PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN RESPONS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BUZZ GROUP MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN ULAR TANGGA PADA MATERI SIFAT-SIFAT KOLOID KELAS XI SMA NEGERI 2 NGAWI, JAWA TIMUR Proposal Skripsi Oleh: Oleh : CHANDRA SUBAGIA NIM : 103194002 DODI SETYADI NIM : 103194021 Pendidikan Kimia A 2010 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN KIMIA PRODI PENDIDIKAN KIMIA 2012
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN RESPONS SISWA DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN BUZZ GROUP MENGGUNAKAN MEDIA
PERMAINAN ULAR TANGGA PADA MATERI SIFAT-SIFAT KOLOID
KELAS XI SMA NEGERI 2 NGAWI, JAWA TIMUR
Proposal Skripsi
Oleh:
Oleh :
CHANDRA SUBAGIA NIM : 103194002
DODI SETYADI NIM : 103194021
Pendidikan Kimia A 2010
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PRODI PENDIDIKAN KIMIA
2012
HALAMAN PERSETUJUAN
Usulan proposal oleh : 1. Chandra subagia
2. Dodi Setyadi
NIM : 1. 103194002
2. 103194021
Judul : Peningkatan Hasil Belajar Dan Respons Siswa dengan
Model Pembelajaran Buzz group menggunakan Media
Permainan Ular Tangga pada Materi Sifat-Sifat Koloid Kelas
MODEL PAPAN PERMAINAN ULAR TANGGA......................................................63
vii
A.JUDUL :
“PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN RESPONS SISWA DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN BUZZ GROUP MENGGUNAKAN MEDIA
PERMAINAN ULAR TANGGA PADA MATERI SIFAT-SIFAT KOLOID
KELAS XI SMA NEGERI 2 NGAWI, JAWA TIMUR”
B. BIDANG KAJIAN :
Berdasarkan permasalahan yang kami angkat, bidang kajian yang akan kami teliti
adalah pendidikan kimia .
C. LATAR BELAKANG :
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, mutu guru merupakan
salah satu komponen yang mempunyai peran sangat penting. Salah satu upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan cara perbaikan
proses belajar mengajar atau pembelajaran. Berbagai konsep dan wawasan baru
tentang pembelajaran di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya
ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai pendidik yang menduduki posisi
strategis dalam sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti
perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan.
Peran guru bukan sebagai satu-satunya pembelajaran, tetapi sebagai
fasilitator dan pengarah. Belajar memang bersifat individual, oleh karena itu
belajar merupakan suatu keterlibatan langsung atau memperoleh pengalaman
individual yang unik. Belajar juga tidak terjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung
penuh pengulangan berkali-kali, berkesinambungan, dan tanpa henti.
Bahan ajar dan sarana pembelajaran yang representatif dapat membantu
tercapainya tujuan belajar dalam setiap bidang studi. Namun, bahan ajar dan
sarana tersebut memerlukan variasi dan inovasi untuk meningkatkan motivasi
siswa dan menambah kualitas pembelajaran. Dengan adanya variasi dan inovasi,
siswa diharapkan lebih menyukai pembelajaran di kelas dan lebih mudah
memahami materi pembelajaran. Variasi dan inovasi tersebut dapat berupa
penerapan atau implementasi model, metode, atau media pembelajaran. Media
pembelajaran digunakan sebagai alat bantu mengajar dan dapat berupa seperti alat
peraga, demonstrasi, permainan dan lain-lain (Sudjana dan Rivai, 2002: 1).
Terdapat beberapa aspek yang perlu ditekankan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Aspek tersebut mencakup peningkatan aktivitas dan
kreativitas peserta didik, serta peningkatan motivasi belajar (Mulyasa 2007).
Menurut Prayitno (1989), terdapat dua jenis motivasi yaitu motivasi instrinsik
yang meliput minat dan ketekunan, serta motivasi ekstrinsik yang meliputi
perhatian dan konsentrasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa antara motivasi dan hasil
belajar merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dan harus selalu berjalan
beriringan. Tanpa motivasi yang tinggi, dapat diprediksikan bahwa hasil belajar
siswa rendah. Hasil belajar siswa yang rendah mengintrepretasikan bahwa kualitas
siswa juga masih di bawah rata-rata.
Media pembelajaran adalah segala bentuk sarana dan saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi belajar yang bertujuan
instruksional dari sumber pesan kepada penerima pesan sehingga dapat
merangsang fikiran, perasaan, perhatian, serta minat penerima pesan sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2007: 6-7). Oleh karena proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem,
maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah
satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi
dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa
berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari
sistem pembelajaran.
Sistem pembelajaran dan suasana belajar yang santai dan menyenangkan akan
membuat siswa merasa nyaman, siswa akan mudah menyerap informasi dan
pengetahuan baru yang dipelajarinya, siswa juga mudah menemukan materi
belajar baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca
indra dan cocok untuk gaya belajarnya.
Seiring dengan perkembangan teknologi, maka dunia pendidikan juga
semakin berkembang. Perkembangan di dunia pendidikan meliputi model, metode
dan media pembelajaran. Media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
teknologi adalah media pembelajaran berbasis komputer
Dari hasil wawancara singkat dengan siswa, ternyata materi kimia dirasa
cukup sulit. Materi kimia memerlukan pemahaman lebih karena isi berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dapat dianalisa bahwa fenomena tersebut
menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih banyak permasalahan di
dalamnya. Beberapa masalah tersebut diantaranya: 1) siswa mengalami kesulitan
pada materi ikatan kimia; 2) siswa kurang tertarik dengan cara guru
menyampaikan materi dengan metode ceramah (metode tidak bervariasi); 3)
partisipasi siswa rendah dalam kegiatan pembelajaran; 4) sebagian besar siswa
menginginkan metode pembelajaran dengan permainan
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya solusi yang tepat untuk
perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas. Guru dapat menggunakan metode
dan model pembelajaran yang ada untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model
pembelajaran tersebut dapat dikombinasikan dengan games yang dapat
meningkatkan respon siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penerapan game
dalam pembelajaran kimia diharapkan dapat menciptakan susana belajar yang
menyenangkan sehingga membuat siswa lebih aktif dalam melatih ulang
kemampuannya dan mempermudah siswa dalam memahami materi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Citra Kesumawati
dengan judul “Media permainan ular tangga pada materi pokok tata nama
senyawa dan persamaan reaksi sederhana” dapat disimpulkan bahwa media
permainan ular tangga yang dikembangkan layak digunakan sebagai media belajar
kimia pada materi pokok tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khurin’in diperoleh
bahwa respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran diskusi kelas tipe
buzz group dinilai positif, karena 71.43 % siswa berminat mengikuti proses
belajar mengajar dengan metode pembelajaran diskusi kelas tipe buzz groups , hal
ini dibuktikan dari hasil pengamatan yang pada putaran I ketuntasan belajar siswa
secara klasikal belum tercapai karena dari 28 siswa hanya 13 yang tuntas
belajarnya (46.43 %) pada putaran II jumlah siswa yang tuntas belajarnya
mengalami peningkatan menjadi 15 siswa (53.57%) sedangkan pada putaran III
ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah tercapai yaitu 24 siswa yang tuntas
belajarnya (85.71%) hal ini menunjukkan ketuntasan belajar secara klasikal
mengalami peningkatan pada setiap putaran. Sehingga model pembelajaran ini
memberikan respon positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa sehingga
cocok untuk digunakan dalam proses pembelajaran laju reaksi.
Pada SMAN 2 Ngawi pada tahun 2010 sampai dengan 2011 didapat
bahwa hasil prestasi nilai siswa pada materi Koloid itu rendah yaitu 65.23 %
dikarenakan karena siswa bosan dengan model pembelajaran yang diterapkan
maka dari itu kami mencoba untuk menciptakan solusi yang dapat mengatasi
permasalahan tersebut dengan harapan supaya siswa memiliki respon yang positif
pada pembelajaran dengan materi sifat-sifat koloid dan tingkat ketuntasan siswa
85% dari KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 78.
maka kami mengajukan proposal kami yang berjudul “Peningkatan Hasil
Belajar dan Respons Siswa menggunakan Media Permainan Ular Tangga dengan
Model Pembelajaran Buzz group pada materi sifat-sifat Koloid Kelas XI SMA
Negeri 2 Ngawi, Jawa Timur ”.
D. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka perlu adanya
penerapan suatu metode pembelajaran baru yaitu dengan penerapan media game
edukatif pada mata pelajaran kimia pada khususnya yang dirancang sebagai media
untuk membantu pengajar dalam menyampaikan materi tentang koloid.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, dapat diidentifikasi beberapa
pertanyaan yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran
diskusi kelas tipe buzz group dengan media pembelajaran game edukatif
ular tangga dipadukan dengan pada materi sifat-sifat koloid?
2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran diskusi kelas tipe buzz
group dengan media pembelajaran game edukatif ular tangga pada materi
sifat-sifat koloid?
E. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk memberikan solusi pembelajaran diskusi kelas tipe buzz group
dengan media pembelajaran game edukatif ular tangga dalam
meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam materi sifat-sifat
koloid.
2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran diskusi kelas tipe
buzz group dengan media pembelajaran game edukatif ular tangga.
F. Variabel
1. Variable manipulasi : model pembelajaran tipe Buzz group dan media
permainan ular tangga
2. Variabel kontrol : siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2
3. Variabel respon : respon siswa dan nilai siswa
G. Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah
Bagi guru :
1. Dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam pendidikan
khususnya bidang kimia
2. Dapat digunakan sebagai media alternatif dalam kegiatan belajar mengajar
demi menunjang peningkatan prestasi hasil belajar siswa
Bagi siswa :
1. Diharapkan materi yang dipelajari akan lebih mudah dipahami dan diingat
2. Meningkatkan respon siswa dalam belajar, sehingga meningkatkan prestasi
belajar.
H. Definisi operasional, asumsi, dan, batasan masalah
1. Definisi operasional
Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran antara pembaca dan penulis
terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis
memberikan definisi operasional sebagai berikut:
a. Media game edukatif kimia pada penelitian ini adalah seperangkat
permainan ular tangga yang dimainkan secara langsung oleh
siswa/kelompok siswa, dengan bentuk papan permainan yang
ditempelkan di depan kelas, kemudian perwakilan kelompok
menjalankan bidak permainan secara bergantian dengan aturan yang
telah ditentukan. Di dalam game edukatif ini berisi materi
dikombinasikan dengan latihan soal yang terdapat pada kotak angka
pada permainan ular tangga.
b. Diskusi kelas tipe buzz groups adalah salah satu diskusi kelas yang
bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa yaitu guru
memerintahkan siswa untuk membentuk kelompok-kelompok kecil
yang masing-masing beranggota 3 sampai 6 orang anak untuk
mendiskusikan tentang topik tertentu. masing-masing kelompok
memilih salah seorang anggotanya untuk mendaftar ide-ide yang
dihasilkan oleh kelompok. setelah beberapa menit, guru meminta
para pencatat untuk merangkum ide-ide dan pendapat-pendapat
utama yang diekspresikan dalam kelompok mereka dan
mempresentasikannya kepada seluruh kelas
c. Respons siswa meliputi respons ketertarikan siswa. Ketertarikan
siswa meliputi ketertarikan pada materi, sikap antusias,
mendengarkan pada saat pembelajaran, dan memperhatikan dengan
seksama. Respon diperoleh dari angket siswa yang disebar ketika
penerapan metode ini telah berakhir
d. Hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil ini dapat
dilihat dari hasil tes yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal-
soal tes materi koloid kelas XI semester 2. Standar Ketuntasan
Minimum (SKM) yang ditetapkan di sekolah SMAN 2 Ngawi adalah
78,.
2. Asumsi
1. Nilai tes yang diperoleh siswa mencerminkan kemampuan siswa yang
sesungguhnya.
2. Pengamat ketika memberikan pengamatan terhadap siswa dan guru
seobjektif mungkin.
3. Batasan Penelitian
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran tipe buzz
groups dengan media game edukatif ular tangga .
2. Materi pembelajaran kelas XI semester 2 yang dibatasi pada materi sifat-
sifat koloid.
I. KAJIAN PUSTAKA
1. Teori – teori yang mendukung
a. Definisi Diskusi Kelas
Diskusi adalah prosedur yang digunakan guru untuk mendorong
pertukaran verbal di antara siswa-siswanya. Diskusi adalah situasi ketika guru dan
siswa atau siswa dan siswa lainnya saling bercakap-cakap dan berbagi ide dan
pendapat. Pertanyaan yang digunakan untuk menstimulasi diskusi biasanya
dengan tingkat kognitif yang lebih tinggi.
b. Tujuan instruksional diskusi kelas
1. Meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan membantu mereka
mengonstruksikan pemahamannya sendiri tentang isi akademik.
Mendiskusikan sebuah topik membantu siswa memperkuat dan
memperluas pengetahuannya tentang topik itu dan meningkatkan
kemampuannya untuk memikirkan tentang hal itu.
2. Meningkatkan keterlibatan dan engagament siswa.
Diskusi memberikan kesempatan kepada siwa untuk berbicara dan
memainkan ide-idenya sendiri di depan umum dan memberikan motivasi
untuk terlibat di dalam wacana di luar kelas.
3. Membantu siswa mempelajari berbagai keterampilan komunikasi dan
proses berpikir yang penting.
Diskusi bersifat publik, diskusi memberikan sarana bagi guru untuk
mencari tahu apa yang dipikirkan siswa dan bagaimana mereka
memproses ide dan informasi yang diajarkan. Diskusi memberikan
lingkup sosial bagi guru yang dapat membantu siswa menganalisis
berbagai proses berpikir dan mempelajari berbagai keterampilan
komunikasi penting seperti menyatakan ide-ide dengan jelas,
mendengarkan orang lain, merespons orang lain dengan cara yang baik,
dan mengajukan pertanyaan yang baik.
c. Dukungan teoritis dan empiris
1. Wacana dan kognisi
Wacana adalah salah satu cara bagi siswa untuk mempraktikkan proses
berpikir dan meningkatkan keterampilan berpikirnya. Mary Budd Rowe
(1986) merangkum poin penting ini dengan baik :
Untuk “tumbuh”, sistem berpikir yang kompleks memnutuhkan amat
banyak pengalaman dan percakapan yang dilakukan bersama orang
lain. Dalam pembicaraan tentang apa yang telah kita kerjakan dan kita
lihat, dan dalam perdebatan tentang segala yang kita manfaatkan dari
pengalaman kita, bahwa ide-ise menjadi berlipat ganda,
disempurnakan, dan akhirnya menghasilkan pertanyaan-pertanyaan
baru dan eksplorasi lebih jauh. (hlm. 430).
Dalam beberapa hal, wacana dapat dipikirkan sebagai eksternalisasi
pemikiran-artinya, memaparkan pikiran yang tak terlihat agar dapat dilihat
oleh orang lain. Jadi, melalui diskusi, guru diberi jendela untuk melihat
keterampilan berpikir siswanya dan setting untuk memberikan koreksi dan
umpan balik bila mereka melihat penalaran yang tidak lengkap dan keliru.
Memaparkan segala yang dipikirkan juga memberikan kesempatan kepada
siswa untuk “mendengar” pikirannya sendiri dan untuk belajar cara
memantau proses berpikirnya sendiri.
2. Aspek sosial wacana
Salah satu aspek diskusi kelas adalah kemampuannya untuk mendukung
pertumbuhan kognitif. Aspek lainnya adalah kemampuan untuk
menghubungkan dan menyatukan aspek-aspek kognitif dan sosial
pembelajaran.
Hubungan kognitif-sosial itu paling jelas dalam bagaimana partisipasi
sosial memengaruhi pemikiran dan pertumbuhan kognitif. Lauren Resnick
dan Leopod Klopfer (1989) melihat, misalnya, bahwa “setting sosial
memberikan kesempatan untuk meniru strategi-strategi berpikir yang
efektif:
Para pemikir ahli (kadang-kadang yang dimaksud adalah pengajar, tetapi
kadang-kadang yang dimaksud adalah sesame siswa yang lebih maju)
dapat mendemonstrasikan cara-cara seperti yang diharapkan untuk
memecahkan masalah, menganalisis teks, atau mengonstruksikan
argument. Akan tetapi yang paling penting, lingkup sosial
memungkinkan siswa mengetahui bahwa seluruh elemen pemikiran
kritis-interpretasi, mempertanyakan, mencoba berbagai kemungkinan,
menuntut justifikasi rasional-memiliki nilai sosial. (hlm. 8-9).
Banyak hasil pemikiran Vygotsky dan para pendidik kontemporer yang
menggunakan perspektif konstruktivis yang menekankan nilai penting dari
interakssi sosial di semua aspek belajar manusia. Melalui interaksi sosial
inilah siswa belajar cara berpikir dan menyelesaikan masalah (lihat Hicks,
1996; Kosminsky & Kominsky, 2003; Panscar, 1986).
3. Teori Kode Ganda
Teori memori kode ganda atau dual code theory of memory dari Paivio
(1971; Clark dan Paivio, 1991), yang menghipotesiskan bahwa informasi
tersimpan di dalam memori jangka panjang dalam dua bentuk: visual dan
verbal. Teori ini meramalkan bahwa informasi yang disajikan baik secara
visual maupun verbal diingat lebih baik daripada informasi yang hanya
disajikan dengan salah satu cara. Misalnya, Anda mengingat suatu wajah lebih
baik bila anda juga mengetahui suatu nama dan sebuah nama lebih baik bila
Anda dapat menghubungkan nama itu dengan suatu wajah (Mayer dan
Anderson, 1991).
4. Teori konstruktivisme
Hakikat dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menjadikan
informasi itu miliknya sendiri (Brooks, 1990; Leinhardt,1992; Brown et al.,
1989). Di dalam kelas yang terpusat pada siswa peran guru adalah membantu
siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan
memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.
Pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran menerapkan pembelajaran
kooperatif secara luas, berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah menemukan
dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan
masalah dengan temannya.
d. Sintaks untuk menyelenggarakan diskusi :
Fase Perilaku guru
Fase 1 : Mengklarifikasikan maksud
dan establishing set
Guru membahas maksud diskusi dan
mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi.
Fase 2 : Memfokuskan diskusi Guru memberikan focus untuk diskusi
dengan mendeskripsikan peraturan dasarnya,
mengajukan pertanyaan awal, menyodorkan
situasi yang membingungkan, atau
mendeskripsikan sebuah isu diskusi.
Fase 3 : Mengendalikan diskusi Guru memantau interaksi siswa,
melontarkan pertanyaan, mendengarkan ide-
ide, merespons ide-ide, menegakkan
peraturan dasarnya, mencatat proses diskusi,
dan mengekspresikan ide-idenya sendiri.
Fase 4 : Mengakhiri diskusi Guru membantu mengakhiri diskusi dengan
merangkum atau mengekspresikan makna
diskusi bagi dirinya.
Fase 5 : Debriefing Guru memerintahkan siswa untuk menelaah
diskusinya dan memikirkan proses-
prosesnya.
e. Diskusi kelas tipe buzz groups
Diskusi kelas tipe buzz groups adalah salah satu diskusi kelas yang
bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa yaitu guru memerintahkan siswa
untuk membentuk kelompok-kelompok kecil yang masing-masing beranggota 3
sampai 6 orang anak untuk mendiskusikan tentang topic tertentu . masing-masing
kelompok memilih salah seorang anggotanya untuk mendaftar ide-ide yang
dihasilkan oleh kelompok . setelah beberapa menit , guru meminta para pencatat
untuk merangkum ide-ide dan pendapat-pendapat utama yang diekspresikan
dalam kelompok mereka dan mempresentasikannya kepada seluruh kelas.
f. Media Permainan
Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2007: 3) media bila dipahami
secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap.
Permainan (games) adalah setiap kontes antara para pemain yang
berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu pula (Sadiman, 2007: 75). Namun dengan
berkembangnya teknologi, permainan tidak harus dilakukan dua orang atau lebih,
melainkan bisa dilakukan seorang diri, misalnya bermain game di komputer.
Komponen yang harus dimiliki setiap permainan adalah adanya pemain, adanya
lingkungan dimana para pemain berinteraksi, adanya aturan main adanya tujuan-
tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Interaksi berbentuk permainan (games) akan bersifat instruksional apabila
pengetahuan dan ketrampian yang terdapat di dalamnya bersifat akademik dan
mengandung unsur pelatihan (training). Program terbentuk permainan disebut
instruksional apabila di dalamnya terdapat tujuan pembelajaran (instruksional
objektif) yang harus dicapai. Program ini diarahkan agar siswa dapat belajar
sambil bermain dan dibuat sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur
tantangan, rasa igin tahu, menyenangkan, dan tidak mengabaikan unsur mendidik.
g. Permainan ular tangga
Media Permainan ular tangga adalah media pembelajaran yang berbentuk
bujur sangkar yang terdiri dari 100 bujur sangkar kecil yang diberi nomor 1-100.
Media permainan tersebut terdiri dari papan permainan, pion, dadu, kartu soal
(ular, tangga, pinalti), dan kartu kunci.
Media permainan ular tangga dapat digunakan sebagai media untuk
menyampaikan materi pelajaran tatanama senyawa dan persamaan reaksi
sederhana dengan desain dan aturan permainan yang telah disesuaikan sehingga
dapat membantu mempermudah mengerjakan latihan soal-soal. Mengerjakan soal-
soal dalam permainan ular tangga ini dimainkan secara “buka buku’.
Berikut ini adalah aturan permainan ular tangga di luar kelas antara lain :
1. Papan permainan diletakkan di luar meja
2. Permainan dimainkan oleh 3 siswa dan satu orang juri
3. Juri bertugas mengocok kartu soal (ular, tangga, pinalti), mencatat
waktu, point dan memegang kunci jawaban
4. Sebelum permainan dimulai, kartu soal (ular, tangga, dan pinalti)
dikocok oleh juri untuk mendapatkan susunan kartu yang acak.
5. Kartu soal ular diletakkan pada kotak ular di atas papan permainan
6. Kartu soal tangga diletakkan pada kotak soal tangga di atas papan
permainan
7. Kartu soal pinalti diletakkan pada kotak pinalti di atas papan permainan
8. Permainan dimulai setelah setiap pemain menmbuang dadu bergiliran,
yang mendapat angka dadu terbanyak akan bermain lebih dahulu
9. Permainan dimulai dari kotak nomer 1
10. Pemain yang mendapat urutan bermain berkesempatan melempar dadu
11. Pemain melangkahkan pion sesuai dengan jumlah angka pada dua dadu
yang dikocoknya
12. Pemain yang mendapat angka dadu kembar berkesempatan bermain lagi
13. Pemain yang poinnya menempati kotak ekor ular, anak tangga, atau
kotak yang diduduki pion pemain lain, wajib mengambil kartu soal
sesuai dengan kotak yang ditempati dan membaca nomer soal, soal dan
point soal dengan keras
14. Waktu untuk menjawab soal yaitu 2-3 menit
15. Pemain yang tidak dapat menjawab soal dapat dilempar pada pemain
lain, dengan cara melempar dadu secara bergiliran, yang mendapat
angka dadu terbanyak, berkesempatan menjawab soal, jika jawaban
masih salah maka soal dilempar pada pemain lain. Point menjadi milik
pemain yang menjawab soal dengan benar.
16. Pemain yang pionnya tidak menempati anak tangga atau ekor ular, tidak
mengambil kartu soal dan aman pada posisinya.
17. Untuk kartu soal ular :
a. Bila pemain menjawab benar maka poinnya akan tetap diam
ditempat dan pemain mendapat tambahan skor sejumlah point soal
b. Bila pemain tidak dapat menjawab maka poinnya mundur
mengikuti arah mulut ular dan pemain tidak mendapat
pengurangan skor.
c. Untuk point yang disesuaikan, pemain yang menjawab kurang
tepat, pionnya mundur mengikuti arah mulut ular, tetapi tetap
mendapat point yang telah disesuaikan dengan jawaban.
d. Bila setelah mundur pion menempati kotak yang telah diisi pion
pemain lain, maka pemain tidak perlu mengambil kartu soal
pinalti, kedua pemain aman pada posisinya dan permainan
dilanjutkan pemain selanjutnya
18. Untuk kartu soal tangga :
a. Bila pemain menjawab benar maka poinnya naik mengikuti arah
tangga dan pemain mendapat tambahan skor sejumlah point soal
b. Bila pemain tidak dapat menjawab, maka poinnya tetap di
tempat dan pemain tidak mendapat pengurangan skor
c. Untuk point yang disesuaikan, pemain yang menjawab kurang
tepat, pionnya tetap di tempat, tetapi tetap mendapat point yang
telah disesuaikan dengan jawaban.
d. Bila setelah naik, pion menempati kotak yang telah diisi pion
pemain lain, maka pemain tidak perlu mengambil kartu soal
pinalti, kedua pemain aman pada posisinya dan permainan
diteruskan pemain selanjutnya. akan tetap diam ditempat dan
pemain mendapat tambahan skor sejumlah point soal.
19. Kartu soal pinalti diambil pada saat pion pemain menempati kotak yang
telah ditempati pion pemain lain
a. Bila pemain menjawab benar maka pionnya tetap diam di tempat
dan pemain mendapat tambahan skor sejumlah point soal. Pion
pemain lain keluar dari kotak permainan dan harus mulai dari
awal
b. Bila pemain tidak dapat menjawab, maka poinnya akan keluar
dari kotak permainan dan harus mulai dari awal, dan tidak
mendapat pengurangan skor, pion pemain lain aman pada
posisinya
c. Untuk point yang disesuaikan, pemain yang menjawab kurang
tepat, pionnya akan keluar dari kotak permainan dan harus mulai
dari awal, namun tetap mendapat point yang disesuaikan dengan
jawaban, pemain lain aman pada posisinya.
20. Bila pion pemain menempati kotak anak tangga yang telah ditempati
pion pemain lain, maka wajib mengambil kartu tangga, jika jawaban bila
pemain salah, ia berhak mengambil kartu pinalti.
21. Bila pemain menempati kotak ekor ular yang telah ditempati pion
pemain lain, maka wajib mengambil kartu soal ular, jika jawaban
pemain masih salah, ia berhak mengambil kartu pinalti.
22. Setelah pemain mengambil kartu soal dan menjawab soal, maka kartu
soal dikembalikan pada susunan kartu soal paling bawah sesuai kotak
soal.
23. Permainan selesai bila ada pemain yang pertama kali mencapai kotak
100 atau waktu bermain selama 60 menit habis
24. Pemenang adalah pemain dengan jumlah antara nilai poin soal + angka
pada kotak terakhir ditempati, mencapai nilai tertinggi
25. Pemenang mendapat hadiah
h. Materi Koloid
SIFAT-SIFAT KOLOID
Koloid mempunyai sifat yang khas
a. Efek Tyndall
Bagaimanakah kita dapat mengenali suatu system koloid ? kita
dapat mengenalinya dengan cara melewatkan seberkas cahaya (sinar)
kepada obyek yang akan kita kenali. Bila dilihat tegak lurus dari arah
datangnya cahaya, maka akan terlihat sebagai berikut :
Jika obyek adalah larutan, maka cahaya akan diteruskan
(transparan).
Jika obyek adalah koloid, maka cahaya akan dihamburkan dan
partikel terdispersinya tidak tampak.
Jika obyek adalah suspensi, maka cahaya akan dihamburkan tetapi
partikel terdispersinya dapat terlihat
Terhamburnya cahaya oleh partikel koloid disebut efek Tyndall.
Partikel koloid dan suspensi cukup besar untuk dapat menghamburkan
sinar, sedangkan partikel-partikel larutan berukuran sangat kecil sehingga
tidak dapat menghamburkan cahaya. Dalam kehidupan sehari-hari, efek
Tyndall dapat kita amati antara lain pada:
Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan
berdebu
Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi
hari yang berkabut.
b. Gerak Brown
Apabila partikel koloid diamati di bawah mikroskop pada
pembesaran yang tinggi (atau dengan mikroskop ultra) akan terlihat
partikel koloid yang bergerak terus-menerus dengan arah yang acak (tak
beraturan atau patah-patah (gerak zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid
disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya Robert Brown
seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris. Gerak Brown terjadi sebagai
akibat adanya tumbukan dari molekul-molekul pendispersi terhadap
partikel terdispersi, sehingga partikel terdispersi akan terlontar. Lontaran
tersebut akan mengakibatkan partikel terdispersi menumbuk partikel
terdispersi yang lain dan akibatnya partikel yang tertumbuk akan terlontar.
Peristiwa ini terjadi terus menerus yang diakibatkan karena ukuran partikel
yang terdispersi relatif besar dibandingkan medium pendispersinya. Dalam
suspensi tidak terjadi gerak Brown, karena ukuran partikel cukup besar
sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga
mengalami gerak Brown akan tetapi tidak dapat diamati. Makin tinggi
suhu makin cepat gerak Brown, karena energi kinetik molekul medium
meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat. Gerak
Brown merupakan salah satu factor yang menstabilkan koloid. Partikel-
partikel koloid relatif stabil, karena partikelnya bergerak terus-menerus,
maka gaya gravitasi dapat diimbangi sehingga tidak terjadi sedimentasi.
c. Adsorpsi
Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan
listrik pada permukaannya. Oleh karena itu, partikel koloid menjadi
bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan disebut adsorpsi, jika
penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi.Kemampuan
menarik ini disebabkan adanya tegangan permukaan koloid yang cukup
tinggi, sehingga apabila ada partikel yang menempel akan canderung
dipertahankan pada permukaannya. Bila partikel koloid mengadsorpsi ion
yang bermuatan positif, maka koloid tersebut menjadi bermuatan positif,
dan sebaliknya. Muatan koloid merupakan faktor yang menstabilkan
koloid, disamping gerak Brown. Karena partikel-partikel koloid bermuatan
sejenis maka akan saling tolak menolak sehingga terhindar dari
pengelompokan antar sesama partikel koloid itu (jika partikel koloid itu
saling bertumbukan dan kemudian bersatu, maka lama kelamaan terbentuk
partikel yang cukup besar dan akhirnya akan mengendap). Selain dari ion,
partikel koloid juga dapat menarik muatan dari listrik statis, karena adanya
peristiwa adsorpsi partikel koloid bermuatan listrik, maka jika koloid
diletakkan dalam medan listrik, partikelnya akan bergerak menuju kutub
yang muatannya berlawanan dengan muatan koloid tersebut. Peristiwa
bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik disebut elektroforesis.
Peristiwa elektroforesis ini dimanfaatkan untuk menyaring debu pabrik
pada cerobong asap (pesawat Cottrel). Asap pabrik sebelum meninggalkan
cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan
bermuatan pada tegangan tinggi (20.000– 75.000 volt). Ujung-ujung
logam yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-
ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan.
Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode
yang lain.
Sifat adsorpsi dari koloid digunakan dalam berbagai proses, antara lain:
Pemutihan gula tebu
Gula yang masih berwarna dilarutkan ke dalam air kemudian
dialirkan melalui tanah diatomae dan arang tulang. Zat- warna
dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih
dan bersih.
Penjernihan Air
Dengan menambahkan tawas atau aluminium sulfat ke dalam
air, aluminium sulfat akan terhidrolisis membentuk Al(OH)3
yang berupa koloid yang dapat mengadsorpsi zat-zat warna
atau zat pencemar dalam air.
Pembuatan Obat Norit
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif. Jika
diminum, di dalam usus norit membentuk sistem koloid yang
dapat mengadsorpsi gas atau racun. gas-gas buangan yang
berasap
d. Koagulasi
Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi Peristiwa koagulasi
pada koloid dapat diakibatkan oleh peristiwa mekanis atau peristiwa
kimia.
• Peristiwa mekanis
Misalnya pemanasan atau pendinginan.
Contoh:
I. Darah merupakan sol butir-butir darah merah dalam plasma darah,
bila dipanaskan akan menggumpal.
II. Agar-agar akan menggumpal bila didinginkan.
• Peristiwa kimia
Di atas telah disebutkan bahwa koloid dapat distabilkan oleh muatannya.
Apabila muatannya ini dilucuti maka akan terjadi penggumpalan, yaitu
dengan cara :
I. Menambahkan elektrolit ke dalam sistem koloid tersebut. Koloid
yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation),
sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif
(anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan ke dua.
Apabila selubung lapisan kedua ini terlalu dekat maka selubung ini
akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin
besar muatan ion makin kuat daya menariknya dengan partikel
koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi.
II. Dengan sel elektroforesis. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama
ke dalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan digumpalkan
ketika mencapai elektrode. Koloid yang bermuatan negative akan
digumpalkan di anode, sedangkan koloid bermuatan positif
digumpalkan di katode.
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari:
I. Pembentukan delta di muara sungai , terjadi karena koloid tanah
liat (lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika
bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
II. Asap atau debu dari pabrik dapat digumpalkan dengan alat
koagulasi listrik Cottrel.
III. Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam
format.
e. Koloid pelindung
Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak mengalami
koagulasi. Koloid semacam ini disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini
membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang lain sehingga melindungi
muatan koloid tersebut. Tinta dan cat perlu diberi koloid pelindung. Cat yang
tidak ditambah koloid pelindung akan mengalami koagulasi.
f. Dialisis
Untuk stabilitas koloid diperlukan sejumlah muatan ion suatu elektrolit.
Akan tetapi, jika penambahan elektrolit ke dalam sistem koloid terlalu banyak,
kelebihan ini dapat mengendapkan fase terdispersi dari koloid itu. Hal ini akan
mengganggu stabilitas sistem koloid tersebut. Untuk mencegah kelebihan
elektrolit, penambahan elektrolit dilakukan dengan cara dialisis.
Dialisis adalah suatu cara pemurnian sistem koloid dari ion-ion
pengganggu yang menggunakan selaput semipermeabel. Caranya, sistem koloid
dimasukkan ke dalam kantong semipermeabel, dan diletakkan dalam air. Selaput
semipermeabel ini hanya dapat dilalui oleh ion-ion, sedang partikel koloid tidak
dapat melaluinya. Ion-ion yang keluar melalui selaput semipermeabel ini
kemudian larut dalam air. Dalam proses dialisis hilangnya ion-ion dari sistem
koloid dapat dipercepat dengan menggunakan air yang mengalir.
Misalnya, pembuatan sol Fe(OH)3 akan terdapat ion-ion H+ dan CI–. Ion-
ion ini akan mengganggu kestabilan sol Fe(OH)3 sehingga sol Fe(OH)3 mudah
mengalami koagulasi.
g. Koloid Liofil dan Liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil
dan koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-
menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti
suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut
koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob
berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau benci). Jika
medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-
masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Contoh:
• Koloid hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
• Koloid hidrofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.
Koloid liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/
hidrofob. Butir-butir koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air
mediumnya. Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid
tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada
koloid liofob/hidrofob. Koloid liofob/hidrofob mendapat kestabilan karena
mengadsorpsi ion atau muatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa
muatan koloid menstabilkan sistem koloid.
Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit.
Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau
penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air, maka
dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan perkataan lain, sol hidrofil bersifat
reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada penambahan
sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk
sol lagi jika dicampur kembali dengan air.
Perbedaan sol hidrofil dengan sol hidrofob disimpulkan sebagai berikut.
TABEL PERBEDAAN SOL HIDROFIL DAN HIDROFOB
No. Sol Hidrofil Sol Hidrofob
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mengadsorpsi mediumnya
Dapat dibuat dengan konsentrasi yang
relatif besar
Tidak mudah digumpalkan dengan
penambahan elektrolit
Viskositas lebih besar daripada
mediumnya
Bersifat reversibel
Efek Tyndall lemah
Tidak mengadsorpsi mediumnya
Hanya stabil pada konsentrasi kecil
Mudah digumpalkan dengan
penambahan elektrolit
Viskositas hampir sama dengan
mediumnya
Tidak reversible
Efek Tyndall lebih jelas
i. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut
Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar
mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,
(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor
dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari
pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan
kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21)
menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor
dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas
pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).
"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya" (Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses
belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya
berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam
diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas
pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki
oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual),
bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
2. Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan.
1. Media permainan ular tangga pada materi pokok tata nama senyawa dan
persamaan reaksi sederhana “ oleh citra kesumawati menyatakan bahwa
media permainan ular tangga yang dikembangkan layak digunakan sebagai
media belajar kimia pada materi pokok tata nama senyawa dan persamaan
reaksi sederhana
2. Penerapan model pembelajaran diskusi kelas tipe buzz groups pada pokok
bahasan laju reaksi kelas IX semester I di SMA al falah Surabaya “ oleh
khurin’in menyatakan bahwa respons siswa terhadap penerapan model
pembelajaran diskusi kelas tipe buzz group dinilai positif , karena 71.43 %
siswa berminat mengikuti proses belajar mengajar dengan metode
pembelajaran diskusi kelas tipe buzz groups sehingga model pembelajaran ini
memberikan respon positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa sehingga
cocok untuk digunakan dalam proses pembelajaran laju reaksi.
Fakta
Pada materi koloid pada SMAN 2
Ngawi, penjelasan guru menggunakan
model hanya menerangkan materi saja
sehingga hasil nilai ketuntasan siswa
rata-rata 65.23% dari KKM yang
ditentukan oleh sekolah yaitu 78
Harapan
1. Siswa memiliki respon yang
positif pada pembelajaran
dengan materi sifat-sifat koloid
2. Tingkat ketuntasan siswa 85%
dari KKM yang ditentukan oleh
sekolah yaitu 78
Masalah
Siswa kurang merespon positif pada pembelajaran materi sifat-sifat koloid dan
pemahaman mereka pada materi tersebut kurang
Teori yang mendukung
1. Teori konstruktivisme
2. Teori kode Ganda
“Peningkatan Hasil Belajar dan Respons Siswa melalui Media permainan ular
Tangga dengan model pembelajaran Buzz group pada materi sifat-sifat Koloid
Kelas XI SMA Negeri 2 Ngawi, Jawa Timur”
Penelitian sebelumnya 1. Media permainan ular tangga pada materi pokok tata nama
senyawa dan persamaan reaksi sederhana “
Oleh Citra Kesumawati menyatakan bahwa media permainan ular
tangga yang dikembangkan layak digunakan sebagai media belajar
kimia pada materi pokok tata nama senyawa dan persamaan reaksi
sederhana
2. Penerapan model pembelajaran diskusi kelas tipe buzz groups
pada pokok bahasan laju reaksi kelas IX semester I di SMA al falah
Surabaya “
Oleh Khurin’in menyatakan bahwa respons siswa terhadap
penerapan model pembelajaran diskusi kelas tipe buzz group dinilai
positif , karena 71.43 % siswa berminat mengikuti proses belajar
mengajar dengan metode pembelajaran diskusi kelas tipe buzz
groups sehingga model pembelajaran ini memberikan respon
positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa sehingga cocok
untuk digunakan dalam proses pembelajaran laju reaksi
3. Kerangka Konseptual
J. Metode Penelitian :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian terapan karena menggunakan media
permainan dan model pembelajaran yang sudah ada yaitu ular tangga dan
model pembelajaran Buzz group.
2. Sasaran Penelitian
Penelitian ditujukan untuk mengetahui Peningkatan Hasil Belajar dan
Respons Siswa melalui Media permainan ular Tangga dengan model
pembelajaran Buzz group pada materi sifat-sifat Koloid Kelas XI SMA
Negeri 2 Ngawi kepada siswa-siswi kelas XI IPA 1 sebanyak 35 siswa dan
XI IPA 2 sebanyak 32 siswa semester genap tahun ajaran 2012-2013 di
SMAN 2 Ngawi, Jawa Timur.
3. Desain penelitian
Penelitian menggunakan tipe One Group Pretest Posttest Design, yaitu
eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok
pembanding.
T1 T2
T1 = tes awal (Diberikan pertanyaan tentang materi sifat-sifat koloid.
X = perlakuan ( Penerapan media permainan ular tangga dengan
model pembelajaran buzz group pada materi sifat-sifat koloid).
T2 = tes akhir (Diberikan pertanyaan tentang materi sifat-sifat koloid.
4. Tempat dan waktu penelitian
a. Tempat di ruang Kelas XI IPA 1 dan ruang kelas XI IPA 2 di SMAN
2 Ngawi, Jawa Timur
b. Waktu penelitian pada 14 Januari 2013-28 Januari 2013, hari Selasa
di kelas XI IPA 1 pukul 08.00 sampai 09.30 WIB dan hari Rabu di
kelas XI IPA 2 pukul 08.00 sampai 09.30 WIB.
X
5. Perangkat pembelajaran
a. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
RPP memuat data atau deskripsi tentang satuan pendidikan, mata
pelajaran, kelas/semester, materi pokok, sub materi pokok, alokasi
waktu, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, model
pembelajaran, sumber pelajaran, alat dan bahan, kegiatan belajar
mengajar, dan penilaian.
b. Alokasi waktu.
Mata pelajaran kimia di SMA kelas XI akan diajarkan selama 5 jam
per minggu. Dalam satu semester terdapat 19 minggu efektif,
sehingga tersedia 95 jam pelajaran per semester.
c. Standar Kompetensi dan kompetensi dasar.
1. Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas
dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
2. Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus
dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai
rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran
d. Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar
tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator
pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
e. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi. Sumber/bahan/alat adalah
komponen paling penting yang harus disiapkan untuk mendukung
sebuah RPP.
f. buku siswa
Buku harus memuat uraian materi pokok dan harus relevan,
konsisten, dan memenuhi kecukupan materi untuk mencapai KD.
g. LKS (Lembar Kerja Siswa)
LKS adalah lembar dalam kegiatan intrakulikuler untuk
mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang
diperoleh. Bagi guru, fungsi LKS adalah untuk menuntun siswa
dalam berbagai kegiatan yang perlu diberikan serta untuk
mempertimbangkan proses berfikir siswa. LKS merupakan lembaran
yan berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang
terprogram (Depdiknas,2003).
6. Instrument penelitian :
a. Tes hasil belajar siswa
Instumen ini diberikan pada awal pertemuan sebelum siswa
menerima materi sifat-sifat koloid untuk mengukur tingkat
kemampuan awal siswa sebelum diterapkan media permainan ular
tangga dengan model pembelajaran buzz group untuk mengukur
seberapa besar peningkatan yang diperoleh siswa dan diberikan
pada akhir pertemuan setelah siswa diberikan media permainan ular
tangga dengan model pembelajaran buzz group untuk mengukur
seberapa besar peningkatan yang diperoleh siswa.
b. Angket respon siswa
Instrumen ini diberikan pada awal pertemuan setelah siswa
menerima materi sifat-sifat koloid untuk mengetahui respon awal
siswa sebelum diterapkan media permainan ular tangga dengan
model pembelajaran buzz group untuk mengukur seberapa besar
respon awal yang diperoleh siswa dan pada akhir pertemuan
setelah diterapkan media permainan ular tangga dengan model
pembelajaran buzz group untuk diukur peningkatan respon siswa
setelah pembelajaran.
7. Metode Pengumpulan data
a. Metode angket :
Angket yang diberikan adalah angket respon siswa yang bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana respon siswa pada pembelajaran
dengan materi sifat-sifat koloid. Angket diberikan sebelum dan
sesudah pembelajaran dilakukan.
b. Metode tes hasil belajar :
Tes hasil belajar (evaluasi) diberikan kepada siswa sebelum dan
setelah mereka diberikan perlakuan yaitu Penerapan media
permainan ular tangga dengan model pembelajaran buzz group .
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi pokok sifat-sifat koloid. Tes berupa 30 soal
pilihan ganda.
8. Kerangka Operasional Penelitian
Peninjauan ke
Sekolah yang
dijadikan tempat
penelitian
Membuat
kesepakatan dengan
guru bidang studi
Menyiapkan perangkat
dan instrument
pembelajaran
Mengadakan
pembelajaran awal
Mengadakan pre-tesMenyebarkan angket
respon awal siswa
Mengadakan pembelajaran
menggunakan media ular tangga
dengan model pembelajaran buzz
group
Mengadakan pos-tes Menyebarkan angket
respon akhir siswa
Menganalisis data hasil
penelitian dan menarik
kesimpulan penelitian
Rincian prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahap pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, tahap analisis, dan tahap penulisan laporan.
a. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan adalah meninjau ke sekolah, membuat
kesepakatan dengan guru bidang studi, membuat perangkat dan
instrument penelitian yang dapat digunakan untuk penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran meliputi pembelajaran awal,
tes awal (pre-tes) dan menyebar angket respon awal siswa,
mengadakan pembelajaran menggunakan media ular tangga dengan
model pembelajaran buzz group, mengadakan tes akhir/postes, dan
menyebarkan angket respon akhir siswa.
c. Tahap analisis data
Data tentang peningkatan hasil belajar dianalisis berdasarkan
penilaian selisih nilai pre-tes dan pos-tes. Respon siswa dianalisis
secara deskriptif kuantitatif dari angket yang telah diperoleh.
d. Penulisan Laporan
Penulisan Laporan dilakukan setelah analisis data dilakukan dan
disusun secara sistematis.
9. Teknik analisis data
a. Analisis data Angket
Angket respon siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Persentase
tersebut diperoleh dengan berdasarkan perhitungan skala Gutman pada
tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3 Kriteria skala Guttman
Jawaban Nilai / skor
Ya (Y) 1
Tidak (T) 0
(diadaptasi dari Riduwan, 2010)
Data hasil angket dianalisis dengan cara :
Keterangan :
K= Persentase kriteria kelayakan
F = Jumlah keseluruhan jawaban responden
N = skor tertinggi dalam angket
I = Jumlah item pertanyaan dalam angket
R = Jumlah responden
Dari hasil analisis di atas dapat dibuat kesimpulan tentang respon
siswa menggunakan skala Likert dengan criteria respon seperti pada
tabel 3.4 berikut :
Tabel 3.4 Kriteria interpretasi skor respon siswa
Prosentase Kriteria
0%-20% Sangat tidak baik
21%-40 % Tidak baik
41% -60% Cukup baik
61%-80% baik
81% - 100% Sangat baik
(diadaptasi dari Riduwan, 2010)
b. Analisis data tes hasil belajar siswa
Data tes hasil belajar menunjukkan peningkatan nilai siswa yang diperoleh dari
soal evaluasi. Data nilai evaluasi yang diperoleh dianalisis dengan perhitungan
sebagai berikut :
Nilai = B/N x 100
Keterangan :
B= Banyaknya butir soal yang dijawab benar
N = Jumlah butir soal
Peningkatan skor siswa diperoleh dengan berdeasarkan perhitungan berikut :
Skor Pos-tes - skor pre-tes
Ketuntasan belajar kelas diperoleh dengan rumus :
Ketuntasan belajar kelas = jumlah siswa tuntas / jumlah siswa x 100 %
Daftar Pustaka
Ahyuana, Verra. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Diskusi Kelas Strategi
Buzz Group pada Materi Pokok Sistem Koloid di SMA untuk Melatih
Social Skill Siswa. Proposal Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya :
Jurusan Kimia Universitas Negeri Surabaya.
Arends, Richard I.2008.Learning to Teach.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hartanti, Iva Yuli. 2007. Permainan Race Chemistry Berbasis Komputer
Sebagai Media Pembelajaran Pada Materi Pokok Alkana, Alkena, dan
Alkuna. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: Jurusan Kimia
Universitas Negeri Surabaya.
Kesumawati, Citra. 2005. Pengembangan Media permainan Ular tangga pada
Materi Pokok Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi Sederhana. .
Proposal Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya : Jurusan Kimia
Universitas Negeri Surabaya.
Khurin’in. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Diskusi Kelas Tipe “Buzz
Group” pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas IX semester I di SMA
Al-Falah Surabaya. Proposal Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya :
Jurusan Kimia Universitas Negeri Surabaya.
Nur, Mohammad. 2008. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: Pusat Sains
dan Matematika Sekolah.
Nur, Mohammad. 2008. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan
Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika
Sekolah.
Prayitno, Elida. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Proyek Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Prayoga, Senanjung. 2011. Media Game Edukatif berbasis Computer IPA
Terpadu Tema Air Limbah Pabrik Tahu untuk SMP Kelas VII. Skripsi
tidak dipublikasikan. Surabaya: Prodi sains Universitas Negeri
Surabaya.
Wulandari, Tutut. 2004. Penerapan Model Permainan Ular Tangga dalam
Pembelajaran Pencemaran Udara di Kelas 2 SMUN 1 Trenggalek.
Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: Prodi Jurusan Kimia Universitas
Negeri Surabaya.
Lampiran
SILABUSNama Sekolah : SMA Negeri A Surabaya Mata Pelajaran : KIMIAKelas/Semester : XI / 2Alokasi Waktu : 1x45 menitStandart Kompetensi : Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber/bahan/alat Perilaku
Berkarakter
Mengelompok
kan sifat-sifat
koloid dan
penerapannya
dalam
kehidupan
sehari-hari
Sifat-sifat
koloid
Pertemuan II :
- Guru mengadakan
diskusi kelas Buzz
group dengan materi
sifat koloid meliputi
efek Tyndall, gerak
Brown, koagulasi,
Adsorbsi, koloid
pelindung, koloid liofil
dan koloid liofob.
- Guru menyediakan
data percobaan yang
1. Kognitifa. Produk
Produk :
1. Mendeskripsikan
peristiwa terjadinya
efek tyndall , koagulasi,
gerak brown, muatan
listrik pada partikel
koloid, koloid pelindung
dan dialysis melalui
diskusi kelompok
Jenis
tagihan :
- Laporan
hasil diskusi
Bentuk
Instrumen
:
tes tertulis
1 x 45
menit
1. LKS Sifat
Koloid
2. Kunci LKS
Sifat Koloid
3. LP 1: Produk
dilengkapi Kunci
LP 1
4. LP 2: Proses
dilengkapi Kunci
LP 2
- Kerjasama
- aktif
31
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber/bahan/alat Perilaku
Berkarakter
mendukung efek
tyndall dan meminta
siswa
mendiskusikannya
- Siswa menarik
kesimpulan setelah
diskusi kelas tentang
sifat koloid
2. mendeskripsikan
perbedaan koloid liofil
dan koloid liofob
dengan contoh yang ada
di lingkungan
b. Proses1. Menganalisa data
hasil percobaan efek
tyndall
- Afektif
a.Perilaku berkarakter :
- Kerjasama
- Cermat
b. Keterampilan Sosial:
- Bertanya
- Menyumbang ide atau
pendapat
5. LP 3:
Pengamatan
Perilaku
Berkarakter
7. LP 4:
Pengamatan
Keterampilan
Sosial
8. Silabus
32
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SATUAN PENDIDIKAN : SMA
MATA PELAJARAN : KIMIA
KELAS / SEMESTER : XI / 2
MATERI : Sifat Koloid
ALOKASI WAKTU : 1 x 45 menit
I. Standar kompetensi :
Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari
II. Kompetensi Dasar
Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari
III. Indikator
1. Kognitif :
a. Produk :
1. Mendeskripsikan peristiwa terjadinya efek tyndall, koagulasi , gerak
brown, muatan listrik pada partikel koloid, koloid pelindung dan dialysis
melalui diskusi kelompok
2. mendeskripsikan perbedaan koloid liofil dan koloid liofob dengan contoh
yang ada di lingkungan
b. Proses :
1. Menganalisa data hasil percobaan efek tyndall
2. Afektif :
a. Perilaku berkarakter :
1. Aktif
2. Kerjasama
b. Keterampilan Sosial :
1. Bertanya
2. Menyumbang ide atau pendapat
33
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Produk :
1. Secara diskusi, Siswa mampu mendeskripsikan peristiwa terjadinya efek
tyndall, koagulasi, gerak brown, muatan listrik pada partikel koloid,
koloid pelindung dan dialysis melalui diskusi kelompok sesuai dengan
kunci LP 1 : Produk.
2. Secara diskusi, Siswa mampu mendeskripsikan perbedaan koloid liofil dan
koloid liofob dengan contoh yang ada di lingkungan sesuai dengan kunci
LP 1 : Produk.
b. Proses :
1. Diberikan data hasil percobaan efek tyndall, Siswa mampu menganalisa
data hasil percobaan tersebut sesuai dengan kunci LP 2 : Proses.
2. Afektif :
a . Perilaku berkarakter
Siswa minimal memperoleh nilai “baik” dalam menunjukkan karakter aktif,
dan kerjasama .
b. Keterampilan sosial:
Siswa minimal memperoleh nilai “baik” dalam menunjukkan perilaku
keterampilan sosial bertanya dan menyumbang ide atau pendapat.
V. Model dan Metode Pembelajaran :
1. Model : Model pembelajaran Buzz group
2. Metode : diskusi kelas
34
VI. Kegiatan Pembelajaran
A. Pendahuluan
Tahap 1 : Menyampaikan tujuan dan mengatur setting
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau indikator
2. Guru mengaitkan pengajaran dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
yaitu tentang perbedaan larutan, koloid, dan suspense dan macam-macam
koloid
3. Guru memotivasi siswa dengan memberikan ulasan tentang salah satu efek
koloid yaitu koagulasi dan memberikan contoh koagulasi dalam kehidupan
sehari-hari
Tahap 2 : Mengarahkan diskusi
4. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari
5 siswa
5. Guru mengatur tempat duduk menyerupai huruf U
6. Guru mengajukan pertanyaan awal/permasalahan “apakah yang kalian ketahui
tentang pengertian koagulasi, gerak brown, muatan koloid, koloid liofil, dan
koloid liofob?
7. Guru menjelaskan tata cara permaianan ular tangga
B. Kegiatan inti
Tahap 3 : Menyelenggarakan diskusi
7. Guru memantau interaksi siswa
8. Guru membantu siswa mengorganisasikan tugas-tugas dan berbagi tugas
dengan teman sekelompoknya
9. Guru membimbing siswa untuk melakukan demonstrasi seperti yang terdapat
pada LKS
10. Guru membimbing siswa untuk mengevaluasi hasil diskusi dengan
mengerjakan LKS
Tahap 4 : Mengakhiri diskusi
11. Guru membimbing siswa untuk merangkum dan mengungkapkan hasil diskusi
C. Kegiatan Penutup
Tahap 5 : Melakukan Tanya jawab singkat tentang proses diskusi.
35
12. Guru meminta pendapat siswa tentang bagaimana jalannya diskusi pada hari
tersebut seperti kendala-kendalanya, dan proses jalannya diskusi
13. Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya
dan mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam .
VII. Media/ Sumber belajar :
1. Media : Slide power point dan permainan ular tangga
2. Sumber belajar :
1. LKS Sifat Koloid
2. Kunci LKS Sifat Koloid
3. LP 1: Produk dilengkapi Kunci LP 1
4. LP 2: Proses dilengkapi Kunci LP 2
5. LP 3: Pengamatan Perilaku Berkarakter
7. LP 4: Pengamatan Keterampilan Sosial
8. Silabus
VIII. Penilaian :
1. Teknik penilaian:
- Tes tulis
2. Bentuk instrumen
- Laporan hasil diskusi, tes tertulis
36
Lembar Kerja Siswa
“SIFAT KOLOID”
37
STANDAR KOMPETENSIMenjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
STANDAR KOMPETENSIMenjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Nama :
Nomor. Absen :
kelas :
Nama :
Nomor. Absen :
kelas :
MATERI
SIFAT-SIFAT KOLOID
Koloid mempunyai sifat yang khas
a. Efek Tyndall
38
KOMPETENSI DASAR
. Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
KOMPETENSI DASAR
. Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
INDIKATOR Kognitif
a. Produk :
1. Mendeskripsikan peristiwa efek tyndall, koagulasi terjadinya gerak brown,
muatan listrik pada partikel koloid, koloid pelindung dan dialysis melalui diskusi
kelompok
2. mendeskripsikan perbedaan koloid liofil dan koloid liofob dengan contoh yang
ada di lingkunganb. Proses
1. Menganalisa data hasil percobaan efek tyndall
- Afektif
Perilaku berkarakter : Perilaku sosial :
Kerjasama Bertanya
Cermat Menyumbang ide atau pendapat
-
INDIKATOR Kognitif
a. Produk :
1. Mendeskripsikan peristiwa efek tyndall, koagulasi terjadinya gerak brown,
muatan listrik pada partikel koloid, koloid pelindung dan dialysis melalui diskusi
kelompok
2. mendeskripsikan perbedaan koloid liofil dan koloid liofob dengan contoh yang
ada di lingkunganb. Proses
1. Menganalisa data hasil percobaan efek tyndall
- Afektif
Perilaku berkarakter : Perilaku sosial :
Kerjasama Bertanya
Cermat Menyumbang ide atau pendapat
-
Bagaimanakah kita dapat mengenali suatu system koloid ? kita
dapat mengenalinya dengan cara melewatkan seberkas cahaya (sinar)
kepada obyek yang akan kita kenali. Bila dilihat tegak lurus dari arah
datangnya cahaya, maka akan terlihat sebagai berikut :
Jika obyek adalah larutan, maka cahaya akan diteruskan
(transparan).
Jika obyek adalah koloid, maka cahaya akan dihamburkan dan
partikel terdispersinya tidak tampak.
Jika obyek adalah suspensi, maka cahaya akan dihamburkan
tetapi partikel terdispersinya dapat terlihat
Terhamburnya cahaya oleh partikel koloid disebut efek Tyndall.
Partikel koloid dan suspensi cukup besar untuk dapat menghamburkan
sinar, sedangkan partikel-partikel larutan berukuran sangat kecil sehingga
tidak dapat menghamburkan cahaya. Dalam kehidupan sehari-hari, efek
Tyndall dapat kita amati antara lain pada:
Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan
berdebu
Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi
hari yang berkabut.
b. Gerak Brown
Apabila partikel koloid diamati di bawah mikroskop pada
pembesaran yang tinggi (atau dengan mikroskop ultra) akan terlihat
partikel koloid yang bergerak terus-menerus dengan arah yang acak (tak
beraturan atau patah-patah (gerak zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid
disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya Robert Brown
seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris. Gerak Brown terjadi sebagai
akibat adanya tumbukan dari molekul-molekul pendispersi terhadap
partikel terdispersi, sehingga partikel terdispersi akan terlontar. Lontaran
tersebut akan mengakibatkan partikel terdispersi menumbuk partikel
terdispersi yang lain dan akibatnya partikel yang tertumbuk akan terlontar.
Peristiwa ini terjadi terus menerus yang diakibatkan karena ukuran partikel
39
yang terdispersi relatif besar dibandingkan medium pendispersinya. Dalam
suspensi tidak terjadi gerak Brown, karena ukuran partikel cukup besar
sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga
mengalami gerak Brown akan tetapi tidak dapat diamati. Makin tinggi
suhu makin cepat gerak Brown, karena energi kinetik molekul medium
meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat. Gerak
Brown merupakan salah satu factor yang menstabilkan koloid. Partikel-
partikel koloid relatif stabil, karena partikelnya bergerak terus-menerus,
maka gaya gravitasi dapat diimbangi sehingga tidak terjadi sedimentasi.
c. Adsorpsi
Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan
listrik pada permukaannya. Oleh karena itu, partikel koloid menjadi
bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan disebut adsorpsi, jika
penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi.Kemampuan
menarik ini disebabkan adanya tegangan permukaan koloid yang cukup
tinggi, sehingga apabila ada partikel yang menempel akan canderung
dipertahankan pada permukaannya. Bila partikel koloid mengadsorpsi ion
yang bermuatan positif, maka koloid tersebut menjadi bermuatan positif,
dan sebaliknya. Muatan koloid merupakan faktor yang menstabilkan
koloid, disamping gerak Brown. Karena partikel-partikel koloid bermuatan
sejenis maka akan saling tolak menolak sehingga terhindar dari
pengelompokan antar sesama partikel koloid itu (jika partikel koloid itu
saling bertumbukan dan kemudian bersatu, maka lama kelamaan terbentuk
partikel yang cukup besar dan akhirnya akan mengendap). Selain dari ion,
partikel koloid juga dapat menarik muatan dari listrik statis, karena adanya
peristiwa adsorpsi partikel koloid bermuatan listrik, maka jika koloid
diletakkan dalam medan listrik, partikelnya akan bergerak menuju kutub
yang muatannya berlawanan dengan muatan koloid tersebut. Peristiwa
bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik disebut elektroforesis.
Peristiwa elektroforesis ini dimanfaatkan untuk menyaring debu pabrik
pada cerobong asap (pesawat Cottrel). Asap pabrik sebelum meninggalkan
cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan
40
bermuatan pada tegangan tinggi (20.000– 75.000 volt). Ujung-ujung
logam yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-
ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan.
Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode
yang lain.
Sifat adsorpsi dari koloid digunakan dalam berbagai proses, antara lain:
Pemutihan gula tebu
Gula yang masih berwarna dilarutkan ke dalam air kemudian
dialirkan melalui tanah diatomae dan arang tulang. Zat- warna
dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih
dan bersih.
Penjernihan Air
Dengan menambahkan tawas atau aluminium sulfat ke dalam
air, aluminium sulfat akan terhidrolisis membentuk Al(OH)3
yang berupa koloid yang dapat mengadsorpsi zat-zat warna
atau zat pencemar dalam air.
Pembuatan Obat Norit
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif. Jika
diminum, di dalam usus norit membentuk sistem koloid yang
dapat mengadsorpsi gas atau racun. gas-gas buangan yang
berasap
d. Koagulasi
Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi Peristiwa koagulasi
pada koloid dapat diakibatkan oleh peristiwa mekanis atau peristiwa
kimia.
a. Peristiwa mekanis
Misalnya pemanasan atau pendinginan.
Contoh:
III. Darah merupakan sol butir-butir darah merah dalam plasma darah,
bila dipanaskan akan menggumpal.
IV. Agar-agar akan menggumpal bila didinginkan.
b. Peristiwa kimia
41
Di atas telah disebutkan bahwa koloid dapat distabilkan oleh muatannya.
Apabila muatannya ini dilucuti maka akan terjadi penggumpalan, yaitu
dengan cara :
III. Menambahkan elektrolit ke dalam sistem koloid tersebut. Koloid
yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation),
sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif
(anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan ke dua.
Apabila selubung lapisan kedua ini terlalu dekat maka selubung ini
akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin
besar muatan ion makin kuat daya menariknya dengan partikel
koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi.
IV. Dengan sel elektroforesis. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama
ke dalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan digumpalkan
ketika mencapai elektrode. Koloid yang bermuatan negative akan
digumpalkan di anode, sedangkan koloid bermuatan positif
digumpalkan di katode.
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari:
IV. Pembentukan delta di muara sungai , terjadi karena koloid tanah
liat (lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika
bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
V. Asap atau debu dari pabrik dapat digumpalkan dengan alat
koagulasi listrik Cottrel.
VI. Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam
format.
e. Koloid pelindung
Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak mengalami
koagulasi. Koloid semacam ini disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini
membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang lain sehingga melindungi
42
muatan koloid tersebut. Tinta dan cat perlu diberi koloid pelindung. Cat yang
tidak ditambah koloid pelindung akan mengalami koagulasi.
f. Dialisis
Untuk stabilitas koloid diperlukan sejumlah muatan ion suatu elektrolit.
Akan tetapi, jika penambahan elektrolit ke dalam sistem koloid terlalu banyak,
kelebihan ini dapat mengendapkan fase terdispersi dari koloid itu. Hal ini akan
mengganggu stabilitas sistem koloid tersebut. Untuk mencegah kelebihan
elektrolit, penambahan elektrolit dilakukan dengan cara dialisis.
Dialisis adalah suatu cara pemurnian sistem koloid dari ion-ion
pengganggu yang menggunakan selaput semipermeabel. Caranya, sistem koloid
dimasukkan ke dalam kantong semipermeabel, dan diletakkan dalam air. Selaput
semipermeabel ini hanya dapat dilalui oleh ion-ion, sedang partikel koloid tidak
dapat melaluinya. Ion-ion yang keluar melalui selaput semipermeabel ini
kemudian larut dalam air. Dalam proses dialisis hilangnya ion-ion dari sistem
koloid dapat dipercepat dengan menggunakan air yang mengalir.
Misalnya, pembuatan sol Fe(OH)3 akan terdapat ion-ion H+ dan CI–. Ion-
ion ini akan mengganggu kestabilan sol Fe(OH)3 sehingga sol Fe(OH)3 mudah
mengalami koagulasi.
g. Koloid Liofil dan Liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil
dan koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-
menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti
suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut
koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob
berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau benci). Jika
medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-
masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Contoh:
• Koloid hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
• Koloid hidrofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.
43
Koloid liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/
hidrofob. Butir-butir koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air
mediumnya. Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid
tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada
koloid liofob/hidrofob. Koloid liofob/hidrofob mendapat kestabilan karena
mengadsorpsi ion atau muatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa
muatan koloid menstabilkan sistem koloid.
Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit.
Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau
penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air, maka
dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan perkataan lain, sol hidrofil bersifat
reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada penambahan
sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk
sol lagi jika dicampur kembali dengan air.
Perbedaan sol hidrofil dengan sol hidrofob disimpulkan sebagai berikut.
TABEL PERBEDAAN SOL HIDROFIL DAN HIDROFOB
No. Sol Hidrofil Sol Hidrofob
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mengadsorpsi mediumnya
Dapat dibuat dengan konsentrasi yang
relatif besar
Tidak mudah digumpalkan dengan
penambahan elektrolit
Viskositas lebih besar daripada
mediumnya
Bersifat reversibel
Efek Tyndall lemah
Tidak mengadsorpsi mediumnya
Hanya stabil pada konsentrasi kecil
Mudah digumpalkan dengan
penambahan elektrolit
Viskositas hampir sama dengan
mediumnya
Tidak reversible
Efek Tyndall lebih jelas
PERTANYAAN
1. Mengapa partikel koloid tersebar merata dalam medium pendispersinya dan
tidak memisah meskipun didiamkan ?
44
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
2. Apa penyebab dari gerakan acak/tak menentu pada partikel koloid dalam
medium pendispersinya ?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
3. Jelaskan pengertian dari :
a. elektroforesis
b. koagulasi
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
4. Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut
koloid pelindung . berikan 3 contoh koloid pelindung dalam kehidupan sehari-hari
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
5. Dalam kehidupan kapan suatu system koloid dikatakan tidak stabil ?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
45
KUNCI LKS : SIFAT KOLOID
1. Mengapa partikel koloid tersebar merata dalam medium pendispersinya dan
tidak memisah meskipun didiamkan ?
Jawaban :
Karena adanya gerak brown yang dapat menstabilkan partikel koloid . oleh karena
bergerak terus menerus , maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi
sehingga tidak mengalami sedimentasi
2. apa penyebab dari gerakan acak/tak menentu pada partikel koloid dalam
medium pendispersinya ?
Jawaban :
Tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium pendispersi
terhadap partikel koloid
3. jelaskan pengertian dari :
a. elektroforesis
b. koagulasi
Jawaban :
Elektroforesis : pergerakan partikel koloid dalam medan listrik
koagulasi : penggumpalan partikel koloid
4. suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut
koloid pelindung . berikan 3 contoh koloid pelindung dalam kehidupan sehari-hari
Jawaban :
Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan Kristal
besar es atau gula
Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung
Zat-zat pengemulsi , seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid pelindung
5. dalam kehidupan apa suatu system koloid dikatakan tidak stabil ?
Jawaban :
Dalam keadaan terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid
46
LP 1 : Produk
1. Jelaskan dengan singkat mengenai:
a. Gerak Brown
b. Adsorpsi koloid
c. Elektroforesis
d. Koagulasi koloid
2. Mengapa pada proses pencucian pakaian kotoran yang berupa lemak dan
minyak dapat tertarik dari kain dengan menggunakan sabun?
3. Jelaskan yang dimaksud dengan efek Tyndall dan sebutkan contoh efek Tyndall
dalam kehidupan sehari-hari!
4. Sebutkan manfaat koloid adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari!
5. Apakah manfaat tawas dan kaporit dalam penjernihan air?
6. Apa yang membedakan koloid liofil dan liofob, berikan contohnya
47
Kunci LP 1 : Produk
1. Jelaskan dengan singkat mengenai:
a. Gerak Brown
b. Adsorpsi koloid
c. Elektroforesis
d. Koagulasi koloid
Jawab :
a. gerak Brown :
Gerak zig-zag partikel koloid yang disebabkan adanya tumbukan tidak
seimbang dari molekul-molekul pendispersi terhadap partikel terdispersi.
b. adsorpsi :
Penyerapan ion atau muatan listrik pada permukaan partikel koloid
c. elektroforesis : Peristiwa bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik
d. koagulasi : Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi
2. Mengapa pada proses pencucian pakaian kotoran yang berupa lemak dan
minyak dapat tertarik dari kain dengan menggunakan sabun?
Jawab :
Kemampuan detergen menarik lemak dan minyak disebabkan pada molekul
detergen terdapat ujung-ujung liofil yang larut dalam air dan ujung liofob yang
dapat menarik lemak dan minyak. Akibat adanya tarik-menarik tersebut,
tegangan permukaan lemak dan minyak dengan kain menjadi turun dehingga
lebih kuat tertarik oleh molekul-molekul air yang mengikat kuat detergen.
3. Jelaskan yang dimaksud dengan efek Tyndall dan sebutkan contoh efek Tyndall
dalam kehidupan sehari-hari!
Jawab :
Efek Tyndall adalah penghamburan berkas cahaya oleh partikel-partikel
koloid.
Contoh:
Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut, sorot lampu proyektor dalam
gedung bioskop yang berasap/berdebu, dan berkas sinar matahari melalui celah
daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut.
4. Sebutkan manfaat koloid adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari!
48
Jawab :
Manfaat koloid adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari: penyerapan air oleh
kapur tulis, proses pemurnian gula tebu, pembuatan obat norit, dan proses
penjernihan air minum.
5. Apakah manfaat tawas dan kaporit dalam penjernihan air?
Jawab :
- Manfaat tawas dalam penjernihan air: menggumpalkan lumpur koloidal
sehingga lebih mudah disaring, selain itu juga membentuk koloid Al(OH)3
yang dapat mengadsorpsi zat warna atau zat-zat pencemar, seperti detergen dan
pestisida.
- Manfaat kaporit dalam penjernihan air: sebagai disinfektan (pembasmi hama)
dan menetralkan keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas.
6. Apa yang membedakan koloid liofil dan liofob, berikan contohnya!
Jawab :
- Koloid liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/
hidrofob.
- Butir-butir koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air
mediumnya Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir
koloid tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak
terjadi pada koloid liofob/hidrofob.
Contoh :
- Koloid hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
-Koloid hidrofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol
logam.
49
LP 2 : Proses
Soal : Data Hasil Percobaan beberapa cairan yang disinari lampu senter: