BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia dan baru ditanam secara komersil pada tahun 1991. Istilah kelapa mungkin dimaksudkan sebagai istilah umum untuk jenis palm. Meskipun demikian perkataan sawit sudah ada sejak lama. Beberapa tempat (desa di Pulau Jawa) sudah ada yang menggunakan nama “sawit” sebelum kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di kebun Raya Bogor (Lubis, U. A. 2008). Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya, bunga jantan dan bungan betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga dan betina pada satu tandan (hermafrodit). Bunga muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu infloseren (bungan majemuk). Biasanya, beberapa bakal bunga majemuk gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehingga individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan bunga majemuk (infloseren) (Pahan,I. 2006). Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
22
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Kelapa Sawit
Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia dan baru ditanam secara
komersil pada tahun 1991. Istilah kelapa mungkin dimaksudkan sebagai istilah umum
untuk jenis palm. Meskipun demikian perkataan sawit sudah ada sejak lama. Beberapa
tempat (desa di Pulau Jawa) sudah ada yang menggunakan nama “sawit” sebelum kelapa
sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di kebun Raya Bogor (Lubis,
U. A. 2008).
Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya,
bunga jantan dan bungan betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang
sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga dan betina pada satu
tandan (hermafrodit).
Bunga muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan
satu infloseren (bungan majemuk). Biasanya, beberapa bakal bunga majemuk gugur pada
fase-fase awal perkembangannya sehingga individu tanaman terlihat beberapa ketiak
daun tidak menghasilkan bunga majemuk (infloseren) (Pahan,I. 2006).
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
2.2. Morfologi Kelapa sawit
2.2.1. Daun
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip
genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk pelepah yang panjangnya mencapai
lebih dari 7,5-9m (Fauzi,Y. 2002).
Semakin pendek pelepah daun semakin banyak populasi kelapa sawir yang dapat
ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi prokdutivitas hasilnya per satuan luas
(Pahan,I. 2008).
2.2.2. Batang
Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 75cm. Tinggi
batang bertambah sekitar 25-60cm per tahun (tergantung varietas). Umur ekonomis
tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang per tahun. Semakin rendah
pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis tanaman (Pahan,I. 2008).
2.2.3. Akar
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah
dan respirasi tanaman. Selain itu, sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga
mampu menyokong tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
hingga tanaman berumur 25 tahun. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya
runcing, dan berwarna putih atau kekuningan (Fauzi,Y. 2002).
2.2.4. Bunga
Bunga muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu
infloresen (bungan majemuk). Biasanya, beberapa bakal infloresen gugurnpada fase-fase
awal perkembangannya sehingag pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun
tidak menghasilkan infloresen (Pahan,I. 2008).
2.2.5. Buah
Secara botani, buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari
pericrap yang terbungkus oleh exocrap (atau kulit), mesocrap (yang secara salah kaprah
biasanya disebut pericrap), dan endocrap (cangkang) yang membungkus 1-4 inti kernel
(umumnya hanya satu). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat dan sebuah
embrio.
Berdasarkan ketebalan cangkang, kelapa sawit dibedakan menjadi 3 tipe sebagai
berikut :
1. Tipe pisifera
Umumnya, tanaman pisifera tidak membentuk membentuk cangkang dan umumnya
mengalami aborsi. Pisifera yang fertil dapat mengandung 40% minyak.
2. Tipe dura
Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ekstraksi minyak 16-18%,
umumnya digunakan sebagai pohon induk untuk menghasilkan varietas komersial.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Dan kandungan minyak dalam buah rendah.
3. Tipe tenera
Kelapa sawit jenis teneri ini merupakan hibrida dari dura x pisifera dengan cangkang
tipis 0,5-4,0mm, ekstraksi minyak 22-32% atau lebih (tergantung varietas) (Pahan,I.
2008).
Berdasarkan warnanya ada 3 varitas, yakni: Nigrescens, Virescens, dan Albescens.
Varitas yang dipakai untuk tanamankomersial adalah varitas Nirescens yang berasal dari
Afrika. Varitas lainnya hanya dipakai untuk program pemuliaan (Risza, S. 1994).
Komposisi fraksi tandanyang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi
perlakuan sejak awal panen lapangan. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah
kematangan buah yang dipanen dan cepat tidaknya pengangkutan buah ke pabrik.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dikenal ada beberapa tingkatan fraksi dari TBS yang
dipanen. Fraksi-fraksi TBS (Tandan Buah Segar) tersebut sangat mempengaruhi mutu
panen, termasuk juga kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS
pada 3 jenis kematangan yang ditunjukkan pada table 1.
Tabel 1. Beberapa Tingkatan Fraksi TBS Pada Tiga Jenis Kematangan
No Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan Keterangan
1. Mentah 00 Tidak ada, buah
berwarna hitam Sangat mentah
0 1-2,5% buah luar
membrondol Mentah
2. Matang 1 12,5-25% buah
luar membrondol Kurang matang
2 25-50% buah luar
membrondol Matang I
3 50-75% buah luar
membrondol Matang II
3. Lewat Matang 4 75-100% buah luar
membrondol Lewat matang I
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
5
Buah dalam juga
membrondol, ada
buah yang busuk
Lewat matang II
Sumber : Pusat Penelitian Marihat, 1982
Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan-tandan yang dipanen berada pada
fraksi 1, 2, dan 3. (Tim Penulis, 1997)
2.3. Kelapa Sawit dan Produknya
Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga saat
ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati
lainnya, misalnya kedelai, kacang tanah, kelapa, bunga matahari, dan lain-lain. Jenis-jenis
tanaman penghasil minyak beserta jumlah produksi dipaparkan pada table 2.
Tabel 2. Jenis Tanaman Penghasil Minyak dan Jumlah Produksi
Jenis tanaman Produksi
(ton/ha/tahun)
Rata-rata
(ton/ha/tahun)
Pasokan Dunia
(%)
Kedelai 0,2 - 0,8 0,4 28
Kacang tanah 0,3 – 1,0 0,6 5
Biji rape 0,3 – 1,8 0,7 14
Bunga Matahari 0,4 – 2,1 1,2 13
Kelapa 0,4 – 2,3 0,7 5
Kelapa Sawit 2,5 – 12,5 4,2 23
Lain-lain 0,2 – 0,6 0,3 12
Sumber: The Oil Palm (Helmut)
Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit mamiliki
keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih
lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
(minyak goring, margarine, vanaspati, lemak, dan lain-lain), tetapi juga untuk memenuhi
kebutuhan non pangan (gliserin, sabun, deterjen, BBM, dan lain-lain) (Hadi, M. M.
2004).
2.4. Minyak Kelapa Sawit
Warna daging buah ialah putih kuning di waktu muda dan berwarna jingga
setelah buah menjadi matang.
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan
minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti
kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet).
Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses
ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil
berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. Selain itu bungkil kelapa
sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu adalah air dan kotoran, asam lemak
bebas, bilangan peroksida dan daya pemucatan. Faktor-faktor lain adalah titik cair,
kandungan gliserida padat, refining loss, plasticity dan spreadability, sifat transparan,
kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua faktor-faktor ini perlu dianalisis
untuk mengetahui mutu minyak inti kelapa sawit.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
2.4.1. Komposisi Kimia Minyak Kelapa sawit
Adapun komposisi kimia asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa
sawit dipaparkan pada table 3.
Tabel 3. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa
sawit
Kelapa sawit mengandung buah kurang lebih 80 persen perikrap dan 20 persen
yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikrap sekitar 34-40 persen. Minyak
kelapa sawit adalah minyak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.
Kandungan karotena dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak
dari janis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm; kandungan tokoferol bervariasi dan
dipengaruhi oleh pananganan selama produksi.
2.4.2. Sifat Fisiko – Kimia
Sifat fisisoko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor,
kelarutan, slipping point, shot melting point, shot melting point; bobot jenis, indeks bias,
titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api.
Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)
Asam kaprilat - 3 – 4
Asam kaproat - 3 – 7
Asam laurat - 46 – 52
Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17
Asam palmitat 40 - 46 6,5 – 9
Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5
Asam Oleat 39 - 45 13 – 19
Asam Linoleat 7 - 11 0,5 - 2
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses
pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau
kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak.
Bau dan flavor dalam minyak terdapat secra alami, juga terjadi akibat adanya
asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak
kelpa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta iodine.
Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa
sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang
berbeda-beda (Ketaren,A. 1986).
2.4.3. Standar Mutu Minyak Kelapa sawit
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang
bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standarmutu yaitu: kandungan air
dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.
Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan
gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat
dan bilangan penyabunan.
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari kurang
dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak
bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 persen atau kurang), bilangan peroksida di
bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam
(Ketaren,S. 1986).
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak kelapa sawitdapat langsung dari
sifat pohon induknya penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan
penganakutannya. Adapun faktor-faktornya yaitu :
1. Asam lemak bebas
Asam lemak bebas dengan konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sangat
merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak
turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak
bebas dalam minyak sawit.
2. Kadar zat menguap dan kotoran
Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian
proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.
3. Kadar logam
Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam mimyak sawit antara lain
besi, tembaga, dan kuningan. Logam-logam tersebut berasal biasanya berasal dari
alat-alat pengolahan yang digunakan. Mutu dan kualitas minyak yang
mengandung logam tersebut akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam-
logam itu dapat menjadi katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak
sawit.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
4. Angka oksidasi
Proses oksidasiyang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif akan
mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna (menjadi semakin gelap).
Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit manjadi menurun.
5. Pemucatan
Pemucatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih
memikat dan sesuai dengan kebutuhannya. Keintesifan pemucatan minyak sawit
sangat ditentukan oleh kualitas minyak sawit yang bersangkutan. Semakinjelak
mutunya, maka biaya pemucatan juga semakin besar. (Tim Penulis. 1997)
2.5. Pengolahan Minyak dan Inti sawit
Stasiun proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit
(MKS) dan inti kelapa sawit (IKS) umumnya terdiri dari:
2.5.1. Stasiun Utama
Stasiun utama berfungsi sebagai berikut :
a. Stasiun Penerimaan Buah
Sebelum diolah dalam pabrik kelapa sawit (PKS), tandan buah segar (TBS) yang
berasal dari kebeun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di
jembatan timbang (weight bridge) dan di tampung sementara di penampingan buah
(loading ramp).
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
b. Stasiun Rebusan (sterilizer)
Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik
menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer.
Sterilizer yang banyak digunakan pada umumnya yaitu bejana tekan horisontal yang bisa
menampung lori per unit (25 – 27 ton TBS). Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan
dengan uap pada temperatur sekitar 135oC dan tekanan 2,0 – 2,8 kg/cm
2 selama 80 – 90
menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar