8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Hakikat IPS IPS di sekolah dasar tidak mengajarkan disiplin ilmu – ilmu sosial , melainkan mengajarkan konsep – konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik. Berkenaan dengan pernyataan ini, istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara resmi mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1975. Sesuai dengan sebutannya sebagai ilmu, ilmu social itu tekanannya kepada keilmuan yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat atau kehidupan sosial. Berkenaan dengan ilmu sosial ini, Norma Mackensie (1975) dalam Ischak (2001:1.31) mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. IPS seperti halnya IPA, Matematika, Bahasa Indonesia merupakan bidang studi. Dengan demikian IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang dipelajari cukup luas. Bidang garapannya itu meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia dimasyarakat. Tekanan yang dipelajari IPS bermaknaan dengan gejala – gejala dan masalah kehidupan masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya, melainkan pada kenyataan kehidupan kemasyarakatan. Dari gejala dan masalah sosial tadi ditelaah,
22
Embed
Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Hakikat IPS
IPS di sekolah dasar tidak mengajarkan disiplin ilmu – ilmu sosial ,
melainkan mengajarkan konsep – konsep esensi ilmu sosial untuk
membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik. Berkenaan
dengan pernyataan ini, istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara
resmi mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1975. Sesuai dengan
sebutannya sebagai ilmu, ilmu social itu tekanannya kepada keilmuan
yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat atau kehidupan sosial.
Berkenaan dengan ilmu sosial ini, Norma Mackensie (1975) dalam
Ischak (2001:1.31) mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua
bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau
dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia
sebagai anggota masyarakat.
IPS seperti halnya IPA, Matematika, Bahasa Indonesia merupakan
bidang studi. Dengan demikian IPS sebagai bidang studi memiliki garapan
yang dipelajari cukup luas. Bidang garapannya itu meliputi gejala-gejala
dan masalah kehidupan manusia dimasyarakat. Tekanan yang dipelajari
IPS bermaknaan dengan gejala – gejala dan masalah kehidupan
masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya, melainkan pada kenyataan
kehidupan kemasyarakatan. Dari gejala dan masalah sosial tadi ditelaah,
9
dianalisis faktor-faktornya, sehingga dapat dirumuskan jalan
pemecahannya.
Berdasarkan uraian di atas maka definisi IPS adalah bidang studi
yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah social di
masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu
perpaduan. Menurut Ischak.SU (2001:1.36). Demikian IPS yang diajarkan
pada pendidikan dasar menjadi pengantar bagi mempelajari IPS/studi
social ataupun ilmu social di perguruan tinggi. Bahkan dalam kerangka
kerja dapat saling melengkapi. Hasilnya penelaah IPS dapat dimanfaatkan
oleh ilmu sosial dan sebaliknya hasil kajian ilmu social dapat
dimanfaatkan oleh IPS.
Tujuan pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut:
a. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam
kehidupannya kelak dimasyarakat.
b. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi,
menganalisis, dan menyusun alternative pemecahan masalah social
yang terjadi dalam kehidupan dimasyarakat.
c. Membekali anak didik dengan dengan kemampuan berkomunikasi
dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta
bidang keahlian.
d. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan
keterampilan terhadap pmanfaatan lingkungan hidup yang menjadi
bagian dari kehidupan tersebut.
10
e. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Belajar dan mengajar
1. Belajar
a) Pengertian belajar
Di sekolah dilakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagian hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan – perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya,” Slameto (2010:2).
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik
sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam
diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Ciri – ciri
perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar:
1. Perubahan terjadi secara sadar
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
11
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
b) Jenis – jenis belajar
Dalam belajar memiliki beberapa jenis adapun jenis –
jenisnya menurut Slameto (2010 : 5-8):
1. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)
Memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian – bagian
yang satu sama lain berdiri sendiri.
2. Belajar dengan wawasan (learning by insight)
Teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola –
pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku
yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.
3. Belajar diskriminatif (discriminative learning)
Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk
memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian
menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
4. Belajar globali keseluruhan (global whole learning)
Belajar secara keseluruhan berulang sampai pelajar
menguasainya.
5. Belajar insidental (incidental learning)
Belajar insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang
diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan
diujikan kelak.
12
6. Belajar instrumental (instrumental learning)
Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang
diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada
apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil
atau gagal.
7. Belajar intensional (intentional learning)
Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar
insidental.
8. Belajar laten (latent learning)
Belajar laten, perubahan – perubahan tingkah laku yang terlihat
tidak terjadi secara segera.
9. Belajar mental (mental learning)
Belajar dengan cara melakukan observasi tingkah laku orang
lain membayangkan gerakan – gerakan orang lain.
10. Belajar produktif (productive learning)
belajar adalah mewngatur kemungkinan untuk mlakukan
transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain.
11. Belajar verbal (verbal learning)
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan
melalui latihan dan ingatan.
13
c) Teori – teori belajar
1) Teori Gestalt
teori dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman,
sekarang menjadi tenar di seluruh dunia.hukum yang
berlaku dalam belajar dalam belajar yaitu:
Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur-
unsurnya.
Gestalt timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya.
Jadi dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian
pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk
memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting
bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi
mengerti atau memperoleh insight. Sifat-sifat belajar
dengan insight ialah:
Insight tergantung dari kemampuan dasar
Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang
relevan
Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur
sedemikian rupa sehingga segala aspek yang perlu
dapat diamati.
Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh
dari langit
Belajar dengan insight dapat diulangi
14
Insight sekali didapat digunakan untuk menghadapi
situasi-situasi yang baru.
2) Teori Belajar menurut J.Burner
Kata Bruner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku
sseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah
menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar
lebih banyak dan mudah.
3) Teori Belajar dari Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar
pada anak – anak adalah sebagai berikut:
a. Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan
orang dewasa.
b. Perkembangan mental pada anak melalui tahap – tahap
tertentu menurut suatu urutan yang sama bagi semua
anak.
c. Walaupun berlangsungnya tahap – tahap perkembangan
itu melaui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu
untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah
selalu sama pada setiap anak.
d. Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh faktor