Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mempercepat kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan secara optimal. Hal tersebut dapat tercapai secara optimal apabila didukung oleh suatu sistem pelayanan kesehatan yang baik, yang didalamnya mencakup berbagai upaya kesehatan, dan salah satu diantaranya adalah pelayanan keperawatan, (Depkes RI, 2005). Untuk meningkatkan daya tangkal dan daya juang pembangunan kesehatan yang merupakan modal utama Sistem Kesehatan Nasional (SKN), maka pentingnya penerapan paradigma baru yaitu “PARADIGMA SEHAT” hal tersebut adalah merupakan upaya utnuk lebih meningkatkan kesehatan yang bersifat proaktif dalam mewujudkan Indonesia sehat pada masa yang akan datang, yang sesuai visi dan misi Indonesia sehat dan harus dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan. Untuk mencapai Indonesia sehat maka peran perawat khususnya paradigma keperawatan perlu di tingkatkan terutama ilmu dan skil, sehingga pelaksanaan faktor dalam survival pasien, yang berhubungan dengan aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif, preventif perawatan kesehatan
50

Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

Jul 13, 2015

Download

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional yang diarahkan untuk mempercepat kesadaran,

kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap individu agar

dapat mewujudkan derajat kesehatan secara optimal. Hal tersebut dapat

tercapai secara optimal apabila didukung oleh suatu sistem pelayanan

kesehatan yang baik, yang didalamnya mencakup berbagai upaya

kesehatan, dan salah satu diantaranya adalah pelayanan keperawatan,

(Depkes RI, 2005).

Untuk meningkatkan daya tangkal dan daya juang pembangunan

kesehatan yang merupakan modal utama Sistem Kesehatan Nasional

(SKN), maka pentingnya penerapan paradigma baru yaitu “PARADIGMA

SEHAT” hal tersebut adalah merupakan upaya utnuk lebih meningkatkan

kesehatan yang bersifat proaktif dalam mewujudkan Indonesia sehat pada

masa yang akan datang, yang sesuai visi dan misi Indonesia sehat dan

harus dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan. Untuk

mencapai Indonesia sehat maka peran perawat khususnya paradigma

keperawatan perlu di tingkatkan terutama ilmu dan skil, sehingga

pelaksanaan faktor dalam survival pasien, yang berhubungan dengan

aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif, preventif perawatan kesehatan

Page 2: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

2

dapat diwujudkan dengan melalui pelaksanaan asuhan keperawatan.

Masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam bidang kesehatan,

bimbingan dan peningkatan pengetahuan masyarakat adalah salah satu

upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan agar masyarakat dapat

mengetahui tentang cara hidup sehat, terutama menjaga fisik agar tetap

seimbang dengan sistem-sistem tubuh yang ada, dimana antara sistem

tubuh yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan, (Depkes RI, 2000).

Salah satu sistem dalam tubuh yang sering mengalami gangguan

pada masyarakat, kelompok dan individu adalah sistem kardiovaskuler.

Penyakit kardiovaskuler ini biasanya terjadi akibat gaya hidup, pola makan

dan aktivitas sehari-hari yang dijalani seseorang yang tidak

memperhatikan kesehatan. Masalah yang terkait dengan sistem

kardiovaskuler cukup serius dan merupakan salah satu penyebab kematian

utama di Indonesia. Penyakit sistem kardiovaskuler akan menjadi masalah

kesehatan urutan pertama, (Priharjo, 2006).

Salah satu penyakit yang berhubungan dengan sistem

kardiovaskuler adalah decompensasi cordis atau gagal jantung.

Decompensasi cordis atau gagal jantung adalah satu-satunya jenis penyakit

jantung yang morbiditas dan mortalitasnya justru meningkat, walaupun

telah banyak dilakukan penelitian untuk mengetahui patofisiologi serta

pengobatannya, (Effendi, 2007).

Page 3: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

3

Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung

sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk

metabolisme jaringan. Gagal jantung adalah tahap akhir yang sering fatal

pada penyakit jantung, karena penderita yang didiagnosa gagal jantung

bagaikan memasuki suatu fase tiada jalan kembali. Gagal jantung adalah

satu-satunya jenis penyakit jantung yang morbiditas (angka kesakitan) dan

mortalitas (angka kematian) justru meningkat, walaupun telah banyak

yang dilakukan penelitian untuk mengetahui patofisiologi serta

pengobatannya. Faktanya saat ini 50% penderita gagal jantung akan

meninggal dalam waktu 5 tahun, sejak diagnosa ditegakkan. Begitu juga

dengan resiko untuk menderita gagal jantung, belum bergerak dari 100%

untuk kelompok diatas 70 tahun, dan 5% untuk kelompok usia 60-69 tahun

serta 2% untuk kelompok usia 40-59 tahun, (Anonim, 2013).

Di dunia, gagal jantung telah melibatkan setidaknya 23 juta

penduduk. Sekitar 4,7 juta orang menderita gagal jantung di Amerika (1,5-

2% dari total populasi), dengan tingkat insiden 550.000 kasus per tahun.

Dari sejumlah pasien tersebut, hanya 0,4-2% saja yang mengeluhkan

timbulnya gejala, (Irnizarifka, 2011).

Di Eropa, kejadian gagal jantung berkisar 0,4%-2% dan

meningkat pada usia yang lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun.

Seperdua dari pasien gagal jantung akan meninggal dalam 4 tahun sejak

diagnosis ditegakkan, dan pada keadaan gagal jantung berat lebih dari

50% akan meninggal dalam tahun pertama. Penyakit jantung koroner

Page 4: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

4

merupakan etiologi gagal jantung pada 60-70% pasien, terutama pada

pasien usia lanjut. Sedangkan pada usia muda, gagal jantung diakibatkan

oleh kardiomiopati dilatasi, aritmia, penyakit jantung kongenital atau

valvular dan miokarditis, (Manurung, 2006).

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), penyakit

kardiovaskuler akan segera menjadi penyebab terbanyak kasus kematian di

seluruh dunia. Bahkan di Indonesia, penyakit ini telah menjadi pembunuh

nomor satu. Prevalensi penyakit jantung di Indonesia dari tahun ketahun

semakin meningkat. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 1986 yang dilakukan di 7 provinsi dengan menghasilkan prevalensi

penyakit jantung iskemik dan lainnya pada golongan umur 15-24 tahun

18,3 per 100.000 penduduk. Angka ini meningkat dengan tajam pada

golongan umur 45-54 tahun, yakni 174,6 per 100.000 penduduk dan 461,9

per 100.000 penduduk pada usia 55 tahun keatas. Sedangkan angka

kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler adalah 17,5 per

100.000 penduduk dengan kematian berkaitan dengan penyakit tersebut

adalah 27,4 per 100.000 penduduk. SKRT 1992 mengukuhkan bahwa

penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menduduki

persentase tertinggi yang menyebabkan kematian (33,2%), (Irnizarifka,

2011).

Page 5: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

5

Menurut catatan Medical Record di Ruang Kenanga Lantai I

Rumah Sakit Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari sampai

April 2014, terdapat 1 kasus Dekompensasi Kordis namun tidak termaksud

dalam 10 besar penyakit diruang kenanga. Meskipun demikan

Dekompensasi Kordis merupakan masalah yang sangat memerlukan

perhatian dan penatalaksanaan yang sangat komprehensif dan intensif bagi

tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan

keperawatan klien dengan masalah kesehatan dan keperawatan klien

dengan masalah kardiovaskuler. Berikut tabel 10 besar penyakit yang ada

di Ruang Kenanga lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin

Bandung.

Tabel 1 : Jumlah Penyakit Dekompensasi Kordis di Ruang Kenanga Lantai I

No Jenis Penyakit Jumlah Presentase (%)

1 Toxksos Plasmosis 112 32, 27

2 Bronchopneumonic 99 28, 58

3 Nechrotic Sindrom 29 8, 35

4 Hemofili 27 7, 78

5 Typhoid Fever 19 5, 47

6 Ecute Lymphoblastic Leukimia 18 5, 18

7 Enchapalitis 16 4, 61

8 Aplstic Anemia 11 3, 17

9 Empiema 9 2, 59

10 CHF 7 2, 01

Jumlah 347 100 %

Sumber : Rekam Medik Periode Januari – Maret 2014 di Ruang kenanga Lantai I

Rumah Skit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.

Page 6: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

6

Melihat keadaan tesebut dan mengingat dampak yang dapat

ditimbulkan pada klien, sehingga penulis tertarik untuk menyusun Karya

Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien An. H

Usia Sekolah dengan Dekompensasi Kordis Di Ruang Kenanga Lantai

I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam pelaksanaan studi kasus, penulis membatasi ruang lingkup

masalah yang dibahas yaitu “ Asuhan Keperawatan pada Klien An. H Usia

Sekolah dengan Decompensasi Kordis Di Ruang Kenanga Lantai I Rumah

Sakit dr. Hasan sadikin Bandung”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan Asuhan

Keperawatan pada klien dengan Decompensasi Kordis, secara

langsung pada situasi nyata dan komprehensif meliputi aspek bio,

psiko, sosial, kultural, dan spiritual yang didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif

pada klien dengan Decompensasi Kordis.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien

dengan Decompensasi Kordis.

Page 7: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

7

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien

dengan Decompensasi Kordis.

d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai

dengan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan

Decompensasi Kordis.

e. Penulis mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan

pada klien dengan Decompensasi Kordis.

f. Penulis mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan

pada klien dengan Decompensasi Kordis.

D. Manfaat

1. Bagi Penulis

Merupakan pengalaman berharga bagi penulis dalam meningkatkan

wawasan dan dapat memberi dorongan semangat sebagai calon

tenaga keperawatan dimasa yang akan datang.

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan informasi bagi rumah sakit dalam menentukan

kebijakan dan penyusunan perancangan program dalam rangka

peningkatan kualitas pelayanan keperawatan khususnya penanganan

klien dengan Decompensasi Kordis.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan ilmiah atau bahan perbandingan dalam

mengembangkan ilmu keperawatan di Akper Pemkab Muna

Page 8: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

8

khususnya penulis karya tulis ilmiah lebih lanjut dengan

Decompensasi Kordis.

4. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai salah satu literatur bagi tenaga perawat yang bertugas

melaksanakan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan

Decompensasi Kordis.

E. Metode Telaahan

Metode yang digunakan penulis dalam menyusun karya ilmiah ini

yaitu metode analisis dekriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan

proses keperawatan, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

menyusun karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan

klien dan keluarga klien serta tenaga kesehatan lain untuk memperoleh

informasi yang akurat.

2. Observasi, yaitu dengan mengamati keadaan klien secara langsung

meliputi bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual.

3. Pemeriksaan Fisik, yaitu pengumpulan data dengan melakukan

pemeriksaan fisik pada klien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,

auskultasi.

Page 9: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

9

4. Studi Dokumentasi, yaitu dengan melakukan pengumpulan data atau

informasi melalui catatan atau arsip dari medical record yang

berhubungan dengan perkembangan klien.

5. Studi Kepustakaan, yaitu mencari sumber melalui bahan bacaan atau

buku-buku literatur yang dapat dipercaya untuk mendapatkan

kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien.

F. Waktu Pelaksanaan

Studi kasus ini dilaksanakan mulai tanggal 17 Mei sampai dengan 19 Mei

2014.

G. Tempat Pelaksanaan

Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Kenanga Lantai I Rumah Sakit

Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.

H. Sistematika Telaahan

Karya tulis ilmiah disusun secara sistematis yang djabarkan dalam 4 BAB

yaitu sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, ruang lingkup

pembahasan, tujuan, manfaat, metode telaahan, waktu

pelaksanaan, tempat pelaksanaan dan sistematika telaahan.

BAB II : Tujuan Teoritis Asuhan Keperawatan dengan Decompensasi

Kordis, yang membahas konsep dasar terdiri dari defenisi,

anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,

komplikasi, dampak appendicitis perforasi terhadap fungsi

Page 10: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

10

sistem tumbuh, pemeriksaan penunjang dan penataksanaan

medik, perawatan dan tinjauan teoritis tentang asuhan

keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, yang berisi laporan kasus

tentang asuhan Keperawatan pada Klien An. H Usia

Sekolah dengan Decompensasi Kordis, di Ruang Kenanga

Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin

Bandung , yang disusun berdasarkan proses keperawatan.

Sedangkan pembahasan berisikan kesenjangan antara teori

yang ada pada tinjauan studi kasus, dibahas secara

sistematis mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, dimana berisikan kesimpulan

dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan saran.

Page 11: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

11

BAB II

TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN DENGAN DEKOMPENSASI KORDIS

A. KONSEP DASAR MEDIK PENYAKIT DEKOMPENSASI KORDIS

1. Defenisi

Dekompensasi kordis sering juga disebut penyakit gagal jantung atau

gagal jantung kongesti merupakan keadaan ketika jantung tidak mampu

memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan tubuh,

(Baradero, 2008).

Dekompensasi kordis adalah ketidakmapuan jantung untuk memompa

darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan

nutrisi, (Brunner dan Suddarth, 2005).

Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan patofisiologis berupa

kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau

kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik

secara abnormal, (Mansjoer, 2005).

Dekompensasi kordis adalah keadaan patofisiologis ketika jantung

sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk

metabolisme jaringan, (Price, 2005).

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardivaskuler

a. Anatomi Sistem Kardiovskuler

Page 12: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

12

1) Jantung

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot

berbentuk kerucut, berongga. Otot jantung merupakan jaringan

istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama

dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot

polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf

otonom).

a) Bentuk

Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul

(pangakal jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah

bawah agak runcing yang disebut apeks kordis.

b) Letak

Page 13: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

13

Jantung terletak diantara paru-paru kiri dan kanan terletak

didalam ruang mediastinum rongga dada, dibelakang badan

sternum dan dua pertiganya terletak disisi kiri. Puncak

jantung biasanya terletak setinggi ruang interkostal kelima.

c) Ukuran

Ukuran jantung sekitar 12 cm dari basis kepuncak dengan

lebar sekitar 9 cm dan tebal 6 cm. Ukuran jantung lebih

kurang sebesar genggaman taman dan beratnya kira –

kirav250 – 300 gram.

d) Lapisan – Lapisanya

Lapisan jantung terdiri dari :

(1) Endokarium merupakan lapisan jantung yang

terdapat disebelah dalam sekali yang terdiri dari

jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi

permukaan rongga jantung.

(2) Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung

yang terdiri dari otot-otot jantung, otot jantung ini

membentuk bundalan – bundalan otot yaitu :

(a) Bundalan otot atria, yang terdapat dibagian

kiri kanan dan basis kordis yang membentuk

serambi atau aurikula kordis.

Page 14: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

14

(b) Bundalan otot ventrikuler, yang membentuk

bilik jantung dimulai dari cincin atrio

ventrikel sampai di apex jantung.

(c) Bundalan otot atrio ventrikel, yang

merupakan dinding pemisah antara serambi

dan bilik jantung.

(3) Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah

luar yang merupakan selaput pembungkus yang

terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan

viseral yang bertemu dipangkal jantung membentuk

kantungg jantung. Di antara dua lapisan ini terdapat

lendir sebagai pelicin untuk mengurangi gesekan

yanng timbul akibat gerak jantung saat memompa.

Jantung bekerja selama kita masih hidup,karena itu

membutuhkan maakanan yang di bawa oleh darah,

pembuluh darah yang terpenting dan memberikan

darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan

arteri koronaria.

(4) Jantung dipersarafi oleh : nervus simpatikus dan

nervus parasimpatiikus khususnya cabang dari

nervus vagus.

Page 15: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

15

e) Ruang-Ruang Jantung

Jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding

tipis disebut atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding

tebal disebut ventrikel (bilik).

(1) Atrium

(a) Atrium kanan berfungsi sebagai penampung

(reservoir) darah rendah oksigen dari seluruh

tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena

kava superior, vena kava inverior, serta sinus

koronarusyang berasal dari jantung sendiri.

Kemudian darah dipompakan ke ventrikel

kanan dan ke paru.

(b) Atrium kiri menerima darah yang kaya

oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena

pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke

ventrikel kiri, dan selanjutnya ke seluruh

tubuh melalui aorta. Kedua atrium tersebut

oleh sekat, yang disebut septum atrium.

(2) Ventrikel

Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-

alur otot yang disebut trabecula. Beberapa alur

tanmpak menonjol, yang disebut muskulus

papilaris. Ujung muskulus dihubungkan dengan

Page 16: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

16

tepi daun katup atrioventrikel oleh serat-serat yang

disebut korda tendinae.

(a) Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium

kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui

arteri pulmonalis.

(b) Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium

kiri dan dipompakan keseluruh tubuh

melalui aorta.

Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat

yang disebut septum ventrikel, (Heni.R,

2005).

f) Katup – katup Jantung

Jantung terbagi atas beberapa katup diantaranya yaitu :

(1) Valvula trikuspidalis terdapat antara atrium

kanan yang dengan ventrikel kanan yang terdiri

dari 3 katup.

(2) Valvula bikuspidalis terletak antara atrium kiri

dan ventrikel kiri yang terdiri dari 2 katup.

(3) Valvula seminularis arteri pulmonalis terletak

antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis,

dimana darah menuju ke paru-paru.

Page 17: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

17

(4) Valvula semulunaris aorta terletak antara

ventrikel kiri dengan aorta dimana darah

mengalir menuju keseluruh tubuh.

2) Pembuluh Darah

a) Ateri

Merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang

membawa darah keseluruh bagian dan alat tubuh.

Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari

ventrikel kiri disebut aorta.

Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal sifatnya

elastis dan terdiri dari tiga lapisan yaitu :

(1) Tunika intima / interna, lapisan yang paling dalam

sekali yang berhubungan dengan darah dan terdiri dari

jaringan endotel.

(2) Tunika media, lapisan tengah yang terdiri dari

jaringan otot yang sifatnya elastis dan termasuk otot

polos.

(3) Tunika esterna / adventisia, lapisan yang paling luar

sekali terdiri dari jaringan ikat gembur yang berguna

untuk menguatkan dinding ateri.

Page 18: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

18

b) Vena

Merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari

jaringan tubuh masuk kedalam jantung. Karena tekanan

dalam sistem vena rendah (0-5mmHg), maka dinding vena

tipis namun berotot dan ini memungkinkan vena berkontraksi

sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau

menampung darah sesuai kebutuhan tubuh. Katup-katup

pada vena kebanyakan terdiri dari 2 kelompok yang gunanya

untuk mencegah darah agar tidak kembali lagi. Vena-vena

yang ukurannya besar diantaranya vena kava dan vena

pulmonalis, vena-vena ini juga mempunyai cabang-cabang

yang lebih kecil yang disebut venous yang selanjutnya

menjadi kapiler.

3) Pembuluh Limfe

Struktur pembuluh limfe yang hampir sama dengan

pembuluh darah pipi memiliki lebih banyak katup sehingga

pembuluh limfe terlihat seperti rangkaian merjan. Saluran limfe

mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe

kedalam darah yang keluar melalui dinding kapiler halus untuk

membersihkan jaringan.

Pembuluh limfe sebagai jaringan yang terdapat didalam

berbagai organ terutama dijumpai dalam vili usus

Page 19: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

19

3. Fisiologi Sistem Kardiovaskuler

Peredaran darah terbagi menjadi 2 yaitu, peredaran darah

sistematik dan peredaran darah pulmonal. Peredaran darah sistematik

merupakan peredaran darah dari jantung kiri masuk melalui aorta

melalui valvula semilunaris aorta beredar keseluruh tubuh dan kembali

kejantung kanan melalui vena kava superior dan inferior. Aorta

bercabang menjadi arteri-arteriola-kapiler arteri-kapiler veno-venolus-

vena kava.

Peredaran darah pulmonal adalah darah dari ventrikel dekstra

ke arteri pulmonalis melalui vulva semilunaris masuk paru kiri dan

kanan dan kembali keatrium kiri melalui vena pulmonalis.

Jantung merupakan organ yang terdiri dari otot, dimana

kerjanya seperti otot polos dan bentuknya seperti otot serat lintang.

Letaknya didalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum

anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dadadiatas

diafragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosta V dan

VI dua jari bawah papila terdiri dari tiga lapisan yaitu :

1) Endocardium

Merupakan jaringan yang paling dalam, terdiri jaringan endotel.

2) Miocardium

Merupakan lapisan inti / otot.

Page 20: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

20

3) Perikardium

Merupakan bagian terluar, terdiri dari dua lapisan yaitu

viseral dan parietal yang bertemu di pangkal jantung membentuk

kantung jantung diantara keduanya terdapat lendir sebagai pelicin.

Jantung dapat bergerak mengembang dan menguncup disebabkan

oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf

otonom.

1) Periode kontriksi / sistol, adalah keadaan dimana ventrikel

mengucap, katup bikus pidalis dan trikus pidalis dalam keadaan

tertutup. Valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris

arteri pulmonalis terbuka sehingga darah dari ventrikel dekstra

mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paru-paru, sedangkan

darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta dan diedarkan

keseluruh tubuh. Lama kontraksi kurang lebih 30 detik.

2) Periode Dilatasi / Diastol, adalah keadaan dimana jantung

mengembang katup bikuspidalis dan katup trikuspidalis terbuka

sehingga darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra,

darah dari atrium sinistra masuk ke ventrikel sinistra dan darah

dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk melalui vena,

melalui vena kava masuk ke atrium dekstra.

3) Periode Istrahat, yaitu periode antara kontriksi dal dilatasi,

dimana jantung berhenti kira-kira 1 / 10 detik. Pada waktu

istrahat jantungakan menguncup 70-80 kali permenit. Pada

Page 21: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

21

tiap-tiap kontraksi jantung akan memindahkan darah ka aorta

sebanyak 60-70 cc. Pada waktu aktivitas kecepatan jantung bisa

mencapai 150 kali permenit dengan daya pompa 20-25 liter

permenit. Setiap menit jumlah volume darah yang tepat sama

sekali dialirkan dari vena ke jantung. Apabila pengambilan dari

vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya

dengan daya pompa jantung maka vena-vena dekat jantung jadi

membengkak berisi darah sehingga tekanan darah vena naik

dan dalam jangka waktu lama bisa menjadi Oedem,

(Syaifuddin, 2005).

4. Etiologi

Penyebab kegagalan jantung kongestif dibagi atas dua

kelompok, yaitu :

a. Gangguan yang langsung merusak jantung, seperti : Infark

Miokardium, Miokarditis, Fibrosis Miokardium, dan Eneurisma

Ventrikular.

b. Gangguan yang ventrikel dibagi atas :

1) Preload adalah volume darah ventrikel pada akhir

diastole.

Kontraksi jantung menjadi kurang efektif apabila

volume ventrikel sudah melampaui batasnyan.

Meningkatnya preload dapat diaakibatkan oleh

Page 22: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

22

regusgitasi aorta atau mitral, terlali cepat pemberian

cairan infus terutama pada pasien lansia dan anak kecil.

2) Afterload adalah kekuatan yang harus dikeluarkan

jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh (sistem

sirkulasi). Meningkatnya afterload dapat diakibatkan

oleh stenosis aorta, stenosis pulmonal, hipertensi sistemis

dan hipertensi pulmoonal. Penyakit jantung hipertensi

adalah perubahan pada jantung sebagai akibat dari

hipertensi yang berlangsung terus menerus dan

meningkatkan afterload. Jantung membesar sebagai

kompensasi terhadap beban pada jantung. Apabila

hipertensi tidak teratasi, kegagalan jantung dapat terjadi,

(Mary Baradero, dkk, 2008).

Gagal jantung kongestif disebabkan oleh :

a. Kelainan otot jantung

Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot

jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.

Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot

mencangkup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan

penyakit otot degeneratif atau inflamasi.

b. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium

karena tergangguanya aliran darah ka otot jantung. Terjadi

hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark

Page 23: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

23

miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului

terjadinya gagal jantung.

c. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)

meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya

mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.

d. Peradangan dan penyakitmiokardium degeneratif behubungan

dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak

serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun, (Brunner

& Suddart, 2005).

5. Patofisiologi

Kelainan dasar pada kontraktilitas miokardium yang khas pada

gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu

kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas

ventrikel kiri yang menurun mengurangi volume sekuncup, dan

meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya EDV

(volume akhir diastolik) ventrikel, terjaddi peningkatan tekanan akhir

diastolik ventrikel kiri (LVEDP). Derajad peningkatan tekanan

bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVEDP,

terjadi pula peningkatan atrium kiri (LAP)karena atrium dan ventrikel

berhubungan langsung selama diastol. Peningkatan LAP diteruskan ke

belakang ke dalam pembuluh darah paru-paru, meningkatkan tekanan

kapiler dan vena paru-paru. Apabila tekanan hidrostatik anyaman

Page 24: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

24

kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik pembuluh darah, akan

terjadi transudasi cairan ke dalam interstisial. Jika kecepatan transudasi

cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, akan terjaddi endema

interstisial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan

cairan merembes kedalam alveoli dan terjadilah edema paru.

Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat akibat peningkatan

kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonalis meningkatkan

tahanan terhadap enjeksi ventrikal kanan. Serangkaian kejadian seperti

yang terjadi pada janntung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan

yang akhirnya akan menyebabkan edema dan kongesti sistemik.

Perkembangan dari edema dan kongesti sistemik atau paru dapat

diperberat oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis

atau mitralis secara bergantian. Regurgitasi fungsional dapat

disebabkan oleh dilatasi anulus katup atroventrikularis, atau perubahan

orientasi otot papilaris dan korda tendinae akibat dilatasi ruang.

Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme

primer yang dapat dilihat :

a. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis

b. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem rening-

angiotensin-aldosteron, dan

c. Hipertrofi ventrikel.

Ketiga respons kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk

mempertahankan curah jantung. Mekanisme ini mungkin memadai

Page 25: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

25

untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau

hampir normal pada awal perjalanan gagal jantung, dan pada

keadaan istrahat. Namun, kelainan kerja ventrikel dan menurunnya

curah jantung biasanya tampak saat beraktivitas. Dengan

berlanjutnya gagal jantung, kompensasi menjadi semakinkurang

efektif.

Awalnya, respons kompensatorik sirkulasi memiliki efek

yang menguntungkan, namun akhirnya mekanisme kompensatorik

dapat menimbulkan gejala, meningkatkan kerja jantung, dan

memperburuk derajat gagal jantung. Retensi cairan yang bertujuan

untuk meningkatkan kekuatan kontraktilitasmenyebabkan

terbentuknya edema dan kongesti vena paru dan sistemik.

Vasokontriksi arteri dan redistribusi aliran darah

mengganggu perfusi jaringan pada anyaman vaskular yang terkena,

serta menimbulkan gejala dan tanda (miasal, berkurang jumlah

keluaran urinedan kelemahan tubuh). Vasokontriksi arteri juga

meningkatkan beban akhir dengan memperbesar resistensi terhadap

ejeksi ventrikel, beban akhir juga meningkat karena dilatasi ruang

jantung. Akibatnya, kerja janttung dan kebutuhan oksigen

miokardium (MV02), juga meningkat. Hipertrofi miokardium dan

rangsangan simpatis lebih lanjut akan meningkatkan kebutuhan

MV02. Jika peningkatan MV02 ini tidak dapat dipenuhi denngan

meningkatkan suplai oksigen miokardium, akan terjadi iskemia

Page 26: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

26

miokardium dan ggangguan miokardium lainnya. Hasil akhir

peristiwa yang saling berkaitan ini adalah meningkatnya beban

miokardium dan terus berlangsungnya gagal jantung.

6. Tanda dan Gejala

Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan gangguan

pemompaan, gagal jantung terbagi atas :

a. Gagal janttung kiri

Pada gagal jantung kiri terjadi Dyspneu d effort, fatig, ortopnea,

dispnea, nokturnal, paroksismal, batuk, pembesaran jantung, irama

derap, ventricular heaving bunyi derap S3 dan S4, pernapasan

chynestokes, takikardi, pulsus alternans, ronki dan kongesti vena

pulmonalis.

b. Gagal jantung kanan

Pada gagal jantung kanan timbul :

1) Fatig, edema, liver engorgement, anoreksia dan kembung

2) Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan

Hipertrofi jantung kanan heaving ventrikal kanan irama

derap atrium kanan, murmur, tanda-tanda penyakit paru

kronik, tekanan vena jugularis meningkat, bunyi P2

mengeras, asites, hidrotoraks, peningkatan tekanan vena,

hepatomegali, dan edema pitting.

Page 27: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

27

c. Gagal Jantung Kongestif

Terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan

New York Heart Association (NYHA) membuat kalsifikasi

fungsional dalam empat kelas :

1) Kelas 1, Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa

keluhan

2) Kelas 2, Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih

berat dan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan

3) Kelas 3, Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-

hari tanpa keluhan

4) Kelas 4, Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan

aktivitas apapun dan harus tirah baring.

Gagal jantung kongestif dibagi dalam :

1) Kriteria mayor :

a) Dispnea nokturnal paroksismal atau ortopnea

b) Peningakatan tekanan vena jugularis

c) Ronki basah tidak nyaring

d) Kardiomegali

e) Edema paru akut

f) Irama derap S3

g) Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O

h) Refluks hepatojugular

2) Kriteria minor

Page 28: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

28

a) Edema pergelangan kaki

b) Batuk malam hari

c) Dyspneu d effort

d) Hepatomegali

e) Efusi pleura

f) Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum

g) Takikardi > 45 kg dalam 5 hari setelah terapi

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul akibat dari dekompensasi kordis

yaitu sebagai berikut :

a. Gagal jantung kongestif

b. Syok kardiogenik

c. Ruptur jantung

d. Tromboembolisme

e. Perikarditis

f. Distrimia

Page 29: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

29

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan foto toraks dapat mengarah ke kardiomegali

corakkan vaskular paru menggambarkan kranialisasi, garis kerley,

A/B, infiltrat prekordial kedua paru, dan efusi pleura.

b. Fungsi EKG, untuk melihat penyakit yang mendasari seperti

infark miokard daan aritmia.

c. Menurunkan beban jantung.

Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam, diretik dan

vasodilator.

1) Diet rendah garam

Pada gagal jantung dengan NYHA kelas IV. Penggunaan

diuretik, digoksin dan mengahmbat Angiotensin Convertiny

Enzyme (ACE) diperlukan, mengingat usia harapan hidup

yang pendek. Untuk gagal jantung kelas II dan kelas III

diberikan :

a) Diuretik dalam dosis rendah atau menengah

(furosemid 40-80mg)

b) Digoksin pada pasien dengan fibrilasi atrium

maupun kelainan irama sinus

c) Pengahmbat ACE (kaptopril mulai dari dosis

2x6,24mg atau setara penghambat ACE yang lain.

Dosis ditingkatkan secara bertahap dengan

memperhatikkan tekanan darah pasien). Isosorbit

Page 30: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

30

Dinitrat (ISDN) pada pasien dengan kemampuan

aktivitas yang terganggu atau adanya iskemia yang

menetap, dosis dimulai 3x10-15mg. Semua obat ini

harus dititrasi secara bertahap

2) Diuretik

Yang digunakan furosemid 40-80mg per oral. Dosis

penunjang rata-rata 20mg. Efek samping berupa hipokalemia

dapat diatasi dengan suplai garam kaliun atau diganti dengan

spironolakton. Diuretik lain yang dapat digunakan antara lain

hidroklotiazid, klotalidon, amilorid, dan asma etaktrinat.

3) Vasodilator

a) Nitro gliserin 0,4-0,6mg sublingual atau 0m2-2ug /

kg / BB / menit IV.

b) Nitroprusdi 0,5-1ug / kg / BB / menit IV

c) Prazosin peroral 2-5mg

d) Penghambat ACE kaptopril 2x6,25mg

Page 31: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

31

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan

Keperawatan adalah merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan integral dari pelayanan dalam bentuk biologi, psikologi, sosial dan

spritualyang komprehensif, ditujukan kepada keluarga, individu dan

masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit, mencakup seluruh proses

kehidupan manusia. Dimana pelayanan yang diberikan untuk membantu

memecahkan masalah klien, untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia

dengan melalui pendekatan yang sistematis, (Carpenito, 2005).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langka awal dari tahap proses keperawatan yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data

dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien,

(Hidayat, 2003).

a. Pengumpulan data

Pengumplan data merupakan kegiatan mengumpulkan informasi

tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan

masalah-masalah serta kebutuhan-kebutuhan klien, biasanya

mengguanakan anamnesa atau wawancara, observasi, pemeriksaan

fisik, dan studi dokumentasi. Data diperoleh dari klien sendiri,

keluarga klien atau orang lain yang ada hubungannya dengan klien,

catatan medik, serta tim kesehatan lainnya, (Nursalam, 2005).

Page 32: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

32

1) Biodata

a) Identitas Klien

Identitas klien mencakup nama, umur, jenis

kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir,

pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,

nomor register, diagnosa medik, dan alamat.

b) Identitas penanggung jawab

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku

bangsa, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan

alamat

c) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat Kesehatan Sekarang

(a) Keluhan Utama

Keluhan uatama adalah keluhan yangg

paling dirasakan oleh klien pada saat

pengkajian. Pada klien dengan

Dekompensasi Kordis keluhan pada

umumnya adalah persaan sulit bernapas.

(b) Riwayat Keluhan Utama

Menggambarkan keadaan kesehatan sejak

pertama kali dirasakan hingga saat dilakukan

Page 33: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

33

pengkajian dengan menggunakan analisa

symptom metode PQRST.

1) Provocative / paliatif, apa yang

menjadi penyebab hal-hal yang

meringankan dan hal-hal yangg

memperberat keadaan. Klien

mengalami sesak napas sehingga

mengalami kesulitan bernapas.

2) Qualitatif / quantitatif, seberapa berat

keluhan terasa, bagaimana rasanya

dan seberapa sering terjadi. Keluhan

dirasakan secara terus menerus.

3) Region / radiation, lokasi keluhan

tersebut dirasakan atau ditemukan,

apakah menyebar kearea lain, daerah

atau area penyebarannya. Keluhan

dirasakan pada dada disertai nyeri

pada ulu hati.

4) Severity / scale, skala kegawatan,

dapat digunakan skala ringan, sedang,

dan berat. Sesak napas dirasakan pada

skala sedang.

Page 34: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

34

5) Timing, kapan keluhan tersebut

ditemukan dan dirasakan, seberapa

sering keluhan tersebut dirasakan

terjadi, apakah terjadi secara

mendadak atau bertahapdan kronis.

Ketika bekerja atau bergerak klien

mengalami sesak napas dan berhenti

ketika beristrahat.

(2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Menanyakan tentang penyakit-penyakit yang

pernah dialami sebelumnya. Klien belum pernah

masuk rumah sakit. Tidak riwayat alergi obat-

obatan dan makanan. Biasanya klien mengalami

sesak napas ketika bekerja dan berkurang ketika

beristrahat.

(3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Dengan mengggunakan genogram tiga

generasi, apakah dalam keluarga klien ada yang

pernah menderita penyakit yang sama dengan klien,

adakah penyakit keturunan dalam keluarga

misalnya DM, Hipertensi, dsb.

Page 35: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

35

d) Riwayat Psikososial

Setiap orang yang menderita suatu penyakit pasti

mengalami gangguan psikologi baik itu sendiri maupun

keluarga, bisa berupa depresi, gelisah / cemas dan denial.

e) Riwayat Spiritual

Hal-hal yang perlu dikaji adalah bagaimana

pelaksanaan ibadah sebelum dan selama sakit. Biasanya

klien melakukan ibadah secara sempurna.

f) Pola Aktivitas Sehari-hari

Yang perlu dikaji dalam kegiatan sehari-hari adalah :

(1) Nutrisi

Bagaimana kebisaan makan klien, apakah ada

perubahan selama dirumah sakit, dan perlu dikaji

frkuensi, makan yang disukai. Biasanya klien

mengalami penurunan nafsu makan.

(2) Eliminasi

Bagaimana pola eliminasi BAK dan BAB, apakah

ada perubahan selama sakit atau tidak. Biasanya

klien tidak ada keluhan saat BAK dan BAB.

(3) Istrahat Tidur

Bagaimana kebiasaan istrahat klien, apakah ada

perubahan atau tidak. Biasanya klien tidak

mengalami gangguan pada pola tidur.

Page 36: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

36

(4) Olahraga dan Aktivitas

Bagaimana kebiasaan olahraga dan aktivitas klien,

apakah ada perubahan selama sakitatau tidak.

Biasanya klien mengalami sesak pada saat

beraktivitas atau bekerja berat atau ringan.

(5) Personal Hygiene

Bagaimana kebiasaan mandi klien, apakah ada

perubahan selama sakit atau tidak. Biasanya klien

tidak mengalami gangguan pada personal hygiene.

g) Pemeriksaan Penunjang

(1) EKG

Adanya distrimia pada monitor EKG, pada rekam

EKG lengkap adanya T inferted, ST depresi atau Q

patologis.

(2) Laboratorium

(a) Darah Rutin : adanya penuurunan

haemoglobin, peningkatan hematokrit,

peningkatan trombosit.

(b) Kadar Enzim : adanya peningkatan CK

CKMB.

(c) Fungsi Ginjal : adanya peningkatan nitrogen

urea darah, peningkatan atau penurunan

kalium serum.

Page 37: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

37

(d) Fungsi Hati : glukosa serum meningkat.

(e) Profil lipid meningkat.

b. Pengelompokka Data

Pengelompokan data adalah mengidentifikasi masalah kesehatan

yang dihadapi klien terdiri atas data subyektif dan data objektif,

(Carpeniti, 2005).

c. Analisa Data

Analisa data adalah proses intelektual yaitu mentabulasi,

menyelidiki, mengklasifikasi, dan mengelompokkan data serta

menghubungkan untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk

diagnosakeperawatan biasanya ditemukan data subyektif dan obyektif,

(Carpenito, 2005).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjeelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok, dimana perawatan secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervenssi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah,

(Carpenito, 2005).

Page 38: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

38

Menurut Carpenito (2005), diagnosa keperawatan yang timbul

pada pasien dengan gangguan sistem Kardiovaskuler, Dekompensasi

Kordis sebagai berikut :

1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan

kontraktilitas miokardium.

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar

oksigen dengan kebutuhan.

3) Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan membran alveola kapiler

4) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah

baring lama.

5) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung dan

implikasi penyakit jantung.

3. Perencanaan

Perencanaan meliputi perkembangan strategi desain untuk

mengurangi, atau mengoreksi masala-masalah yang diidentifikasi pada

diiagnosa keperawatan sehingga klien dapat terpenuhi kebutuhan

dasarnya. Kegiatan perencanaan meliputi : menetapkan tujuan,

merumuskan intervensi dan rasional, (Nursalam, 2008).

Perencanaan keperawatan pada klien dengan diagnosa keperawatan :

Page 39: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

39

1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan

kontraktilitas miokardium

Tujuan :

Penurunan curah jantung dapat teratasi.

Kriteria :

a) Tanda-tanda vital dalam batas normal, (disritmia terkontrol atau

hilang), dan bebas gejala gagal jantung miisalnya haluaran urine

adekuat.

b) Ppenurunan episode dispnea, angina.

c) Ikut serta dalam aktivitas yangg mengurangi beban kerja jantung.

Intervensi :

(1) Kaji feruensi, irama jantung

Rasional :

Tanda vital dapat meningkat pada ggagal jantung.

Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istrahat untuk

mengkompenssasi peenurunan kontraktilitas venntrikuler).

(2) Pantau haluaran urine, catatpenurunan haluaran dan kepekatan

atau konsentrasi urine.

Rasional :

Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung

dengan menahan cairan kejaringan tetapi dapat meningkat

pada malam hari sehingga cairan berpindah kembali ke

sirkulasi bila pasien tidur..

Page 40: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

40

(3) Kaji perubahan pada sensorik, contoh letargi, bingung

disorientasi, cemas dan depresi.

Rrasional :

Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral

sekunder pada penurunan curah jantung.

(4) Berikanistrahat dengan lingkungan yang tenang dan pada

tempat tidur atau kursi dengan posisi semi rekumben

Rasional :

Istrahat fisik harus dipertahankan selama GJK akut

atau refraktori untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung

dan menurunkan kebutuhan oksigen miiokard dan kerja

berlebihan.

(5) Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai indikasi.

Rasional :

Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan

miokard, untuk melawan efek hipoksia ataau iskemia.

(6) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi,

diuretik, vasodilator, dan captopril.

Rasional :

Diuretik berpengaruh terhadap reabsorbsi natrium dan

air, vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah jantung,

menurunkan volume sirkulasi dan tahnan vaskuler sistemik

juga kerja venttrikel. Captopril digunakan untuk mengontrol

Page 41: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

41

gagal jantung dengan mengahmbat konversi angiontensin

dalam paru dan menurunkan vaso kontriksi dan TD.

(7) Kolaborasi dalam pemberian cairan IV, pembatasan jumlah

total sesuai indikasi dan hindari cairan garam.

Rasional :

Karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri,

pasien tidak dapat mentoleransi peningkatan volume cairan.

Pasien GJK juga mengeluarkan sedikit natrium yang

menyebabkab retensi cairan dan meningkatkan kerja miokard.

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara oksigen dengan kebutuhan.

Tujuan :

Intoleransi aktivitas dapat teratasi.

Kriteria :

(8) Berpartisipasi pada aktivitas yang didinginkan, memenuhi

kebutuhan perawatan diri sendiri.

(9) Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur

dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.

(10) Tanda vital dalam batas normal selama aktivitas.

Intervensi :

a) Kaji tanda vital sebelum dan sesudah beraktifitas

Page 42: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

42

Rasional :

Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas

kaarena pengaruh fungsi jantung.

b) Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat

takikardi, disritmia, dispnea, pucat dan berkeringat.

Rasional :

Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk

meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat

menyebabkan peningkatan segera pada ferkuensi jantung dan

kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan

kelemahan.

c) Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas

Rasional :

Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi

jantung daripada kelebihan aktivitas.

d) Berikan bantuan dalam aktivitas perwatan diri sesuai indikasi.

Selingi periode aktivitas dan periode istrahat.

Rasional :

Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa

mempengaruhi sters miokard atau kebutuhan oksigen

berlebihan.

Page 43: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

43

e) Kolaborasi dalam implementasiprogram rehabilitasi jantung

atau aaktivitas.

Rasional :

Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja

jantung atau konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan

perbaikan fungsi jantung dibawah stres, bila disfungsi

jantungtidak dapat membaik kembali.

3) Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan membran alveola kapiler ditandai dengan :

Tujuan :

Resiko tinggi gangguan pertukaran gas tidak terjadi.

Kriteria :

(1) Pasien bebas dari gejala dietres pernapasan (dispnea, sianosis,

penggunaan alat baantu pernapasan)

(2) Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam batas

kemampuan atau situasi.

Intervensi :

a) Kaji frekuensi, kedalam pernapasan dan gerakan dada

Rasional :

Takipnea, pernapasan daangkal, dan gerakan dada

tidak simetris sering terjsadi karena ketidaknyamanan gerakan

dinding dada.

Page 44: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

44

b) Anjurkan pasien batuk efektif, napas dalam

Rasional :

Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran

oksigen.

c) Anjurkan perubahan posisi sering

Rasional :

Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.

d) Pertankan dduduk dikursi atau tirah baring dengan kepala

tempat tidur tinggi 20-30 derajat, posisi semi powler, sokong

tangan dengan bantal.

Rasional :

Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhaan dan

meningkatkan ekspansi paru maksimal.

e) Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi

Rasional :

Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang

dapat memperbaiki atau menurunkan hipoksemia jaringan.

f) Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi, diuretik

Rasional :

Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan

pertukaran gas.

Page 45: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

45

4) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

tirah baring lama, ditandai dengan :

Tujuan :

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit tidak terjadi.

Kriteria :

(3) Mempertahnkan integritas kulit

(4) Mendemonstrasikan prilaku atau tekhnik mencegah kerusakan

kulit.

Intervensi :

a) Observasi keadaan kulit, adanya edema, area sirkulasi

terganggu atau pigmentasi, kegemukan atau kurus.

Rasional :

Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer,

imobilitas fisik, dan gangguan status nutrisi.

b) Pijat area kemerahan atau yang memuth

Rasional :

Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia

jaringan.

c) Ubah posisi sering diatas tempat tidur atau kursi, bantu latihan

rentang gerak pasif atau aktif

Rasional :

Memperbaiki sirkulasi atau menurunkan waktu satu

area yang mengganggu aliran darah.

Page 46: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

46

d) Berikan perawatan kulit, meminimalkan dengan kelembaban

atau ekskresi

Rasonal :

Terlalu kering atau leembab merusak kulit dan

mempercepat kerusakan.

e) Kolaborasi dalam pemberian tekanan alternatif atau kasur,

perlindungan siku atau tumit

Rasional :

Menurunkan tekanan pada kulit, dapat memperbaiki

sirkulasi.

5) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung

dan implikasi penyakit jantung, ditandai dengan :

Tujuan :

Klien dapat mengetahui tentang kondisinya.

Kriteria :

(5) Mengidentifikasi hubungan terapi (program pengobatan) untuk

menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi

(6) Menyatakan tanda dan gejala yang memerlukan intervensi

cepat

(7) Mengidentfikasi stres pribadi ataau faktorresiko dan beberapa

tehnik untuk menangani

(8) Melakukan perubahan pola hidup atau prilaku yang perlu.

Page 47: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

47

Intervensi :

a) Diskusikan fungsi jantung normal

Rasional :

Untuk pengetahuan proses penyakit dan harapan

dapat memudahkan kataatan pada program pengobatan.

b) Kuatkan rasional pengobatan

Rasional :

Pasien percaya bahwa pengubahan program pasca

pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejal atau

merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko

eksasebrasi gejala. Pemahaman program, obat, dan

pembatasan dapat meningkatkan kerja sama untuk mengontrol

gejala.

c) Diskusikan pentngnya menjadi seaktif mungkin tanpa menjadi

kelelahan dan istrahat diantara aaktivitas

Rasional :

Aktivitas fisik berlebihan dapat berlanjut menjadi

melemahkan jantung.

d) Diskusikan pentingnya pembatasan natrium

Rasional :

Pemasukan diet natrium diatas 3 garam per hari akan

menhasilkan efek diuretik.

Page 48: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

48

e) Diskusikaan obat, tujuan dan efek samping. Berikan intruksi

secara verbal dan tertulis

Rasional :

Pemahaman kebutuhan terpeutik dan pentingnya

upaya pelaporan efek samping dapat mencegah terjadinya

komplikasi obat.

f) Jalaskan dan diskusikan dalam mengontrol faktor resiko

(contoh meroko), dan faktor pencetus dan pemberat (contoh

diet tinggi garam, tidak aktif atau terlalu aktif, terpajan pada

suhu ekstrim).

Rasional :

Dapat mencegah terjadinya atau kambuhnya kembali

penyakit yang diderita.

g) Berikan kesempatan klien atau orang terdekat untuk

menanyakan, mendiskusikan masalam dan membuat

perubahan pola hidup yang perlu

Rasional :

Kondisi kronis dan berulang menguatkan kondisi

GJK, sering melemahkan kemampuan koping, dan kapasitas

dukungan klien dan orang terdekat, dan menimbulkan depresi.

Page 49: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

49

4. Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Dalam pelaksanaan ini perawat melakukan

tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun,

kondisi dan keadaan klien yang ada dilapangan, (Nursalam, 2008).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan yang menyediakan

nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan

dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil

yang telah dibuat padda tahap perencanaan, (Hidayat, 2005).

Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan

proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai apakah tujuan

keperawatan berhasil dicapai atau tidak. Oleh karena itu perlu diadakan

pengkajian ulang denga mengajukan beberapa masalah apakah mengalami

perubahan yang ditinjau berdasarkan tujuan rencana keperawatan seperti

sesak, gangguan perfusi jaringan, ansietas, intoleransi terhadap aktivitas,

pemahaman tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

Page 50: Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis di ruang kenanga lantai i rumah sakit dr. hasan sadikin bandung

50