BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangBayi lahir dengan bayi berat
lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko yang
mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya,
sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi. Bayi berat lahir
rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita
energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat
berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkambangan anak, serta berpengaruh
pada penurunan kecerdasan. Salah satu indicator untuk mengetahui
derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB).
Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi,
maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena
masih tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di
ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat
lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini
diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi ( depkes RI
2005) Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari
5 juta kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan
rendah. Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan
kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta
persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir
semua terjadi di Negara berkembang.
B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari BBLR?2. Bagaimana
klasifikasi dari BBLR?3. Bagaimana etiologi dari BBLR?4. Bagaimana
manifestasi klinik dari BBLR?5. Bagaimana patofisiologi dari
BBLR?6. Bagaimana komplikasi dari BBLR?7. Bagaimana pemeriksa
penunjang dari BBLR?8. Bagaimana penataksanaan dari BBLR?9.
Bagaimana cara pencegahan untuk BBLR?
C. Tujuan Penulisan1. Tujuan umumAgar mahasiswa dapat mengetahui
BBLR lebih luas lagi, dan dapat mengetahui penanganan yang efektif
untuk BBLR.2. Tujuan khususa) Mahasiswa dapat mengerti tentang
BBLRb) Mahasiswa dapat mengetahui tanda-tanda BBLRc) Mahasiswa
dapat mengetahui cara penanganannyad) Mahasiswa dapat mengetahui
cara perawatan pada BBLR
BAB IITINJAUAN TEORIA. PengertianBayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009).BBLR merupakan
bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari
2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat, 2005).Jadi dapat
disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa melihat apakah
prematur atau dismatur yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ serta menimbulkan
kematian.
B. Klasifikasi Ada dua golongan BBLR, yaitu:1. Prematuritas
MurniPrematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat bayi sesuai dengan
gestasi atau yang disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan. Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni
adalah :a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang
dari 45 cm, lingkarkepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang
dari 30 cmb. Gerakan kurang aktif otot masih hipotonisc. Umur
kehamilan kurang dari 37 minggud. Kepala lebih besar dari badan
rambut tipis dan halus e. Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela
besar dan sutura besarf. Telinga sedikit tulang rawannya dan
berbentuk sederhanag. Jaringan payudara tidak ada dan puting susu
kecilh. Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan
apnui. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak
terutama pada dahi dan pelipis dahi dan lenganj. Lemak subkutan
kurangk. Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum
tertutup oleh labia mayoral. Reflek menghisap dan menelan serta
reflek batuk masih lemahBayi prematur mudah sekali mengalami
infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit
masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena
itu tindakan preventif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)
2. DismaturitasDismaturasi yaitu bayi yang lahir kurang dari
berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi dan si bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi
kecil untuk masa kehamilan.
C. EtiologiBayi berat lahir rendah mungkin prematur ( kurang
bulan ) mungkin juga cukup bulan ( dismatur ).1. Prematur murni
adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamillan atau
disebut juga neonatus preterm / BBLR / SMK. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Terjadinya Persalinan Prematur atau BBLR adalah:a)
Faktor Ibu Riwayat kelahiran prematur sebelumnya Gizi saat hamil
kurang Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun Jarak hamil
dan bersalin terlalu dekat Penyakit menahun ibu : hipertensi,
jantung, gangguan pembuluh darah (perokok) Perdarahan antepartum,
kelainan uterus, Hidramnion Faktor pekerja terlalu berat
Primigravida Paritasb) Faktor kehamilanHamil dengan hidramnion,
hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil seprti
preeklamsia, eklamsi, ketuban pecah dini.c) Faktor janinCacat
bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda., anomali
kongenitald) Faktor kebiasaan : Pekerjaan yang melelahkan,
merokok2. Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.Faktor-faktor yang
mempengaruhi BBLR pada Dismatur:a) Faktor ibu : Hipertensi dan
penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita penyakit diabetes militus
yang berat, toksemia, hipoksia ibu, (tinggal didaerah pegunungan ,
hemoglobinopati, penyakit paru kronik) gizi buruk, Drugabbuse,
peminum alcohol.b) Faktor utery dan plasenta : Kelainan pembuluh
darah, (hemangioma) insersi tali pusat yang tidak normal, uterus
bicornis, infak plasenta, tranfusi dari kembar yang satu kekembar
yang lain, sebagian plasenta lepas.c) Faktor janin : Gemelli,
kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan,
(toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpez, sifillis).
D. Manifestasi KlinikSecara umum gambaran klinis pada bayi berat
badan lahir rendah sebagai berikut:1. Berat badan lahir < 2500
gram, panjang badan 45 Cm, lingkar dada < 30 Cm, lingkar kepala
< 33 Cm.2. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas
atau lamanya gestasi; kepala relatif lebih besardari badan, kulit
tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit,
osifikasi tengkoraksedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia
immatur, otot masih hipotonik sehingga tungkaiabduksi, sendi lutut
dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.3. Lebih banyak
tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan
sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum
sempurna.Manifestasi klinis yang lain yaitu :1. Kulit tipis,
transparan, lanugo banyak, ubun-ubun dan sutura lebar2. Genetalia
imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun telinga
kurang3. Tangis lemah, tonus otot leher lemah.4. Reflek moro (+),
reflek menghisap, menelan, batuk, belum sempurna.5. Bila lapar
menangis, gelisah, aktifitas bertambah6. Tidak tampak bayi
menderita infeksi/perdarahan intrakranial7. Nafas belum teratur8.
Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak9. Jaringan mamae belum
sempurna, putting susu belum terbentuk dengan baik.
E. PatofisiologiSecara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan
usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga
disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti
adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan
lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.Gizi
yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada
masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil
sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.Anemia dapat
didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah
normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang
paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami
deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang
dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka
akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di
bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel
tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian
janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada
bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas
ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu
hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan
bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
F. Komplikasi Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi
berat lahir rendah antara lain :1. Hipotermia2. Hipoglikemia3.
Gangguan cairan dan elektrolit4. Hiperbilirubinemia5. Sindroma
gawat nafas6. Paten duktus arteriosus7. Infeksi8. Perdarahan
intraventrikuler9. Apnea of Prematurity10. Anemia
G. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain :1. Pemeriksaan skor ballard2. Tes kocok
(shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan3. Darah rutin,
glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.4. Foto dada ataupun babygram
diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan
dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.5. USG kepala terutama pada bayi dengan umur
kehamilan.
H. PenatalaksaanPerawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR)
:1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami
hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan
ketat.2. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan
infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk
mencuci tangan sebelum memegang bayi.3. Pengawasan nutrisi/ASI.
Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian
nutrisi harus dilakukan dengan cermat.4. Penimbangan ketat.
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.5. Kain yang basah
secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih, pertahankan
suhu tetap hangat.6. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila
perlu.7. Tali pusat dalam keadaan bersih.8. Beri minum dengan
sonde/tetes dengan pemberian ASI.9. Bila tidak mungkin infuse
dekstrose 10% + bicabornas natricus 1,5% = 4 : 1, hari 1 = 60
cc/kg/hari (kolaborasi dengan dokter) dan berikan antibiotik.
I. PencegahanPada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR)
pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang
dapat dilakukan :1) Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara
berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak
umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama
faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat
dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan
yang lebih mampu.2) Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan
dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga
kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.3) Hendaknya ibu
dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun)4) Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut
berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi
keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian1. Data SubyektifData subyektif adalah persepsi dan
sensasi klien tentang masalah kesehatan. Data subyektif terdiri
dari:a. Biodata atau identitas pasien :1) Bayi meliputi nama tempat
tanggal lahir jenis kelamin 2) Orangtua meliputi : nama (ayah dan
ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan
pekerjaan, dan alamat.b. Riwayat kesehatan1) Riwayat antenatal yang
perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR
yaitu:a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi
buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit
seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.b) Kehamilan
dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm. c) Pemeriksaan
kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur
dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan. d) Hari pertama
hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).2) Riwayat natal komplikasi persalinan juga
mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi
baru lahir. Yang perlu dikaji :a) Kala I : perdarahan antepartum
baik solusio plasenta maupun plasenta previa.b) Kala II :
Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.3)
Riwayat post natalYang perlu dikaji antara lain :(a) Agar score
bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia
berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.(b)
Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500
gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).(c)
Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.c. Pola nutrisiYang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR
gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan
menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde
sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit,
cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis
metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.Kebutuhan parenteral:1) Bayi BBLR < 1500 gram
menggunakan D5%2) Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%3)
Kebutuhan nutrisi enteral4) BB < 1250 gram = 24 kali per 24
jam5) BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam6) BB > 2000
gram = 8 kali per 24 jam7) Kebutuhan minum pada neonatus :8) Hari
ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari9) Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari10) Hari
ke 3 = 120 cc/kg BB/hari11) Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari12) Dan
untuk tiap harinya sampai mencapai 180 200 cc/kg BB/harid. Pola
eliminasiYang perlu dikaji pada neonatus adalah:BAB : frekwensi,
jumlah, konsistensiBAK : frekwensi, jumlahe. Latar belakang sosial
budayaKebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu
merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis
psikotropika. Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,
kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.f.
Hubungan psikologisSebaiknya segera setelah bayi baru lahir
dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan.
Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang
dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu
dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang
intensif.2. Data ObyektifData obyektif adalah data yang diperoleh
melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan
standart yang diakui atau berlaku.a. Keadaan umumPada neonatus
dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan
membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan
usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan
kondisi neonatus yang baik.b. Tanda-tanda VitalNeonatus post
asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar,
tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi
bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu
tubuh < 37C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C 37,5C,
nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara
40-60 kali per menit, sering pada bayi post asfiksia berat
pernafasan belum teratur. Pemeriksaan fisik adalah melakukan
pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan kesehatan pasien.c.
KulitWarna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.d. KepalaKemungkinan
ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar
cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.e. MataWarna conjunctiva anemis atau tidak anemis,
tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil
menunjukkan refleksi terhadap cahaya. f. HidungTerdapat pernafasan
cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.g. MulutBibir berwarna
pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.h. TelingaPerhatikan
kebersihannya dan adanya kelainani. LeherPerhatikan kebersihannya
karena leher nenoatus pendekj. ThoraxBentuk simetris, terdapat
tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi,
frekuensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.k.
AbdomenBentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit
berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia
diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran
bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.l.
UmbilikusTali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak,
adanya tanda tanda infeksi pada tali pusat.m. GenitaliaPada
neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat
labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.n. Anus Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi
buang air besar serta warna dari faeses.o. EkstremitasWarna biru,
gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau
adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.p. RefleksPada neonatus preterm post asfiksia berat
reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan
mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.3.
Data PenunjangData penunjang pemeriksaan laboratorium penting
artinya dalam menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga
kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang
diperlukan adalah :a. Darah: GDA > 20 mg/dl, Hb dan Bilirubin:
> 10 mg/dlb. test kematangan paru,
B. Diagnosa Keperawatan1. Gangguan pertukaran gas sehubungan
dengan produksi surfactan yang belum optimal.2. Resiko terjadinya
hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis3. Resiko terjadinya
infeksi b/d tali pusat yang belum kering, imunitas yang belum
sempurna, ketuban meconial4. Resiko terjadinya hipoglikemia
sehubungan dengan metabolisme yang meningkat5. Gangguan penemuhan
kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.C.
IntervensiNoDiagnosa PerawatanTujuan dan KriteriaIntervensi
1.Gangguan pertukaran gas b/d produksi surfactan yang belum
optimalSetelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan kebutuhan
O2 bayi terpenuhi dengan kriteria hasil:1. Pernafasan normal 40-60
kali permenit.2. Pernafasan teratur.3. Tidak cyanosis.4. Wajah dan
seluruh tubuh berwarna kemerahan (pink variable).5. Gas darah
normalPH = 7,35 7,45PCO2 = 35 mm HgPO2= 50 90 mmHg1. Letakkan bayi
terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan leher sedikit
tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu
bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm2. Bersihkan jalan nafas, mulut,
hidung bila perlu.3. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda
cyanosis tiap 4 jam4. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian
O2 dan pemeriksaan kadar gas darah arteri
2.Resiko terjadinya hipotermi b/d lapisan lemak pada kulit yang
masih tipisSetelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tidak
terjadi hipotermiadengan kriteria hasil:1. Suhu tubuh 36,5 37,5C2.
Akral hangat3. warna seluruh tubuh kemerahan
1. Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant
warmer) 2. Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan
tubuh, letakkan bayi diatastubuh, letakkan bayi diatas handuk /
kain yang kering dan hangat.3 Observasi suhu bayi tiap 6 jam4
Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila
ASI tidak mungkin diberikan
3.Resiko terjadinya infeksiSetelah dilakukan tindakan
keperawatan, diharapkan selama perawatan tidak terjadi komplikasi
(infeksi)dengan kriteria hasil:1. tidak ada tanda-tanda infeksi.2.
Tidak ada gangguan fungsi tubuh.
1. 1. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam memberikan
asuhan keperawatan2. 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan3. 3. Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi
(kamar bayi)4. 4. Lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2
kali sehari.5. 5. Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan lingkungan
bayi.6. 6. Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala kardinal7. 7.
Hindarkan bayi kontak dengan sakit.8. 8. Kolaborasi dengan team
medis untuk pemberian antibiotik.9. 9. Siapkan pemeriksaan
laboratorat sesuai advis dokter yaitu pemeriksaan DL, CRP.
4.Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme
yang meningkatSetelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan
tidak terjadi hipoglikemia selama masa perawatandengan kriteria
hasil:1. Akral hangat2. Tidak cyanosis3. Tidak apnea4. Suhu normal
(36,5C -37,5C)5. Distrostik normal (> 40 mg)1. 1. Berikan
nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian
nutrisi.2. 2. beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu
lingkungan3. 3. Observasi gejala kardinal (suhu, nadi, respirasi)4.
4. . Kolaborasi dengan team medis untuk pemeriksaan laborat yaitu
distrostik
5.Gangguan penemuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek
menghisap lemah.Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhidengan kriteria hasil:1. Bayi dapat
minum pespeen / personde dengan baik.1. Menunjukkan peningkatan
berat badan1. Retensi tidak ada.
1. Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta
konsistensi.1. Monitor turgor dan mukosa mulut.1. Monitor intake
dan out put.1. Beri ASI sesuai kebutuhan.1. Lakukan control berat
badan setiap hari.
BAB IVPENUTUPA. KesimpulanSetelah membahas mengenai uraian
asuhan keperawatan pada neonatus dengan BBLR, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :1. Dalam melakukan pengkajian pada
neonatus dengan BBLR ditekankan pada ditekankan pada adanya
perubahan suhu, nutrisi, interitas kulit, dan resiko infeksi2.
Dalam perencanaan perlu dituliskan target waktu target waktu yang
digunakan dalam pelaksanan intervensi disesuaikan dengan keadaan
tempat praktek yakni di ruang neonatus sehingga kurang maksimal.3.
Dalam melakukan pengkajian dan implementasi keperawatan, perawat
harus benar-benar prosedural dan menciptakan lingkungan yang aman
dan nyaman bagi neonatus mengingat bayi BBLR terjadi imaturitas
organ. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada adanya perubahan
suhu, nutrisi, interitas kulit, dan resiko infeksi.B.
SaranBerdasarkan kesimpulan diatas kami memberanikan diri untuk
memberikan saran sebagai berikut:1. Dalam memberikan pelayanan
keperawatan tidak boleh membeda-bedakan status klien.2. Dalam
melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
perlu adanya pendekatan dengan klien yaitu; menjalin hubungan
saling percaya sehingga klien mau mengungkapkan apa yang dirasakan
dan masalah keperawatan yang dihadapi dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKABetz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan
Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.Buku Acuan Nasional, Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawijoyo, Jakarta. 2006Rudolph, Abraham M., dkk. 2007. Buku Ajar
Pediatri Rudolph Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Wong, donna,L.2004 . Pedoman klinis keperawatan pediatric. Jakarta
: EGCHidayat,A.Aziz Alimul. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.
2005. Jakarta:Salemba Medika.
21