ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DENGAN PENURUNAN CURAH JANTUNG MELALUI PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DI RUANG ICU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Karya Tulis Ilmiah Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan Disusun Oleh : DIDIK AJI ASMORO A01502154 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONGPROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2017
82
Embed
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART … · asuhan keperawatan pada pasien congestive heart failure (chf) dengan penurunan curah jantung melalui pemberian terapi oksigen
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE
(CHF) DENGAN PENURUNAN CURAH JANTUNG MELALUI PEMBERIAN
TERAPI OKSIGEN DI RUANG ICU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
ar Belakang .................................................................... 11.2.........................................................................................Ru
musan Masalah .............................................................. 31.3.........................................................................................Tuj
uan Studi Kasus ................................................................... 31.4.........................................................................................Ma
nfaat Studi Kasus ............................................................ 4
ncangan Studi Kasus .......................................................183.2.........................................................................................Su
bjek Studi Kasus ..............................................................183.3.........................................................................................Fok
us Studi Kasus .................................................................19
trument Studi Kasus ........................................................193.6.........................................................................................Me
tode Pengumpulan Data ..................................................193.7.........................................................................................Lok
asi & Waktu Studi Kasus ..................................................203.8.........................................................................................An
alisis Data dan Penyajian Data ........................................203.9.........................................................................................Eti
ka Studi Kasus .................................................................21
sil Studi Kasus .................................................................244.2.........................................................................................Pe
an ....................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Informed Consent.2. Lembar Penjelasan Mengikuti Penelitian (PSP).3. Lembar Asuhan Keperawatan.4. Lembar Standar Oprasional Prosedur tindakan pemberian Oksigenasi5. Lembar SAP (satuan acara penyuluhan) dan Leflet.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Congestive Heart
Failure (CHF) Dengan Penurunan Curah Jantung Melalui Pemberian Terapi
Oksigen di Ruang ICU PKU Muhammadiyah Gombong”.
Adapun maksud penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan hasil
ujian komprehensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan Diploma
III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong.
Terwujudnya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Ibu Hj. Herniyatun M. Kep Sp. Mat selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan kesempatan
dan memberikan fasilitas untuk menimbailmu.2. Ibu Nurlaila S. Kep. Ns. M. Kep. Selaku Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan. 3. Bambang Utoyo M. Kep Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, dan
memberikan perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.4. Ibu Barkah Waladani, M. Kep Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang
telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, dan
memberikan perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.5. Semua Dosen Program Studi Diploma III Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan bimbingan dengan sabar
dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
8
9
10
Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah GombongKTI, 11 Juli 2017Didik Aji Asmoro’.Barkah Waladani², M. Kep.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CONGESTIVE HEARTFAILURE (CHF) DENGAN PENURUNAN CURAH JANTUNGDI RUANG ICU RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Abstra kLatar Belakang : CHF (Congestive Heart Faillure) merupakan masalahkesehatan dalam sistem kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus meningkatdan berdampak kematian, dan termasuk banyaknya angka penyakit di indonesia.Tujuan : Mampu menggambarkan tentang pemberian Asuhan Keperawatan padapasien CHF (Congestive Heart Faillure).Diagnosa : Dalam Asuhan Keperawatan pada pasien CHF yang di tegakan darihasil pengkajian pada pasien Tn. S adalah penurunan curah jantung berhubungandengan gangguan preload, pola nafas tidak efektif berhubunga dengan kurangnyadypsnea, dan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasitentang penyakitnya. Rencana tindakan : Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasienCongestive Heart Failure antara lain dengan memonitor frekuensi dan iramajantung, mengobservasi perubahan status mental, monitor pemeriksaan diagnostikdan hasil laboratorium seperti EKG, GDA (PaO2, PaCO2, SPO2), elektrolit,memposisikan pasien semi fowler, memberikan terapi O2, monitor vita sign,memberikan lingkungan yang tenang dan membatasi pengunjung, melakukankolaborasi untuk memberikan obat sesuai anjuran dokter.Hasil : Setelah dilakukannya Asuhan Keperawatan selama 3x12 jam di dapatkanhasil pernafasan pasien menjadi normal, sudah tidak terdapat edema, dan pasienpaham terhadap penyakit CHF (Congestive Heart Faillure).Kata kunci : CHF, edema, pernafasan.
Diploma of Nursing Study Program
11
Muhammadiyah Gombong Health Science AcademyKTI, July 11th, 2017Didik Aji Asmoro’1.Barkah Waladani², M. Kep.
NURSING CARE OF CONGESTIVE HEART FAILURE ( CHF ) BY Mr.SWITH DECREASE CARDIAC OUTPUT
AT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG HOSPITALIN THE INTENSIVE CARE UNIT ( ICU )
Abstra ctBackground : Congestive Heart Faillure is a health problem in thecardiovascular system which is the incident rate has risen steadily and the impactof death and including the number of Indonesia’s disease.Aim of Research : able to describe about giving nursing care at the CongestiveHeart Faillure’s client.Diagnose : In nursing care of Congestive Heart Faillure’s client, that enforcedfrom the assessment on Mr.S are decrease cardiac output related with preloadinterference, in-efective breath system related with dypsnea, and knowledgedeficiency related with less information about the desease. Planning of action : The plan of nursing care action which used by CongestiveHeart Faillure’s client are frequency and heart beat monitor, observations mentalstatus changes, diagnostic test monitor and laboratory result such as EKG, GDA(PaO2, PaCO2, SPO2), electrolyte, semi fowler position, about giving O2 therapy,
vital sign monitor, about giving environment serenity and visitor limits and docollaboration with the doctor about client medicines therapy. Result : After 3x12 hours of nursing care, the result obtained client respirationbecome normal, there is no oedema, and the client knows about his desease.Key word : CHF, oedema, respiration.
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangGagal jantung atau Congestive Heart Failure adalah suatu keadaan
ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi
kebutuhan tubuh, meskipun tekanan darah pada vena itu normal. Gagal
jantung menjadi penyakit yang terus meningkat terutama pada lansia. Pada
Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung adalah ketidakmampuan
jantung untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat guna
memenuhi kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen pada jaringan
meskipun aliran balik vena yang adekuat (Dewi, 2012).Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler lebih
tepatnya Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat
yang tinggi, menurut data Whorld Health Organization (WHO) pada
tahun 2007 dilaporkan bahwa Congestive Heart Failure (CHF)
mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia dan meningkat seiring
pertambahan usia dan pada umumnya mengenai pasien dengan usia sekitar
lebih dari 65 tahun dengan presentase sekitar 6-10% lebih banyak
mengenai laki-laki dari pada wanita. Pada tahun 2030 WHO memprediksi
bahwa peningkatan penderita Congestive Heart Failure (CHF) mencapai
±23 juta jiwa di dunia. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan salah
satu masalah khas utama pada beberapa negara industri maju dan negara
berkembang seperti Indonesia (Austaryani, 2012).Menurut Kompas Lusia, (2010), sekitar 4,3 juta penduduk
Indonesia mengalami Congestive Heart Failure (CHF), dan 500.000 kasus
baru Congestive Heart Failure (CHF) telah di diagnosis tiap tahunnya.
Harapan hidup penderita Congestive Heart Failure (CHF) lebih buruk
dibandingan dengan kanker apapun kecuali kanker paru-paru dan kanker
ovarium karena sampai 75% penderita Congestive Heart Failure (CHF)
meninggal dalam kurun waktu 5 tahun sejak diagnosis. Dalam profil
kesehatan Indonesia pada tahun (2005) Congestive Heart Failure (CHF)
1
merupakan urutan ke 5 penyebab kematian terbanya di Rumah Sakit
seluruh Indonesia. Perubahan gaya hidup, kadar kolesterol yang tinggi,
perokok aktif dan kurangnya kesadaran berolahraga menjadi faktor pemicu
munculnya Congestive Heart Failure (CHF) (Kompas, 2010). Congestive Heart Failure (CHF) diperkirakan akan menjadi
penyebab utama kematian secara menyeluruh dalam waktu lima belas
tahun mendatang, meliputi Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia. Hal
tersebut menjadi dasar angka prevalensi penyakit kardiovaskuler secara
cepat di negara-negara berkembang dan Negara Eropa Timur. Selain itu,
gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan
perawatan ulang di Rumah Sakit (Redmission) meskipun pengetahuan
rawat jalan telah diberikan secara optimal (Ardiansyah, 2012). Pada penelitian di Amerika resiko berkembangnya penyakit
Congestive Heart Failure (CHF) yaitu mencapai 20% untuk usia ≥ 40
tahun dengan kejadian > 650.000 kasus baru yang diagnosis Congestive
Heart Failure (CHF) selama beberapa dekade terahir. Kejadian
Congestive Heart Failure (CHF) meningkat dengan bertambahnya usia.
Tingkat kematian untuk Congestive Heart Failure (CHF) sekitar 50%
dalam waktu lima tahun (Arini, 2015). Prevalensi Congestive Heart Failure (CHF) di Indonesia menurut
Riskesdas (2013) sebesar 0,3 data prevalensi penyakit ditentukan
berdasarkan hasil wawancara pada reponden umur ≥ 15 tahun merupakan
gabungan dari kasus penyakit yang pernah di diagnosis dokter atau kasus
yang mempunyai gejala penyakit Congestive Heart Failure (CHF)
(Riskesdas, 2013). Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr Margono Soekarjo
Purwoerto yang di rawat karena Congestive Heart Failure (CHF) di tahun
2010 terdapat 506 orang yang terdiri dari 221 laki-laki dan 469
perempuan. Pada tahun 2012 terdapat 842 orang yang terdiri dari 373
laik-laki dan 469 perempuan. Pada tahun 2012 terdapat 1111 orang yang
terdiri dari 526 laki-laki dan 585 perempuan. Pada tahun 2013 terdapat
1142 orang yang terdiri dari 550 laki-laki 592 perempuan. Pada tahun
2
2014 terdiri dari 1380 orang terdiri dari 667 laki-laki dan 713 perempuan.
Dan pada tahun 2015 sampai dengan bulan Oktober terdiri dari 863 orang
yang terdiri dari 375 perempuan dan 488 laki-laki. Dari tahun ketahun
angka kejadian Congestive Heart Failure (CHF) trus mengalami
peningatan (Pranoto, 2015) Sehubung dengan prevalensi kejadian Congestive Heart Failure
(CHF) masih tinggi yang ditemukan serta masih adanya resiko seperti
dampak kematian yang ditimbulkan akibat Congestive Heart Failure
(CHF) maka peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan untuk
mengobati, mencegah dan meningkatan kesehatan pasien. Agar dapat
memberikan asuhan keperawatan secara maksimal dan optimal maka
diperlukan pemahaman tentang konsep dasar penyakit Congestive Heart
Failure (CHF) dan proses keperawatannya. Maka penulis termotivasi
untuk membahas lebih lanjut karya tulis ilmiah ini yang akan menguraikan
proses usaha keperawatan tentang Congestive Heart Failure (CHF). 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimana Melaksanakan atau
Mengimplementasikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Congestive Heart Failure (CHF) meliputi Pengajian, Analisa Data,
Arini, (2015). Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Gagal Jantung yang Rawat Inap di RSUD. DR. Soetomo. Surabaya.http://repository.wima.ac.id Diakses 14 Oktober 2015 jam 14:00 wita.
Austaryani, N. P. (2012). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Baradero, M. et al (2008). Seri Asuhan Keperawatan klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth, (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Carpenito, L.J (2007). Buku Saku Diagnose Keperawatan. Jakarta : EGC
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa Nike Budhi Subekti, Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC.
Dewi, I. N. (2012). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Faiure (CHF) Di RSUD dr. Prijonegoro Sragen.
Doenges, E. M. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, S. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan : 202. Yogyakarta : Med Action.
Nursalam (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, A. & Sari, K. (2012). Asuhan Keperawatan Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Pranoto, A. F. (2015). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Banyumas.
Prijo, S. (2010). Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran. Jakarta : Perpustakaan DEPKES
Riset Kesehatan Dasar, (2013), dalam online http://www.litbang.depkes.go.id diakses tanggal 16 2015.
Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
sistem Kardiovaskular Edisi Malang. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Santoso A (2007). Gagal Jantung Ilmu Penyakit Dalam Edisi 8. Jakarta : EGC
Saryono, (2016). Terapi Oksigen. Modul Pembelajaran Keperawatan Dasar http://www. fk.unsoed.ac.id/sites/default/files/img/.../Genap%20II%20 -%20Terapi%20Oksigen.pdf .
Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
Wijaya, A. S. & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9 Diagnosis Nanda Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa Esti Wahyuningsih. Jakarta : EGC.
2. Riwayat penyakitKeluhan UtamaKlien mengatakan napasnya sesak. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh sesak napas tanggal 8 juli 2017 masuk ke ICU. Pada
tanggal 11 juli 2017 klien masih mengeluh sesak nafas dengan GCS : 15
sesak napas kurang dari 1 minggu yang lalu, dan dirawat 3 hari dengan
keluhan prostat. - Riwayat pengobatan:
Keluarga klien mengatakan klien tidak memepunyai obat dan klien
jarang berobat .- Riwayat penyakit sebelumnya:
Keluarga klien mengatakan klien pernah oprasi di bagian paha kanan
terdapat benjolan ± 3 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit keluarga : Keluarga klien mengatakan tidak mempunyai riwayat peryakit hipertensi
tidak mempunyai riwayat peryakit DM, Asma, dan peryakit menular
seperti HIV, TBC, Hepatitis dll.
3. Pengkajian Kritis B6a. B1 (Breathing)- RR : 27 x/m - Binasal kanul 4 L/m - Pergerakan dada simetris - Napas spontanb. B2 (Blood)- TD : 120/60 mmHg - Map : 80 mmHg- N : 90 x/m- S: 36 ºC- akral dingin- tidak terdapat sianosisc. B3 (Brain)- Kesadaran CM, GCS : 15 ( E4 M6 V5 )- KU lemah- Pupil Isokor - Rangsang cahaya : R : 2(+) L : 2(+)- Gelisahd. B4 (Bowel)
- Peristaltik usus 11 x/m- Abdomen supel- Mukosa bibir kering - Tidak ada pembesaran hepar- Tidak ada nyeri tekan di abdomen
e. B5 (Bladder)- Warna urin kuning dan masih sedikit- Terpasang DC dengan produksi urin 50 ccf. B6 (Bone)- Kekuatan otot atas 5/5, bawah 5/5 ,- Terdapat edema pada tungkai kaki kanan.
4. Pola fungsional1. pola oksigenasi
Sebelum sakit : klien dapat bernafas secara normal tanpa alat bantu pernafasan.
Saat dikaji : klien mengeluh sesak nafas, RR: 27 x/menit,bernapas spontan, menggunakan binasal kanul 4l/m.
2. Pola nutrisiSebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien sebelum sakit
makan sehari 3x sehari 900gr dengan nasi dan laukpauk, serta minum air putih ±8 gelas/hari 2500ml
serta minum teh dan kopi.Saat dikaji : klien hanya menghabiskan ½ porsi makanan RS.
3. Pola kebutuhan istirahat dan tidurSebelum sakit : Klien dapat beristirahat dengan nyenyak,
tidur ± 5-6 jamSaat dikaji : Klien gelisah dan hanya bisa tidur 3-4 jam.
4. Pola eliminasiSebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien BAK 4-5 x/hari
urin berwarna kuning jernih dan BAB 1 x/hari
feses berwarna kuning kecoklatan.Saat dikaji :Klien sudah BAB 1x terpasang dc UB 4 jam 100cc
5. Pola aktivitasSebelum sakit : Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan orang lain.Saat dikaji : Klien beraktivitas di bantu oleh perawat.
6. Pola berpakaianSebelum sakit : Klien dapat berpakaian secara mandiriSaat dikaji : Klien dalam berpakaian dibantu oleh perawat
7. Pola menjaga suhu tubuhSebelum sakit : Klien jika merasa dingin menggunakan selimut
atau pakaian tebal serta minum air hangat, jika
panas memakai pakaian tipis dan menggunakan
kipas anginSaat dikaji : Klien menggunakan pakaian dari ruang ICU dan
menggunakan selimut.
8. Pola personal hygieneSebelum sakit :Klien mandi 2x sehari dan menggosok gigi 2x
sehari secara mandiriSaat dikaji : Klien hanya diseka 2x/hari oleh perawat
9. Pola Aman dan nyaman Sebelum sakit : Klien merasa aman dan nyaman berada diantara
keluarganya dan mampu mengindari dari bahaya sekitar
Saat dikaji : Klien tampak gelisah10. Pola komunikasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan mampu berkomunikasi dengan
baik di lingkungannyaSaat dikaji : Klien dapat berbicara, tetapi tidak terlalu jelas
11. Pola rekreasi
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien senang
berkumpul dengan keluarganya untuk berekreasi
Saat dikaji : Klien hanya terbaring dan gelisah di tempat tidur.12. Pola kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan hanya bekerja sebagai pedagang sebelum masuk RS.
Saat dikaji : Klien tidak bisa berkerja karena sakit.13. Pola kebutuhan belajar
Sebelum sakit : Keluarga klien dan mengatakan belum mengetahui peryakit yang diderita klien.
Saat dikaji : Keluarga klien dan klien nampak terlihat bingungmengatakan belum mengetahui peryakit klien dan
banyak bertanya.14. Pola spiritual
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien dapat beribadahsholat 5 waktu dan membaca Al- Quran
Saat dikaji : Klien hanya terbaring ditempat tidur.
a. Pemeriksaan fisik 1) Kepala : mesoschopal, rambut beruban, tampak sedikit kotor2) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.3) Mata : simetris, konjungtiva ananemis, sclera aniterik4) Telinga : simetris, tidak terdapat serumen 5) Mulut : tidak ada stomatitis, gigi tampak sedikit kotor, gigi
tampak mulai ompong6) Dada
Paru-paruInspeksi : Simetris, tidak ada lesi, terdapat retraksi
dinding dadaPalpasi : Focal vremitus tidak teraba, expansi
dinding dada simetris
Perkusi : SonorAuskultasi : Bunyi paru vesikuler
JantungInspeksi : Ictus cordis normal terlihat Palpasi : Ictus cordis teraba di interkosta 4-5 Perkusi : PekakAuskultasi : S1 dan S2 reguler (lup dup)
AbdomenInspeksi : Supel, tidak ada lesi dan tidak ada bekas
operasiAuskultasi : Bising usus 11 x/menitpalpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan limphaperkusi : Timpani
7) Genetalia dan Rektum : Bersih dan tidak tampak kelainan8) Ekstermitas :
o Atas : Tidak ada edema.o Bawah : - Tungkai kaki kanan terdapat piting edema, terpasang
infuse RL 20 tpm pada kaki kanan
6. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan11 Juli 2017 Lekosit 11,53 H 3.8-10.6
Eritrosit 3.96 L 4.4-5.9 juta/LHematokrit 39.9 L 40-52MCV 100.6 H 80-100Trombosit 48 L 150-440
b. Pemeriksaan Lain-lainHasil pemeriksaan
- Ro. Thorak : Cardiomegaly
7. Terapi
No Tanggal Nama therapi Dosis1.2.3.4.
11 juli 2017 Inj. CeftriaxoneInj. CiprofloxacinInj. MetilprednisoloneInj. OMZ
2 x 1 gr2 x 200 mg2 x 62.5 mg2 x 1 ampul3 x 500 mg
- Thoraxs : tanggal 07 juli2017 pulmo masih tampaknormal , cardiomegaly.
Perubahan Preload
Penurunancurah jantung
2 11 juli 2017
DS : Klien mengatakan sesak nafas
DO :- Pasien tampak susah
bernafas, RR : 27 x/m- Tampak retraksi dinding
dada- Terpasang binasal kanul
4lpm
Dipneu Pola nafas tidak efektif
3 11 juli 2017
DS : Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya
DO :- Klien dan keluarganya
tampak bingung - Klien dan keluarganya
tampak bertanya-tanyapenyakit yang di deritaklien.
Kurangnya informasi tentang penyakitnya
Defisitpengetahuan
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dipneu 3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit
IV. RENCANA KEPERAWATAN
No DiagnosaKeperawatan
Tujuan Intervensi
1. Penurunan curah jantung b.d Perubahan preload
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 12 jam, diharapkan tidak terdapat penurunan curah jantung pada pasien, dengan kriteria hasil :
a. Vital sign batas normal
b. Dapat mentoleransi
a. Posisikan semifowler
b. Monitor statuspernafasan yangmenandakan gagaljantung
c. Monitor BCd. Monitor adanya
perubahan TD danberikan lingkunganyang tenang
aktifitas, tidak kelelahan
c. Tidak ada edema paru perifer dan tidak ada asites
d. Tidak ada penurunan kesadaran
e. Monitor TTV f. Monitor adanya
dyspneag. Instruksikan pasien
untuk istirahat totaldi tempat tidur
h. Atur periodelatihan dan istirahatuntuk menghindarikelelahan
i. Anjurkan untukmenurunkan stres
j. Berikan terapioksigen sesuaiindikasi
k. Kolaborasi terapiobat diuretik danantibiotic dengandokter.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d dipneu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 12 jam, diharapkan pola nafas pasien efektif, dengan kriteria hasil :
a. Menunjukan jalan napas yang paten (klien tidak merasatercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
b. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (TD,nadi,pernafasan)
c. Tidak menggunakan ototbantu pernafasan
a. Posisikan pasiensemi fowler untukmemaksimalkanventilasi danpertahankan posisipasien
b. Identifikasi pasienperlunya
c. Auskultasi suaranapas, catat adanyasuara tambahan
d. Atur inteke untukcairanmengoptimalkankeseimbangan
13 Juli 2017 2 S : Klien mengatakan sesak napas berkurang
0 : TTV : TD : 110/80 mmHg
MAP : 90 mmHg N : 85 x/menit RR : 23 x/menit S : 36,1 ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pindah ruangan lanjutkan Intervensi
- Pantau vital sign
13 Juli 2017 3 S : Klien dan keluarga klien mengatakan sudah
tentang penyakit
0 : - Keluarga klien dan klien dapat menjawab dan
menjelaskan pertanyaan yang di ajukan oleh
perawat
- Keluarga klien kooperatif mau bertanya tentang
penyakit yang di derita klien
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
Lampiran 4
SOP (standar oprasonal prosedur) Tindakan Oksigenasi
Persiapan alat :
Tabung oksigen (oksigen dinding) berisi oksigen lengkap denganflowmeter dan humidifier yang berisi aquades hingga batas pengisian
Binasal kanul Tisue atau cotten budd Bengkok Plester dan gunting
A. Fase Orientasi 1. Mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan 4. Kontrak waktu 5. Menyatakan kesiapan pasien 6. Mengucapkan Basmallah
B. Fase Kerja 1. Cuci tangan2. Tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya3. Buka tabung humidifier dan isi dengan air mineral atau aquades hingga
batas pengisian4. Hubungkan nasal kanul atau masker dengan slang oksigen ke botol
pelembab atau tabung humidifier5. Bersihkan lubang hidung dengan tisue atau cotten budd6. Atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan yang di instruksikan oleh
dokter7. Cek aliran oksigen pada telapak tangan apakah udara keluar dengan
sempurna atau macet8. Pasangkam nasal kanul atau masker ke klien9. Setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi lepas nasal kanul atau masker
dari klien10. Tabung oksigen ditutup 11. Klien dirapikan kembali12. Peralatan di bereskan13. Mengucap hamdallah
C. Fase Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan 2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 3. Berpamitan dan mengucap salam
CONGESTIF HEART
FAILURE (CHF)
By :
Didik Aji Asmoro
STIKES MUHAMMADIYAHGOMBONG
2017
CONGESTIF HEART FAILURE(CHF) atau
Gagag Jantung Kongestif
Adalah : suatu keadaan berupakelainan fungsi jantung sehinggajantung tidak dapat memompadarah untuk memenuhi kebutuhanmetabolism tubuh.
Penyebab : Kelainan otot jantung Penyumbatan pembuluh darah
jantung Hipertensi Peradangan Penyakit jantung lain
Tanda & Gejala :
{ pada Gagal jantung kiri } :
Sesak nafas saat beraktivitas
dan berbaring
Batuk
Mudah lelah
Bengkak pada kaki
Perut membuncit
Kegelisahan atau kecemasan
{ pada Gagagl jantung kanan } :
Pembesaran pada hati
Pembesaran pada kaki bawah,penambahan berat badan
Sering kencing pada malam hari Kelemahan
Tidak nafsu makan dan mual
Diet : Makanlah secara teratur
Pilihlah hidratarang kompleks
seperti nasi beras tumbuk/
merah, roti bekatul, havermut
dengan sayuran dan protein
hewani/nabati (daging tidak
berlemak/kacang-kacangan)
serta buah
Makan dalam jumlah cukup
untuk mempertahankan berat
badan
Makanan pantangan seperti
kue-kue yang terlalu manis dan
gurih : Dodol, cake, tarcis
Bagaimana cara penanganan gagal
jantung ?
Perubahan gaya hidup
Melakukan diet
Melakukan aktivitas fisik
Pembatasan Konsumsi garam
dan cairan
Menurunkan BB bila berlebih
Berobat
Perawatan di Rumah Sakit
TERIMA KASIH ATASPERHATIANNYA
SEMOGA BERMANFAAT
Lampiran 5
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Gangguan Sistem Cardio Vaskuler
Sub Pokok Bahasan : Congestive Heart Failure ( CHF )
Sasaran : Klien dan Keluarga
Penyuluh : Didik Aji Asmoro
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruang ICU RSU PKU Muhammadiyah Gombong
A. Tujuan1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan klien dan
keluarga dapat memahami mengenai Gagal Jantung Kongestif.2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan klien dan
keluarga dapat : a) Menjelaskan kembali pengertian Gagal Jantung dengan kalimatnya
sendirib) Menyebutkan kembali faktor penyebab Gagal Jantungc) Menyebutkan kembali tanda dan gejala Gagal Jantungd) Menyebutkan cara penanggulangan Gagal Jantunge) Menyebutkan diet Gagal Jantung
B. Materi : (terlampir)C. Metode : Ceramah dan tanya jawabD. Media : Leaflet
E. Strategi Pelaksanaan
NO. KEGIATAN PENYULUH KLIEN & KELUARGA
1. Pembukaan a. Mengucapkan
salamb. Memperkenalkan
diric. Menjelaskan tujuan
a. Mengucapkan salam
b. Menerima dengan baik
c. Menyimak dengan
baik
2. Kegiatan inti a. Menjelaskan materi
tentang CHFb. Memberikan
kesempatan untuk
bertanyac. Menjawab
pertanyaan yang
diajukan
a. Menyimak dengan
baik
b. Mengajukan beberapa
pertanyaan
c. Menyimak dengan
baik
3. Penutup a. Mengulang kembali
materi yang di
sampaikan dengan
mengajukan
beberapa
pertanyaanb. Mengucapkan
salam
a. Mampu menjawab
pertanyaan yang
diajukan
b. Menjawab salam
F. Evaluasi : Lisan dengan mengajukan beberapa pertanyaan1. Jelaskan pengertian Gagal Jantung ?2. Sebutkan faktor penyebab Gagal Jantung ?3. Sebutkan tanda dan gejala Gagal Jantung ?4. Sebutkan cara penanggulangan Gagal Jantung ?5. Sebutkan diet Gagal Jantung ?
MATERI PENYULUHAN
A. PengertianCongestive Heart Failure atau Gagal jantung adalah suatu kondisi dimana
jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi
kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient dan oksigen secara adekuat. Congestive
Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan dimana patologisnya yaitu
kelainan fungsi jantung yang menyebabkan kegagalan jantung untuk
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan darah yang pada umumnya
untuk metabolisme jaringan. Gangguan fungsi jantung dan metode-metode
bantuan sirkulasi ditinjau dari efek-efeknya terhadap 3 perubahan penentu
utama dari fungsi miokardium yaitu Preload, Afterload dan kontraktilitas
miokardium (Udjianti, 2010 ; Ruhyanudin, 2007 ).Gagal jantung kongestif disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau
Decomp Cordis. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung
sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme
jaringan (Price, 2010).
B. Faktor PenyebabAdapun beberapa penyebab dari gagal jantung menurut Smeltzer (2010)
yaitu :1. Kelainan Otot Jantung2. Penyumbatan di pembuluh darah jantung3. Hipertensi4. Peradangan5. Penyakit jantung lain
C. Tanda dan gejala gagal jantungGagal jantung kiri :1. Sesak nafas saat beraktivitas2. Sesak nafas saat berbaring3. Batuk4. Mudah lelah5. Bengkak pada kaki6. Perut membuncit 7. Kegelisahan atau kecemasan
Gagal jantung kanan :
1. Hepatomegali atau pembesaran pada hati2. Sering kencing di malam hari3. Kelemahan4. Tidak nafsu makan dan mual
D. Penanggulangan gagal jantungMenurut Smeltzer (2011) beberapa cara untuk mencegah terjadinya gagal
jantung, yaitu : 1. Perubahan gaya hidup
2. Melakukan diet3. Melakukan aktivitas fisik4. Pembatasan Konsumsi garam dan cairan5. Menurunkan BB bila berlebih6. Berobat7. Perawatan di Rumah Sakit
E. Diet penyakit Gagal jantung Kongestif1. Makanlah secara teratur2. Tinggalkan makanan /minuman yang diiklankan secara berlebihan3. Pilihlah hidratarang kompleks seperti nasi beras tumbuk/ merah, roti
bekatul, havermut dengan sayuran dan protein hewani/nabati (daging tidak
berlemak/kacang-kacangan) serta buah4. Makan dalam jumlah cukup untuk mempertahankan berat badan5. Makanan pantangan bagi penyakit jantung :
a) Kue-kue yang terlalu manis dan gurih : Dodol, cake, tarcis dllb) Semua daging berlemakc) Goreng-gorengan, santan kentald) Sayuran yang menimbulkan gas seperti : Kol, sawi, lobake) Cabe dan bumbu-bumbu yang merangsangf) Kopi, minuman soda dan alcoholg) Nangka, durian dan alpukat harus dibatasi.
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1094
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANKUALITAS TIDUR PADA PASIENCONGESTIVE HEART FAILURE
Congestive Heart Failure (CHF) is a cardiovascular disease which shows a variety symptoms (dyspnea, edema, chestpain, anxiety, fatigue) that affect the sleep quality of patient. The purpose of the research is identify the factors thatassociated with quality of sleep in patients with CHF especially chest pain, anxiety, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea(PND), and fluids overload. The design was descriptive correlational research with cross sectional study. Samples ofthis research was taken by using purposive sampling technique, which 32 patients with CHF in Flamboyan ward ArifinAchmad General Hospital Pekanbaru. This research used questionnaire Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) forquality of sleep, Numeric Rating Scale (NRS), and Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). The univariate analysisshowed that majority patient of CHF was 45-60 years old (43,8%), women (53,1%), unemployment (59,4%), oncehistory of hospitalization (31,3%), medium pain (37,5%), no anxiety (40,6%), PND (56,3%), no edema (81,3%) andpoor quality of sleep (62,5%). The bivariate analysis was conducted by using chi-square and kolmogorov-smirnov testshowed there are a correlation between anxiety ρ value (0,001)< α (0,05) and breathing ρ value (0,008)< α (0,05) withquality of sleep in patients CHF and there are no correlation between pain ρ value (0,925)> α (0,05) and fluid overloadρ value (0,985)< α (0,05) with quality of sleep in patient CHF. Recommended for nurse to give a nursing care todecrease anxiety and PND by create a pleasant environment, suitable position, oxygenation and an ideal bed toimprove quality of sleep in patient with CHF.
merupakan suatu keadaan patologis di manakelainan fungsi jantung menyebabkankegagalan jantung memompa darah untukmemenuhi kebutuhan jaringan, atau hanyadapat memenuhi kebutuhan jaringan denganmeningkatkan tekanan pengisian (McPhee &Ganong, 2010).Gagal jantung dikenal dalambeberapa istilah yaitu gagal jantung kiri,kanan, dan kombinasi atau kongestif.Padagagal jantung kiri terdapat bendungan paru,hipotensi, dan vasokontriksi perifer yangmengakibatkan penurunan perfusijaringan.Gagal jantung kanan ditandaidengan adanya edema perifer, asites danpeningkatan tekanan vena jugularis.Gagaljantung kongestif adalah gabungan darikedua gambaran tersebut.Namun demikian,kelainan fungsi jantung kiri maupun kanansering terjadi secara bersamaan (McPhee &Ganong, 2010).
Udjianti (2011) menyatakan bahwaInsidensi CHF sulit ditentukan karena CHFadalah suatu simtom atau gejala dan bukansuatu diagnosis. Data pada simtom inibiasanya berhubungan dengan penyebabyang mendasari.Masalah kesehatan dengangangguan sistem kardiovaskular termasukCHF masih menduduki peringkat yangtinggi, CHF telah melibatkan 23 jutapenduduk di dunia. Sekitar 4,7 orangmenderita CHF di Amerika (1,5-2% dari totalpopulasi) dengan tingkat insiden 550.000kasus per tahun. Rumah Sakit Jantung danPembuluh Darah Harapan Kita Jakartamelaporkan sekitar 400-450 kasus infarkmiokard setiap tahunnya (Irnizarifka, 2011).
Data rekam medis Rumah SakitUmum Daerah Arifin Achmad Pekanbarupada tahun 2013 terdapat jumlah kasus CHFsebesar 110 kasus dari 522 kasus penyakitkardiovaskular, kemudian pada bulan Januarisampai September 2014 terdapat 94 kasusCHF. CHF ini merupakan penyakit urutan
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1095
pertama pada kasus kardiovaskular di RSUDArifin Achmad Pekanbaru (Rekam MedisRSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2014).
CHF menimbulkan berbagai gejalaklinisdiantaranya;dipsnea, ortopnea,pernapasan Cheyne-Stokes, ParoxysmalNocturnal Dyspnea (PND), asites, pitingedema, berat badan meningkat, dan gejalayang paling sering dijumpai adalah sesaknafas pada malam hari, yang mungkinmuncul tiba-tiba dan menyebabkan penderitaterbangun (Udjianti, 2011). Munculnyaberbagai gejala klinis pada pasien gagaljantung tersebut akan menimbulkan masalahkeperawatan dan mengganggu kebutuhandasar manusia salah satudiantaranya adalahtidur seperti adanya nyeri dada padaaktivitas, dyspnea pada istirahat atauaktivitas, letargi dan gangguan tidur.
Menurut Potter & Perry (2005), usia,jenis kelamin, budaya, makna nyeri,perhatian, kecemasan, keletihan danpengalaman sebelumnya dapatmempengaruhi respon dan persepsi nyeri.Penelitian yang dilakukan Bukit (2011)menunjukkan bahwa ada hubungan yangsignifikan antara kualitas tidur denganintensitas nyeri pada penderita nyeripunggung bawah yang menggunakan ujigamma dengan ρ -value (0,006).
Gangguan tidur adalah simptom yangpaling sering dilaporkan pada pasien CHFdan dirasakan oleh 75% penderitanya. Faktoryang berhubungan dengan gangguan tidurpada kelompok ini multidimensional sepertikarakteristik demografi (jenis kelamin,umur), perjalanan penyakit CHF, beberapamasalah kesehatan (nyeri, depresi), simptomdari CHF , medikasi, stress dan kecemasan(Nancy & Kathy, 2012).Pasien dengan CHFjuga sering merasa cemas, ketakutan dandepresi.Hampir semua pasien menyadaribahwa jantung adalah organ yang pentingdan ketika jantung mulai rusak makakesehatan juga terancam. Ketika penyakitmeningkat dan manifestasinya memburuk,terjadi stres (ketegangan) sampai mengalamikecemasan yang berat dan hal ini apabiladibiarkan akan mengganggu status mentalseseorang (Hidayat, 2007).
Penelitian yang dilakukan Komalasari(2011) menunnjukkan bahwa ada hubungan
antara tingkat kecemasan dengan kualitastidur pada ibu hamil dengan ρ-value (0,016)dengan hasil analisis menunjukkan bahwa63% menunjukkan tingkat kecemasan normaldan 72% menunjukkan kualitas tidur yangburuk. Tidur merupakan salah satukebutuhan dasar manusia. Mencapai kualitastidur yang baik penting bagi kesehatan, samahalnya dengan sembuh dari penyakit. Pasienyang sedang sakit sering kali membutuhkantidur dan istrahat yang lebih banyak dari padapasien yang sehat dan biasanya penyakitmencegah beberapa pasien untukmendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat(Potter & Perry, 2010).
Seseorang biasanya melewati empatsampai lima siklus tidur lengkap dalam satumalam, masing-masing terdiri dari empattahap tidur Non Rapid Eye Movement(NREM) dan periode tidur Rapid EyeMovement (REM). Setiap siklus berlangsungsekitar 90-100 menit. Pola siklus biasanyaberkembang dari tahap 1 sampai tahap 4NREM, diikuti oleh pembalikan dari tahap 4-3 sampai 2, dan berakhir dengan periodetidur REM sekitar 90 menit dalam siklustidur. 75% - 80% dari tidur dihabiskan dalamtidur NREM (Potter & Perry, 2010).
Tidur yang tidak adekuat dan kualitastidur buruk dapat mengakibatkan gangguankeseimbangan fisiologi danpsikologi.Dampak fisiologi meliputipenurunan aktivitas sehari-hari, rasa lelah,lemah, daya tahan tubuh menurun danketidakstabilan tanda-tanda vital.Dampakpsikologis meliputi depresi, cemas dan tidakkonsentrasi (Potter & Perry, 2010).Kualitastidur yang buruk mengakibatkan prosesperbaikan kondisi pasien akan semakin lamasehingga akan memperpanjang masaperawatan di rumah sakit. Lamanyaperawatan ini akan menambah beban biayayang ditanggung pasien menjadi lebih tinggidan kemungkinan akan menimbulkan responhospitalisasi bagi pasien.
Studi pendahuluan yang dilakukanpeneliti pada Februari 2015 terhadap 6 pasienCHF di ruang rawat inap Flamboyan RSUDArifin Achmad (AA) ditemukan bahwa 3dari 6 pasien mengatakan terjaga saat tidurdikarenakan nyeri dada, 4 dari 6 pasienmengatakan terjaga karena lingkungan yang
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1096
kurang nyaman seperti suhu yang terlalupanas atau dingin, kebisingan yang berasaldari pasien lainnya atau dari aktivitasperawat dan 2 dari 6 pasien mengatakangelisah dan cemas karena memikirkanpenyakitnya.
TUJUAN PENELITIANTujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungandengan kualitas tidur pada pasien CHF yangdirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
MANFAAT PENELITIANManfaat dari penelitian ini adalah
dapat menjadi bahan masukan bagi institusiRumah sakit dalam meningkatkan pelayanankesehatan untuk menciptakan kepuasaan dankenyamanan bagi pasien yang dirawat inapkhususnya dalam meningkatkan kualitastidur pasien CHF, dan tambahan informasibagi pasien CHF untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur dandapat dijadikan sebagai evidence based untukpenelitian selanjutnya terkait kualitas tidurdan CHF.
METODOLOGI PENELITIANDesain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasidengan pendekatan cross-sectional.Jumlahsampel yang digunakan dalam penelitian iniadalah 32pasien CHF dengan menggunakanmetode pengambilan sampel yaitu purposivesampling.
Instrumen yang digunakan penelitiuntuk mengukur kualitas tidur menggunakaninstrument Pittsburgh Sleep QualityIndex(PSQI), untuk mengukur nyerimenggunakan Numeric Rating Scale (NRS),untuk mengukur kecemasan menggunakanHamilton Anxiety Rating Scale (HARS), danmelakukan observasi untuk melihatkelebihan cairan pada responden.Analisabivariat menggunakan uji chi-square dankolmogorov-smirnov.
HASIL PENELITIANHasil penelitian didapatkan sebagai
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwamayoritas responden berusia 45-60 tahunyaitu 14 responden (43,7%), berjenis kelaminperempuan yaitu 17responden (53,1%). Dari32 orang responden yang diteliti, mayoritasresponden tidak bekerja, yaitu sebanyak19responden (59,4%). Mayoritas respondenmempunyai riwayat rawat inap 1 kali, yaitusebanyak 10 orang (31,2%).
Tabel 2Distribusi Responden Berdasarkan kualitastidur(n=32)
No Kualitas tidur Jumlah Persentase1 Baik 12 37,52 Tidak baik 20 62,5
Total 32 100
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1097
Pada tabel 2didapatkan data bahwasebagian besar responden memiliki kualitastidur tidak baik yaitu 20 responden (62,5%).
Tabel 3Distribusi Responden Berdasarkan tingkatnyeri (n=32)
No Tingkat nyeri Jumlah Persentase1 Nyeri ringan 8 25,02 Nyeri sedang 12 37,53 Nyeri berat 10 31,24 Nyeri sangat berat 2 6,3
Total 32 100
Pada tabel 3didapatkan data bahwatingkat nyeri pada responden terbanyak yaitunyeri sedang, berjumlah 12 responden(37,5%).
Tabel 4Distribusi Responden Berdasarkan Tingkatkecemasan
No Tingkat kecemasan Jumlah Persentase1 Tidak ada kecemasan 13 28,32345
Berdasarkan tabel 5 didapatkan databahwa sebagian besar responden mengalamiParoxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) yaitusebanyak 18 responden (56,3%).Tabel 6Distribusi Responden Berdasarkan kelebihancairan
No Edema Jumlah Persentase12
Tidak edemaEdema derajat 1
263
81,29,4
3 Edema derajat 2 3 9,4Total 32 100
Berdasarkan tabel 5 didapatkan databahwa sebagian besar responden tidak edemayaitu sebanyak 26 responden (81,3%).
Tabel 7Hubungan tingkat nyeri dengan kualitastidur responden
NoTingkat nyeri
Kualitas tidurTotal
P-value
Baik Tidak baik
n % n % n %1 Ringan 4 12,5 4 12,5 8 25,0
0,925
234
SedangBeratSangatberat
521
15,66,33,1
781
21,925,03,1
12102
37,531,36,3
Total 3 6,5 43 93,5 46 100
Tabel 7menggambarkan hubunganantara tingkat nyeri dengan kualitas tidurpasien CHF.Hasil analisis hubungan tingkatnyeri dengan kualitas tidur pasien CHFdiperoleh bahwa responden mengalami nyeridan memiliki kualitas tidur baik yaitu 5 orang(15,6%), responden yang mengalami nyerisedang kualitas tidur tidak baik yaitu 7responden (21,9%). BerdasarkanujiKolmogorov-smirnov diperolehρvalue=0,925 >α (0,05), berarti Ho gagal ditolak,maka dapat disimpulkan bahwa tidak adahubungan antara tingkat nyeri dengankualitas tidur pasien CHF.
Tabel 8Hubungan kecemasan dengan kualitas tidurresponden
No
Kecemasan
Kualitas tidurTotal
p-value
Baik Tidak baik
n % n % n %1 Tidak
ada10 31,3 3 9,4 13 40,6
15,631,39,43,1
0,0012
345
RinganSedangBeratPanik
2000
6,30,00,00,0
31031
9,431,39,43,1
51031
Total 12 37,5 20 62,5 32 100
Tabel 8 menggambarkan hubunganantara kecemasan dengan kualitas tidurpasien CHF.Hasil analisis hubungankecemasan dengan kualitas tidur pasien CHFdiperoleh bahwa responden tidak mengalamikecemasan dan memiliki kualitas tidur baikyaitu 10 orang (31,3%), responden yang
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1098
tidak mengalami kecemasan memilikikualitas tidur tidak baik yaitu 3 responden(9,4%). Berdasarkan ujiKolmogorov-smirnovdiperolehρvalue= 0,001<α (0,05), berarti Hogagal ditolak, maka dapat disimpulkanbahwa ada hubungan antara kecemasandengan kualitas tidur pasien CHF.
Tabel 9Hubungan pernapasan (ParoxysmalNocturnal Dyspnea) dengan kualitas tidurresponden
No
PND Kualitas tidurTotal
p-value
Baik Tidak baik
n % n % n %1 Ya 3 9,4 15 46,9 18 56,3
0,008
2 Tidak 9 28,1 5 15,6 14 43,8
Total 12 37,5 20 62,5 32 100
Tabel 9 menggambarkan hubunganantara PND dengan kualitas tidur pasienCHF.Hasil analisis hubungan PND dengankualitas tidur pasien CHF diperoleh bahwaresponden mengalami PND dan memilikikualitas tidur baik yaitu 3 orang (9,4%),responden yang mengalami PND danmemiliki kualitas tidur tidak baik yaitu 18responden (46,9%). Berdasarkan uji Chi-square diperoleh ρ value= 0,008<α (0,05),berarti Ho ditolak, maka dapat disimpulkanbahwa ada hubungan antara tingkat nyeridengan kualitas tidur pasien CHF.Tabel 10Hubungan kelebihan cairan dengan kualitastidur responden
No Edema
Kualitas tidurTotal
p-valueBaik Tidak baik
n % n % n %1 Tidak
edema11 34,4 15 46,9 26 81,3
0,9852
3
Derajat1Derajat2
0
1
0,0
3,1
3
2
9,4
6,3
3
3
9,4
9,4
Total 12 37,5 20 62,5 32 100
Tabel 10 menggambarkan hubunganantara kelebihan cairan dengan kualitas tidurpasien CHF.Hasil analisis hubungankelebihan cairan dengan kualitas tidur pasienCHF diperoleh bahwa responden tidakmengalami edema dan memiliki kualitastidur baik yaitu 11 orang (34,4%), responden
yang tidak mengalami edema dan memilikikualitas tidur tidak baik yaitu 26 responden(81,3%). Berdasarkan ujiKolmogorov-smirnov diperoleh ρ value= 0,985>α (0,05),berarti Ho gagal ditolak, maka dapatdisimpulkan bahwa tidak ada hubunganantara kelebihan cairan dengan kualitas tidurpasien CHF.
PEMBAHASANHasil penelitian ini didapatkan bahwa
mayoritas responden berusia 45-60 tahunyaitu sebanyak 14 responden(43,8%).Hal inisesuai dengan hasil penelitian Nurhayati(2009), yang meneliti tentang gambaranfaktor resiko pada pasien penyakit gagaljantung kongestif didapatkan hasil bahwapasien yang rentan terkena penyakit jantungberada pada rentang usia antara 40-59 tahun(50%).
Usia mempengaruhi angka kejadianCHF hal ini dikarenakan pada usia tua fungsijantung sudah mengalami penurunan danterjadi perubahan-perubahan pada sistemkardiovaskular seperti penyempitan arterioleh plak, dinding jantung menebal, danruang bilik jantung mengecil (Kusuma,2007). Beberapa penyebab terjadinya CHFpada usia tua adalah hipertensi yang memacujantung untuk bekerja lebih giat bahkanmelebihi kapasitas kerjanya, penyakit jantungkoroner, dan diabetes.
Hasil penelitian didapatkan bahwamayoritas responden berjenis kelaminperempuan yaitu sebanyak 17 responden(53,1%). Hasil penelitian ini sesuai denganpenelitian Nurhayati (2009) tentanggambaran faktor resiko pada pasien penyakitgagal jantung kongestif didapatkan hasilyang sama bahwa mayoritas respondenberjenis kelamin perempuan (53,3%).Menurut American Heart Association (2015),kejadian penyakit kardiovaskular didominasipada jenis kelamin perempuan. Pada tahun2011 terdapat 33.700 kematian pada wanitakarena CHF (57,8%).
Responden yang berjenis kelaminperempuan pada penelitan ini sebagian besarberusia >45 tahun dimana sebagian besarsudah mengalami menopause. Pada saatmenopause terjadi penurunan kadaresterogen juga penurunan HDL (High
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1099
Density Lipoprotein) dan peningkatan LDL(Low Density Lipoprotein), trigliserida, dankolesterol total yang meningkatkan resikopenyakit jantung koroner (Kasdu,2004).Tidak hanya karena masalah fisiologisseperti menopause saja, dari segi psikologiswanita juga lebih mudah terserang penyakitdibandingkan laki-laki. Hal ini terdapatdalam hasil penelitian Putra (2003) tentangpengaruh pemberian Cognitive Supportterhadap koping pada pasien CHF di RSU dr.Soetomo Surabaya yaitu perempuan(khususnya melankolis) mempunyai kopingyang maladaptif sehingga lebih rentanterkena penyakit.
Penelitian ini mendapatkan bahwamayoritas responden tidak bekerja yaitusebanyak 19 responden (59,4%). Hasil yangsama juga didapatkan dari penelitian Vani(2011) yang menunjukkan bahwa sebagianbesar penderita CHF di RS WahidinSudirohusodo dan RS Stella Maris Makasarsudah tidak bekerja atau pensiunan yaitusebesar 35%.
Pekerjaan memiliki peran yang sangatpenting dalam memenuhi kebutuhan hidupmanusia, terutama kebutuhan hidup sosialdan psikologis (Embi, 2008). Seseorang yangtidak bekerja cenderung memilikiperekonomian yang tidak stabil sehinggamemicu kecemasan dan stress dalamkeluarga. Menurut McPhee & Ganong(2010), CHF merupakan sindrom dengangejala unik yang biasanya diikuti denganintoleransi aktivitas, retensi cairan dan upayauntuk bernapas normal. Ketidakmampuanjantung memasok darah dalam jumlahmemadai ke otot-otot rangka menyebabkanpasien CHF cepat merasa lelah.Aktifitas fisikyang cukup dapat meringankan gejala CHF,tetapi aktifitas yang berlebihan dapatmemperburuk kondisi penderita CHF (Vani,2011).
Penelitian ini menunjukkan beberaparesponden berhenti bekerja karena simptomyang dirasakan menganggu responden dalambekerja secara normal.Hal ini berdampakpada perekonomian keluarga dan dapatmenganggu interaksi sosial pasien denganorang disekitarnya akibat CHF yang dapatmembatasi aktifitas fisik yang ingindilakukan responden.Sebagian besar
responden yang berjenis kelamin perempuanjuga merupakan ibu rumah tangga.
Berdasarkan riwayat rawat inap,didapatkan bahwa mayoritas respondenmempunyai riwayat rawat inap adalah 1 kaliyaitu sebanyak 10 responden (31,3%).Frekuensi masuk rumah sakit yang lebih darisatu kali atau dua kali pada beberaparesponden disebabkan oleh seranganberulang dari CHF dan riwayat penyakitlainnya seperti gastritis.
CHF merupakan penyakit yangmemerlukan perawatan ulang dirumah sakit.Dari hasil pencatatan dan pelaporan SistemInformasi Rumah Sakit (SIRS) menyatakanbahwa Case Fatality Rate (CFR) tertinggiterjadi pada gagal jantung yaitu sebesar13,4% (Riskesdas, 2007). Pentingnyaperawatan dan pengobatan yang optimaldirumah dapat mengurangi resikokekambuhan serangan CHF.Kebanyakanpasien yang mengalami kekambuhan CHFterjadi karena pasien tidak memenuhi terapipengobatan dengan tepat, melanggarpembatasan diet, tidak mematuhi tindaklanjut medis, melakukan aktivitas berlebihandan tidak dapat mengenali gejalakekambuhan (Smeltzer & Bare, 2002).
Penelitian ini didapatkan bahwa dari32 responden, sebagian besar respondenmemiliki kualitas tidur yang tidak baik yaitusebanyak 20 responden (62,5 %). Kualitastidur responden yang tidak baik disebabkanoleh beberapa alasan, seperti sesak napasyang dirasakan saat berbaring, nyeri dada,lingkungan yang tidak nyaman, dankecemasan.Kualitas tidur yang tidak baik iniditandai dengan lamanya waktu untuktertidur, beberapa kali terbangun ditengahmalam bahkan ada laporan responden yangmenyatakan tidak tidur selama satu malam.
Kualitas tidur merupakan kemampuanindividu untuk tetap tertidur danmendapatkan jumlah tidur REM dan NREMyang tepat.Memperoleh kualitas tidur terbaikadalah penting untuk peningkatan kesehatanyang baik dan pemulihan individu yangsakit.Klien yang sakit sering kalimembutuhkan lebih banyak tidur danistirahat dari pada klien yang sehat (Potter &Perry, 2005).Gangguan-gangguan tidurmemberikan pengaruh terhadap kualitas tidur
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1100
dan terdapat banyak hal yang menyebabkanseseorang tidak dapat mempertahankantidurnya sehingga sering terbangun.
Faktor-faktor yang mempengaruhitidur seperti lingkungan, penyakit, gayahidup, stres, stimulan dan alkohol, nutrisi,merokok, motivasi dan pengobatan dapatmenjadi penyebab munculnya masalah tidur(Kozier, 2004). Faktor yang mempengaruhitidur pada CHF diantaranya nyeri,kecemasan, lingkungan, kelebihan cairan,pengobatan, nokturia, dan ParoxysmalNocturnal Dyspnea (Reddeker, 2012).
Penelitian yang dilakukan Triyanta(2013), tentang hubungan kualitas tidurdengan denyut jantung dilihat dari gambaranEKG pada pasien infark miokard didapatkanhasil sebagian besar responden mempunyaikualitas tidur yang buruk. Hasil penelitian inisama dengan hasil penelitian yang dilakukanpeneliti yang mendapatkan hasil sebagianbesar responden mempunyai kualitas tiduryang tidak baik.
Tidur yang tidak adekuat dan kualitastidur yang tidak baik dapat mengakibatkangangguan keseimbangan fisiologi danpsikologis. Dampak fisiologi meliputipenurunan aktifitas sehari-hari, rasa lelah,lemah, proses penyembuhan lambat, dayatahan tubuh menurun dan ketidakseimbangantanda-tanda vital. Sedangkan dampakpsikologis meliputi depresi, cemas dan tidakkonsentrasi (Bukit,2011).
Penelitian yang dilakukan terhadap 32responden didapatkansebanyak 12 respondenmengalami nyeri sedang (37,5%).Karakteristik nyeri yang dilaporkanresponden pada penelitian ini berbeda-bedaseperti rasa ditusuk-tusuk, nyeri hanyamuncul ketika merasakan sesak, dan nyeriseperti dihimpit sesuatu yang berat.Penelitian Kumalasari (2013) tentang angkakematian pasien gagal jantung kongestif diHCU dan ICU RSUP dr. Kariadi Semarangdidapatkan hasil indikasi masuknya pasiendisebabkan oleh nyeri dada sebanyak 8responden (18,2%).
Perawat perlu memberikan perhatiankhusus pada simptom penyakit pasien sepertinyeri yang dapat menganggu tidurpasien.Rasa nyeri dada yang timbul padaCHF adalah akibat iskemia (angina
pektoris).Nyeri penyakit jantung menyebarke lengan atau pergelangan tangan, rahangdan gigi (McGlynn, 2005).
Penanganan rasa nyeri harusdilakukan secepat mungkin untuk mencegahaktivasi saraf simpatis, karena akanmenyebabkan takikardi, vasokontriksi, danpeningkatan tekanan darah yang pada tahapselanjutnya dapat memperberat bebanjantung. Penanganan nyeri bisa dilakukansecara farmakologis yaitu dengan pemberianobat-obatan analgesik dan penenang, dan nonfarmakologis yaitu melalui distraksi,relaksasi dan stimulasi kulit kompres hangatatau dingin, latihan nafas dalam, danmanajemen lingkungan (Muttaqin,2008).Penanganan nyeri non farmakologisyang dilakukan responden pada penelitian inidiantara relaksasi, musik dan mencobamenciptakan suasana yang nyaman untukberistirahat.
Berdasarkan kecemasan didapatkanbahwa dari 32 responden, sebagian besarresponden tidak mengalami kecemasan yaitusebanyak 13 responden (40,6 %). Riwayatrawat inap pertama kali dengan CHFmempengaruhi kecemasan karena kerusakanorgan jantung belum terlalu parah.Seranganyang berulang dari CHF juga memberikanpengalaman serta koping yang baik bagipasien CHF.Perilaku koping diperlukandalam menghadapi kecemasan. MenurutIhdaniyati (2008), responden yangmengalami kecemasan ringan dan sedangmelakukan koping yang adaptif dikarenakanmereka dapat mengendalikan perasaan cemasyang muncul.
Kecemasan yang dialami respondensetelah dirawat berbeda ketika repondenmengalami serangan pertamakali.Kecemasan yang dialami respondenmempunyai beberapa alasan yaitu cemasakibat penyakitnya, cemas memikirkananggota keluarga yang ditinggalkan dirumahdan cemas dengan biaya pengobatan yangmenyebabkan gelisah dan tidak tenangsehingga istirahat respondenterganggu.Dukungan dari keluarga dapatmembantu mekanisme koping individudengan memberikan dukungan emosi saran-saran yang positif.Melakukan pendekatanreligius sesuai dengan keyakinan masing-
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1101
masing dapat memberikan ketenangan danmembantu pasien mengendalikankecemasannya (Ihdaniyati, 2008).
Kecemasan meningkatkan kadarnorepinefrin dalam darah melalui systemsaraf simpatis, perubahan kimia inimenyebabkan kurangnya waktu tidur tahapIV NREM dan tidur REM serta lebih banyakperubahan dalam tahap tidur lain dan lebihsering terbangun (Kozier, 2010). Ihdaniyati(2008) meneliti tentang hubungan tingkatkecemasan dengan mekanisme koping padapasien gagal jantung kongestif di RSUPandan Arang Boyolali mendapatkan hasilbahwa sebagian responden memiliki tingkatkecemasan sedang sebanyak 20 responden(66,7 %).
Penelitian ini menunjukkan bahwadari 32 responden, sebagian besar respondenmengalami Paroxysmal NocturnalDyspnea(PND) yaitu sebanyak 18 responden(56,3 %). Kejadian PND dialami respondensetelah beberapa jam tertidur. PND dapatterjadi 1-2 kali dalam satu malam sehinggapasien yang baru mulai terlelap dapatterbangun lagi yang mengakibatkangangguan kualitas tidur NREM.
Penelitian yang dilakukan Ekundayo(2009) tentang value of orthopnea,paroxysmal nocturnal dyspnea andmedications in prospective studies of incidentheart failure menunjukkan bahwa ortopnealebih banyak dilaporkan daripada PND.PNDpaling sering disebabkan oleh edema paruakibat gagal jantung kongestif.Serangansering disertai batuk, perasaan sesak napas,keringat dingin, dan takikardia dengan iramagallop.Upaya-upaya yang dapat dilakukanpasien CHF untuk mengurangi sesak akibatPND salah satunya adalah pengaturan posisiyang baik dan benar.Posisi yang dapatmengurangi PND yaitu dengan meninggikanbagian kepala menggunakan bantal atauposisi tempat tidur 30° atau 45° (Mosby,2009).
Hasil penelitian didapatkan bahwadari 32 responden, sebagian besar respondentidak mengalami edema yaitu sebanyak 26responden (81,3%). Penelitian yangdilakukan Watson (2000), tentang ABC ofheart failure clinical features andcomplications mendapatkan bahwa 23%
pasien CHF mengalami edema dan 77%tidak mengalami edema. Hal ini sesuaidengan penelitian yang dilakukan penelitibahwa sebagian besar responden tidakmengalami edema.Kelebihan cairan adalahkeluhan yang sering dilaporkan pasien saatdirawat dirumah sakit.Penatalaksanaankelebihan cairan dapat dilakukan dengandiuretik.Manajemen cairan merupakanstrategi yang penting dalam pengobatanuntuk pasien CHF.Data yang didapat daricatatan rekam medik responden, didapatkansebagian besar responden telah diberikanterapi diuretik untuk mengurangi kelebihancairan.
Istilah edemaberarti perluasan ataupengumpulan volume cairan interstisial.Keadaan ini dapat setempat atau umum,tergantung dasar etiologinya.Edema biasanyadikatakan sebagai akumulasi kelebihancairan dalam kulit. Namun cairan ini dapatpindah ketempat lain, seperti menjadi asites,efusi pleura, efusi perikardial, dan edemaparu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwatidak ada hubungan antara tingkat nyeridengan kualitas tidur pasien CHF ρ value =0,925 < α (0,05). Tingkat nyeri yang dialamiresponden pada saat masuk rumah sakit lebihtinggi dibandingkan dengan tingkat nyeripada saat beberapa hari setelahdirawat.Berkurangnya nyeri yang dialamiresponden dapat dipengaruhi olehpenanganan nyeri baik secara farmakologismaupun nonfarmakologis.Setelahmendapatkan terapi untuk mengurangi nyeriresponden dapat beristirahat lebih nyamandan mendapatkan kesempatan untukmemperoleh kualitas tidur yang baik.
Penelitian yang dilakukan Silvanasari(2012), tentang faktor-faktor yangberhubungan dengan kualitas tidur yangburuk pada lansia didapatkan hasil adaperbedaan rata-rata kualitas tidur lansia yangsakit dengan lansia yang tidak sakit.Sebagianbesar lansia yang sakit mengeluhkanperasaan ketidaknyamanan dan nyeri akibatpenyakit yang dialami.Jenis-jenis penyakityang dilaporkan lansia adalah hipertensi,asma, diabetes melitus, dan penyakitjantung.Hal ini sesuai dengan teori Potter &Perry (2005) yang menyatakan bahwa
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1102
penyakit asma, hipertensi, dan penyakitjantung dan dapat mengganggu tidur.
Menurut Reddeker (2012), salah satufaktor yang mempengaruhi kualitas tiduradalah nyeri. Penyakit fisik yang dideritaseseorang dapat menyebabkan gangguantidur.Kekurangan tidur dapat menyebabkankurangnya konsentrasi dan mudah marah.
Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa ada hubungan antara kecemasandengan kualitas tidur pasien CHF ρ value =0,001 < α.(0,05). Kecemasan tentangmasalah pribadi atau situasi dapatmenggangu tidur.Kecemasan menyebabkanseseorang menjadi tegang dan seringkalimengarah frustasi apabila tidak tidur (Potter& Perry, 2005).
Tsaqofah (2013) dalam penelitiannyatentang hubungan tingkat kecemasan dengankualitas tidur pada penderita asma bronkialberusia lanjut di BKPM Semarangmendapatkan hasil penelitian bahwa adahubungan antara tingkat kecemasan dengankualitas tidur. Kecemasan yang dialamiresponden terjadi karena proses penyakit,ketakutan tidak sembuh, penurunan aktifitassehari-hari, dan memikirkan keluarga yangditinggalkan dirumah.
Penelitian Tsaqofah (2013)mempunyai variabel penelitian yang berbedadengan penelitian yang dilakukan peneliti,namun peneliti berasumsi bahwa asmabronkial menyerang organ vital pada manusiayaitu paru-paru begitu juga dengan CHFyang menyerang jantung.Penelitimenemukan bahwa sebagian besar respondenmenyatakan sering terbangun pada malamhari dan sulit untuk memulai tidur.Pasienmenyadarai bahwa kesehatannya terancamkarena jantung adalah organ yang penting.
Kecemasan yang dialami pasien CHFdikarenakan beberapa alasan diantara cemasakibat penyakit yang dialaminya, cemas akangejala penyakitnya, dan cemas memikirkananggota keluarga yang ditinggalkan dirumah.Hal ini sesuai dengan penelitian yangdilakukan Ihdaniyati (2008) yangmenyatakan kecemasan yang dialami pasienCHF mempunyai beberapa alasandiantaranya cemas akibat sesak nafas, cemasakan kondisi penyakitnya, cemas jika
penyakitnya tidak dapat sembuh dan cemasakan kematian.
Berdasarkan kejadian PNDdidapatkan hasil bahwa ada hubungan antaraPND dengan kualitas tidur pasien CHF ρvalue = 0,008 < α (0,05). ParoxysmalNocturnal Dyspnea(PND) disebabkan olehperpindahan cairan dari jaringan kedalamkompartemen intravaskular sebagai akibatdari posisi terlentang.PND terjadi dimalamhari yang mengakibatkan pasien terbangun ditengah malam karena mengalami napas yangpendek dan hebat.Hal ini sesuai denganpenelitian yang dilakukan Melanie (2011)tentang analisis pengaruh sudut posisi tidurterhadap kualitas tidur dan tanda vital padapasien gagal jantung di ruang rawat intensifdidapatkan hasil bahwa ada pengaruh antarasudut posisi tidur terhadap kualitas tidurpasien gagal jantung.
Kejadian PND yang dialami pasienCHF terjadi setelah beberapa jam tertidur.PND muncul diatas pukul 00.00 yangberlangsung sekitar 10-20 menit.Upaya yangdilakukan untuk mengurangi sesak adalahmeninggikan posisi kepala atau duduk diatastempat tidur atau tidur dengan posisisemifowler. Kondisi ini akan menyebabkanasupan oksigen membaik sehingga prosesrespirasi kembali normal dan menghasilkankualitas tidur yang lebih baik (Melanie,2011). Terbangunnya pasien CHF setelahbeberapa jam tertidur mengakibatkangangguan tidur pada tahap 3 dan 4 NREMyang merupakan tahap tidur dalamseseorang.
Berdasarkan kelebihan cairandidapatkan hasil bahwa tidak ada hubunganantara kelebihan cairan dengan kualitas tidurpasien CHF ρ value = 0,985 > α (0,05).Menurut Reddeker (2012) salah satu faktoryang mempengaruhi kualitas tidur pasienCHF adalah kelebihan cairan.Namun penelitimenemukan sebagian besar pasien CHF tidakmengalami edema pada saat penyebarankuesioner yaitu pada hari rawat ketiga.Upayayang telah dilakukan pasien CHF untukmengurangi edema diantaranya meninggikanbagian kaki untuk melawan arah gravitasi.
Edema terjadi apabila tekananhidrostatik intravaskuler meningkat, tekananosmotik koloid plasma menurun dan
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1103
gangguan aliran limfe.Meningkatnya tekananhidrostatik cenderung memaksa cairan masukke dalam ruang interstisial (Asmadi,2008).Penatalaksanaan yang dapat dilakukanuntuk mengatasi edema diantaranya terapidiuretik, vasodilator, terapi oksigen, dietrendah garam dan pembatasan aktifitas fisik.
Terapi yang digunakan untukmengurangi edema menimbulkan efek seringberkemih. Apabila efek terjadi pada jam tidurdimalam hari, maka akan mengganggu tidurpasien. Penelitian yang dilakukan Rahmawan(2014) tentang hubungan stress psikologi danobat-obatan dengan kualitas tidur pada pasienkritis mendapatkan hasil sebagian besarpasien menggunakan obat yang dapatmengganggu kualitas tidur (84,6%). Adapunbeberapa obat yang menimbulkan efeksamping yang mempengaruhi kualitas tidurseseorang diantaranya golongan diuretik,penyekat beta, anti depresan, dan stimulan(Potter & Perry, 2006).
PENUTUPKESIMPULAN
Hasil uji statistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidurpasien CHF yang dirawat diruang rawat inapFlamboyan RSUD Arifin AchmadPekanbaru, pada faktor tingkat nyeridiperoleh ρvalue 0,925 > α (0,05), sehinggadidapatkan kesimpulan tidak ada hubunganantara tingkat nyeri dengan kualitas tidurresponden. Hasil uji statistik terhadap faktorkecemasan diperoleh ρvalue 0,001 < α (0,05),sehingga didapatkan kesimpulan adahubungan antara kecemasan dengan kualitastidur responden. Hasil uji statistik terhadapfaktor pernapasan (PND) diperoleh ρvalue0,008 < α (0,05), sehingga didapatkankesimpulan ada hubungan antara pernpasan(PND) dengan kualitas tidur responden. Hasiluji statistik terhadap faktor kelebihan cairandiperoleh ρ value 0,985 > α (0,05), sehinggadidapatkan kesimpulan tidak ada hubunganantara kelebihan cairan dengan kualitas tidurresponden.
SARANInstitusi Rumah sakit diharapkan
lebih meningkatkan lagi pelayanan kesehatankhususnya perawat untuk pelayanan serta
kebutuhan pasien dan dapat melakukanpeningkatan fasilitas yang ada dirumah sakitseperti tempat tidur yang berstandar SNIyaitu tempat tidur baja beroda denganpengaturan posisi, memperhatikan jumlahpasien dalam satu ruangan dan pembatasanpengunjung. Pasien CHF diharapkanmendapat tambahan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur danupaya-upaya yang dapat dilakukan untukmendapatkan kualitas tidur yang baik.Hasilpenelitian ini diharapkan menjadi sumberinformasi untuk ilmu keperawatan dan dapatdikembangkan lagi oleh peneliti selanjutnya.
1Fachrunnisa: Mahasiswa Program StudiIlmu Keperawatan Universitas Riau,Indonesia.2Ns. Sofiana Nurchayati, M.Kep: DosenBidang Keilmuan Keperawatan MedikalBedah Program Studi Ilmu KeperawatanUniversitas Riau, Indonesia.3Ns. Arneliwati, M.Kep. : Dosen BidangKeilmuan Keperawatan Komunitas ProgramStudi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,Indonesia.____________________________________DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association.(2015). Statisticfact sheet 2015 update women &cardiovascular disease.Diperoleh padatanggal 24 Juni 2015 darihttp://ahajournal.org.com.
Asmadi, (2008).Teknik proseduralkeperawatan: Konsep dan aplikasikebutuhan dasar klien. Jakarta :Salemba Medika.
Brashers, V. L. (2008).Aplikasi klinispatofisiologi pemeriksaan &manajemen edisi 2.Jakarta: EGC..
Bukit, S. T. (2011). Hubungan kualitas tidurdengan intensitas nyeri pada penderitanyeri punggung bawah dan nyerikepala primer.Tesis. FK UniversitasSumatera Utara. Medan. Diperolehtanggal 25 Desember 2014 darihttp://respiratory.usu.ac.id/handle/123456789/29432.
Ekundayo, J. O. (2009). Value of orthopnea,Paroxysmal Nocturnal Dyspnea, and
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1104
medications in prospective populationstudies of incident heart failure.University of Albama: NIH PublicAccess.
Embi, A. M. (2008). Cabaran duniapekerjaan. Kuala Lumpur: PRIN_ADSDN.
Ihdaniyati, A. I. (2008). Hubungan tingkatkecemasan dengan mekanisme kopingpada pasien gagal jantung kongestif diRSU Pandan Arang Boyolali.Diperolehpada tangal 18 Juni 2015 darihttp://publikasiilmiah.ums.ac.id/.
Irnizarifka.(2011). Buku saku jantungdasar.Bogor: Ghalia Indonesia.
Kasdu. (2004). Kiat sehat & bahagia di usiamenopause.Jakarta: Puspaswara.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder,S. J. (2010). Buku ajar fundamentalkeperawatan konsep, proses, & praktikedisi 7 volume 2. Jakarta: EGC.
Komalasari, Dewi. (2011). Hubungan antaratingkat kecemasan dengan kualitastidur pada ibu hamil trimester III dipuskesmas Jatinangor KabupatenSumedang.Diperoleh tanggal 12Januari 2015 darihttp://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/727.
Kumalasari, E. Y. (2013). Angka kematianpasien gagal jantung kongestif di HCUdan ICU RSUP Dr. KariadiSemarang.Diperoleh tanggal 01 Juli2015 darihttp://eprints.undip.ac.id/43854/1/Etha_Yosy_K_Lap.KTI_BAB_0.pdf.
Kusuma, D. (2007). Olahraga untuk orangsehat dan penderita penyakitjantung.Jakarta: Universitas Indonesia.
Marwiati.(2005). Hubungan tingkatkecemasan dengan strategi kopingpada keluarga dengan anggotakeluarga yang dirawat dengan penyakitjantung di RSUD Ambarawa2005.Jurnal kesehatan Surya MedikaYogyakarta: Yogyakarta.
McGlynn, T. J. (2005). Adams diagnosis fisikedisi 17. Jakarta: EGC.
McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2010).Patofisiologi penyakit: Pengantarmenuju kedokteran klinis. Jakarta:EGC.
Melanie, R. (2011). Analisis pengaruh sudutposisi tidur terhadap kualitas tidurdan tanda-tanda vital pada pasiengagal jantung di ruang rawat intensifRSUP. Dr, Hasan Sadikin Bandung.Stikes Jenderal A. Yani Cimahi.Diperoleh pada tanggal 20 Juni 2015darihttp://stikesayani.ac.id/publikasi/e-journal/files/2012/201208-008.pdf.
Mosby's Medical Dictionary.(2009).Anticipatory Guidance 8th
edition.Elsevier.Muttaqin, A. (2008). Pengantar asuhan
keperawatan klien dengan gangguansistem persarafan. Jakarta: SalembaMedika.
Nancy & Kathy.(2012). Sleep disorder inpatients with heartfailure.Jurnal.Millikin University.Diperoleh tanggal 07 Januari 2014 darihttp://www.aahfn.org/index.php/online_courses_test1/count_track?id=3.
Nurhayati, E. (2009). Gambaram faktorresiko pada pasien penyakit gagaljantung kongestif di ruang X.A RSUPDr. Hasan Sadikin Bandung: JurnalKesehatan Kartika.
Putra. (2003). Pengaruh pemberianCognitive Support terhadap kopingpada pasien Congestive Heart Failuredi RSU Dr. Soetomo Surabaya.Diperoleh pada tanggal 25 Juni 2015darihttp://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005).Keperawatan dasar: konsep, proses,dan praktik edisi 4. Jakarta: SalembaMedika.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Bukuajar fundamental:konsep, proses, danpraktik edisi 4. Jakarta: SalembaMedika.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010).Fundamental Keperawatan Ed. 7.Jakarta: Salemba Medika.
Rahmawan.(2014). Hubungan obat-obatandengan kualitas tidur pasien kritisdiruang rawat intensif RSUD TugurejoSemarang.Diperoleh pada tanggal 01Juli 2015 di
Redeker, N. S. (2012). Nocturia, sleep anddaytime function in stable heartfailure.Jurnal.Yale University Schoolof Nursing. New Haven.
Rekam Medis RSUD Arifin Ahmad.(2014).Prevalensi pasien dengan gangguansistem kardiovaskular di RSUD ArifinAhmad. Pekanbaru: RSUD ArifinAhmad.
Riskesdas. (2007). Jakarta: Badan penelitiandan Pengembangan kesehatan,Departemen kesehatan RepublikIndonesia.
Silvanasari, I. A. (2013). Faktor-faktor yangberhubungan dengan kualitas tiduryang buruk pada lansia di desaWonojati kecamatan JenggawahKabupaten Jember. Diperoleh padatanggal 1 Juli 2015 darihttp://hdl.handle.net/123456789/3229.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Bukuajar keperawatan medikal bedahBrunner & Suddarth volume 3 edisi 8(Monica E & Ellen P, Penerjemah).Jakarta: EGC.
Triyanta.(2013). Hubungan antara kualitastidur dengan denyut jantung dilihatdari gambaran EKG pada pasien infarkmiokard di ruang ICVCU RSUD Dr.Moewardi Surakarta tahun 2011.Politeknik Kesehatan Surakarta: JurnalKesMaDaSka.
Tsaqofah, F. (2013). Hubungan tingkatkecemasan dengan kualitas tidur padapenderita asma bronkhial berusialanjut di BKPM Semarang.Diperolehpada tanggal 30 Juni 2015 darihttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-festitsaqo-7563-1-5.abstra-x.pdf.
Udjianti, W. J. (2011). Keperawatankardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.Vani, S. C. (2011). Penyakit penyerta dan
gaya hidup pada penyakit CongestiveHeart Failure (CHF) di RS. Dr.Wahidin Sudirohusodo dan RS.StellaMaris Makasar tahun 2011.Diperolehpada tanggal 21 Juni 2015 darihttp://respiratory.unhas.ac.id/.
Watson, R, D, S. (2000).Clinical featuresand complications.Diperoleh padatanggal 20 juli 2015 dihttp://www.ncbi.nih.gov/pmc/articles/PMC1117436/pdf/236.pdf.
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
1
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DIRUANGAN CVBC (CARDIO VASKULER BRAIN
CENTRE) LANTAI III DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
Imelda Suratinoyo
Julia V. Rottie
Gresty N. Massi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume alun
napas normal; dan biasanya mencapai 3000 mililiter.
3. Volume cadangan ekspirasi/VCE adalah jumlah udara ekstra yang dapat
diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi alun napas normal;
jumlah normalnya adalah sekitar 1000 mililiter.
4. Volume residu yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru
setelah ekspirasi paling kuat. Volume ini besarnya kira-kira 1200 mililiter.
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed
Modul SkillabA-JILID I 7
Waktu (detik)
Keterangan : o TV = tidal volume (500 ml)
o VCI = volume cadangan inspirasi (3.000 ml)
o Kl = kapasitas inspirasi (3.500 ml)
o VCE = volume cadangan ekspirasi (1.000 ml)
o VR = volume residual (1.200 ml)
o KRF = kapasitas residual fungsional (2.200 ml)
o KV = kapasitas vital (4.500 ml)
o KPT = kapasitas paru total (5.700 ml)
"Kapasitas" Paru
Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang-kadang
perlu menyatukan dua atau lebih volume di atas. Kombinasi seperti itu
disebut kapasitas paru, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed
Modul SkillabA-JILID I 8
1. Kapasitas inspirasi (KI) sama dengan volume alun napas ditambah
volume cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500 mili-
liter) yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi
normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas residu fungsional (KRF) sama dengan volume cadangan
ekspirasi ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa
dalam paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2200 mililiter).
3. Kapasitas vital (KV) sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah
volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara
maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih
dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian. mengeluarkan
sebanyak-banyaknya (kira-kira 4500 mililiter).
4. Kapasitas paru total (KPT) adalah volume maksi-mum. di mana paru
dapat dikembangkan se-besar 'mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira
5700 mililiter); jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume
residu. 5. Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (forced expiratory volume,
FEVi). Volume udara yang dapat diekspirasi selama detik pertama ekspirasi pada penentuan KV. Biasanya FEV1 adalah sekitar 80%; yaitu, dalam keadaan normal 80% udara yang dapat dipaksa keluar dari paru yang mengembang maksimum dapat dikeluarkan dalam 1 detik pertama. Pengukuran ini memberikan indikasi laju aliran udara maksimum yang dapat terjadi di paru.
Tabel 37-1. DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG UNTUK FUNGSI
PARU
VT
volume tidal
PB
tekanan atmosfir
FRC
kapasitas residu fungsiona!
Palv
tekanan alveolus ERV
volume cadangan ekspirasi
Ppl
tekanan pleura RV
volume residu
P02
tekanan parsial oksigen
1C
kapasitas inspirasi
Pcoz
tekanan parsial karbondioksida
IRV
volume cadangan inspirasi
PN2
tekanan parsial nitrogen
TLC
kapasitas paru total
Paoa
tekanan parsial oksigen darah arteri yc
kapasitas vital
Pacoa
tekanan parsial karbon dioksida dalam
darah arteri Raw
resistensi cabang trakeobronkiol
PAoz
tekanan parsial oksigen dalam gas
untuk mengalirkan udara ke
alveolus.
dalam paru
C
compliance
PaC02
tekanan partial karbondioksida dalam VD
volume gas ruarig rugi
gas alveolus VA
Volume gas alveolus
PAhzo
tekanan parsial air dalam gas alveolus VI
Volume inspirasi dari ventilasi
R
rasio pertukaran pemapasan
per menit
VE
volume ekspirasi dari ventilasi
Q
curah jantung
per menit
VA
ventilasi alveolus per menit
QS
aliran pintas (shunt) V02
kecepatanambilan oksigen
Caoz
konsentrasi oksigen dalam darah
per menit
arteri
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed
Modul SkillabA-JILID I 9
VC02
jumlah yang dikeluarkan karbon
Cvoz
konsentrasi oksigen dalam campuran
dioksida per menit
darah vena
SCO
kecepatan ambilan karbon
802
persentase saturasi hemoglobin
monoksida per menit
dengan oksigen
DLo2
kapasitas difusi paru untuk
oksigen
Saoz
persentase saturasi hemoglobin de
ngan oksigen dalam darah arteri
DLco
kapasitas difusi paru untuk
karbon
monoksida
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed
Modul SkillabA-JILID I 10
Volume dan kapasitas seluruh paru pada •wanita kira-kira 20 sampai 25
person lebih kecil daripada pria, dan lebih besar lagi pada atletis dan orang
yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis.
Singkatan dan Lambang yang Dipakai pada Penelitian Fungsi Paru
Spirometer hanyalah salah satu cara pengukuran yang dipakai sehari-
hari oleh dokter paru. Selanjutnya, kita akan lihat pada pembahasan berikut
bahwa beberapa cara pengukuran sangat bergan-tung pada perhitungan
matematika. Untuk menyederhanakan perhitungan dan presentasi data fungsi
paru ini, angka-angka singkatan dan simbol-simbol telah distandardisasikan.
VC =IRV+VT+ERV
VC =IC+ERV
TLC=VC+RV
TLC = 1C + FRC
FRC = ERV + RV
VOLUME PERNAPASAN SEMENIT
Volume pernapasan semenit adalah jumlah total udara baru yang
masuk ke dalam saluran pemapasan dap menit, dan ini sesuai dengan volume,
alun napas dikalikan dengan frekuensi pernapasan. Volume alun napas
normal kira-kira 500 mililiter, dan frekuensi pemapasan normal kira-kira 12
kali per menit. Oleh karena itu, volume pernapasan semenit rata-rata se-kitar
6 liter/menit. Seseorang dapat hidup untuk waktu yang pendek dengan
volume pernapasan semenit serendah 1,5 liter/menit dan dengan frekuensi
pemapasan dua sampai empat kali per menit.
Frekuensi pemapasan kadang-kadang meningkat sampai 40-50 kali
per menit, dan volume alun napas dapat menjadi sama besar dengan kapasitas
vital, kira-kira 4600 mililiter pada laki-laki dewasa muda. Keadaan ini dapat
menimbulkan volume pernapasan semenit lebih dari 200 liter/menit, atau
lebih dari 30 kali normal. Kebanyakan orang tidak dapat menahan lebih dari
setengah sampai duapertiga jumlah ini selama lebih dari 1 menit atau lebih.
VENTILASI ALVEOLUS
Yang paling penting dari sistem ventilasi paru adalah terus menerus
memperbarui udara dalam area pertukaran gas paru, di mana udara dan darah
paru saling berdekatan. Yang termasuk area-area ini adalah alveoli, kantong
alveolus, duktus alveolaris, •bronkiolus respiratorius. Kecepatan udara baru
yang masuk pada area ini disebut ventilasi alveolus. Na-jnun, anehnya,
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed
Modul SkillabA-JILID I 11
selama pernapasan normal dan tenang, volume alun napas hanya cukup
Untuk mengisi saluran napas bagian bawah sampai bronkiolus terminalis,
dengan hanya sebagian kecil udara inspirasi yang masuk ke dalam alveoli.
Oleh karena itu, bagaimana caranya udara yang baru ini bergerak dari
bronkiolus terminalis ke dalam alveoli melalui jarak yang pendek ini?
Jawabannya adalah: dengan cara difusi. Difusi disebabkan oleh gerakan
kinetis molekul-mo-lekul, tiap molekul gas begerak dengan kecepatan finggi
di antara molekul lainnya. Kecepatan gerak molekul dalam udara pernapasan
demikian besar melalui jarak yang begitu pendek yaitu dari bronkiolus
terminalis ke alveoli di mana gas bergerak hanya
dalam waktu sepersekian detik.
Ruang Rugi dan Efeknya pada Ventilasi Alveolus
Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pern ah sampai
pada daerah pertukaran gas, tetapi te-tap berada dalam saluran napas di mana
pada tempat ini tidak terjadi pertukaran gas, seperti pada hidung, faring, dan
trakea. Udara ini disebut udara ruang rugi sebab tidak berguna untuk proses
pertukaran gas; saluran napas di mana tidak terjadi pertukaran gas disebut
ruang rugi.
Pada waktu ekspirasi, yang pertama kali dikeluarkan adalah udara dalam
ruang rugi, sebelum udara alveoli sampai ke udara luar. Oleh karena itu,
ruang rugi merupakan kerugian dari gas ekspirasi paru. Volume ruang rugi
normal pada orang dewasa muda kira-kira 150 mililiter. Nilai ini meningkat
dengan bertambahnya usia.
RUANG RUGI ANATOMIK LAWAN RUANG RUGI FISIOLOGIK.
Metode yang menguraikan pengukuran ruang rugi, mengukur
volume seluruh ruang sistem pemapasan selain alveoli dan daerah pertukaran
gas lainnya yang berkaitan erat; ruang ini disebut ruang rugi anatomik.
Kadang-kadang, sebagian alveoli sendiri tidak berfungsi atau hanya sebagian
berfungsi karena tidak adanya atau buruknya aliran darah yang melewati
kapiler paru yang berdekatan. Oleh karena itu, dari segi fungsional, alveoli
ini harus juga dianggap sebagai ruang rugi. Bila ruang rugi alveolus
dimasukkan dalam . pengukuran ruang rugi total, ini disebut ruang rugi
fisiologik, berlawanan dengan ruang rugi anatomik. Pada orang normal, ruang
rugi anatomik dan ruang rugi fisiologik hampir sama sebab pada paru normal
semua alveoli berfungsi, tetapi pada orang yang alveolinya hanya berfungsi
sebagian atau tidak berfungsi sama sekali pada sebagian paru, kadang-kadang
ruang rugi fisiologiknya mencapai sepuluh kali volume ruang rugi anatomik,
atau sebesar 1 sampai 2 liter.
Kecepatan Ventilasi Alveolus
Ventilasi alveolus setiap menit adalah volume total udara yang
masuk ke dalam alveoli dan daerah pertukaran gas yang berdekatan lainnya)
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed
Modul SkillabA-JILID I 12
setiap menit. Ini sama dengan frekuensi napas dikalikan dengan jumlah udara
baru yang memasuki alveoli setiap kali bernapas:
VA=FrekA(VT-VD)
di mana VA adalah volume ventilasi alveolus per menit, Frek adalah frekuensi
pernapasan per menit, VT adalah volume alun napas, dan VD adalah volume
ruang rugi. Jadi, dengan volume alun napas normal sebesar 500 mililiter,
ruang rugi normal 150 mililiter, dan frekuensi pernapasan 12 kali per menit,
ventilasi alveolus sama dengan 12 x (500-150), atau 4200 ml/menit.
Ventilasi alveolus adalah salah satu faktor penting yang menentukan
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli. Oleh karena itu,
hampir se-mua uraian mengenai pertukaran gas pada bab-bab sistem
pernapasan berikutnya menekankan tentang ventilasi alveolus. Manfaat pengukuran berbagai volume dan kapasitas paru lebih dari sekedar untuk pengetahuan akademik. Pengukuran tersebut memberikan petunjuk bagi dokter yang merawat berbagai penyakit saluran pemapasan. Terdapat dua kategori umum disfungsi pemapasan yang menimbulkan hasil spirometri yang abnormal penyakit paru obstruktif dan restriktif . Walaupun demikian, Anda jangan beranggapan bahwa keduanya adalah satu-satunya kategori disfungsi pemapasan atau bahwa spirometri adalah satu-satunya uji fungsi paru. Penyakit lain yang mengenai fungsi pemapasan mencakup (1) penyakit yang mengganggu difusi O2; dan CO2; menembus membran paru; (2) penurunan ventilasi akibat kegagalan mekanis, seperti pada penyakit neuromuskulus yang mengenai otot-otot pemapasan, atau akibat penekanan pusat kontrol pemapasan oleh alkohol, obat, atau zat kimia lain; (3) gangguan aliran darah paru; atau (4) kelainan ventilasi/perfusi yang melibatkan ketidak-cocokan udara dan darah, sehingga pertukaran gas men-jadi tidak efisien. Sebagian penyakit paru sebenamya adalah campuran dari berbagai jenis gangguan fungsional. Untuk menentukan kelainan apa yang ada, dokter menggunakan berbagai uji fungsi pemapasan selain spirometri, termasuk pemeriksaan sinar-X, penentuan gas-darah, dan pemeriksaan untuk mengukur kapasitas membran kapiler alveolus.
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed
Modul SkillabA-JILID I 13
GAMBAR Spirogram Abnormal yang Berkaitan dengan Penyakit Paru Obstruktif dan
Restriktif (a) Spirogram pada penyakit paru obstruktif. Karena pasien penyakit paru obstruktif mengalami kesulitan mengosongkan paru mereka daripada mengisinya, kapasitas paru total (KPT) pada
dasamya normal, tetapi kapasitas residual fungsional (KRF) dan volume residual (VR)
meningkat akibat bertambahnya udara yang terperangkap di dalam paru setelah ekspi-rasi. Karena VR meningkat, kapasitas vital (KV) berkurang. Dengan lebih banyak udara yang
tertinggal di paru, KPT yang tersedia untuk pertukaran gas antara udara dan atmosfer berkurang.
Hal lain yang sering ditemukan adalah penurunan mencolok FEVi, karena laju (kecepatan) aliran udara berkurang akibat obstruksi saluran pemapasan. Walaupun baik KV maupun FEV]
berkurang, penurunan FEVi lebih besar dibandingkan KV. Akibatnya, perbandingan FEV)
terhadap KV jauh lebih rendah daripada nilai normal sebesar 80%; yaitu, jumlah yang dapat dihembuskan ke luar selama detik pertama jauh lebih kecil daripada 80% KV. (b) Spirogram
pada penyakit paru restriktif. Pada penyakit ini, compliance paru lebih kecil dari normal.
Kapasitas paru total, kapasitas inspirasi, dan KV berkurang, karena paru tidak dapat
dikembangkan seperti normal. Persentase KV yang dapat dihembuskan dalam 1 detik adalah
normal 80% atau bahkan lebih tinggi, karena udara dapat mengalir bebas melalui saluran
pemapasan. Dengan demikian, FEV]/KV% sangat bermanfaat untuk mem-bedalcan antara penyakit paru obstruktif dan restriktif. Selain itu, berbeda dengan penyakit paru obstruktif, VR
pada penyakit paru restriktif biasanya normal.
To help us do this test accurately please follow these steps:
1. Breathe in as deeply as you can.
2. Seal your lips around the mouth piece.
3. Blow out as hard and fast as you can, for as long as you can and keep
going as long as possible.
4. Please let me know if you feel any distress during this procedure.
This test will be repeated three times.
What are normal spirometry results? Normal spirometry results are based on the age, height, and gender of the
person being tested and most are expressed as a percentage of a predicted
value. Normal spirometry results include:
Tidal volume - 5 to 7 milliliters per kilogram of body weight
Expiratory reserve volume - 25 percent of vital capacity
Inspiratory capacity - 75 percent of vital capacity
Forced expiratory volume - 75 percent of vital capacity after one second,
94 percent after two seconds, and 97 percent after three seconds
What are abnormal spirometry results? Spirometry results are expressed as a percentage, and are considered
abnormal if less than 80 percent of the normal predicted value. An abnormal
result usually indicates the presence of some degree of obstructive lung
disease such as asthma, emphysema or chronic bronchitis, or restrictive lung
disease such as pulmonary fibrosis. FEV1 values (percentage of predicted)
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed
Modul SkillabA-JILID I 14
can be used to classify the obstruction that may occur with asthma and other
obstructive lung diseases like emphysema or chronic bronchitis. :
FEV1 65 percent to 79 percent predicted = Mild obstruction
FEV1 40 percent to 59 percent predicted = Moderate obstruction
FEV1 less than 40 percent predicted = Severe obstruction
Are there risks associated with spirometry? The risks are minimal for most people. Because the test involves forced and
rapid breathing, some people may experience temporary shortness of breath.
Spirometry should not be done if a person suffers from chest pains, has had a
recent heart attack, or has serious heart disease.
How should I prepare for spirometry?
Do not eat a heavy meal before spirometry testing.
Refrain from smoking for four to six hours before the test.
Empty your bladder right before testing.
Specific instructions are given if medications such as
bronchodilators or inhalers need to be withheld before the test.
Sometimes, medication may be inhaled prior to the test, to test how