12BAB IILANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan PustakaII.1.1. Rokok II.1.1.1. Definisi Rokok
Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok
kretek, rokok putih, cerutu, atau bentuk lainnya yang dihasilkan
dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies
lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar,
dengan atau tanpa bahan tambahan (Peraturan Pemerintah RI, 2012).
II.1.1.2. Jenis Rokok Terdapat dua tipe jenis rokok, yaitu filter
dan non filter. Jenis rokok filter merupakan rokok yang pada
pangkalnya terdapat gabus. Jenis rokok non filter merupakan rokok
yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus (Yuwon HS, 2010).
Rokok filter bertujuan untuk mengurangi jumlah tar yang dihisap
(Hastrup,2001). Hasil penelitian Framingham menyatakan bahwa tidak
ada perbedaan yang berarti antara perokok filter dan non filter
berisiko terserang PJK. Bagi orang yang merokok dapat dikatagorikan
menjadi perokok aktif dan pasif. Perokok aktif ringan adalah orang
yang menghisap 19 rokok dalam satu hari. Perokok pasif atau bukan
perokok adalah orang yang tidak merokok, menghisap pipa, dan
memiliki serum cotinine r > 0.999. Kadar Cadmium (Cd) yang
tinggi berhubungan dengan penyakit jantung (Musharraf, 2012).
II.1.1.4.Dampak Rokok Pada KesehatanTelah banyak terbukti bahwa
dengan mengkonsumsi rokok berdampak pada status kesehatan. Telah
terbukti bahwa perokok beresiko untuk terkena penyakit
kardiovaskuler, kanker paru, asma, dan penyakit paru lainnya
(Gondodiputro, 2007).1. Efek Rokok Terhadap Susunan Saraf
PusatNikotin mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak locus
seruleus yang mengeluarkan serotonin. Meningkatnya serotonin
menimbulkan rangsangan senang sekaligus mencari tembakau lagi. Efek
dari tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya
tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku, dan fungsi
psikomotor (Gondodiputro, 2007).2.Penyakit KardiovaskulerNikotin
dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan menyebabkan
tekanan darah meningkat (Fahim, 2011). Satu batang rokok dapat
meningkatkan aktivitas trombosit yang dapat memicu sumbatan pada
pembuluh darah jantung (Pamukcu, 2011). Afinitas karbonmonoksida
240 kali lebih kuat daripada oksigen pada hemoglobin menyebabkan
otot jantung kekurangan oksigen sehingga dapat menyebabkan jantung
melakukan metabolisme anaerob sehingga menghasilkan asam laktat
yang dapat menstimulasi ujung saraf otot jantung dan menimbulkan
sensasi nyeri (Sherwood, 2008). 3.ArteriosklerosisArteriosklerosis
menyebabkan pembuluh darah kehilangan elastisitas serta pembuluh
darah menyempit. Wanita yang merokok dan menggunakan pil
kontrasepsi mempunyai kemungkinan untuk menderita penggumpalan
pembuluh darah sekitar 10% dari 100 pasien yang menderita gangguan
sirkulasi pada tungkai bawah (Arteriosklerosis Obliteran), 99%
diantaranya adalah perokok (Gondodiputro, 2007).4.Tukak Lambung dan
Tukak Usus 12 JariTembakau meningkatkan asam lambung sehingga
terjadilah tukak lambung dan usus 12 jari. Perokok menderita
gangguan 2x lebih tinggi dari bukan perokok (Gondodiputro, 2007).5.
Efek Terhadap Otak dan Daya IngatAkibat proses aterosklerosis yaitu
penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke otak, jaringan otak
dapat rusak karena kekurangan oksigen (Gondodiputro, 2007).
6.ImpotensiPada lakilaki berusia 3040 tahun-an, merokok dapat
meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50%. Nikotin dapat
menyempitkan arteri yang menuju penis, mengurangi aliran darah, dan
tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan
waktu (Gondodiputro, 2007).7.KankerAsap rokok bertangggungjawab
terhadap lebih dari 85% kanker paruparu dan berhubungan dengan
kanker mulut, faring, laring, esofagus, lambung, pankreas, saluran
kencing, ginjal, ureter, kandung kemih, dan usus (Gondodiputro,
2007).Merokok menyebabkan kanker pada berbagai organ, tetapi organ
yang terpengaruh langsung oleh karsinogen adalah saluran napas.
Sebagian besar karsinogen dalam asap tembakau ditemukan pada fase
tar seperti PAH dan fenol aromatik. Tembakau yang mengandung
nitrosamine dan derivat nikotin juga bersifat karsinogen karena
mudah diabsorpsi ke dalam darah. 8. Chronic Obstructive Pulnomary
Diseases (COPD)Kebiasaan merokok mengubah bentuk jaringan saluran
napas dan fungsi pembersih menghilang, saluran membengkak, dan
menyempit. Seseorang yang menunjukkan gejala batuk berat selama
paling kurang 3 bulan pada setiap tahun berjalan selama 2 tahun,
dinyatakan mengidap bronchitis kronik. Hal tersebut terjadi pada
separuh perokok diatas umur 40 tahun. II.1.1.5. Strategi World
Health OrganizationUntuk mengatasi epidemi tembakau, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mengajak negara anggotanya menerapkan
strategi MPOWER. Strategi ini merupakan salah satu upaya untuk
mengendalikan konsumsi tembakau tahun 2007 di Indonesia. MPOWER
terdiri atas 6 (enam) upaya pengendalian tembakau yang meliputi
(WHO, 2008) :1. Monitor Prevalensi Penggunaan Tembakau dan
PencegahannyaMonitoring penggunaan tembakau dan dampak yang
ditimbulkannya harus diperkuat untuk kepentingan perumusan
kebijakan. Saat ini 2/3 negara berkembang diseluruh dunia tidak
memiliki data dasar penggunaan tembakau pada anak muda dan orang
dewasa dan Indonesia menduduki posisi ketiga dalam proporsi perokok
di dunia.2. Perlindungan Terhadap Asap TembakauAsap rokok tidak
hanya berbahaya bagi orang yang menghisap rokok tetapi juga orang
di sekitarnya (perokok pasif). Lebih dari separuh Negara di dunia,
dengan populasi mendekati 2/3 penduduk dunia, masih membolehkan
merokok di kantor pemerintah, tempat kerja, dan di dalam gedung
(WHO, 2008).Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2003 pasal 22
menjelaskan peraturan tentang kawasan bebas rokok yaitu setiap
ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi,
penjualan, iklan, promosi, dan/atau penggunaan rokok (BPKP,
2012).3. Optimalisasi Dukungan Untuk Berhenti MerokokAda 3 (tiga)
bantuan yang diberikan seperti pelayanan konsultasi bantuan
berhenti merokok yang terintegrasi di pelayanan kesehatan primer,
quitline atau telepon layanan bantuan berhenti merokok yang mudah
diakses dan cuma-cuma serta terapi obat yang murah dengan
pengawasan dokter.4. Waspadakan Masyarakat Akan Bahaya
TembakauWalaupun sebagian besar perokok tahu bahwa rokok berbahaya
bagi kesehatan namun kebanyakan dari mereka tidak tahu apa
bahayanya. Karena itulah, pesan kesehatan wajib dicantumkan dalam
bentuk gambar penyakit akibat rokok.5. Eliminasi Iklan, Promosi,
Dan Sponsor TembakauLarangan terhadap promosi produk tembakau
adalah senjata yang ampuh untuk memerangi tembakau. Di seluruh
dunia, perusahaan tembakau menghabiskan 10 milyar US Dollar setiap
tahunnya untuk biaya promosi (WHO, 2008).6. Raih Kenaikan Cukai
TembakauHal ini merupakan cara yang paling efektif dalam menurunkan
pemakaian tembakau dan mendorong perokok untuk berhenti.II.1.1.6.
Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di SekolahDalam mendukung
peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan Bagian Keenam tentang Kawasan Tanpa
Rokok bahwa pemerintah daerah wajib mewujudkan kawasan tanpa rokok
di tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, dan tempat secara
spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar dalam hal ini
sekolah (BPKP, 2012).Untuk mewujudkan pengembangan kawasan tanpa
rokok di sekolah, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyusun
langkah-langkah pengembangan kawasan tanpa rokok di tempat proses
belajar mengajar. Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada
pemimpin/pengelola tempat proses belajar mengajar dengan
menjelaskan perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan keuntungannya jika
dikembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Yang perlu dilakukan oleh
pimpinan/pengelola dalam hal ini kepala sekolah untuk mengembangkan
Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut (Kemenkes, 2011) :1.
Analisis SituasiPenentu kebijakan/pimpinan ditempat proses belajar
mengajar dalam hal ini kepala sekolah melakukan pengkajian ulang
tentang ada tidaknya kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dan bagaimana
sikap dan perilaku sasaran seperti karyawan, guru, dan siswa
terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. 2. Pembentukan Komite atau
Kelompok Kerja Penyusun Kebijakan Kawasan Tanpa RokokAntara
pimpinan sekolah, karyawan, dan guru yang mewakili perokok dan
bukan perokok melakukan pertemuan atau rapat untuk menyampaikan
maksud dan tujuan diadakan Kawasan Tanpa Rokok, membahas rencana
kebijakan tentang pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok, meminta masukan
dan saran tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok, menetapkan
penanggungjawab Kawasan Tanpa Rokok dan mekanisme pengawasannya
serta membahas cara sosialisasi yang efektif bagi guru, karyawan,
dan siswa.3. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa RokokKomite atau
kelompok kerja yang terbentuk selanjutnya membuat kebijakan yang
jelas, tujuan, dan cara melaksanakannya.4. Penyiapan
InfrastukturMembuat surat keputusan dari pimpinan atau kepala
sekolah tentang penanggungjawab dan pengawas Kawasan Tanpa Rokok di
sekolah, menyediakan instrument pengawasan, menyediakan materi
sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok, pembuatan dan penempatan
larangan merokok, mekanisme dan saluran penyampaian pesan tentang
Kawasan Tanpa Rokok di sekolah melalui poster, stiker, dan
sebagainya, pelatihan bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok dan
pelatihan bagi karyawan, guru, dan siswa tentang cara berhenti
merokok.5. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa RokokMelakukan
sosialisasi tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan
internal bagi karyawan, guru, dan siswa, melaksanakan sosialisasi
tugas dan tanggungjawab dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.6.
Penerapan Kawasan Tanpa RokokPesan Kawasan Tanpa Rokok bagi
karyawan, guru, dan siswa melalui poster, tanda larangan merokok,
pengumuman, pengeras suara dan sebagainya, penyediaan tempat
bertanya dan pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.7.
Pengawasan dan Penegakan HukumPengawas Kawasan Tanpa Rokok di
sekolah dan mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai
peraturan yang berlaku dan melaporkan hasil pengawasan kepada
otoritas pengawasan yang ditunjuk baik diminta atau tidak.8.
Pemantauan dan EvaluasiPemantauan dan evaluasi secara berkala
tentang kebijakan yang telah dilaksanakan, meminta pendapat
komite,melakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan, dan
putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap masalah
kebijakan.II.1.2.RemajaII.1.2.1.Definisi RemajaKata remaja berasal
dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti to grow atau to
grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja
seperti Debrune mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan
antara masa kanak-kanak dan dewasa. Masa remaja adalah masa
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada
umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
akhir belasan tahun atau awal 20 tahunan (Ali dan Asrori,
2011).Masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Adapun
masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun)
dan masa remaja akhir (16 atau17 tahun hingga 18 tahun). Masa
remaja awal dan akhir dibedakan karena pada masa remaja akhir
individu telah mencapai transisi perkembangan masa dewasa (Ali dan
Asrori 2011).Masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan
dewasa. Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan
psikoseksual dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang
tua dan cita-cita.II.1.2.2.Aspek Perkembangan Pada
RemajaPerkembangan remaja terbagi menjadi tiga aspek (Jahja, 2011),
yaitu :1. Perkembangan FisikPerkembangan fisik adalah
perubahan-perubahan pada tubuh, otak kapasitas sensoris, dan
keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan
pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot,
dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja
mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa
yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya
semakin sempurna untuk meningkatkan kemampuan kognitif.2.
Perkembangan KognitifSeorang remaja termotivasi untuk memahami
dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja
secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang
didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema
kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau
ide-ide yang lebih penting dibandingkan ide lainnya, lalu remaja
juga menghubungkan ide-ide ini.3. Perkembangan Kepribadian
SosialPerkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu
berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik,
sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan
dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa
remaja ialah pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri
adalah proses menjadi seseorang yang unik dengan peran yang penting
dalam hidup. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan
kelompok teman sebaya dibandingkan orangtua.II.1.2.3. Tahap
Perkembangan RemajaTahapan perkembangan remaja terbagi atas 3
(Sarwono, 2008):1. Remaja awal (early adolescence)Seorang remaja
pada tahap ini masih belum yakin akan perubahan yang terjadi pada
tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan
itu.2. Remaja madya (mid adolescence) Pada tahapan ini remaja
sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang jika banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan narcistic yaitu mencintai diri
sendiri dan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat sama dengan
dirinya.3. Remaja akhir (late adolescence) Tahap ini merupakan masa
konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian
lima hal di bawah ini, seperti :a. Minat yang makin mantap terhadap
fungsi-fungsi intelek.b. Mencari kesempatan untuk bersatu dengan
orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru.c. Terbentuk identitas
seksual yang tidak akan berubah lagi.d. Egosentrisme (terlalu
memusatkan perhatian pada diri sendiri).e. Tumbuh dinding yang
memisahkan diri pribadinya dengan masyarakat umum.II.1.3.
Pengetahuan (Knowledge)II.1.3.1. Definisi Pengetahuan
MenurutLawrence Green (1980) mengatakan pengetahuan dan sikap
seseorang terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor
predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang.Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).II.1.3.2.
Tingkatan PengetahuanPengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai
intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara kognitif
mempunyai 6 tingkatan menurut Notoatmodjo (2012), yaitu :1. Tahu
(know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifk dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini. Tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami
(comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.3. Aplikasi
(application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya (real). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.5. Sintesis
(syntesis)Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada. 6.
Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek menggunakan kriteria yang telah ada. II.1.3.3. Pengetahuan
tentangBahaya RokokApabila seseorang menerima perilaku baru atau
adopsi perilaku berdasarkan pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
positif, maka perilaku akan berlangsung lama. Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka
tidak akan berlangsung lama. Sebagai contoh para siswa dilarang
untuk merokok oleh orangtua atau guru di sekolah tanpa menjelaskan
efek atau dampak apa yang akan terjadi, maka para siswa akan
mencoba untuk merokok karena tidak didasari oleh pengetahuan
tentang bahaya rokok dan dampak yang akan terjadi apabila merokok.
Pengetahuantentangbahayarokokadalahpengetahuan mengenai rokok,
kandungan rokok dan bahaya rokok terhadap kesehatan (Nurhamidin,
2012).II.1.4. Sikap II.1.4.1. Definisi Sikap Sikap merupakan reaksi
atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi dan
dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek sikap yang
diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif (emosi)
serta perilaku. Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang
menggerakan untuk bertindak, menyertai dalam keadaan-keadaan
tertentu dalam menghadapi objek dan terbentuk berdasarkan
pengalaman-pengalaman (Notoatmodjo, 2012). Diagram di bawah ini
dapat lebih menjelaskan uraian tentang sikap.
Reaksi Tingkah laku (terbuka)
Stimulus RangsanganProses Stimulus
Sikap (tertutup)
Bagan 1. Proses Terbentuknya SikapII.1.4.2. Komponen Pokok
SikapMenurutAzwar S (2010) sikap terdiri dari 3 komponen yang
saling menunjang, yaitu :1. Kognitif (cognitive)Kognitif merupakan
representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.
Komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki
individu mengenai sesuatu dapat disamakan dengan penanganan
terutama apabila menyangkut masalah isu atau yang kontroversial.2.
Afektif (affective)Merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
dalam sebagai komponen sikap.3. Konatif (conative)Merupakan aspek
kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki oleh
seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk
bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
tertentu.II.1.4.3. Tingkatan Sikap Sikap terdiri dari beberapa
tingkatan (Notoadmodjo, 2012):1. Menerima (receiving) Menerima
diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek)(Notoadmodjo, 2012). Salah satu contohnya sikap
seseorang terhadap rokok dapat dilihat dari perhatian orang itu
terhadap sosialisasi atau penyuluhan mengenai rokok dan bahaya yang
ditimbulkan dari merokok (Nurhamidin, 2012).2. Merespon
(responding) Memberikan jawaban jika ditanya dan mengerjakan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi sikap. Suatu usaha dilakukan
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.
Terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa
orang tersebut menerima ide itu(Notoadmodjo, 2012). Misalnya
seseorang dengan mengetahui dampak dari bahaya merokok, orang
tersebut tidak akan mencoba untuk merokok. Bagi yang telah menjadi
perokok, ia mau berusaha untuk berhenti karena mengetahui dampak
yang akan terjadi bila terus merokok (Nurhamidin, 2012).3.
Menghargai (valuing)Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah(Notoadmodjo, 2012). Misalnya seseorang
dengan niat ingin menolong orang lain agar tidak terjerumus lebih
dalam dan menjadi pecandu berat rokok, sehingga dia mengajak orang
lain untuk berhenti/tidak merokok dengan menjelaskan bahaya rokok
yang ia ketahui dengan harapan orang lain akan mendengar ajakannya
dan tidak lagi merokok (Nurhamidin, 2012).4. Bertanggungjawab
(responsible)Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala risiko adalah tingkatan sikap yang paling
tinggi(Notoadmodjo, 2012). Misalnya seseorang dengan pengetahuan
yang ia miliki tentang rokok dan bahayanya maka ia bertanggungjawab
atas apa yang dipilihnya untuk tidak merokok. Berjanji dalam
dirinya untuk menolak ajakan merokok dari orang lain, menegur
dengan baik apabila merokok disekitarnya dan menyarankan kepada
orang lain untuk tidak atau berhenti merokok (Nurhamidin,
2012).II.1.4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi SikapAzwar
manyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Azwar, 2010),
yaitu :1. Pengalaman pribadiPengalaman pribadi dapat menjadi dasar
pembentukan sikap jika dapat meninggalkan kesan yang kuat. Sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.2. Pengaruh
orang lain yang dianggap pentingPada umumnya individu cenderung
memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap seseorang
yang dianggap penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan
untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut. 3. Pengaruh kebudayaanKebudayaan dapat
memberikan corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. 4. Media massaDalam
pemberitaan surat kabar, radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang seharusnya faktual jika disampaikan secara objektif
akan mempengaruhi sikap konsumennya. 5. Lembaga pendidikan dan
lembaga agamaKonsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan
lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga dapat
mempengaruhi sikap.6. Faktor emosionalSuatu bentuk sikap pernyataan
yang didasari emosi, biasanya berfungsi sebagai penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme dari pertahanan ego.II.1.4.5.
Sikap tentangBahaya Rokok.Sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek.Sikaptentangbahayarokokadalahsikap yang dimulai dari subjek
yang telah mendengar dan mengetahui tentang dampak yang ditimbulkan
oleh rokok (Nurhamidin, 2012).II.1.5. MotivasiII.1.5.1. Definisi
MotivasiMotivasi adalah insentif ataukekuatan pendorongperubahan
perilaku (Soderback, 2009).II.1.5.2. Jenis-Jenis MotivasiJenis
motivasi (Sabran, 2005) :1.Motivasi IntrinsikMotivasi intrinsik
menjurus kepada keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor
pendorong dari dalam diri (internal) individu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu : a.Kebutuhan (need)
Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya
faktor-faktor kebutuhan baik biologis maupun psikologis. b.Harapan
(expectancy) Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan
adanya harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang,
keberhasilan dan harga diri meningkat, dan menggerakkan seseorang
ke arah pencapaian tujuan.c.Minat Minat adalah suatu rasa lebih
suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh.
2.Motivasi EkstrinsikMotivasi ekstrinsi menjurus kepada
keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor dari luar diri
(eksternal) individu.Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
ekstrinsik adalah : a.Dorongan keluarga Dukungan dan dorongan
keluarga semakin menguatkan motivasi seseorang. b.Lingkungan
Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal. Lingkungan dapat
mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan
sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang
besar dalam memotivasi seseorang dalam merubah tingkah lakunya.
Dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka, akan menimbulkan
rasa kesetiakawanan yang tinggi. c.Imbalan Seseorang dapat
termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga orang tersebut
ingin melakukan sesuatu.II.5.3. MotivasiPencegahanMerokokPerilaku
seseorangtidak lepas dari faktor lainnya berupa pengetahuan,
sikap,dan motivasi(Liana, 2013).Motivasipencegahanmerokok adalah
kekuatan pendorongyang mendorongkeinginan seseorang untuk
mencegahmerokok.II.1.6. TindakanII.1.6.1. Definisi TindakanSetelah
seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,
proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau
mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik),
inilah yang disebut tindakan (Notoatmodjo, 2012).Untuk mewujudkan
Tindakan menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Di
samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support)
dari pihak lain(Notoatmodjo, 2012).II.1.6.2. Tingkatan Tindakan
Tindakan atau praktek mempunyai beberapa tingkatan (Notoatmodjo,
2012), yaitu: 1. Persepsi (perception): Merupakan praktik tingkat
pertama yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.2. Respon terpimpin (guided response):
Merupakan indikator praktik tingkat dua yaitu dapat melakukan
sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.3.
Mekanisme(mecanism): Merupakan praktik tingkat tiga yaitu apabila
seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.4.
Adopsi(adoption): Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.II.1.6.3. Tindakan
Pencegahan merokokTindakan pencegahan merokok adalah subjek
tersebut berniat untuk menjauhi atau tidak mencoba untuk merokok,
memberikan informasi bahaya merokok,
dandidukungolehlingkungansekolah(Nurhamidin,
2012).Tolakukurtindakanpencegahanmerokokterdiridari:1. Subjek
tersebut berniat untuk menjauhi atau tidak mencoba untuk merokok2.
Memberikan informasi bahaya merokok3.
DidukungolehlingkungansekolahII.1.6.4.Hubungan antaraPengetahuan,
SikaptentangBahayaRokok, dan Motivasi terhadapTindakan Pencegahan
MerokokMenurutLawrence Green (1980) mengatakan pengetahuan dan
sikap seseorang terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor
predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang(Notoatmodjo,
2012).Bila perilaku seseorang didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka perilaku tersebut akan berlangsung lama, begitu juga
sebaliknya.Sebagai contoh para siswa dilarang untuk merokok oleh
orangtua atau guru di sekolah tanpa menjelaskan efek atau dampak
apa yang akan terjadi, maka para siswa akan mencoba untuk merokok
karena tidak didasari oleh pengetahuan tentang bahaya rokok dan
dampak yang akan terjadi apabila merokok. Sikap merupakan reaksi
atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek(Notoatmodjo, 2012).MenurutNewcomb, salah
seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap belum
merupakan tindakanatau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi perilaku (tindakan) (Mukuan, 2012).
Sikaptentangbahayarokokadalah sikap yang dimulai dari subjek yang
telah mendengar dan mengetahui tentang dampak yang ditimbulkan oleh
rokok (Nurhamidin, 2012).Perilaku seseorang juga tidak lepas dari
faktor lainnya berupa pengetahuan, sikap, dan motivasi (Liana,
2013).Motivasi adalah insentif ataukekuatan pendorongperubahan
perilaku (Soderback, 2009).Motivasipencegahanmerokokadalahkekuatan
pendorongyang mendorong
keinginanseseoranguntukmencegahmerokok.Setelah seseorang mengetahui
stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau
pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan
ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau
disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut tindakan
(Notoatmodjo, 2012).Tindakanpencegahanmerokokadalahsubjek tersebut
berniat untuk menjauhi atau tidak mencoba untuk merokok, memberikan
informasi bahaya merokok,
dandidukungolehlingkungansekolah(Nurhamidin, 2012).II.2. Penelitian
Terkait Yang Pernah DilakukanNoJudul PenelitianNama PenelitiTempat
& Tahun PenelitianRancangan PenelitianVariabel PenelitianHasil
Penelitian
1.Tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok dengan
tindakan pencegahan merokok siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri
ManadoKiki Rizqiah NurhamidinDi Madrasah Tsanawiyah Negeri
ManadoCross sectional
1) Var. Dependen : Perilaku terhadap pencegahan merokok2) Var.
Independen : Pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya rokokTidak
terdapat hubungan antara pengetahuan tentang bahaya rokok dengan
tindakan pencegahan merokok (p>0,05).Terdapat hubungan antara
sikap tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok
(p