IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografi, topografi, tanah dan lahan, iklim, dan penggunaan lahan. Masing-masing bahasan tersebut diuraikan tersendiri pada bagian di bawah ini. 4.1.1. Kondisi Geografi Kabupaten Majalengka merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat dengan Luas wilayah 120.424 Hektar atau sekitar 2,71% luas wilayah Provinsi Jawa Barat. Jarak dari Ibukota Kabupaten Majalengka ke Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah ± 91 Kilometer. Secara geografis Kabupaten Majalengka terletak diantara 6 0 36’ sampai dengan 7 0 03’ Lintang Selatan dan 108 0 03’ sampai dengan 108 0 25’ Bujur Timur. Adapun batas wilayah administrasinya adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah selatan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah barat dengan Kabupaten Sumedang, dan Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon. Wilayah Kabupaten Majalengka secara administratif terdiri dari 26 kecamatan,13 kelurahan dan 334 desa. Pemekaran wilayah di Kabupaten Majalengka terjadi pada tahun 2007 yaitu pemekaran kecamatan dan pemekaran desa. Jumlah kecamatan semula 23 menjadi 26 kecamatan sedangkan jumlah desa yang semula 318 menjadi 334 desa. Kecamatan yang baru hasil pemekaran yaitu Kecamatan Kasokandel yang merupakam pemekaran dari Kecamatan Dawuan, Kecamatan Sindang pemekaran dari Kecamatan Sukahaji dan Kecamatan Malausma yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Bantarujeg. Secara spasial batas administrasi masing-masing Kecamatan di Majalengka dapat dilihat pada Gambar 7.
18
Embed
IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
59
IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA
4.1. Kondisi Fisik Wilayah
Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang
merupakan wilayah studi adalah kondisi geografi, topografi, tanah dan lahan,
iklim, dan penggunaan lahan. Masing-masing bahasan tersebut diuraikan
tersendiri pada bagian di bawah ini.
4.1.1. Kondisi Geografi
Kabupaten Majalengka merupakan bagian dari wilayah administrasi
Provinsi Jawa Barat dengan Luas wilayah 120.424 Hektar atau sekitar 2,71% luas
wilayah Provinsi Jawa Barat. Jarak dari Ibukota Kabupaten Majalengka ke
Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah ± 91 Kilometer. Secara geografis Kabupaten
Majalengka terletak diantara 60 36’ sampai dengan 7
0 03’ Lintang Selatan dan
1080 03’ sampai dengan 108
0 25’ Bujur Timur. Adapun batas wilayah
administrasinya adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Indramayu, sebelah selatan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten
Tasikmalaya, sebelah barat dengan Kabupaten Sumedang, dan Sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon.
Wilayah Kabupaten Majalengka secara administratif terdiri dari 26
kecamatan,13 kelurahan dan 334 desa. Pemekaran wilayah di Kabupaten
Majalengka terjadi pada tahun 2007 yaitu pemekaran kecamatan dan pemekaran
desa. Jumlah kecamatan semula 23 menjadi 26 kecamatan sedangkan jumlah desa
yang semula 318 menjadi 334 desa. Kecamatan yang baru hasil pemekaran yaitu
Kecamatan Kasokandel yang merupakam pemekaran dari Kecamatan Dawuan,
Kecamatan Sindang pemekaran dari Kecamatan Sukahaji dan Kecamatan
Malausma yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Bantarujeg. Secara spasial
batas administrasi masing-masing Kecamatan di Majalengka dapat dilihat pada
Gambar 7.
60
Gambar 7. Peta administrasi Kabupaten Majalengka
Distribusi luas wilayah tiap kecamatan di Kabupaten Majalengka
disajikan pada Gambar 8. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas
wilayah per Kecamatan di Kabupaten Majalengka cenderung merata. Kecamatan
61
yang memiliki luas wilayah paling luas adalah Kecamatan Kertajati sedangkan
kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Kadipaten.
Gambar 8. Distribusi luas wilayah per kecamatan (Km2)
4.1.2. Kondisi Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Majalengka sangat bervariasi yaitu ada
daerah dengan topografi landai (dataran rendah), berbukit bergelombang, serta
perbukitan terjal. Kondisi bentang alamnya melandai ke daerah Barat Laut,
menyebabkan aliran sungai dan mata air mengalir ke arah Utara. Sehingga pada
wilayah bagian Utara Kabupaten Majalengka terdapat banyak persawahan.
Perbukitan dengan lereng yang curam terdapat di lereng Gunung Ciremai.
62
Kemiringan lahan di Kabupaten Majalengka di klasifikasikan kedalam 3
kelas yaitu 0 – 15 %, 15 – 40 % dan > 40 %. Berdasarkan klasifikasi kelas
kemiringan lahan, 13.21 % dari luas wilayah Kabupaten Majalengka mernpunyai
kemiringan lahan di atas 40%, sedangkan kontribusi kelas kemiringan lahan
mayoritas adalah pada kelas kemiringan lahan 0 - 15%, yaitu 82.207 Ha atau
68.26% luas wilayah Kabupaten Majalengka, dan daerah ini merupakan daerah
yang relatif datar (Bappeda Majalengka, 2005). Kondisi topografis ini sangat
berpengaruh pada pemanfaatan ruang dan potensi pengembangan wilayah. Selain
itu juga mengakibatkan terdapatnya daerah yang rawan terhadap gerakan tanah
yaitu daerah yang mempunyai kelerengan curam. Distribusi ketiga bagian
topografi yang ada di Kabupaten Majalengka sebagaimana disebutkan di atas,
adalah sebagai berikut :
1. Dataran rendah, mempunyai kemiringan tanah antara 0 - 15%, yaitu meliputi
kecamatan Cigasong, Jatitujuh, Jatiwangi, Kadipaten, Kertajati, Ligung dan
Palasah.
2. Berbukit Gelombang, kemiringan tanahnya berkisar antara 15% - 40%, yaitu
metiputi Kecamatan Argapura, Banjaran, Bantarujeg, Cikijing, Cingambul,
Dawuan, Lemahsugih, Maja, Majalengka, Rajagaluh, Sindangwangi,
Sukahaji dan Talaga.
3. Perbukitan Terjal, kemiringan tanahnya lebih dari 40%, sebagian besar
merupakan daerah-daerah di sekitar Gunung Ciremai yaitu meliputi
Kecamatan Agapura, Banjaran, Bantarujeg, Cikijing, Cingambul,
Lemahsugih, Leuwimunding, Maja, Majalengka, Panyingkiran, Rajagaluh,
Sindangwangi, Sukahaji, Sumberjaya dan Talaga.
Berdasarkan ketinggian tempatnya, wilayah Kabupaten Majalengka yang
mempunyai ketinggian di atas 2000 mdpl terletak di sekitar kawasan kaki Gunung
Ciremai. Adapun wilayah yang mempunyai ketinggian 25-100 m dpl
mendominasi pada bagian Utara Kabupaten Majalengka, yang dimanfaatkan
untuk pertanian lahan basah. Sebaran ketinggian wilayah yang lebih rinci
disajikan secara spasial pada Gambar 9.
63
Gambar 9. Peta kelas ketinggian Kabupaten Majalengka
4.1.3. Kondisi Tanah dan Lahan
Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, hewan dan tumbuhan. Jenis tanah memegang peranan penting dalam
menentukan sifat dan tingkat kesuburan tanah dalam menunjang kegiatan
64
pertanian di suatu daerah. Kemampuan tanah berdasarkan kedalaman efektif tanah
merupakan kondisi dimana tanaman dapat tumbuh karena perakaran tanaman
dapat menembusnya secara vertikal. Kedalaman efektif tanah dipengaruhi oleh
tingkat erosi yang dapat mengakibatkan lapisan atas tanah (top soil) terkikis air ke
tempat yang lebih rendah (Hardjowigeno, 2007).
Gambar 10. Peta kedalaman efektif tanah Kabupaten Majalengka
65
Kedalam efektif tanah di Kabupaten Majalengka dapat dikelompokkan
menjadi empat kelompok. Adapun sebaran kedalaman efektif tanah secara rinci
dapat dilihat pada Gambar 10.
4.1.4. Iklim
Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Majalengka termasuk kedalam iklim
tropis dengan suhu udara rata-rata berdasarkan data Tahun 2009 berkisar antara
25,9oC sampai dengan 29,3
oC. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Oktober
yaitu 35,9oC, sedangkan suhu udara minimum terjadi pada bulan Agustus dengan
suhu sebesar 22,2oC.
Variasi curah hujan bulanan pada Tahun 2009 antara 60 mm sampai 419
mm dengan jumlah hari hujan antara 2 sampai 26 hari setiap bulan. Dengan
menggunakan pembagian tipe hujan dari Oldeman, maka Kabupaten Majalengka
termasuk tipe iklim C yaitu daerah yang memiliki bulan basah 5-6 bulan. Curah
hujan tertinggi di Kabupaten Majalengka terjadi pada bulan Februari 2009 yang
mencapai 419 mm dengan jumlah hari hujan 26 hari, sedangkan kemarau terjadi
pada bulan Agustus dan September. Adapun data iklim di Kabupaten Majalengka
selama Tahun 2009 disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Fluktuasi Iklim di Kabupaten Majalengka Tahun 2009
No. Bulan
Suhu Udara (oC) Hujan Penyinaran
Matahari
(%) Maks. Min. Rata-rata Curah Hujan
(mm)
Hari
Hujan
1 Januari 31,1 23,7 26,6 234 22 35
2 Februari 30,6 23,4 25,9 419 26 27
3 Maret 33,3 23,6 26,7 293 23 66
4 April 33,1 24,1 27,5 217 14 61
5 Mei 32,7 24,1 27,3 90 14 78
6 Juni 32,7 22,5 27,2 60 6 81
7 Juli 33,1 22,3 26,9 ttu*)
2 85
8 Agustus 34,2 22,2 27,5 0 0 89
9 September 35,9 23,6 29,2 0 0 86
10 Oktober 35,2 24,8 29,3 69 8 72
11 Nopember 33,9 24,9 28,4 364 18 53
12 Desember 32,9 24,4 27,6 219 23 56
Jumlah 398,7 283,6 330,1 1965 156 789
Rata-rata 33,2 23,6 27,5 178,64 13 65,8
Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010 *)ttu=tidak terukur
66
4.1.5. Penggunaan Lahan
Pada dasarnya penggunaan lahan suatu wilayah merupakan perwujudan
fisik dari semua kegiatan sosial ekonomi penduduk. Pengenalan pola penggunaan
lahan ini sangat diperlukan baik untuk memperoleh gambaran mengenai
organisasi tata ruang maupun untuk mengetahui pola distribusi kegiatan sosial
ekonomi serta intensitas penggunaan lahan dan berbagai kegiatan yang ada.
Sebagai daerah agraris, penggunaan lahan di Kabupaten Majalengka masih
didominasi oleh kegiatan pertanian baik pertanian lahan basah maupun kering.
Penggunaan lahan di Kabupaten Majalengka disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Penggunaan Lahan di Kabupaten Majalengka Tahun 2009
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Proporsi (%)
1 LAHAN PERTANIAN
1.1 Lahan Sawah
1. Irigasi teknis 17.982 14,93
2. Irigasi ½ teknis 7.970 6,62
3. Irigasi sederhana 5.534 4,60
4. Irigasi Desa / Non PU 7.901 6,56
5. Tadah hujan 12.512 10,39
Jumlah Lahan Sawah 51.899 43,10
1.2 Lahan Bukan Sawah -
1. Tegal (kebun) 27.275 22,65
2. Ladang (huma) - -
3. Perkebunan 370 0,31
4. Ditanami pohon/hutan rakyat 4.739 3,94
5. Tambak - -
6. Kolam/tebat/empang 543 0,45
7. Padang penggembalaan/rumput 693 0,58
8. Sementara tidak diusahakan 28 0,02
9. Lainnya (pekarangan yang ditanami tanaman
pertanian, dll)
2.584 2,15
Jumlah Lahan Bukan Sawah 36.232 30,09
2 LAHAN BUKAN PERTANIAN -
1. Rumah, bangunan dan halaman sekitar 12.025 9,99
2. Hutan Negara 17.217 14,30
3. Rawa-rawa (tidak ditanami) 99 0,08
4. Lainnya (Jalan, sungai, danau, lahan tandus) 2.952 2,45
Jumlah Lahan Bukan Pertanian 32.293 26,82
Luas Lahan Keseluruhan 120.424 100,00 Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010
67
4.2. Sosial Kependudukan
Pada bagian sosial kependudukan ini dikemukakan gambaran mengenai
penduduk dan ketenagakerjaan yang ada di Kabupaten Majalengka. Masing-
masing bahasan tersebut diuraikan tersendiri pada bagian di bawah ini.
4.2.1. Kependudukan
Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan.
Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan
permasalahannya. Permasalahan tersebut diantaranya besarnya jumlah penduduk
dan tidak meratanya penyebaran penduduk.
Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2009 berdasarkan
hasil Susenas 2009 adalah 1.206.702 jiwa terdiri dari 600.396 jiwa laki-laki dan
606.306 jiwa perempuan atau meningkat 0,83% bila dibandingkan jumlah
penduduk tahun sebelumnya. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk
perempuan masih lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk laki-laki dengan
sex ratio 99.02%. Jumlah penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan kepadatan
penduduk di Kabupaten Majalengka selama kurun 2005-2009 dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten
Majalengka Tahun 2005 - 2009
PENDUDUK 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah (Jiwa) 1.169.337 1.179.136 1.188.189 1.196.811 1.206.702