BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Nyeri 1.1. Definisi nyeri Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Menurut Engel (1970) menyatakan nyeri sebagai suatu dasar sensasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi luka. Nyeri adalah apa yang dikatakan oleh orang yang mengalami nyeri dan bila yang mengalaminya mengatakan bahwa rasa itu ada. Definisi ini tidak berarti bahwa anak harus mengatakan bila sakit. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku (Mc Caffrey & Beebe, 1989 dikutip dari Betz & Sowden, 2002). Universitas Sumatera Utara
23
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Nyeri 1.1. Definisi nyeri …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20095/4/Chapter II.pdf · 1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri . Nyeri
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Nyeri
1.1. Definisi nyeri
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan
maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP),
nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
Menurut Engel (1970) menyatakan nyeri sebagai suatu dasar sensasi
ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai
penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi
luka. Nyeri adalah apa yang dikatakan oleh orang yang mengalami nyeri dan bila
yang mengalaminya mengatakan bahwa rasa itu ada. Definisi ini tidak berarti
bahwa anak harus mengatakan bila sakit. Nyeri dapat diekspresikan melalui
Distraksi adalah teknis memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain
pada nyeri (Brunner & Suddarth, 1996). Distraksi diduga dapat menurunkan
nyeri, menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desendens,
yang mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak.
Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan
membangkitkan input sensori selain nyeri (Brunner & Suddarth, 1996).
Distraksi dapat berkisar dari hanya pencegahan menoton sampai
menggunakan aktivitas fisik dan mental yang sangat kompleks. Kunjungan dari
keluarga dan teman-teman sangat efektif dalam meredakan nyeri. Orang lain
mungkin akan mendapatkan peredaan nyeri melalui permainan dan aktivitas yang
membutuhkan konsentrasi. Tidak semua pasien mencapai peredaan nyeri melalui
distraksi, terutama mereka yang mengalami nyeri hebat. Dengan nyeri hebat klien
mungkin tidak dapat berkonsentrasi cukup baik untuk ikut serta dalam aktivitas
mental atau fisik yang kompleks (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Taylor (1997), cara-cara yang dapat digunakan pada teknik
distraksi antara lain: (1) penglihatan: membaca, melihat pemendangan dan
gambar, menonton TV, (2) pendengaran: mendengarkan musik, suara burung,
gemercik air, (3) taktil kinestik: memegang orang tercinta, binatang peliharaan
atau mainan, pernafasan yang berirama, (4) projek: permainan yang menarik,
puzzle, kartu, menulis cerita, mengisi teka-teki silang.
Universitas Sumatera Utara
2. Anak
2.1. Anak usia sekolah
Anak usia sekolah adalah dimana anak telah memasuki usia sekolah.
Anak usia sekolah adalah akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari 6 tahun
sampai anak mencapai kematangan seksual. Yaitu sekitar 13 tahun bagi anak
perempuan dan 14 tahun bagi anak laki-laki (Hurlock, 1999).
Menurut Wong & Whaley’s (1996) konsep anak tentang sakit dan nyeri
dibedakan berdasarkan usianya. Berikut ini akan disajikan konsep anak tentang
sakit dan nyeri.
Tahap Kognitif
(usia)
Konsep Sakit Konsep Nyeri
Pikiran praopersional
(2-7) tahun
Fenomisme:
menerima fenomena konkrit, eksternal dan tidak berhubungan sebagai sakit, (sakit karena tidak merasa sehat)
Pengaruh buruk:
Menerima penyebab sakit sebagai kedekatan antara dua kejadian yang terjadi karene “magis” (seperti menderita pilek karena dekat-dekat orang yang pilek).
• Memahami nyeri terutama sebagai pengalaman konkret secara fisik
• Berfikir dalam hal penghilangan nyeri magis
• Dapat memandang nyeri sebagai hukuman karena melakukan suatu hal yang salah
• Cenderung meminta seseorang bertanggung gugat terhadap nyeri yang dialaminya dan dapat menunjuk pada seseorang
Berpikir Operasional konkret (7-10 tahun)
Kontaminasi:
Menerima penyebab sebagai seseorang, objek
• Memehami nyeri secara fisik (mis: sakit kepala, sakit perut)
Universitas Sumatera Utara
atau tindakan eksternal pada anak yang bersifat “buruk” atau “berbahaya” terhadap tubuh (mis: pilek karena tidak memakai topi)
Internalisasi:
Menerima sakit sebagai mendapatkan penyebab eksternal tetapi ditempatkan di dalan tubuh (mis: pilek karena bernafas dalam udara dan bakteri)
• Mampu menerima nyeri psikologis (seseorang yang sekarat)
• Takut akan bahaya dan penghancuran tubuh (destruksi tubuh dan kematian)
• Dapat memandang nyeri sebagai hukuman karena melakukan hal-hal yang salah
Pikiran Rasional Formal (13 tahun dan lebih besar)
Fisiologis:
Menerima penyebab sebagai malfungsi atau tidak berfungsinya organ atau proses; dapat menjelaskan sakit berdasarkan urutan kejadian
Psikofisiologis:
Menyadari bahwa kerja psikologis dan sikap mempengaruhi keadaan sehat dan sakit
• Mampu memberikan alasan nyeri (mis: jatuh dan memukul saraf)
• Menerima beberapa jenis nyeri psikologis
• Mempunyai keterbatasan pengalaman hidup untuk menghadapi nyeri seperti orang dewasa menghadapi pemahaman yang matang tentang nyeri
• Takut akan kehilangan kontrol selama menghadapi nyeri
Universitas Sumatera Utara
2.2. Nyeri pada anak
Bayi tidak dapat berkomunikasi melalui verbal secara menyeluruh,
walaupun tingkah laku mereka menampilkan ekspresi wajah nyeri seperti:
menangis, wajah meringis, mata menyipit, dagu bergetar. Bayi secara sempurna
bergantung kepada tenaga medis untuk mengkaji nyeri dan menginterpretasikan
nyeri mereka (Marie, 2002).
Todler dan pra sekolah kurang dalam kemampuan kognitif untuk
menggunakan alat skore nyeri standard orang dewasa. Anak todler biasanya dapat
mengatakan hanya pada adanya nyeri atau tidak walaupun beberapa diantaranya
mampu melokalisasikan nyeri tersebut (Marie, 2002).
Anak usia sekolah mampu mendeskripsikan nyeri mereka (Marie, 2002).
Metode pelaporan sendiri dengan menggunakan skala tingkatan intensitas nyeri
secara numerik telah terbukti bermanfaat untuk anak usia sekolah (Nelson, 1999).
2.3. Pengkajian nyeri pada anak
Menurut potter & Perry (1993) nyeri tidak dapat diukur secara objektif
misalnya dengan X-Ray atau tes darah. Namun tipe nyeri yang muncul dapat
diramalkan berdasarkan tanda dan gejalanya. Kadang-kadang perawat hanya bisa
mengkaji nyeri dengan bertumpu pada ucapan dan perilaku klien karena hanya
klien yang mengetahui nyeri yang dialaminya. Oleh sebab itu perawat harus
mempercayai bahwa nyeri tersebut memang ada.
Universitas Sumatera Utara
Gambaran skala dari berat nyeri merupakan makna yang lebih objektif
yang dapat diukur. Gambaran skala nyeri tidak hanya berguna dalam mengkaji
beratnya nyeri, tetapi juga dalam mengevaluasi perubahan kondisi klien (Potter &
Perry, 1993).
Menurut Wong & Whaley’s (1996) banyak metode yang dapat kita
gunakan untuk menilai nyeri pada anak, salah satu yang umum yaitu: QUESTT
(1) Question the children (bertanya pada anak)
(2) Use pain rating scale (menggunakan skala nyeri)