BAB 2 ISI 2.1 Definisi Vitreous Detachment adalah lepasnya korteks vitreous dari perlekatannya pada retina. 2 Lepasnya korteks vitreous dari perlekatannya dipengaruhi oleh proses penuaan, perdarahan, peradangan, trauma, myopia, dan proses lain yang mengganggu matriks vitreous. 2,3 Gambar 2.1: vitreous detachment Corpus vitreus mengisi ruang antara lensa dan retina dan menempati 4/5 dari kavitas bola mata, terdiri atas matriks serat kolagen tiga dimensi dan gel asam hialuronat dengan volume sekitar 4 ml. 98% dari vitreous tersusun atas air sehingga tidak dapat lagi menyerap air. 1,2 Corpus vitreous dibagi menjadi dua bagian yaitu : 4 1. Korteks Korteks terdiri dari bagian korteks yang melekat pada retina (korteks posterior) dan yang melekat pada lensa, corpus ciliary, dan zonula zinni (korteks anterior). 2
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2
ISI
2.1 Definisi
Vitreous Detachment adalah lepasnya korteks vitreous dari perlekatannya pada
retina. 2 Lepasnya korteks vitreous dari perlekatannya dipengaruhi oleh proses penuaan,
perdarahan, peradangan, trauma, myopia, dan proses lain yang mengganggu matriks
vitreous. 2,3
Gambar 2.1: vitreous detachment
Corpus vitreus mengisi ruang antara lensa dan retina dan menempati 4/5 dari
kavitas bola mata, terdiri atas matriks serat kolagen tiga dimensi dan gel asam hialuronat
dengan volume sekitar 4 ml. 98% dari vitreous tersusun atas air sehingga tidak dapat lagi
menyerap air. 1,2 Corpus vitreous dibagi menjadi dua bagian yaitu : 4
1. Korteks
Korteks terdiri dari bagian korteks yang melekat pada retina (korteks posterior) dan
yang melekat pada lensa, corpus ciliary, dan zonula zinni (korteks anterior).
2. Nucleus
Bagian inti dari vitreus yang komposisi struktur fibriller lebih rendah dan menyerupai
jelly. Pada bagian ini awal proses pencairan sering terjadi.
Corpus vitreous melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan
tersebut terletak pada ora serata (vitreous base) dimana perlekatannya paling kuat, pada
posterior kapsul lensa (anterior vitreous), dan pada retina pada papil saraf optik (posterior
vitreous) yang merupakan daerah yang perlekatannya lemah. 1,2,4
Gambar 2.2 : anatomi corpus vitreous
2
2.2 Epidemiologi
Bentuk yang paling sering ditemukan yaitu lepasnya vitreus posterior yang
disebut dengan Posterior Vitreous Detachment (PVD). Jarang terjadi pada usia 40-50
tahun. Ditemukan sebanyak 6 % pada usia 54-65 tahun dan meningkat lebih dari 75%
pada usia 65 tahun atau lebih. Vitreous detachment sering ditemukan pada pasien dengan
riwayat myopia tinggi, operasi katarak, inflamasi intraokuler, dan trauma. 5,6,7
2.3 Klasifikasi
Lepasnya perlekatan vitreous dibagi berdasarkan letak perlekatannya yaitu: 4
2.3.1 Posterior Vitreous Detachment (PVD)
Lepasnya korteks vitreous bagian posterior paling sering disebabkan oleh proses
perubahan pada vitreous yaitu proses pencairan (liquifaction). Penyebab pencairan
tersebut antara lain: 4
a. Proses degenerative seperti senilis, myopia, dan keadaan yang berhubungan
dengan retinitis pigmentosa.
b. Pasca inflamasi terutama uveitis.
c. Trauma vitreous.
3
d. Pengaruh panas seperti fotokoagulasi atau cryokoagulasi.
e. Pengaruh radiasi.
PVD disertai dengan proses pencairan (synchysis) dan kolaps (synersis) sering
terjadi pada usia diatas 65 tahun. Hal ini sering terjadi akibat pencairan vitreous pada
proses penuaan dan membentuk lubang pada hialoid membrane di bagian posterior.
Gambar 2.3 : posterior vitreous detachment
Kakehashi et al mengklasifikasi PVD menjadi empat tipe yaitu : 9
1. PVD komplit disertai kolaps vitreous (berhubungan dengan penuaan atau miopia)
2. PVD komplit tanpa disertai kolaps vitreous (berhubungan dengan inflamasi atau
uveitis)
3. PVD sebagian disertai penebalan korteks vitreous posterior (berhubungan dengan
diabetic retinopathy)
4. PVD sebagian tanpa penebalan korteks vitreous posterior (pada pasien tanpa
penyakit retina)
2.3.2 Detachment of the Vitreous Base and the Anterior Vitreous
4
Pelepasan perlekatan vitreous bagian anterior dan bagian basal sering terjadi
akibat trauma tumpul. Hal ini sering berhubungan dengan perdarahan vitreous, dialysis
retina bagian anterior, dan dislokasi lensa.
Gambar 2.4 : Anterior and Base vitreous detachment
2.4 Patofisiologi
Perubahan pada corpus vitreous dapat terjadi lebih cepat pada kasus miopia atau
beberapa tipe penyakit retina atau proses inflamasi. Karena pencairan sentral vitreus dan
kolapsnya jaringan kolagen sentral, korteks vitreus lepas dari membran pembatas ke
retina. Gejala-gejala dari kolapsnya vitreus adalah kilatan sinar (fotopsia) karena
tertariknya retina akibat lepasnya korteks dari membran pembatas dan tiba-tiba muncul
bintik-bintik hitam yang menandakan terjadinya opasitas dari bagian permukaan posterior
vitreus, yang nampak melayang-layang di depan retina. Vitreus yang kolaps dapat dilihat
secara klinis dengan adanya zona bersih “clear zone” di depan retina. Bentuk perlekatan
vitreus ke batas diskus optikus dapat dilihat sebagai gambaran cincin opak yang
melayang di ruang vitreus. 10
Gambar 2.5 : patofisiologi
5
2.5 Gejala klinis
2.5.1. Floaters
“floaters” digambarkan sebagai benang-benang, jaring laba-laba, objek-objek
serupa piring-piring kecil atau sebuah cincin tembus pandang. Sebanyak 70 % populasi
mengeluhkan gejala ini. Gambaran ini muncul akibat adanya serat-serat dan permukaan
kolagen vitreous yang telah ada sebelumnya. Adanya eritrosit dan kadang-kadang sel-sel
radang dalam vitreous dapat menyebabkan pasien dapat melihat floaters yang
digambarkan sebagai objek mirip piring. Floaters seperti cincin biasanya terlihat saat
memvisualisasikan daerah korteks vitreous posterior yang sebelumnya meleka pada
nervus opticus. 2,9,10
2.5.2. Kilatan Sinar ( Fotopsia)
Kilatan sinar yang sering disebut “fotopsia” disebabkan oleh rangsangan mekanis
pada retina, biasanya sekunder setelah pemisahan vitreous dari retina. Hal ini terjadi
akibat otak menginterpretasikan semua sinyal dari retina sebagai cahaya. (allaboutvision).
Sebagian besar pasien yang vitreous posteriornya terlepas akan mengalami kilatan
sinar,terutama saat melakukan gerak sakadik, sampai pemisahannya stabil. Pemisahan
vitreous posterior tidak akan pernah sempurna karena vitreous akan selalu melekat pada
basis vitreous posterior. 2,9,10
2.5.3. Metamorphosia
6
Bila lepasnya vitreous membuat retina ikut tertarik hingga permukaan retina
terjadi elevasi, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya keadaan yang disebut dengan
metamorphosia. Pada dasarnya metamorphosia adalah penglihatan yang mengalami
distorsi. Hal ini terjadi akibat dari elevasi permukaan retina akibat tertariknya area
vitreoretina. Akibatnya, permukaan bergelombang menyajikan distorsi pada lapangan
pandang pasien. 8
2.5.4 Pandangan kabur (Blurred vision)
Penglihatan kabur terjadi karena area terjadinya pelepasan vitreous menyababkan
gangguan lintasan visual. Gejala yang muncul seperti melihat melalui air yang keruh
yang dapat disertai dengan floaters. Hal ini menjadi sesuatu yang mengganggu bagi
pasien sebab kondisi ini dapat terjadi lama selama berbulan-bulan. 8
2.6 Diagnosa
Pemeriksaan lebih lanjut dengan alat-alat penunjang penting untuk mendiagnosa
vitreous detachment. Sebagian orang tidak mengeluhkan gejala apapun, namun sebagian
besar mengeluh floaters dan flashes. Untuk menegakkan diagnosa diperlukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan pemeriksaan khusus.
2.6.1 Pemeriksaan dengan Oftalmoskopi
Oftalmoskopi yang digunakan untuk melihat lepasnya corpus vitreous dari
perlekatanya yaitu oftalmoskop indirek (oftalmoskopi tidak langsung). Pada kasus
vitreous detachment terutama pada area optic disk akan menunjukkan gambaran area
lepasnya vitreous berbentuk cincin yang disebut dengan weiss ring. 5,6
Gambar 2.6: Weiss ring
7
2.6.2 Pemeriksaan dengan Slitlamp (Biomikroskop)
Korpus vitreum normal tidak dapat dilihat dengan oftalmoskopi langsung atau
tidak langsung. Berbagai gambaran yang terlihat secara ofthalmoskopis adalah anomali-
anomali yang disebabkan oleh perubahan struktural, misalnya adanya floaters (benda-
benda yang terlihat melayang/mengapung) pada sinersis dan bentuk mirip cincin akibat
terlepasnya korpus vitreum posterior, atau adanya unsur-unsur invasif, misalnya darah,
massa sel darah putih, atau proliverasi fibrovaskular dari jaringan-jaringan sekitarnya.
Korpus vitreum normal in situ dan banyak anomali penting (mis: retraksi, kondensasi,
dan penciutan korpus vitreum yang khas untuk diabetes atau cidera) hanya dapat dilihat
dengan slitlamp. 2
2.6.3 Lensa Kontak
Korpus viterum sentral anterior adalah satu-satunya bagian dari dalam mata (di
belakang lensa) yang hanya dapat dilihat dengan slitlamp saja. Untuk melihat bagian-
bagian lain, di mata pasien harus diletakkan lensa kontak khusus untuk memodifikasi
kekuatan lensa aqueus humor dan lensa (kristalina) memfokuskan cahaya dan untuk
memperluas rentang sudut berkas dengan sumbu penglihatan bola mata.
Digunakan lensa kontak yang relatif tipis dengan permukaan depan yang datar
untuk menetralisasi sifat membelokan cahaya oleh mata, sehingga jaringan pada dan di
dekat sumbu penglihatan mata (diskus optikus, koroid dan retina posterior, dan korpus
viterum aksial) dapat diterangi secara detail tiga dimensi. Dapat digunakan lensa kontak
yang jauh lebih tebal dengan cermin-cermin yang telah terpasang dan permukaan depan
yang datar untuk memindahkan jalur penglihatan dan pencahayaan slitlamp dalam
8
Weiss’ ring
kaitannya dengan sumbu penglihatan bola mata,sehingga korpus vitreum dan retina
nonaksial dapat dilihat. 2
2.6.4 Ultrasonografi B-Scan
Ultarsonografi B-Scan adalah alat diagnostik dan prognostik penting yang
digunakan pada banyak kelainan segmen posterior yang berkaitan dengan kekeruhan
korpus vitreum.Selain itu, pemakaian ultrasonografi B-scan secara optimal dapat
memberi banyak informasi mengenai korpus vitreum dan struktur-struktur di dekatnya
terutama untuk menilai apakah retina masih melekat dengan baik. 2
2.6.5 Optical Coherence Tomography (OCT)
Alat ini berperan penting untuk menentukan apakah korteks vitreous posterior
melekat pada makula. Berguna juga untuk menilai sindrom traksi vitreomakula dan
perlekatan vitreous posterior yang meregang. 2
2.7 Diagnosa banding
Vitreous Detachment harus dibedakan dengan Sineresis Vitreous, Robekan
Retina, ataupun Pelepasan Retina.
Pada Sineresis, terjadi penggumpalan partikel-partikel medium disperse,
pemisahan medium dan penciutan gel sehingga bagian tengah korpus vitreum terisi
produk-produk penguraian berbentuk cair. Pada kondisi ini pasien hanya mengalami
floaters. 2,4
Pasien dengan kolaps akut korpus vitreum yang menyebabkan pelepasan korteks
vitreum dapat menimbulkan pelepasan atau robekan retina yang asimtomatik. Oleh sebab
itu, untuk membedakannya setiap pasien baru dengan keluhan fotopsia atau floaters harus
dilakukan pemeriksaan retina perifer secara teliti dengan oftalmoskop tidak langsung. 2
2.8 Penatalaksanaan
Bintik-bintik dan floaters di mata adalah tidak berbahaya dan hanya mengganggu
penglihatan. Kebanyakan akan hilang dengan sendirinya dan menjadi kurang
mengganggu. Beberapa orang tertarik untuk operasi pengangkatan floaters, tetapi dokter
9
menyarankan agar operasi dilakukan bila penglihatan benar-benar terhalang. Pada
keadaan ini, cara yang hanya dapat dilakukan untuk membersihkan vitreus dari bintik-
bintik dan jaringan-jaringan adalah dengan mengangkat substansi gel dari mata melalui
prosedur vitrectomy. 4,5,7
Vitrektomi dibagi atas 3 tipe: 4
1. Anterior vitrektomi, pengangkatan bagian anterior vitreus.
2. Core vitrektomi, pengangkatan bagian sentral vitreus. Terutama pada kasus
endopthalmitis.
3. Subtotal dan total vitrektomi, pengangkatan seluruh bagian vitreus.
Teknik untuk melakukan vitrektomi, dibagi menjadi 2 cara: 4
1. Open-sky vitrektomi
Teknik ini dipakai untuk anterior vitrektomi. Adapun indikasi teknik ini adalah :
Kehilangan vitreus sewaktu ekstraksi katarak.
Aphakic keratoplasty
Rekonstruksi ruang anterior pasca trauma yang menyebabkan hilangnya vitreus
Pemindahan lensa yang dislokasi
2. Closed vitrektomi
Teknik ini dipakai untuk core, subtotal dan total vitrektomi. Adapun indikasi teknik ini
adalah :
Endopthalmitis disertai abses vitreus
Perdarahan vitreus
Proliferatif diabetes retinopati
Komplikasi pelepasan retina
Pemindahan benda asing di intraokular
Hiperplasia vitreus primer yang persisten
Pemindahan lensa intraokular dari ruang vitreus
Gambar 2.7 : pars plana Vitrectomy (closed vitrectomy)
10
Subsitusi vitreus pasca vitrektomi bertujuan untuk mengembalikan tekanan
intraokular dan sebagai tamponade intraokular. Substitusi vitreus yang ideal harus
memiliki tekanan permukaan yang tinggi dan jernih. Jika tidak ada substitusi yang ideal,
kita dapat menggunakan: 4
1. Udara secara umum digunakan sebagai tamponade pada kasus yang tidak memiliki
komplikasi. Substitusi ini diserap dalam 3 hari.
2. Cairan fisiologis seperti ringer laktat atau cairan NaCl digunakan pada kasus
endopthalmitis atau perdarahan vitreus yang tidak memiliki komplikasi.
3. Expanding gases digunakan untuk kasus-kasus kompleks yang membutuhkan
tamponade intraokular dalam jangka panjang. Contoh sulphur hexaflouride (SF6) dan
perfluoropropane.
4. Perflurocarbon liquids (PFCL) adalah cairan berat yang digunakan untuk
memindahkan nukleus yang jatuh atau IOL dari ruang vitreous dan menstabilkan
retina posterior selama pengelupasan membran epiretina.
5. Minyak silikon dapat digunakan sebagai tamponade intraokular jangka panjang pasca
operasi pelepasan retina.
11
Harus diingat bahwa kemunculan secara tiba-tiba floaters dengan jumlah yang
signifikan, khususnya jika diikuti dengan kilatan cahaya atau gangguan penglihatan,
dapat mengindikasikan terjadinya pelepasan retina atau suatu masalah yang serius di
mata. Pelepasan retina (retinal detachment) adalah sesuatu yang emergensi, butuh
perhatian segera.
2.9 Komplikasi
Pelepasan vitreous dari perlekatannya dapat menyebabkan robekan pada retina
sampai pelepasan retina, terjadi kurang lebih 6 minggu sampai 3 bulan setelah lepasnya
vitreous . 6,7 Selain itu, robekan yang mengenai pembuluh darah retina menyebabkan
perdarahan korpus vitreum dan meningkatkan terjadinya pelepasan retina. 2
Komplikasi pasca operasi yang mungkin terjadi yaitu perdarahan pasca operasi,
infeksi,lepasnya retina (retinal detachment) dan meningkatnya resiko terjadinya katarak. 3
2.10 Prognosa
Prognosa vitreous detachment biasanya baik jika belum terjadi keterlibatan retina.
Kondisi ini tidak akan menyebabkan seseorang kehilangan penglihatan permanen. Pasien
akan memiliki flashes dan floaters selama sisa hidupnya, tetapi tidak merupakan indikasi
bahwa akan kehilangan penglihatan. Oleh sebab itu, perlu pengawasan untuk memastikan
bahwa kondisi ini tidak mulai berkembang menjadi ablasi atau pelepasan retina. 7