Page 1
17
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen
Sejarah manajemen menurut William (2008:44) sebagai bidang studi
manajemen mungkin berusia 125 tahun, tetapi ide-ide dan praktek manajemen benar-
benar telah digunakan sejak awal sejarah yang tercatat.
Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses
mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan
secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Griffin (2011:7) manajemen
adalah suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-
sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud
untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Dari pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa manajemen adalah
proses pengkoordinasian sekelompok orang dengan arahan-arahan untuk mencapai
tujuan perusahaan, secara efektif dan efisien. Perusahaan yang memiliki manajemen
yang baik adalah perusahaan yang menjalankan fungsi efektif dan efisien. Efisien
berarti menggunakan berbagai sumber daya secara bijaksana dan dengan cara yang
hemat biaya, sehingga produk atau jasa yang dihasilkan berkualitas tinggi namun
dengan biaya yang relatif rendah, sedangkan efektif berarti membuat keputusan yang
tepat dan mengimplementasikannya dengan sukses.
Menurut Samson dan Richard (2012:6) Manajer memiliki tantangan dan
peluang, apapun ukuran dan industri atau sektor yang mereka bekerja, harus dapat
mempertimbangkan mengenai tantangan baru di tempat kerja di pemerintahan, bisnis
dan individu, yaitu dengan tiga tingkatan:
- Tantangan dalam Pemerintahan
- Tantangan dalam Bisnis
- Tantangan dalam Individual sebagai Karyawan
2.1.1 Manajemen Operasi
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010: 4), manajemen operasi adalah
serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan
mengubah input menjadi output.
Page 2
Menurut Prasetya dan Lukiastusi, (2009) manajemen operasi adalah
serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan
mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa
berlangsung di semua organisasi, baik perusahaan manufaktur mapun jasa.
Richard L. Daft (2006: 216) mendefinisikan Manajemen Operasi sebagai
bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang. Artinya kegiatan
operasi hanya berfokus pada kegiatan memproduksi barang dan memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan sektor produksi.
Menurut pendapat Chase - Jacobs – Aquilano (2006,p6): Operation
Management (OM) is define as the design, operation, and improvement of the
systems that create and feliver the firms primary producs and service.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen
operasi merupakan kegiatan produksi dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada
sehingga menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa.
2.1.2 Manajemen Mutu / Kualitas
Bagi manajer operasi, salah satu pekerjaan terpenting adalah memberikan
produk dan jasa yang sehat, aman, dan berkualitas kepada pelanggan. Karena
kurangnya proses desain dan produksi, pengembangan produk-produk berkualitas
rendah tidak hanya mengakibatkan biaya produksi yang lebih tinggi, tetapi juga
dapat menimbulkan kecelakaan, tuntutan hukum, dan bertambahnya peraturan
pemerintah. (Heizer dan Render, 2009, p304)
Pada dasarnya kegiatan pengelolaan merupakan kegiatan sistemik. Saling
ketergantungan juga sekaligus sinergitas antar fungsi-fungsi manajemen.
Pengelolaan fungsi-fungsi manajemen fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal
maupun pelanggan eksternal. Pelanggan menginginkan produk, baik barang maupun
jasa yang bermutu. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan yang bermutu atau
manajemen mutu sebagai keseluruhan cara untuk mencapai mutu. Manajemen mutu
mencakup tiga proses trilogi mutu, yakni: Perencanaan Mutu, Pengendalian Mutu
dan Peningkatan Mutu. (Sobana, 2012, p9)
Mutu produk dan jasa dapat didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan
karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan
pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan dapat memenuhi
harapan-harapan pelanggan. Sedangkan kendali mutu terpadu adalah suatu sistem
Page 3
yang efektif untuk memadukan pengembangan mutu, pemeliharaan mutu, dan upaya
perbaikan mutu berbagai kelompok dalam sebuah organisasi agar pemasaran,
kerekayasaan, produksi, dan jasa dapat berada pada tingkatan yang paling ekonomis
agar pelanggan mendapat kepuasan penuh.
Adapun dampak diterapkannya kendali mutu terpadu pada seluruh organisasi
menyertakan implementasi manajerial dan teknis dari aktivitas - aktivitas mutu yang
berorientasi kepada pelanggan sebagai suatu tanggung jawab utama manajemen
umum dan pelaksanaan garis-pokok pemasaran, rekayasa, produksi, hubungan
industrial, keuangan, dan pelayanan serta fungsi kendali mutu itu sendiri.
Suatu kemampuan kendali mutu terpadu yang bagus adalah salah satu
kekuatan kerekayasaan dan manajerial utama bagi sebuah perusahaan masa kini,
yang menyediakan sebuah sendi utama bagi kelangsungan hidup ekonomi.
Pelembagaan kendali mutu terpadu sangat penting dalam memperluas dan
memperdalam pekerjaan dan konsep kendali mutu dalam sebuah perusahaan modern.
Kendali mutu terpadu juga memungkinkan suatu manajemen mutu terpadu yang
mencakup seluruh ruang lingkup daur kehidupan produk dan pelayanan kepada
pelanggan.
Pada dasarnya ada empat langkah dalam keseluruhan kendali mutu, yaitu:
a. Menetapkan standar
b. Menilai kesesuaian
c. Mengambil tindakan korektif
d. Merencanakan perbaikan
Melalui manajemen mutu, suatu perusahaan atau organisasi diharapkan dapat
melakukan:
a. Perbaikan dalam mutu produk
b. Perbaikan dalam rancangan produk
c. Perbaikan dalam arus produksi
d. Perbaikan dalam moral karyawan dan kesadaran akan mutu
e. Perbaikan dalam pelayanan produk
f. Perbaikan dalam penerimaan pasar
g. Penurunan dalam biaya operasi
h. Penurunan dalam kerugian operasional.
i. Penurunan dalam biaya pelayanan lapangan
j. Penurunan dalam masalah liabilitas
Page 4
2.2 Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System)
Sistem manajemen mutu merupakan suatu aktivitas yang terkoordinasi
untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi dalam mencapai sasaran
yang diharapkan berkenaan dengan mutu (Djatmiko & Jumaedi, 2011:2). Sistem
manajemen mutu adalah suatu sistem manajemen organisasi yang mengacu pada
standardisasi internasional yang difokuskan pada proses kegiatan ISO 9001,
kemampuan suatu organisasi dalam menjaga kualitas mutu dari jasa atau barang yang
dilayankan.. Organisasi Standar Internasional (International Standard Organization -
ISO) menetapkan standar untuk SMM dengan seri 9001, sehingga SMM dikenal juga
dengan sebutan ISO 9001. Jika suatu organisasi sudah memiliki sertifikasi ISO 9001,
maka dapat dikatakan bahwa jasa atau barang yang dilayankan perusahaan tersebut
sudah pasti memiliki mutu yang terjamin.
Gambar 2.1 Pola Sistem Manajemen Mutu
Sumber: http://guraru.org/wp-content/uploads/2013/09/model-proses.jpg
2.2.1 International Organization for Standardization (ISO)
ISO (International Organization for Standardization) adalah suatu pedoman
dan persyaratan yang digunakan suatu organisasi untuk menghasilkan produk yang
bermutu dan sesuai dengan keinginan pelanggan. ISO merupakan badan standar
dunia berkedudukan di Geneva, Swiss dan didirikan pada 23 Febuari 1947. Lebih
dari 147 negara berpartisipasi dalam penentuan standar. Menurut Zuhrawaty,
2009, International Organization for Standarization (ISO) untuk selanjutnya disebut
Page 5
dengan ISO, adalah organisasi internasional yang bertanggung jawab dalam
penyusunan standar baru ataupun revisi ISO standar yang telah ada.
Standard yang dikeluarkan oleh ISO, dipersiapkan oleh Technical Committee
yang mewakili organisasi serta kalangan industri. ISO membawahi sejumlah badan
sertifikasi nasional yang terdiri dari 147 negara atau lebih di seluruh dunia. Pada
umumnya, ISO terkait dengan mutu produk maupun jasa; standar-standar yang telah
ditetapkan akan ditinjau kembali dalam kurun waktu 5 s/d 6 tahun untuk memastikan
standar tersebut masih relevan dengan perkembangan dunia usaha. Standar yang
ditetapkan oleh ISO tidak bersifat teknis pelaksanaan, tetapi merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam penerapannya.
ISO 9000: 1994 memiliki 3 versi, yaitu versi 9001 tentang design, 9002
tentang proses produksi, dan 9003 tentang services. Versi ISO 9000:1994 sebenarnya
lebih fokus pada proses manufacturing, sehingga jarang dipakai dalam industry kecil
(karena banyaknya prosedur dan dokumen yang harus dipenuhi). Berdasarkan
kendala ini, akhirnya lahirlah revisi ISO 9001: 2000 yang merupakan penggabungan
dari ISO 9001, 9002 dan 9003 versi 1994.
ISO 9001: 2000 lebih berorientasi pada proses bisnis sehingga dalam
implementasinya dapat diterapkan oleh semua jenis dan skala industri. Dengan
demikian setiap organisasi yang ingin menerapkan ISO 9001: 2000 harus memetakan
proses bisnisnya terlebih dahulu dan menjadikannya bagian utama dalam quality
manual perusahaan. Dalam ISO 9001: 2000 perusahaan wajib menerapkan 6
prosedur yang harus terdokumentasi (Rangkuti, 2013:12), yaitu:
- Prosedur pengendalian dokumen (Procedure control of document)
- Prosedur pengendalian pencatatan (Procedure control of record)
- Prosedur pengendalian non conforming product (procedure of control of
non conforming product)
- Internal audit
- Tindakan perbaikan (corrective action)
- Tindakan preventif (preventive action)
Keunggulan menggunakan pendekatan proses dalam ISO 9001 ini adalah,
perusahaan dapat mengendalikan secara terus – menerus keterangan antara masing –
masing proses yang terdapat dalam suatu sistem proses, maupun kombinasi dan
interaksi yang terdapat dalam proses tersebut. Selanjutnya, apabila diterapkan dalam
sistem manajemen mutu, pendekatan proses ini harus lebih menekankan pada:
Page 6
1. Memenuhi persyaratan
2. Kebutuhan untuk selalu mempertimbangkan proses dalam menghasilkan
nilai tambah
3. Memperoleh hasil kinerja proses secara efektif
4. Perbaikan secara terus – menerus berdasarkan ukuran yang jelas
Pendekatan proses dalam sistem manajemen mutu tersebut selalu berorentasi
pada upaya untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Evaluasi yang dilakukan
menggunakan prinsip PDCA yaitu Plan (rencanakan), Do (lakukan), Control
(periksa) dan buat Action plan (rencana aksi). (Rangkuti, 2013:13)
- Rencanakan: tetapkan sasaran dan proses untuk memperoleh hasil sesuai
dengan keinginan pelanggan dan kebijakan organisasi.
- Lakukan: implementasikan proses yang sudah disusun sebelumnya.
- Perikasa: pantau dan ukur kinerja produk / jasa sesuai dengan kebijakan,
sasaran, dan laporkan hasilnya.
- Action plan: lakukan tindakan perbaikan secara terus – menerus kinerja
proses tersebut.
Penerapan prinsip PDCA (Plan, Do, Check, dan Action), maksudnya adalah
dalam setiap proses harus menggunakan perencanaan yang jelas dan matang,
implementasi yang terukur dan terjadwal, evaluasi menggunakan analisis data yang
uptodate dan akurat, tindakan perbaikan yang sesuai dengan permasalahan yang
terjadi, serta selalu mengadakan pengawasan atau monitoring, sehingga dapat
menyelesaikan masalah secara tuntas.
Gambar 2.2 PDCA (Plan, Do, Check and Action)
Sumber: https://denverwater.files.wordpress.com/2014/03/pdca-cycle1.jpg
Page 7
Saizabirtoria (2011) mengatakan bahwa sistem manajemen standar
internasional bukan mengkhususkan pada standard kinerja, melainkan lebih
kepada tahapan-tahapan dan proses yang lebih sistematis dan terstruktur untuk
membantu perusahaan dalam mengelola strategi dan sumber dayanya dengan baik
agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Berikut ini
merupakan manfaat dari penerapan manajemen mutu ISO adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan sehubungan dengan
perdagangan bebas yang tidak mengenal batas wilayah. Hanya
produk yang mempunyai daya saing tinggilah yang diterima di pasar. 2.
2. Dengan banyaknya persaingan di pasar bebas, maka konsumen akan
memilih produk dengan mutu yang baik dan konsisten. Apabila
perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen akan produk
yang bermutu, maka lambat laun perusahaan akan mengalami
kebangkrutan karena perusahaan tidak dapat menjual produknya. Dengan
demikian, pola konsumen pada masa mendatang akan cenderung memilih
produsen yang mempunyai sertifikasi standar mutu (ISO).
3. Penerapan ISO akan meningkatkan produktivitas, efisiensi, efektifitas
operasional, dan mengurangi biaya yang ditimbulkan barang cacat (reject)
atau barang bermutu rendah dan limbah.
4. Penerapan ISO membuat sisem kerja dalam suatu perusahaan
menjadi standar kerja yang terdokumentasi. Dengan demikian,
perusahaan mempunyai aturan yang baik sehingga memudahkan dalam
pengendalian.
5. Penerapan ISO dapat meningkakan semangat dan moral karyawan karena
adanya kejelasan tugas dan wewenang (job description) serta hubungan
antar bagian yang terkait. Dengan begitu, karyawan dapat bekerja dengan
efisiensi dan efektif.
6. Nilai kompetensi dan image perusahaan semakin meningkat
dengan sertifikasi ISO.
7. Penerapan ISO menjamin proses yang dilaksanakan sesuai dengan sistem
manajemen mutu yang ditetapkan.
8. Penerapan ISO memudahkan top management mencapai target
karena sudah dipersiapkan target yang terukur dan rencana pencapaiannya
Page 8
2.2.2 ISO 9001:2008
Sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 merupakan sistem manajemen
dengan pendekatan kepada pelanggan. Pelanggan pada sistem manajemen mutu
adalah pelanggan internal, pelanggan eksternal, pihak yang berkepetingan (interested
partied). Untuk dapat menerapkan pemenuhan kepuasan pelanggan ada delapan
prinsip dasar manajemen mutu yaitu:
1. Fokus pada pelanggan (customer focus)
Organisasi bergantung pada pelanggannya dan oleh sebab itu hendaknya
memahami kebutuhan saat ini dan masa yang akan datang dari
pelangganya, dan selalu berusaha untuk dapat melampaui harapan
pelanggan.
2. Kepemimpinan (leadership)
Pemimpin menetapkan kesatuan tujuan dan arah organisasi. Mereka
hendaknya menciptakan dan memelihara lingkungan internal tempat
orang dapat melibatkan dirinya secara penuh dalam pencapaian tujuan
organisasi.
3. Pelibatan orang (involvement of people).
Orang pada semua tingkatan adalah inti sebuah organisasi dan pelibatan
penuh mereka memungkinkan kemampuannya dipakai untuk
kemanfaatan organisasi.
4. Pendekatan proses (process approach)
Hasil yang dikehendaki tercapai lebih effisien bila kegiatan dan sumber
daya terkait dikelola sebagai suatu proses.
5. Pendekatan sistem pada manajemen (system approach to management)
Mengetahui, memahami dan mengelola proses yang saling terkait sebagai
sistem memberi sumbangan pada keefektifan dan efisiensi organisasi
dalam mencapai tujuannya.
6. Perbaikan berkelanjutan (continual improvement)
Perbaikan berkelanjutan terhadap organisasi secara menyeluruh
hendaknya dijadikan tujuan tetap dari organisasi.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta (factual approach to decision
making)
Keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi.
Page 9
8. Hubungan pemasok yang saling menguntungkan (mutually beneficial
supplier relationships)
Sebuah organisasi dan pemasoknya saling bergantung dan suatu
hubungan yang saling menguntungkan untuk meningkatkan kemampuan
keduanya dalam menciptakan nilai.
Menurut Praxiom Research Group Limited (2009) ISO 9001:2008 tidak
memperkenalkan persyaratan baru dari versi sebelumnya yaitu ISO 9001:2000.
Melainkan hanya menyempurnakan dan memodifikasi persyaratan yang telah
ada dalam ISO 9001:2000. Konsep dasar ISO 9001:2008 menurut Syukur (2010:65)
antara lain:
a) ¾ Perusahaan harus memiliki standar sistem operasional yang jelas,
yang bisa membantu karyawan untuk dapat bekerja dengan output
mutu yang baik.
b) ¾ Karyawan yang bekerja harus kompeten untuk menghindari output
ketidaksesuaian terhadap persyaratan produk, akibat adanya pekerjaan
yang dilakukan karyawan yang kurang kompeten.
c) ¾ Infrastruktur yang dimiliki oleh perusahaan (gedung, mesin, peralatan
kerja baik hardware maupun software) harus memadai untuk
menghindari output mutu yang kurang baik akibat kurang memadainya
infrastruktur perusahaan.
d) ¾ Perusahaan harus memiliki kebijakan mutu, sasaran mutu, dan strategi
untuk mencapai sasaran mutu.
e) ¾ Perusahaan harus melakukan review secara bertahap terhadap: kinerja
internal perusahaan, tingkat kepuasan pelanggan, dan pencapaian
sasaran mutu.
f) ¾ Perusahaan harus:
g) Melakukan tindakan perbaikan atas penyimpangan yang terjadi.
h) Mempunyai program peningkatan secara terus menerus (continuous
improvement)
2.2.3 Klausul – Klausul ISO 9001:2008
Adapun menurut SGS-Indonesia, klausul-klausul pada sistem manajemen
mutu ISO 9001:2008 adalah:
- Klausul 1, Ruang Lingkup
Page 10
- Klausul 2, Acuan Normatif
- Klausul 3, Istilah dan Definisi
- Klausul 4, Sistem Manajemen Mutu
o Klausul 4.1, Persyaratan Umum
o Klausul 4.2, Persyaratan dokumentasi
o Klausul 4.2.1, Umum
o Klausul 4.2.2, Manual mutu
o Klausul 4.2.3, Pengendalian dokumen
o Klausul 4.2.4, Pengendalian rekaman
- Klausul 5, Tanggung Jawab Manajemen
o Klausul 5.1, Komitmen Manajemen
o Klausul 5.2, Fokus pada pelanggan
o Klausul 5.3, Kebijakan mutu
o Klausul 5.4, Perencanaan
o Klausul 5.5, Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi
o Klausul 5.6, Tinjauan manajemen
- Klausul 6, Pengelolaan Sumber Daya
o Klausul 6.1, Penyediaan sumber daya
o Klausul 6.2, Sumber daya manusia
o Klausul 6.3, Prasarana
o Klausul 6.4, Lingkungan Kerja
- Klausul 7, Realisasi Produk
o Klausul 7.1, Perencanaan realisasi produk
o Klausul 7.2, Proses yang berkaitan dengan pelanggan
o Klausul 7.3, Desain dan pengembangan
o Klausul 7.4, Pembelian
o Klausul 7.5, Produksi dan penyediaan jasa
o Klausul 7.6, Pengendalian peralatan pemantauan dan pengukuran
- Klausul 8, Pengukuran Analisis dan Perbaikan
o Klausul 8.1, Umum
o Klausul 8.2, Pemantauan dan Pengukuran
o Klausul 8.3, Pengendalian Ketidaksesuaian Produk
o Klausul 8.4, Analisis data
o Klausul 8.5, Perbaikan Berkesinambungan
Page 11
2.3 Konsep Kinerja
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Sum (2012: 191) sebagian besar
perusahaan yang mengagumkan dapat menghasilkan kinerja yang baik terhadap
pasar meskipun banyak resiko-resiko yang harus dihadapi.
Basrowi (2010: 56) menyatakan kinerja adalah hasil atau taraf kesuksesan
seseorang dalam bidang pekerjaanya menurut kriteria tertentu baik secara kualitas
maupun kuantitas, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Kinerja perusahaan adalah suatu usaha yang dijalankan oleh sebuah
perusahaan dalam rangka untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas aktivitas
perusahaan dalam sebuah periode waktu tertentu. Kinerja perusahaan juga
merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu
dengan mengacu kepada standar yang ditetapkan. Pengukuran aktivitas kinerja
perusahaan dirancang untuk menaksir bagaimana kinerja aktivitas dan hasil akhir
yang dicapai.
2.3.1 Pengukuran Kinerja Perusahaan
Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian
pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang
ditampilkan berupa produk, jasa ataupun proses. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap
tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi akan
efisiensi, penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas
barang dan jasa, perbandingan hasil kegiatan dengan target, dan efektivitas tindakan
dalam mencapai tujuan.
Menurut Wibowo 2009, Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat penyimpangan dari rencana
yang telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang
ditentukan, atau apakah kinerja telah sesuai dengan yang diharapkan.
Page 12
Menurut Rivai et al. (2011:78), dalam rangka pengembangan kemampuan
dan kompetensi maka langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk peningkatan
kinerja yang lebih baik dimasa mendatang adalah dengan melakukan penganalisisan
terhadap kinerja yang sedang berjalan.
Penganalisisan berkaitan dengan melakukan penilaian kerja. Proses penilaian
kinerja berkaitan dengan penilaian terhadap situasi yang sebenarnya dan kejadian
aktual. Dalam hal ini, analisis akan berfokus pada kinerja yang meliputi:
a. Analisis kinerja yang dikaitkan dengan tujuan.
b. Menilai alasan atas baik atau buruknya sebuah kinerja, serta bagaimana
keunggulan dapat dikembangkan atau diperluas pada beberapa kekurangan
yang muncul.
c. Menyediakan umpan balik.
2.3.2 Tujuan Pengukuran Kinerja
Tujuan dari sistem pengukuran kinerja adalah untuk membantu dalam
menetapkan strategi. Dalam penerapan sistem pengukuran kinerja terdapat empat
konsep dasar:
1. Menentukan strategi
Dalam hal ini paling penting adalah tujuan dan target organisasi
dinyatakan secara ekspilit dan jelas. Strategi harus dibuat pertama kali
untuk keseluruhan organisasi dan kemudian dikembangkan ke level
fungsional dibawahnya.
2. Menentukan pengukuran strategi
Pengukuran strategi diperlukan untuk mengartikulasikan strategi ke
seluruh anggota organisasi. Organisasi tersebut harus fokus dalam
melalukan pengukuran Sehingga manajemen tidak terlalu banyak
melakukan pengukuran indikator kinerja yang tidak perlu.
3. Mengintegrasikan pengukuran ke dalam sistem manajemen
Pengukuran harus merupakan bagian organisasi baik secara formal
maupun informal, dan juga merupakan bagian dari budaya perusahaan
dan sumber daya manusia perusahaan.
4. Mengevaluasi pengukuran hasil secara berkesinambungan
Manajemen harus selalu mengevaluasi pengukuran kinerja organisasi
apakah masih valid untuk ditetapkan dari waktu ke waktu. Pengukuran
Page 13
kinerja membantu manajer dalam memonitor implementasi strategi
bisnis dengan cara membandingkan hasil aktual dengan sasaran dan
tujuan strategis.
Menurut Rivai et al. (2011:40), tujuan utama dari penilaian kinerja adalah:
untuk meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja setiap individu.
Disamping itu, tujuan penilaian kinerja diantaranya:
a. Untuk meninjau kembali kinerja yang lalu.
b. Untuk memperkirakan kebutuhan training.
c. Untuk membantu pengembangan individu.
d. Untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini, yang berkaitan dengan
penentuan kebijakan yang akan datang.
e. Untuk pengembangan perusahaan
f. Untuk mempersiapkan diri menghadapi kompetisi yang semakin ketat,
termasuk karena tujuan menciptakan produk baru atau memasarkan produk
baru.
g. Untuk mengaudit ketrampilan (skills) di dalam organisasi.
h. Untuk menyusun sasaran-sasaran kinerja dimasa yang akan datang.
i. Untuk mengamati personil dan unit organisasi yang potensial untuk
dipromosikan dan dikembangkan.
Dengan demikian, tujuan penilaian dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang
bersifat evaluasi dan pengembangan. Untuk yang bersifat evaluasi harus
menyelesaikan hal-hal berikut, yaitu:
a. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi.
b. Hasil penilaian digunakan sebagai pengambilan keputusan pelatihan.
c. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi.
Sedangkan untuk yang bersifat pengembangan harus menyelesaikan hal-hal
berikut, yaitu:
a. Prestasi nyata yang dicapai individu.
b. Kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja.
c. Prestasi-prestasi yang dikembangkan.
Page 14
2.3.3 Manfaat Pengukuran Kinerja
Manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah:
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa
perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang
dalam organisasi terlibat upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari
mata rantai pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-
upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut.
4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih bersifat kabur agar
menjadi lebih konkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran
organisasi.
Menurut Rivai et al. (2011:40), manfaat dari keberhasilan rencana penilaian
dapat disimpulakan sebagai berikut:
1. Manfaat Bagi Organisasi, meliputi:
a. Peningkatan kinerja melalui organisasi, karena:
1) Komunikasi lebih efektif dalam mencapai tujuan dan nilai-nilai
organisasi.
2) Meningkatkan kebersamaan dan loyalitas dalam perusahaan.
3) Meningkatkan hubungan yang harmonis antara manajer dan staf.
4) Para manajer dimanfaatkan lebih baik untuk menggunakan
ketrampilan kepemimpinannya dan untuk memotivasi serta
mengembangkan stafnya.
b. Peningkatan peninjauan pelaksanaan tugas dari setiap anggota staf.
c. Identifikasi ide untuk pengembangan.
d. Peramalan dan pandangan jangka panjang dapat dikembangkan.
e. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan dapat di identifkasi lebih
jelas.
f. Peningkatan dan keberhasilan budaya yang berkelanjutan dapat
diciptakan dan dipelihara.
g. Personil yang potensial dapat di identifikasi dan merencanakan
pengembangan karir untuk kebutuhan staf yang akan datang.
h. Menanamka`n kesan bahwa personil adalah aset yang bernilai bagi
organisasi atau perusahaan.
Page 15
2. Manfaat Bagi Penilai, meliputi:
a. Peluang untuk pengembangan dan peninjauan terhadap tugas individu
dan semua departemen yang dikaitkan dengan kebutuhan perusahaan.
b. Identifikasi ide-ide dan peningkatan.
c. Peningkatan kepuasan tugas.
d. Peningkatan kesadaran terhadap nilai pribadi.
e. Peluang untuk menghubungkan tim, tujuan individu dan sasaran
dengan tujuan departemen dan organisasi.
f. Peluang untuk menjelaskan perkiraan kontribusi yang diharapkan
manajer terhadap tim dan induvidu.
g. Peluang untuk memperbaiki prioritas sasaran.
h. Membangun hal-hal yang lebih produktif dengan staf atas dasar saling
percaya dan pengertian.
3. Manfaat Bagi Yang Dinilai, meliputi:
a. Meningkatkan motivasi kerja semua unit organisasi.
b. Meningkatkan kepuasan kerja semua unit organisasi.
c. Meningkatkan kesadaran pentingnya nilai pribadi setiap organisasi.
d. Adanya kejelasan pengertian tentang apa yang diharapkan dan apa
yang diperlukan untuk mencapai harapan tersebut.
e. Peluang untuk mendiskusikan masalah dalam pekerjaan dan
bagaimana mengatasinya.
f. Peluang untuk mendiskusikan aspirasi dan arahan, dukungan atau
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi aspirasi tersebut.
g. Meningkatkan hubungan kerja antar manajer.
2.3.4 Penggunaan Statistical Process Control (SPC-Tools)
Di dalam memantau dan mengukur pencapaian kinerja terhadap Standard
Mutu, sering digunakan SPC-Tools (Statistical Process Control) sebagai alat untuk
mengukur kinerja tersebut. SPC-Tools adalah suatu teknik untuk menganalisis
masalah-masalah pada proses bisnis dan industri yang digunakan untuk penerapan
perbaikan proses secara berkesinambungan, adapun jenis-jenis SPC-Tools yang
sering digunakan adalah:
Page 16
1. Flow Chart Process,
yaitu gambar yang menjelaskan langkah-langkah utama, percabangan,
hasil kejadian dari proses.
2. Collection Data,
yaitu pengumpulan data yang diperlukan untuk analisis, pertanyaan yang
umum digunakan: mengapa, apa, dimana, berapa, kapan, bagaimana,
siapa.
3. Checksheet,
yaitu metode yang terorganisir untuk merekam data.
4. Pareto Analysis,
yaitu pendekatan terpadu untuk identifikasi, ranking, dan usaha untuk
menghilangkan cacar (defect) secara permanen, dan berfokus pada
sumber kesalahan yang penting.
5. Histogram,
yaitu distribusi yang menunjukkan frekuensi dari kejadian dan keragaman
data (variasi proses) meliputi nilai range terkecil dan terbesar.
6. Causes and Effect Diagram,
yaitu gambar yang menjelaskan elemen-elemen proses untuk
menganalisis sumber variasi dari proses atau sering disebut dengan
diagram ”Tulang Ikan”
7. Run Chart,
yaitu grafik yang menunjukkan karakteristik dari nilai berdasarkan urutan
waktu.
8. Scatter Diagram,
yaitu diagram tebar yang menunjukkan korelasi antara satu variabel
dengan variabel lainnya.
9. Control Charts,
yaitu grafik yang memproyeksikan nilai-nilai statistik termasuk di
dalamnya sumbu garis pusat dan satu atau lebih garis batas kendali
(control limits) berdasarkan urutan waktu
10. Radar Chart,
yaitu grafik yang menunjukkan korelasi antar komponen dan batasan
maksimum yang ditetapkan serta nilai yang telah dicapai pada setiap
komponen.
Page 17
Untuk pengukuran dan pemantauan mutu SPC-Tools yang sering digunakan
adalah Radar Chart, karena grafik ini secara jelas memberikan korelasi antar
komponen dan pencapaian nilai serta batas maksimum komponen tersebut. Kelima
komponen tersebut ditinjau terhadap 4 (empat) faktor pengukuran, yaitu:
a. System,
adalah perangkat/ unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas, hal yang ditinjau pada kelima komponen beserta
subnya adalah dengan pengecekan, apakah sistem sudah berjalan secara
konsisten atau tidak,
b. Dokumentasi dan record-record,
adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi,
hal yang ditinjau pada kelima komponen beserta subnya dengan pengecekan,
apakah sudah tersedia dokumentasi dan record-record dari sistem yang
sedang berjalan secara konsisten atau tidak,
c. Control,
adalah pengawasan, pemeriksaan, pengendalian, hal yang ditinjau pada
kelima komponen beserta subnya dengan pengecekan, apakah sudah
dilakukan pengawasan dari sistem yang sedang berjalan secara konsisten atau
tidak,
d. Evaluation,
adalah penilaian, hal yang ditinjau pada kelima komponen beserta subnya
dengan pengecekan, apakah sudah dilakukan evaluasi dari sistem yang
sedang berjalan secara konsisten atau tidak.
2.4 Metode Fishbone diagram / Cause-and-Effect Diagram/ Ishikawa Diagram
Menurut Besterfield (2009), diagram sebab akibat adalah gambar yang
terdiri atas garis dan simbol-simbol untuk merepresentasikan hubungan yang
penting antara sebab dan akibat. Perhatian penting dapat menghasilkan hasil yang
lebih akurat dan berguna:
1. Partisipasi dari setiap orang dari tim diperlukan dimana setiap orang
memberikan ide pada saat bersamaan. Jika seseorang tidak dapat berpikir
penyebab minor, maka orang tersebut dapat melewati tahap tersebut. Ide lain
dapat terbentuk pada tahap berikutnya.
2. Kuantitas dari ide lebih baik daripada kualitas. Ide seseorang akan memicu
Page 18
ide orang lain, dan akan terbantuk rantai reaksi. Biasanya, ide-ide sederhana
akan membawa ke solusi terbaik.
3. Tidak diperbolehkan untuk mengkritik ide. Seharusnya ada keadaan bebas
bertukar informasi yang membebaskan imajinasi.
4. Faktor utama dari partisipasi adalah kemungkinan dilihatnya diagram.
Untuk mencari penyebab minor diperlukan dua atau tiga lembar kertas.
5. Membuat suasana berorientasi solusi dan bukan sesi keluhan. Fokus pada
penyelesaian masalah daripada mendiskusikan bagaimana itu dimulai.
Pemimpin tim seharusnya bertanya menggunakan mengapa, apa, dimana,
dimana, siapa, dan bagaimana tekniknya.
6. Biarkan ide selama beberapa waktu dan lakukan tahap brainstorming lagi.
Siapkan tim dengan banyak ide setelah tahap pertama. Saat tidak ada ide
yang terkumpullagi, brainstorming dihentikan. Setelah diagram sebab
akibat selesai, harus ditentukan penyebab yang paling sering. Kegiatan ini
dipenuhi di tahap yang berbeda. Prosedumya dengan setiap orang memilih
penyebab minor. Tim member dapat memilih lebih dari satu penyebab
minor, dan mereka tidak perlu memilih dari penyebab yang mereka
diberikan. Penyebab yang paling banyak terpilih dilingkari, dan keempat dan
kelima penyebab paling sering ditentukan.
Diagram sebab akibat berguna pada:
1. Menganalisis kondisi sebenamya dengan tujuan perbaikan produk atau jasa,
lebih efisien menggunakan sumber daya dan mengurangi biaya.
2. Menghilangkan kondisi-kondisi penyebab produk cacat atau jasa dan
customer complaint.
3. Mengstandarkan operasi yang ada dan yang diusulkan.
4. Pendidikan dan pelatihan personil dalam membuat keputusan dan kegiatan
tindakan perbaikan. Ada tiga jenis diagram sebab dan akibat yaitu, tipe
penyebab enumeration, dispersion analisis, dan proses analisis. Perbedaan
dari ketiga tipe tersebut adalah pada organisasi dan penyusunan. Penyebab
enumeration, seperti yang disebutkan Gitlow di atas. Dispersion analisis
terlihat seperti penyebab enumeration pada saat keduanya selesai.
Perbedaannya pada pendekatan untuk membangun diagram. Untuk tipe ini,
setiap cabang utama diisi lengkap sebelum memulai pekerjaan pada cabang
lain. Juga, tujuannya untuk menganalisa penyebab dari dispersion atau
Page 19
variablity. Proses analisis adalah tipe ketiga, dan ter!ihat berbeda dari kedua
tipe lainnya. Dalam tujuan membangun diagram ini, diperlukan menulis
setiap langkah dalam proses produksi. Langkah-langkah pada proses
produksi seperti mengangkut, memotong, dan lain-lain menjadi penyebab
utama. Penyebab minor kemudian dihubungkan ke penyebab utamanya.
Diagram sebab akibat ini untuk elemen-elemen termasuk di dalam suatu
operasi. Kemungkinan lain adalah operasi di dalam proses, suatu proses
perakitan, dan lain-lain. Keuntungan dari diagram ini adalah mudah
untuk dibuat dan sederhana, dimana hanya mengikuti urutan produksi.
Gambar 2.3 Fishbone Diagram / Ishikawa Diagram
Sumber: http://www.envisionsoftware.com/es_imgs/Fishbone _Diagram.gif
Menurut Hardipurba (2008) Diagram Fishbone dari Ishikawa menjadi satu
tool yang sangat populer dan dipakai di seluruh penjuru dunia dalam
mengidentifikasi faktor penyebab problem/masalah. Alasannya sederhana. Fishbone
diagram tergolong praktis, dan memandu setiap tim untuk terus berpikir menemukan
penyebab utama suatu permasalahan. Diagram “tulang ikan” ini dikenal
dengancause and effect diagram. Rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada
kemiripan dengan ikan, dimana ada bagian kepala (sebagai effect).
Menurut Tague, 2005, p.247, Fishbone diagram(diagram tulang ikan —
karena bentuknya seperti tulang ikan)sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram
Page 20
atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli
pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic
quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi
kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh
berpikir pada rutinitas.
Diagram tulang ikan atau Fishbone diagram adalah salah satu metode / tool
di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram
Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Fishbone diagram akan mengidentifikasi
berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah
tersebut melalui sesi brainstorming . Masalah akan dipecah menjadi sejumlah
kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan,
dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan
melalui sesi brainstorming.
Berikut diberikan contoh yang bias dijadikan panduan untuk merumuskan
faktor-faktor utama dalam mengawali pembuatan Diagram Cause and Effect.
a) The 5 M’s (digunakan untuk perusahaan manufaktur)
1) Machine (Equipment),
2) Method (Process/Inspection)
3) Material (Raw,Consumables etc.)
4) Man power.
5) Mother Nature
b) The 8 P’s (digunakan pada industri jasa)
1) People
2) Process
3) Policies
4) Procedures
5) Price
6) Promotion
7) Place/Plant
8) Product
c) The 4 S’s (digunakan pada industri jasa):
1) Surroundings
2) Suppliers
3) Systems
Page 21
4) Skills
d) 4 P (pendekatan manajemen pemasaran)
1) Price
2) Product
3) Place
4) Promotion
Dengan adanya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab
dan Akibat)/ Ishikawa ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia
bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting
perusahaan. Masalah – masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah –
masalah klasik yang ada di industri manufaktur khususnya antara lain adalah:
a) keterlambatan proses produksi
b) tingkat defect (cacat) produk yang tinggi
c) mesin produksi yang sering mengalami trouble
d) output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan
produksi
e) produktivitas yang tidak mencapai target
f) complain pelanggan yang terus berulang.
Pada dasarnya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab
dan Akibat)/ Ishikawa dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut:
a) Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah
b) Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
c) Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut
d) Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang
dinginkan
e) Membahas issue secara lengkap dan rapi
f) Menghasilkan pemikiran baru
Penerapan diagram Fishbone (Tulang Ikan) / Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar “penyebab”
terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal
dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya
permasalahan. Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti,
maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram
ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat
Page 22
semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya.
Apabila ingin menggunakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and
Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa, kita terlebih dahulu harus melihat, di
departemen, divisi dan jenis usaha apa diagram ini digunakan. Perbedaan
departemen, divisi dan jenis usaha juga akan mempengaruhi sebab – sebab yang
berpengaruh signifikan terhadap masalah yang mempengaruhi kualitas yang
nantinya akan digunakan.
2.4.1 Tujuan dan Manfaat Fishbone diagram
Tujuan dari penerapan Fishbone Diagrams (Diagram Tulang Ikan) adalah
diagram sebab-akibat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi masalah
kinerja atau menemukan penyebab masalah baik penyebab utama maupun penyebab
lainnya. Diagram tulang ikan menyediakan struktur untuk diskusi kelompok sekitar
potensi penyebab masalah tersebut. Tujuan utama dari diagram tulang ikan adalah
untuk menggambarkan secara grafik cara hubungan antara penyampaian akibat dan
semua faktor yang berpengaruh pada akibat ini.
Fishbone Diagrams adalah alat analisis yang menyediakan cara sistematis
melihat efek dan penyebab yang membuat atau berkontribusi terhadap efek tersebut.
Karena fungsi diagram Fishbone , dapat disebut sebagai diagram sebab-akibat.
Fungsi dasar diagram tulang ikan adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi
penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian
memisahkan akar penyebabnya. Dengan menggunakan Fishbone diagram akan
diketahui penyebab yang saling berkaitan. Dengan demikian akan didapat kejelasan
dari permasalahan yang ada dimana perbaikan dapat dilakukan dengan mencari
masalahnya dan menyelesaikan permasalahan tersebut.
Dengan adanya diagram tulang ikan ini sebenarnya memberi banyak sekali
keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi
perhatian penting perusahaan, masalah-masalah klasik yang dapat diselesaikan di
industri antara lain:
a. Keterlambatan proses produksi.
b. Tingkat defect (cacat) produk yang tinggi.
c. Mesin produksi yang sering mengalami masalah.
d. Output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya rencana
produksi.
Page 23
e. Produktivitas yang tidak mencapai target.
f. Komplain pelanggan yang terus berulang.
Namun, pada dasarnya diagram tulang ikan dapat dipergunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan berikut:
1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah dari suatu masalah.
2. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
3. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
4. Mengidentifikasi tindakan untuk menciptakan hasil yang diinginkan.
5. Membuat issue secara lengkap dan rapi.
6. Menghasilkan pemikiran baru.
Beberapa manfaat lainnya dari membangun diagram tulang ikan adalah
membantu menentukan akar penyebab masalah atau karakteristik kualitas
menggunakan pendekatan terstruktur, mendorong partisipasi kelompok dan
memanfaatkan pengetahuan kelompok proses, serta mengidentifikasi area dimana
data harus dikumpulkan untuk studi lebih lanjut.
2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Fishbone diagram
Kelebihan Fishbone diagrams adalah dapat menjabarkan setiap masalah
yang terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran
yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut. Sedangkan kekurangan
Fishbone diagrams adalah opinion based on tool dan di desain membatasi
kemampuan tim/pengguna secara visual dalam menjabarkan masalah yang
menggunakan metode “level why” yang dalam, kecuali bila kertas yang digunakan
benar-benar besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Serta biasanya
voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin yang terdaftar pada
diagram tersebut.masalahnya dan menyelesaikan permasalahan tersebut.
Page 24
2.5 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian
Sumber: Hasil Analisi Data,2015
Page 25
2.6 Rancangan Hipotesis
Tujuan Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban diberikan baru pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Sugiyono (2009:235),
Ha: Terdapat pengaruh antara variabel bebas dan terikat.
Ho: Tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas dan terikat.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis penelitian ini ditetapkan
sebagai berikut:
T1: untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari Material / Bahan baku
terhadap Kinerja perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
Ho: Tidak ada hubungan dan pengaruh dari Material / Bahan baku terhadap
Kinerja perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
Ha: Ada hubungan dan pengaruh dari Material / Bahan baku terhadap Kinerja
perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
T2: Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh Man / Tenaga Kerja terhadap
Kinerja perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
Ho: Tidak ada hubungan dan pengaruh dari Man / Tenaga Kerja terhadap
Kinerja perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
Ha: Ada hubungan dan pengaruh dari Man / Tenaga Kerja terhadap Kinerja
perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
T3: Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari Machine / Mesin terhadap
Kinerja perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
Ho: Tidak ada hubungan dan pengaruh dari Machine / Mesin terhadap Kinerja
perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
Ha: Ada hubungan dan pengaruh dari Machine / Mesin terhadap Kinerja
perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
T4: Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh Method / Metode terhadap
Kinerja perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
Ho: Tidak ada hubungan dan pengaruh dari Method /Metode terhadap Kinerja
perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
Ha: Ada hubungan dan pengaruh dari Method /Metode terhadap Kinerja
perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
T5: untuk mengetahui hubungan dan pengaruh Mother Nature / Lingkungan
Page 26
terhadap Kinerja perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
Ho: Tidak ada hubungan dan pengaruh dari Mother Nature / Lingkungan
terhadap Kinerja perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
Ha: Ada hubungan dan pengaruh dari Mother Nature / Lingkungan terhadap
Kinerja perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
T6: untuk mengetahui hubungan dan pengaruh Material, Man, Machine ,
Method , dan Mother Nature terhadap Kinerja perusahaan di PT. BCMG Tani
Berkah.
Ho: Tidak ada hubungan dan pengaruh dari Man/ Tenaga Kerja terhadap Kinerja
perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.
Ha: Ada hubungan dan pengaruh dari Man/ Tenaga Kerja terhadap Kinerja
perusahaan di PT. BCMG Tani Berkah.