6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Strategi Penjualan 2.1.1. Manajemen Strategi Thomsom dan Strickland (2001, p3) mengemukakan bahwa strategi perusahaan merupakan suatu rencana permainan yang dipakai oleh pihak manajemen untuk mencapai suatu posisi dalam pasar, menjalankan operasi perusahaan, menarik dan menyenangkan para pelanggan, sukses dalam persaingan dan mencapai tujuan organisasi. Rangkaian tugas untuk merumuskan, mengimplementasikan dan menjalankan strategi perusahaan adalah inti dan jiwa dari pengelolaan bisnis perusahaan. Menurut David (2001, p5), manajemen strategi adalah seni dan ilmu membentuk, mengimplementasikan, dan evaluasi keputusan fungsi silang yang membuat organisasi mencapai tujuannya. 2.1.2. Penjualan Berdasarkan pendapat Swastha (2001, p8), menjual adalah ilmu dan seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang / jasa yang ditawarkan. Menurut Mulyadi (2001, p209), kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, baik secara kredit maupun tunai.
46
Embed
BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00990-MNSI-bab 2.pdfseni mempengaruhi pribadi yang dilakukan penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Strategi Penjualan
2.1.1. Manajemen Strategi
Thomsom dan Strickland (2001, p3) mengemukakan bahwa strategi
perusahaan merupakan suatu rencana permainan yang dipakai oleh pihak
manajemen untuk mencapai suatu posisi dalam pasar, menjalankan
operasi perusahaan, menarik dan menyenangkan para pelanggan, sukses
dalam persaingan dan mencapai tujuan organisasi. Rangkaian tugas untuk
merumuskan, mengimplementasikan dan menjalankan strategi perusahaan
adalah inti dan jiwa dari pengelolaan bisnis perusahaan.
Menurut David (2001, p5), manajemen strategi adalah seni dan ilmu
membentuk, mengimplementasikan, dan evaluasi keputusan fungsi silang
yang membuat organisasi mencapai tujuannya.
2.1.2. Penjualan
Berdasarkan pendapat Swastha (2001, p8), menjual adalah ilmu dan
seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan penjual untuk mengajak orang
lain agar bersedia membeli barang / jasa yang ditawarkan.
Menurut Mulyadi (2001, p209), kegiatan penjualan terdiri dari
transaksi penjualan barang atau jasa, baik secara kredit maupun tunai.
7
Dalam transaksi penjualan kredit, jika order dari langganan telah dipenuhi
dengan pengiriman barang atau penyerahan memiliki piutang pada
langganannya. Dalam transaksi penjualan tunai barang atau jasa baru
diserahkan kepada pembeli jika perusahaan telah menerima uang dari
pembeli.
2.1.2.1.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan
Berdasarkan pendapat Swastha (2001, p129), faktor-faktor
yang mempengaruhi penjualan adalah:
1. Kondisi dan kemampuan penjual.
2. Kondisi pasar.
3. Modal.
4. Kondisi organisasi perusahaan.
5. Faktor-faktor lain seperti promosi, iklan, peragaan dan lain-
lain.
2.1.2.2.Jenis – jenis Penjualan
Menurut Swastha (2001, p40), penjualan dikelompokkan
dalam beberapa jenis:
1. Trade selling
Trade selling dapat terjadi bila produsen dan pedagang besar
mempersilahkan pengecer untuk berusaha memperbaiki
distributor produk-produk mereka.
8
2. Missionary selling
Penjualan berusaha ditingkatkan dengan mendorong pembeli
untuk membeli barang dari penyalur perusahaan.
3. Technical selling
Berusaha meningkatkan penjualan dengan pemberian saran
dan nasehat pada pembeli akhir dari barang dan jasanya.
4. New business selling
Berusaha membuka transaksi baru dengan mengubah calon
pembeli menjadi pembeli.
5. Responsive selling
Tenaga penjual diharapkan memberi reaksi terhadap
permintaan pembeli.
2.1.3. Tujuan Penjualan
Menurut Thomson Strick (2001, p9), Tujuan adalah target prestasi
organisasi - hasil yang ingin dicapai.
Sedangkan berdasarkan pendapat David (2001, p11), tujuan adalah
hasil spesifik yang dicari organisasi dalam misi dasarnya.
Swastha (2001, p80), Bagi perusahaan pada umumnya mempunyai
3 tujuan umum dalam penjualannya yaitu:
1. Mencapai volume penjualan tertentu.
2. Mendapatkan laba tertentu.
3. Menunjang pertumbuhan perusahaan.
9
2.2. Metode Analisis Bisnis
2.2.1. Analisis SWOT
Rangkuti (2000, pp.19-20) mengungkapkan bahwa kinerja
perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal.
Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT.
SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan
weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang
dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor
eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor
internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).
Sumber : Rangkuti, 2000, p.19 Gambar 2.1. Diagram SWOT
BERBAGAI PELUANG
1.Mendukung strategi agresif
3. Mendukung strategi turn around
2. Mendukung strategi diversifikasi
4. Mendukung strategi defensif
BERBAGAI ANCAMAN
KEKUATAN INTERNAL
KELEMAHANINTERNAL
10
2.2.2. Matrik Faktor Strategi Eksternal
Rangkuti (2000, p.23), Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal,
kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Cara
penentuan EFAS :
1. Susunlah dalam kolom 1 peluang dan ancaman.
2. Beri bobot masing – masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor – faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing – masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi
rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika
nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. sebaliknya jika nilai
ancamannya sedikit ratingnya 4.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing – masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)
sampai dengan 1,0 (poor).
5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor – faktor strategis
eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan
ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.
11
Sumber : Rangkuti, 2000. p.24 Tabel 2.1. Tabel EFAS
2.2.3. Matrik Faktor Strategi Internal
Rangkuti (2000, p.24), Setelah faktor – faktor strategis internal suatu
perusahaan diidentifikasi, suatu tabel IFAS (internal strategic factors analysis
summary) disusun untuk merumuskan faktor – faktor strategis internal tersebut
dalam kerangka strength dan weakness perusahaan. Tahapnya adalah :
1. Tentukan faktor – faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan
dalam kolom 1.
2. Beri bobot masing – masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor –
faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00.
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing – masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
FAKTOR - FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL BOBOT RATING
BOBOT *
RATING PELUANG : - XXX X XXX - XXX X XXX - XXX X XXX - XXX X XXX ANCAMAN : - XXX X XXX - XXX X XXX - XXX X XXX - XXX X XXX TOTAL 1,00 XXX
12
bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk
kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik)
dengan membandingkannya dengan rata – rata industri atau dengan pesaing
utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya, jika
kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan rata – rata industri,
nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan dibawah rata – rata
industri, nilainya adalah 4.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing – masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)
sampai dengan 1,0 (poor).
5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor – faktor strategis
internalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan
ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.
Sumber : Rangkuti, 2000, p.25 Tabel 2.2. Tabel IFAS
FAKTOR - FAKTOR STRATEGI INTERNAL BOBOT RATING BOBOT *RATING KEKUATAN : - XXX X XXX - XXX X XXX - XXX X XXX - XXX X XXX KELEMAHAN : - XXX X XXX - XXX X XXX - XXX X XXX - XXX X XXX TOTAL 1,00 XXX
13
2.2.4. Matriks IE
Menurut David ( 2001,p.196 ), matriks IE didasarkan pada dua
dimensi kunci, yakni total nilai IFAS yang diberi bobot pada sumbu Y dan
total nilai EFAS yang diberi bobot pada sumbu X. Pada sumbu Y, total nilai
IFAS yang diberi bobot dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal
yang lemah, nilai 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, dan nilai 3,0 sampai 4,0
dianggap kuat. Demikian pula pada sumbu X , total nilai IFAS yang diberi
bobot dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah, nilai
dari 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, dan nilai 3,0 sampai 4,00 dianggap
kuat.
Matriks IE dapat dibagi menjadi 3 bagian utama yang memiliki
dampak statistic yang berbeda. Pertama, perusahaan yang masuk dalam sel
I, II, atau IV dapat disebut tumbuh dan bina. Strategi intensif ( penetrasi
pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk ) atau integretif (
integrasi ke depan, dan integrasi horizontal ) mungkin paling tepat untuk
perusahaan tersebut. Kedua, perusahaan yang masuk sel dalam sel III, V,
VII terbaik dapat dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara,
penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan strategi yang paling
banyak digunakan untuk tipe –tipe perusahaan ini. Ketiga, perusahaan
umum masuk kedalam sel VI, VIII, IX adalah panen atau divestasi.
Organisasi yang sukses dapat mencapai portofolio bisnis yang diposisikan
dalam atau sekitar sel I dalam matrix IE.
14
2.2.5. Matrik SWOT
Menurut Rangkuti (2000, p31-32), alat yang dipakai untuk menyusun
faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik Swot. Matrik ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal
yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategis.
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat bertahan dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.
15
2.2.6. Model lima kekuatan Persaingan Porter
Porter (Thomson dan Strickland, 2001, pp. 79-81) mengemukakan
suatu alat analisis untuk mendiagnosa tekanan persaingan dalam suatu pasar
dan menilai seberapa kuat dan penting dari setiap faktor yang ada, sering
disebut sebagai model lima kekuatan persaingan.
Keterangan :
1. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru pada suatu industri akan membawa kapasitas baru,keinginan
untuk merebut bagian pasar, serta sering kali juga sumber daya yang besar.
Pendatang baru potensial
Persaingan diantara perusahaan dalam industri yang sama
Persaingan diantara industri yang sama
Pembeli
Pemasok bahan
mentah, komponen
atau sumber
masukan lainnya
Perusahaan dalam industri lain yang menawarkan produk subtitusi
Ancaman produk
atau jasa subtitusi
Kekuatan menawar pemasokpemasok
Daya tawar,
menawar pembeli
Ancaman pendatang
baru
Sumber: Thomson et al,2001.p.79
Gambar 2.2. Model Lima Kekuatan Persaingan
16
Banyaknya pendatang baru yang tertarik masuk ke dalam industri
tergantung pada besar kecilnya rintangan yang ada untuk memasuki industri
tersebut ditambah dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada.
2. Ancaman produk pengganti
Ancaman produk pengganti yang perlu mendapat perhatian besar adalah:
a. Mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau prestasi yang
lebih baik dibandingkan produk industri.
b. Dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi
3. Kekuatan tawar menawar pembeli
Para pembeli mempunyai kekuatan tawar menawar yang tinggi jika :
a. Para pembeli merupakan bagian terbesar dari penjualan perusahaan
b. Produk tidak terdeferensiasi dengan produk pesaing
c. Para pembeli mempunyai informasi yang cukup lengkap tentang harga
pasar yang aktual atau informasi lain yang dapat digunakan untuk
menekan penjual
d. Biaya untuk berpindah ke penjual lain (switching cost) rendah
e. Para pembeli mempunyai kesempatan untuk melakukan integrasi balik
4. Kekuatan tawar menawar pemasok
Para pemasok akan mempunyai kekuatan tawar menawar yang tinggi jika :
a. Mereka lebih terkonsentrasi daripada industri yang mereka pasok
b. Tidak ada pemasok pengganti
c. Industri bukanlah pelanggan terpenting dari pemasok
d. Produk mereka merupakan input penting bagi industri
17
5. Persaingan dari perusahaan sejenis dalam industri tersebut
Tinggi rendahnya tingkat persaingan antar pesaing dalam satu industri
tergantung dari beberapa hal berikut :
a. Jumlah pesaing yang ada
b. Besarnya pengaruh dan kekuatan perusahaan
c. Tingkat pertumbuhan industri
d. Antar produk hanya mempunyai sedikit perbedaaan
e. Halangan yang tinggi untuk keluar dari industri
f. Biaya tetap relatif sangat tinggi
2. 3. Analisis dan Perancangan Sistem
2.3.1. Sistem Informasi
Mcleod (2001, p.11), Sistem adalah sekelompok elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Mcleod (2001,p.15), Informasi adalah data yang telah diproses atau
data yang mempunyai arti dan pengertian. Semakin baik mutu informasi
semakin baik pula kualitas dari suatu SI.
Laudon (2002, pp.7-8) mengemukakan bahwa sistem informasi dapat
didefinisikan secara teknis sebagai kumpulan komponen yang saling
berhubungan untuk mengumpulkan, memproses, dan mendistribusikan
informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, dan
pengendalian dalam suatu organisasi.
18
Sistem informasi mengandung informasi mengenai suatu organisasi dan
lingkungan sekitarnya. Ada 3 aktifitas dasar, yakni masukan (input), proses,
dan keluaran (output), menghasilkan informasi yang dibutuhkan organisasi.
2.3.2. Analisis sistem
Menurut Laudon (2002, p.316), analisis sistem merupakan analisis
mengenai suatu masalah yang dicoba untuk dipecahkan oleh organisasi
dengan menggunakan sistem informasi
2.3.3. Perancangan Sistem
Perancangan sistem diartikan oleh Laudon (2002, p.317) sebagai
rincian bagaimana suatu sistem akan memenuhi kebutuhan informasi yang
telah ditentukan dengan analisis sistem.
2.4. E-Business
Menurut Turban (2004, p3), e-business merupakan definisi yang lebih luas
dari e-commerce yang meliputi tidak hanya pembelian dan penjualan barang dan
jasa tetapi juga pelayanan konsumen, kolaborasi dengan rekan bisnis, dan
mengkonduksi transaksi elektronik antara sebuah organisasi.
Menurut kalakota (1999, p4), e-business tidak hanya mengenai transaksi e-
commerce, tetapi mendefinisikan ulang model bisnis lama dengan tambahan
19
teknologi untuk memaksimalkan nilai konsumen. E-business merupakan aplikasi
yang melingkupi baik front maupun back office yang membuat mesin untuk bisnis
modern.
Menurut Chaudhury & Kuilboer (2002, p.6), E-business adalah
penggabungan dari proses – proses bisnis, aplikasi bisnis, dan struktur organisasi
yang diperlukan untuk menciptakan model bisnis berkualitas tinggi.
2.5. E-Commerce
2.5.1. Definisi E-Commerce
Berdasarkan pendapat Turban (2004, p3), e-commerce
menggambarkan proses membeli , menjual, transfer, atau pertukaran
produk, servis dan atau informasi melalui jaringan komputer termasuk
internet.
Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p.4), e-commerce adalah
transaksi membeli dan menjual lewat media digital. Fokusnya adalah pada
arus pesanan dan laba kotor. Sebagian besar adalah mempertemukan
pembeli dan penjual yang sebelumnya tidak pernah bertemu dan sebagian
kecil dari itu adalah secara sederhana melakukan transaksi yang tadinya
dilakukan melalui surat pemesanan.
Menurut Chaudhury & Kuilboer (2002,p.30), E-commerce adalah
menjalankan aktivitas bisnis menggunakan platform internet dan
menggunakan situs web khusus yang dibuat oleh perusahaan untuk
menjalankan bisnisnya.
20
Berdasarkan pendapat Amor (2002, p32), e-commerce hanyalah
sebuah subset dari bisnis. E-commerce merupakan tipe pertama dari bisnis
yang menjadi digital, tetapi internet menawarkan lebih daripada penjualan
produk dan layanan.
2.5.2. Dimensi E-commerce
Turban (2004, pp3-5), E-commerce mempunyai beberapa bentuk
tergantung pada tingkat digital (transformasi dari fisik menjadi digital).
Produk, proses dan agen pengiriman dapat berupa fisik maupun digital.
Tiga dimensi dari e-commerce :
o Traditional commerce
Semua dimensi dalam traditional commerce bersifat fisik.
o Pure EC
Dalam pure EC semua dimensi bersifat digital.
o Mix of digital and physical dimension
Hal ini terjadi apabila terdapat setidaknya satu dimensi digital, maka
proses ini tetap merupakan e-commerce, tetapi bukan pure EC.
21
Sumber : Turban, 2004, p.5 Gambar 2.3. Dimensi e-commerce
2.5.3. Pembayaran dalam E-commerce
Menurut Whiteley (2000, pp.200-202), Cara pembayaran dari
transaksi e-commerce dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Credit cards
Credit cards merupakan pembayaran yang umum digunakan dalam
transaksi e-commerce. Konsumen mengetikkan nomor dari kartu,
tanggal berakhir dan alamat penagihan pada form pemesanan dan
penjual dapat memverifikasi secara rinci.
Physical Agent Digital Agent
Digital Process
Virtual process
Electronic commerce areas
The core of electronic commerce
Digital product
Physical product
Virt
ual P
rodu
ct
Traditional commerce
Physical process
22
2. Debit cards
Debit cards / cash cards dapat digunakan dalam transaksi e-commerce
dengan cara yang sama seperti menggunakan credit cards. Tingkat
keamanan dengan menggunakan debit cards lebih rendah
dibandingkan penggunaan credit cards. Debit cards tidak sesuai untuk
transaksi yang sangat kecil.
3. Stored value cards
Stored value card dapat dikatakan sebagai pengganti uang cash /
dompet elektronik. Stored value cards dapat digunakan untuk
pembayaran yang kecil dalam transaksi e-commerce.
4. e-cash
e-cash atau network money merupakan sistem pembayaran transaksi e-
commerce dimana pengoperasian sistem oleh user dengan mentransfer
uang dari credit card atau rekening di bank ke dalam e-cash account.
E-cash kemudian dapat digunakan untuk melakukan pembayaran
transaksi e-commerce.
5. Delayed payments
Pilihan terakhir adalah pembayaran secara off-line. Delayed payments
merupakan pembayaran dimana konsumen memberikan detail kartu
kreditnya kepada penjual melalui telepon atau pembayaran dilakukan
dengan menggunakan cek yang dikirim melalui pos. Pembayaran off-
line ini, dapat dilakukan oleh konsumen yang tidak percaya akan
23
keamanan dalam pembayaran on-line. Setelah pembayaran diterima
oleh penjual, produk yang dibeli oleh konsumen baru dikirim.
2.5.4. Model Bisnis E-Commerce
Menurut Rappa (2002), model bisnis dalam e-commerce dibagi
menjadi 9 bentuk :
1. Model Bisnis Brokerage
Membawa pembeli dan penjual pada satu tempat yang sama kemudian
memfasilitasi terjadinya transaksi.
2. Model Bisnis Advertising
Merupakan pengembangan dari model penyiaran (broadcasting)
tradisional. Situs web menyediakan isi dan layanan dikombinasikan
dengan iklan yang terletak di banner.
3. Model Bisnis Infomediary
Data mengenai pembeli dan kebiasaan membeli dikumpulkan dan
kemudian digunakan sebagai bahan analisis, dan hasil analisis tersebut
dijual ke pihak ketiga yang memerlukan.
4. Model Bisnis Merchant
Merupakan bentuk elektronis dari penjualan barang secara grosir
maupun eceran (retail).
5. Model Bisnis Manufacture
Perusahaan yang sudah mempunyai basis sendiri membuat situs web
untuk beberapa tujuan yaitu untuk memperpendek rantai distribusi
24
produk dengan mengakses langsung ke pemakai, meningkatkan
pelayanan untuk pelanggan serta mengetahui kebutuhan pelanggan
secara langsung.
6. Model Bisnis Affiliate
Model ini memungkinkan afiliasi antar situs web untuk melakukan
promosi / penjualan di internet.
7. Model Bisnis Community
Pengunjung merupakan penyumbang isi dan pendapatan dari situs web
tersebut.
8. Model Bisnis Subsription
Pengunjung membayarkan sejumlah uang pada saat akan mengakses
situs tersebut.
2.5.5. Jenis E-Commerce
Menurut Turban et al. (2004,pp7-8), ), klasifikasi e-commerce adalah
sebagai berikut:
1. Business to Business (B2B)
Semua pesertanya adalah bisnis atau organisasi lain.
2. Business to Consumer (B2C)
Transaksi ini meliputi transaksi eceran dengan pembelanja eceran.
3. Business to business to consumer (B2B2C)
Menyediakan beberapa produk atau servis kepada klien bisnis. Klien
tersebut mengatur konsumennya sendiri dimana bisa saja mereka
25
adalah karyawannya, dan produk atau layanan itu akan disediakan
kepada mereka tanpa penambahan nilai.
4. Consumer to Business (C2B)
Disini individu menggunakan internet untuk menjual barang atau jasa
kepada organisasi.
5. Consumer to Consumer (C2C)
Konsumen menjual langsung kepada konsumen lain.
6. Aplikasi Peer to peer
Tipe ini adalah tipe special dari C2C dimana orang menukar cd,video,
software, dan barang lainnya.
7. Mobile Commerce
Electronic commerce yang digunakan di lingkungan tanpa kabel.