-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 1 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA Bab ini membahas
mengenai: (1) Kondisi Geografis dan Administratif, (2) Kondisi
Fisik Dasar Pesisir Daratan dan Perairan, (3) Pemanfaatan Ruang
Wilayah Pesisir Daratan dan Perairan, (4) Kondisi Infrastruktur
Kelautan dan Pesisir (5) Perekonomian Kelautan dan Perikanan, dan
(6) Kondisi Sosial Masyarakat Pesisir.
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 2 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
3.1 KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF
Kabupaten Lingga terletak di antara 0 derajat 20 menit Lintang
Utara
dengan 0 derajat 40 menit Lintang Selatan dan 104 derajat Bujur
Timur dan 105
derajat Bujur Timur. Luas wilayah daratan dan lautan mencapai
45.456,7162 km2
dengan luas daratan 2.117,72 km2 dan lautan mencapai 43.338,9962
km2.
Wilayahnya terdiri dari 531 buah pulau besar dan kecil. Tidak
kurang dari 95 buah
diantaranya sudah dihuni, sedangkan sisanya 436 buah walaupun
belum
berpenghuni sebagiannya sudah dimanfaatkan untuk berbagai
aktifitas kegiatan
pertanian, khususnya pada usaha perkebunan. Batas-batas wilayah
Kabupaten
Lingga yaitu:
Utara : Kota Batam dan Laut Cina Selatan
Selatan : Laut Bangka dan Selat Berhala
Barat : laut Indragiri Hilir
Timur : Laut Cina Selatan
Berdasarkan pemekaran yang telah dilakukan di Kabupaten Lingga,
maka
pada saat ini Kabupaten Lingga yang terdiri atas 5 Kecamatan
dimekarkan menjadi
9 kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Singkep;
2. Kecamatan Singkep Pesisir;
3. Kecamatan Singkep Barat;
4. Kecamatan Singkep Selatan;
5. Kecamatan Selayar;
6. Kecamatan Lingga;
7. Kecamatan Lingga Timur;
8. Kecamatan Lingga Utara; dan
9. Kecamatan Senayang.
Pemekaran terjadi di Kecamatan Singkep dan Kecamatan Lingga,
dimana
dua kecamatan tersebut dimekarkan menjadi 6 kecamatan pemekaran.
Adapun
luas wilayah sebelum dan setelah pemekaran menjadi 9 kecamatan
dapat terlihat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel III.1
Pemekaran Wilayah Kecamatan Kabupaten Lingga, Tahun 2013
No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km2) Pemekaran
Luas Wilayah (Km2)
1 Singkep Barat 337,10 1. Singkep Barat 337,10
2 Singkep 491,90 2. Singkep 176,27
3. Singkep Pesisir 125,76
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 3 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km2) Pemekaran
Luas Wilayah (Km2)
4. Singkep Selatan 189,88
3 Lingga 609,51
5. Lingga 428,81
6. Lingga Timur 135,08
7. Selayar 45,62
4 Lingga Utara 283,21 8. Lingga Utara 283,21
5 Senayang 396,00 9. Senayang 396,00
Jumlah 2.117,72 2117,72
Sumber: Data Olahan, BPS Kab. Lingga Tahun 2012 dan Hasil
Perhitungan GIS, Tahun 2013
Secara administrasi Kabupaten Lingga terdiri dari 9 kecamatan
dengan
rincian sebanyak 55 desa/kelurahan. Ibukota Kabupaten Lingga ini
berada di Daik
yang berjarak 60 mil dari Tanjung Pinang. Kecamatan-kecamatan
yang termasuk
wilayah Kabupaten Lingga adalah Kecamatan Singkep, Kecamatan
Singkep Pesisir,
Kecamatan Singkep Selatan, Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan
Lingga,
Kecamatan Lingga Timur, Kecamatan Lingga Barat, Kecamatan Lingga
Utara, dan
Kecamatan Senayang.
Tabel III.2 Jumlah Kecamatan di Kabupaten Lingga
No. Kecamatan Jumlah
Desa/Kelurahan Nama Desa/Kelurahan
1 Singkep 5 Dabo Dabo Lama
Tanjung Harapan Batu Kacang
Batu Berdaun
2 Singkep Pesisir 4 Berindat Kote
Lanjut Sedamai
3 Singkep Selatan 2 Berhala Marok Kecil
4 Singkep Barat 9 Raya Bakong Kuala Raya
Marok Tua Posek Sungai Buluh
Sungai Raya Sungai Harapan Jagoh
5 Lingga 8 Daik Kelombok Mepar
Kelumu Mentuda Merawang
Panggak Darat Panggak Laut
6 Lingga Timur 6 Kerandin Pekaka
Keton Bukit Langkap
Kudung Sungai Pinang
7 Lingga Barat 2 Penuba Selayar
8 Lingga Utara 8 Pancur Bukit Harapan Duara
Limbung Resun Sekanah
Teluk Linau
9 Senayang 11
Senayang Mamut Pasir Panjang Rejai
Temiang Pulau Medang Mensanak Tanjung Kelit
Pulau Batang Benan Batu Belubang
Jumlah 55
Sumber: RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 4 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Lingga A3
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 5 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Gambar 3.2 Peta Struktur Ruang Kabupaten Lingga A3
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 6 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Dimana sistem perkotaan dan perdesaannya terdiri atas:
Tabel III.3
Sistem Perkotaan dan Perdesaan Pemekaran Kabupaten Lingga
Sistem Perkotaan Sistem Perdesaan
PKW Daik Kecamatan Lingga Cempa Kecamatan Senayang
Dabo Kecamatan Singkep Tajur Biru Kecamatan Senayang
PKL Pancur Kecamatan Lingga Utara Pulau Benan Kecamatan
Senayang
Senayang Kecamatan Senayang Penarik Kecamatan Lingga
PPK
Rejai Kecamatan Senayang Centeng Kecamatan Lingga Utara
Sungai Tenam Kecamatan Lingga Penuba Kecamatan Selayar
Marok Tua Kecamatan Singkep Barat Kuala Raya Kecamatan Singkep
Barat
Sungai Pinang Kecamatan Lingga Timur Jagoh Kecamatan Singkep
Barat
Marok Kecil Kecamatan Singkep Selatan
Pulau Mas Kecamatan Singkep Barat
Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir
Sumber: RANPERDA Tentang RTRW Kabupaten Lingga, Tahun
2011-2031.
3.2 KONDISI FISIK DASAR PESISIR DARATAN DAN PERAIRAN
Kondisi fisik dasar pesisir daratan dan perairan terdiri dari:
iklim,
topografi/Bathimetri, geologi dan geomorfologi, jenis tanah, dan
hidro-
oceanografi
3.2.1 IKLIM
Kabupaten Lingga mempunyai iklim tropis, dalam RTRW Kabupaten
Lingga
Tahun 2011-2031 dapat diketahui bahwa iklim di daerah tersebut
mempunyai
sifat-sifat yaitu suhu rata-rata 26,8 C; kelembaban relatif
rata-rata 84 %;
Kecepatan angin rata-rata 5 Knot; tekanan udara rata-rata 1009,4
millibar;
jumlah curah hujan rata-rata 13,5 mm/hari; Penyinaran matahari
rata-rata 52 %.
3.2.2 TOPOGRAFI/BATHIMETRI
3.2.2.1 TOPOGRAFI
Ketinggian di Kabupaten Lingga berkisar antara 0 1.272 m dpl,
sebagian
besar daerah di Kabupaten Lingga adalah berbukit-bukit.
Berdasarkan data dari
Badan Pertanahan Nasional (BPN), terdapat 73.947 Ha yang berupa
daerah
berbukit-bukit, sementara daerah datarnya hanya sekitar 11.015
Ha. Pada
dasarnya wilayah Kabupaten Lingga memiliki kemiringan yang ideal
untuk
dikembangkan sebagai kawasan perkotaan karena hampir mencapai 65
% wilayah
Kabupaten Lingga berada dalam kemiringan 0 2 %, dan disusul oleh
wilayah
dengan kemiringan di atas 40 % yaitu mencapai hampir 17 %.
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 7 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Tabel III.4
Tinggi Rata-rata dari Permukaan Laut menurut Kecamatan Kabupaten
Lingga
No. Kecamatan Tinggi (mdpl
1 Singkep Barat 0 - 415
2 Singkep
0 - 519 3 Singkep Pesisir*
4 Singkep Selatan*
5 Lingga
0 - 1.272 6 Lingga Timur*
7 Selayar*
8 Lingga Utara 0 - 800
9 Senayang 0 - 200
Sumber : BPS Kabupaten Lingga (Kabupaten Lingga Dalam Angka
2009) dalam RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031
Keterangan : *) Kecamatan Pemekaran
Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya, Kabupaten
Lingga
dapat dibagi menjadi 6 (enam) satuan morfologi, yaitu:
1. Dataran
Merupakan daerah dataran aluvial sungai dengan kemiringan lereng
medan
antara 0-5% (0-30), ketinggian wilayah antara 18 - 45 meter di
atas
permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi
ini
mempunyai tingkat erosi sangat rendah. Penyebaran satuan ini
adalah di
bagian timur daerah pemetaan, yaitu sekitar Kecamatan
Senayang,
Kecamatan Lingga Utara, dan sebagian di Kecamatan Singkep
Barat.
2. Perbukitan berelief halus
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang
halus
dengan kemiringan lereng medan 5-15% (3-80), ketinggian wilayah
antara
45 - 144 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk
ke
dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah.
Penyebaran
satuan ini antara lain menempati daerah sebagian di Kecamatan
Singkep
Barat dan Kecamatan Singkep.
3. Perbukitan berelief sedang
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang
sedang
dengan kemiringan lereng medan 15 - 30% (8 - 170) dengan
ketinggian
wilayah 150 - 400 meter di atas permukaan laut. Pada daerah
yang
termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi
rendah
sampai menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah
sekitar
sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep
serta
sebagian di Kecamatan Lingga.
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 8 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
4. Perbukitan berelief agak kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang
agak
kasar dengan kemiringan lereng 30 - 50% (17 - 270), dengan
ketinggian
wilayah 200 - 550 meter di atas permukaan laut. Pada daerah
yang
termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi
menengah.
Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar Kecamatan
Singkep,
sebagian kecil di Kecamatan Singkep Barat, sebagian kecil di
Kecamatan
Lingga dan Kecamatan Lingga Utara.
5. Perbukitan berelief kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang
kasar
dengan kemiringan lereng 50 - 70% (27 - 360), dengan ketinggian
wilayah
225 - 644 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang
termasuk dalam
satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi tinggi. Penyebaran
satuan ini
antara lain sebagian besar di Kecamatan Lingga dan sebagian
kecil di
Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan
singkep.
6. Perbukitan berelief sangat kasar sampai hampir tegak
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang
sangat
kasar dengan kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>360),
dengan
ketinggian wilayah 262 - 815 meter di atas permukaan laut. Pada
daerah
yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi
sangat
tinggi, terutama erosi vertikalnya. Penyebaran satuan ini antara
lain
terdapat di sekitar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di
Kecamatan
Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan
Singkep.
3.2.2.2 BATHIMETRI
Bathimetri adalah studi tentang kedalaman air danau atau dasar
lautan.
Dari buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011 diketahui bahwa
berdasarkan
pengamatan terhadap peta laut wilayah perairan Kabupaten Lingga
diketahui
bahwa kedalaman perairan laut wilayah ini berada oada kisaran
0,5-52 m. sebaran
kedalaman < 11 meter berada disekitar wilayah pulau-pulau.
Untuk wilayah
perairan yang berada diantara pulau-pulau (selat) memiliki
kedalaman < 30 meter.
Kedalaman perairan > 30 meter berada pada bilayah lautan
lepas (Laut Cina
Selatan dan Selat Malaka). Disisi sebelah timur laut gugusan
Kepulauan Lingga
(Pulau Sebangka) terdapat sebaran kedalaman dibawah 21 meter
yang sangat
menjorok kearah Laut Cina Selatan sejauh lebih kurang 25 mil
laut.
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 9 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Gambar 3.3
Profil Kedalaman (Bathimetri) Perairan Kabupaten Lingga
Sumber: Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga-Tahun 2011
3.2.3 GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI
Batuan yang terdapat di Kabupaten Lingga berupa batuan Pluton
Asam
(Acid Pluton) yang berupa batuan sejenis granit tersebar pada
kawasan Gunung
Daik di bagian barat Pulau Lingga, selain itu terdapat juga
batuan endapan dari
zaman Prateseiser yang tersebar di seluruh Pulau Lingga.
Kabupaten Lingga
memiliki 5 gunung yaitu Gunung Daik, Gunung Sepincan, Gunung
Tanda, Gunung
Lanjut, dan Gunung Muncung yng mempengaruhi kondisi geologi di
Kabupaten
Lingga.
3.2.4 JENIS TANAH
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Lingga pada umumnya
adalah
podsolik merah kuning, litosol dan organosol. Adapun lapisan
tanahnya berstruktur
remah sampai gumpal. Sedangkan lapisan bawahnya berselaput liat
dan teguh.
3.2.5 KONDISI HIDRO-OCEANOGRAFI
Kabupaten Lingga dialiri oleh sungai-sungai yang menjadi potensi
sumber
air bagi pemenuhan kebutuhan air baik bagi pertanian ataupun
kegiatan yang
lainnnya. Pada umumnya sungai-sungai di Kabupaten Lingga
memiliki kedalaman
dari permukaan air pada kawasan datar berkisar 2-3 meter,
sedangkan pada
tempat yang berbukit antara 3-7 meter.
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 10 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Di Kabupaten Lingga mempunyai potensi air yang surplus sepanjang
tahun,
dengan jumlah curah hujan yang berkisar antara 2000-3500
mm/tahun. Potensi ini
cukup besar untuk dapat dimanfaatkan. Berikut merupakan uraian
potensi
ketersediaan air lahan.
Tabel III.5
Potensi Ketersediaan Air Lahan Di Kabupaten Lingga
Nama Daerah
Curah Hujan (mm/th)
Air Tersedia (mm)
Kondisi Air (mm/th)
Defisit Surplus
Lingga 2600,7 64 0 968
Singkep 2600,7 82,2 0 968
Senayang 2600,7 62,7 0 968
Sumber: BPS Kabupaten Lingga (Kabupaten Lingga Dalam Angka 2009)
dalam RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031
3.2.5.1 ARUS
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat
disebabkan
oleh tiupan angin, perbedaan densitas air laut atau gerakan
pasang surut. Arus
yang disebabkan pasang surut biasanya diamati di perairan pantai
terutama pada
selat-selat yang sempit dengan kisaran pasang surut yang
tinggi.
Gambar 3.4
Peta Pola Arus di Kabupaten Lingga
Sumber: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam dalam Kajian
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Lingga, Tahun 2011
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 11 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Di laut terbuka, arah dan kekuatan arus di lapisan permukaan
(hingga
kedalaman 150-200 meter) sangat ditentukan oleh angin. Angin
yang berhembus
di perairan Indonesia terutama adalah angin musim yang dalam
setahun dua kali
pembalikan arah yang mantap masing-masing disebut Musim Barat
dan Musim
Timur.
Dari buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011, hasil penelitian di
bulan November
2011 kecepatan arus maksimum di perairan pesisir Kabupaten
Lingga terjadi pada
saat pergerakan pasang surut terbesar, yaitu pada saat neap tide
dan spring tide
dengan kecepatan arus rerata menvapai 20 80 cm/s dengan arah
arus pasang
1350 1800 dan arah arus surut 3160 - 3550. Menurut informasi
nelayan, di perairan
pesisir Kabupaten Lingga, angin/arus besar terjadi pada bulan
Juli dan Agustus,
sedangkan pada bulan-bulan lainnya arusnya tenang.
3.2.5.2 SUHU
Dari buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011, yang dilakukan
pengukuran terhadap
perairan laut Kabupaten Lingga diketahui memiliki suhu yang
hangat (28,80C)
sebagaimana perairan yang berada di lintasan garis khatulistiwa.
Suhu
minimumnya berkisar di 230C sedangkan suhu maksimumnya adalah
31,40C.
Kelembaban udara di Kabupaten Lingga berkisar Antara 65 97 %.
Sedangkan
untuk temperatur udara di Dabo Singkep tahun 2011 berdasarkan
data BPS
temperatur udara maksimum adalah 31,3 0C, minimum 23 0C dan
rata-rata 27,10C.
Tekanan udara di Dabo Singkep tahun 2011 maksimum 1.011,1
milibar, minimum
1.007,7 milibar dan rata-rata 998,7 milibar.
Tabel III.6
Kondisi Suhu di Kabupaten Lingga (Stasiun Dabo)
Bulan Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara (%)
Maksimum Minimum Rata-rata Maksimum Minimum Rata-rata
Januari 32,0 20,6 26,8 95 52 80
Februari 33,0 20,8 27,0 96 55 81
Maret 32,0 20,0 26,3 100 65 86
April 33,2 20,0 26,9 98 64 86
Mei 33,4 20,2 27,3 97 58 86
Juni 33,6 20,0 27,5 99 60 83
Juli 32,4 20,0 27,3 100 57 84
Agustus 32,8 19,8 27,6 98 62 81
September 33,0 20,6 27,7 98 61 82
Oktober 34,0 18,4 27,4 100 57 84
November 33,6 20,0 27,0 100 58 85
Desember 32,6 19,8 26,4 100 62 87
Sumber: Kepulauan Riau dalam Angka, 2010
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 12 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
3.2.5.3 SALINITAS
Dari buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011, yang dilakukan
pengukuran terhadap
perairan laut Kabupaten Lingga diketahui memiliki salinitas yang
cukup tinggi
yaitu rata-rata 29,9 0/00. Dengan derajat keasaman (pH)
rata-rata adalah 8,2.
Kandungan oksigen didalam badan air untuk perairan laut Lingga
adalah 5,9 ini
memberikan arti bahwa perairan ini cukup subur.
3.2.5.4 PASANG SURUT
Dari Buku Daftar Pasang Surut Kepulauan Indonesia Tahun 2013
dapat
dilihat ramalan pasang surut di Stasiun Pengamatan Dabo yang
dilakukan
berdasarkan metode Admiralty dengan menggunakan data Tetapan
Harmonis yang
diperoleh dari buku Kenpaduan Bahari dan hasil survey
hidro-oseanografi. Adapun
hasil ramalan pasang surut di Kabupatan Lingga pada bulan
Oktober 2013 dapat
dilihat pada Tabel 3.9.
3.2.5.5 KECEPATAN DAN ARAH ANGIN
Kecepatan angin rata-rata di Kabupaten Lingga pada tahun 2009
berkisar
antara 2,7 8,1 knot. Angin bertiup lebih kencang di bulan
Januari dan Februari.
Tabel III.7
Kecepatan Angin di Kabupaten Lingga
Bulan Kecepatan Angin
Januari 8,1
Februari 6,5
Maret 3,7
April 3,1
Mei 4,0
Juni 3,7
Juli 3,3
Agustus 3,8
September 3,8
Oktober 2,7
November 3,2
Desember 3,8
Sumber: Kepulauan Riau dalam Angka, 2010
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 13 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Tabel III.8
Kondisi Pasang Surut di Kabupaten Lingga (Pengukuran
Dabosingkep)
T/J 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
24 J/T
1 1,2 1,0 0,9 0,8 0,9 1,0 1,1 1,3 1,5 1,7 1,9 2,1 2,2 2,3 2,3
2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,0 1,9 1,7 1,5 1 2 1,4 1,3 1,1 1,0 1,0 1,0 1,1
1,3 1,4 1,6 1,7 1,9 2,1 2,2 2,2 2,2 2,2 2,1 2,1 2,1 2,0 1,9 1,8 1,7
2 3 1,6 1,5 1,4 1,3 1,1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,8 1,9 2,0 2,1 2,0
2,0 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,8 1,8 3 4 1,8 1,7 1,7 1,5 1,4 1,3 1,3 1,3
1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0 1,9 1,8 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,8 1,8 4 5
1,8 1,9 1,9 1,8 1,7 1,6 1,5 1,5 1,5 1,6 1,7 1,7 1,8 1,9 1,9 1,9 1,7
1,6 1,4 1,4 1,4 1,5 1,6 1,6 5 6 1,7 1,9 2,0 2,0 2,0 1,9 1,7 1,7 1,7
1,7 1,8 1,8 1,8 1,9 1,9 1,8 1,7 1,5 1,3 1,2 1,1 1,2 1,3 1,4 6 7 1,6
1,8 1,9 2,1 2,1 2,1 2,0 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 2,0 2,0 1,9 1,9 1,8 1,5
1,3 1,0 0,9 0,9 1,0 1,1 7 8 1,3 1,6 1,8 2,0 2,2 2,3 2,2 2,1 2,1 2,0
2,1 2,1 2,1 2,1 2,0 2,0 1,8 1,6 1,3 1,0 0,8 0,7 0,7 0,8 8 9 1,0 1,3
1,6 1,9 2,1 2,3 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,1 2,0 1,8 1,5
1,2 0,8 0,6 0,5 0,6 9
10 0,7 1,0 1,3 1,6 1,9 2,2 2,4 2,4 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3
2,2 2,1 1,9 1,7 1,3 1,0 0,7 0,5 0,4 10
11 0,5 0,7 1,0 1,3 1,7 2,0 2,2 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
2,3 2,2 2,1 1,9 1,6 1,2 0,9 0,6 0,4 11 12 0,4 0,5 0,7 1,0 1,4 1,7
2,0 2,3 2,4 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,4 2,4 2,3 2,2 2,0 1,8 1,5 1,2 0,9
0,6 12 13 0,5 0,5 0,6 0,8 1,1 1,4 1,8 2,0 2,3 2,4 2,5 2,5 2,5 2,4
2,4 2,3 2,3 2,2 2,1 1,9 1,7 1,4 1,1 0,9 13 14 0,7 0,6 0,6 0,7 0,9
1,2 1,5 1,8 2,1 2,3 2,4 2,4 2,4 2,4 2,3 2,3 2,2 2,2 2,1 2,0 1,8 1,6
1,4 1,2 14 15 1,0 0,8 0,7 0,7 0,8 1,0 1,3 1,6 1,8 2,1 2,2 2,3 2,4
2,4 2,3 2,2 2,1 2,1 2,0 2,0 1,9 1,8 1,6 1,5 15 16 1,3 1,2 1,0 0,9
0,9 1,0 1,2 1,4 1,6 1,9 2,0 2,2 2,3 2,3 2,2 2,1 2,0 1,9 1,9 1,9 1,8
1,8 1,7 1,7 16 17 1,6 1,5 1,3 1,2 1,1 1,1 1,2 1,4 1,5 1,7 1,9 2,0
2,2 2,2 2,1 2,0 1,9 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 17 18 1,7 1,7 1,7
1,6 1,4 1,4 1,4 1,4 1,5 1,7 1,8 1,9 2,0 2,1 2,1 1,9 1,8 1,6 1,5 1,4
1,5 1,5 1,6 1,7 18 19 1,8 1,9 1,9 1,9 1,8 1,7 1,6 1,6 1,6 1,7 1,8
1,8 1,9 2,0 2,0 1,8 1,7 1,5 1,3 1,2 1,2 1,3 1,4 1,5 19
20 1,7 1,7 2,0 2,1 2,1 2,0 1,9 1,8 1,8 1,8 1,8 1,9 1,9 1,9 1,9
1,8 1,7 1,4 1,2 1,0 1,0 1,0 1,1 1,3 20
21 1,5 1,5 2,0 2,2 2,3 2,3 2,2 2,1 2,1 2,0 2,0 2,0 1,9 1,9 1,9
1,9 1,7 1,4 1,1 0,9 0,8 0,8 0,9 1,0 21 22 1,2 1,2 1,8 2,1 2,3 2,4
2,4 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2 2,1 2,0 1,9 1,9 1,7 1,5 1,2 0,9 0,7 0,6 0,6
0,8 22 23 1,0 1,0 1,6 1,9 2,2 2,4 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,4 2,3 2,2
2,1 2,1 1,8 1,6 1,3 1,0 0,7 0,5 0,5 0,6 23 24 0,7 0,8 1,3 1,6 2,0
2,3 2,5 2,6 2,6 2,6 2,6 2,5 2,4 2,3 2,2 2,2 1,9 1,7 1,4 1,1 0,8 0,5
0,4 0,4 24 25 0,6 0,6 1,0 1,4 1,7 2,1 2,4 2,5 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6
2,5 2,4 2,3 2,0 1,8 1,6 1,3 0,9 0,7 0,5 0,4 25 26 0,5 0,6 0,8 1,1
1,5 1,8 2,1 2,4 2,5 2,6 2,6 2,7 2,6 2,6 2,5 2,4 2,2 2,0 1,7 1,4 1,1
0,9 0,6 0,5 26 27 0,5 0,6 0,7 1,0 1,3 1,6 1,9 2,2 2,4 2,5 2,6 2,6
2,6 2,6 2,5 2,4 2,3 2,1 1,9 1,6 1,3 1,1 0,8 0,7 27 28 0,6 0,6 0,7
0,9 1,1 1,4 1,7 2,0 2,2 2,3 2,4 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,3 2,1 2,0 1,8
1,5 1,3 1,1 0,9 28 29 0,8 0,8 0,8 0,9 1,1 1,3 1,6 1,8 2,0 2,2 2,3
2,4 2,4 2,4 2,3 2,3 2,2 2,1 2,0 1,8 1,7 1,5 1,3 1,2 29
30 1,1 1,0 1,0 1,0 1,1 1,3 1,5 1,7 1,9 2,0 2,1 2,2 2,2 2,2 2,1
2,1 2,0 2,0 1,9 1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 30
31 1,3 1,3 1,2 1,2 1,3 1,4 1,5 1,7 1,8 1,9 2,0 2,1 2,1 2,1 2,0
1,9 1,8 1,7 1,7 1,7 1,7 1,6 1,6 1,6 31
Sumber: Buku Daftar Pasang Surut Kepulauan Indonesia Tahun
2013
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 14 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Berdasarkan data BPS, kecepatan dan arah angin di Dabo Singkep
pada
tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Tabel III.9
Arah dan Kecepatan Angin di Dabo Singkep Tahun 2011
No Bulan Arah Angin
Kecepatan Angin (knot)
Rata-rata Maksimum
1 Januari 294,2 5,4 16
2 Februari 253,2 6,5 18
3 Maret 239,4 2,9 14
4 April 242,9 2,5 16
5 Mei 174,2 1,5 14
6 Juni 120,7 2,0 14
7 Juli 74,5 2,8 14
8 Agustus 97,1 3,6 12
9 September 109,3 3,3 15
10 Oktober 127,4 1,9 12
11 Nopember 202,7 1,4 15
12 Desember 265,5 2,4 16
Rata-rata 183,4 3,0 14,7
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dabo Singkep
dalam Kabupaten Lingga dalam Angka Tahun 2012, BPS
3.2.5.6 KECERAHAN
Dari Buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011, yang dilakukan
pengukuran terhadap
perairan laut Kabupaten Lingga diketahui bahwa rata-rata
kecerahan perairan
adalah 4,5 meter. Hal ini memberikan arti bahwa pada umumnya
perairan laut
Kabupaten Lingga tergolong pada perairan jernih.
3.2.5.7 SEDIMENTASI
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang
ditransport
oleh media air, angin, es atau gletser di suatu cekungan. Delta
yang terdapat di
mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan
material-material yang
diangkut oleh air sungai.
Dari buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011, perairan laut antara
Kuala Tungkal
Pulau Sumatera hingga Pulau Kepulauan Kepri seperti Pulau Bulan,
Pulau
Rempang, Pulau Petong dan sebalah barat Kepulauan Singkep tekah
dianalisa oleh
Masduki (1995) dan Astjario (1995) dengan hasil analisa yang
memberikan
gambaran tentang keadaan geologi dasar laut, berupa urutan
litologi/stratigrafi
maupun struktur geologi. Secara umum stratigrafi daerah ini
dapat dibagi menjadi
4 unit lapisam dari bawah ke atas yaitu:
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 15 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
a) Unit (1) merupakan lapisan terbawah yang masih dapat
direkam
perangkat seismic pantul dangkal dan disebut sebagai batuan
dasar
acoustic chaotic. Dicirikan tidak menerus dan berundulasi
sedang
sampai kasar, diperkirakan material penyususnya merupakan batuan
keras
dan kompak. Berdasarkan konfigurasi pola reflektornya
memperlihatkan
ciri-ciri batuan beku sesuai dengan kondisi geologi pada daerah
ini, maka
diduga sebagai kenampakan dari batuan granit. Ketidakselarasan
yang
dicirikan oleh kontras refleksi dengan lapisan (2) selain
merupakan bidang
erosional, pada beberapa tempat juga merupakan zona
pelapukan.
b) Unit (2) merupakan lapisan yang diendapkan diatas unit
(1).
Memperlihatkan adanya sedimen yang diendapkan pada
lingkungan
berenergi relatif tinggi dengan kecepatan pengendapan yang
berubah-
rubah, menunjukan sedimen penyusun berbutir kasar.
c) Unit (3) dicirikan pola umumnya menunjukan sedimen diendapkan
pada
lingkungan pengendapan dengan energi yang berubah-ubah,
sehingga
menghasilkan butiran sedimen yang tidak sama dengan komposisi
yang
mudah berubah secara vertikan maupun lateral. Butiran
penyusunnya
berupa batu pasir berukuran sedang sampai kasar dan
merupakan
endapan aluvial delta. Pada bagian selatan ditemukan adanya
indikasi
saluran purba dengan ukuran yang berbeda-beda dan memanjang kea
rah
timur. Arah aliran sungai purba ini adalah kea rah timur sesuai
dengan
pola aliran sungai purba regional yang melalui sebelah selatan
Pulau
Singkep.
d) Unit (4) merupakan lapisan sedimen yang paling atas dan
paling muda,
parallel, tegas dan menerus. Hal ini mencerminkan pola
sedimentasi
terjadi pada lingkungan berenergi rendah/tenang, memperlihatkan
ciri
endapan penyusunnya berbutir halus dan lunak yang diduga
merupakan
endapan lupur, lanau dan pasir halus. Batas atas dari unit
adalah dasar
laut sedangkan batas bawahnya adalah unit (3).
3.3 PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR DARATAN DAN PERAIRAN
3.3.1 PENGUNAAN LAHAN
Gambaran umum kondisi penggunaan lahan Kabupaten Lingga
meliputi
distribusi penggunaan lahan, kondisi penggunaan lahan menurut
jenisnya, kondisi
penggunaan lahan kawasan terbangun, penggunaan lahan kawasan non
terbangun,
dan penggunaan lahan menurut fungsinya.
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 16 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Penggunaan lahan merupakan suatu cara atau metode bagaimana
pemanfaatan ruang di suatu wilayah yang akan digunakan
berdasarkan potensi dan
sumber daya alam yang tersedia. Penggunaan lahan di suatu
wilayah dapat dibagi
menurut fungsi dan jenisnya. Penggunaan lahan menurut fungsinya
dapat dibagi
menjadi 2 kawasan, yaitu: kawasan terbangun (perumahan dan
perkampungan,
jasa perdagangan, jalan, dan industri) dan kawasan non terbangun
(sawah teknis
an sawah non teknis, tegalan atau ladang, kebun, hutan,
penggunaan tanah khusus
dan lainnya seperti sungai, jalan).
Salah satu aspek yang dikaji dalam melihat potensi fisik dasar
adalah
penggunaan lahan eksisting pada suatu wilayah. Hal tersebut
dikarenakan
penggunaan lahan merupakan gambaran dari pemanfaatan lahan yang
terdapat di
wilayah Kabupaten Lingga. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada gambar
Peta Tutupan Lahan Wilayah Kabupaten Lingga sebagai berikut:
Tabel III.8
Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Lingga Berdasarkan Jenisnya
No Penggunaan
Lahan
Kecamatan Jumlah (km2) Lingga
Lingga Utara
Senayang Singkep Singkep Barat
1 Area Permukiman 1,96 4,48 0,60 6,14 7,84 320
2 Belukar 141,11 76,21 14,09 197,37 151,81 738
3 Hutan 344,87 50,60 61,08 79,48 11,79 827
4 Perkebunan 79,51 113,56 237,87 5,54 26,49 757
5 Sawah Irigasi 12,15 13,25 54,65 25,20 34,97 360
6 Sungai dan Danau 1,06 1,21 2,00 0,00 0,46 77
7 Tanah Ladang 27,72 23,62 24,79 175,01 101,91 655
8 Lain-lain 1,13 0,28 0,92 3,16 1,83 237
Daratan 957 601 792,00 6800 9410 18560
Lautan 209.654,28
Jumlah 211.772,00
Sumber: Peta Penggunaan Lahan dan Hasil Perhitungan, 2009 dalam
RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2011-203
Pada tabel di atas dapat dilihat luas penggunaan lahan
berdasarkan
jenisnya di Kabupaten Lingga. Pengertian dari masingmasing jenis
penggunaan
lahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pesawahan/sawah merupakan lahan pematang dengan ditunjang
atau
tidak ditunjang oleh saluran irigasi, sering digenangi, ditanami
padi atau
tanaman semusim lainnya.
b. Perkampungan merupakan lahan pemukiman (rumah tinggal,
dan
penggunaan fasilitas lainnya, seperti pendidikan, pemerintahan
dan
lainnya) yang berkelompok tetapi tersebar pada pusatpusat
kota/desa
maupun sepanjang jalur jalan.
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 17 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
c. Tegalan/perkebunan merupakan lahan yang diusahakan untuk
pengembangan pertanian lahan kering yang diusahakan menetap
dengan
tanaman semusim dengan tanaman keras sebagai batas persil dan
tidak
memiliki saluran irigasi.
d. Padang rumput merupakan lahan yang tanamannya merupakan
padang
rumput dan kadangkadang hanya digunakan bagi kepentingan
ternak,
tetapi kadang pula dimanfaatkan penduduk untuk menanam
tanaman
sebagai tanaman sambilan.
e. Empang/kolam merupakan areal lahan yang tidak dapat
dimanfaatkan
dikarenakan lahannya rusak.
f. Hutan merupakan lahan hutan yang berdasarkan ciri vegetasi
dan
status, serta fungsinya dapat dibedakan dalam:
Hutan lebat mempunyai ciriciri tumbuhan dengan berbagai
jenis
pohon, tingkat pertumbuhan maksimum, tajug rapat, semak
belukar
jarang didapati.
Hutan belukar banyak ditumbuhi dengan tumbuhan berbatang
kecil,
umumnya merupakan bekas daerah penebangan hutan,
perladangan.
Hutan sejenis dicirikan oleh dominasi satu jenis pohon dengan
kriteria
dominasi 75% atau lebih.
Perkebunan merupakan lahan yang ditanami dengan berbagai
jenis
tanaman dan berumur panjang baik diusahakan oleh perkebunan
besar
maupun perkebunan rakyat/kecil. Umumnya tanaman yang
diusahakan
hanya satu jenis.
Penggunaan lainnya, dimana penggunaan ini termasuk penggunaan
untuk
jalan, irigasi, riool, sungai, tanah yang tidak diusahakan,
penggalian, industri, dan
peternakan serta pariwisata. Seperti telah disebutkan sebelumnya
bahwa pola
penggunaan tersebut mengalami pergeseran luasan jenis penggunaan
sejalan
dengan tuntutan perubahan kegiatan, guna meningkatkan nilai
tambah dari setiap
jenis penggunaan lahan bersangkutan.
Kecenderungan perubahan penggunaan lahan yaitu dengan
tumbuhnya
beberapa kawasan perumahan baru, kawasan/zona industri,
persawahan, dan
lainnya yang akan menggeser jenis penggunaan kegiatan pertanian
lahan basah
dan pertanian lahan kering.
a. Kondisi Penggunaan Lahan Kawasan Terbangun
Berdasarkan data penggunaan tanah di Kabupaten Lingga, luas
pemanfaatan ruang sebagai kawasan terbangun sudah mencapai
240,1
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 18 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
km2. Pada penggunaan lahan keseluruhan di Lingga, kawasan
terbangun
terbagi menjadi beberapa bagian. Permukiman di Kabupaten
Lingga
memiliki luas 21,03 Km2 dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten
Lingga.
Perumahan ini dibedakan atas 2 macam utama, yaitu permukiman
(perumahan) yang dibangun oleh pengembang (developer) dan
permukiman (kampung) yang dibangun secara individu oleh
masyarakat.
b. Penggunaan Lahan Menurut Fungsinya
Wilayah Kabupaten Lingga dapat juga dibagi menjadi 2 kawasan,
yaitu:
kawasan lindung, yang berfungsi untuk melindungi kawasan
Kabupaten
Lingga; dan kawasan budidaya, yang berfungsi untuk tempat
pembudidayaan sumber daya yang ada di wilayah Kabupaten
Lingga.
1. Penggunaan Lahan Kawasan Lindung
Kawasan lindung atau kawasan yang berfungsi lindung yang
direncanakan atau ditetapkan dalam wilayah Kabupaten Lingga
meliputi:
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya.
Kawasan perlindungan kawasan sempadan pantai,
kawasan sempadan sungai dan sempadan mata air.
Kawasan resapan air
2. Penggunaan Lahan Kawasan Budidaya Pertanian
Pada penggunaan lahan kawasan budidaya pertanian, kawasan
ini
terbagi menjadi beberapa bagianbagian, antara lain: sawah,
sawah
tadah hujan, tegalan/ladang, kebun campur, dan
perkebunan/kebun.
Sawah
Total penggunaan lahan persawahan di Kabupaten Lingga seluas
140,22 Km2 atau sekitar 27,26% dari luas penggunaan lahan di
Kabupaten Lingga. Sawah terluas ada di Kecamatan Senayang.
Tanah Ladang dan Perkebunan
Termasuk dalam kelompok penggunaan lahan ini adalah Tanah
ladang dan Perkebunan, yang merupakan bagian dari pertanian
lahan kering. Total luas pertanian lahan kering tersebut
adalah
816.01 Ha dari luas wilayah Kabupaten Lingga, yang terdiri
atas:
Perkebunan sebesar 462.96 Ha dan Tanah Ladang sebesar 353.05
Ha.
3. Penggunaan Lahan Kawasan Terbangun
Rencana kawasan budidaya ini terdiri atas 2 kelompok utama,
yaitu
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 19 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
kawasan budidaya perkotaan dan kawasan budidaya pertanian
(perdesaan). Dalam kawasan budidaya perkotaan ini tercakup
baik
kawasan budidaya perkotaan yang telah ada dewasa ini maupun
kawasan budidaya transisi perkotaan, dalam arti transisi
dari
karakter perdesaan menjadi karakter perkotaan. Prinsip
penetapan
kawasan tersebut adalah berdasarkan dominasi fungsi atau
kegiatan
utama yang ada dan yang akan dikembangkan pada kawasan
tersebut.
a. Kawasan Pusat Kota (Central Bussiness District/CBD)
Kawasan Pusat Kota ini merupakan pusat utama bagi Kabupaten
Lingga. Kawasan Pusat Kota ini terletak di wilayah ibukota
kecamatan yang telah maju seperti Daik dan Dabo. Dalam
kawasan
pusat kota ini terdapat fungsi atau kegiatan:
- Taman/ruang terbuka pusat kota;
- Perniagaan/perbelanjaan;
- Jasajasa;
- Fasilitas sosial/fasilitas umum;
- Perumahan pusat kota (rumahtoko/ruko).
- Institusi/fasum
b. Kegiatankegiatan khusus
Kegiatankegiatan khusus dalam hal ini adalah yang dapat
diidentifikasi luas pemanfaatan ruang/lahannya, yang
meliputi:
- Komplek Batalyon Infantri/kawasan militer di Kecamatan
Singkep.
- Lapangan terbang di Kecamatan Singkep.
- Komplek perkantoran di Kecamatan Lingga.
3.3.2 EKOSISTEM PESISIR
Berikut ini merupakan data ekologi yang bersumber dari Study
Baseline
Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006 yang disusun oleh Anna
Manuputty,
Winardi, Soerojo, Dkk. CRITC Coremap Jakarta. Adapun tujuan dari
penelitian ini
adalah melihat kondisi terumbu karang di pesisir dan di beberapa
pulau di
perairan Lingga Utara dan Senayang sebagai studi awal untuk
memperoleh data
dasar (baseline data) untuk keperluan pemantauan ditahun- tahun
berikutnya.
Lokasi Penelitian meliputi perairan pesisir timur laut Pulau
Lingga, yaitu perairan
Limbung dan Sekanah dengan pulau-pulau di sekitarnya seperti P.
Penooh, P.
Kongka Besar, P. Kongka Kecil, P. Ileuh, P. Alut, P. Bulu dan P.
Gaja.
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 20 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Gambar 3.5 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Lingga A3
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 21 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
3.3.2.1 MANGROVE
Berdasarkan laporan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten
Lingga
tahun 2011, Kabupaten Lingga memiliki hutan mangrove seluas
12.195 ha yang
tersebar di beberapa kecamatan yaitu:
Tabel III.9
Luas Hutan Mangrove Kabupaten Lingga Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan Luas (ha)
1 Lingga
44.067,8 2 Lingga Timur*
3 Selayar*
4 Lingga Utara 935,3
5 Senayang 2.973,6
6 Singkep
171,5 7 Singkep Pesisir*
8 Singkep Selatan*
9 Singkep Barat 4.047,0
Total 12.195,0
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lingga, Tahun
2011 Keterangan: *) Kecamatan Pemekaran
Berikut ini merupakan data ekologi yang bersumber dari Study
Baseline
Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006 yang disusun oleh Anna
Manuputty,
Winardi, Soerojo, Dkk. CRITC Coremap Jakarta. Dari pengamatan 21
titik
pencuplikan data didapatkan 24 jenis mangrove yang termasuk
dalam 18 marga
dan 15 suku. Masing-masing titik pencuplikan data dari lapangan
digambarkan
sebagai berikut:
1. Pulau Hantu (0.12969 LS -104.82121 BT)
Di pulau ini ketebalan mangrove hanya sekitar 10 m dengan
ketinggian 46
m. Di tempat ini ditemukan mangrove yang berupa belta (diameter
2 - <
10 cm) sebanyak 6 jenis dengan kepadatan antara 300-900 batang
per
hektar dan jenisyang dominan adalah Rhizophora stylosa.
2. Desa Limbung (0.20415 LS - 104.79427 BT)
Ketebalan mangrove di tempat ini berkisar 40-50 meter yang
umumnya
didominasi oleh jenis Avicennia alba untuk bagian depan sedang
untuk
bagian belakang banyak ditemukan Rhizophora apiculata. Di tempat
ini
ditemukan mangrove dalam bentuk belta dengan kepadatan
500-1200
batang per hektar dengan ketinggian 4-9 meter dan ditemukan 11
jenis.
3. Desa Limbung (0.120415 LS -104.7942o BT)
Ditempat ini hanya ditemukan 4 jenis, bagian depan untuk
pohon
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 22 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
ditemukan jenis Avicennia alba, Sonneratia alba dan
Rhizophora
apiculata. Sedang bagian belakang didominasi oleh Rhizophora
apiculata
dengan ketinggian ada yang mencapai 20 meter.
4. Pulau Baru (0.13444 LS - 104.79072 BT)
Kondisi mangrove di tempat ini hanya bergerombol tipis sekitar 5
meter
dan hanya didapatkan 3 jenis). Hanya ditemukan mangrove dalam
bentuk
belta dengan kepadatan 500 - 800 batang per hektar dan
ketinggian 3 - 6
meter.
5. Pulau Kekek (0.18740 LS - 104.77980 BT)
Ketebalan mangrove mencapai 20 meter, bagian depan didominasi
jenis
Rhizophorastylosa dan bagian belakang didominasi Sonneratia
alba. Jenis
yang ditemukan sebanyak 7 jenis belta dengan kepadatan
600-1000
batang per hektar dan ketinggian 4 - 7 meter.
6. Desa Limbung (0.17282 LS -104.74853 BT)
Ditempat ini Rhizophora stylosa mendominasi bagian depan
dengan
ketinggia 4-6 meter berupa belta dengan kepadatan 1000 -2000
batang
per hektar. Sedang dibagian belakang didominasi oleh Sonneratia
alba.
7. Pulau Pongole (0. 1508o LS - 104.74389 BT)
Ketebalan mangrove di tempat ini mencapai 20 meter, di temukan 8
jenis
dalam bentuk belta dengan kepadatan 750-1500 batang per hektar.
Zonasi
depan didominasi jenis Rhizophora stylosa, sedang bagian
belakang
didominasi jenis Bruguiera gymnorrhiza. Di tempat ini ditemukan
jenis
Rhizophora lamarckii yang merupakan persilangan antara
Rhizophora
stylosa dan Rhizophora apiculata, jenis ini bersifat steril
artinya
mempunyai hypocotyl yang tidak bisa tumbuh menjadi semai.
8. Pulau Ujung Beting (0.13886 LS -104.744830 BT)
Bagian depan (zonasi) di tempat ini di dominasi Rhizophora
stvlosa
danbagian belakang didominasi oleh Sonneratia alba. Ketebalan
mangrove
sekitar 20 meter dengan kepadatan belta 800-1600 batang per
hektar
yang mempunyai ketinggian berkisar 4 - 8 meter.
9. Pulau Alut (0.08762 LS - 104.726030 BT)
Ketebalan mangrove di tempat ini mencapai 15 meter, zonasi
depan
ditemukan Sonneratia alba dalam bentuk pohon ada yang
berdiameter 80
cm dengan ketinggian 15 meter dan kepadatan 300 batang per
hektar,
untuk belta didominasi Rhizophora styfosa dengan kepadatan
600-1000
batang per hektar dan ketinggiannya mencapai 4 - 6 meter.
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 23 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
10. Pulau Lingga (0.087110 LS - 104.684610 BT)
Bagian depan belta yang mendominasi adalah Rhizophoro. stylosa.
Sedang
dibagian belakang banyak ditemukan Rhizophora mucronata.
Ketebalan
mangrove sekitar 20 meter dengan kepadatan belta antara
1000-1600
batang per hektar dan ketinggiannya mencapai 4 - 7 meter.
11. Pulau Buluh (0.12805 LS -104.9164 BT)
Ketebalan mangrove di tempat ini mencapai 50 meter, zonasi
bagian
depan didominasi oleh Rhizophora stylosa. yang berupa belta
dengan
kepadatan berkisar 3000-4000 batang per hektar dengan ketinggian
4-6
meter. Bagian belakang ditemukan mangrove yang berupa pohon
(Bruguiera gymnorrhiza) dengan diameter 20-22 cm dan
tingginya
mencapai 20 meter. Untuk belta didominasi Rhizophora
rnucronata
dengan kepadatan antara 3000-4000 batang per hektar dan
ketinggian
berkisar 4- 6 meter.
12. Pulau Kongka Kecil (0.066t0LS -104.85000 BT)
Pertumbuhan mangrove hanya ditemukan di pantai bagian barat
dengan
ketebalan berkisar antara 15 hingga 75 meter terdiri atas 15
jenis,
umumnya didominasi oleh Rhizophora stylosa. Kepadatan pohon
(diameter
>10 cm) hanya berkisar 100 - 200 batang per hektar, sedangkan
belta
mencapai 400 -600 batang per hektar dengan habitat berupa pasir
dan
koral mati dengan campuran lumpur.
13. Pulau Ileuh (02882 LS -104.663700 BT)
Kondisi mangrove pada posisi 000.898' LS104.039715' BT
mempunyai
ketebalan sekitar 20 meter yang didominasi oleh Rhizophoro
stylosa. Jenis
lain yang ditemukan adalah Sonneratia alba, Lumnitzera
racemosa,
Aegiceras corniculatum, Rhizophora apiculata, Xylocarpus
granatum,
Bruguiera gymnorrhiza, Avicennia marina dan Ceriops tagal.
Tinggi
mangrove berkisar antara 4-8 meter dengan diameter berkisar 4
-12 cm
dan kepadatan mencapai 300 batang per hektar.
14. Pulau Kecil didepan P. Ileuh (0.02509 LS - 104.65504 BT)
Lokasi ini merupakan pulau kecil tanpa nama, terletak didepan
Pulau
Ileuh. Ketebalan mangrove hanya sampai 15 meter yang
didominasi
Rhizophora stylosa dengan ketinggian 10 meter dan kepadatan
400-800
batang per hektar.
15. Pulau Berang Kecil (0.01043 LS -1040655040 BT)
Di sebelah utara pada posisi 000.45LS-104039.403' BT jenis
yang
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 24 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
mendominasi adalah Rhizophora stylosa demikian juga di daerah
selatan
yang terletak pada posisi 00.440' LS-104039.393' BT didominasi
oleh jenis
yang sama. Jenis lain yang dijumpai adalah Rhizophora
mucronata,
Sonneratia alba, Aegiceras corniculatum, Bruguiera cylindrica,
Heritiera
littoralis, Pemphis addula, Excoecaria agallocha, Bruguiera
gymnorrhiza,
Rhizophora apiculata, Oncosperma filamentosa, Baringtonia
racemosa dan
Thespesia populnea. Keadaan zonasi tidak begitu tampak, jenis
dominan
(Rhizophora stylosa) hampir dijumpai pada bagian depan sampai
ke
belakang yang berjarak sekitar 50 meter. Tinggi pohon berkisar
antara 4-
10 meter dengan diameter antara 6-12 cm dan kepadatan antara
200-400
batang per hektar. Habitat berupa hamparan terumbu karang yang
sudah
mati yang dilapisi pasir tipis.
16. Pulau Malin (0.06506 LS -1040547030BT)
Bagian depan didominasi Rhizophora mucronata yangberasosiasi
dengan
Rhizophora stylosa dengan ketinggian 3-5 meter dan kepadatan
berkisar
800-1400 batang per hektar. Zonasi belakang didominasi
Sonneratia alba
dengan ketinggian 5-7 meter yang berasosiasi dengan
Bruguiera
cylindrica, Rhizophora apiculata sehingga secara keseluruhan
didapatkan
5 jenis.
17. Pulau Ujung Kayu
Di bagian barat pulau ini hampir semua pantai ada mangrove
yang
didominasi jenis Rhizophora stylosa bagian depannya dengan
ketinggian 4-
5 meter. Bagian belakang Rhizophora apiculata merupakan jenis
dominan.
Kepadatan belta secara keseluruhan berkisar 800 -1000 batang per
hektar
dengan jenis yang didapatkan hanya 5 jenis).
18. Pulau Bugai (0.06506 LS -1040547030BT)
Di pantai ini tidak dijumpai mangrove yang murni hanya dijumpai
asosiasi-
nya saja yang berjumlah 4 jenis.
19. Sta. 20. (0.06427 LS -1040520240BT)
Bagian Timur pulau ini dijumpai mangrove dengan ketebalan
berkisar 10-
20 meter. Bagian depan dijumnpai mangrove Sonneratia alba
dalam
bentuk pohon berkisar 400-500 batang per hektar dengan
ketinggian 8-10
meter. Untuk belta kepadatan 1000-1200 batang per hektar
dengan
ketinggian 4-6 meter. Bagian belakang hanya didapatkan mangrove
dalam
bentuk belta dengan kepadatan 900-1200 batang per hektar
dengan
ketinggian 4-5 meter. Secara keseluruhan didapatkan hanya 3
jenis.
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 25 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
20. Depan pelabuhan Baru (0.00142 LS -1040502630BT)
Ketebalan mangrove berkisar 10-20 meter dengan kepadatan
beIta
berkisar 2000-3000 batang per hektar dan ketinggiannya mencapai
3-6
meter. Bagian depan didominasi jenis Aegiceras corniculatum.
Bagian
belakang banyak ditemukan Rhizophora stylosa dengan ketinggian
4-6
meter, sedang untuk pohon dijumnpai jenis Xylocarpus granatum
dan
Lumnitzera littoralis, kepadatan pohon berkisar 100- 200 batang
per
hektar dengan ketinggian 6-7 meter, sehingga keseluruhan
didapatkan 6
jenis.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa
umumnya
mangrove di Pulau Lingga dan pulau-pulau kecil sekitamya
didominasi jenis
Rhizophora stylosa walaupun sebagian ada juga zonasi depan yang
didominasi
Rhizophora mucronata yang umumnya hidup pada lumpur yang agak
lembek.
Tabel III.10
Jenis, Marga, dan Suku Mangrove di P. Lingga dan Sekitarnya
No Suku No Jenis
1 Apocynaceae 1 Cerbera odollum Gaertn
2 Avicenniaceae 2 Avicennia alba Bl.
3 Combretaceae 3 Lumnitzera littorea (Jack) Voiroh
4 Terminalia catappa L.
4 Euphorbiaceae 5 Excoecaria agallocha L.
5 Goodeniaceae 6 Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb.
6 Guttiferae 7 Calophyllum inophyllum L.
7 Lythraceae 8 Pemphis acidula J.R.G. Forst
8 Malvaceae 9 Thespesia populnea Soland
9 Meliaceae 10 Xylocarpus granatum Koen
11 Xylocarpus moluccensis (Lmk) Roem
10 Myrsinaceae 12 Aegiceras corniculatum (L.) Blanco
11 Palmae 13 Nypa fruticans Wurmb
12 Pandanaceae 14 Pandanus tectorius Parkinson ex Z.
13 pteridaceae 15 Acrostichum aureum L.
14 Rhizophoraceae
16 Bruguiera cylindrica (L.) BI.
17 B. gymnorrhiza (L.) Lamk.
18 B. parviflora (Roxb.) W. & A. ex Griff
19 Ceriops tagal (Griff) Din,g Hou
20 Rhizophora apiculata BL
21 R. lamarckii Montr.
22 R. mucronata Lmk.
23 R. stylosa Griff
15 Sonneratiaceae 24 Sonneratia alba J.E. Smith
Sumber : Study Baseline Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun
2006 CRITC Coremap Jakarta
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 26 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Gambar 3.6 Peta Sebaran Mangrove di Kabupaten Lingga A3
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 27 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Kebanyakan habitatnya berupa batuan koral yang sudah mati atau
pasir
bercampur sedikit lumpur. Dari 21 pencuplikan data didapatkan 24
jenis mangrove
yang termasuk dalam 18 marga dan 15 suku. Sekitar 90% Pulau
Lingga dan pulau-
pulau kecil lainnya dipantainya ditumbuhi mangrove. Daerah Desa
Limbung zonasi
depan dijumpai jenis Avicennia alba, akan tetapi untuk masa
mendatang jenis ini
akan terganti oleh Rhizophora stylosa. Jenis dominan untuk belta
umumnya
Rhizophora stylosa sedang untuk pohon didominasi Sonneratia
alba.
3.3.1.2 TERUMBU KARANG
Kondisi terumbu karang di wilayah studi terdiri dari koral
hidup, koral
mati dan koral mati dengan algae. Jenis koral yang terdapat di
wilayah studi yaitu
ACB (Acopora Brancing), ACT (Acopora Tubulate), ACE (Acopora
Encrusting), ACS
(Acopora Submasive), ACD (Acopora Digitata), CB (Coral
Brancing), CM (Coral
Masive), CE (Coral Encrusting), CS (Coral Submasive), CF (Coral
Foliosa)CMR
(Coral Musrom), CME (Coral Meliopora), CHL (Coral Heliopora), DC
(Dead Coral),
DCA (Dead Coral with Algae). Adapun kondisi terumbu karangnya
dapat terlihat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel III.11
Kondisi Terumbu Karang di Lokasi Sampling
No Lokasi DCA Live Coral Kondisi
1 Maraktua 38.20 37.30 Sedang
2 Rejai 23.00 49.50 Sedang
3 Limbung 39.50 46.50 Sedang
4 Cempa 59.50 35.50 Sedang
5 Nuja 2 61.60 34.05 Sedang
6 Nuja 1 50.15 29.65 Buruk
7 Panjang 24.50 50.00 Baik
8 Kongka 2.00 36.50 Sedang
9 Mesanak 30.65 51.55 Baik
10 Centeng 29.00 56.00 Baik
11 Tanjung Kelit 25.50 62.85 Baik
12 Rejai 40.60 31.90 Sedang
13 Kentar 53.75 37.60 Sedang
14 Bakung 51.75 36.00 Sedang
15 Busung 1 19.00 57.50 Baik
16 Busung 2 9.90 29.40 Sedang
17 Teban 52.80 34.40 Sedang
18 Benan 34.80 54.45 Baik
19 Temiang 27.50 40.17 Sedang
20 Buaya 22.67 32.33 Sedang
Sumber: Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga-Tahun 2011
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 28 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Gambar 3.7 Peta Sebaran Terumbu Karang A3
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 29 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
3.3.1.3 PADANG LAMUN
Dari hasil analisis citra diketahui bahwa luas padang lamun di
Kabupaten
Lingga mencapai 10.870,03 ha. Jenis lamun yang ditemui di lokasi
studi berjenis
Cymodecea rotundata, C. serrulata, Enhalus acoroides, Halodule
uninervis,
Halophila ovalis, H. Spinulosa, Syringodium isoetifolium,
Thalasia hemprici dan
Thalassodendron ciliatum. Total individu lamun yang ditemui di
likasi studi
bersisar antara 0 -215 individu lamun. Lokasi yang tidak
terdapat lamun
merupakan lokasi yang dekat dengan sungai. Sedangkan jumlah
individu lamun
yang terbanyak ditemukan pada daerah Centeng yaitu ditemukan
total individu
215 individu/m3. Komposisi lamun yang ditemukan pada wilayah
studi antara 1-3
jenis. Jenis lamun yang banyak ditemukan pda lokasi Tukul yaitu
3 jenis.
Sedangkaan untuk daerah lain bervariasi antara 1-2 jenis
lamun.
Tabel lII.12
Total Individu, Jumlah Spesies dan Densitas Lamun yang
Ditemukan
No Lokasi Total
Individu Jumlah Spesies
Densitas
1 Maroktua 19 1 19
2 Tg. Datuk 17.2 1 17.2
3 Limbung 5.2 0.6 5.2
4 Tg. Buton 9.4 0.8 9.4
5 Nuja 3.8 0.6 3.8
6 Kualaraya 15.4 1 15.4
7 Panjang 7.0 0.8 7
8 Alut 6.6 1 6.6
9 Tajur 12.6 0.6 12.6
10 Centeng 215 1.6 215
11 Rejai 2 37.2 1.4 37.2
12 Rejai 1 141 1 141
13 Kentar 69.2 2.2 69.2
14 Tukul 162.4 2.8 162.4
15 Pungut 1 0 0 0
16 Pungut 2 65 1.2 65
17 Teban 37.4 1 37.4
18 Benan 75 0.4 75
19 Temiang 30.4 1 30.4
20 Cempa 12.8 1 12.8
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga dalam
Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 30 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Gambar 3.8
Sebaran Padang Lamun
Sumber: Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga-Tahun 2011
3.3.1.4 BIOTA PERAIRAN
a. IKAN KARANG
Dari buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011, Sementara itu ikan
yang berasosiasi
dengan terumbu karang di witayah studi terdiri dari genus yaitu
Chaetodontidae,
Lutjanidae, Lethrinidae, Caesionidae, Serranidae, Haemutidae,
Siganidae,
Nemipteridae, Ctupeidae, Pomacantidae, Apogonidae, Pempheridae,
Centricidae,
Pomacentridae, dan Labridae. Adapun jenis-jenis yang ditemui
dari genus yang
disebutkan tersebut yaitu jenis ikan antara lain Chaetodon
Octofasciatus,
Coradion metanotus, Chelmon rostratus, Lutjanus carponotatus,
Lutjanus
fulviflamm, Lutjanus vitta, Lethrinus harak, Caesia cuning,
Pterocaesio
chrysozona, Cephaopolish boencck, Ephynepetus sp, Diploprion
bifasciatum,
Plecforincus muculafus, Ptectorincus chaefodonoides, Siganus
guttatus, Siganus
argenteus, Sigonus doliatus, Scolopsis frenatus, Clupea sp,
Chaetodontoplus
mesoleocus, Pomacanthus sextriatus, Abudefduf bengalensis,
Abudefduf
sexfasciatus, Ambiglipidodon curacao, Doccillus trimaculatus,
Dischistodus
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 31 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
chrysopoecilus, Amphiprion ocellaris, Amphiprion melanopus,
Hemiglyphidodon
plagiometopan, Pomacentrus molucensis, Pomacentrus nigromanus,
Pomacentrus
mileri, Neopomacenfrus fitamentosus, Chromis lepidolepis, dan
Cryseptera
parasema.
lkan karang pada lokasi sampling sebanyak 21 stasiun sampling
dibeberapa
kawasan terumbu karang yaitu ikan target, ikan indikator, ikan
mayor, dan spesies
lain. Jumlah individu ikan yang ditemui pada terumbu karang
berkisar antara 9-36.
Jumlah individu ikan terendah ditemukan pada lokasi terumbu
karang di lokasi
Maroktua dan P. Buaya. Sedangkan jumlah individu ikan terbanyak
ditemui pada
lokasi terumbu karang di Rejai dan Temiang. Indek keragaman ikan
karang
menunjukkan kisaran antara 1,10 - 3,32 dan lndeks dominansi
berkisar antara 0,12
- A,74. lndeks keragaman yang tertinggi ditemui pada lokasi
Rejai dan Cempa.
lndeks keragaman terendah terdapat pada tokasi Teban. Sedangkan
indeks
dominasi terendah dijumpai pada tokasi Rejai dan indeks dominasi
tertinggi
dijumpai pada lokasi Teban. lndeks ini mempertihatkan bahwa
kondisi ikan karang
baik terdapat di Rejai dengan keragaman yang tinggi dan kondisi
keragaman ikan
rendah yang menunjukkan juga karang buruk terdapat pada lokasi
Teban.
Berikut ini merupakan data ekologi yang bersumber dari Study
Baseline
Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006 yang disusun oleh Anna
Manuputty,
Winardi, Soerojo, Dkk. CRITC Coremap Jakarta. Dari 70 stasiun
RRI di perairan
Lingga Utara yang dilakukan pengamatan ikan karang jenis
Chaetodon
octofasciatus. merupakan jenis yang paling sering dijumpai
selama pengamatan
dengan metode ini. Demikian juga jenis Choerodon anchorago.
Frekuensi relatif
kehadiran berdasarkan jumlah stasiun yang diamati untuk kedua
jenis di atas
masing-masing 58,73%.
Kemudian diikuti oleh Hemiglyphidodon plagiometopon
(50,79%),
Chaetodontoplus mesoleucus (44,44%) dan Chelmon rostratus yang
memiliki nilai
frekuensi relatif kehadiran 41,27 %. Sepuluh ikan karang yang
memiliki nilai
frekuensi relatif kehadirannya diatas 33,33% (berdasarkan jumlah
stasiun RRI yang
diamati dan dijumpai ikan karang) di perairan Lingga Utara dapat
dilihat pada
Tabel berikut:
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 32 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Tabel III.13 Sepuluh Jenis Ikan Karang yang Memiliki Nilai
Frekuensi Relatif Kehadiran Terbesar
yang Diamati dan Dijumpai Ikan Karang di Perairan Lingga
Utara
No Jenis Frekuensi Relatif Kehadiran
(%)
1 Chaetodon octofasciatus 58.73
2 Choerodon anchorago 58.73
3 Hemiglyphidodon plagiometopon 50.79
4 Chaetodontoplus mesoleucus 44.44
5 Chelmon rostratus 41.27
6 Abudefduf septemfasciatus 39.68
7 Lutjanus carponotatus 39.68
8 Paraglyphidodon melas 36.51
9 Apogon quinquelineata 33.33
10 Dischistodus prosopotaeniatus 33.33
Sumber: Study Baseline Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006
CRITC Coremap Jakarta
Tabel III.14
Kelimpahan Jenis Ikan Karang untuk Masing-masing Suku yang
Dijumpai Di Perairan Lingga Utara
No Jenis Kelimpahan (jumlah
individu/Ha)
1 pomacentridae 2.418
2 apogonidae 1.125
3 chaetodontidae 507
4 caesionidae 304
5 labridae 300
6 pomacanthidae 111
7 lutjanidae 71
8 scolopsidae 64
9 nemipteridae 50
10 serranidae 39
11 pempheridae 25
12 haemulidae 14
13 mullidae 14
14 holocentridae 7
15 centropomidae 4
16 dasyatidae 4
17 monacanthidae 4
Sumber : Study Baseline Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun
2006 CRITC Coremap Jakarta
Tabel III.15
Sepuluh Jenis Ikan Karang yang Mempunyai Kelimpahan yang
Tinggi
di Perairan Lingga Utara
No Jenis Kelimpahan
(Jumlah indiv./Ha)
1 Archamia fucata 482
2 Amblyglyphidodon curacao 436
3 Neopomacentrus filamentosus 429
4 Chaetodon octofasciatus 407
5 Apogon quinquelineata 371
6 Hemiglyphidodon plagiometopon 304
7 Caesio teres 304
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 33 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
No Jenis Kelimpahan
(Jumlah indiv./Ha)
8 Amphiprion ocellaris 229
9 Neopomacentrus cyanomos 179
10 Apogon compressus 175
Sumber : Study Baseline Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun
2006 CRITC Coremap Jakarta
Sehingga untuk lokasi Perairan Lingga Utara adapun suku ikan
karang
berjumlah total 18, dengan 58 jenis dan totalnya kelimpahan
(jumlah individu/ha)
5056 ekor.
b. MEGABENTOS
Berikut ini merupakan data ekologi yang bersumber dari Study
Baseline
Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006 yang disusun oleh Anna
Manuputty,
Winardi, Soerojo, Dkk. CRITC Coremap Jakarta. Pencatatan biota
megabentos
dilakukan bidang pengamatan 2 x 70 m2, seluas 140 m2. Hasil
pencacahan biota dik
onversikan per satuan luas Ha (hectare) dan disajikan dalam
Tabel.
Kelimpahan megabentos didominasi oleh 2 kelompok biota yaitu
mushroom
coral yaitu karang jamur yang terdiri dari Fungia spp. Dan juga
kelompok bulu
babi (Diadema setosum). Kelimpahan tertinggi untuk kedua
kelompok ini dicatat di
lokasi SNL 021 yaitu di Pulau Ileuh. Karang jamur dicatat 387
individu per 140
m2, di lokasi lain sangat sedikit bahkan tidak dijumpai. Untuk
bulu babi, jumlah
tertinggi di P. Ileuh (127 individu per 140 m2) kemudian di P.
Buli (100 individu
per 140 m2). Di lokasi lain jumlahnya bervariasi antara 339
individu per 140m2.
Untuk biota lain seperti teripang (Holothuria sp., kima
(Tridacna sp) dan
lola (Trochus sp.) hanya ditemukan di P. Ileuh (masing -masing
hanya 1
ekor) dan di P. Gaja hanya ditemukan lola (1 ekor).
Tabel III.16
Kelimpahan Megabentos Di Perairan Lingga Utara
Megabentos hasil belt transect di Lingga Utara (jumlah individu
per 140 m2)
Stasiun SNL009 SNL010 SNL012 SNL023 SNL0291 SNL702 SNL705
SNL707
Acanthaster planci 0 0 0 0 0 0 0 0
CMR 1 0 0 56 387 4 0 0
Diadema setosum 17 3 20 16 127 3 100 39
Drupella 0 0 0 0 0 0 0 0
Large Giant Clam 0 0 0 0 0 0 0 0
Small Giant Clam 0 0 0 0 1 0 0 0
Large Holothurian 0 0 0 0 1 0 0 0
Small Holothurian 0 0 0 0 0 0 0 0
Lobster 0 0 0 0 0 0 0 0
Pencil sea urchin 0 0 0 0 0 0 0 0
Trochus niloticus 0 0 0 0 0 0 0 1 Sumber : Study Baseline
Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006 CRITC Coremap Jakarta
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 34 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
3.3.2 KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
Alat penangkapan yang digunakan nelayan di Kabupaten Lingga
umumnya
beroperasu di sekitar wilayah perairan antar pulau-pulau yang
ada. Untuk
beberapa jenis alat tertentu, seperti kelompok pancing dan
jaring insang kecil
(jaring karang) serta bubu memiliki daerah penangkapan disekitar
perairan desa.
Demikian juga halnya dengan alat tangkap sondong dan kelong yang
pada
umumnya memiliki derah penangkapan yang tidak jauh dari perairan
desa atau
dioperasikan di sekitaran perairan pulau-pulau yang ada
(selat-selat kecil).
Beberapa lokasi yang ada di wilayah Kabupaten Lingga, seperti
perairan di
sebelah Barat Pulau Singkep (perairan desa Kote) merupakan
daerah penangkapan
yang didominasi oleh alat tangkap kelong (bagan tancap). Berbeda
dengan derah
lainnya pada perairan ini alat tangkap kelong sangat
terkonsentrasi.
Alat tangkap pancing dari jenis rawai (mini longline)
umumnya
dioperasikan oleh nelayan di perairan laut Natuna, Selat Berhala
dan ke arah Selat
Malaka. Untuk alat tangkap trawl terkonsentrasi di daerah Pulau
Selayar umumnya
beroperasi ke wilayah perairan yang berada di arah Barat laut
Pulau Singkep. Alat
tangkap trawl ini umumnya diopersikan nelayan disekitar perairan
Pulau Panjang,
Pulau Posik dan sekitarnya sedangkan sasarannya adalah
udang.
3.3.3 KEGIATAN PERIKANAN BUDIDAYA
Kawasan perikanan budidaya merupakan kawasan yang
diperuntukkan
bagi kegiatan memelihara, membesarkan, dan atau membiakkan ikan
serta
memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Perikanan
budidaya dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu budidaya laut, budidaya
tambak, dan
budidaya air tawar.
Perikanan Budidaya Laut di Kabupaten Lingga yang akan
dikembangkan
meliputi budidaya rumput laut, budidaya perikanan keramba jaring
apung, dan
keramba jaring tancap. Pengembangan perikanan budidaya laut
direncanakan
akan dikembangkan di:
1. Kecamatan Senayang: perairan Pulau Benan, Pulau Mesanak,
Pulau Dua
Besar, Pulau Duyung, Pulau Panjang, PulauTekeres, Pulau
Setumu,
Tanjung Gantung, Pulau Kongki Besar, Pulau Penaah, Pulau
Senayang,
Pulau Tajur Biru, Pulau Rejai, Pulau Pongok, Pulau Talas, Pulau
Kekek,
Pulau Baran dan Pulau Cempa;
2. Kecamatan Lingga Utara: perairan Kelurahan Pancur, Desa
Tekuk, Desa
Limbung dan Teluk Tengkis;
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 35 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
3. Kecamatan Lingga: perairan Tanjung Lebok, Tanjung Datuk,
Tanjung
Buaya, Pulau Serang, dan Pulau Pulon;
4. Kecamatan Lingga Barat: perairan Pulau Selayar dan Pulau
Serang;
5. Kecamatan Singkep Pesisir: perairan Pelalak Desa Lanjut dan
Pulau
Serang;
6. Kecamatan Singkep Selatan: perairan Labuh Desa Marok Kecil,
Teluk
Baruk, dan Tanjung Napan.
7. Kecamatan Singkep Barat: perairan Desa Marok Tua, Teluk
Sekanah, Teluk
Raya,Tanjung Pompun, Desa Sungai Buluh dan Desa Posek.
Rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya di Kabupaten
Lingga
di rencanakan seluas kurang lebih 1.104 Ha yang tersebar di
wilayah Kecamatan
Lingga Timur, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Lingga Barat,
Singkep Barat
dan Kecamatan Senayang dengan rincian sebagai berikut :
1. Kecamatan Lingga Timur seluas kurang lebih 447 Ha
2. Kecamatan Lingga Barat seluas kurang lebih 150 Ha
3. Kecamatan Lingga Utara seluas kurang lebih 103 Ha
4. Kecamatan Senayang seluas kurang lebih 88 Ha
5. Kecamatan Singkep Barat seluas kurang lebih 316Ha
Kawasan perikanan tangkap merupakan kawasan yang digunakan
untuk
kegiatan memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan
dibudidayakan
dengan alat atau cara apapun termasuk kegiatan yang menggunakan
kapal untuk
memuat mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah
dan atau
mengawetkannya. Pengembangan peruntukan kawasan ikan tangkap di
rencanakan
sebagai berikut:
a. Perairan pesisir untuk kegiatan perikanan tangkap dengan
bagan, bubu
atau perahu 4 mil dari garis pantai.
Berdasarkan hasil kajian terhadap keunggulan pada tiap kecamatan
di
Kabupaten Lingga maka peruntukan perikanan tangkap berpotensi di
Kecamatan
Singkep Barat, Kecamatan Singkep, dan Kecamatan Lingga Timur
(Pulau
Pekajang).
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 36 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
3.3.4 KONSERVASI
Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud yang ditetapkan
sebagai
Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) meliputi:
1) Kawasan cagar alam laut, meliputi:
a. Kawasan cagar alam laut di pesisir dan lautan sebelah timur
Pulau
Sebangka Kecamatan Senayang;
b. Kawasan habitat penyu meliputi:
1. Kecamatan Senayang;
2. Kecamatan Lingga; dan
3. Kecamatan Singkep Selatan.
c. Kawasan habitat Lumba-lumba terletak di perairan
Kecamatan
Senayang;
2) Kawasan suaka alam laut sebagaimana dimaksud berupa
Kawasan
Konservasi Laut Daerah (KKLD) dan kawasan perlindungan laut Core
Map
terletak di Kecamatan Senayang meliputi:
a. Perairan Pulau Katang Lingga;
b. Perairan Pulau Reman;
c. Perairan Pulau Buaya;
d. Perairan Pulau Sikeling;
e. Perairan Pulau Tapai;
f. Perairan Pulau Ujung Kayu;
g. Perairan Pulau Belading; dan
h. Perairan Pulau Berai.
Dari buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011, daerah pengembangan
Kawasan
Konservasu Laut Daerah (KKLD) dimana Kabupaten Lingga merupakan
salah satu
wilayah yang dijadikan sebagai target Program Coremap II di
Indonesia dengan
tujuan memperbaiki ekosistem terumbu karang. Program Coremap II
di Kabupaten
Lingga tersebar di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Senayang
(Kelurahan
Senayang, Desa Mamut, Temiang, Batu Belobang dan Benan) dan
Kecamatan
Lingga Utara (Desa Limbung dan Sekana).
Secara Administrasi KKLD di Kabupaten Lingga terletak di wilayah
Pesisir
Kecamatan Senayang dan Kecamatan Lingga Utara. Beberapa kawasan
yang
termasuk kedalam wilayah tersebut adalah:
1. Kawasan I, terdiri atas Pulau Benan, Pulau Baru dan Pulau
Medang;
2. Kawasan II, terdiri dari Pulau Cempa, Buaya, Berjung dan Batu
Belobang;
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 37 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Gambar 3.9 Peta Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten
Lingga A3
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 38 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
3. Kawasan III, terdiri dari Tanjung Kelit, Linau, Pulau Manik
dan Air Batu;
4. Kawasan IV, terdiri dari Pulau Selentang, Bujang, Penaah,
Kentar,
Sebangka dan Ileuh.
Dari hasil perhitungan Kawasan Konservasu Laut Daerah (KKLD)
di
Kabupaten Lingga mempunyai luasan sebesar 626,22 ha yang
ditandai oleh 13 titik
terluar koordinat.
3.3.5 KERAWANAN BENCANA
Berikut ini akan diuraikan beberapa bencana di Kabupaten Lingga
selama
beberapa tahun terakhir, adapun uraiannya akan terlihat pada
poin-poin sebagai
berikut:
a. GERAKAN TANAH
Bencana gerakan tanah (tanah longsor/gempa) merupakan peristiwa
alam
yang seringkali mengakibatkan banyak kerusakan, baik berupa
kerusakan
lingkungan maupun kerusakan prasarana dan sarana fisik hasil
pembangunan, serta
menimbulkan kerugian yang tidak sedikit baik berupa harta benda
maupun korban
jiwa manusia hampir setiap daerah mengalami bencana gerakan
tanah dan
menimbulkan kerusakan yang cukup besar.
1. Kawasan rawan tanah longsor di Kecamatan Lingga meliputi:
Tanah rawan longsor di Desa Kelumu;
Tanah rawan longsor di Desa Mentuda;
Tanah rawan longsor di Desa Panggak Darat;
Tanah rawan longsor di Desa Mepar;
Tanah rawan longsor di Desa Merawang;
Tanah rawan longsor di Kelurahan Daik; dan
Tanah rawan longsor di Desa Panggak Laut;
2. Kawasan rawan tanah rawan longsor di Desa Pekaka Kecamatan
Lingga
Timur.
3. Kawasan rawan tanah longsor di Kecamatan Lingga Utara
meliputi:
Tanah rawan longsor di Desa Resun;
Tanah rawan longsor di Desa Linau;
Tanah rawan longsor di Desa Limbung; dan
Tanah rawan longsor di Desa Bukit Harapan;
4. Kawasan rawan tanah longsor di Kecamatan Senayang
meliputi:
Tanah rawan longsor di Cempa; dan
Tanah rawan longsor di Kelurahan Senayang.
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 39 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Tabel III.17
Potensi Tingkat Kejadian Gerakan Tanah Pada Tiap Kecamatan
No Kecamatan Luas
Keterangan Ha %
1 Singkep Barat 47,774.61 22.56 Potensi Terjadi Gerakan Tanah
Rendah
2 Singkep
31,532.21 14.89 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah
3 Singkep Pesisir*
4 Singkep Selatan*
5 Lingga
16,444.45 7.77 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Menengah
6 Lingga Timur*
7 Selayar*
36,969.03 17.46 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah
8 Lingga Utara 2,359.96 1.11 Potensi Terjadi Gerakan Tanah
Menengah
30,863.97 14.57 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah
9 Senayang 486.31 0.23 Potensi Terjadi Gerakan Tanah
Menengah
45,341.46 21.41 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah
Jumlah 211,772.00 100.00
Sumber: RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031 Keterangan: *)
Kecamatan Pemekaran
b. BANJIR
Terjadinya perubahan fungsi pemanfaatan lahan dari kawasan
hutan
menjadi kawasan terbangun, secara langsung akan mempengaruhi
besarnya
koefisien limpasan permukaan yang semakin besar dan konsentrasi
aliran serta
perubahan fungsi tersebut akan merusak bagian hulu sungai (DAS),
seperti pada
DAS Daik, DAS Nerekeh, DAS Pangak, DAS Tanda, DAS Keton, DAS
Pinang serta DAS
lainnya yang berada di Kabupaten Lingga.
Pada umumnya banjir yang terjadi di Kabupaten Lingga merupakan
Banjir
luapan yang diakibatkan kapasitas sungai yang tidak mampu untuk
menampung air
masuk dari sistem drainase yang tersedia, diperparah pada saat
banjir di sungai
terjadi bersamaan dengan pasang tinggi (spring tide) di laut.
Selain itu sistem
drainase yang masih kurang memadai sehingga akibat adanya hujan
tinggi air
permukaan yang mengalir sebagian menggenang pada jalan atau
permukiman.
Penyebaran lokasi rawan bencana banjir di Kabupaten Lingga
adalah pada daerah
daerah yang berbatasan dan bersentuhan langsung dengan
sungaisungai yang
tersebar di Kabupaten Lingga, yaitu pada Kelurahan Daik
Kecamatan Lingga,
Kelurahan Dabo dan Desa Marok Kecil di Kecamatan Singkep. Untuk
lebih jelasnya
diuraikan sebagai berikut:
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 40 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
1. Kawasan rawan bencana banjir Daik dan sekitarnya terletak di
Kecamatan
Lingga;
2. Kawasan rawan bencana banjir Dabo dan sekitarnya terletak
di
Kecamatan Singkep;
3. Kawasan rawan bencana banjir Resun, Sungai Besar dan
sekitarnya
terletak di Kecamatan Lingga Utara; dan
4. Kawasan rawan bencana banjir air merah dan sekitarnya
terletak di
Kecamatan Singkep Barat.
c. GELOMBANG PASANG DAN ABRASI
Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi di Kabupaten
Lingga
meliputi:
1. Kawasan pesisir dan sepanjang pantai selatan Pulau Singkep;
dan
2. Kawasan pesisir dan sepanjang pantai Desa Berindat Desa
Lanjut Desa
Sedamai Desa Kote terletak di Kecamatan Singkep Pesisir.
3. Kawasan pesisir dan sepanjang pantai di Kecamatan
Senayang.
4. Kawasan pesisir dan sepanjang pantai di kecamatan Lingga
Utara
meliputi:
a. Pesisir dan sepanjang pantai Desa Teregeh;
b. Pesisir dan sepanjang pantai Sasah;
c. Pesisir dan sepanjang pantai Tanjung Awak; dan
d. Pesisir dan sepanjang pantai Sungai Nona.
3.4 KONDISI INFRASTRUKTUR KELAUTAN DAN PESISIR
3.4.1 SENTRA KEGIATAN PERIKANAN
Pengolahan ikan atau industri perikanan (added value) terhadap
hasil
tangkapan/budidaya ikan masih berlum berkembang di Kabupaten
Lingga.
Mengingat potensi perikanan tangkap/budidaya yang sangat besar
(terutama laut),
serta perlunya transformasi struktur ekonomi masyarakat yang
berbasis non lahan,
maka usaha pengolahan ikan merupakan salah satu tumpuan
peningkatan
perekonomian masyarakat Kabupaten terutama di kawasan pesisir
Kabupaten
Lingga. Peruntukan pengolahan ikan akan diintegrasikan dengan
pengembangan
kawasan Minapolitan di Pulau Selayar dan Pulau Tajur Biru.
Selain itu juga
didorong pengembangan pada kawasan sebagai berikut:
1. Tanjung Sembilang sampai Tanjung Irat di Kecamatan Singkep
Barat di
Pulau Singkep dapat dijadikan sentra pengolahan ikan laut dengan
pusat
pengolahan di Sungaikai.
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 41 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
2. Tanjung Awak dan Sekanah di Kecamatan Lingga Utara di Pulau
Lingga
dengan pusat pengolahan di Sekanah dikarenakan dekat dengan
PKL
Pancur.
3. Tanjung Pelak sampai Tanjung Datuk Kecamatan Lingga di Pulau
Lingga.
4. Selat Buaya Kecamatan Senayang di Pulau Sebangka.
5. Pulau-pulau kecil diantaranya: Pulau Cempa dan Pulau
Rejai.
Untuk mendukung pengembangan kawasan minapolitan maka akan
direncanakan pembangunan dan pengembangan pelabuhan khusus
berupa
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Rencana pengembangan pelabuhan
perikanan di
Kabupaten Lingga berdasarkan arahan dari RTRW Provinsi Kepulauan
Riau adalah
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
melayani kapal
perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT dan menampung 20
buah kapal atau
60 GT kapal perikanan sekaligus. Pelabuhan ini melayani kegiatan
perikanan di
perairan pedalaman dan perairan kepulauan. Sesuai dengan arahan
Kementerian
Kelautan, rencana pengembangan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI)
terletak di:
1. Tajur Biru Kecamatan Senayang;
2. Rejai Kecamatan Senayang;
3. Senayang Kecamatan Senayang;
5. Singkep Kecamatan Singkep;
6. Penuba Kecamatan Lingga;dan
7. Pulau Mas Kecamatan Singkep Barat.
Dalam Jangka Panjang, pengembangan PPI Penuba dan Tajur Biru
akan
didorong sebagai embrio untuk pengembangan kawasan minapolitan
berbasis ikan
tangkap. Dengan demikian, untuk mengembangkan Pulau Selayar dan
Tajur Biru
sebagai kawasan minapolitan berbasis ikan tangkap, maka akan
dikembangkan
fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar,
permodalan, sarana
produksi, pengolahan, pemasaran, kelembagaan usaha, serta
fasilitas penyuluhan
dan pelatihan.
3.4.2 SENTRA KEGIATAN PARIWISATA
Kawasan pariwisata merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi
pengembangan kegiatan pariwisata, serta mempunyai salah satu
kondisi sebagai
berikut:
1. Keindahan alam dan keindahan panorama
2. Masyarakat dengan kebudayaan bernilai tinggi dan diminati
oleh
wisatawan
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 42 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
3. Bangunan peninggalan budaya dan atau mempunyai nilai sejarah
tinggi
4. Kawasan yang mendukung upaya pelestarian Budaya dan
lingkungan
Dalam arahan pengembangan pariwisata di Provinsi Kepulauan
Riau,
Kabupaten Lingga terbagi menjadi 3 Unit Kawasan Wisata (UKW),
yaitu:
1. Unit Kawasan Wisata Lingga, memiliki fungsi utama untuk
wisata sejarah
dan agro wisata dengan wisata pendukungnya adalah wisata
alam
pegunungan dan wisata bahari
2. Unit Kawasan Wisata Singkep, memiliki fungsi utama sebagai
pintu masuk
wisatawan serta pusat transit wisatawan dengan kegiatan wisata
adalah
wisata alam dan wisata bahari
3. Unit Kawasan Wisata Senayang, memiliki fungsi utama adalah
wisata
bahari
Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengembangan kegiatan
wisata
dapat dikembangkan pada kawasan lain yang memiliki potensi
untuk
dikembangkan sebagai kegiatan wisata seperti kawasan cagar
budaya, kawasan
hutan lindung, kawasan sempadan pantai dan sebagainya.
Pengembangan kawasan
wisata dan fasilitas pendukungnnya secara khusus akan
dikembangkan berdasarkan
potensi wisata yang meliputi:
1. Kawasan wisata pantai Serim di Kecamatan Lingga utara
2. Kawasan wisata pantai Mempanak Kecamatan Lingga
3. Kawasan wisata pantai Pasir Panjang Kecamatan Lingga
4. Kawasan wisata pantai Tanjung Dua Kecamatan Lingga.
5. Kawasan wisata pantai Batu berdaun Kecamatan Singkep
6. Kawasan wisata pantai Sergang Kecamatan Singkep
7. Kawasan wisata pulau Serak Kecamatan Singkep Barat.
8. Kawasan wisata Pulau Berhala Kecamatan Singkep
9. Kawasan wisata Pulau Benan dan pulau-pulau sekitarnya di
Kecamatan
Senayang
Luas kawasan pariwisata yang akan dikembangkan untuk
mendukung
struktur perekonomian Kabupaten Lingga pada masa yang akan
datang kurang
lebih seluas 2.447 Ha dengan rincian sebagai berikut:
1. Kecamatan Singkep seluas kurang lebih 267 Ha
2. Kecamatan Singkep Pesisir seluas kurang lebih 45 Ha
3. Kecamatan Singkep Barat seluas kurang lebih 45 Ha
4. Kecamatan Singkep Selatan seluas kurang lebih 34 Ha
5. Kecamatan Lingga seluas kurang lebih 688 Ha
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 43 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
6. Kecamatan Lingga Timur seluas kurang lebih 108 Ha
7. Kecamatan Lingga Utara seluas kurang lebih 269 Ha
8. Kecamatan Lingga Barat seluas kurang lebih 18 Ha
10. Kecamatan Senayang seluas kurang lebih 789 Ha
Selain kawasan wisata sebagaimana tersebut di atas, di Kabupaten
Lingga
juga terdapat obyek-obyek wisata alam, obyek wisata sejarah dan
obyek wisata
buatan yang akan dikembangkan sebagai potensi pengembangan
kepariwisataan
yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan.
1. Perdesaan, Kelurahan Senayang Kecamatan Senayang
Pasar Tradisional Perkotaan, Marok Tua Kecamatan Singkep
Barat
2. Botanical Garden di Pulau Bakung
Pulau Bakung di Kecamatan Senayang, dengan mengkonversi
hutan
bakau/mangrove dan menambahkan flora fauna yang mendukung
3. Kawasan Agropolitan terintegrasi dengan kondisi dan
karakteristik
perdesaan (Wisata Pendidikan)
Kecamatan Lingga Utara dan Lingga: kawasan agropolitan Bukit
Harapan, Linau,Kerandin, dan Bukit Langkap
Kecamatan Singkep Barat: Kawasan Agropolitan Santel Lambuk
Maroktua dan Kuala Raya
4. Kawasan Minapolitan (Wisata Pendidikan)
Tanjung Sembilang sampai Tanjung Irat di Kecamatan Singkep Barat
di
Pulau Singkep
Tanjung Awak dan Sekanah di Kecamatan Lingga Utara di Pulau
Lingga
Tanjung Pelaka sampai Tanjung Datuk Kecamatan Lingga di
Pulau
Lingga
Selat Buaya Kecamatan Senayang di Pulau Sebangka
5. Kawasan KUNAK (Wisata Pendidikan)
Pulau Lingga: Mentuda (Kecamatan Lingga)
Pulau Singkep: Tanjung Buku (Kecamatan Singkep Barat)
Pulau Sebangka: Tanjung Gantur(Kecamatan Senayang)
6. Wisata Kuliner
3.4.3 SENTRA KEGIATAN PERHUBUNGAN
Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Lingga meliputi:
a. Pelabuhan pengumpul meliputi:
1. Pelabuhan Dabo Singkep teletak di Kecamatan Singkep;
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 44 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
2. Pelabuhan Sebayur terletak di Kecamatan Singkep Barat;
3. Pelabuhan Jagoh terletak di Kecamatan Singkep Barat;
4. Pelabuhan Sungai Tenam terletak di Kecamatan Lingga.
5. Pelabuhan Senayang terletak di Kecamatan Senayang;
6. Pelabuhan Penarik terletak di Kecamatan Lingga;
7. Pelabuhan Sungai Buluh terletak di Kecamatan Singkep
Barat;
8. Pelabuhan Pekajang terletak di Kecamatan Lingga;
9. Pelabuhan Berhala terletak di Kecamatan Singkep Selatan;
dan
10. Pelabuhan Sungai Mergong terletak di Kecamatan Lingga
Timur;
b. Pelabuhan pengumpan regional meliputi:
1. Pelabuhan Tanjung Buton terletak di Kecamatan Lingga;
2. Pelabuhan Pancur terletak di Kecamatan Lingga Utara;
3. Pelabuhan Benan terletak di Kecamatan Senayang;
4. Pelabuhan Rejai terletak di Kecamatan Senayang; dan
5. Pelabuhan Limbung terletak di Kecamatan Lingga Utara;
c. Pelabuhan pengumpan lokal tersebar di seluruh kecamatan.
Sedangkan Angkutan laut di Kabupaten Lingga terdiri dari:
a. Angkutan laut luar negeri dilayani Pelabuhan Dabo Singkep,
Pelabuhan
Sungai Tenam dan Pelabuhan Benan, meliputi:
1. Lingga Singapura; dan
2. Lingga Malaysia.
b. Angkutan laut nasional meliputi:
1. Lingga Jambi (Kuala Tungkal dan Muara Sabak) dilayani
dari
pelabuhan Dabo, pelabuhan Daik, pelabuhan Berhala, pelabuhan
Pancur, pelabuhan Marok Tua
2. Lingga Bangka Belitung (Belinyu) dilayani dari Pelabuhan
Senayang,
Pelabuhan Sungai Tenam, Pelabuhan Dabo, Pelabuhan Pekajang;
3. Lingga Jakarta (Tanjung Priok) dilayani dari Pelabuhan
Dabo;
4. Lingga Sumatera Utara (Belawan) dilayani dari Pelabuhan
Dabo;
5. Lingga Jawa Barat (Cirebon) dilayani dari Pelabuhan Penarik
dan
Kelombok; dan
6. Lingga Riau (Tebing Tinggi Kabupaten Meranti) dilayani
dari
Pelabuhan Penarik dan Kelombok.
c. Angkutan laut regional meliputi:
1. Lingga Tanjungpinang; dan
2. Lingga Batam.
-
BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -
LAPORAN KEMAJUAN 3 - 45 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Alur pelayaran adalah bagian dari ruang lalu lintas laut yang
alami
maupun buatan yang dari segi kedalaman, lebar dan hambatan
pelayaran lainnya
dianggap aman untuk dilayari. Alur Laut dapat dimanfaatkan untuk
alur pelayaran,
alur sarana umum, dan alur migrasi ikan, serta pipa dan kabel
bawah laut.
Rencana pengembangan alur pelayaran laut di Kabupaten Lingga
dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel III.18
Rencana Alur Pelayaran Laut Kabupaten Lingga
No Lokasi Rute
Cargo Penumpang
1. Sei Temam Kecamatan Lingga 1. Singapura 2. Tj. Pinang 3.
Jambi 4. Jakarta
1. Singapura 2. Tj. Pinang 3. Jambi 4. Jakarta
2. Jagoh Kecamatan Singkep Barat Penuba Kecamatan Lingga Sai
Buluh Kecamatan Singkep Barat
Penuba-Singapura 1. Sai Buluh-Jambi 2. Sai Buluh-Jakarta 3. Sai
Buluh-Cirebon
Jagoh-Tj Jabong Jambi
Penarik Kecamatan Lingga (Roro)
Penarik Jagoh Tj Jabong Jambi
Penarik Jagoh Tj Jabong
Pengambil Singkep Barat (rencana Pembangunan)
1. Pengambil-Jambi 2. Pengambil-Jakarta 3. Pengambil-Cirebon
Dabo Kecamatan Singkep Lingga Tj. Pinan