Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan
struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik. Dalam kepustakaan lain
dinyatakan bahwa osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh organism
piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap
terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan
kanselosa dan periosteum.
2. Anatomi Fisiologi Tulang
Tulang adalah suatu jaringan yang berubah secara aktif dan terus menerus mengalami
perubahan bentuk sementara menyesuaikan kembali kandungan mineral dan matriksnya
menurut stres mekanis yang dialaminya. Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung
bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh.
Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.
Komponen-komponen nonselular utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral
dan matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu garam
kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-
mineral ini memampatkan kekuatan tulang. Matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu
osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan daya
rentang tinggi pada tulang. Materi organik lain yang menyusun tulang berupa proteoglikan
seperti asam hialuronat. Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lamelar. Tulang yang
berbentuk anyaman terlihat saat pertumbuhan cepat, seperti sewaktu perkembangan janin
atau sesudah terjadinya patah tulang, selanjutnya keadaan ini akan diganti oleh tulang yang
lebih dewaa yang berbentuk lamelar.
Diafisis atau batang adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini
tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar, dilapisi oleh selapis
periosteum. Metafisis adalah bagian tulang yang melebar didekat ujung akhir batang. Daerah
ini terutama tersusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sel
hematopoetik. Sumsum merah terdapat dibagian epifisis dan diafisis tulang. Pada dewasa
aktivitas hematopoetik menjadi terbatas hanya pada sternum dan krista iliaka. Metafisis juga
Page 2
menompang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk perlekatan tendon dan
ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-
anak, dan bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis langsung
berbatasan dengan sendi tulang panjang yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan
memanjang tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut
periosteum yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses
pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria
nutrisi khusus. Lokasi dan keutuhan dari arteri-arteri inilah yang menentukan berhasil atau
tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah. Lapisan sel paling atas yang letaknya
dekat dengan epifisis disebut daerah sel istirahat. Lapisan berikutnya adalah zona proliferasi,
pada zona ini terjadi pembelahan aktif sel dan disinilah mulainya pertumbuhan tulang
panjang. Sel-sel yang aktif ini didoroh kearah batang tulang kedalam daerah hipertrofi,
tempat sel-sel ini membengkak, menjadi lemah dan secara metabolik menjadi tidak aktif.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel : osteoblas,
osteosit dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas dan mensekresikan
sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang perawan penting dalam mengendapkan
kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari fosfat alkali akan memasuki aliran
darah dengan demikian kadar fosfatase alkali didalam darah dapat menjadi indikator yang
baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus
metastasis kanker ke tulang.osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai
suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel
besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi.
Osteoklas mengikis tulang, sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan
matris dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat
terlepas kedalam aliran darah. Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon. Suatu
peningkatan kadar hormon paratiroid (pth) mempunyai efek langsung dan segera pada
mineral tulang menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorbsi dan bergerak memasuki serum.
Peningkatan PTH secara perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas
osteoklas sehingga terjadi demineralisasi. Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi
tulang. Vitamin D dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorbsi tulang seperti dapat
menyebabkan absorbsi tulang (kadar PTH). Vitamin D dalam jumlah yang sedikit
Page 3
membentuk kalsifikasi tulang, antara lain dengan meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfat
oleh usus halus.
Page 4
3. Insiden
a. Morbiditas
Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonates adalah
sekitar 1 kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien dengan anemia sel
sabit adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah trauma pada kaki sekitar 16%
(30-40% pada pasien dengan DM). insidensi osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4
kasus per 100.000 penduduk.
Morbiditas dapat signifikan dan dapat termasuk penyebaran infeksi lokal
ke jaringan lunak yang terkait atau sendi; berevolusi menjadi infeksi kronis, dengan rasa
nyeri dan kecacatan; amputasi ekstremitas yang terlibat; infeksi umum; atau sepsis.
Sebanyak10-15% pasien dengan osteomielitis vertebral mengembangkan temuan
neurologis atau kompresi corda spinalis. Sebanyak 30% dari pasien anak dengan
osteomielitis tulang panjang dapat berkembang menjadi trombosis vena dalam (DVT).
Perkembangan DVT juga dapat menjadi penanda adanya penyebarluasan infeksi.
Komplikasi vaskular tampaknya lebih umum dijumpai
dengan StaphylococcusAureus yang resiten terhadap methacilin yang didapat dari
komunitas (Community-Acquired Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus / CA-
MRSA) dari yang sebelumnya diakui.
b. Mortalitas
Tingkat mortalitas rendah, kecuali yang berhubungan dengan sepsis atau
keberadaan kondisi medis berat yang mendasari.
Prevalensi osteomielitis setelah trauma pada kaki sekitar 16% (30-40% pada
pasien dengan DM). insidensi osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per
100.000 penduduk.
Trauma langsung dan fokus osteomielitis berdekatan lebih sering terjadi pada
orang dewasa dan remaja dari pada anak. Osteomielitis vertebral lebih sering pada
orang tua dari 45 tahun.
Page 5
2. Klasifikasi
A. Osteomielitis hematogenik akut.
Osteomielitis akut hematogen merupakan infeksi serius yang biasanya terjadi
pada tulang yang sedang tumbuh. Penyakit ini disebut sebagai osteomielitis primer
karena kuman penyebab infeksi masuk ke tubuh secara langsung dari infeksi lokal di
daerah orofaring, telinga, gigi, atau kulit secara hematogen. Berbeda dengan
osteomielitis primer, infeksi osteomielitis sekunder berasal dari infeksi kronik jaringan
yang lebih superfisial seperti ulkus dekubitum, ulkus morbus hensen ulkus tropikum,
akibat fraktur terbuka yang mengalami infeksi berkepanjangan, atau dari infeksi akibat
pemasangan protesis sendi.
Pada awalnya terjadi fokus inflamasi kecil di daerah metafisis tulang panjang.
Jaringan tulang tidak dapat meregang, maka proses inflamasi akan menyebabkan
peningkatan tekanan intraoseus yang menghalangi aliran darah lebih lanjut. Akibatnya
jaringan tulang tersebut mengalami iskemi dan nekrosis. Bila terapi tidak memadai,
osteolisis akan terus berlangsung sehingga kuman dapat menyebar keluar ke sendi dan
sirkulasi sistemik dan menyebabkan sepsis. Penyebaran ke arah dalam akan
menyebabkan infeksi medula dan dapat terjadi abses yang akan mencari jalan keluar
sehingga membentuk fistel. Bagian tulang yang mati akan terlepas dari tulang yang
hidup dan disebut sebagai sekuester. Sekuester meninggalkan rongga yang secara
perlahan membentuk dinding tulang baru yang terus menguat untuk mempertahankan
biomekanika tulang. Rongga ditengah tulang ini disebut involukrum.
Penderita kebanyakan adalah anak laki-laki. Lokasi infeksi tersering adalah di
daerah metafisis tulang panjang femur, tibia, humerus, radius, ulna dan fibula. Daerah
metafisis menjadi daerah sasaran infeksi diperkirakan karena : 1) daerah metafisis
merupakan daerah pertumbuhan sehingga sel-sel mudanya rawan terjangkit infeksi; 2)
dan metafisis kaya akan rongga darah sehingga risiko penyebaran infeksi secara
hematogen juga meningkat; 3) pembuluh darah di metafisis memiliki struktur yang
unik dan aliran darah di daerah ini melambat sehingga kuman akan berhenti di sini dan
berproliferasi.
Page 6
Secara klinis, penderita memiliki gejala dan tanda dari inflamasi akut. Nyeri
biasanya terlokalisasi meskipun bisa juga menjalar ke bagian tubuh lain di dekatnya.
Sebagai contoh, apabila penderita mengeluhkan nyeri lutut, maka sendi panggul juga
harus dievaluasi akan adanya arthritis. Penderita biasanya akan menghindari
menggunakan bagian tubuh yang terkena infeksi.Etiologi tersering adalah kuman gram
positif yaitu Staphylococcus aureus.
Gejala klinis osteomielitis akut sangat cepat, diawali dengan nyeri lokal hebat
yang terasa berdenyut. Pada anamnesis sering dikaitkan dengan riwayat jatuh
sebelumnya disertai gangguan gerak yang disebut pseudoparalisis. Dalam 24 jam akan
muncul gejala sistemik berupa seperti demam, malaise, cengeng, dan anoreksia. Nyeri
terus menghebat dan disertai pembengkakan. Setelah beberapa hari, infeksi yang keluar
dari tulang dan mencapai subkutan akan menimbulkan selulitis sehingga kulit akan
menjadi kemerahan. Oleh karenanya, setiap selulitis pada bayi sebaiknya dicurigai dan
diterapi sebagai osteomielitis sampai terbukti sebaliknya.
Pada pemeriksaan laboratorium darah, dijumpai leukositosis dengan
predominasi sel-sel PMN, peningkatan LED dan protein reaktif-C (CRP). Aspirasi
dengan jarum khusus untuk membor dilakukan untuk memperoleh pus dari subkutan,
subperiosteum, atau fokus infeksi di metafisis. Kelainan tulang baru tampak pada foto
rongent akan tampak 2-3 minggu. Pada awalnya tampak reaksi periosteum yang diikuti
dengan gambaran radiolusen ini baru akan tampak setelah tulang kehilangan 40-50%
masa tulang. MRI cukup efektif dalam mendeteksi osteomielitis dini, sensitivitasnya
90-100%. Skintigrafi tulang tiga fase dengan teknisium dapat menemukan kelainan
tulang pada osteomielitis akut, skintigrafi tulang khusus juga dapat dibuat dengan
menggunakan leukosit yang di beri label galium dan indium
Osteomielitis akut harus diterapi secara agresif agar tidak menjadi osteomielitis
kronik. Diberikan antibiotik parenteral berspektrum luas berdosis tinggi selama 4-6
minggu. Selain obat-obatan simtomatik untuk nyeri, pasien sebaiknya tirah baring
dengan memperhatikan kelurusan tungkai yang sakit dengan mengenakan bidai atau
traksi guna mengurangi nyeri, mencegah kontraktur, serta penyebaran kuman lebih
lanjut. Bila setelah terapi intensif 24 jam tidak ada perbaikan, dilakukan pengeboran
Page 7
tulang yang sakit di beberapa tempat untuk mengurangi tekanan intraoseus. Cairan
yang keluar dapat dikultur untuk menentukan antibiotik yang lebih tepat.
Diagnosis banding pada masa akut yaitu demam reumatik, dan selulitis biasa.
Setelah minggu pertama, terapi antibiotik dan analgetik sudah diberikan sehingga
gejala osteomielitis akut memudar. Gambaran rongent pada masa ini berupa daerah
hipodens di daerah metafisis dan reaksi pembentukan tulang subperiosteal. Gambaran
rongent dan klinis yang menyerupai granuloma eosinofilik, tumor Ewing, dan
osteosarkoma. Komplikasi dini osteomielitis akut yaitu berupa abses, atritis septik,
hingga sepsis, sedangkan komplikasi lanjutnya yaitu osteomielitis kronik, kontraktur
sendi, dan gangguan pertumbuhan tulang.
B. Osteomielitis Subakut.
Infeksi subakut biasanya berhubungan dengan pasien pediatrik. Infeksi ini
biasanya disebabkan oleh organisme dengan virulensi rendah dan tidak memiliki gejala.
Osteomielitis subakut memiliki gambaran radiologis yang merupakan kombinasi dari
gambaran akut dan kronis. Seperti osteomielitis akut, maka ditemukan adanya osteolisis
dan elevasi periosteal. Seperti osteomielitis kronik, maka ditemukan adanya zona
sirkumferensial tulang yang sklerotik. Apabila osteomielitis subakut mengenai diafisis
tulang panjang, maka akan sulit membedakannya dengan Histiositosis Langerhans’ atau
Ewing’s Sarcoma.
Brodie Abses.
Lesi ini, awalnya ditemukan oleh Brodie pada tahun 1832, merupakan bentuk
lokal osteomielitis subakut, dan sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Insiden
tertinggi (sekitar 40%) pada dekade kedua. Lebih dari 75% kasus terjadi pada pasien
laki-laki. Onset ini sering membahayakan, dan untuk manifestasi sistemik pada
umumnya ringan atau tidak ada. Abses, biasanya terlokalisasi di metaphysis dari tibia
atau tulang paha, dan dikelilingi oleh sclerosis reaktif. Sesuai teori tidak terdapatnya
sekuester, namun gambaran radiolusen mungkin akan terlihat dari lesi ke lempeng
epifisis. Abses tulang mungkin menyebrang ke lempeng epifisis namun jarang
terlokalisir.
Page 8
C. Osteomielitis Kronik.
Osteomielitis kronis merupakan hasil dari osteomielitis akut dan subakut yang
tidak diobati. Kondisi ini dapat terjadi secara hematogen, iatrogenik, atau akibat dari
trauma tembus. Infeksi kronis seringkali berhubungan dengan implan logam ortopedi
yang digunakan untuk mereposisi tulang. Inokulasi langsung intraoperatif atau
perkembangan hematogenik dari logam atau permukaan tulang mati merupakan tempat
perkembangan bakteri yang baik karena dapat melindunginya dari leukosit dan
antibiotik. Pada hal ini, pengangkatan implan dan tulang mati tersebut harus dilakukan
untuk mencegah infeksi lebih jauh lagi. Gejala klinisnya dapat berupa ulkus yang tidak
kunjung sembuh, adanya drainase pus atau fistel, malaise, dan fatigue. Penderita
osteomielitis kronik mengeluhkan nyeri lokal yang hilang timbul disertai demam dan
adanya cairan yang keluar dari suatu luka pascaoperasi atau bekas patah tulang.
Pemeriksaan rongent memperlihatkan gambaran sekuester dan penulangan baru.
Penangan osteomielitis kronik yaitu debridemant untuk mengeluarkan jaringan
nekrotik dalam ruang sekuester, dan penyaliran nanah. Pasien juga diberikan antibiotik
yang sesuai dengan hasil kultur. Involukrum belum cukup kuat untuk menggantikan
tulang asli yang telah hancur menjadi sekuester sehingga ekstrimitas yang sakit harus
dilindungi oleh gips untuk mencegah patah tulang patologik, dan debridement serta
sekuesterektomi ditunda sampai involukrum menjadi kuat.
Drainase saluran sinus (biasanya ditamukan pada stadium lanjut atau jika terjadi infeksi
kronis).
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
Osteomielitis akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak
daripada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam
darah (osteomielitis hematogen)
Osteomielitis akut terbagi lagi menjadi 2, yaitu:
- Osteomielitis hematogen, merupakan infeksi yang penyebarannya berasal
dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh
penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi
pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang
Page 9
tumbuh dengan cepat dan metafisis yang bervaskular banyak. Aliran darah
yang lambat pada daerah distal metafisis menyebabkan thrombosis dan
nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis
hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
- Osteomielitis direk, disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau
bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi
tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang disebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari fokus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokalisasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.
- Osteomielitis sub-akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
- Osteomielitis kronis, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih
sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi
karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi
pada tulang yang fraktur. Berikut merupakan beberapa pembagian osteomielitis yang lain :
4. Etiologi
Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur, dan
bakteri, dapat menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh
bakteri piogenik tertentu dan mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik adalah
kuman Staphylococcus aureus (89-90%), Escherichia coli, Pseudomonas, dan Klebsiella.
Biasanya mikroorganisme dapat menginfeksi tulang melalui tiga cara yaitu melalui
pembuluh darah, langsung melalui area lokal infeksi (seperti selulitis) atau melalui
trauma, termasuk iatrogenik seperti dislokasi sendi atau fiksasi internal. Pada
periode neonatal, Haemophilus influenzae dan kelompok B streptokokus seringkali
bersifat patogen.
Bakteri penyebab osteomielitis akut dan langsung meliputi:
a. Osteomielitis hematogenus akut
Page 10
i. Bayi baru lahir (kurang dari 4 bulan): S. Aureus, Enterobacter, dan
kelompok Streptococcus α dan β.
ii. Anak-anak (usia 4 bulan sampai 4 tahun): Streptococcus α dan
β, Haemophilus influenzae, dan Enterobacter.
iii. Remaja (usia 4 tahun sampai dewasa): S. aureus (80%), kelompok
Streptococcus α, H influenzae, dan Enterobacter
iv. Dewasa: S.aureusdan kadangkadang Enterobacter dan Streptococcus
b. Osteomielitis langsung
umumnya disebabkan oleh S. Aureus, spesies enterobacter, dan spesies
pseudomonas.
Tusukan melalui separtu atletik : s. aureus dan spesies pseudomonas.
Penyakit sel sabit : staphylococcus dan salmonella.
Selain bakteri, jamur dan virus juga dapat menginfeksi langsung melalui fraktur
terbuka, operasi tulang atau terkena benda yang terkontaminasi. Osteomielitis kadang
dapat merupakan komplikasi sekunder dari tuberkulosis paru. Pada keadaan ini,
bakteri biasa menyebar ke tulang melalui sistem sirkulasi, pertama yang terinfeksi
adalah sinovium (karena kadar oksigen yang tinggi) sebelum menginfeksi tulang.
Pada osteomielitis tuberkulosis, tulang panjang dan tulang belakang merupakan satu-
satunya tulang yang terinfeksi.
Osteomielitis dapat juga disebabkan potongan besi yang mengenai tulang pada saat
pembedahan untuk memperbaiki fraktur.
Tibia bagian distal, femur bagian distal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan
distal, vertebra, maksila, dan mandibula merupakan tulang yang paling beresiko untuk
terkena osteomielitis karena merupakan tulang yang banyak vaskularisasinya.
Bagaimanapun, abses pada tulang dapat dipicu oleh trauma di daerah infeksi. Infeksi
dapat disebabkan oleh Staphylococcus aureus, yang merupakan flora normal yang dapat
ditemukan di kulit dan mukosa membran.
Faktor predisposisi
Page 11
3. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS)
4. IV drug abuse
5. Alcoholism
6. Penggunaan steroid jangka panjang
7. Immunosupresi
8. Penyakit sendi kronis
9. Penggunaan alat-alat bantu ortopedik.
3. Patogenesis
Patogenesis dari osteomielitis telah dieksplorasi pada berbagai hewan
percobaan; pada studi ini ditemukan bahwa tulang yang normal sangat tahan terhadap
infeksi, yang hanya bisa terjadi sebagian besar diakibatkan oleh inokulum, trauma, atau
adanya benda asing.
Infeksi dalam sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui beberapa cara. Kuman dapat
masuk ke dalam tubuh melalui luka penetrasi langsung, melalui penyebaran hematogen dari
situs infeksi didekatnya ataupun dari struktur lain yang jauh, atau selama pembedahan
dimana jaringan tubuh terpapar dengan lingkungan sekitarnya.
Kuman bisa masuk tulang dengan berbagai cara, termasuk beberapa cara dibawah ini
:
Melalui aliran darah.
Kuman di bagian lain dari tubuh misalnya, dari pneumonia atau infeksi
saluran kemih dapat masuk melalui aliran darah ke tempat yang melemah
di tulang. Pada anak-anak, osteomielitis paling umum terjadi di daerah yang lebih
lembut, yang disebut lempeng pertumbuhan,di kedua ujung tulang panjang pada lengan
dan kaki.
Dari infeksi di dekatnya.
Page 12
Luka tusukan yang parah dapat membawa kuman jauh di dalam tubuh. Jika luka
terinfeksi, kuman dapat menyebar ke tulang di dekatnya.
Kontaminasi langsung
Hal ini dapat terjadi jika terjadi fraktur sehingga terjadi kontak langsung tulang
yang fraktur dengan dunia luar sehingga dapat terjadi kontaminasi langsung. Selain itu
juga dapat terjadi selama operasi untuk mengganti sendi atau memperbaiki fraktur.
Beberapa penyebab utama infeksi, seperti s.aureus, menempel pada
tulang dengan mengekspresikan reseptor (adhesins) untuk komponen matriks
(fibronektin, laminin, kolagen, dan sialoglycoprotein tulang); Ekspresi kolagen-
binding adhesion memungkinkan pelekatan patogen pada tulang rawan. Fibronektin-
binding adhesin dari S. Aureus berperan dalam penempelan bakteri untuk
perangkat operasi yang akan dimasukan dalam tulang, baru-baru ini telah dijelaskan.
S. Aureus yang telah dimasukan ke dalam kultur osteoblas dapat bertahan
hidup secara intraseluler. Bakteri yang dapat bertahan hidup secara intraseluler (kadang-
kadang merubah diri dalam hal metabolisme, di mana mereka muncul sebagai apa yang
disebut varian koloni kecil) dapat menunjukan adanya infeksi tulang persisten. Ketika
mikroorganisme melekat pada tulang pertama kali, mereka akan mengekspresikan
fenotip yang resiten terhadap pengobatan antimikroba, dimana hal ini mungkin dapat
menjelaskan tingginya angka kegagalan dari terapi jangka pendek.
Remodeling ulang yang normal membutuhkan interaksi koordinasi yang baik
antara osteoblas dan osteoklas. Sitokin (seperti IL-1, IL-6, IL-15, IL 11dan TNF) yang
dihasilkan secara lokal oleh sel inflamasi dan sel tulang merupakan factor osteolitik
yang kuat. Peran dari faktor pertumbuhan tulang pada remodeling tulang normal dan
fungsinya sebagai terapi masih belum jelas. Selama terjadi infeksi, fagosit mencoba
menyerang sel yang mengandung mikroorganisme dan, dalam proses pembentukan
radikal oksigen toksik dan melepaskan enzim proteolitik yang melisiskan jaringan
sekitarnya. Beberapa komponen bakteri secara langsung atau tidak langsung digunakan
sebagai factor-faktor yang memodulasi tulang (bone modulating factors).
Page 13
Kehadiran metabolit asam arakidonat, seperti prostaglandin E, yang merupakan
agonis osteoklas kuat dihasilkan sebagai respon terhadap patah tulang, menurunkan
jumlah dari inokulasi bakterial yang dibutuhkan untuk
menghasilkan infeksi.Nanah menyebar ke dalam pembuluh darah, meningkatkan
tekanan intraosseus dan mengganggu aliran darah. Nekrosis iskemik tulang
pada hasil pemisahan fragmen yang mengalami devaskularisasi, disebut sequestra.
Mikroorganisme, infiltrasi neutrofil, dan congesti atau thrombosis pembuluh
darah merupakan temuan histologis utama dalam osteomielitis akut. Salah satu
penampakan yang membedakan dari osteomielitis kronis adalah tulang yang mengalami
nekrotik, yang dapat diketahui dengan tidak adanya osteosit yang hidup.
4. Gejala
Osteomielitis hematogeneus biasanya memiliki progresivitas gejala yang
lambat.osteomielitis langsung (direct osteomyelitis) umumnya lebih terlokalisasi dengan
tanda dan gejala yang menonjol. Gejala umum dari osteomielitis meliputi :
a. Osteomielitis hematogenus tulang panjang
Demam yang memiliki onset tiba-tiba tinggi (demam hanya terdapat dalam 50% dari
osteomielitis pada neonates)
Kelelahan
Rasa tidak nyaman
Irritabilitas
Keterbatasan gerak (pseudoparalisis anggota badan pada neonates)
Edema lokal, eritema dan nyeri.
b. Osteomielitis hematogenus vertebral
Onset cepat
Adanya riwayat episode bakterimia akut
Diduga berhubungan dengan insufisiensi pembuluh darah disampingnya
Edema lokal, eritema dan nyeri
Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.
c. Osteomielitis kronik
Page 14
Ulkus yang tidak sembuh
Drainase saluran sinus
Kelelahan kronik
Rasa tidak nyaman
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Demam (terdapat pada 50% dari neonates)
Edema
Teraba hangat
Fluktuasi
Penurunan dalam penggunaan ekstremitas (misalnya ketidakmampuan dalam berjalan
jika tungkai bawah yang terlibat atau terdapat pseudoparalisis anggota badan pada
neonatus).
Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.
Drainase saluran sinus (biasanya ditamukan pada stadium lanjut atau jika terjadi
infeksi kronis).
5. Pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan darah lengkap:
Jumlah leukosit mungkin tinggi, tetapi sering normal. Adanya pergeseran ke
kiri biasanya disertai dengan peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear. Tingkat C-
reaktif protein biasanya tinggi dan nonspesifik; penelitian ini mungkin lebih berguna
daripada laju endapan darah (LED) karena menunjukan adanya peningkatan LED pada
permulaan. LED biasanya meningkat (90%), namun, temuan ini secara klinis tidak
spesifik. CRP dan LED memiliki peran terbatas dalam menentukan osteomielitis
kronis seringkali didapatkan hasil yang normal.
b. Kultur :
Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak berkorelasi
dengan bakteri yang menyebabkan osteomielitis dan memiliki penggunaan yang
terbatas. Darah hasil kultur, positif pada sekitar 50% pasien
dengan osteomielitis hematogen. Bagaimanapun, kultur darah positif mungkin
Page 15
menghalangi kebutuhan untuk prosedur invasif lebih lanjut untuk mengisolasi
organisme. Kultur tulang dari biopsi atau aspirasi memiliki hasil
diagnostik sekitar 77% pada semua studi.
c. Radiografi
Bukti radiografi dari osteomielitis akut pertama kali diusulkan oleh adanya
edema jaringan lunak pada 3-5 hari setelah terinfeksi. Perubahan tulang tidak
terlihat untuk 14-21 hari dan pada awalnya bermanifestasi sebagai elevasi periosteal
diikuti oleh lucencies kortikal atau meduler. Dengan 28 hari, 90% pasien menunjukkan
beberapa kelainan. Sekitar 40-50% kehilangan fokus tulang yang
menyebabkan terdeteksinya lucency pada film biasa.
d. MRI
MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi operasi osteomyelitis.
Penelitian telah menunjukkan keunggulannya dibandingkan dengan radiografi
polos, CT, dan scanning radionuklida dan dianggap sebagai pencitraan pilihan.
Sensitivitas berkisar antara 90-100%. Tomografi emisi positron (PET) scanning
memiliki akurasi yang mirip dengan MRI.
e. CT scan
CT scan dapat menggambarkan kalsifikasi abnormal,pengerasan, dan
kelainan intracortical. Hal ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan rutin untuk
mendiagnosis osteomyelitis tetapi sering menjadi pilihan pencitraan ketika MRI tidak
tersedia.
f. Ultrasonografi
Teknik sederhana dan murah telah menjanjikan, terutama pada anak
dengan osteomielitis akut. Ultrasonografi dapat menunjukkan perubahan sejak 1-2 hari
setelah timbulnya gejala. Kelainan termasuk abses jaringan lunak atau kumpulan cairan
Page 16
dan elevasi periosteal. Ultrasonografi memungkinkan untuk petunjuk
ultrasound aspirasi. Tidak memungkinkan untuk evaluasi korteks tulang.
6. Terapi
Osteomielitis akut harus diobati segera. Biakan darah diambil dan pemberian
antibiotika intravena dimulai tanpa menunggu hasil biakan. Karena Staphylococcus
merupakan kuman penyebab tersering, maka antibiotika yang dipilih harus memiliki
spektrum antistafilokokus. Jika biakan darah negatif, maka diperlukan aspirasi
subperiosteum atau aspirasi intramedula pada tulang yang terlibat. Pasien diharuskan
untuk tirah baring, keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan, diberikan antipiretik
bila demam, dan ekstremitas diimobilisasi dengan gips. Perbaikan klinis biasanya terlihat
dalam 24 jam setelah pemberian antibiotika. Jika tidak ditemukan perbaikan, maka
diperlukan intervensi bedah.
Terapi antibiotik biasanya diteruskan hingga 6 minggu pada pasien dengan
osteomielitis. LED dan CRP sebaiknya diperiksa secara serial setiap minggu untuk
memantau keberhasilan terapi. Pasien dengan peningkatan LED dan CRP yang persisten
pada masa akhir pemberian antibiotik yang direncanakan mungkin memiliki infeksi yang
tidak dapat ditatalaksana secara komplit. C-Reactive Protein (CRP) Adalah suatu protein
fase akut yang diproduksi oleh hati sebagai respon adanya infeksi, inflamasi atau
kerusakan jaringan. Inflamasi merupakan proses dimana tubuh memberikan respon
terhadap injury . Jumlah CRP akan meningkat tajam beberapa saat setelah terjadinya
inflamasi dan selama proses inflamasi sistemik berlangsung. Sehingga pemeriksaan CRP
kuantitatif dapat dijadikan petanda untuk mendeteksi adanya inflamasi/infeksi akut.
Berdasarkan penelitian, pemeriksaan Hs-CRP dapat mendeteksi adanya inflamasi lebih
cepat dibandingkan pemeriksaan Laju Endap Darah (LED). Terutama pada pasien anak-
anak yang sulit untuk mendapatkan jumlah sampel darah yang cukup untuk pemeriksaan
LED.
Sedangkan LED adalah merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah.
Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan
darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang
mengendap maka makin tinggi LED-nya. Tinggi ringannya nilai pada LED memang
sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Nilai LED
Page 17
meningkat pada keadaan seperti kehamilan ( 35 mm/jam ), menstruasi, TBC paru-paru ( 65
mm/jam ) dan pada keadaan infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan jaringan. Jadi
pemeriksaan LED masih termasuk pemeriksaan penunjang yang tidak spesifik untuk satu
penyakit. Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai
perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. LED yang
cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan LED dibandingkan sebelumnya
menunjukkan proses yang meluas, sedangkan LED yang menurun dibandingkan
sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
Perbedaan pemeriksaan CRP dan LED:
Hasil pemeriksaan Hs-CRP jauh lebih akurat dan cepat
Dengan range pengukuran yang luas, pemeriksaan Hs-CRP sangat baik dan penting
untuk: Mendeteksi Inflamasi/infeksi akut secara cepat (6-7 jam setelah inflamasi)
Hs-CRP meningkat tajam saat terjadi inflamasi dan menurun jika terjadi perbaikan
sedang LED naik kadarnya setelah 14 hari dan menurun secara lambat sesuai dengan
waktu paruhnya.
Pemeriksaan Hs-CRP dapat memonitor kondisi infeksi pasien dan menilai efikasi terapi
antibiotika.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang
terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah
itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibiotik
dianjurkan. Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan adjuvan terhadap debridemen
bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli
bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk
memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua
tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan
yang permanen.Pada beberapa kasus, infeksi sudah terlalu berat dan luas sehingga satu-
satunya tindakan terbaik adalah amputasi dan pemasangan prothesa. Bila proses akut telah
dikendalikan, maka terapi fisik harian dalam rentang gerakan diberikan. Kapan aktivitas
penuh dapat dimulai tergantung pada jumlah tulang yang terlibat. Pada infeksi luas,
kelemahan akibat hilangnya tulang dapat mengakibatkan terjadinya fraktur patologis.
Indikasi dilakukannya pembedahan ialah :
Page 18
1. Adanaya sequester.
2. Adanya abses.
3. Rasa sakit yang hebat.
4. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma
Epidermoid).
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang
tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari.
Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris.
Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi
samping dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan
transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan
sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan
meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan
penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara
bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang,
kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat
penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang. Saat yang terbaik untuk
melakukan tindakan pembedahan adalah bila involukrum telah cukup kuat; mencegah
terjadinya fraktur pasca pembedahan.
Kegagalan pemberian antibiotika dapat disebabkan oleh:
1. Pemberian antibiotik yang tidak cocok dengan mikroorganisme penyebabnya
2. Dosis yang tidak adekuat
3. Lama pemberian tidak cukup
4. Timbulnya resistensi
5. Kesalahan hasil biakan
6. Pemberian pengobatan suportif yang buruk
7. Kesalahan diagnostik
Page 19
8. Pada pasien yang imunokempremaise
Debridement
Debridement pada pasien dengan osteomielitis kronis dapat dilakukan. Kualitas
debridement merupakan faktor penting dalam suksesnya pengobatan. Setelah
debridement dengan eksisi tulang, adalah hal yang perlu untuk menghapuskan/
menghilangkan dead space yang dilakukan dengan memindahkan jaringan di atasnya.
Pengobatan dead space termasuk myoplasty lokal, pemindahan jaringan dan
penggunaan antibiotik. Pelaksanaan pada jaringan lunak telah dikembangkan untuk
meningkatkan aliran darah lokal dan pendistribusian antibiotik.
7. Komplikasi
Komplikasi dari osteomielitis antara lain :
- Kematian tulang (osteonekrosis)
Infeksi pada tulang dapat menghambat sirkulasi darah dalam tulang, menyebabkan kematian
tulang. Jika terjadi nekrosis pada area yang luas, kemungkinan harus diamputasi untuk
mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
- Arthritis septic
Dalam beberapa kasus, infeksi dalam tuolang bias menyebar ke dalam sendi di dekatnya.
- Gangguan pertumbuhan
Pada anak-anak lokasi paling sering terjadi osteomielitis adalah pada daerah yang lembut,
yang disebut lempeng epifisis, di kedua ujung tulang panjang pada lengan dan kaki.
Pertumbuhan normal dapat terganggu pada tulang yang terinfeksi.
- Kanker kulit
Jika osteomielitis menyebabkan timbulnya luka terbuka yang menyebabkan keluarnya nanah,
maka kulit disekitarnya berisiko tinggi terkeba karsinoma sel skuamosa.
Dalam kepustakaan lain, disebutkan bahwa osteomielitis juga dapat menimbulkan komplikasi
berikut ini (Hidiyaningsih, 2012) :
Page 20
1. Abses tulang
2. Bakteremia
3. Fraktur
4. Selulitis
PENCEGAHAN
Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan infeksi lokal dapat
menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat
mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan
operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu.
Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan
potensial terjadinya osteomielitis.
1. 10 Prognosis
2. Setelah mendapatkan terapi, umumnya osteomielitis akut menunjukkan hasil yang
memuaskan. Prognosis osteomielitis kronik umumnya buruk walaupun dengan
pembedahan, abses dapat terjadi sampai beberapa minggu, bulan atau tahun
setelahnya. Amputasi mungkin dibutuhkan, khususnya pada pasien dengan diabetes
atau berkurangnya sirkulasi darah. Pada penderita yang mendapatkan infeksi dengan
penggunaan alat bantu prostetik perlu dilakukan monitoring lebih lanjut. Mereka perlu
mendapatkan terapi antibiotik profilaksis sebelum dilakukan operasi karena memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan osteomielitis.
8. Diagnosis banding pada osteomielitis
Osteomielitis mudah didiagnosis secara klinis, pemeriksaan radiologis dan
tambahan seperti CT dan MRI jarang diperlukan. Namum demikian, seringkali
osteomielitis memiliki gejala klinis yang hampir sama dengan yang lain. Khususnya dalam
keadaan akut, gejala klinis yang muncul sama seperti pada histiocytosis sel Langerhans
atau sarkoma Ewing. Perbedaan pada setiap masing-masing kondisi dari jaringan lunak.
Pada osteomielitis, jaringan lunak terjadi pembengkakan yang difus. Sedangkan pada sel
Page 21
langerhan histiocytosis tidak terlihat secara signifikan pembengkakan jaringan lunak atau
massa. Sedangkan pada ewing sarkoma pada jaringan lunaknya terlihat sebuah massa.
Durasi gejala pada pasien juga memainkan peranan penting untuk diagnostik. Untuk
sarkoma ewing dibutuhkan 4-6 bulan untuk menghancurkan tulang sedangkan osteomielitis
4-6 minggu dan histiocytosis sel langerhans hanya 7-10 hari.