BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Harimonting 2.1.1. Morfologi Tumbuhan Harimonting Tumbuhan Harimonting adalah termasuk familli Myrtaceae (suku jambu-jambuan). Harimonting adalah sejenis tanaman liar dengan pohon berkayu. Di padang-padang terbuka tingginya hampir setinggi orang dewasa (tingginya dapat mencapai 4 meter). Daunnya keras, panjang 5-7 cm dan luasnya 2-3,5cm, oval, ujungnya dari tumpul sampai dengan tajam, diatas hijau mengkilap, dibawah lebih abu-abu dalam atau kekuning-kuningan yang jarang dengan petiole yang lebar dan seluruh garis tepi. Bunganya tersembunyi atau dalam 2 atau 3 kelompok, diameter 2,5-3 cm dengan 5 daun bunga yang sedikit berwarna putih, di luar dengan merah keungu-unguan atau keseluruhan merah muda. Buahnya dapat dimakan, panjang 10-15mm, merah muda dikelilingi 3 atau 4 lubang, ditutupi dengan cuping kelopak yang tetap, lembut, dengan biji 40-45 dalam deretan ganda di dalam masing – masing lubang, dan biji diedarkan oleh burung pemakan buah dan mamalia. Kecepatan penghasilan biji dan perkecambahan sangat tinggi. Sinonim. Nama umum adalah Ceylonhill (Inggris), Downy Myrtel (English – Florida). (http://en.wikipedia.org/wiki/Rhodomyrtus_tomentosa/ ) 2.1.2. Sistematika tumbuhan Harimonting adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliphyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Melastomatales Famili : Melastomataceae Genus : Rhodomyrtus Spesies : (Rhodomyrtus tomentosa W.Ait). (http://www.plantamor.com/spctail.php?recid=2077 ) Universitas Sumatera Utara
19
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Harimonting 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23908/4/Chapter II.pdf · umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Harimonting
2.1.1. Morfologi Tumbuhan Harimonting Tumbuhan Harimonting adalah termasuk familli Myrtaceae (suku jambu-jambuan).
Harimonting adalah sejenis tanaman liar dengan pohon berkayu. Di padang-padang
terbuka tingginya hampir setinggi orang dewasa (tingginya dapat mencapai 4 meter).
Daunnya keras, panjang 5-7 cm dan luasnya 2-3,5cm, oval, ujungnya dari tumpul
sampai dengan tajam, diatas hijau mengkilap, dibawah lebih abu-abu dalam atau
kekuning-kuningan yang jarang dengan petiole yang lebar dan seluruh garis tepi.
Bunganya tersembunyi atau dalam 2 atau 3 kelompok, diameter 2,5-3 cm dengan 5
daun bunga yang sedikit berwarna putih, di luar dengan merah keungu-unguan atau
keseluruhan merah muda. Buahnya dapat dimakan, panjang 10-15mm, merah muda
dikelilingi 3 atau 4 lubang, ditutupi dengan cuping kelopak yang tetap, lembut, dengan
biji 40-45 dalam deretan ganda di dalam masing – masing lubang, dan biji diedarkan
oleh burung pemakan buah dan mamalia. Kecepatan penghasilan biji dan
perkecambahan sangat tinggi. Sinonim. Nama umum adalah Ceylonhill (Inggris),
pigmen bunga merah marak,dan biru juga dalam daun dan jaringan lain. terutama tan warna, dalam daun tumbuhan berkayu. terutama ko-pigmen tanwarna dalam bunga sianik dan asianik; tersebar luas dalam daun. seperti flavonol seperti flavonol tanwarna; hampir seluruhnya terbatas pada gimnospermae. pigmen bunga kuning, kadang-kadang terdapat juga dalam jaringan lain tanwarna; dalam daun dan buah ( terutama dalam Citrus ) tanwarna; sering kali dalam akar; hanya terdapat dalam satu suku,Leguminosae
larut dalam air, λmaks 515-545 nm, bergerak dengan BAA pada kertas. menghasilkan antosianidin (warna dapat diekstraksi dengan amil alkohol ) bila jaringan dipanaskan dalam HCl 2M selama setengah jam. setelah hidrolisis, berupa bercak kuning murup pada kromatogram Forestal bila disinari dengan sinar UV; maksimal spektrum pada 330 – 350 setelah hidrolisis, berupa bercak coklat redup pada kromatogram Forestal; maksimal spektrum pada 330-350 nm. mengandung gula yang terikat melalui ikatan C-C; bergerak dengan pengembang air, tidak seperti flavon biasa. pada kromatogram BAA beupa bercak redup dengan RF tinggi . dengan amonia berwarna merah ; maksimal spektrum 370-410 nm. berwarna merah kuat dengan Mg / HCl; kadang – kadang sangat pahit . bergerak pada kertas dengan pengembang air; tak ada uji warna yang khas.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Metoda isolasi senyawa flavonoid
a. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoid oleh Chowdhurry
Pada metoda ini, daun tumbuhan dikeringkan terlebih dahulu sebanyak 100 gram.
Lalu diekstraksi dengan Petroleum Eter (60-80 oC) dalam alat soklet selama 10 jam.
Selanjutnya diekstraksi dengan Benzena selama 10 jam. Ekstrak Benzena diuapkan
pelarutnya, menghasilkan semipadat berwarna coklat. Lalu dilarutkan dalam Eter dan
dipisahkan dalam suasana asam, basa dan netral. Fraksi pertama (ada empat macam)
masing-masing 50 ml dielusi dengan Benzena memberikan residu padat dengan titik
lebur 151-152 oC.
Kristalisasi dengan Metanol menghasilkan senyawa flavonoid (I), kristal tidak
berwarna dengan titik lebur 156 oC. Penelitian ini juga dilakukan oleh Prof. Dreyer,
L., D., dengan melakukan pengukuran titik lebur, kromatografi lapis tipis dengan
Spektrum Infra Merah. Dari fraksi lima sampai delapan masing-masing dilarutkan
dengan Benzena lalu menghasilkan zat padat berwarna kuning terang dengan titik
lebur 191-193 oC. Kristalisasi dilakukan dengan Metanol menghasilkan Hibiscetin
Hepta Metil Eter, titik lebur 196-197 oC, kristal berwarna kuning sebanyak 50 gram.
(Chowdhurry, 1971)
OOCH3
OCH3
H3CO OCH3
OCH3
OCH3
OOCH3
b. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoid oleh Joshi
Daun tumbuhan yang telah dikeringkan diekstraksi dengan n-heksana, lalu ekstrak
n-heksana dikromatografi kolom dengan fasa diam alumina, menghasilkan kristal
dengan titik lebur 125-126 oC sebanyak 0,1%. Diidentifikasi, ekotin C23H26O10.
(Joshi, 1969)
OOCH3
OCH3
H3CO OCH3
OCH3
OCH3
OOCH3
H3CO
Universitas Sumatera Utara
c. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoid oleh Dreyer, L.D
Dalam metoda ini, daun diekstraksi dengan Aseton, kemudian pelarut dievaporasi dan
diperoleh ekstrak pekat. Ektrak pekat yang diperoleh dikromatografi kolom dengan
menggunakan alumina sebagai fasa diam dan Benzena sebagai fasa gerak hingga
dihasilkan residu. Lalu direkristalisasi dengan campuran Etil asetat : n-heksana dan
dilanjutkan dengan Metanol. Diperoleh kristal kuning terang, diidentifikasi sebagai
3,3`,4`,5,5`,6,7-hepta metoksi flavon dengan titik lebur 156-157oC. (Dreyer, 1968)
O
H3CO
H3CO
OCH3OCH3
OCH3
OCH3OCH3
O
d. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoid oleh Harborne
Dalam metoda ini, daun yang segar dimaserasi dengan MeOH, lalu disaring. Ekstrak
MeOH dipekatkan dengan rotari evaporator. Lalu ekstrak pekat yang dihasilkan,
diasamkan dengan H2SO4 2M, didiamkan, lalu diesktraksi dengan Kloroform. Lapisan
Kloroform diambil, lalu diuapkan, sehingga dihasilkan ekstrak polar pertengahan
(Terpenoida atau senyawa Fenol). (Harborne, 1996)
2.2.4 Sifat kelarutan flavonoid
Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa
fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat,
bila dibiarkan dalam larutan basa, dan disamping itu terdapat oksigen, banyak yang
akan terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil, atau suatu gula,flavonoida
merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoid cukup larut dalam pelarut polar
seperti Etanol (EtOH), Metanol (MeOH), Butanol (BuOH), Aseton, Dimetilsulfoksida
(DMSO), Dimetilformamida (DMF), Air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada
flavonoid (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoid lebih
mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut yang disebut diatas
Universitas Sumatera Utara
dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon
yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang
termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti Eter dan Kloroform.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Teknik Pemisahan
Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan
ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponen-
komponen lainnya. Ada 2 jenis teknik pemisahan:
1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanya
perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran yang
akan dipisahkan.
2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada
perbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat fisik antara senyawa-senyawa yang
termasuk dalam suatu golongan. (Muldja, 1995)
2.3.1 Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan
dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk lapisan
stasioner denagn luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang
merembes lewat.
Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fasa yang
bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas. (Underwood, 1981). Cara-cara
kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat – sifat dari fasa diam, yang dapat
berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa diam berupa zat padat disebut kromatografi
serapan, jika berupa zat cair disebut kromatografi partisi. Karena fasa gerak dapat
berupa zat cair atau gas maka ada empat macam sistem kromatografi yaitu:
1. Fasa gerak cair–fasa diam padat (kromatografi serapan):
a.kromatografi lapis tipis
b.kromatografi penukar ion
2.Fasa gerak gas–fasa diam padat, yakni kromatografi gas padat
3. Fasa gerak cair–fasa diam cair (kromatografi partisi), yakni kromatografi kertas.
4. Fasa gerak gas–fasa diam zat cair, yakni :
a. kromatografi gas–cair
b. kromatografi kolom kapiler
Universitas Sumatera Utara
Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa senyawa –
senyawa yang dipisahkan terdistribusi diantara fasa gerak dan fasa diam dalam
perbandingan yang sangat berbeda – beda dari satu senyawa terhadap senyawa yang
lain (Sastrohamidjojo, 1991).
2.3.1.1 Kromatografi lapis tipis
Kromatografi Lapis Tipis pada plat berlapis yang berukuran lebih besar, biasanya
5x20 cm, 10x20 cm, atau 20x20 cm. Biasanya memerlukan waktu pengembangan 30
menit sampai satu jam. Pada hakikatnya KLT melibatkan dua fase yaitu fase diam
atau sifat lapisan, dan fase gerak atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat
berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap atau penyangga
untuk lapisan zat cair. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau
campuran pelarut. (Sudjadi, 1986).
Pemisahan senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis seperti senyawa organik
alam dan senyawa organik sintetik dapat dilakukan dalam beberapa menit dengan alat
yang harganya tidak terlalu mahal. Jumlah cuplikan beberapa mikrogram atau
sebanyak 5 g dapat ditangani. Kelebihan KLT yang lain ialah pemakaian jumlah
pelarut dan jumlah cuplikan yang sedikit. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan
salah satu metode pemisahan yang cukup sederhana yaitu dengan menggunakan plat
kaca yang dilapisi silika gel dengan menggunakan pelarut tertentu. (Gritter,1991).
Nilai utama Kromatografi Lapis Tipis pada penelitian senyawa flavonoid ialah
sebagai cara analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit. Menurut Markham,
Kromatografi Lapis Tipis terutama berguna untuk tujuan berikut:
1. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom
2. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom
3. Identifikasi flavonoid secara ko-kromatografi.
4. Isolasi flavonoid murni skala kecil
Universitas Sumatera Utara
5. Penyerap dan pengembang yang digunakan umumnya sama dengan penyerap
dan pengembang pada kromatografi kolom dan kromatografi kertas.
(Markham, 1988).
2.3.1.2. Kromatografi kolom
Kromatografi cair yang dilakukan dalam kolom besar merupakan metode
kromatografi terbaik untuk pemisahan dalam jumlah besar (lebih dari 1 g). Pada
kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada
bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam, dan
tabung plastik. Pelarut atau fasa gerak dibiarkan mengalir melalui kolom karena
aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita senyawa
linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, dan dikumpulkan
berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom (Gritter, 1991).
Dengan menggunakan cara ini, skala isolasi flavonoida dapat ditingkatkan
hampir ke skala industri. Pada dasarnya, cara ini meliputi penempatan campuran
flavonoida (berupa larutan) diatas kolom yang berisi serbuk penyerap (seperti
selulose, silika atau poliamida), dilanjutkan dengan elusi beruntun setiap komponen
memakai pelarut yang cocok. Kolom hanya berupa tabung kaca yang dilengkapi
dengan keran pada salah satu ujung. (Markham, 1988).
2.3.1.3 Harga Rf (Retension Factor)
Mengidentifikasi noda-noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan harga Rf
yang diidentifikasikan sebagai perbandingan antara jarak perambatan suatu zat
dengan jarak perambatan pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat. Jarak
yang ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk
mengidentifikasi suatu senyawa, maka harga Rf senyawa tersebut dapat dibandingkan
dengan harga Rf senyawa pembanding.
Universitas Sumatera Utara
Jarak perambatan bercak dari titik penotolan
Rf =
Jarak perambatan pelarut dari titik penotolan (Sastrohamidjojo, 1991).
2.3.2 Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengn metoda maserasi, sokletasi, dan perkolasi. Sebelum
ekstraksi dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu dihaluskan dengan
derajat kehalusan tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah satu cara di atas.
Ekstraksi dengan metoda sokletasi dapat dilakukan secara bertingkat dengan berbagai
pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya n-heksana, Eter, Benzena, Kloroform,
Etil asetat, Etanol, Metanol, dan Air.
Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif
terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak yang pekat
biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotari evaporator.
(Harborne, 1996)
2.4 Teknik Spektroskopi
Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia-fisika yang mengamati
tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik. Ada dua macam
instrumen pada teknik spektroskopi yaitu spektrometer dan spektrofotometer.
Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada bidang fokus disebut
sebagai spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi dengan detektor yang
bersifat fotoelektrik maka disebut spektrofotometer (Muldja, 1955).
Informasi Spektroskopi Inframerah menunjukkan tipe – tipe dari adanya gugus
fungsi dalam satu molekul dan Resonansi Magnetik Inti yang memberikan informasi
tentang bilangan dari setiap tipe dari atom hidrogen dan juga memberikan informasi
yang menyatakan tentang lingkungan dari setiap tipe dari atom hidrogen.
Universitas Sumatera Utara
Kombinasinya dan data yang ada kadang – kadang menentukan struktur yang lengkap
dari molekul yang tidak diketahui. (Pavia, 1979).
2.4.1 Spektrometri ultra violet
Serapan molekul di dalam derah ultra ungu dan terlihat dari spektrum bergantung pada
struktur ultra elektronik dari molekul. Penyerapan sejumlah energi, menghasilkan
percepatan dari elektron dalam orbital tingkat dasar ke orbital yang berenergi lebih
tinggi di dalam keadaan tereskitasi (Silverstein, 1986).
Spektrum Flavonoid biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut
Metanol (MeOH) atau Etanol (EtOH). Spektrum khas terdiri atas dua maksimal pada
rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan
kekuatan nisbi maksima tersebut memberikan informasi yang berharga mengenai sifat
flavonoida dan pola oksigenasinya. Ciri khas spektrum tersebut ialah kekuatan nisbi
yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon serta
kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron dan antosianin yang terdapat pada
panjang gelombang yang tinggi.
Ciri spektrum golongan flavonoid utama dapat ditunjukkan sebagai berikut :
λmaksimum utama (nm)
λ maksimum tambahan (nm) (dengan intensitas nisbi)