BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Dasar Skizofrenia 2.1.1 Pengertian Skizofrenia Skizofrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia yang berada di dalam otak. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon emosional dan menarik diri dari hubungan antar prilaku yang normal. Seringkali diikuti dengan delusi dan halusinasi (presepsi tanpa adanya rangsangan panca indra) Fugen (2012), dalam Masriadi (2016). Skizofrenia merupakan gangguan psikis yang ditandai dengan penyimpangan realitas, penarikan diri dari interaksi sosial, serta disorganisasi persepsi, pikiran, dan kognitif (Situart, 2013). Skizofrenia juga dapat diartikan sebagai terpecahnya pikiran, perasaan, dan perilaku sehingga yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan orang yang mengalaminya (Prabowo, 2014). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa skizofrenia adalah gangguan psikis yang ditandai dengan adanya pemisahan antara pikiran, emosi, perilaku, penyimpangan realitas, penarikan diri dari interaksi sosial, serta disorganisasi persepsi dan kognitif. 2.1.2 Etiologi Beberapa faktor penyebab skizofrenia sebagai berikut (Nurarif & Hardhi, 2016): 7
38
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Dasar Skizofrenia …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Konsep Dasar Skizofrenia
2.1.1 Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat
ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia yang berada
di dalam otak. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa psikotik paling lazim
dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon emosional dan menarik
diri dari hubungan antar prilaku yang normal. Seringkali diikuti dengan
delusi dan halusinasi (presepsi tanpa adanya rangsangan panca indra)
Fugen (2012), dalam Masriadi (2016). Skizofrenia merupakan gangguan
psikis yang ditandai dengan penyimpangan realitas, penarikan diri dari
interaksi sosial, serta disorganisasi persepsi, pikiran, dan kognitif (Situart,
2013). Skizofrenia juga dapat diartikan sebagai terpecahnya pikiran,
perasaan, dan perilaku sehingga yang dilakukan tidak sesuai dengan
pikiran dan perasaan orang yang mengalaminya (Prabowo, 2014).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa skizofrenia
adalah gangguan psikis yang ditandai dengan adanya pemisahan antara
pikiran, emosi, perilaku, penyimpangan realitas, penarikan diri dari
interaksi sosial, serta disorganisasi persepsi dan kognitif.
2.1.2 Etiologi
Beberapa faktor penyebab skizofrenia sebagai berikut (Nurarif &
Hardhi, 2016):
7
8
1. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesaktian
bagi saudara tiri 0,9- 1,8%, bagi saudara kandung 7-15%, bagi
anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 40-
68%, kembar 2 telur 2-15%, dan kembar satu telur 61-86%.
2. Endokrin
Teori ini dikemukaan berhubung dengan sering timbulnya
skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperlum
dan waktu klimakterium tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
3. Metabolisme
Teori ini timbul karena penderita skizofrenia tampak pucat,
tidak sehat, ujung ekstermitas agak sianosis, nafsu makan
berkurang, dan BB (berat badan) menurun. Serta pada penderita
dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini
masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.
4. Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak dapat disebabkan oleh penyakit badaniah
karena hingga saat ini tidak dapat ditemukan kelainan patologis
anatomis atau fisiologis yang khas pada SPP. Tetapi Meyer
mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior atau penyakit
badaniah dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia. Menurut
Meyer skizofrenia merupakan rekasi yang salah atau suatu
maladaptasi sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama-
lama orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
9
5. Teori Sigmund Freud
Menurut Sigmund skizofrenia dapat disebabkan oleh
kelemahan ego yang dapat timbul karena penyebab psikogenik
ataupun somatik.
6. Eugen Bleuler
Gejala utama skizofrenia yang timbul menurut Eugen adalah
jiwa yang terpecah belah akibat adanya keretakan atau disharmoni
antara proses berfikir, perasaan, dan perbuatan. Bleuler membagi
gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok:
a. Gejala primer : Gangguan proses pikir, gangguan emosi,
gangguan kemauan, dan otisme.
b. Gejala sekunder : Waham, halusinasi dan gejala katatonik
atau gangguan psikomotorik yang lain (Keliat, 2006 dalam
Nurarif & Hardhi, 2016).
2.1.3 Klasifikasi Skizofrenia
Skizofrenia terbagi dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama
diantaranya adalah (Prabowo, 2014):
1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas. Gejala
utama pada jenis simplek berupa kedangkalan emosi dan
kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir, waham, dan
halusinasi jarang ditemukan tetapi jenis ini timbulnya secara
perlahan-lahan.
2. Skizofrenia Hebefrenik
10
Permulaannya muncul perlahan-lahan atau subakut dan
sering timbul pada masa remaja atau diantara usia 15-25 tahun.
Gejala yang paling terlihat ialah gangguan proses berfikir,
gangguan kemauan, dan adanya depersenalisasi atau double
personality.
3. Skizofrenia Katatonik
Timbul pertama kali pada saat umur menginjak 15- 30
tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress
emosional. Jika memungkinkan muncul gaduh gelisah katatonik
atau stupor katatonik. Gejala penting yang akan muncul adalah
gejala psikomotor seperti:
a. Penderita menutup diri, mimik muka tidak ada, strupor
penderita tidak bergerak sama sekali utnuk waktu
yangsangat lama, dan bisa beberapa hari bahkan bisa
berbulan-bulan.
b. Penderita menantang jika dipindah posisinya.
c. Tidak nafsu makan, BAK dan BAB ditahan, air ludah
tidak ditelan sehingga terkumpul di mulut dan meleleh
keluar.
4. Skizofrenia Paranoid
Jenis skizofrenia ini dimulai pada usia 30 tahun. Gejala
yang mencolok ialah waham primer disertai dengan waham -
waham sekunder dan halusinasi. Kepribadian penderita sebelum
11
sakit sering digolongkan schizoid. Penderita mudah tersinggung,
agak congkak, kurang percaya diri, dan suka menyendiri.
5. Episode Skizofrenia Akut
Gejala skizofrenia timbul mendadak dan pasien seperti
dalam keadaan mimpi. Dalam keadaan in timbul perasaan seakan-
akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah dan seakan
mempunyai suatu arti yang khusus bagi dirinya.
6. Skizofrenia Residual
Jenis skizofrenia ini merupakan keadaan kronis dengan
riwayat sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala
berkembang ke arah gejala yang negative. Gejala negative terdiri
dari kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas, penumpukan
afek, pasif, dan tidak ada inisiatif. Tidak banyak bicara, ekspresi
nonverbal menurun, serta buruknya perawatan diri, dan fungsi
sosial.
7. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala skizofrenia timbul secara bersamaan
gejala-gejala seperti depresi (skizo depresif) atau gejala
mania(psiko-manik). Jenis skizofrenia ini cenderung untuk sembuh
tanpa efek tetapi, juga mungkin muncul serangan kembali.
2.1.4 Tanda dan Gejala
1. Gejala Positif
12
Fungsi otak dari penderita penyakit skizofrenia akan
bekerja lebih aktif atau bisa dikatakan berlebihan. Hal ini
menyebabkan otak bekerja tidak normal. Akibatnya penderita akan
mengalami beberapa hal seperti:
a. Berkhayal merupakan hal yang sering dialami penderita
skizofrenia. Mereka memiliki keyakinan yang berbeda
dengan orang normal. Penderita juga sering salah dalam
menafsirkan persepsi.
b. Halusinasi. Penderita akan sering kali melihat atau
mendengar hal- hal yang sebenarnya tidak ada.
c. Gangguan pola pikir. Penderita skizofrenia akan akan sulit
bicara dan mengatur pikirannya. Sehingga dalam hal ini
akan mengganggu kemampuan berkomunikasi mereka.
d. Penderita skizofrenia akan sering berperilaku aneh seperti
anak kecil yang melakukan hal- hal konyol.
2. Gejala Negative
Gejala ini mengacu pada tidak adanya karakteristik fungsi
otak yang normal. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain:
a. Sulit mengekspresikan emosi.
b. Menarik diri dari lingkungan sosial.
c. Kehilangan motivasi.
d. Tidak minat melakukan kegiatan sehari-hari.
e. Mengabaikan kebersihan diri.
3. Gejala Kognitif
13
Jenis gejala ini akan menimbulkanmasalah pada proses
berfikir. Tanda dan gejala yang mungkin timbul diantaranya:
a. Masalah dalam membuat informasi yang masuk akal dan
dimengerti orang lain.
b. Sulit berkonsentrasi.
c. Terdapat masalah pada memori otak.
2.1.5 Komplikasi
1. Penganiayaan fisik, psikologis, atau seksual.
2. Sindrom otak organik misalnya, penyakit Alzheimer.
3. Gangguan prilaku.
4. Oppositional defiant disorder.
5. Depresi.
6. Serangan panik.
7. Gangguan Tourette.
8. Delirium.
9. Demensia.
10. Gangguan amnestik.
11. Halusinasi.
12. Upaya bunuh diri.
13. Abnormalitas neurotransmitter otak.
(Prabowo, 2014).
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan psikologi:
a. Pemeriksaan psikiatri.
14
b. Pemeriksaan psikometri.
2. Pemeriksaan lain jika diperlukan: Darah rutin, fungsi hepar, faal
ginjal, enzim hepar, EKG, CT scan, EEG.
2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut (Nurarif Min Huda & Kusuma Hardhi, 2015) penatalaksanaan
untuk gangguan jiwa diantaranya sebagai berikut :
1. Penggunaan obat antipsikosis
Obat-obat yang digunakan untuk mengobati skizofrenia
disebut antipsikosis. Antipsikosis bekerja mengontrol halusinasi,
delusi, dan perubahan pola pikir yang terjadi pada skizofrenia.
Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikosis
sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikosis yang
benar-benar cocok bagi pasien. Terdapat 3 kategori antipsikosis
yang dikenal saat ini, antara lain:
a. Antipsikotik konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunaannya
adalah antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif,
antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping
yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain:
1) Haldol (haloperidol)
Sediaan haloperidol tablet o,5 mg, 1,5 mg, 5 mg, dan
injeksi 5 mg/ml, dosis 5-15mg/hari.
2) Stelazine (trifluoperazine)
15
Sediaan trifluoperazine tablet 1 mg dan 5 mg, dosis 10-15
mg/ hari.
3) Mellaril (thioridazine)
Sediaan thioridazine tablet 50 dan 100 mg, dosis 150-600
mg/hari.
4) Thorazine (chlorpromazine)
Sediaan chlorpromazine tablet 25 dan 100 mg, injeksi 25