Referat
Gastroesophageal Reflux Disease pada BayiChristin Doko
Rehi102012256 A2Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
WacanaJalan Arjuna Jakarta BaratEmail :
[email protected] Refluks
Gastroesofagus/ Gastro esophageal reflux disease (GERD)
didefinisikan sebagai gejala atau kerusakan mukosa esofagus akibat
masuknya isi lambung ke esofagus. Hal ini biasanya disebabkan oleh
perubahan sementara atau permanen pada barrier antara esofagus dan
perut. Perubahan pada barrier ini dapat disebabkan karena tidak
berfungsinya lower esophageal sphincter (LES), efek iritan dari
refluxate, klirens esofagus yang abnormal, hiatal hernia dan
penundaan pengosongan lambung.Tubuh manusia hakikatnya mencari
keseimbangan dalam segala bentuk. GERD adalah hasil sederhana
ketidakseimbangan pH dalam jangka panjang. Ketika terlalu banyak
makanan asam dikonsumsi, lambung tidak dapat mencerna secara
lengkap. Makanan lebih yang tidak dicerna kemudian diubah menjadi
sampah asam yang menyebabkan kejang perut atau kejang yang mengarah
pada peningkatan produksi gas. Gas ini meningkatkan tekanan untuk
membuka katup antara esofagus dan lambung sehingga asam lambung
kembali ke kerongkonganPerhatian terhadap Gastroesophageal Reflux
Disease (GERD) dewasa ini terus meningkat sebagai salah satu
penyakit saluran cerna bagian atas yang sering ditemukan. Di negara
barat sekitar 7% dari populasi mengalami heart burn setiap hari dan
sekitar 50% mengalami masalah ini sekali dalam sebulan. Insidensi
terjadinya GERD, terutama di Indonesia meningkat dengan berubahnya
gaya hidup dan juga persepsi dokter dalam memahami manifestasi
klinis GERD dan juga adanya perkembangan dalam fasilitas untuk
mendiagnosa seprti endoskopi. Indonesia sebagai negara berkembang
memiliki insidensi yang sangat tinggi dalam terjadinya
GERD.ANAMSESISAnamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan
untuk mengetahui riwayat penyakit dan menegakkan diagnosis.
Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan lengkap karena
sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan
diagnosis. Sistematika yang lazim dalam anamnesis, yaitu identitas,
riwayat penyakit, dan riwayat perjalanan penyakit. 1,2 Identitas :
nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan. Riwayat penyakit Keluhan utama yang menyebabkan pasien
dibawa berobat. Keluhan utama tidak harus sejalan dengan diagnosis
utama. Riwayat perjalanan penyakitRiwayat perjalanan penyakit
mencakup: Cerita kronologis, rinci dan jelas tentang keadaan pasien
sebelum ada keluhan sampai dibawa berobat. Pengobatan sebelumnya
dan hasilnya Tindakan sebelumnya Perkembangan penyakit gejala sisa
atau cacat Riwayat penyakit lain yang pernah diderita
sebelumnya.1,2 Pada anamnesis pasien didapat hasil sebagai berikut
: seorang bayi berusia 4 bulan dengan keluhan sehabis minum susu
sering keluar kembali lewat mulut sejak 2 minggu yang lalu. Banyak
muntahan sekitatr 1 2 sendok makan. Bayi tersebut hanya mendapatkan
ASI eksklusif.PEMERIKSAAN FISIKa. InspeksiAmati bentuk perut secara
umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak
simetrisan, adanya asites.b. AuskultasiAuskultasi dilakukan pada
keempat kuadran abdomen. Dengarkan peristaltik ususnya selama satu
menit penuh. Bising usus normalnya 5-30 kali/menit. Jika kurang
dari itu atau tidak ada sama sekali kemungkinan ada peristaltik
ileus, konstipasi, peritonitis, atau obstruksi. Jika peristaltik
usus terdengar lebih dari normal kemungkinan klien sedang mengalami
diare.c. PerkusiLakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen. Jika
perkusi terdengar timpani berarti perkusi dilakukan di atas organ
yang berisi udara. Jika terdengar pekak, berarti perkusi mengenai
organ padat.d. PalpasiPalpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa
dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada abdomen secara
berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.Palpasi
dalam:Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal,
limpa dengan metode bimanual/2 tanganPEMERIKSAAN PENUNJANGDisamping
anamnesis dan pemeriksaan fisik, beberapa pemeriksaan penunjang
dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis GERD, yaitu : Endoskopi
saluran cerna bagian atasMerupakan standart baku untuk diagnosis
GERD dengan ditemukannya mucosal break di esofagus, jika tidak
ditemukan keadaan ini disebut sebagai non erosive refluks disease
(NERD). Pada kebanyakan kasus hasil pemeriksaan ini normal, atau
bisa tampak esofagitis / eppitellium barret, yang merupakan suatu
keadaan praganas dan predisposisi adenokarsinoma di sepertiga bawah
esofagus. Biopsi diperlukan untuk memastikan diagnosis,
menyingkirkan etiologi radang lainnya seperti kandidiasis atau
virus (herper simpleks, Cytomegalo virus), selanjutnya endoskopi
menetapkan tempat asal perdarahan, striktur dan berguna pula untuk
pengobatan (dilatasi endoskopik)1Tabel 1. Klasifikasi Los
Angeles1Derajat kerusakanGambaran Endoskopi
AErosi kecil-kecil pada mukosa esofagus dengan diameter < 5
mm
BErosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan diameter > 5 mm
tanpa saling berhubungan
CLesi yang konfluen tetapi tidak mengenai/mengelilingi seluruh
lumen
DLesi mukosa esofagus yang bersifat sirkumferensial
Pemeriksaan radiologiPada pemeriksaan ini diberikan kontras
barium, diamati secara fluoroskopi jalannya barium dalam esofagus,
peristaltik terutama bagian distal, bila ditemukan refluks barium
dari lambung kembali ke esofagus maka hal itu dinyatakan sebagai
GERD. Sering tidak menunjukkan kelainan pada kasus esofagitis
ringan. Namun pada keadaan tertentu pemeriksaan ini mempunyai nilai
lebih dari endoskopi, yaitu pada :1. Stenosis esofagus derajat
ringan akibat esofagitis peptik dengan gejala disfagia2. Hiatus
hernia1 Pemantauan PH 24 jam Pengukuran PH pada esofagus bagian
distal dapat memastikan ada tidaknya refluks gastroesofageal. PH
dibawah 4 pada jarak 5 cm di atas LES dianggap diagnostik untuk
refluks gastroesofageal. 1 Tes Provokatif- Tes BernsteinTes ini
mengukur sensitivitas mukosa dengan memasang selang transanal dan
melakukan perfusi bagian distal esofagus dengan HCL 0,1 M dalam
waktu kurang dari 1 jam. Bila larutan ini menimbulkan nyeri dada
seperti yang biasa dialami pasien, sedangkan larutan NaCl tidak
menimbulkan rasa nyeri, maka test ini dianggap positif. 1- Tes
farmakologik/edrofoniumMenggunakan obat edrophorium yang
disuntikkan IV untuk menentukan adanya komponen nyeri motorik yang
dapat dilihat dari rekaman gerak peristaltik esofagus secara
manometri untuk memastikan nyeri dada berasal dari esofagus.1
Manometri esofagusTes ini akan memberi manfaat yang berarti jika
pada pasien-pasien dengan gejala nyeri epigastrium dan regurgitasi
yang nyata.1 Sintigrafi GastroesofagealTes ini menggunakan cairan
atau campuran makanan cair dan padat yang di label dengan radio
isitop yang tidak diabsorbsi, biasanya technetium . Sensitivitas
dan spesifitas tes ini masih diragukan.1American College of
Gastroenterology (ACG) di tahun 2005 telah mempublikasikan Updated
Guidelines for the Diagnosis and Treatment of Gastroesophageal
Reflux Disease, di mana empat di antara tujuh poin yang ada,
merupakan poin untuk diagnosis, yaitu : (Hongo dkk, 2007)a. Jika
gejala pasien khas untuk GERD tanpa komplikasi, maka terapi empiris
(termasuk modifikasi gaya hidup) adalah hal yang tepat. Endoskopi
saat pasien masuk dilakukan jika pasien menunjukkan gejala-gejala
komplikasi, atau berisiko untuk Barrets esophagus, atau pasien dan
dokter merasa endoskopi dini diperlukan. (Level of Evidence : IV)
b. Endoskopi adalah teknik pilihan yang digunakan untuk
mengidentifikasi dugaan Barrets esophagus dan untuk mendiagnosis
komplikasi GERD. Biopsi harus dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya
epitel Barret dan untuk mengevaluasi displasia. (Level of Evidence
: III)c. Pemantauan ambulatoar (ambulatory monitoring) esofagus
membantu untuk konfirmasi reluks gastroesofageal pada pasien dengan
gejala menetap ( baik khas maupun tidak khas) tanpa adanya
kerusakan mukosa; juga dapat digunakan untuk memantau pengendalian
refluks pada pasien tersebut di atas yang sedang menjalani terapi.
(Level of Evidence : III) d. Manometri esofagus dapat digunakan
untuk memastikan lokasi penempatan probe ambulatory monitoring dan
dapat membantu sebelum dilakukannya pembedahan anti refluks. (Level
of Evidence : III)DEFINISI Berdasarkan Konsensus Montreal tahun
2006 (the Montreal definition and classification of
gastroesophageal reflux disease : a global evidence-based
consensus), penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal
Reflux Disease / GERD) didefinisikan sebagai suatu keadaan
patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam
esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu
(troublesome) di esofagus maupun ekstra-esofagus dan/atau
komplikasi (Vakil dkk, 2006). Komplikasi yang berat yang dapat
timbul adalah Barrets esophagus, striktur, adenokarsinoma di kardia
dan esofagus (Vakil dkk, 2006), (Makmun, 2009).GERD terdiri dari
dua tipe, yakni : NERD ( Non-erosive Reflux disease ) dan ERD (
Erosive Reflux Disease )6DIAGNOSIS BANDINGStenosis PilorusStenosis
pilorik adalah penyempitan di bagian ujung lambung tempat makanan
keluar menuju ke usus halus. Akibat penyempitan tersebut, hanya
sejumlah kecil isi lambung yg bisa masuk ke usus, selebihnya akan
dimuntahkan sehingga anak akan mengalami penurunan berat badan.
Gejala tersebut biasanya muncul pada usia 2-6 minggu.Penyebab
stenosis pilorik tidak diketahui, tetapi ada kecenderunganfaktor
konginetal ikut berperan. Factor didapat mungkin terlibat dalam
pathogenesis terbentuknya lesi.Gejala klinisnya : muntah proyektil
mulai umur 2-3 minggu, dan tidak berwarna hijau ( nonbilious
vomiting), Terkadang dijumpai muntah berwarna hijau dan dapat pula
muntahan bercampur darah oleh karena adanya iritasi pada mukosa
lambung. Timbul 30-60 menit setelah makan dan minum. Setelah muntah
kelihatan selalu masih lapar dan rakus bila diberikan minuman. Bayi
senantiasa selalu menangis sesudah muntah dan akan muntah kembali
setelah makan. Hal ini disebabkan karena obstruksi pylorus.
Penurunan berat badan yang disertai dengan penurunan turgor kulit
merupakan tanda adanya dehidrasi. Konstipasi merupakan gejala yang
sering muncul karena sedikitnya jumlah cairan yang melalui pilorus
menuju usus halus. Anak juga tampak gelisah dan terus
menangis.3Atresia DuodenumAtresia duodeni adalah Suatu kondisi
dimana duodenum (bagian pertama dari usus halus) tidak berkembang
dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari lambung
yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke
usus.Penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenum masih
belum diketahui, tapi ada beberapa yang bisa menyebabkan atresia
duodenum:Gangguan pada awal masa kehamilan (minggu ke-4 dan minggu
ke-5 ), Gangguan pembuluh darah, dan Banyak terjadi pada bayi
premature.Gejala klinisnya adalah, Pembengkakan abdomen Pada bagian
atas, muntah terus-menerus, meskipun bayi dipuasakan selama
beberapa jam, tidak memproduksi urine setelah beberapa kali buang
air kecil, muntah banyak segera setelah lahir & berwarna hijau
karena empedu, dan hilangnya bising usus setelah beberapa kali
buang air besar.2EPIDEMIOLOGI Sudah sejak lama prevalensi GERD di
Asia dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan di negara-negara
Barat. Namun, banyak penelitian pada populasi umum yang baru-baru
ini dipublikasikan menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi
GERD di Asia. Prevalensi di Asia Timur 5,2 %-8,5 % (tahun
2005-2010), sementara sebelum 2005 2,5%-4,8%; Asia Tengah dan Asia
Selatan 6,3%-18,3%, Asia Barat yang diwakili Turki menempati posisi
puncak di seluruh Asia dengan 20%. Asia Tenggara juga mengalami
fenomena yang sama; di Singapura prevalensinya adalah 10,5%, di
Malaysia insiden GERD meningkat dari 2,7% (1991-1992) menjadi 9%
(2000-2001), sementara belum ada data epidemiologi di Indonesia
(Jung, 2009), (Goh dan Wong, 2006). Di Divisi Gastroenterologi
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI-RSUPN Cipto Mangunkusumo
melaporkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi GERD dari 5,7 %
pada tahun 1997 menjadi 25,18 % pada tahun 2002 dan didapatkan
kasus esofagitis sebanyak 22,8 % dari semua pasien yang menjalani
endoskopi atas dasar dispepsia.3ETIOLOGIPenyakit gastroesofageal
refluks bersifat multifaktorial. Hal ini dapat terjadi oleh karena
perubahan yang sifatnya sementara ataupun permanen pada barrier
diantara esophagus dan lambung. Selain itu juga, dapat disebabkan
oleh karena sfingter esophagus bagian bawah yang inkompeten,
relaksasi dari sfingter esophagus bagian bawah yang bersifat
sementara, terganggunya ekspulsi dari refluks lambung dari
esophagus, ataupun hernia hiatus.Penyakit refluks gastroesofageal
bersifat multifaktorial. Esofagitis dapat terjadi sebagai akibat
dari refluks gastroesofageal apabila1:1. Terjadi kontak dalam waktu
yang cukup lama antara bahan refluksat dengan mukosa esofagus2.
Terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus, walaupun
waktu kontak antara bahan refluksat dengan esofagus tidak
lama.ANATOMI SISTEM PENCERNAANPada kedua ujung esophagus terdapat
otot sfingter, sfingter esophagus bagian atas (Upper Esophageal
Sphincter/UES) pada otot cricopharingeus dan sfingter esophagus
bagian bawah (Lower Esophageal Sphincter/LES) pada gastroesophageal
junction (GEJ). Dalam keadaan normal berada dalam keadaan tonik
atau kontraksi kecuali waktu menelan. Sfingter esophagus bagian
bawah bertindak sebagai sfingter dan berperan sebagai sawar
terhadap refluks isi lambung ke esophagus.4Dinding esophagus
seperti juga bagian lain dari saluran cerna, terdiri dari 4 lapisan
yaitu : mukosa, submokasa, muskularis dan serosa. Lapisan mukosa
terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke
faring, epitel ini mengalami perubahan mendadak pada berbatasan
esophagus lambung (garis Z) dan menjadi epitel selapis toraks.
Mukosa esophagus dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak
tahan terhadap isi lambung yang sangat asam. Lapisan submukosa
mengandung sel-sel sekretori yang menghasilkan mucus. Mukus
mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan melinduni mukosa
dari cedera akibat zat kimia.Lapisan otot luar tersusun
longitudinal dan lapisan dalam tersusun sirkular. Otot pada 5%
bagian atas esophagus merupakan otot rangka sedangkan otot pada
separuh bagian bawah merupakan otot polos. Bagian yang diantaranya
itu terdiri dari campuran otot rangka dan otot polos. Berbeda
dengan saluran cerna lainnya, bagian luar esophagus tidak memiliki
lapisan serosa maupun selaput peritoneum, melainkan lapisan luar
yang terdiri dari lapisan ikat jarang yang menghubungkan esophagus
dengan struktur-struktur yang berdekatan.4
Gambar 2.2 anatomi esofagusPATOGENESIS Esofagus dan Gaster
dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone) yang
dihasilkan oleh kontraksi Lower esophageal sphincter. Pada individu
normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya
aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan, atau aliran
retrogard yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik
dari gaster ke esophagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus
LES tidak ada atau sangat rendah (