BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini banyak sekali terdapat penyakit-penyakit baru yang terkadang lambat untuk ditangani sehingga terjadi keterlambatan pengobatan. Dengan adanya kondisi ini banyak terjadi kemaatian pasien dikarenakan terlambat dalam menangani penyakit tersebut. Hati merupakan organ penting yang terdapat dalam tubuh. Hati memiliki fungsi membantu dalam metabolisme karbohidrat, membantu metabolisme lemak, membantu metabolisme protein, menetralisir obat-obatan dan hormon, mensekresi cairan empedu, mensintesis garam-garam empedu, sebagai tempat penyimpanan, sebagai fagosit, mengaktifkan vitamin D, dan menghasilkan kolesterol tubuh. Untuk itu maka sangat perlu memperhatikan kondisi kesehatan organ hati tersebut. Salah satu penyakit organ hati yaitu hepatoma. Hepatoma merupakan pertumbuhan sel hati yang tidak normal yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sel dalam hati yang memiliki kemampuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini banyak sekali terdapat penyakit-penyakit baru yang terkadang lambat untuk
ditangani sehingga terjadi keterlambatan pengobatan. Dengan adanya kondisi ini banyak terjadi
kemaatian pasien dikarenakan terlambat dalam menangani penyakit tersebut.
Hati merupakan organ penting yang terdapat dalam tubuh. Hati memiliki fungsi
membantu dalam metabolisme karbohidrat, membantu metabolisme lemak, membantu
metabolisme protein, menetralisir obat-obatan dan hormon, mensekresi cairan empedu,
mensintesis garam-garam empedu, sebagai tempat penyimpanan, sebagai fagosit, mengaktifkan
vitamin D, dan menghasilkan kolesterol tubuh. Untuk itu maka sangat perlu memperhatikan
kondisi kesehatan organ hati tersebut.
Salah satu penyakit organ hati yaitu hepatoma. Hepatoma merupakan pertumbuhan sel
hati yang tidak normal yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sel dalam hati yang memiliki
kemampuan membelah secara mitosis sehingga struktur jaringan hati berubah membentuk sel-sel
ganas.
Berdasarkan uraian diatas maka maka saya tertarik untuk membuat paper berjudul
“Hepatoma”.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Hepatoma
Hepatoma disebut juga kanker hati atau karsinoma hepatoseluler atau karsinoma hepato
primer. Hepatoma merupakan pertumbuhan sel hati yang tidak normal yang ditandai dengan
bertambahnya jumlah sel dalam hati yang memiliki kemampuan membelah secara mitosis
sehingga struktur jaringan hati berubah membentuk sel-sel ganas.
2.2 Anatomi Hati
Hati merupakan organ tubuh yang terbesar dengan berat 1200-1500 gram. Pada orang
dewasa ± 1/50 dari berat badannya, sedangkan pada bayi ± 1/18dari berat bayi. Posisi organ hati
sebagian besar terletak di perut bagian kanan atas, yakni di belakang iga.
Hati dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang dinamakan kapsula glisson dan dibungkus
peritonium pada sebagian besar dari keseluruhan permukaannya. Hati terdiri dari 2 lobus utama,
lobus kanan (dekster) dan lobus kiri (sinister). Lobus kanan dan lobus kiri dipisahkan di anterior
oleh lipatan peritonium yang dinamakan dengan ligamentum falsiforme, di inferior oleh fissura
dinamakan dengan ligamentum teres dan di posterior oleh fissura dinamakun dengan ligamentum
venosum.
Hati mempunyai perdarahan ganda, yaitu vena porta dan arteri hepatika. Vena porta
membawa darah venous dari intestinal, limfa dan pankreas, sedangkan arteri hepatika membawa
darah ke hati melalui porta hepatika membawa darah arteri ke hati melalui porta hepatika yang
terletak jauh di belakang permukaan inferior lobus kanan.
2.3. Fungsi Hati
Secara fisiologis, fungsi utama dari hati adalah:
2.3.1. Membantu dalam Metabolisme Karbohidrat.
Hati mampu mengontrol kadar gula dalam darah. Pada saat kadar gula dalam darah
tinggi, maka hati dapat mengubah glukosa dalam drah menjadi glikogenyang kemudian disimpan
dalam hati (glikogenolisis), dan pada saat kadar gula dalam darah menurun, maka cadangan
glikogen di hati atau asam amino dapat diubah menjadi glukosa dan dilepaskan ke dalam darah
(glukoneogenesis) hingga pada akhirnya kadar gula dara dipertahankan untuk tetap normal. Hati
juga dapat membantu pemecahan fruktosa dan galaktosa menjadi glukosa dan serta glukosa
menjadi lemak.
2.3.2. Membantu Metabolisme Lemak
Membantu proses beta oksidasi, dimana hati mampu menghasilkan asam lemak dari
Asetil Koenzim A. Mengubah kelebihan Asetil Koenzim A menjaid badan keton (Ketogenesis).
Mensintesa lipoprotein-lipoprotein saat transport asam-asam lemka dan kolesterol dari dan ke
dalam sel., mensintesa kolesterol dan fosfolipid juga menghancurkan kolesterol menjadi garam
empedu, serta menyimpan lemak.
2.33. Membantu Metabolisme Protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah dalam deaminasi ( mengubah gugus
amino, NH2) asam-asam amino agar dapat digunakan sebagai energi atau diubah menjadi
karbohidrat dan lemak. Mengubah amoniak (NH3) yang merupakan substansi beracun menjadi
urea dan dikeluarkan melalui urin ( ammonia dihasilkan saat deaminase dan oleh bakteri-bakteri
dalam usus), sintesis dari hampir seluruh protein plasma, serta α dan β globulin, albumin,
fibrinogen, dan protrombin (bersama-sama dengan sel tiang, hati juga membentuk heparin) dan
transaminasi transfer kelompok amino dari asam amino ke substansi (α-keto acid).
2.34. Menetralisir Obat-Obatan dan Hormon
Hati dapat berfungsi sebagai penetralisir racun, yakni pada obat-obata seperti penisilin,
ampisilin, erytromisin, dan sulfonamide juga dapat mengubah sifat-sifat kimia atau
mengeluarkan hormon steroid, seperti aldosteron dan estrogen serta tiroksin.
23.5. Mensekresi Cairan Empedu
Bilirubin, yang berasal dari heme pada saat perombakan sel darh merah, diserap oleh hati
dari darah dan dikeluarkan ke empedu. Sebagian besar dari bilirubin di cairan empedu di
metabolisme di usus oleh bakteri-bakteri dan dikeluarkan di feses.
234. Mensintesis Garam-Garam Empedu
Garam-garam empedu digunakan oleh usus kecil untuk mengemulsi dan menyerap
lemak, fosfolipid, kolesterol, dan lipoprotein.
23.7. Sebagai Tempat Penyimpanan
Hati digunakan sebagi tempat menyimpan vitamin (A, B12, D, E, K) serta mineral (Fe dan
Co). Sel-sel hati terdiri dari sebuah protein yang disebut apoferritin yang bergabung dengan Fe
membentuk Ferritin sehingga Fe dapat disimpan di hati. Fe juga dapat dilepaskan jika kadarnya
di darah turun.
23.8. Sebagai Fagosit
Sel-sel Kupffer’s dari hati mampu memakan sel darah merah dan putih yang rusak serta
bakteri.
233. Mengaktifkan Vitamin D
Hati dan ginjal dapat berpartisipasi dalam mengaktifkan vitamin D.
23.10. Menghasilkan Kolesterol Tubuh
Hati menghasilkan sekitar separuh kolesterol tubuh, sisanya berasal dari makanan.
Sekitar 80% kolesterol yang dibuat di hati digunakan untuk membuat empedu. Kolesterol
merupakan sebagian penting dari setiap selaput sel dan diperlukan untuk membuat hormon-
hormon tertentu (termasuk hormon estrogen, testosterom dan hormon adrenal).
2.4. Patologi
24.1 Pengamatan Makroskopik Hepatoma
Pengamatan makroskopik hepatoma dibagi atas tiga yaitu:
a. Tipe Noduler
biasanya berbentuk multinoduler dengan nodul yang bermacam-macam besar dan
bentuknya, dengan permukaan ireguler. Nodul kanker terletak di lobus kanan kemudian
menjalar ke lobus kapiler. Tipe noduler paling sering ditemukan.
b. Tipe Masif
yaitu suatu bentuk masif yang besar pada sala satu lobus, dengan hanya satu nodul saja,
sehingga disebut homonoduler masif. Tumor massa yang besar tersebut sering terdapat di
lobus kanan dan pada lobus yang lainnya dijumpai tumor kecil-kecil.
c. Tipe Difu
pada bentuk ini sulit untuk batas dari tumor dengan jaringan hati yang normal, karena
seluruhnya tela terisi oleh sel-sel karsinoma yang difusif. Tidak ditemukan suatu nodul
sehingga kadang sulit dibedakan dengan sirosis portal.
2.4.2 Pengamatan Mikroskopik Hepatoma
Pengamatan mikroskopik hepatoma dibagi atas tiga yaitu:
a. Karsinoma Hepatoseluler
Sel-sel kanker biasanya mempunyai ukuran yang lebih besar dari sel-sel hati yang normal
berbentuk poligonal. Terdapat sel-sel besar berinti banyak dan terlihat adanya mitosis dimana
inti mengalami hiperkromasi dan besarnya bervariasi bila dibandingkan dengan sel hati normal.
Di dalm sel hati ditemukan sitoplasma dan pigmen empedu. Sering disertai dengan sirosis hati.
b. Karsinoma Kholangioseluler
Sel-sel tumor berbentuk kuboid dan silindris dan membentuk tubulus/ alveoli yang
dikelilingi oleh jaringan ikat. Gambaran mitosis tidak ditemukan karena tidak terdapat sel-sel
besar yang berinti banyak. Di dalm sel tumor tidak ada sitoplasma dan pigmen empedu. Jarang
ditemukan bersamaan dengan sirosis hati.
c. Karsinoma Hepatokholangioluler
Tumor ini merupakan campuran antara karsinoma hepatoseluler dan karsinoma
kholangioseluler. Jarang sekali ditemukan dan biasanya bersal dari embrionik.
23. Penyebaran Hepatoma
Metastasis inttrahepatik dapat melalui pembuluh darah, saluran limfe atau infiltrasi
langsung. Metastase ekstrahepatik dapat melibatkan vena hepatika, vena porta, atau vena kava.
Dapat terjadi metastasi pada varises esofagus dan di paru. Metastase sistemik seperti di kelenjar
getah bening di porta hepatis tidak jarang terjadi, dan dapat juga sampai ke mediastinum. Bila
sampai di peritonium, dapat menimbulkan asites hemoragik, yang berarti sudah masuk stadium
terminal.
2.6. Tingkat Keparahan (Stadium) Penyakit Hepatoma
2.6.1. Stadium Dini
Kriteria dari hepatoma stadium dini sebagai berikut:
a. Ditemukan hanya satu nodul kanker dengan diameter 3.0-4.0 cm hanya di salah satu
lobus.
b. Ditemukan dua nodul kanker dengan diameter kurang dari 3 cm dan terletak di salah satu
lobus.
c. Di segmen lain tidak ditemukan nodul kanker sama sekali.
d. Tidak disertai dengan invasi pembuluh darah (vaskuler).
2.6.2. Stadium Lanjut
Apabila banyak dijumpai tumor soliter berbatasan dengan salah satu lobus di hati atau di
kedua lobus hati, disertai dengan invasi pada vaskuler da tumor sudah menunjukkan metastase ke
organ-organ di sekitar hati.
2.7. Epidemiologi Hepatoma
2.7.1. Distribusi dan Frekuensi Hepatoma
a. Distribusi dan Frekuensi Menurut Orang
Pada umumnya kaum laki-laki lebih banyak ditemukan menderita hepatoma daripada
perempuan, hal ini dihubungkan dengan tingginya prevalensi HbsAg pada laki-laki. Secara
umum di dunia penderita hepatoma pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan rasio
4:1. Perbandingan penderita hepatoma pada laki-laki dan perempuan menurut: Bruix di
Barcelona Spanyol (1995) 3:1; Michael (1996) di Afrika Selatan 6:1; Yoon D. S di Seoul Korea
Selatan (1996); Marbun E (2000) Rumah Sakit St. Elisabeth Medan menemukan perbandingan
3:1.
Menurut Serag (2001), laki-laki 2 sampai 4 kali lebih sering ditemukan menderita
hepatoma dibanding perempuan. Alasan perbedaan resiko hepatoma antara laki-laki dan
perempuan belum diketahui secara pasti, kemungkinan berhubungan dengan frekuensi dari
infeksi virus hepatitis dan konsumsi alkohol.
Faktor keturunan diasumsi karena banyaknya insidens hepatoma di Benua Afrika dan
Asia. American Cancer Society, berdasarkan penelitian Cracken, M, dkk (2007) pada ras
mongoloid yang tinggal di California tahun 2000-2002, ditemukan CSDR penderita hepatoma
berdasarkan etnik dan jenis kelamin.
Cina berjenis kelamin Iaki-laki 23.3 per 100.000 penduduk dan perempuan 7.6 per 109.000
penduduk. etnik Philipina denpn jenii telamin laki-laki 16.8 per 100.000 penduduk dan
perenipuan 5.4 per 109.000 penduduL etnik Vietnam dengan jenk kebmin Iaki-bki 54.3 per
100.000 penduduk dan perempuan 15.8 per 100.009 penduduk. emit Korea beijenis telamin laki-
laki 3M per 100.000 penduduk dan perenipuam 15.9 per 109.000 pendudut. dun emit Jepan
clenpan Jenis kebmin lakiluLl 9.3 per I (N tINK) pciiduduk dun peavmpuarn 8.1 per I 00.000
pendudut.2’
b. distribusi dan frekuensi menurut tempat
sekitar 80% kasus hepatoma berda di negara berkembang seperti Asia Timur dan Asia Tenggara
serta Afrika Tengah (Sub-Sahara), yang diketahui sebagai wilayah dengan prevalensi hepatitis
yang tinggi. Menurut Stewart (2003) di seluruh dunia lebih dari 80% kasus hepatoma terjdi di
negara berkembang, dan di China lebih 55% dari total kasus.
c. Distribusi dan frekuensi menurut waktu
Berdasarkan Globocan (2002), ditemukan peringkat dan PMR untuk masing-masing negara
berdasarkan jenis kelamin dari hepatoma di Amerika Serikat, hepatoma pada laki-laki peringkat
ke-94 dengan PMR sebesar 5.5% dan perempuan peringkat ke-120 dengan PMR sebesar 2%.
2.7.2. Determinan Hepatoma
a. Host
Pada hepatoma faktor usia meningkatkan progresifitas. Pada penderita hepatoma lanjut usia,
mencapai puncak antara 50 hingga 70 tahun. Di Afrika seperti Mosambique dan Asia Tenggara
seperti Singapura kebanyakan pasien hepatoma berumur antara 20-40 tahun, sedangkan di Eropa
dan Amerika jarang sebelum 60 tahun. Distribusi umur pada hepatoma dipengaruhi oleh tipe dan
waktu dari terdapatnya faktor resiko. Hepatoma jarang ditemukan pad usia muda. Di Indonesia
(khususnya Jakarta) hepatoma ditemukan tersering pada umur antara 50 sampai 60 tahun dengan
penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
b.. Agent
Penyebab hepatoma belum diketahui secara pasti, beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab
terjadinya hepatoma, antara lain:
b.1. Sirosis hati
Sirosis hati merupakan faktor resiko utama hepatoma di dunia dengan riwayat penyakit lebih dari
80% kasus hepatoma. Di Indonesia dalam 70-90% kasus hepatoma muncul pada penderita sirosis
hati. Kemungkinan timbulnya kanker pada sirosis hati adanya hiperplasia noduler yangakan
berubah menjadi adenoma dan kemudian berubah menjadi kanker.
b.2. Hepatitis
Infeksi Virus Hepatitis B (VHB) 10% akan menjadi kronik dan 20% penderita hepatitis kronik
dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan mengalami sirosis hati dan hepatoma. Kondisi infeksi
VHB dengan pajanan agen lain seperti alfatoksin dapat menyebabkan terjadinya hepatoma tanpa
melalui sirosis hati.
b.3. Alfatoksin
Alfatoksin dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus yang sering tumbuh dalam bhan makanan.
Bahan makanan yang mengandung alfatoksin sering dikonsumsi penduduk Indonesia seperti:
kacang tanah, oncom, tembakau, beras, jagung, coklat, keju, dan beberapa bahan makanan yang
mengandung jamur.
Alfatoksin apabila terkontaminasi dalam takaran yang tinggi mengakibatka kerusakan hati yang
berat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat dan apabila terkontaminasi dalam
takaran rendah dalam waktu yang lama akan menyebabkan resiko hepatoma.
b.4. Alkohol
Penggunaan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati. Masukan alkohol yang
tinggi (>50-70 g/hari) dalam waktu yang lama akan meningkatkan resiko hepatoma melalui
peningkatan predisposisi terjadinya sirosis hai.
Asupan alkohol lebih dari 10-20 oz (300-600 dl) per hari dalam waktu 8-12 hari sudah mulai
timbul gangguan fungsi hati seperti perlemakan dan ikterus (alkoholik hepatitis) dalam jangka
waktu yang lama akan terjadi sirosis hati dan hepatoma, jangka waktu tidak jelas dipengaruhi
faktor nutrisi penderita dan faktor resiko lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya hepatoma.
b.5. Obat-obatan dan bahan kimia
Obat-obatan dan bahan kimia dapat mengganggu fungsi hati. Kelainan hati yang timbul dapat
bersifat hepatotoksin (keracunan langsung pada sel hati ) dan kolastatik (penyempitan saluran
empedu sehingga menimbulkan fibrosis kemudian ikterus dan menjadi sirosis dan hepatoma)
Gangguan fungsi hati dapat bersifat semntara, bila pemberian obat tersebut segera dihentikan.
Bila obat diberikan terus menerus tanpa takaran dapat berlanjut menjadi fibrosis dari jaringan
hati dan akhirnya timbul sirosis dan hepatoma.
Jenis obat yang diduga dapat menyebabkan hepatoma adalah dari golongan analgetik/ antipiretik