuru berdasar pada pengalaman

langsung penulis di Hatunuru. Dengan demikian, penulis dapat

memberi gambaran kehidupan di Hatunuru, sehingga ada alasan bagi

mereka melakukan resistensi berdasar pada perasaan penulis sebagai

peneliti yang hidup di sana meskipun hanya beberapa bulan.

Rancangan Penelitian

Rancangan atau desain penelitian dalam penelitian ini

mempergunakan rancangan penelitian kualitatif secara umum yaitu,

substansi dan metodologi. Substansi penelitian sedapat mungkin

berangkat pada teori tertentu dan berada dalam satu lingkup ilmu

pengetahuan, sementara metodologi ialah bagaimana substansi

penelitian itu diharapkan memenuhi syarat yang lebih sistematis,

terkendali, kritis, dan analitis. Berdasar pada dua komponen tersebut,

desain penelitian kemudian dibagi menjadi dua yaitu, konseptualisasi

dan operasionalisasi (Gulo, 2002). Konseptualisasi berkenan menyoroti

latar belakang penelitian maupun kerangka konseptual.

Page 4: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16485/3/T2_092014004_BAB...Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian

IDENTITAS TERITORIAL Studi Tentang Identitas Teritorial di Negri Hatunuru

22

Operasionalisasi lebih kepada kerangka penelitian yang lebih praksis

dalam hal penarikan sampel, metode pengumpulan data, dan analisa

data.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Konseptualisasi Operasionalisasi

Latar belakang penelitian : Resistensi dan Identitas Teritorial

Memilih petani hutan sebagai partisipan

Rumusan Masalah: Kebijakan pembangunan berbasis identitas teritorial tanpa harus melakukan

resistensi

Melakukan penjabaran pertanyaan payung melalui pertanyaan yang lebih

fokus

Tujuan Penelitian : Memberi deskripsi dan analisis terhadap identitas teritorial

sebagai basis resistensi, dan juga sebagai program pembangunan

Memaknai kehidupan di Hatunuru melalui pergaulan sosial, dan

keterlibatan dalam sumber nafkah di Hatunuru

Kerangka Konseptual : Identitas teritorial dan resistensi sebagai

sumbangsih dalam pembangunan

Pengumpulan data bukan saja di Hatunuru, tetapi juga masyarakat luar

Hatunuru yang terlibat resistensi

Kerangka konseptualisasi lebih kepada gagasan penulis sebagai

peniliti untuk membangun kerangka operasionalisasi yang lebih

bersifat praksis. Dalam kerangka konseptualisasi, penulis berfokus pada

empat hal yaitu, latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, dan kerangka konseptual. Setelah itu menetukan

konseptualisasi, maka penulis memulai operasionalisasi yang lebih

kepada pengembangan konseptualisasi melalui pemilihan partisipan,

menjabarkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih fokus, kemudian hidup

dalam pergaulan sosial agar dapat mengumpulkan data.

Dengan demikian, rancangan penelitian merupakan langkah awal

untuk mengumpulkan data. Setelah itu, penulis memilih harus memilih

pendekatan penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan konteks dan

kehidupan masyarakat Hatunuru. Oleh karena itu, penulis

menggunakan pendekatan fenomenologi dan teknik etnografi.

Pendekatan Fenomenologi

Pendekatan fenomenologi digunakan sebagai kerangka

operasionalisasi penelitian di Hatunuru. Berangkat pada pengalaman

Page 5: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16485/3/T2_092014004_BAB...Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian

Metode Penelitian

23

penelitian berdasar pada fenomenologi ini, penulis melibatkan diri

dalam pergaulan sosial, kehidupan pertanian di Hatunuru, dan

melakukan aktivitas sebagaimana masyarakat Hatunuru dalam rutinitas

mereka yaitu, beribadah dan lainnya.

Berbicara mengenai pendekatan fenomenologi, Creswell (2008)

menyebutnya sebagai penelitian yang berakhir pada pemaknaan.

Fenemenologi disebut juga sebagai metode verstehen, adalah untuk

menggambarkan kesadaran yang berjalan dengan sendirinya. Dalam

melakukan verstehen maka sangat penting menangkap atau sedapat

mungkin masuk dalam pikiran informan. Dengan demikian, penting

untuk melakukan penelitian kualitatif fenomenologi ini melalui

wawancara yang lebih intensif, dan melakukan analisis pada kelompok

kecil untuk memahami keadaan sosial. Peneliti harus melakukan

praktik sejalan dengan kebiasaan sehari-hari informan, agar mampu

mengetahui ruitinitas informan (dalam Orleans, 2000).

Teknik Etnografi

Kendati penelitian ini bukanlah penelitian etnografi, penulis

memasukannya sebagai teknik dalam pengumpulan data. Dalam

penelitian yang menggunakan teknik etnografi ini, penulis hanya ingin

mengetahui kosmologi di Hatunuru, juga pemaknaan simbolik

Hatunuru secara etimologi. Selain itu, penulis juga ingin mengungkap

budaya pertanian di Hatunuru sebagai warisan leluhur.

Etnografi sebagai teknik dilakukan untuk melihat kehidupan

yang sejalan dengan tatanan sosial, antropologis, simbolik, dan berlatar

belakang budaya (Bergmann, 2004). Esensi etnografi adalah tentang

budaya dan kekhasan, apa yang menjadi kekhasan dan apa yang

membedakan mereka dari kelompok lain?(Daymon dan Holloway,

2002).Teknik etnografi yang dilakukan oleh penulis di Hatunuru

agaknya mengikuti pandangan Sarantakos (1998) dan Thomas (1993)

yaitu, konvensional dan kritis. Konvensional lebih berkenan pada

gambaran umum, sementara kritis berkapabilitas dalam menghasilkan

perubahan dari latar yang diteliti.

Page 6: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16485/3/T2_092014004_BAB...Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian

IDENTITAS TERITORIAL Studi Tentang Identitas Teritorial di Negri Hatunuru

24

Partisipan

Partisipan yang dipilih oleh penulis berdasar pada kebutuhan

penelitian ini. Jumlah partisipan di Hatunuru sendiri berjumlah 23

orang. Partisipan yang berjumlah 23 orang ini memiliki keberagaman

strukur sosial. Struktur ini di antaranya, petani hutan, pegawai negeri

sipil (PNS), tokoh masyarakat (adat), dewan guru, juga majelis jemaat,

dan pemerintah Hatunuru (caretaker Raja Hatunuru)5.Pemilihan

informan bukan hanya dipilih penulis dalam kalangan masyarakat

Hatunuru saja melainkan juga beberapa masyarakat luar seperti Matapa,

GPM Klassis Taniwel, dan NGO. Setelah menentukan partisipan,

penulis kemudian memilih partisipan yang cocok dengan topik-topik

penelitian berdasar pada rumusan masalah sebagai pertanyaan payung.

Topik-topik yang penulis angkat terdiri atas tiga topik sebagaimana,

resistensi, identitas teritorial, dan tanggapan tentang pembangunan.

Tabel 3.2 Klasifikasi Informan Berdasar Pada Topik Penelitian

Topik Penelitian Informan

Studi kasus resistensi Seluruh resistor

Identitas Teritorial (Sumber Nafkah dan Kosmologi)

Petani Hatunuru

Tanggapan tentang pembangunan Masyarakat Hatunuru

Topik-topik di atas kemudian disesuaikan dengan informan. Pada

topik pertama, penulis memilih informan bukan hanya berasal dari

masyarakat Hatunuru, tetapi juga masyarakat luar Hatunuru yang saat

itu bertindak sebagai resistor. Sementara topik kedua dikhususkan pada

petani hutan di Hatunuru. Pada topik ketiga, penulis memilih

masyarakat Hatunuru baik sebagai petani hutan maupun non-petani

hutan. Tujuan pemilihan topik ini, karena informan lebih memaknai

teritorial mereka berdasar pada modal teritorial, sehingga resistensi

terjadi adalah sebagai upaya kecaman masyarakat Hatunuru terhadap

pembangunan yang tidak sejalan kebijakan dan kebiasaan di Hatunuru.

5Hatunuru sekarang dipimpin oleh sekertaris Hatunuru. Hal ini terjadi adalah karena

raja sebelumnya sudah tutup usia.

Page 7: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16485/3/T2_092014004_BAB...Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian

Metode Penelitian

25

Pengumpulan Data

Pada awalnya, teknik pengumpulan data yang hendak penulis

gunakan lebih berkenan pada pengumpulan data berbasis sukarela

(voluntary). Partisipan tidak harus dituntut untuk memberi data

melalui informasi maupun interpretasi atas dasar keharusan, tetapi

lebih kepada kesediaan masyarakat Hatunuru untuk mau melibatkan

diri dalam pengumpulan data. Penulis sempat ragu untuk

mengumpulkan data, karena masalah ini sempat menimbulkan konflik

dalam tubuh masyarakat Hatunuru antara pemerintah negri dan

masyarakat. Untuk itu, ada ketakutan tersendiri dalam diri penulis

bahwa akan terjadi konflik lanjutan melalui penelitian ini.

Namun, setelah melakukan observasi kurang lebih dua minggu,

maka penulis memberanikan diri untuk melakukan wawancara

mendalam (in-depth interview). Pengumpulan data yang dilakukan

penulis sebagaimana lazim dilakukan pada penelitian kualitatif yaitu,

wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka, juga

data-data sekunder sebagaimana surat kabar maupun media online tentang masalah ini turut penulis gunakan.

Observasi

Sebelum melakukan wawancara, penulis melakukan observasi di

Hatunuru. Observasi yang dilakukan penulis berangkat pada pandangan

Flick et al (2004) yaitu, observasi terlibat dan tidak terlibat. Observasi

terlibat dilakukan melalui keterlibatan dalam pergaulan sosial,

bertindak sebagai petani, dan terlibat rutinitas masyarakat Hatunuru.

Ketidak-terlibatan penulis dalam resistensi saat itu, mengharuskan

penulis untuk melakukan observasi tidak terlibat. 6

Tabel 3.3. Observasi Terlibat dan Tidak Terlibat

Observasi Terlibat Observasi Tidak Terlibat

Pergaulan Sosial, Keterlibatan Sebagai Petani Hutan, Mengikuti Prosesi Adat,

dan Mengikuti Ibadah-Ibadah.

Resistensi Masyarakat Hatunuru

6 Alasannya karena penulis saat itu berada di Kota Salatiga untuk mengikuti proses

studi

Page 8: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16485/3/T2_092014004_BAB...Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian

IDENTITAS TERITORIAL Studi Tentang Identitas Teritorial di Negri Hatunuru

26

Observasi tidak terlibat memberi tantangan baru bagi penulis

sebagai peneliti karena hal ini dianggap baru, sekaligus memberi

pelajaran berharga bagi penulis dalam memilih strategi. Strategi yang

dilakukan penulis ketika tidak melakukan observasi secara langsung

pada saat resistensi terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Gambar 3.1 Skema Observasi Tidak Terlibat

Sebagai penjelasan penulis terkait observasi terlibat, berikut

adalah beberapa strategi yang penulis gunakan, penulis merangkumnya

dalam beberapa kotak di bawah ini.

Observasi pertama, adalah proses saling kenal antara penulis dan

masyarakat Hatunuru. Namun, perkenalan ini hanya melibatkan

beberapa masyarakat Hatunuru yang berada di dekat pastori. Memang

penulis akui, penulis adalah pribadi yang mampu beradaptasi dan

mampu membuka diri dalam pergaulan sosial. Observasi ini dilakukan

melalui kunjungan penulis ke kios-kios untuk membeli kebutuhan

Observasi Tidak Terlibat

Resistensi Masyarakat Hatunuru

Data diperoleh melalui wawancara,

dan sumber data sekunder antara lain; facebook, youtube,

change.org, savemaluku.net,

harian kompas, BPS online, dan forum-

forum diskusi online lainnya.

Kotak 3.1. Memperkenalkan diri

Penulis diperkenalkan kepada masyarakat, pada awalnya di beberapa rumah dekat pastori. Karena pada saat itu penulis tinggal di pastori. Observasi dilakukan dengan cara mengunjungi kios-kios untuk sekedar membeli beberapa kebutuhan, sekaligus untuk mengenali masyarakat. Selang beberapa hari, penulis diperkenalkan oleh Ketua Majelis Jemaat setempat dalam ibadah Minggu. Setelah itu, penulis mulai memperkenalkan diri ke rumah-rumah masyarakat Hatunuru untuk sekedar bercerita kisah-kisah hidup mereka, dan tidak melakukan wawancara secara terencana.

Page 9: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16485/3/T2_092014004_BAB...Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian

Metode Penelitian

27

sekaligus memperkenalkan diri kepada beberapa masyarakat. Berikut

pula, perkenalan antara penulis dan masyarakat terjadi di gedung gereja

Imanuel, akan tetapi kecanggungan masih menghampiri penulis untuk

sekedar saling terbuka melalui perbincangan singkat dengan

masyarakat Hatunuru yang bukan tinggal dekat pastori.

Hal utama yang penulis lakukan dalam observasi ini adalah

dengan mengunjungi beberapa rumah secara berkesinambungan untuk

sekedar berbincang, guna memupuk kedekatan penulis dengan

masyarakat Hatunuru. Alasannya, agar masyarakat Hatunuru di sekitar

pastori dapat memperkenalkan penulis kepada masyarakat Hatunuru

lainnya secara tidak langsung (tanpa kehadiran penulis/promosi).

Observasi kedua ini, adalah penting bagi penulis untuk

melibatkan diri dalam pergaulan sosial. Penulis juga memilih rekan

dalam rangka menuntun penulis ketika melakukan pengumpulan data

di Hatunuru. Penulis kemudian memilih Karisty Limehuwey sebagai

rekan yang notabene adalah seorang anak SMA. Alasannya, agar ada

keterbukaan ketika wawancara dilakukan, mengingat seluruh gerak-

gerik penulis diperhatikan sebagai masyarakat luar Hatunuru. Ketika

masyarakat Hatunuru melihat Karisty yang biasanya sering bersama

penulis maka tidak ada keraguan di kalangan masyarakat Hatunuru

untuk memberi informasi maupun interpretasi, karena Karisty tidak

terlibat dalam resistensi, ia hanya seorang anak yang sering membantu

masyarakat Hatunuru.

Kotak 3.2. Terlibat Pergaulan Sosial

Pergaulan sosial termanifestasikan dalam observasi kedua. Penulis terlibat kegiatan sore hari seperti bermain sepak bola khas Maluku (gawang mini), terlibat dalam kegiatan malam yaitu, berkunjung ke rumah-rumah untuk sekedar bercerita sambil meneguk pahitnya sopi, tetapi ada kesan manis melalui kebersamaan. Dalam observasi ini, penulis mencari rekan agar mampu menjelaskan keadaan di Hatunuru kepada penulis. Rekan yang dipilih oleh penulis adalah salah seorang siswa SMA yaitu, Karisty Limehuwey. Dia merupakan pribadi yang gemar membantu masyarakat Hatunuru, lagipula seluruh masyarakat Hatunuru dekat dengannya.

Page 10: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16485/3/T2_092014004_BAB...Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian

IDENTITAS TERITORIAL Studi Tentang Identitas Teritorial di Negri Hatunuru

28

Pada kegiatan berkunjung ke rumah-rumah masyarakat, penulis

disuguhkan dengan minuman tradisional khas Maluku yaitu, sopi. Sopi

memang minuman yang mengandung kadar alkohol, dan penulis hanya

menggunakan sopi sebagai strategi untuk membangun kedekatan.

Ketika sopi disuguhkan, penulis tidak sedang melakukan wawancara

atau informan tidak dalam keadaan siap untuk diwawancarai.

Observasi ini memberi makna mendalam bagi penulis. Makna

mendalam ini hadir melalui sikap masyarakat Hatunuru yang

menganggap penulis sebagai keluarga. Penulis mampu memahami

masyarakat Hatunuru sebagai petani yang hidup dalam solidaritas dan

sangat menghargai hutan. Banyak sekali pelajaran yang dapat penulis

ambil ketika hidup di Hatunuru.

Wawancara

Dalam melakukan wawancara, penulis dibekali secara material

maupun konseptual. Secara material, ayah penulis membekali dengan

perekam suara/recorder digital. Secara konseptual, penulis dibekali

dengan gagsan dalam melakukan penjabaran pertanyaan secara fokus

dan sistematis oleh pembimbing. Basis wawancara sendiri, adalah

dengan menggunakan pendekatan fenomenologi dan teknik etnografi.

Dalam melakukan wawancara fenomenologi, penulis harus masuk ke

dalam gaya hidup dan menilai pemaknaan kehidupan pertanian

masyarakat Hatunuru, kemudian dilakukan perumusan pertanyaan-

Kotak 3.3. Keluarga Baru

Observasi selanjutnya, adalah dengan mengikuti kegiatan pertanian yang berada di area Danau Tapala. Penulis juga sering dipanggil untuk menyantap hidangan seadanya di rumah-rumah masyarakat Hatunuru. Penulis sering mengunjungi pasar kaget milik masyarakat Hatunuru, sempat menggantikan peran masyarakat sebagai penjual di kios, dan lain sebagainya. Mereka (masyarakat Hatunuru) sudah menganggap penulis sebagai keluarga. Sempat timbul wacana dalam masyarakat Hatunuru untuk meminta kepada GPM agar penulis dijadikan sebagai vikaris di GPM Jemaat Hatunuru-Matapa. Memang hal ini bersifat candaan, tetapi bagi penulis punya arti mendalam. Penulis mengunjungi Tapala, hutan kayu putih, dan hutan sagu sambil melihat eloknya alam Hatunuru, dan solidaritas petani yang terbangun di hutan.

Page 11: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16485/3/T2_092014004_BAB...Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian

Metode Penelitian

29

pertanyaan penelitian. Sementara dalam teknik etnografi, penulis

hanya ingin menggali budaya di Hatunuru berdasar pada kosmologi,

presepsi masyarakat Hatunuru tentang teritorial, dan sejarah yang

melatar belakangi terbentuk Hatunuru, tetapi bukan sebagai penelitian

etnografi.

Strategi wawancara yang dilakukan bukan lalu menggunakan

Focus Group Discussion (FGD), namun lebih bersifat privasi.

Wawancara dilakukan di rumah-rumah masyarakat Hatunuru sambil

menghisap beberapa batang rokok, meneguk hangatnya teh juga kopi,

dan juga mencicipi aneka cemilan khas masyarakat Hatunuru yang

telah disiapkan tuan rumah yang notabene adalah partisipan. Selain itu,

wawancara tidak terencana dilakukan dalam aktivitas pertanian sambil

mengolah sagu. Wawancara tidak terencana sendiri dilakukan untuk

menemukan informasi yang lebih terbuka dan apa adanya. Ketika

wawancara tidak terencana dilakukan, para petani tidak menutup diri

dalam pemberian informasi maupun interpretasi.

Wawancara juga dilakukan terhadap beberapa masyarakat di luar

Hatunuru, sebagaimana NGO, para pendeta di Taniwel Timur, dan

beberapa masyarakat negri lainnya. Tujuannya, adalah untuk

memahami pandangan masyarakat lain terhadap identitas masyarakat

Hatunuru yang pada dasarnya memilik kekuasaan sejak zaman dahulu

di Taniwel Timur. Beberapa strategi dilakukan ketika mewawancarai

informan yang berasal dari NGO yaitu, melalui Facebook Messenger ketika melakukan wawancara dengan Pendeta Elifas Maspaitella.

Berikut pula, wawancara tidak terencana dilakukan juga kepada Elthon

Ahiyate di Rumah Sakit Umum (RSU) dr. Halussy, Ambon. Saat itu

penulis sedang membesuk anak dari salah seorang informan kunci di

Hatunuru yang tengah berada di RSU tersebut. Sementara wawancara

dengan masyarakat Matapa dilakukan karena negri Matapa berbatasan

langsung dengan negri Hatunuru dan merupakan anggota jemaat yang

sama dalam wilayah pelayanan GPM. Berikut pula pemilihan beberapa

pendeta di Taniwel Timur, adalah karena mereka terlibat dalam

resistensi. Untuk membangun kedekatan sesama almamater UKIM,

hanya perlu menyapa para pendeta dengan sebutan bu (kakak laki-laki)

dan usi (kakak perempuan). Sapaan familiar di UKIM tersebut

merupakan akses dalam pemberian data, karena dari sapaan itu

Page 12: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16485/3/T2_092014004_BAB...Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian

IDENTITAS TERITORIAL Studi Tentang Identitas Teritorial di Negri Hatunuru

30

memberi kesan bagi informan bahwa penulis adalah adiknya atau

dianggap sebagai adik.

Data Sekunder

Penelitian ini juga menggunakan data sekunder sebagaimana

dokumentasi, studi pustaka, dan data yang diperoleh melalui internet.

Dokumentasi berupa foto dalam tulisan ini agaknya sedikit,

dikarenakan kebanyakan waktu dihabiskan penulis dalam melakukan

aktivitas pertanian. Penulis hanya mendapat beberapa gambar melalui

kamera milik adik bungsu penulis. Sementara dokumen lainnya melalui

Rencana Strategis (RENSTRA) Jemaat Hatunuru-Matapa, kemudian

digunakan penulis sebagai pegangan penting dalam memperkaya data

lapangan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengangkat teori-teori

identitas teritorial, dan juga resistensi. Sementara data-data terkait

resistensi diperoleh melalui internet yakni, surat kabar online, dan

media-media online (Youtube, Facebook, SaveMaluku, dan Change).

Analisis Data

Pertama-tama penting memperhatikan validitas dan reliabilitas

data sebelum analisis dilakukan. Validitas adalah sejauh mana data-data

yang diperoleh akurat, sementara reliabilitas berkenan melihat tingkat

konsistensi hasil melalui penggunaan cara pengumpulan data (Patton,

2007). Berkenan pada pengujian validitas dan reliabilitas data maka

sangat penting menggunakan triangulasi sebagaimana sumber, metode,

dan teori (Patton, 2007). Triangulasi sumber dilakukan penulis melalui

observasi terlibat maupun wawancara, agar data dapat dipertahankan

kebenarannya. Bagi penulis, wawancara saja tidak cukup dalam

penelitian fenomenologi ini. Sangatlah efektiv apabila disertai observasi

terlibat yang dilakukan sejalan dengan pola hidup kontekstual sebagai

petani hutan dan lain sebagainya. Hal ini adalah untuk memaknai

perilaku dan kebiasaan masyarakat Hatunuru yang berjalan secara

intensif dan dalam kesadaran mereka. Triangulasi metode dilakukan

dalam keterkaitaanya dengan keterlibatan penulis secara langsung agar

mampu masuk dalam alam pikiran dan alam perasaan melalui

kesadaran masyarakat Hatunuru, Dengan demikian, adalah sangat

Page 13: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16485/3/T2_092014004_BAB...Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian

Metode Penelitian

31

efektif apabila penulis juga terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat Hatunuru. Pada triangulasi teori, identitas teritorial

kemudian dijadikan atau digunakan sebagai pisau dalam melakukan

analisis berdasar pada interpretasi data dan pengalaman hidup penulis

di Hatunuru.

Setelah melakukan triangulasi maka analisis data pun dilakukan

sebagai kerangka penulisan laporan. Teknik analisa data interaktif

kemudian dirasakan tepat dalam melakukan analisa data. Teknik

tersebut sendiri berkenan pada reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992 dalam Pawito,

2007). Berikut tahap analisa data yang penulis lakukan, dapat dilihat

pada tabel skema di bawah ini.

Gambar 3.2. Analisa Data Interaktif

Penarikan Kesimpulan

Berdasar pada hasil penelitian, maka penelitian ini menggunakan kajian identitas teritorial. Identitas teritorial mengangkat tema kosmologi, sumber nafkah, dan resistensi sebagai usaha

dalam melakukan pembangunan yang relevan di Hatunuru

Penyajian Data

Penulisan laporan sebagai hasil penelitian di Hatunuru sejalan dengan rumusan masalah

Reduksi Data

Mengambil data diperlukan, sejalan dengan rumusan masalah sebagai pertanyaan payung

Data yang lainnya tidak dibuang, tetapi disimpan untuk keperluan lain, atau belum

saatnya digunakan