Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia adalah jumlah kepadatan penduduk yang menimbulkan berbagai macam masalah. Berdasarkan survey akhir Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 menyebutkan bahwa, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa dan diperkirakan melonjak menjadi 247,5 juta jiwa pada tahun 2015. Menurut World Population Date Sheet tahun 2013, Indonesia merupakan Negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta, dengan Total Fetility Rate (TFR) 2,6 dan Indonesia masih berada diatas rata-rata TFR Negara ASEAN yaitu 2,4 sebagai akibatnya, penduduk di negara tersebut belum menikmati kehidupan yang layak. Mereka menderita kekurangan makan dan gizi, sehingga tingkat kesadaran buruk, mempunyai pendidikan yang rendah, dan kekurangan lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, 1
48

Bab 123 Tentang Devi Punya

Feb 06, 2016

Download

Documents

AanrentalRental
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bab 123 Tentang Devi Punya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia adalah

jumlah kepadatan penduduk yang menimbulkan berbagai macam masalah.

Berdasarkan survey akhir Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015

menyebutkan bahwa, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa

dan diperkirakan melonjak menjadi 247,5 juta jiwa pada tahun 2015.

Menurut World Population Date Sheet tahun 2013, Indonesia merupakan

Negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta,

dengan Total Fetility Rate (TFR) 2,6 dan Indonesia masih berada diatas rata-

rata TFR Negara ASEAN yaitu 2,4 sebagai akibatnya, penduduk di negara

tersebut belum menikmati kehidupan yang layak. Mereka menderita

kekurangan makan dan gizi, sehingga tingkat kesadaran buruk, mempunyai

pendidikan yang rendah, dan kekurangan lapangan pekerjaan. Oleh karena itu,

berbagai program kependuduk dan mengurangi beban kemiskinan, kebodohan,

dan keterbelakangan akibat tekanan penduduk. (Kemenkes, 2014)

Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa pembangunan

keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam

lingkungan yang sehat, dan Program Keluarga Berencana (KB) merupakan

upaya untuk mewujudkannya. Kb bertujuan untuk mengatur kelahiran anak,

jarak, usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi dan

1

Page 2: Bab 123 Tentang Devi Punya

bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas

(Kemenkes, 2014).

Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012

menunjukkan tren Prevalensi Penggunaan Kontrasepsi atau Contraceptive

Prevalence Rate (CPR) di Indonesia sejak 1991-2012 cenderung meningkat

(61,9%). Hasil survey juga memperlihatkan bahwa keinginan membatasi

kelahiran meningkat secara cepat sejalan dengan banyaknya anak lahir hidup.

Pengaturan kehamilan dalam program KB dilakukan dengan menggunakan

alat kontraseps.

Terdapat berbagai macam metode kontrasepsi, adapun jumlah pengguna

kontrasepsi secara keseluruhan meningkat karena tersedianya metode

hormonal dalam 20 tahun terakhir ini. Kontrasepsi hormonal merupakan salah

satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah

terjadinya konsepsi, seperti kontrasepsi oral (pil), kontrasepsi duntik dan

kontrasepsi implant (Saifuddin, 2010)

Selama lebih dari 30 tahun terakhir. Terdapat kemajuan yang signifikan

dalam perkembangan teknologi kontrasepsi. Tersedia berbagai pilihan

kontrasepsi yang aman, efekti dan mudah penggunaannya. Hal ini menjadi

alasan yang mendorong seseorang untuk ikut program Keluarga Berencana.

Salah satu metode kontrasepsi yang menunjukkan peningkatan dalam

penggunaannya adalah Depo Medroksi Asetat (DMPA) dalam bentuk injeksi.

Menurut data terakhir, jumlah peserta KB baru untuk injeksi Depo Medroksi

Asetat (DMPA) sampai dengan bulan Maret 2009 secara Nasional sebanyak

876411 wanita dan NTB berkontribusi sebanyak 22151 peserta KB baru untuk

2

Page 3: Bab 123 Tentang Devi Punya

injeksi Depo Medroksi Asetat (DMPA), dimana injeksi Depo Medroksi Asetat

(DMPA) merupakan ilihan pertama dalam penggunaan metode kontrasepsi

(BKKBN, 2009).

Selain keuntungan, terdapat berbagai efek samping dari penggunaan

Depo Medroksi Asetat (DMPA) dalam bentuk injeksi. Salah satunya adalah

kembalinya kesuburan pasca penggunaan yang cukup lama. Penelitian yang

dilakukan oleh Nelson, 1996 yang meneliti tentang efek spesifik penggunaan

injeksi Depo Medroksi Asetat (DMPA) sebagai salah satu metode kontrasepsi,

menunjukkan terjadinya perubahan pola menstruasi, dan perubahan kesuburan.

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di Thailand menunjukkan

bahwa kehamilan yang terjadi kurang dari 12 bulan sejak menghentikan

suntikan Depo Medroksi Asetat (DMPA) adalh sebesar 70% . Sedangkan 90%

dari kehamilan terjadi sesudah 24 bulan menghentikan kontrasepsi injeksi

Depo Medroksi Asetat (DMPA). Lambatnya untuk menjadi subur kembali ini

karena progesteron yang ada di dalam peredaran darah dilepaskan secara

perlahan –lahan (Madden, 2003).

Selain efek samping lama kembalinya kesuburan, efek samping spesifik

dari penggunaan injeksi Depo Medroksi Asetat adalah tidak teraturnya pola

menstruasi bahkan tidak terjadi menstruasi atau Amenorhea sehingga jika

terjadi kehamilan stelah memutuskan tidak diinnjeksi ulang akan sulit untuk

mengingat kembali kapan hari pertama menstruasi terakhir, dimana tanggal

hari petama menstruasi terakhir merupakan dasar untuk persalinan

(Polaneczky, 1996). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Brigrigg

(1999) menunjukkan hasil yang berbeda dimana tidak ada pengaruh pada lama

3

Page 4: Bab 123 Tentang Devi Punya

pengembalian kesuburan pada penggunaan injeksi Depo Medroksi Asetat

kemasan 150 mg jangka panjang.

Menurut Ramjee Gita dkk (2012), di Afrika Selatan kontrasepsi

hormonal dilaporkan menjadi metode kontrasepsi yang paling umum karena

sangat efektif dan aman, kedua diikuti oleh kondom dan jeni-jenis alat

kontrasepsi lain dengan jumlah presentase 36,3%, 26,5% dan 14,9%. Siswanto

(2014) menyatakan bahwa di Asia, hanya Thailand dan Singapore memiliki

prevalensi pengguna kontrasepsi diatas Indonesia (>70%) dan sudah sejajar

degan USA dan Uni Soviet. Menurut Publikasi PBB, penggunaan kontrasepsi

tertinggi adalah suntik (89%) dan terendah adalah vasektomi.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, metode kontrasepsi yang

mayoritas dipilih oleh masyarakat Indonesia yaitu metode suntikan dengan

presentase 48,7%, sementara metode yang paling tidak diminati adalah metode

MOP dengan presentase hanya 0,3%. Berdasarkan data Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa pada tahun

2013 cakupan KB aktif (akseptor yang sedang memakai KB) sebesar 75,9%.

Data dari Statistik Provinsi Sumatera Barat tahun 2013, jumlah Akseptor

KB aktif di Sumatera Barat Tahun 2012 sebesar 170.441 orang. Kontrasepsi

hormonal masih menjadi pilihan utama dengan presentase yang tinggi adalah

suntikan 45,1%, pil 21,1%, dan implan 11,8%. Kota Padang merupakan salah

satu kota dengan jumlah akseptor KB aktif tertinggi yaitu 23.075 orang,

dengan penggunaan kontrasepsi hormonal suntik 49,3%, pil 24,8%, dan

implant 4,9% dari 172.055 orang pasangan usia subur (PUS).

4

Page 5: Bab 123 Tentang Devi Punya

Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Padang tahun 2014, didapatkan

cakupan peserta kb aktif tahun 2013 tertinggi terdapat di Kecamatan Lubuk

Kilangan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan yaitu sebanyak 7.347

orang, dengan penggunaan kontrasepsi hormonal suntik 3.756 orang (51,1%),

pil 978 orang (13,31%), dan implant 430(5,85%). (Data terlampir).

Menurut BKKBN dan United Nations Fund for Population Activities

(UNFPA), dalam pelaksanaan program KB pemerintah masih mengalami

beberapa hambatan. Menurut SDKI 2002 – 2003, masih sekitar 40% PUS

yang belum menjadi peserta KB . faktor – faktor yang menyebabkan peserta

PUS dengan menjadi peserta KB antara lain dalam segi pelayanan, segi

ketersediaanalat kontrasepsi, xsegi penyampaian konseling maupun KIE,

hambatan budaya, kelompok wanita yang sudah tidak ingin anak lagi tetapi

tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan kelompok hard core yaitu kelompok

wanita yang tidak mau menggunakan alat kontrasepsi baik pada saat ini

maupun masa yang akan datang. (Pinem, 2009)

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan berat badan

dengan penggunaan alat kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Asetat

(DMPA) di Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2015”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka akan

dirumuskan masalah penelitian ini adalah “faktor-faktor yang mempengaruhi

kenaikan berat badan dengan pengguna alat kontrasepsiDepo Medroksi

Progesteron Asetatdi Puskesmas Lubuk Kilangan Padang Tahun 2015”.

5

Page 6: Bab 123 Tentang Devi Punya

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “faktor-faktor yang

mempengaruhi kenaikan berat badan dengan pengguna alat kontrasepsiDepo

Medroksi Progesteron Asetat di Puskesmas Lubuk Kilangan”.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi akseptor KB Depo Medroksi

Progesteron Asetat (DMPA) di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang Tahun

2015.

1.3.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi kenaikan beratbadan setelah

menggunakan KB Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) di

Puskesmas Lubuk Kilangan Padang Tahun 2015.

1.3.2.3 Diketahuinya distribusi frekuensi kenaikan berat badan pada akseptor KB

Depo Medroksi Asetat (DMPA) di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang

Tahun 2015.

1.3.2.4 Diketahuinya distribusi frekuensi kenaikan berat badan pada akseptor KB

Depo Medroksi Asetat (DMPA) di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang

Tahun 2015.

1.3.2.5 Diketahuinya distribusi frekuensi kenaikan berat badan pada akseptor KB

Depo Medroksi Asetat (DMPA) di Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun

2015.

6

Page 7: Bab 123 Tentang Devi Punya

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

1. Penulis

Menambah pengetahuan penulis tentang analisis perbedaan berat

badan ibu sebelum dan sesudah menggunakan alat kontrasepsi Depo

Medroksi Asetat (DMPA).

2. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk mengukur pengetahuan mahasiswa dalam melaksanakan suatu

penelitian serta acuan dan dapat digunakan sebagai bahan bacaan yang

dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang.

3. Bagi Petugas Kesehatan

Menjadi bahan masukan dan sumber informasi tentang efek samping

penggunaan alat kontrasepsi terutama alat kontrasepsi Depo Medroksi

Asetat (DMPA).

4. Bagi Akseptor KB

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi akseptor KB Depo

Medroksi Asetat (DMPA) sebagai sumber pengetahuan tentang perbedaan

berat badan sebelum dan sesudah menggunakan alat kontrasepsi Depo

Medroksi Asetat (DMPA).

7

Page 8: Bab 123 Tentang Devi Punya

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan berat

badan dengan pengguna alat kontrasepsiDepo Medroksi Progesteron Asetatdi

Puskesmas Lubuk Kilangan Padang Tahun 2015. Variabel yang diteliti adalah

variabel independen yaitu, usia, Paritas, dan Lama Pemakaian.variabel

dependen yaitu kenaikan berat badan pada Kontrasepsi Depo Medroksi Asetat

(DMPA). Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional,

dimana data dikumpulkan menggunakan kuesionerr yang diisi langsung oleh

responden. Sasaran peneliti ini adalah semua akseptor KB aktif di Puskesmas

Lubuk Kilangan yang berjumlah 6754 orang dengan menggunakan teknik

Accidental Sampling. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 4 mei – 6

Juni 2015. Penelitian ini dianalisa secara Univariat dan Bivariat dengan uji

statistik chi – square.

8

Page 9: Bab 123 Tentang Devi Punya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontrasepsi

2.1.1 Pengertian

Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.

Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi

fertilitas (Sarwono, 2006). Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan

kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan merupakan hak

setiap individu sebagai makhluk seksual (Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kontrasepsi, 2006).

Kontrasepsi berasal dari kata Kontra yang berarti mencegah atau

melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)

yang matang dengan sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi

yanng di maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sel

sperma tersebut (Suryatun, 2008).

Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat

sementara ataupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa

menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat atau alat, atau

dengan operasi (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

sedangkan konsepsi adalah peretemuan antara sel telur (sel wanita) yang

9

Page 10: Bab 123 Tentang Devi Punya

mendatang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi

kontrasepsi adalah menghindari ataumencegah terjadinya kehamilan sebagai

akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

(hartanto, 2010)

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.

Penggunaan kntrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi

fertilitas.(Sarwono, 2002).

2.1.2 Pengertian Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntik adalah suatu cara kontrasepsi melalui penyuntikan

hormonal baik hormon estrogen dan progesteron maupun hormon

progesteron saja, sebagai suatu usaha pencegahan kehamilan pada wanita

usia subur. Ada dua jenis kontrasepsi suntik, yaitu KB kombinasi dan KB

suntik berisi hormon progestin.(Taufika.Lucky, 2014)

Kontrasepsi suntik di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi

yang populer. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah long-acting

progestin, yaitu Noresteron enantat (NETEN) dengan nama dagang

Noristrat dan Depomedroksi progesteron acetat (DMPA) dengan nama

dagang Depoprovera.

10

Page 11: Bab 123 Tentang Devi Punya

2.1.3 Jenis – jenis kontrasepsi suntikan antara lain Depo-Provera dan

Noristrat (Norigest) (menurut Rustam Mochta, 2011: 208)

1. Depo – Provera

Adalah Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) yang diproduksi oleh

Upjohn Amerika Serikat. Kemasan satu botol berisi 3 ml @ 50 mg/ml

a. Cara kerja

Menghalangi ovulasi dengan cara menekan pembentukan LHRF

(Luteinizing Hormone Releasing Factor) dan FSHR (follicle

Stimulating Hormone Releasing Factor), mengubah lendir serviks

menjadi kental sehingga menghambat penetrasi sperma, dan

menimbulkan perubahan pada endometrium sehingga tidak

memungkinkan terjadinya nidasi. Selain itu, depo-provera juga

mengubah kecepatan transportasi ovum melalui tuba.

b. Cara pemberian

Setelah persalinan, dapat diberikan suntikan KB pada hari ke 3 – 5

postpartum, atau sesudah air susu ibu berproduksi, atau sebelum ibu

pulang dari rumah sakit, atau 6 – 8 minggu pasca bersalin, asal

dipastikan bahwa ibu tidak hamil atau belum melakukan koitus. Pada

pasca keguguran (postabortum), dapat diberikan segera setelas selesai

kuretase atau sewaktu ibu hendak pulang dari rumah sakit, atau 30 hari

pasca abortus, asal ibu belum hamil lagi.

Dalam masa interval, diberikan pada hari 1 – 5 haid.

Depo – Provera disuntikkan secara intramuskular, agak dalama, pada

otot bokong (muskulus gluteus). Sebelum diberikan, botol obat harus

11

Page 12: Bab 123 Tentang Devi Punya

dikocok agak lama sampai seluruh obat terlihat betul – betul larut dan

tercampur baik. Suntikan diberikan sekali setiap 3 bulan.

c. Efektifitas

Efektifitas depo – provera tinggi, cara pemberiannya sederhana, cukup

aman, kesuburan dapat kembali setelah beberapa lama, dan cocok

untuk ibu – ibu yang sedang menyusui bayinya. Angka kegagalan

adalah 0 – 0,8.

d. Efek samping

Gangguang haid berupa amenorea, spotting (bercak darah) dan

menoragia. Seperti pada kontrasepsi hormonal lainnya, dijumpai pula

keluhan mual, nyeri kepala, pusing, menggigil, mastalgia dan berat

badan bertambah. Efek samping yang berat jarang dijumpai. Kadang

kala ibu mengeluh libido bekurang.

2.1.4 Kerugian Kontrasepsi Suntik (menurut Everett, 2013:169)

1. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak amenore

2. Keterlambatan kembali subur sampai satu tahun

3. Depresi

4. Berat badan meningkat

5. Galaktore

6. Stelah diberikan tidak dapat ditarik kembali

7. Dapat berkaitan dengan osteoporosis pada pemakaian jangka panjang

8. Efek suntik pada kanker payudara

2.1.5 Keuntungan Kontrasepsi Suntik (menurut sibariang dkk, 2010:181)

a. Sangat efektif.

12

Page 13: Bab 123 Tentang Devi Punya

b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.

c. Tidak berpengaruh pada hubunga suami istri

d. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

e. Dapat dipakai dan diberikan pasca persalinan, pasca keguguran atau pasca

menstruasi.

f. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

g. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

h. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai peri Menopause.

2.1.6 Kontraindikasi mutlak (menurut everett 2013:169)

1. Kehamilan

2. Perdarahan salurangenital yang tidak terdiagnosis

3. Penyakit arteri berat di masa lalu atau saat ini

4. Kelainan lipid yang hebat

5. Penyakit trofoblastik baru – baru ini

6. Efek samping serius yang terjadi pada kontrasepsi oral kombinasi

(COC) yang bukam disebabkan oleh estrogen

7. Adanya penyakit hati, adenoma, atau kanker hati.

2.1.7 Kontraindikasi relatif (menurut everett 2013:170)

1. Penyakit sistemik kronis

2. Faktor risiko penyakit arteri (kelainan lipid dapat memburuk karena

POP)

3. Kanker bergantung steroid seks, kanker payudara

4. Depresi berat

13

Page 14: Bab 123 Tentang Devi Punya

2.1.8 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan

1. Primer

Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH

surge). Respons kelenjar hypophyse terhadap gonadotropin-releasing

hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses

terjadi di hipotalamus dari pada di kelenjerhypophyse. Ini berbeda

dengan POK, yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek

langsung pada kelenjar hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan

tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.

Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis

dengan kelenjar-kelenjar yang tidak efektif. Sering stroma menjadi

oedematous. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat

menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak di dapatkan atau hanya di

dapatkan sedikit sekali jaringan bila di lakukan biopsi.

Tetapi,perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal

dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang terakhir

(Hartanto,2010: 166).

2. Sekunder

a. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan

barier terhadap spermatozoa.

b. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi

dari ovum yang telah dibuahi.

c. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba

fallopii.(Hartanto, 2010: 166)

14

Page 15: Bab 123 Tentang Devi Punya

2.1.9 Macam – macam kontrasepsi suntikan (menurut pinem, 2009:269)

a. Suntikan Progestin saja

Kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang hanya mengandung

progestin dan banyak dipakai sekarang ini adalah:

a) DMPA (Depot Medroxy Progesteron Asetat) atau Depo Provera,

diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Disuntikkan

secara intramuskular di daerah bokong.

b) NET-EN (Norethindrone enanthate atau Noristerat: diberikan dalam

dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau setiap 8 minggu untuk 6

bulan pertama (=3 kali suntikan pertama), kemudian selanjutnya sekali

setiap 12 mingu.

2.1.9 Farmakologi dari Kontrasepsi Suntikan

DMPA:

1. Tersedia dalam larutan mikrokristaline.

2. Setelah 1 minggu penyuntikan150 mg, tercapai kadar puncak, lalu

kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali.

3. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan, tetapi

umumnya ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau lebih.

4. Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek akumulatif dari DMPA

dalam darah/serum.

NET EN:

1. Merupakan suatu progestin yang berasal dari testosterone, dibuat dalam

larutan minyak. Larutan minyak tidak mempunyai ukuran partikel yang

15

Page 16: Bab 123 Tentang Devi Punya

tetap dengan akibat pelepasanobat dari tempat suntikan kedalam sirkulasi

darah dapat sangat bervariasi.

2. Lebih cepat di metabolisir dan kembalinya kesuburan lebih cepat

dibandingkan dengan DMPA.

3. Setelah disuntukan, NET EN harus di ubah menjadi norethindrone (NET)

sebelum ia menjadi aktif secara biologis.

4. Kadar puncak dalam serum tercapai dalam 7 hari setelah penyuntikan,

kemudian menurun secara tetap dan tidak ditemukan lagi dalam waktu

2,5 – 4 bulan setelah disuntikan.

2.1.10 Yang boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin (menurut

pinem, 2009:271)

a) Usia reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki anak.

b) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi.

c) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

d) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

e) Setelah abortus.

f) Telah mempunyai banyak anak tetapi belum menginginkan tubektomi.

g) Perokok.

h) Tekanan darah, 180/110 mmHg, masalah gangguan pembekuan darah atau

anemia bulan sabit.

i) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat untuk

tuberkulosis (rifampisin).

j) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.

k) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

16

Page 17: Bab 123 Tentang Devi Punya

l) Mendekati usia menopause dan tidak mau atau tidak.

m) Anemia defesiensi besi.

2.1.11 Yang boleh menggunakan kontrasepsi suntikan(menurut pinem,

2009:272)

a) Hamil atau dicurigai hamil karena risiko cacat pada janin 7 per 100.000

kelahiran.

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.

d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

e) Diabetes mellitus disertai komplikasi.

f) Kanker pada traktus genitalia.

g) Waktu mulai penggunaan kontrasepsi suntikan progestin.

h) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut diyakini tidak hamil, mulai

hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

i) Pada ibu yang tidak haid, asalkan ibu tersebut tidak hamil, suntikan

pertama dapat diberikan setiap saat. Selama 7 hari setelah suntikan tidak

boleh bersenggama.

j) Perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin

menggganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila kontrasepsi sebelumnya

dipakai dengan benar dan ibu tidak hamil, suntikan pertama dapat segera

diberikan. Tidak perlu menunggu haid berikutnya datang.

k) Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi lain dan ingin menggantinya

dengan kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan

17

Page 18: Bab 123 Tentang Devi Punya

diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang

sebelumnya.

l) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya

dengan kontraasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal

yang

m) akan diberikan dapat segera disuntikkan, asal saja ibutidak hamil..

pemberiannya tidak perlu menugggu haid berikutnya datang. Bila ibu

disuntik setelah hari ke – 7 haid, maka selama tujuh hari stelah suntikan

ibu tidak boleh bersenggama.

2.2 Perubahan Berat Badan

Menurut Clark, et al (2005) Mekanisme kontrasepsi Depo Medroksi Asetat

(DMPA) dapat meningkat berat badan dan lapisan lemak belum diketahui secara

jelas. Namun efek dari Depo Medroksi Asetat (DMPA) atau progesterone pada

manusia dan binatang percobaan terbukti meningkatkan beberapa mekanisme.

Depo Medroksi Asetat (DMPA) menginduksi hypoestrogenemia yang

behubungan dengan visceral fat accumulation dan peningkatan berat badan.

Menurut Cark, et al (2005) dan Bakri Abdullah (2008) Depo Medroksi Asetat

(DMPA) mengaktifasi hormon glukortikoid reseptor dan dalam dosis yang tinggi

dapat mengubah metabolisme lemak yang berdampak pada penumpukkan lapisan

lemak pada manusia yang secara otomatis meningkatkan berat badan. Mekanisme

yang lain dapat disebabkan Depo Medroksi Asetat (DMPA) dapat mempengaruhi

neurohumeral regulasi dari nafsu makan dan energi di hypotalamus. Efek yang

terjadi adalah nafsu makan menjadi meningkat. Dalam penelitian Yenchi, et al

18

Page 19: Bab 123 Tentang Devi Punya

(2009) dilaporkan bahwa peningkatan nafsu makan terjadi setelah penggunaan

Depo Medroksi Asetat (DMPA) lebih dari 6 bulan.

Umumnya perubahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara

kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama. Penyebab pertambahan berat

badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan

bukan karena retensi cairan tubuh. Hipotesa para ahli : DMPA mengsang pusat

pengendali nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih

banyak dari pada biasanya.

2.3 Usia

Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan. Dalam kurun

waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia untuk hamil dan melahirkan adalah

20-30 tahun. Kematian maternal dibawah usia 20 tahun ternyata dua sampai lima

kali lebih tinggi dari pada kematian maternal usia 20-29 tahun, kemudian

meningkat kembali pada usia 30-35 tahun (Sarmowo, 2003).

Menurut saifuddin (2006) menyatakan bahwa perempuan berusia lebih dari

35 tahun memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif karena kelompok ini

akan mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas jika mereka hamil.

Sedangkan menurut Wulansari (2007) usia seseorang wanita dapat

mempengaruhi kecocokan dan ekseptabilitas metode kontrasepsi tertentu. Secara

umum, remaja kecil kemungkinannya memiliki kontraindikasi perilaku terhadap

pemakaian metode kontrasepsi. Wanita perimenopause lebih besar

kemungkinanya memiliki kontraindikasi medis dari pada kontraindikasi perilaku

untuk menggunakan metoda tertentu.

19

Page 20: Bab 123 Tentang Devi Punya

Menurut Manuaba usia reproduksi yang optimal adalah 21-35 tahun. Resiko

yang dihubungkan dengan melahirkan pada wanita tua adalah ketidak mampuan

untuk mengandung pada usia tua.

Masa reproduksi dibagi menjadi:

1. Masa menunda kehamilan (kesuburan)

Sebaiknya istri menunda kehamilan pertama umur 20 tahun.

Ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai:

a. Kembalinya kesuburan yang tinggi. Artinya kembali kesuburan dapat

dijamin 100%. Ini penting karena akseptor belum mempunyai anak.

b. Efektifitas yang tinggi. Hal ini penting karena kegagalan akan

menyebabkan tujuan KB tidak sesuai.

Periotis kontrasepsi yang sesuai:

a. Pil

b. AKDR

c. Cara sederhana (kondom, spermisid)

2. Masa mengatur kesuburan (menjarangkan)

Periode umur antara 20-30/35 tahun merupakan periode umur paling baik

untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak kelahiran adalah

2-4 tahun.

Ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai:

a. Kembalinya kesuburan (reversibilitas) cukup

b. Efektifitas cukup tinggi.

c. Dapat dipakai 2-4 tahun, sesuai dengan jarak kehamilan yang aman

untuk ibu dan anak

20

Page 21: Bab 123 Tentang Devi Punya

d. Tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI). Ini penting karena ASI

adalah makanan terbaik buat bayi sampai umur 2 tahun.

Prioritas kontrasepsi yang sesuai:

a. AKDR

b. Suntikan

c. Mini pil

d. Pil

e. Cara sederhana

f. Norplant

g. Kontap (jika umur sekitar 30 tahun)

3. Masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi)

Periode umur diatas 30 tahun, terutama di atas 30 tahun sebaiknya

mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.

Ciri-ciri kontrasepsi sesuai:

a. Efektifitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadinya

kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Selain itu akseptor

sudah tidak ingin mempunyai anak lagi.

b. Dapat dipakai untuk jangka waktu yang lama

c. Tidak menambah kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi dan

metabolic meningkat. Oleh karena itu, sebaiknya tidak memberikan

obat/kontrasepsi yang menambah kelainan/penyakit tersebut.

Prioritas konrasepsi yang sesuai:

a. Kontap

b. AKDR

21

Page 22: Bab 123 Tentang Devi Punya

c. Norplant

d. Suntikan

e. Mini pil

f. Pil

g. Cara sederhana

(Hartanto, 2004)

Usia peserta KB relative berumur tua (di atas 35 tahun). Sehingga kurang

memberi dampak demografi bagi penurunan angka kelahiran dibandiingkan

dengan Pasangan Usia Subur yang ber-KB dibawah 35 tahu (BKKBN, 2009).

Hasil ukur umur adalah :

a. Reproduksi sehat : jika 20 tahun dan 30 tahun

b. Tidak reproduksi sehat : jika < 20 tahuun dan > 30 tahun

2.4 Paritas

Paritas adalaha banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang

wanita. Paritas seorang wanita dapat mempengaruhi cocok tidaknya suatu metoda

secara medis (Pendit, 2007).

Menurut Mantra (2006) kemungkinan seseorang ibu untuk menambah

kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkan. Seorang ibu

menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai anak dan juga umur anak yang

masih hidup. Semakin sering seorang ibu melahirkan anak, maka akan semakin

sering memiliki resiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak

akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup

keluarga secara maksimal.

22

Page 23: Bab 123 Tentang Devi Punya

Program KB selain upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui

promosi, perlindungan dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi juga

untuk penyelenggaraan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk

membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jumlah dan

usia ideal melahirkan anak. Seperti dalam definisi KB menurut WHO Expert

Committee 1970. KB adalah tidakan membantu individu pasangan suami-istri

untuk:

a. Mendapatkan objektif tertentu

b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

c. Mengatur interval diantara kehamilan

d. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

istri

e. Menentukan jumlah anak dalam keluarga

Dalam pasal 18 UU No. 10 tahun 1992 menyatakan bahwa setiap pasangan

suami istri dapat menentukan pilihannya dalam merencanakan dan mengatur

jumlah anak dan jarak antara kelahiran anak yang berlandaskan kesadaran dan

tanggung jawab terhadap generasi sekarang maupun yang akan datang.

Dalam merencanakan jumlah anak dalam keluarga, suami istri perlu

mempertimbangkan aspek kesehatan dan kemampuan untuk memberikan

pendidikan dan kehidupan yang layak. Dalam hal ini suami perlu mengetahui apa

yang dimaksud dengan 4T (Terlalu) yaitu:

a. Terlalu muda untuk hamil/melahirkan (<18 tahun)

b. Terlalu tua untuk melahirkan (> 34 tahun)

c. Terlalu sering melahirkan (>3kali)

23

Page 24: Bab 123 Tentang Devi Punya

d. Terlalu dekat jarak antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan

berikutnya (<2 tahun).

Menurut pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang

rasional, penggunaan kontrasepsi juga memperhatikan paritas dari pasangan

(BKKBN, 2007).

1. Jika akseptor KB tersebut belum mempunyai anak maka kontrasepsi

prioritas yang digunakan adalah pil oral, sedangkan kontrasepsi yang

dianjurkan bagi yang belum mempunyai anak pada usia < 20 tahu adalah

IUD mini, karena refersibilitas yang tinggi artinya kembali kesuburan

hampir 100%

2. Jika jumlah anak antara 1 dan 2 orang dengan usia antara 20-30 tahun,

kontrasepsi yang dapatb digunakan IUD, suntikan, minipil, implant dan

sederhana.

3. Jika akseptor KB tersebut mempunyai anak 3 atau lebih maka dapat

menggunakan kontrasepsi IUD, suntikan, minipil, implant, dan

sederhana dan kontrasepsi mantap.

Hasil ukur paritas adalah:

1. Tinggi : jika > 3 orang

2. Rendah : jika < 3 orang

24

Page 25: Bab 123 Tentang Devi Punya

2.5 Kerangka Konsep

Menurut notoadmodjo (2005), kerangka konsep penelitian adalah

kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin di amati atau diukur melalui

penelitian yang akan dilakukan.

Pada penelitian ini yang menjadi variabel independennya yaitu : Usia,

Lama pemakaian, dan Paritas. Sedangkan yang menjadi variabel dependennya

yaitu Kenaikan Berat Badan Pada Kb Depo Medroksi Asetat. Adapun kerangka

konsep penelitian ini adalah :

Variabel independent Variabel Dependen

Gambar 2.2 :

Kerangka konsep penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan

berat badan dengan pengguna alat kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron

Asetat Di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang Tahun 2015

25

Kenaikan Berat Badan Pada Kb Depo Medroksi Asetat (DMPA).

Paritas

Usia

Lama pemakaian

Page 26: Bab 123 Tentang Devi Punya

2.6 Definisi Operasional

No Variabel Devinisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur

1 Kenaikan Berat Badan

Akseptor KB yang menggunakan kontrasepse Depo Medroksi Asetat (DMPA) yang mengalami perubahan berat badan naik 1-2 kg perbulan

Timbangan dewasa

1. Melihat untuk mengetahui BB awal

2. Menimbang berat badan Akseptor saat penelitian

1. Tidak normal > 2 kg pertahun

2. Normal > 2 kg pertahun

Ordinal

2 Paritas Jumlah anak hidup maupun mati yang telah dilahirkan oleh akseptor KB.

Kuesioner Wawancara

Tinggi :

Jika jumlah anak > 3 orang

Redah :

Jika jumlah anak < 3 orang

Nominal

3 Usia Umur akseptor KB pada saat penelitian

Kuesioner wawancara

Umur reproduksi sehat:

Jika umur 20 tahun sampai 30 tahun

Umur reproduksi tidak sehat:

Jika umur < 20 tahun dan > 30 tahun

Ordinal

4 Lama Pemakaian

Lamanya pemakaian KB Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) di hitung sejak bulan pertama sejak menggunakan kontrasepsi

Format yang terdapat pada K1

Memberi tanda pada tanggal, bulan, dan tahun pemakaian

1. Lama apabila > 3 tahun

2. Tidak lama apabila < 3 tahun

Ordinal

26

Page 27: Bab 123 Tentang Devi Punya

kontrasepsi DMPA

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian yang akan

mengarahkan kepada hasil penelitian yang dilakukan (Notoadmodjo, 2005)

Berdasarkan kerangka konsep maka hipotea dari penelitian ini adalah :

Ha : Ada hubungan antara paritas pada KB Depo Medroksi Asetat (DMPA) di

Puskesmas Lubuk Kilangan Padang Tahun 2015

Ha : Ada hubungan antara usia pada KB Depo Medroksi Asetat (DMPA) di

Puskesmas Lubuk Kilangan Padang Tahun 2015

Ha : Ada hubungan antara lama pemakaian pada KB Depo Medroksi Asetat

(DMPA) di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang Tahun 2015

27

Page 28: Bab 123 Tentang Devi Punya

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Jenis dan Desain penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik yaitu untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi kenaikan berat badan dengan pengguna alat kontrasepsi

Depo Medroksi Progesteron Asetatdi Puskesmas Lubuk Kilangan Padang Tahun

2015 dengan rancangan cross sectional dimana variabel independen dan dependen

diambil dalam waktu yang bersamaan.

3.2 Tempat dan waktu penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2015.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 4 mei – 6 juni 2015 di

Puskesma Lubuk Kilangan Padang Tahun 2015.

3.3 Polpulasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Notoadmojo, 2012).

Populasi dalam penelitisn ini adalah seluruh akseptor KB aktif di wilayah

kerja Puskesmas Lubuk Kilangan yang berjumlah 6754 orang.

28

Page 29: Bab 123 Tentang Devi Punya

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Sampel merupakan

bagian populasi yang akan diteliti atau sebagai jumlah dari karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Alimul, 2011). Besar sampel diambil dengan

menggunakan rumus :

n=N . Z 2

1−a/2 P(1−P)

( N−1 ) d2+Z 21a /2P(1−P)

Keterangan : n= Besar Sampel minimum : N = Besar Populasi

: Z2

1−a/2 = Derajat kepercayaan 95% (1,96)

d = Presisi 10 % (0,1)P = Proporsi 50 % (0,5)

Besar sampel dalam penelitian ini adalah :

n=6754. (1,96 )2 .0,5(1−0,5)

(6754−1 ) (0,1 ) . (a+b ) .(c+d)

Berdasarkan perhitungan, didapatkan sampel sejumlah 95 orang. Teknik

pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Accidental Sampling yang

dilakukan dengan mengambil responden yang datang berkunjungn ke Puskesmas

Lubuk Kilangan Padang, dengan kriteria sebagai berikut :

1) Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat

mewakili syarat sebagai sampel (Alimul, 2011)

a. Akseptor KB aktif yang bersedia menjadi responden

b. Umur responden 15 – 49 tahun

29

Page 30: Bab 123 Tentang Devi Punya

c. Tidak sedang hamil

d. Bersedia untuk diwawancarai

e. Akseptor KB Depo Medroksi Asetat (DMPA) yang pemakaiannya

lebih dari 6 bulan

f. Akseptor KB yang tinggal serumah dengan suaminya

2) Kriteria eklusi merupakana kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena memenuhi syarata sebagai sampel penelitian

(Alimul, 2011)

Kriteria eklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Akseptor KB Depo Medroksi Asetat (DMPA).

3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan

Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer dikumpulkan

meliputi nama responden, data kejadian kenaikan berat badan dan data lama

pemakaian dengan peilihan kontrasepsi Depo Medroksi Asetat (DMPA) yang

diperoleh langsung dari responden yaitu akseptor KB aktif di Puskesmas Lubuk

Kilangan Padang Tahun 2015, sebelum diberikan penjelasan tentang maksud dan

tujuan serta pengisian kuesioner.

3.5 Teknik Pengolahan Data

Menurut (Notoadmojo, 2012) cara pengumpulan data dilakukan setelah

pengumpulan data dilaksanakan dengan maksud agar data yang dikumpulkan

memiliki sifat yang jelas. Adapun langkah – langkah pengumpulan data yaitu

3.5.1 Pemeiksaan Data (Editing)

Melakukan pengecekan kembali terhadap checklist, lembar checklist sudah

lengkap, jelas dan jawaban sudah relevan daftar cheklist.

30

Page 31: Bab 123 Tentang Devi Punya

3.5.2 Pengkodean (Coding)

Codding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri dari atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat

penting bila pengolahan data analisis data menggunakan komputer.

1. Pada penggunaan kontrasepsi Depo Medroksi Asetat:

Kode 1 melambangkan menggunakan

Kode 2 melambangkan tidak menggunakan

2. Pada usia

Kode 1 melambangkan < 20 tahun

Kode 2 melambangkan 20 – 35 tahun

Kode 3 melambangkan > 35 tahun

3. Pada lama pemakaian :

Kode 1 melambangkan < 1 tahun

Kode 2 melambangkan > 1 tahun

4. Pada paritas

Kode 1 melambangkan

3.6 Analisa Data

1. Analisa univariat

Adalah langkah mengekplorasi data dari suatu variabel, biasanya

dilakukan untuk meringkas data menjadi ukuran tertentu.

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

dengan proposi dari masing-masing variabel yang diteliti.

Data presentasi dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

31

Page 32: Bab 123 Tentang Devi Punya

F= X x100 %N

Keterangan :

f: frekuensi

x: jumlah yang didapat

N: jumlah populasi

2. Analisis univariat

Analisis univariat adalah tabel silang dua variabel yaitu variabel

independent dan variabel dependent. Analisa ini untuk melihat hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji yantg digunakan adalah kali

kuadrat dengan ketentuan, jika X2(tabel) berarti ada perbedaan yang

bermakna

a. Rumus chi Kuadrat

X2=∑ (O−E)2

E

Df = ( k – 1) (b – 1)

b. Rumus Chi Kuadrat untuk tabel 2 X 2

X2=N . (ad−bc )2

( a+c ) . (b+d ) . ( a+b ) .(c+d )

32