5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Histologi Paru Manusia 2.1.1. Struktur histologi paru Paru merupakan suatu organ yang menyerupai piramid berbentuk spons yang berisi udara dan terletak pada rongga toraks. Terdapat bronkus, bronkiolus, bronkiolus respiratori, alveoli, sirkulasi paru, saraf dan sistem limfatik (Eroschenko, 2015). (Eroschenko, 2015). Gambar 2.1 Struktur histologi paru Komponen pernafasan terdiri dari paru dan saluran yang menyambungkan tempat untuk terjadinya pertukaran gas dengan udara luar. Selain itu terdapat pula proses ventilasi, yaitu toraks, otot interkostal,
24
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - UMMeprints.umm.ac.id/65708/3/BAB 2.pdf · 2020. 8. 29. · 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Histologi Paru Manusia 2.1.1. Struktur histologi paru Paru merupakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Histologi Paru Manusia
2.1.1. Struktur histologi paru
Paru merupakan suatu organ yang menyerupai piramid berbentuk spons
yang berisi udara dan terletak pada rongga toraks. Terdapat bronkus,
bronkiolus, bronkiolus respiratori, alveoli, sirkulasi paru, saraf dan sistem
limfatik (Eroschenko, 2015).
(Eroschenko, 2015).
Gambar 2.1
Struktur histologi paru
Komponen pernafasan terdiri dari paru dan saluran yang
menyambungkan tempat untuk terjadinya pertukaran gas dengan udara luar.
Selain itu terdapat pula proses ventilasi, yaitu toraks, otot interkostal,
6
diafragma, dan unsur elastis serta kolagen paru, bagian-bagian ini
berfungsi untuk pemindahan udara melewati bagian konduksi dan respirasi
paru. Terdapat dua bagian besar dalam komponen pernafasan yaitu bagian
konduksi dan bagian respirasi.
Pada bagian konduksi terdapat rongga hidung, faring laring,
trakea, bronki extrapulmonal, dan semua bronki dan bronkiolous
intrapulmonal yang memiliki diameter semakin sempit dan berakhir pada
bronkioli terminalis. Terdapat pula tulang rawan hialin yang membuat
jalan napas mendapatkan udara yang banyak. Bagian trakea dikelilingi
oleh tulang rawan yang mirip seperti huruf C, jika bercabang akan menjadi
bronki lalu menuju paru, kemudian cincin hialin akan digantikan oleh
lempengan tulang hialin. Jika ukuran bronkus sempit maka sempit pula
lempengan tulang rawan hialin tersebut, ketika diameter dari bronkiolus
menyempit sampai lebih dari 1mm, maka semua lempengan hialin akan
hilang pada jalur udara bagian konduksi. Sehingga bronkiolus terminalis
merupakan bagian terkecil dari saluran konduksi (Eroschenko, 2015).
2.1.1. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan segmen saluran konduksi yang terdapat di
dalalobulus paru. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan maupun
kelenjar dalam mukosanya tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di
bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Selain silia,
bronkiolus juga menghasilkan mukus yang berfungsi sebagai pembersih
udara. Epitelnya adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel
7
goblet (kadang-kadang). Mukosanya berlipat dan otot polos yang
mengelilingi lumennya relatif banyak (Eroschenko, 2015).
2.1.2. Bronkiolus Intrapulmonal
Bronkus intrapulmonal terdiri dari beberapa lempeng tulang rawan
yang sangat berdekatan, disusun oleh epitel bertingkat semu silindris dengan
silia dan sel goblet. sel goblet merupakan suatu sel yang dapat memproduksi
lendir, strukturnya mirip seperti bentukan piala pada umumnya. Dinding
dari bronkus intrapulmonal dilapisi oleh lamina propria yang tipis, selapis
otot polos, submukosa dengan kelenjar bronkial, lempeng tulang rawan
hialin, dan adventisia (Eroschenko, 2015).
(Eroschenko, 2015)
Gambar 2.2
Bronkiolus Intrapulmonal
2.1.1. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus terminalis adalah bagian terkecil dari konduksi saluran
pernapasa, terdiri dari gambaran mukosa yang bergerombol dengan epitel
8
silindiris bersilia tanpa sel goblet. sedangkan lamina proprianya tipis, masih
memiliki adventisia, dan selapis otot polos yang tumbuh dengan baik. Selain
itu bronkiolus terminalis terdiri dari sel kuboid tanpa silia atau di sebut
dengan sel clara yang memroduksi surfaktan (Eroschenko, 2015).
(Eroschenko, 2015)
Gambar 2.3
Bronkiolus Terminalis
2.1.2. Bronkiolus respiratorius
Bronkiolus respiratorius berasal dari percabangan bronkiolus
terminalis yang memiliki fungsi untuk peralihan antara bagian konduksi
dengan bagian respirasi sistem pernafasan. Bronkiolus respiratorius
berhubungan langsung pada duktus alveolaris dan alveoli. Pada bagian ini
dilapisi oleh ephitel selapis silindris pendek atau kuboid dan ada yang
bersilian pada bagian proksimal. Terdapat bagian kecil jaringan ikat yang
akan menunjang lapisan otot polos, dan elastin lamina propria, serta
pembuluh darah (Eroschenko, 2015).
9
(Eroschenko, 2015).
Gambar 2. 4
Bronkiolus respiratorius
2.1.3. Duktus Alveolaris
Ducktus alveolaris berasal dari percabangan terminal bronkiolus
respiratorius, dinding dari duktus alveolaris dibentuk dari sederetan alveoli
yang saling berdekatan. Duktus alveolaris dan alveolus dibungkus oleh sel
alveolus yang berbentuk gepeng halus, pada lamina propria yang melingkari
dari bagian tepi alveolus terdapat anyaman dari sel otot polos (Eroschenko,
2015).
(Eroschenko, 2015).
Gambar 2.5
Duktus Alveolaris
10
2.1.1. Alveolus
Alveolus adalah bagian yang menonjol (evaginasi) mirip seperti
kantung yang berdiameter 200 µm pada bronkiolus respiratorius, duktus
alveolaris, dan sakus alveolaris. Alveolus satu dengan alveolus yang lain
di pisahkan dengan septum yang memiliki pori. Daerah di sekliling
alveolus diisi oleh banyak pembuluh kapiler yang membentuk pleksus.
Pleksus ini yang akan menjadi lokasi saluran respirasi melakukan fungsi
utamanya (Utama, 2018).
2.2. Fisiologi Paru
Terdapat dua bagian yang dapat membantu untuk mengembang
kempiskan paru yaitu : 1. Dengan cara pergerakan naik turun dari
diafragma agar memperluas atau mempersempit rongga dada, 2. Dengan
cara depresi dan elevasi pada tulang costae agar memperluas ataupun
mempersempit diameter dari bagian depan belakang rongga dada (Guyton,
2014).
Pernafasan yang normal bisa didapatkan melalui metode yang paling
awal yaitu pergerakan diafragma. Pada saat inspirasi, ketika diafragma
berkontraksi maka akan menarik bagian permukaan bawah menuju ke
bagian bawah, lalu pada saat ekspirasi maka diafragma akan melakukan
relaksasi, dan sifat elastis daya lenting paru (elastic recoil). sedangkan
bagian dinding dada serta abdomen akan menahan paru-paru dan
menyebabkan udara keluar. ketika bernapas kuat, daya elastik tidak begitu
kuat melakukan ekspirasi cepat yang diinginkan, Akibatnya perlu kekuatan
11
besar yang didapatkan dari kontraksi muskulus-muskulus abdomen, agar
mengangkat isi abdomen ke bagian atas untuk mengatasi dasar diafragma
sehingga paru mengalami kompresi (Guyton, 2014).
Cara kedua agar mengembangkan paru yaitu dengan cara
mengangkat rangka iga. Kejadian ini bisa terjadi karena ketika waktu
istrahat posisi iga akan miring ke bawah, sehingga sternum akan turun ke
bagian belakang menuju kolumna vertebralis. Namun, jika tulang iga
dilakukan elevasi maka akan maju akibatnya sternum akan bergerak ke arah
depan meninggalkan spinal, lalu membuat jarak depanbelakang dada
sekitar 20% lebih banyak pada waktu inspirasi maksimum dari pada waktu
ekspirasi. Sehingga musculus-musculu yang melakukan elevasi dada dapat
digolongkan sebagai musculus-musculus inspirasi, dan muskulus-
muskulus yang melakukan elevasi tulang dada bisa digolongkan sebagi