BAB IITINJAUAN TEORI
A. Manajemen KeperawatanManajemen adalah merupakan proses
kerjasama melalui orang lain untuk mencapai tujuan. Manajemen
keperawatan merupakan suatu proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga
masyarakat (Gillies, 1982 dalam Nursalam 2002).Proses manejemen
keperawatan secara pararel memfasilitasi terlaksananya asuhan
keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan. Fungsi manajemen
dalam pelayanan dan asuhan keperawatan mencakup: pengumpulan data,
perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan
pengawasan. Sebagai indikator bahwa menejemen terlaksana dengan
baik adalah: kualitas pelayanan meningkat, adanya pengembangan
staff, dan riset terapan, untuk menghasilkan teknologi keperawatan.
Dalam manajemen asuhan keperawatan metode pemberian pelayanan
keperawatan yang digunakan merupakan faktor penting dalam
menentukan mutu asuhan keperawatan. Model pemberian asuhan
memberikan gambaran tentang tugas, tanggung jawab, dan kewenangan
perawat dalam melaksanakan asuhan, menetapkan siapa yang
menjalanjan tugas dan tanggung jawab, penyesuaian jumlah pasien
dengan jenis tenaga perawat dalam memenuhi kebutuhan
perawatan.Asuhan keperawatan diberikan dalam beberapa metode
seperti: metode fungsional, metode tim, metode keperawatan primer,
metode kasus, metode Partnership model, dan pasien fokus dari
pelayanan.1. Metoda Kasus/ Keperawatan Total PasienMetoda kasus
merupakan sistem pemberian dimana seorang perawat profesional
memberikan asuhan keperawatan langsung kepada sejumlah pasien
sewaktu dia bertugas. Dasar pemikiran metoda ini adalah seorang
perawat profesional paling siap untuk melaksanakan semua asuhan
keperawatan yang diperlukan pasien. Metoda kasus ini biasa
digunakan pada unit perawatan yang memerlukan keahlian keperawatan
pada tingkat ahli seperti pada unit keperawatan klinis atau ruang
pemulihan setelah di anastesi. Keuntungan : a. Pasien mendapat
asuhan keperawatan secara holistik dan terus menerus oleh
ahlinya.b. Komunikasi antara perawat-pasien dan dokter dengan
anggota staf lainnya berlangsung terus menerus.c. Perawat mendapat
kepuasan karena dapat melakukan semua yang menjadi
wewenangnya.Keruguian :a. Perawat profesional banyak menghabiskan
waktu untuk melaksanakan tugas yang dapat dilakukan orang yang
tidak terampil.b. Perencanaan yang dibuat kemungkinan tidak dapat
terlaksana karena kurangnya waktu.c. Pengkajian yang dilakukan oleh
perawat tidak akurat karena kurangnya komunikasi.d. Asuhan
keperawatan tidak terkoordinasi dari shift ke shit atau hari kehari
karena perubahan dalam penugasan.e. Tidak ada seorangpun perawat
yang bertanggung jawab mengkoordinasikan asuhan selama 24 jam.
Tugas Perawat Klinik :a. Memberikan asuhan keperawatan pada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya pada shit tertentu.b.
Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam memberi asuhan
keperawatan pada pasien.Dalam metoda kasus banyak menggunakan
tenaga perawat register untuk dapat memberikan semua asuhan yang
dibutuhkan pasien dan lebih sedikit tenaga praktikal yang
dibutuhkan.
2. Metode Tim Metode tim merupakan sistem pemberian asuhan
keperawatan yang umum digunakan. Dalam metoda ini seorang perawat
profesional yang berijazah, berpengalaman serta memiliki
pengetahuan dibidangnya memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalammemberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Dalam memberikan asuhan kepada sekelompok klien dilakukan melalui
upaya kooporatif dan kolaboratif (Douglas, 1992 dalam Direktorat
Bina Pelayanan Keperawatan Kementrian Kesehatan RI 2010).Metoda ini
dilaksanakan bedasarkan pada konsep berikut:a. Ketua tim diberikan
pada perawat profesional dan harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan, manajemen dan komunikasi efektif.b. Ketua tim
harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan,
supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan.c. Komunikasi yang
efektif penting untuk menjamin kontinuitas rencana perawatan.
Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara
terutama melalui rencana perawatan tertulis yang merupakan pedoman
pelaksanaan auhan, supervisi, dan evaluasi.d. Anggota tim harus
menerima dan menghargai kepemimpinan ketua tim. Ketua tim membantu
anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas seuai dengan
kemampuan mereka.e. Peran kepala perawat diruang perawatan penting
dalam metoda tim.
Tugas dan tanggung jawab kepada perawat diruang perawatan a.
Menetapkan standar kinerja yangg diharapkan dari stafb. Membantu
staf menetapkan sasaran dari unit atau ruangan.c. Memberikan
kesempatan dan bantuan kepada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan/ manajemen.d. Menjadi narasumber atau konsultan bagi
tim.e. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan.f. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
Tugas dan tanggung jawab ketua tim :a. Mengkaji setiap klien dan
mempertimbangkan intervensi rencana suhan keperawatan yang tepat.b.
Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medis.c.
Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok
dan memberikan bimbingan melalui konferensi.d. Mengevaluasi
kualitas asuhan keperawatan dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya.
Tugas dan tanggung jawab anggota tim:a. Merawat setiap pasien di
unit perawatan.b. Melaksanakan instruksi keperawatan yang tertera
dalam rencana keperawatan serta teliti termasuk program
pengobatan.c. Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan
yang dilakukan serta respon pasien.Keuntungan :a. Memanfaatkan
semua kekuatan anggota tim.b. Tim mendukung pengembangan dan
produktifitas kelompok.c. Pengambilan keputusan organisasi
mendekati groos root .d. Komunikasi diantara anggota tim baik
karena sering diskusi mengenai asuhan keperawatan pasien.e.
Perasaan turut berkontribusi dalam tim terpelihara baik.f.
Meningkatnya kepuasan pasien.g. Biaya efektif.Kerugian :a.
Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.b. Diperlukan staf
yang adekuat.c. Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.d.
Dapat mengarah pada fragmentasi pelayanan bila konsep tim tidak
diimplementasikan secara total.e. Sering mendapat kesulitan dalam
menetapkan waktu untuk konferensi dan membuat rencana
keperawatan.
Dalam keperawatan tim, perawat profesional dapat mempraktekan
kempuan kepemimpinannya secara maksimal. Kepemimpinan perawat
menjadi kunci keberhasilan praktek keperawatan dan menjamin asuhan
keperawatan bermutu bagi pasien.
Keperawatan Tim
Kepala Perawat - Ners
Pimpinan Tim - NersPimpinan Tim - Ners
Anggota Tim : Ners, Pr Dipl, Per. PembantuAnggota Tim : Ners, Pr
Dipl, Per. Pembantu
PasienPasien
3. Metoda PrimerMetode keperawatan primer merupaka suatu metoda
pemberian asuhan keperawatan, dimana seorang perawat register
bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dalam 24 jam.Dalam metoda keperawatan
primer ini terdapat hubungan yang dekat dan berkesinambungan antara
klien dan seorang perawat tertentu yang bertanggung jawab dalam
perencanaan, implementasi, evaluasi dan koordinasi asuhan
keperawatan klien sejak masuk unit perawatan sampai keluar unit
perawatan.Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu,
akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5 K
yaitu, kontinuitas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi, dan
komitmen. Pada metode keperawatan primer terdapat kontinuitas
keperawatan dan bersifat konfrehensif serta dapat
dipertangungjawabkan. Setiap PP biasanya merawat 4-6 klien dan
bertanggung jawab selama 24 jam selama klien tersebut dirawat di
rumah sakit atau disuatu unit.
Tugas dan tanggung jawab kepala perawat a. Melaksanakan tugas
dan tanggung jawab perawat primer bila perawat primer tidak
ada.Keuntungan:a. Memungkinkan Perawat Primer untuk pengembangan
diri melalui implementasi ilmu pengetahuan.b. Model praktek
didasarkan pada pengetahuan.c. Fokus pada kebutuhan pasien.d.
Meningkatkan otonomi perawat.e. Memungkinkan asuhan keperawatan
diberikan secara komprehensif.f. Membaiknya kontinuitas dan
koordinasi asuhan.g. Meningkatkan kesempatan untuk pengembangan
hubungan antara perawat-pasien/ keluarga.h. Peningkatan mutu
asuhan, karena1) Hanya ada 1 (satu) perawat yang bertanggung jawab
dalam perencanaan dan koordinasi asuhan keperawatan2) Jangkauan
observasi setiap perawat hanya 4-6 klien.3) Asuhan keperawatan
diberikan secara komprehensif4) PP bertanggung selama 24 jam 5)
Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal6) Rencana asuhan
keperawatan dan rencana medic dapat berjalan parallel.i. Perbaiki
retensi perawat.j. Meningkatkan kepuasan perawata, dokter dan
pasien / keluarga.Kerugian :a. Diperlukan perawat berpendidikan dan
berpengalaman.b. Diperlukan kemampuan komunikasi yang baik anatara
perawat primer dengan rekan perawat (perawat asosiat).c. Perawat
primer dap[at mengambil tanggung jawab rekan perawat untuk
mengimplementasikan asuhan keperawatan yang diberikan.d. Karena
pindah keunikan yang berbeda pasien dalam kondisi kritis
kemungkinan mempunyai beberapa perawat primer.e. Biaya tinggi.f.
LOS menjadi singkat. Keuntungan yang diperoleh rumah sakit adalah
rumah sakit tidak harus memperkerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan, tetapi harus merupakan perawat yang bermutu.
Kepala perawat di ruang perawatanKeperawatan Primer
Perawat primer
Perawat asosiet bila PP tidak ada (Sore)Perawat asosiat bila PP
tidak ada (malam)Perawat asosiet bila PP tidak ada (siang)
4. Metode ModulerMetode keperawatan modul merupakan metoda
modifikasi keperawatan tim- primer, yang dicoba untuk meningkatkan
efektifitas konsep keperawatan tim melalui penugasan modular.
System ini dipimpin oleh perawat register (Ners).Dan anggota
memberikan asuhan keperawatan dibawah pengarahan dari pimpinan
modulnya. Idealnya 2-3 perawat memberikan asuhan keperawatan
terhadap 8-12 pasien. Aktifitas tim sebagai suatu kesatuan
mempunyai pandangan yang holistic terhadap setiap kebutuhan
pasien., asuhan diberikan semenjak pasien masuk rumah sakit sampai
pasien pulang. Keuntungan pada metode modular mutu pelayanan
keperawatan meningkat karena pasien mendapatkan pelayanana
keperawatan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan perawat
pasien. Tidak banyak tenaga perawat register (ners) yang
dimanfaatkan sehingga biaya menjadi lebih efektif. Tugas dan
tanggung jawab kepala perawata. Memfasilitasi pelaksanaan pemberian
asuhan keperawatan pasien.b. Memberikan motivasi pada staf
perawat.c. Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian
asuhan
Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler.a. Memimpin,
mendukung dan mengintruksikan perawat non professional untuk
melaksanakan tindakan keperawatan.b. Memberikan asuhan keperawatan
pasien meliputi : mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan menilai
hasil asuhan keperawatan. c. Memberikan bimbingan dan instruksi
kepada perawat partner kerjanya.
Tugas dan tanggung jawab anggota tim.a. Memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan oleh ketua tim.Keuntungan
a. Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.b. Asuhan
keperawatan diberikan secara komprehensif.c. Membaiknya
kontinyuitas dan koordinasi asuhan.d. Meningkatkan kepuasan
pasiene. Biasa efektifKerugian a. Sedikit perawat register yang
digunakan untuk mengatasi kondisi pasien yang tidak diharapkan.b.
Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.c. Diperlukan
campuran keterampilan yang tepat.
5. Metode Manajemen KasusMetoda menejemen kasus adalah suatau
system pemberian asuhan keperawatan yang berfokus pada pencapaian
hasil dalam kerangka waktu dan sumber yang tepat dan efektif.
Metoda ini sering digunakan dalam perangkat pelayanan kesehatan di
masyarakat, psikitari dan diasopsi dalam suhan pasien rawat inap,
berfokus pada populasi semua pasien. Manajemen kasus adalah model
yang digunakan untuk mengidentifikasikan, koordinasi, dan
monitoring implementasi kebutuhan pelayanan untuk mencapai asuhan
yang diinginkan dalam periode waktu tertentu. Elemen penting dalanm
manajemen kasus meliputi :a. Kerjasama dan dukungan dari semua
anggota pelayaann dan anggota kunci dalam organisasi
(administrstor, dokter dan perawat). b. Kualifikasi perawat manajer
kasus.c. Praktek kerjasama tim.d. Kualitas system manajemen yang
diterapkan.e. Menggunakan prinsip perbaikan mutu yang terus
menerusf. Menggunakan critical pathway (hasil) atau asuhan MAPS
(Multidisciplinary Action Plans) yaitu kombinasi Clinical Path
dengan Care Plans). g. Promosi praktek keperawatan
professional.Dalam 1 unit diperlukan 2 manajer kasus yang bekerja
mengordinasikan, mengkomunikasikan, bekerjasama untuk menyelesaikan
masalah dan memfasilitasi asuhan sekelompok pasien idelanya 1 orang
manajer kasus mempunyai 10-15 kasus pasien dimana perkembangan
pasien akan diikuti terus oleh manajer kasus mulai dari pasien
masuk sampai pulang. Bila diperlukan mengikuti perkembangan pasien
di rawat jalan.Tugas dan tanggung jawab Manajera. Mengelola dan
memimpin proses perbaikan mutu.b. Memberikan pengarahan kepada para
manajer kasus untuk memastikan bahwa jumlah kasus yang ditangani
tepat dan ditangani dengan baik.c. Melaksanakan survey kepuasan
pasien sebagai ukuran mutu pelayanan.d. Membuat batasan area
tanggung jawabe. Mengklarifikasikan suatu kejadian kepada manajer
lain bila diperlukanf. Merencanakan & memberikan pendidikan dan
pengembangan staf berdasarkan tujuan unit dan kebutuhan staf.g.
Melakukan monitoring terhadap asuhan yang dilaksanakan oleh tenaga
perawat dan non keperawatan.h. Melakukan koordinasi, komunikasi dan
bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan pasien.i.
Memfasilitasi asuhan keperawatn pasien.Keuntungan dari manajemen
kasus.a. Meningkatkan mutu asuhan karena :1) Perkembangan kesehatan
pasien dimonitoring terus menerus sehingga selalu ada perbaikan
bila asuhan yang diberikan tidak memberikan perbaikan.2) Adanya
kerjasama yang harmonis antara manajer kasus dengan tim kesehatan
lain.b. Menurunnya komplikasic. Menurunnya biaya
Manajemen Kasus I
Administrator Keperawatan
Manajer kasus OBManajer kasus pediatrikManajer kasus peny.
Dalam
Manajemen Kasus II
Administrator Keperawatan
Manajer kasus resiko tinggi Ps. OBManajer kasus resiko tinggi
Ps. pediatrikManajer kasus resiko tinggi Ps. Cardiac Arrest
6. Partership modelModel ini kombinasi antara perawat primer
dengan perawat vokasi (LPN/VLN) atau perawat pembantu (asisten
nurse) untuk bekerja sama secara konsisten.Keuntungan a. Biaya
lebih efektif dari keperawatan primer.b. Perawat primer dapat
mendorong peningkatan dan melatih partnernya.Kerugian a.
Kemungkinan perawat primer mengalami kesulitan dalam mendelegasikan
pada partnernyab. Partnership yang konsisten sulit dipertehankan
karena jadwal yang bervariasi
7. Pasien fokus dari pelayananMerupakan perkembangan model
terbaru dari pelayanan. Model ini lebih berfokus pada pasien dan
penerapan tergantung pada fasilitas. Tim yang cross-functional dari
perawat professional dan asisten bekerja sebagai unit based team.
Keuntungan a. Pasien hanya kontak dengan petugas.b. Perawat hanya
bekerja di unit sehingga bisa menggunakan lebih banyak waktu utnuk
memberikan pelayanan keperawatan langsung.c. Tim di supervise oleh
perawat professional.d. Perawat professional bertanggung jawab dan
gugat untuk pelayanan secara luas dan berfungsi lebih tinggi.
Kerugian a. Perubahan struktur organisasi yang besar.b. Unit/
departemen lain harus mengakui kepemimpinan keperawatan. c. Kepala
ruangan harus mensupervisi berbagai macam pegawai.
Penanggung Jawab Ruangan
Kegiatan pelayaan : respiratory service, ECG admission /
discharge phlebotomy, supply management dll
Pasien
Walaupun telah banyak hal yang positif yang dicapai bidang
pendidikan keperawatan, tetapi gambaran pengelolaan layanan
keperawatan belum memuaskan terutama tentang sikap dan kemampuan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien /
keluarga.. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan
restructuring . engineering, dan redesigning sistem pemberian
asuhan keperawatan melalui pengembangan model praktek keperwatan
profesional ( MPKP).Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
adalah suatu sistem (Struktur, proses, dan nilai-nilai
professional) yang memungkinkan perawat proesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat
menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
MPKP terdiri dari lima komponen yaitu : hubungan antar profesional,
metode asuhan keperawatan, pendekatan menejemen terutama dalam
pengambilan keputusan serta siitem kompensasi dan
penghargaan.Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada persiapan
implementasi antara lain adalah ;
a. Tahap persiapan1) Pembentukan timJika MPKP akan
diimplementasikan di RS sebaiknya kelompok ini melibatkan staff
dari institusi pendidikan sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan
kolaborasi antara institusi pelayanan dan institusi pendidikan. Tim
ini terdiri dari : koordinator departemen, penyelia, kepala ruang,
serta tenaga dari institusi pendidikan. Yang berperan sebagai motor
terlaksanany MPKP. Setelah itu ditunjuk ketua yang yang
mengkoordinir semua pesiapan, pelaksaan dan evaluasi MPKP.2)
Rancangan penilaian mutuPenilaian asuhan keperawatan meliputi
kepuasan pasien/ keluarga, kepatuhan perawat terhadap standar yang
dinilai dari ashan keperawatan, lama hari rawat, dan angka infeksi
nosokomial3) Presentasi MPKPPresentasi bertujuan untuk
mendesiminasikan MPKP dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan
presentasi ini diharapkan diharapkan akan mendapat dukungan dari
orang yang terlibat.4) Penetapan tempat implementasi MPKPDalam
menetapkan ruang rawat sebaiknya memerhatikan hal-hal sebagai
berikut : a) Mayoritas tenaga perawat merupaka staff baru ,
diperlukan sehingga dari awal tenaga tersebut akan mendapatkan
pembinaan tentang kerangka kerja MPKPb) Bila terdapat dua ruang
rawat maka sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1 swasta dan
1 ruang yang nantinya akan dikembangkan ayng mempelajari tentang
praktik keperawatan profesional.
Ketenagaan merupakan fungsi bagaimana sumber tenaga dikelola,
untuk mencapai tujuan . Fungsi ini mencakup sistem sistem
klasifikasi pasien, sebagai dasar penghitungan kebutuhan tenaga ,
menetapkan kebutuhan tenaga, rekrutmen, seleksi, orientasi,
penjadualan, penugasan, pembinaan untuk mengurangi absen, dan
menurunkan kel;uar masukkerja dan pengembangan staff. Pengarahan
merupakan fungsi kekuatan untuk terlaksananya pengelolaan pelayanan
asuhan keperawatan, funsi ini terdiri dari penggunaan
kekuatan,pemecahan masalah, membuat keputusan, perubahan efektif
penanganan konflik dan kominikasi serta analisis
transaksional.Metode penugasan suatu gambaran /kerangka kerja yang
mengartur pelakasanaan kegiatan pelayanan kesehatan pada klien
dengan menggunakansumber-sumberinformasi dan pendekatan pemecahan
masalah serta memungkinkan perawat untuk berkolaborasi dengan
profesi kesehatan lain ( mayyer at all ,1990).Salah satu usaha
utnuk memberikan palayanan keperawatan berkualitas dan profesional
adalah pengembangan model praktek perawatan profesional, M
B. Patien safetyKeselamatan (safety) merupakan hal utama dalam
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang bermutu tidak cukup
dinilai dari kelengkapan teknologi, sarana dan prasarana yang
canggih, dan petugas kesehatan yang profesiona, melainkan perlu
dilihat proses pelayanan dan hasil pelayanan yang diberikan. Proses
dan hasil pelayanan tersebut harus mampu memberikan jaminan bagi
pelanggan sehinggga terbebas dari resiko (Cahyono, 2008).
Keselamatan pasien menjadi prioritas pertama dalam pemberian
layanan kesehatan dan layanan keperawatan di rumah sakit.
Keselamatan pasien merupakan komponen penting dan vital dalam
asuhan keperawatan yang berkualitas (Ballard, 2003). Keselamatan
pasien juga merupakan langkah kritis pertama untuk memperbaiki
kualitas pelayanan ( Cahyono, 2008), serta berkaitan dengan mutu
dan citra rumah sakit.Keselamatan pasien merupakan komponen dari
mutu pelayanan kesehatan. Institute of Medicine (IOM) menetapkan
enam dimensi dalam mutu pelayanan kesehatan, yaitu : keselamatan
pasien, efisiensi, efektif, tepat waktu, berorientasi pada pasien,
dan keadilan (Cahyono, 2008).Layanan kesehatan yang diterima oleh
pasien di rumah sakit merupakan layanan yang kompleks. Tenaga
kesehatan dari berbagai disiplin ilmu, berbagai tes dan prosedur
pengobatan, alat dan teknologi terlibat dalam pemberian layanan
kesehatan bagi pasien. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kejadian
tidak diharapkan (KTD) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati
(Depkes, 2008).Kesehatan dalam pemberian layanan kesehatan dapat
disebabkan oleh berbagai hal. Kesalahan dalam proses pelayanan
sebagian besar 85% disebabkan oleh petugas dan 15% karena masalah
peralatan (Cahyono, 2008). Kesalahan pengobatan, kesenjangan
komunikasi dan pengaruh faktor manusia juga menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam pemberian pelayanan kesehatan pada pasien (Foley,
2004).Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang
berkaitan dengan pemberian layanan kesehatan. Keperawatan sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan, berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan yang memberikan jaminan terhadap
upayakeselamatan pasien. Perawata memiliki peran yyang besar dalam
upaya menjamin keselamatan pasien (IOM, 2001). Komoditas utama
dalam pelayanan kesehatan dirumah sakit adalah pelayan keperawatan.
Hal ini bukan berarti mengesampingkan pelayanan medis, namun
mayoritas perawatan yang diperlukan oleh pasien adalah asuhan
keperawatan (Ballard, 2002 dalm Ballard, 2003). Sehingga upaya
keselamatan pasien tidak dapat lepas dari peran perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas.Keselamatan
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam
sistem kesehatan meliputi faktor karakteristik individu petugas
kesehatan, sifat dasar pekerjaa, lingkungan fisik, faktor penyatuan
sistem dengan manusia, faktor organisasi atau lingkungan sosial,
dan faktor manajemen. Ffaktor karakteristik individu petugas
kesehatan meliputi ketenagaan, struktur organisasi, penjadwalan,
ketersediaan sumber daya, dan komitmen terhadap kualitas (Hughes,
2008).Keselamatan sebagai bagian dari mutu pelayanan kesehatan juga
dapat dilihat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari struktur,
proses dan hasil. Struktur meliputi infrastruktur fisik, organisasi
(struktur dan budaya), manajemen, sumber daya manusia, penjadwan
dan ketersediaan peralatan. Komponen proses meliputi kepatuhan pada
protokol, proses pelayanan, prosedur tindakan, pengendalian serta
pedoman. Keselamatan pasien dan perawat merupakan hasil dari
komponen struktur dan proses.Organisasi yang meliputi struktur dan
budaya akan menentukan keberhasilan upaya keselamatan baik bagi
pasien maupun perawat. Kebijakan terhadap upaya keselamatan dirumah
sakit perlu didukung dengan pembentukan struktur organisasi yang
jelas sehingga dapat dilaksanakan secara optimal (Depkes,
2008).Budaya keselamatan dalam organisasi merupakan faktor yang
penting. Budaya keselamatan merupakan faktor yang dominan dalam
keberhasilan upaya keselamatan. Budaya keselamatan merupakan kunci
bagi terwujudnya pelayanan yang bermutu dan aman.Manajemen
diperlukan dalam setiap organisasi utnuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Manajer baik tingkat atas (top manager) hingga tingkat
bawah (lower manager) dituntut untuk memiliki kemampuan
kepemimpinan (leadership) dan kemampuan menjalankan fungsi
manajerial. Kepemimpinan suatu organisasi akan mempengaruhi setiap
individu yang berada diorganisanasi tersebut dalam mencapai tujuan.
Pemimpin mempunyai tugas untuk membangun visi dan misi,
mengkomunikasikan ide perubahan, menyusun strategi sehingga setiap
komponen dalam organisai akan bekerja dengan memperhatikan
keselamatan (cahyono, 2008). Kepemimpinan dan budaya yang terbuka
dan adil akan membangun kesadaran akan nilai keselamatan (Depkes,
2008).Kepala ruang merupakan manajer keperawatan yang langsung
berhubungan dengan kegiatan pelayanan kesehatan pada pasien. Kepala
ruang sebagai lower manager dalam keperawatan harus mampu
menjalankan fungsi manajemen sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai. Manajemen keperawatan merupakan rangkaian fungsi dan
aktivitas yang secara simultan saling berhubungan dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui anggota staf keperawatan untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan yang
berkualitas (Gillies,1996; Marquis dan Huston, 2003). Kualitas
pelayanan keperawatan dapat dilihat melalui pemberian asuhan
keperawatan yang aman baik pasien maupun perawat. Tujuan pelayanan
keperawatan yang berkualitas dapat tercapai apabila manajer
keperawatan mampu melaksanakan fungsi manajemen dengan baik.Fungsi
manajemen merupakan suatu siklus untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan oleh organisai. Fungsi manajemen meliputi fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengatur staf, pengarahan, dan
pengendalian (Gillies,1996; Marquis dan Huston, 2003). Manajer
keperawatan diharapkan menjalankan seluruh fungsi manajemen
sehingga lingkungan dan kondisi kerja akan mendukung pelayanan
keperawatan dalam mencapai keselamatan pasien dan
perawat.Lingkungan kerja yang kondusif akan mendukung pelaksanaan
program keselamatan baik bagi pasien maupun perawat. Kesalahan dan
pelanggaran tidak akan terjadi apabila kondisi lingkungan kerja
mendukung kenyamanan dan keamanan bagi pasien dan petugas (cahyono,
2008). Lingkungan kerja yang menyediakan teknologi pendukung,
standarisasi setiap proses, peralatan, sarana dan prasarana akan
memungkinkan terciptanya jaminan keselamatan.Fungsi manajemen yang
peratama adalah fungsi perencanaan. Perencanaan merupakan tahap
yang sangat penting dan menjadi prioritas diantara fungsi manajemen
yang lain. Perencanaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan proses
manajemen mengalami kegagalan (Marquis & Huston, 2003).
Perencanaan yang dijalankan oleh kepala ruang antara lain
merencanakan tujuan, standar, prosedur, kebijakan maupun aturan
yang berkaitan dengan keselamatan pasien dan perawat. Perencanaan
ini sangat diperlukan karena menjadi acuan bagi perawat dalam
bekerja.Pengorganisasian dan pengaturan staf diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan tugas keperawatan sehingga meminimalkan
stessor karena pekerjaan. Lingkungan kerja perawat yang penuh
stessor dapat menyebabkan penyakit maupun sidera pada perawat
(Trinkoff et al, 2007). Jam kerja perawat yang panjang dapat
menimbulkan kelelahan, menurunkan produktivitas dan meningkatkan
risiko terjadinya kesalahan yang dapat membahayakan pasien.
Penelitian Trinkoff didapatkan hasil jam kerja perawat yang panjang
berhubungan dengan kejadian cidera musculoskeletal dan cidera
karena tertusuk jarum (needlestick injury). Jumlah perawat yang
tidak adekuat dibandingkan dengan jumlah pasien dapat meningkatkan
kejadian infeksi, perdaran, kesalahn dalam pemberian obat.
Penelitian Prawitasari (2009) didapatkan hasil terdapat hubungan
antara beban kerja perawat pelaksana dengan keselamatan pasien.
Fungsi pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang antara lain
memberikan motivasi, membina komunikasi, menangani komunikasi,
menangani konflik, memfasilitasi kerjasama dan negosiasi.
Pengarahan yang baik dapat menciptakan kerjasama yang efektif dan
efisiensi antara staf. Pengarahan juga berfungsi utnuk
mengembangkan kemampuan dan keterampila staf, menimbulkan rasa
memiliki dan menyukai pekerjaan, mengusahakan suasana lingkungan
kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja sehingga
menjamin keselamatan pasien dan perawat. Evaluasi terhadap tindakan
penerapan keselamatan pasien dan perawat dalam pemberian asuhan
kepada pasien, diperlukan untuk menjamin hasil yang diharapkan
yaitu keselamatan telah tercapai. Pengendalian diperlukan utnuk
mengatur kegiatan agar berjalan sesuai rencana jalan keluar atau
pemecahan apabila terjadi hambatan pelaksanaan kegiatan.
Pengendalian yang dikerjakan dengan baik dapat menjamin semua
tujuan dari individu atau kelompok konsisten dnegan tujuan jangka
pendek maupun jangka panjang dari organisasi
(Notoatmodjo,2003).
C. Peran Perawat Dalam KeselamatanPerawat perlu memperhatikan
upaya untuk mencegah resiko bahaya maupun cedera dalam pemberian
asuhan keperawatan. Lingkungan pelayanan kesehatan di rumah sakit
merupakan lingkungan yang kompleks. Pasien dengan berbagai jenis
penyakit, petugas kesehatan, prosedur, tindakan, bahan kimia,
peralatan, dan teknologi saling berinteraksi dalam pemberian
layanan kesehatan pada pasien. Hal ini dapat menimbulkan resiko
bagi keselamatan pasien maupuun petugas (Cahyono, 2008).Perawat
melaksanakan asuhan keperawatan harus memperhatikan keselamatan
pasien dan dirinya sendiri. Keselamatan memungkinkan setiap orang
untuk merasa aman melakukan aktivitasnya. Keselamatan akan
menurunkan stress dan meningkatkan kesehatan sehingga memunggkinkan
seseorang untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya
seperti kebutuhan kasih sayang, penghargaan diri dan aktualisasi
diri. Pemenuhan kebutuhan keselamatan memberikan efek positif bagi
kesehatan jiwa dan meningkatkan efektivitas dalam bekerja (Craven
& Hirnle, 2003).Pemenuhan keselamatan antara lain ditunjukkan
untuk menciptakan lingkungan yang aman. Perawat memiliki peran
penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung keselamatan. D.
Faktor Yang Mempengaruhi KeselamatanFaktor yang mempengaruhi
keselamatan (Potter & Perry, 2005) meliputi:1. Umur dan tingkat
perkembangan Seseorang akan belajar untuk menjaga diri terhadap
kemungkinan bahaya melalui proses belajar dan pengalaman yang
didapat dalam lingkungan.2. Status kesehatan dan kemampuan
mobilitasStatus kesehatan dan kemampuan mobilitas mempenggaruhi
seseorang dalam mencegah resiko bahaya. 3. Faktor fisiologis Sistem
fisiologis tubuh manusia secara normal akan bekerja untuk mencegah
atau meminimalkan terjadinya cedera.4. Kesadaran positifKesadaran
merupakan kemampuan untuk mengenali stimulus lingkungan dan reaksi
tubuh serta memberikan reaksi dan tindakan yang tepat. Kesadaran
kognitif dapat mengalami gangguan pada pasien dengan
ketidakadekuatan tidur, penurunan status kesadaran, kebingungan,
disorientasi, dan lainnya.5. Status emosiDapat mempengaruhi
kemampuan mengenali bahaya lingkungan. Kondisi lingkungan yang
penuh stressor dapat menurunkan konsentrasi, menyebabkan kesalahan
dalam penilaian, dan menurunkan kewaspadaan terhadap stimulus dari
luar.6. Kemampuan KomunikasiSeseorang dengan gangguan kemampuan
menerima dan memberi informasi dapat beresiko mengalami cedera,
misalnya orang dengan gangguan bicara, tidak mampu membaca.7.
Toleransi dan adaptasi stressFaktor kecemasan dan depresi
menurunkan kemampuan seseorangg dalam mengenali adanya bahaya dan
mengikuti petunjuk keselamatan. Faktor kepribadian mungkin berperan
dalam kemampuan berinteraksi terhadap bahaya.8. Faktor linkungan
Lingkungan mencapai faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi
kehidupan. Lingkungan yang aman akan berpengaruh terhadap
keselamatan pasien yaitu mengurangi insiden terjadinya penyakit
atau cedera, memperpendek lama tindakan atau hospitalisasi,
meningkatkan atau mempertahankan status fungsi kesehatan, dan
meningkatkan kesejahteraan. Lingkungan rumah sakit merupakan
lingkungan dengan berbagai macam resiko bahayaa. Resiko jatuh,
terbakar, dan keracunan terjadi karena adanya masalah peralatan,
kesalahan prosedur, dan kelemahan kondisi pasien. Perawat harus
menyadari pentingnya keselamatan bagi dirinya sendiri dalam
bekerja. Perawat perlu melakukan tindakan pencegahan terhadap
resiko terjadinya cedera misalnya menggunakan jarum suntik secara
aman, alat bantu untuk mengangkat pasien, perlengkapan perlindungan
diri, dan melaksanakan prosedur tindakan dengan benar.
E. Standar Keselatan PasienTerdiri dari tujuh standar meliputi
(Depkes, 2008) :1. Hak pasien yaitu menjamin hak pasien dan
keluarga untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak
diharapkan.2. Mendidik pasien dan keluarga tentang kewwajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.3. Keselamatan pasien dan
kesenambungan pelayanan dengan menjamin koordinasi antara tenaggga
dan unit pelayanan.4. Menggunakan metoda-metoda peningkatan kinerja
untuk melakukan evaluasi program peningkatan keselamatan pasien
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien.6. Rumah sakit mendidik staf tentang keselamatan pasien.7.
Meningkatkan komunikasi bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
dengan merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien di rumah sakit.
F. Langkah Menuju Keselamatan PasienLangkah yang dapat ditempuh
dalam menerapkan program keselamatan pasien (Cahyono, 2008; Depkes
2008a; NPSA, 2005) adalah :1. Membangun budaya keselamatan
pasienLangkah pertama dalam menerapkan program keselamatan pasien
adalah membangun budaya keselamatan pasien dalam organisasi rumah
sakit. Hal ini mengingat budaya organisasi merupakan nilai-nilai,
keyakinanm dan kebiasaan bersama dalam organisasi yang berinteraksi
dengan struktur formal untuk menghasilkan norma perilaku. Budaya
yang harus dibangun untuk mendukung keselamatan pasien adalah
budaya terbuka dan adil. Nilai dan keyakinan yang harus dibangun
meliputi :a. Melaporkan dan membahas kesalahan (KTD) tanpa bersikap
menyalahkan.b. Bekerja secara timc. Melibatkan pasien dalam
pengambilan keputusan d. Memandang suatu kesalahan dalam kerangka
sisteme. Berani mengungkapkan kesalahan yang terjadi.2. Pimpinan
dan dukungan terhadap stafPimpinan adalah pemegang kunci perubahan.
Pemimpin memiliki tanggung jawab dalam memimpin dan menggerakkan
seluruh komponen organisasi menuju perubahan. Program keselamatan
pasien dapat berjalan dengan baik apabila pemimpin memiliki visi,
misi, dan kebijakan yang jelas mengenai keselamatan pasien. 3.
Integrasi aktivitas manajemen resikoMengembangkan sistem dan proses
untuk mengelola resiko, mengidentifikasi dan menilai hal-hal yang
berpotensi menyebabkan terjadinya kesalahan. Manajemen resiko
klinis (MRK) merupakan upaya manajerial untuk melakukan
identifikasi kesalahan yang terjadi selama asuhan pasien, mencari
penyebab, dan mempelajari serta menjamin tindakan yang bertujuan
untuk mencegah kejadian terulang kembali. Tujuan MRK adalah
mengurangi terjadinya KTD dan KNC pada pasien serta mengurangi
kemumungkinan klaim dan mengendalikan biaya klaim yang harus
menjadi beban rumah sakit.4. Membangun sistem pelaporan Sistem
pelaporan merupakan bagian yang penting dalam upaya membangun
keselamatan pasien. Sistem ini memungkinkan staf atau petugas
kesehatan dapat dengan mudah melaporkan insiden yang terjadi.
Sistem pelaporan yang ideal adalah tidak menghukum, menjaga
kerahasiaan, tepat waktu, dianalisis oleh ahli dan berorientasi
pada sistem. Hasil laporan ini dapat dimanfaatkan sebagai
pembelajaran, menentukan skala prioritas pemecahan masalah, serta
monitoring, dan evaluasi kegagalan atau keberhasilan penerapan
program.5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasienPetugas
kesehatan harus selalu berkomunikasi dan melibatkan pasien dalam
setiap proses perawatan kesehatan. Komunikasi dan keterlibatan
pasien dengan petugas kesehatan akan mendukung upaya perawatan
pasien. Pasien memiliki peran penting dalam membantu petugas
kesehatan uuntuk menentukan diagnosis yang tepat dengan memberikan
iinformasi yang jelas dan nyata. Selain itu pasien juga memutuskan
perawatan yang tepat, memastikan perawatan dan pengobatan telah
dikelola dan dilaksanakan dengan baik oleh petugas kesehatan,
mengidentifikasi kejadian tidak diharapkan dan mengambil tindakan
yang sesuai.