9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-Teori Dasar/Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Bentley dan Whitten (2007, p6), sistem merupakan kumpulan dari komponen berhubungan yang berfungsi bersama untuk mencapai hasil yang diinginkan Menurut Wasson (2006, p18), sistem merupakan sekumpulan elemen yang terintegrasi, dimana setiap elemen mempunyai kapabilitas yang sudah ditetapkan batasnya, bekerja secara sinergis untuk menyediakan proses penambahan nilai yang memungkinkan penggunanya untuk memenuhi kebutuhan operasional di dalam lingkungan organisasi yang sudah ditetapkan dengan hasil yang sudah ditetapkan dan kemungkinan berhasilnya. Dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen berhubungan yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu, dengan merubah input yang ada menjadi output yang merupakan hasil yang diingikan. 2.1.1.1 Komponen Sistem Menurut O’Brien (2006, p29), sistem memiliki tiga komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi:
47
Embed
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori-Teori Dasar/Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00335-ka 2.pdf · tujuan utama dari sistem informasi yaitu untuk memproses data menjadi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-Teori Dasar/Umum
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut Bentley dan Whitten (2007, p6), sistem merupakan
kumpulan dari komponen berhubungan yang berfungsi bersama untuk
mencapai hasil yang diinginkan
Menurut Wasson (2006, p18), sistem merupakan sekumpulan
elemen yang terintegrasi, dimana setiap elemen mempunyai kapabilitas
yang sudah ditetapkan batasnya, bekerja secara sinergis untuk
menyediakan proses penambahan nilai yang memungkinkan
penggunanya untuk memenuhi kebutuhan operasional di dalam
lingkungan organisasi yang sudah ditetapkan dengan hasil yang sudah
ditetapkan dan kemungkinan berhasilnya.
Dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen
berhubungan yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu,
dengan merubah input yang ada menjadi output yang merupakan hasil
yang diingikan.
2.1.1.1 Komponen Sistem
Menurut O’Brien (2006, p29), sistem memiliki tiga
komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi:
10
• Input melibatkan penangkapan dan perakitan
berbagai elemen yang memasuki sistem untuk
diproses.
• Pemrosesan melibatkan proses transformasi yang
mengubah input menjadi output
• Output melibatkan perpindahan elemen yang telah
diproduksi oleh proses transformasi ke tujuan
akhirnya.
Selain tiga komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi
tersebut, sistem juga memiliki dua komponen tambahan :
• Umpan balik adalah data mengenai kinerja sistem.
• Pengendalian melibatkan pengawasan dan
pengevaluasian umpan balik untuk menetapkan
apakah sistem bergerak menuju pencapaian tujuan
atau tidak
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut Rainer dan Cegielski (2011, p10), informasi merupakan
data yang sudah diolah, sehingga mempunyai nilai dan arti kepada orang
yang menerimanya.
11
Menurut Bentley dan Whitten (2007, p21), informasi adalah data
yang sudah diolah atau diorganisir menjadi bentuk yang sudah
mempunyai arti untuk seseorang. Informasi dibentuk dari kombinasi dari
data yang diharapkan mempunyai arti kepada penggunanya.
Dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan kumpulan dari
data yang sudah diolah, sehingga mempunyai arti bagi penggunyanya.
2.1.3 Sistem Informasi
2.1.3.1 Konsep dan Definisi
Menurut Rainer dan Cegielski (2011, p38), sistem
informasi merupakan proses mengumpulkan, menyimpan, dan
menganalisis serta menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu.
Bentley dan Whitten (2007, p6) menuturkan bahwa sistem
informasi merupakan pengarahan dari orang, data, proses, dan
teknologi informasi yang saling berinteraksi untuk
mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan
output berupa informasi yang dibutuhkan perusahaan.
Pada Jurnal Piranti Warta Mulyo, Setiawan dan
Darmadi(2008,p360) menyatakan bahwa Sistem informasi
cenderung berkembang dan menjadi lebih formal ketika
perusahaan berkembang dan menjadi lebih kompleks. Sistem
12
informasi suatu perusahaan dalam dunia bisnis dan pemerintahan
mempunyai tiga sasaran utama menyediakan mendukung operasi
harian, dan menyediakan informasi yang menyangkut
pengelolaan kekayaan.
Menurut Rainer dan Turban (2009, p6-7), salah satu
tujuan utama dari sistem informasi yaitu untuk memproses data
menjadi informasi dan pengetahuan secara ekonomis.
• Data Items, merujuk kepada deskripsi dasar dari benda,
kejadian, aktivitas, dan transaksi yang dicatat, digolongkan,
dan disimpan, tetapi belum diolah sehingga belum mempunyai
arti.
• Information, merupakan data yang sudah diolah sehingga
sudah mempunyai arti dan nilai kepada penerimanya.
• Knowledge, terdiri dari data dan informasi yang sudah diolah
dan diproses untuk menyampaikan pengertian, pengalaman,
pembelajaran, dan keahlian yang diterapkan terhadap masalah
bisnis yang ada.
Dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah proses
mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis serta
menyebarkan informasi yang merupakan kombinasi dari orang,
13
hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data
yang mengumpulkan, merubah, dan menyebarkan informasi di
dalam organisasi
2.1.3.2 Komponen Sistem Informasi
Terdapat beberapa komponen utama dari sistem informasi
menurut Rainer dan Cegielski (2011, p40) :
• Hardware, merupakan perangkat seperti monitor, keyboard,
dan printer.
• Software, merupakan kumpulan program yang
menghubungkan hardware untuk melakukan pemrosesan data.
• Database, merupakan kumpulan dari table atau fields yang
mengandung data di dalamnya.
• Network, merupakan sistem penghubung yang memungkinkan
komputer berbeda untuk berbagi sumber daya
• Procedures, merupakan satu set dari instruksi bagaimana untuk
menggabungkan komponen – komponen di atas untuk
memproses informasi.
• People, adalah individu yang menggunakan hardware dan
software, berhubungan dengannya atau menggunakan output.
14
2.1.3.3 Dampak Penerapan Sistem Informasi
Rainer dan Turban (2009, p6) mengatakan bahwa salah
satu tujuan utama dari sistem informasi yaitu untuk memproses
data menjadi informasi dan knowledge. Sistem Informasi
mempunyai beberapa dampak terhadap perusahaan dan sosial ,
berikut ini beberapa dampak dari implementasi dan penerapan
sistem informasi di perusahaan ,menurut Rainer dan Turban
(2009, p33) :
• IT akan mengurangi jumlah dari Manajer tingkat menengah
• IT akan merubah pekerjaan Manajer
• IT akan berdampak terhadap pekerjaan karyawan
• IT berdampak terhadap kesehatan dan keamanan karyawan
• IT membuka peluang untuk masyarakat yang mempunyai
”kekurangan”
• IT meningkatkan kualitas hidup.
2.1.4 Pengertian Proses Bisnis
Menurut Rainer & Cegeilski (2011, p7), proses bisnis merupakan
aktivitas saling terkait yang menghasilkan jasa berupa nilai kepada
15
perusahaan, partner bisnis, dan atau kepada customer-nya. Setiap proses
mempunyai input dan output, serta setiap aktivitasnya dapat diukur.
Jones dan Rama (2006, p18) mengatakan bahwa proses bisnis
adalah tindakan yang dilakukan oleh bisnis untuk memperoleh,
memproduksi dan menjual barang dan jasa. Terdapat cycle yang
umumnya terdapat di suatu perusahaan, cycle tersebut yaitu :
Acquisition , mengacu kepada proses dari membeli barang dan jasa.
Conversion , mengacu kepada proses merubah sumber daya yang ada
menjadi barang dan jasa.
Revenue , mengacu kepada proses menyediakan barang dan jasa
kepada customer.
Dapat disimpulkan bahwa proses bisnis merupakan satu set
aktivitas / tindakan yang merubah input, melalui proses dan
menghasilkan output berupa jasa dan barang, dan juga nilai bagi
perusahaan, partner bisnis dan atau customer-nya.
Gambar 2.1. Proses Bisnis
Input Process Output
16
2.1.5 Pengertian Analisis Sistem
Menurut McLeod (2007, p74), analisis sistem adalah penelitian
atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru
atau memperbaharui sistem yang telah ada.
Menurut Bentley dan Whitten (2007, p 32-33), analisis sitem
merupakan pembelajaran dari masalah bisnis yang ada untuk
merekomendasikan perbaikan dan menetapkan kebutuhan bisnis serta
prioritasnya. Analisis sistem dimaksudkan untuk memberikan tim proyek
pengertian yang mendalam tentang masalah dan kebutuhannya. Area
bisnis akan dipelajari dan dianalisis untuk memperoleh pengertian yang
mendetail dari apa yang dikerjakan, apa yang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan. Analisis sistem membutuhkan kerjasama dengan pengguna
user untuk dapat menetapkan dengan jelas kebutuhan dan harapan dari
sistem yang akan dibeli atau dikembangkan.
Dapat disimpulkan bahwa analisis sistem merupakan
pembelajaran atas masalah bisnis dengan tujuan untuk
merekomendasikan perancangan atau perbaharuan sistem untuk
memenuhi kebutuhan bisnis.
17
2.1.6 Evaluasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, p384), evaluasi
adalah penilaian yang hasilnya hingga saat ini belum diperoleh, upaya
penilaian teknis dan ekonomi.
Menurut Vincent (2006, p16), evaluasi merupakan fungsi
manajemen yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu dan setelah suatu
kegiatan telah berlalu.
Selain itu, evaluasi merupakan salah satu fungsi dari manajemen
program. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh atau sebagai unsur-unsur
program serta terhadap pelaksanaan program. Evaluasi program harus
dapat diselenggarakan secara terus-menerus, berkala, dan atau sewaktu-
waktu. Kegiatan evaluasi ini dapat dilakukan pada saat sebelum, sedang,
atau setelah program dilaksanakan untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah program sesuai dengan
rencana, dan atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan.
Evaluasi program berguna bagi pengambilan keputusan untuk
menetapkan apakah program akan dihentikan, diperbaiki, dimodifikasi,
diperluas, atau ditingkatkan.(Vincent, 2006, p28).
Jadi, evaluasi merupakan suatu penilaian yang berguna dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu
mengenai kesesuaian atas suatu kegiatan.
18
2.1.7 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2008. p193), Pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.
Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting
alamiah, pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan
berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, dll. Bila dilihat dari
sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber
primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpulan data. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan interview, kuesioner, observasi, dan gabungan ketiganya.
2.1.7.1 Interview (wawancara)
Menurut Sugiyono (2008, p.194), wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-
hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan
diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-
19
tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. Wawancara
tersebut dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face)
maupun dengan menggunakan telepon. Wawancara terbagi 2
jenis, yaitu :
a) Wawancara terstruktur
Menurut Sugiyono (2008, p194-195), wawancara terstruktur
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh. Dengan wawancara
terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama,
dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara
terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunkaan
beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Dalam
melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen
sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data
juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder,
gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu
pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
b) Wawancara tidak terstruktur
Menurut Sugiyono (2008, p197), wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
20
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garisgaris besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak
terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian
pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih
mendalam tentang responden. Dalam wawancara tidak
terstruktur, peneliti belum mengetahui secara persis data apa
yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak
mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.
2.1.7.2 Observasi
Menurut Sugiyono (2008, p.203), observasi sebagai teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner.
Jika wawancara dan kuesioner secara berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga
obyek-obyek alam yang lain. Teknik pengumpulan data dengan
observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar.
Menurut Sugiyono (2008, p203), dari segi proses
pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan
21
menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan
non-participant observation.
a. Observasi Berperan Serta (Participant Observation)
Menurut Sugiyono (2008, p203) dalam observasi ini, peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan
observasi partisipan ini, maka data yang diperolah akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna
dari setiap perilaku yang Nampak.
b. Observasi non-partisipan (non-Participant Observation)
Menurut Sugiyono (2008, p204), kalau dalam observasi
partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-
orang yang sedang diamati, maka dalam observasi
nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat independen Pengumpulan data dengan observasi
nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang
mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna.
Menurut Sugiyono (2008, p203), dari segi instrumentasi
yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi
observasi terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Observasi terstruktur
22
Menurut Sugiyono (2008, p204), observasi terstruktur adalah
observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa
yang akan diamati, di mana tempatnya. Jadi,
observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu
dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Pedoman
wawancara terstruktur atau angket tertutup dapat
juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi.
b. Observasi tidak terstruktur
Menurut Sugiyono (2008, p205), observasi tidak terstruktur
adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena
peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.
Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan
intrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan.
2.1.7.3 Kuesioner
Menurut Sugiyono(2008, p199) kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan
data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang
akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
23
Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden
cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat
berupa pertanyaan/ pernyataan tertutup atau terbuka, dapat
diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui
pos, atau internet.
2.1.8 Teori Skala Likert
Menurut Sugiyono (2008, p132), skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variable penelitian.
Dengan skala Likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai
titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata – kata antara lain :
a. Sangat setuju a. Selalu
b. Setuju b. Sering
c. Ragu – ragu c. Kadang-kadang
24
d. Tidak setuju d. Tidak pernah
e. Sangat tidak setuju
a. Sangat positif a. Sangat baik
b. Positif b. Baik
c. Negatif c. Tidak baik
d. Sangat negative d. Sangat tidak baik
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat
diberi skor, misalnya :
1. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5
2. Setuju/sering/positif diberi skor 4
3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2
5. Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1
2.2 Teori – Teori Khusus
2.2.1 Enterprise Resource Planning (ERP).
2.2.1.1 Pengertian ERP
Menurut Jones dan Rama (2006, p18), Enterprise
Resource Planning adalah sistem manajemen bisnis yang
25
mengintegrasikan seluruh aspek dari proses bisnis, termasuk
subsistemnya.
Menurut Noerlina pada jurnal piranti warta(2008,p268)
sistem ERP adalah sebuah terminologi yang secara de facto
adalah aplikasi yang dapat mendukung transaksi atau operasi
sehari-hari yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya
sebuah perusahaan, seperti dana, manusia, mesin, suku cadang,
waktu, material, dan kapasitas.
Menurut Rainer dan Turban (2009, p33), sistem ERP
didesain untuk mengatasi kekurangan dari komunikasi antara area
fungsional dari sistem informasi, dimana sistem tersebut
dikembangkan sendiri dan terpisah, sehingga tidak dapat
berhubungan secara efektif dengan yang lain. Sistem ERP
mengatasi masalah ini dengan mengintegrasikan area fungsional
dari sistem informasi melalui database yang sama.
Bentley dan Whitten (2007, p26 – 27) menuturkan bahwa
solusi yang ditawarkan dari ERP menyediakan fungsi inti dari
sistem informasi untuk seluruh bisnis. Biasanya perusahaan harus
melakukan redesign dari proses bisnisnya untuk menggunakan
ERP. Kebanyakan perusahaan masih harus menambahkan ERP
26
dengan aplikasi software yang dikostumisasi untuk memenuhi
kebutuhan bisnisnya yang unik
2.2.1.2 Sejarah ERP
Menurut Wijaya (2009, p15-22), sistem ERP telah ada
sejak tahun 1960an, dimana awalnya hanya berfokus pada sistem
fabrikasi untuk pengendalian persediaan.
Dan sekarang ini, sistem ERP banyak mengalami evolusi
pergeseran dari pengendalian menjadi pengelolaan sumber daya.
Tabel 2.1. Sejarah sistem ERP
Tahun Peristiwa
1960an Sistem Fabrikan fokus kepada pengendalian Inventory
(Inventory Control).
1970an Fokus bergeser pada MRP (Material Requirement
Planning) yang menerjemahkan jadwal utama suatu
produk menjadi kebutuhan berbasis time phased net untuk
perencanaan dan pengadaan barang sebagian jadi,
komponen maupun bahan baku.
1980an MRP-II (Manufacturing Resource Planning) berkembang
mencakup pengelolaan operasi produksi (shop floor) dan
aktivitas pengelolaan distribusi.
27
1990an MRP-II dikembangkan lagi mencakup aktivitas rekayasa,
keuangan, sumber daya manusia, pengelolaan proyek
yang melingkupi hampir semua aktivitas sistem organisasi
usaha (business enterprise), yang kemudian dikenal
dengan istilah Enterprise Resource Planning (ERP).
2000an
–
sekarang
Entended ERP menjadi ERP-II.
Dalam situasi krisis ekonomi seperti sekarang ini, maka
penetapan sistem ERP tidak hanya sekedar memberikan suatu
informasi bagi pengguna, tetapi dituntut dapat memberikan
alternatif keputusan yang diperlukan bagi level managerial untuk
pengambilan keputusan lebih lanjut, terutama dapat memberikan
solusi bisnis dan dapat memenangkan persaingan bisnis bagi
suatu perusahaan.
Tujuan perubahan perluasan sistem ERP berdasarkan
kebutuhan bagi suatu organisasi adalah untuk dapat berkompetitif
dan memenangkan persaingan bisnis sehingga suatu organisasi
dituntut untuk memberikan informasi yang akurat, up-to-date, dan
informative bagi pengambilan keputusan lebih lanjut. Berikut
adalah tahapan perubahan atau evolusi dalam sistem ERP.
28
Awalnya sejak tahun 1960an, peranan sistem ERP hanya
pada area fungsional sebagai pengendalian Inventory dan
produksi saja yang dikenal dengan istilah Material Requirement
Planning. Kemudian sejak tahun 1970an, sistem ERP mengalami
perluasan pada areal fungsional Finance dan Human Resource
Management yang dikenal dengan istilah Manufacturing
Resource Planning (MRP II). Kemudian sejak tahun 2000an
hingga sekarang, sistem ERP telah mengalami perluasan pada
semua area fungsional suatu organisasi, yaitu Sales and
Marketing, Customer Support, dan Supplier Management yang
dikenal dengan istilah Extended ERP (ERP II).
Menurut Wijaya (2009, p 17) Perkembangan sistem ERP
telah mengalami evolusi yang cukup drastis hingga mencapai
bentuk seperti yang sekarang dikenal. Tahapan perkembangan
sistem ERP adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Material Requirement Planning
Tahap 2: Close Loop MRP
Tahap 3: Manufacturing Resource Planning (MRP II)
Tahap 4: Enterprise Resource Planning
Tahap 5: Extended ERP (ERP II)
29
Gambar 2.2. Tahapan Evolusi Sistem ERP
2.2.1.3 Konsep dan Arsitektur ERP
Menurut Wijaya (2009, p26-28), Enterprise Resource
Planning (ERP) merupakan singkatan dari tiga elemen kata