Top Banner
ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOSOSIAL DAN KESEHATAN MENTAL PADA NY. D DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA TIMUR. TANGGAL 18-20 NOVEMBER 2019 Disusun Oleh : Hani Fathur Rohmah 2017750010 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2019/2020
110

asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

Mar 18, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

PSIKOSOSIAL DAN KESEHATAN MENTAL PADA NY. D DENGAN

GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT

JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA TIMUR.

TANGGAL 18-20 NOVEMBER 2019

Disusun Oleh :

Hani Fathur Rohmah

2017750010

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2019/2020

Page 2: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul “Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Dasar Psikososial Dan Kesehatan Mental Pada Ny. D Dengan

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Islam

Klender Jakarta Timur” ini telah disetujui untuk diujikan pada ujian sidang

dihadapan tim penguji.

Jakarta, 10 April 2020

Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Page 3: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Dasar Psikososial Dan Kesehatan Mental Pada Ny. D Dengan

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Islam

Klender Jakarta Timur” ini telah diujikan dan dinyatakan “LULUS” dalam ujian

sidang di hadapan tim penguji pada tanggal 10 april 2020.

Penguji I

Penguji II

(Ns. Isnaeni, S.Kep.M.KM)

Page 4: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirohim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatum

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah.SWT. dengan kerendahan hati dan

keikhlasan hati yang mendalam, dengan mengucap alhamdulillahi robbil’alamin,

shalawat dan salam semoga tercurahkannya pada junjungan kita , Nabi besar

Muhammad SAW, beserta keluarganya yang mulia, serta kita dan para pengikutnya

sampai akhir zaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Psikososial Dan Kesehatan Mental Pada Ny. D Dengan Gangguan Konsep Diri :

Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur” pada tanggal

18 sampai dengan 20 november 2019.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk

menyelesaikan Pendidikan Program DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada pihak yang telah membantu penulis dalam menyelenggarakan Karya Tulis

Ilmiah dan berkah dari Allah.SWT. sehingga kendala kendala yang dihadapi dapat

diatasi tepat pada waktunya untuk itu penulis mengucapkan Terima Kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku dekan Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

2. Ibu Ns. Titin Sutini,M.Kep.,Sp,Kep.An selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

3. Ibu Ns. Fitriyan Rayasari, M.Kep., Sp.KMB selaku ketua bidang pendidikan

Akademi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta.

Page 5: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

v

4. Bapak Drs. Dedi Muhdiana, M.kep selaku wali Akademik Angkatan XXXV

program studi Diploma III Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta.

5. Ibu Ns.Nuraenah, S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing, Karya Tulis

Ilmiah yang telah sabar memberikan dukungan dan motivasi dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

6. Ibu Ns. Isnaini, S.Kep.M.KM selaku penguji karya tulis ilmiah yang telah

memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis.

7. Seluruh staff dosen program D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta.

8. Papah dan mamah tercinta yang tiada henti-hentinya memberikan motivasi

serta doa dari awal hingga terakhir, baik secara moril, spiritual serta bantuan

materi sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Kepada teman-teman seperjuangan mahasiswa/i Akademi Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta Angkatan 35, terima kasih atas semua

bantuan dan dukungannya.

10. Dan yang terakhir untuk semua yang saya sayangi, maaf tidak dapat

menyebutkan satu persatu, yang telah memberikan motivasi, arahan,

dukungan dan doa untuk keberhasilan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah

ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah jauh dari kata

sempurna oleh karna keterbatasan penulis, maka penulis mengharapkan dengan

tangan terbuka kritik dan saran untuk membangun dan menyempurnakan laporan ini

ataupun laporan penilaian yang lain. Semoga laporan Karya Tulis ini bermanfaat

bagi pembaca umumnya dan bagi tenaga kesehatan khususnya.

Wassalamualaikum. Wr.Wb

Jakarta 10 April 2020

penulis

Page 6: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

vi

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan i

Lembar Pengesahan ii

Kata Pengantar iii

Daftar Isi v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Penulisan 6

C. Ruang Lingkup 7

D. Metode Penulisan 7

E. Sistematika Penulisan 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 9

B. Definisi 11

C. Rentang Respon 13

D. Psikodinamika 14

1. Etiologi 14

2. Cara Mengatasi Harga Diri Rendah 15

3. Komplikasi 16

E. Pengkajian Keperawatan 16

1. Faktor Predisposisi 16

2. Faktor Presipitasi 18

3. Tanda dan Gejala 23

4. Mekanisme Koping 23

F. Pohon Masalah 25

G. Diagnosa Keperawatan 25

H. Perencanaan Keperawatan 26

I. Penatalaksanaan Keperawatan 33

1. Komunikasi Terapeutik 33

Page 7: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

vii

2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : Harga Diri Rendah 35

J. Evaluasi Keperawatan 39

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan 41

B. Pohon Masalah 53

C. Diagnosa Keperawatan 53

D. Perencanaan Keperawatan 54

E. Penatalaksanaan Keperawatan 61

F. Evaluasi Keperawatan 68

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan 71

B. Diagnosa Keperawatan 75

C. Perencanaan Keperawatan 76

D. Penatalaksanaan Keperawatan 77

E. Evaluasi Keperawatan 78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 80

B. Saran 82

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

KEGIATAN HARIAN

Page 8: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat jiwa adalah orang yang dapat menyesuaikan diri secara konstruktif

walaupun kenyataannya buruk, merasa lebih puas untuk memberi dari pada

menerima dan memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya,

mempunyai daya kasih sayang yang besar (WHO, 2018). Indikator sehat jiwa

meliputi sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki

aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan

kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Stuart & Laraia, 1998). Adapun

menurut UU nomor 18 tahun 2014 Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang

individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga

individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat

bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

Kesehatan Jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung

berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan

keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO).

Bagian dari kesehatan jiwa adalah keperawatan jiwa.

Keperawatan Jiwa menurut American Nurses Association (ANA) adalah area

khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia

sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam

meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan

kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (Yosep, 2011). Keperawatan

Kesehatan Jiwa adalah proses dimana perawat membantu individu atau kelompok

dalam mengembangkan konsep diri yang positif, meningkatkan pola hubungan

antar pribadi yang lebih harmonis serta agar berperan lebih produktif di

masyarakat, begitu menurut (Dorothy, Cecelia dalam buku ajar keperawatan jiwa,

2007). Salah satu masalah yang bisa terjadi di kesehatan jiwa adalah gangguan

jiwa.

Page 9: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

2

Gangguan Jiwa adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak

secara klinis, yang terjadi pada seseorang berhubungan dengan keadaan distres

atau ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang dapat diterima pada

kondisi tertentu menurut APA (American Psychiatric Association, 2011).

Sementara menurut (Stuart, 2013) Gangguan Jiwa merupakan psikologik atau pola

perilaku yang ditunjukkan pada individu yang menyebabkan distress, menurunkan

kualitas kehidupan dan disfungsi. Hal tersebut mencerminkan disfungsi

psikologis, bukan sebagai akibat dari penyimpangan sosial maupun konflik

dengan masyarakat.

Dapat disimpulkan Gangguan Jiwa adalah perubahan fungsi jiwa dalam

mengendalikan emosinya sendiri akibat gagal atau tidak mampu mengendalikan

diri dari berbagai ancaman, stressor, masalah, maupun konflik kehidupan yang

menyebabkan timbulnya gejala-gejala pelemahan pada satu atau lebih fungsi

penting dari manusia yaitu fungsi psikologik, perilaku, dan biologik yang dapat

mempengaruhi hubungan manusia tersebut dengan manusia lainnya. Gangguan

Jiwa adalah gangguan pada otak yang ditandai dengan terganggunya emosi,

perasaan, proses berpikir, perilaku, dan persepsi seseorang.

Dari hasil riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan (Riskesdas) tahun 2013,

secara umum gangguan jiwa dibagi menjadi gangguan jiwa berat (kelompok

psikosa, seperti; skizofrenia, gangguan skizotipal, waham), dan gangguan jiwa

ringan meliputi semua gangguan mental emosional yang berupa kecemasan,

panik, gangguan alam perasaan dan sebagainya. Di Indonesia sendiri jumlah

penderita gangguan jiwa berat atau skizofrenia pada tahun 2013 adalah 1.729 dari

1.027.763 anggota rumah tangga yang menjadi responden atau sample (Riskesdas,

2013), jadi dapat dikatakan bahwa jika dalam 1 juta sampel terdapat 1.729 orang

yang menderita gangguan jiwa maka 237 juta jiwa penduduk Indonesia, terdapat

409.773 orang, Manusia yang menderita gangguan jiwa berat secara medis disebut

skizofrenia.

Skizofrenia adalah sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi

klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku socialnya (Melinda Hermanm,

2008). Menurut (DepKes, 1995) Skizofrenia adalah sekelompok gangguan

Page 10: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

3

psikologi dengan gangguan dasar pada kepribadian dan distorsi khas proses pikir

yang ditandai dengan proses pikir penderita yang lepas dari realita sehingga terjadi

perubahan kepribadian seseorang yang sifatnya reversible dan menuju kehancuran

serta tidak berguna sama sekali. Skizofrenia (Laraia, 2009) adalah penyakit otak

neurobiogical yang serius dan menetap, ditandai dengan kognitif dan persepsi

serta efek yang tidak wajar.

Dari hasil penelitian WHO orang yang mengalami gangguan jiwa pada tahun

(2016) terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena

bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia

dengan berbagai faktor biologis, psikologis, dan social dengan keanekaragaman

penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak

pada penambahan beban Negara dan penurunan produktivitas manusia untuk

jangka panjang. Data riskesdas 2013, menunjukkan prevalensi gangguan mental

emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk

usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk

di Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia

mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Salah satu

masalah gangguan skizofrenia terganggu juga konsep dirinya.

Berikut adalah hasil data statistic dari Rumah Sakit Islam Jiwa Klender Jakarta

Timur tahun 2017-2019.

No Masalah 2017 2018 2019

(Maret)

2019

(November)

1 Gangguan persepsi

sensori : Halusinasi

693 835 1793 2485

2 Resiko Perilaku

Kekerasan

43 69 22 74

Page 11: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

4

3 Isolasi Sosial 24 22 12 19

4 Gangguan Konsep

Diri : Harga Diri

Rendah

2 13 6 10

5 Defisit Perawatan

Diri (DPD)

0 0 1 0

Table 1.1 pasien ranap

Berdasarkan data statistik di atas angka klien dengan Gangguan Konsep Diri :

Harga Diri Rendah berada pada urutan ke- 4 jika klien dengan harga diri rendah

tidak ditangani dapat berakibatkan klien tersebut mengisolasi diri dari orang lain.

Akibat lanjut bisa menimbulkan Halusinasi, jika gangguan persepsi sensori

halusinasi ini juga tidak ditangani akan mengakibatkan resiko perilaku kekerasan

dan resiko mencederai orang lain, sehingga perawat sangat memiliki peran penting

dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan pendekatan

manusia seutuhnya meliputi biologis, psikologis, social, budaya dan spiritual,

yang sangat dibutuhkan oleh pasien dan keluarga sehingga sangat diharapkan

dapat membina hubungan dengan orang lain serta lingkungannya. Komponen

kepribadian manusia diantaranya ada konsep diri.

Konsep Diri merupakan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan

kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang

berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan, cara individu

memandang dirinya secara utuh fisik, emosional, sosial dan spiritual (Bech,

Wiliam dan Rawlin, 2009). Adapun menurut (Stuart, 2006) Konsep Diri

merupakan semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan

pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan

Page 12: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

5

orang lain, konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil

pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan

realitas dunia. Setiap individu pasti pernah mengalami masalah terhadap dirinya

sendiri dalam konsep diri, diantara ada masalah komponen Gangguan Konsep Diri

adanya masalah Gangguan Harga Diri Rendah.

Harga diri rendah menurut (Keliat, 2010) adalah kondisi seseorang yang menilai

keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir adalah hal

negatif diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu, dan tidak

berprestasi. Harga diri merupakan salah satu aspek penting dalam psikologi, harga

diri meningkat saat anak dapat mengembangkan hubungan yang bermakna dan

menguasai tugas pengembangan. Harga diri rendah merupakan negative terhadap

diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna,

tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000).

Keseimbangan konsep diri: gambaran diri yang positif dan sesuai, ideal diri yang

realistik, harga diri yang tinggi, penampilan peran yang memuaskan, dan rasa

identitas diri yang jelas sangat mempengaruhi kesehatan individu karena individu

dengan konsep diri yang positif atau sehat akan menjadikan individu dengan

kepribadian yang sehat (Stuart & Sundeen, 1998).

Dapat disimpulkan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah

dapat beresiko melukai diri sendiri, orang lain atau pun lingkungannya. Sehingga

pentingnya peran perawat dalam merawat klien dengan gangguan konsep diri :

harga diri rendah dengan melakukan pendekatan diri pada klien, melakukan

asuhan keperawatan dan memberikan penkes promotif, prefentif, kuratif, dan

rehabilitative.

Dapat dijelaskan, promotif adalah promosi tentang sehat jiwa melalui seminar dan

pengujian. Sedangkan preventif adalah pemberi penyuluhan pendidikan tentang

kesehatan jiwa untuk mencegah terjadinya masalah Gangguan Konsep Diri: Harga

Diri Rendah, mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat atau

perorangan, upaya ini dilaksanakan di lingkungan keluarga, dan masyarakat.

Kuratif adalah strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan klien Gangguan

Konsep Diri: Harga Diri Rendah mengenali aspek positif yang dimiliki.

Page 13: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

6

Rehabilitative adalah usaha mengembalikan penderita kedalam masyarakat,

sehingga dapat berfungsi kembali sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk

dirinya dan masyarakat terutama dengan gangguan jiwa pada pasien Gangguan

Konsep Diri: Harga Diri Rendah.

Dari hasil penelitian WHO dan analisa data menurut kemenkes, depkes dan ristek

klien dengan gangguan jiwa setiap tahunnya meningkat menjadi lebih banyak dari

tahun tahun sebelumnya. Oleh karena itu penulis sangat tertarik sekali untuk

menyusun sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan

Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental

Pada Ny. D Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Rumah

Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penulisan ini adalah agar dapat memperoleh

pengalaman secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan Dalam

Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial Dan Kesehatan Mental Pada Ny. D

Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa

Islam Klender Jakarta Timur.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial

dan Kesehatan Mental pada Ny. D dengan Gangguan Konsep Diri : Harga

Diri Rendah.

b. Mampu menentukan masalah keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Psikososial dan Kesehatan Mental pada Ny. D dengan Gangguan Konsep

Diri : Harga Diri Rendah.

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada Ny. D dengan Gangguan

Konsep Diri : Harga Diri Rendah.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada Ny. D dengan Gangguan

Konsep Diri : Harga Diri Rendah.

Page 14: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

7

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Psikososial dan Kesehatan Mental pada Ny. D dengan Gangguan Konsep

Diri : Harga Diri Rendah.

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus

dalam praktik Asuhan Keperawatan pada Ny. D dengan Gangguan Konsep

Diri : Harga Diri Rendah.

g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun penghambat

serta dapat mencari solusi/alternatif pemecahan masalah pada Ny. D

dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.

h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan Asuhan Keperawatan pada

Ny. D dengan Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.

C. Ruang Lingkup

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis membahas Asuhan Keperawatan

Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial Dan Kesehatan Mental Pada

Ny. D Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa

Islam Klender Jakarta Timur yang dilaksanakan pada tanggal 18 s/d 20

November 2019.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dan kepustakaan,

dimana penulis menggambarkan Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental Pada Ny. D Dengan

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender

dalam bentuk narasi. Sedangkan tehnik yang penulis gunakan dalam penyusunan

makalah ini adalah dengan menggunakan neknik wawancara, observasi dimana

penulis terlihat langsung semala 3 hari dalam memberikan asuhan keperawatan.

Penulis melakukan wawancara dengan klien, keluarga klien, perawat ruangan dan

tim kesehatan.

Page 15: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

8

E. Sistematika Penulisan

Karya penulisan ilmiah ini disusun secara sistematik yang terdiri dari, 5 bab,

yaitu:

BAB I : Pendahuluan

Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode

penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Konsep Dasar

Meliputi definisi, etiologi, proses terjadinya masalah, rentang respon,

komplikasi dan asuhan keperawatan.

BAB III : Tinjauan Kasus

Meliputi pengkajian diagnosa, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi.

BAB IV : Pembahasan

Meliputi perbandingan masalah konsep dan kasus.

BAB V : Penutup

Meliputi kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka

Daftar Lampiran Hidup

Lampiran

Page 16: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Manusia dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu manusia sebagai

makhluk holistik dan manusia sebagai sistem (Potter dan Perry, 1997).

Kebutuhan Dasar Manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,

yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

Kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan

menyatakan bahwa setiap manusia memiliki ilmu kebutuhan dasar, yaitu

kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter

dan Perry, 1997 dalam buku Aziz Alimul 2014).

Teori hierarki kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow ini dapat

dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologis

Merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologi seperti

oksigen, cairan(minuman), nutrisi(makanan), keseimbangan suhu tubuh,

eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual.

b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan

Dibagi menjadi perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman

terhadap tubuh dan hidup, dan perlindungan psikologis yaitu perlindungan

atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing.

c. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki

Antara lain memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan

keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya.

d. Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain

Page 17: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

10

Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapat kekuatan, meraih

prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga

memerlukan pengakuan dari orang lain.

e. Kebutuhan aktualisasi diri

Merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan

untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri

sepenuhnya.

2. Ciri Kebutuhan Dasar Manusia

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada

dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena terdapat perbedaan

budaya maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi

kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika

gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berfikir lebih keras dan bergerak

untuk berusaha mendapatkannya.

3. Faktor yang memengaruhi kebutuhan dasar manusia

Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut.

1. Penyakit

Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan

kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi

organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya.

2. Hubungan keluarga

Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan

dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada

rasa curiga, dan lain-lain.

3. Konsep Diri

Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan

dasar.Kebutuhan dasar yang positif memberikan makna dan keutuhan

(wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan

positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah

Page 18: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

11

berubah, mudah mengenali kebutuhan, dan mengembangkan cara hidup

yang sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.

4. Tahap Perkembangan

Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan.

Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda, baik

kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual, mengingat berbagai

fungsi organ tubuh mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang

berbeda.

B. Definisi

Konsep Diri merupakan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan

kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang

berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan, cara individu

memandang dirinya secara utuh fisik, emosional, sosial dan spiritual (Bech,

Wiliam dan Rawlin, 2009). Konsep Diri merupakan semua pikiran, keyakinan,

dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan

mempengaruhi hubungannya dengan orang lain, konsep diri tidak terbentuk waktu

lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya

sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas dunia. Setiap individu pasti pernah

mengalami masalah terhadap dirinya sendiri dalam konsep diri, salah satunya

gangguan harga diri rendah (Stuart, 2006).

Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan dirinya lebih

rendah dibandingkan orang lain yang berpikir adalah hal negatif diri sendiri

sebagai individu yang gagal, tidak mampu, dan tidak berprestasi (Keliat, 2010).

Harga diri rendah adalah persepsi diri yang berkembang negatif dalam berespon

terhadap situasi yang sedang terjadi (NANDA, 2005). Harga diri merupakan salah

satu aspek penting dalam psikologi, harga diri meningkat saat anak dapat

mengembangkan hubungan yang bermakna dan menguasai tugas pengembangan.

Page 19: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

12

Sementara itu, masa remaja awal adalah masa resiko untuk harga diri karena

remaja berusaha untuk mendefinisikan sebuah identitas dan rasa diri dalam

kelompok sebaya (boyd dalam carpinto moyet, 2009). Harga diri rendah

merupakan negative terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri,

tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus

asa (Depkes RI, 2000).

Komponen-komponen konsep diri (Stuart, 2009)

1. Citra Tubuh (Body Image)

Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari

terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang

tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi yang dimiliki. Citra tubuh

dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru.

2. Ideal Diri (Self Ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya

berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal yang

diyakini. Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan,

harapan tentang dirinya sendiri.

3. Harga Diri (Self Esteem)

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh

dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga

diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa

syarat, walaupun melakukan kesalahan dan kegagalan tetap merasa sebagai

seorang yang penting dan berharga.

4. Peran Diri (Self Role)

Peran diri merupakan serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh

lingkungan social berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok

social. Peran yang diterapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak

Page 20: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

13

mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih

oleh individu.

5. Identitas Diri (Self Identifity)

Identitas diri merupakan kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari

pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan

menjadi satu kesatuan yang utuh. Pembentukan identitas dimulai pada masa

bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tetapi merupakan tugas utama

pada masa remaja.

C. Rentang Respon

Menurut Stuart G. W, 2006

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Gangguan Kekacauan Depersonalisasi

diri positif harga diri identitas /tidak personal

diri

Keterangan gambar :

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang

rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif (Fajariyah, 2012) sebagai

berikut:

1. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien menghadapi suatu masalah dapat

menyelesaikan masalah dengan baik :

a. Aktualisasi diri adalah penyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan

latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

Page 21: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

14

b. Konsep diri positif adalah merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang

ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan

peran serta identitas dirinya yang positif.

2. Respon mal-adaptif Gangguan konsep diri adalah respon individu dalam menghadapi

masalah dimana individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut.

a. Harga diri rendah merupakan perasaan negative terhadap dirinya sendiri,

termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak

ada harapan dan putus asa.

b. Kerancauan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk

mengintegrasikan sebagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian

psikososial dewasa yang harmonis.

c. Depersonalisasi adalah suatu perasaan yang tidak realistis di mana klien tidak

dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya.

D. Psikodinamika

Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan

perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah

motivasi, emosi, dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan

bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek

psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini (Sigmund

Freud, 2009).

1. Etiologi

a. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart 2006, berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam

konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut :

(dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa, Mukhripah Damaiyanti dan

Iskandar, hal 39)

1) Factor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,

harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang

Page 22: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

15

mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain

dan ideal diri tidak realistis.

2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotip peran gender

(kesan dan keyakinan tentang apa perilaku yang tepat untuk pria dan

wanita), tuntunan peran kerja, dan harapan peran budaya.

3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan

orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur social.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian

anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami

kegagalan, serta menurunnya produktifitas. Gangguan konsep diri: harga diri

rendah ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik. (dalam buku

Asuhan Keperawatan Jiwa, Ade Hermawan, hal 147)

1) Situasional : Gangguan konsep diri : harga diri rendah yang terjadi secara

situasional bisa disebabkan oleh trauma secara tiba-tiba, misalnya harus

operasi, kecelakaan, dicerai suami/istri, putus sekolah, putus hubungan

kerja, perasaan malu karena sesuatu yaitu korban pemerkosaan, dipenjara

tiba-tiba. Selain itu, dirawat dirumah sakit juga bisa menyebabkan harga

diri rendah.

2) Kronik : Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronik adalah perasaan

negativ terhadap diri berlangsung lama, biasanya dirasakan klien sebelum

sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan

meningkat saat dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negativ.

Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap

dirinya.

2. Cara Mengatasi Harga Diri Rendah

Coopersmith dalam buku stuart dan sundeen (2002) menyatakan bahwa ada

empat hal yang dapat meningkatkan Harga Diri Rendah, yaitu: (dalam buku

ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Pdf, hal 94)

a. Memberi kesempatan untuk berhasil.

Page 23: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

16

b. Menanamkan idealisme.

c. Mendukung aspirasi/ide.

d. Membantu membentuk koping.

3. Komplikasi

Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri

merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain bisa mengakibatkan resiko perilaku

kekerasan : suatu perilaku yang dapat mengancam atau melukai dirinya sendiri

dan orang lain disekitarnya baik fisik maupun mental.

E. Pengkajian Keperawatan

Dalam tahap pengkajian, informasi diperoleh langsung dan terstruktur dari klien

melalui observasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik atau melalui sumber

sekunder. Pengkajian keperawatan terdiri dari faktor predisposisi, faktor prepitasi,

perilaku klien dan mekanisme koping (Ns. M. Suhron., S.kep., M.kes dalam buku

asuhan keperawatan jiwa konsep self esteem)

1. Faktor predisposisi

a. Citra tubuh

1) Operasi kehilangan salah satu bagian tubuhnya.

2) Kegagalan fungsi tubuh.

3) Perubahan tubuh, bentuk dan ukuran pada setiap penyakit yang

dideritanya.

4) Proses pengobatan yang ketergantungan pada mesin seperti radiasi dan

kemotrapi.

b. Harga diri

1) Perkembangan individu.

Page 24: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

17

2) Ideal diri yang tidak realistic.

3) Gangguan fisik dan mental.

4) System keluarga yang tidak berfungsi.

5) Pengalaman traumatic yang berulang.

c. Ideal diri

1) Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.

2) Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.

3) Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil.

4) Kebutuhan yang realistis.

5) Keinginan untuk menghindari kegagalan.

6) Perasaan cemas dan rendah diri.

d. Peran

1) Konflik peran interpersonal.

2) Contoh peran yang tidak adekuat.

3) Kehilangan hubungan yang penting.

4) Perubahan peran seksual.

5) Keragu-raguan peran.

6) Perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan

proses menua.

7) Kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran.

8) Ketergantungan obat.

9) Kurangnya keterampilan social.

Page 25: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

18

10) Perbedaan budaya.

11) Harga diri rendah.

12) Konflik antar peran yang sekaligus di perankan

e. Identitas diri

1) Ketidak percayaan orang tua.

2) Tekanan dari teman sebaya.

3) Perubahan struktur social.

2. Faktor Presipitasi

Faktor pencetus faktor yang membuat klien akhirnya mengalami gangguan jiwa

setelah mengalami faktor-faktor pendukung.

a. Trauma

Penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang

mengancam kehidupan.

b. Ketegangan peran

Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran

atau posisi yang diharapkan :

a) Transisi peran perkembangan

Perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan.

b) Transisi peran situasi

Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau

berkurangnya orang yang penting dalam kehidupan individu melalui

kelahiran atau kematian orang yang berarti.

c) Transisi peran sehat-sakit

Page 26: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

19

Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri.

Transisi ini mungkin di cetuskan oleh :

1) Kehilangan bagian tubuh.

2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.

3) Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal.

4) Prosedur medis dan keperawatan.

d) Perilaku klien dengan gangguan konsep diri

Adapun rentang respon gangguan konsep diri : harga diri rendah transisi

antara respon konsep diri adaptif dan mal adaptif. (Stuart, 2006).

1. Perilaku yang adaptif

a) Syok psikologis

Merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat

terjadi saat pertama tindakan.

b) Menarik diri

Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan, tetapi

karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara

emosional.

c) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap

Setelah klien sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan atau

berduka muncul.

d) Perilaku yang maladaptive

2. Perilaku yang berhubungan dengan gangguan peran

a) Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan

menampilkan peran.

Page 27: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

20

b) Mengingkari atau menghindari peran.

c) Kegagalan transisi peran.

d) Ketegangan peran.

e) Kemunduran pola tanggung jawab yang biasa dalam peran.

f) Proses berkabung yang tidak berfungsi.

g) Kejenuhan pekerjaan.

3. Perilaku harga diri rendah

a) Mengkritik diri sendiri atau orang lain.

b) Penurunan produktivitas.

c) Destruktif yang diarahkan pada orang lain.

d) Gangguan dalam berhubungan.

e) Rasa diri penting yang berlebihan.

f) Perasaan tidak mampu.

g) Merasa bersalah.

h) Mudah tersinggung atau marah berlebihan.

i) Perasaan negative mengenai tubuhnya sendiri.

j) Ketegangan peran yang dirasakan.

k) Pandangan hidup yang pesimis.

l) Keluhan fisik.

m) Pandangan hidup yang bertentangan.

n) Penolakkan terhadap kemampuan personal.

o) Destruktif terhadap diri sendiri.

Page 28: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

21

p) Pengurangan diri.

q) Menarik diri secara social.

r) Penyalahgunaan zat.

s) Menarik diri dari realitas.

t) Khawatir

4. Perilaku keracunan identitas

a) Tidak ada kode moral.

b) Sifat kepribadian yang bertentangan.

c) Hubungan interpersonal eksploitatif.

d) Perasaan hampa.

e) Perasaan mengambang tentang diri sendiri.

f) Keracunan gender.

g) Tingkat ansietas yang tinggi.

h) Ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain.

i) Kehilangan keautentikan.

j) Masalah intimasi.

5. Perilaku depersonalisasi

a. Afektif

a) Mengalami kehilangan identitas.

b) Perasaan terpisah dari diri sendiri.

c) Perasaan tidak aman, rendah, takut dan malu.

d) Perasaan tak realistis.

Page 29: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

22

e) Rasa terisolasi yang kuat.

f) Kurang rasa kesinambungan dalam diri.

g) Ketidakmampuan untuk mencari kesenangan atau perasaan untuk

mencapai sesuatu.

b. Perseptual

a) Halusinasi pendengaran dan penglihatan.

b) Kebingungan tentang seksualitas diri.

c) Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain.

d) Gangguan citra tubuh.

e) Mengalami dunia seperti dalam mimpi.

c. Kognitif

a) Bingung.

b) Disorientasi waktu.

c) Gangguan berpikir.

d) Gangguan daya ingat.

e) Gangguan penilaian.

f) Adanya kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama.

d. Perilaku

a) Afek yang tumpul.

b) Keadaan emosi yang pasif dan tidak berespons.

c) Komunikasi yang tidak serasi.

d) Kurang spontanitas dan animasi.

Page 30: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

23

e) Kehilangan kendali terhadap impuls.

f) Kehilangan kemampuan untuk memulai dan membuat keputusan.

g) Menarik diri secara social.

3. Tanda dan Gejala

Klien dengan konsep harga diri rendah kronis memiliki batasan karakteristik

berikut ini: (menurut, Ns. Sutejo, M.kep., Sp.kep. J.)

a) Ucapan-ucapan negative atau kritik negative terhadap dirinya sendiri.

b) Ekspresi rasa malu atau rasa bersalah.

c) Mengevaluasi diri sendiri sebagai akibat dari ketidakmampuan menghadapi

kejadian.

d) Merasionalisasi penolakkan atau adanya penolakkan terhadap umpan balik

positif serta melebih-lebihkan umpan balik negative itu sendiri.

e) Ragu-ragu untuk mencoba hal atau situasi baru.

Selain batasan karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya, Towsend

(2010) menyatakan batasan karakteristik lainnya yang meliputi :

a) Kurangnya keberhasilan dalam pekerjaan maupun peristiwa lainnya.

b) Adaptasi yang bersifat eksesif atau berlebihan, sehingga terlalu bergantung

pada pendapat orang lain.

c) Kurangnya kontak mata.

d) Ketidakmampuan mengambil keputusan.

e) Tindakan pencarian kenyamanan atau ketentraman yang berlebihan.

4. Mekanisme Koping

1. Jangka pendek

Page 31: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

24

a) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga, kontes

popularitas).

b) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis identitas (music

keras, pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton tv terus-menerus).

c) Kegiatan yang mencoba menghilangkan anti identitas sementara (ikut

kelompok social, keagamaan, politik).

d) Kegiatan yang mencoba menghilangkan anti identitas sementara

(penyalahgunaan obat).

2. Jangka panjang

Menutup identitas dari orang-orang berarti, tanpa mengindahkan hasrat,

aspirasi atau potensi diri sendiri.

3. Identitas negative

Yaitu asumsi yang bertentangan atau tidak wajar dengan nilai dan harapan

masyarakat.

4. Pertahanan ego

Termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pergeseran

(displacement), peretakan (splitting), berbalik marah terhadap diri sendiri

dan amuk.

a) Fantasi adalah kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang

sudah ada (dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru.

b) Disosiasi adalah respons yang tidak sesuai dengan stimulus.

c) Isolasi adalah menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar.

d) Proyeksi adalah kelemahan dan kekurangan dalam diri sendiri dilontarkan

pada orang lain.

Page 32: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

25

e) Displacement adalah mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan pada

orang yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi.

F. Pohon Masalah

Pohon masalah yang ada pada gangguan konsep diri : harga diri rendah sebagai

berikut :

Resiko perilaku kekerasan (akibat) Resiko isolasi sosial (akibat)

(core problem)

Ideal diri, Peran diri, Citra tubuh (etiologi)

G. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis respon individu, keluarga, atau

masyarakat terhadap masalah kesehatan actual atau potensial/proses kehidupan.

Setelah mengumpulkan data, kita dapat membandingkan informasi yang

diperoleh dengan nilai-nilai normal dalam kesehatan dan adaptasi. Diagnosis

keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala harga diri rendah yang

ditemukan. Pada pasien gangguan jiwa, diagnosis yang ditegakkan adalah :

1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2. Resiko isolasi sosial

3. Resiko perilaku kekerasan

4. Ideal diri

Konsep Diri : Harga Diri

Rendah

Page 33: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

26

H. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan sistematis, mencangkup pembuatan keputusan dan penyelesaian

masalah. Dalam perencanaan perawat merujuk pada data pengkajian klien dan menyatakan diagnose sebagai petunjuk dalam

merumuskan tujuan klien dan merencanakan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan

masalah kesehatan klien (Kozier, Erb, Bermain, & Snyder, 2010).

No.

Dx

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan

konsep diri :

Harga Diri

Rendah

TUM : Klien memiliki konsep

diri yang positif.

TUK :

1) Klien dapat membina

hubungan saling percaya

dengan perawat.

1. Setelah ... kali

pertemuan klien

menunjukkan ekspresi

wajah bersahabat,

menunjukkan rasa

senang, ada kontak

mata, mau berjabat

1.1. Bina hubungan saling

percaya dengan

menggunakan prinsip

komunikasi

terapeutik:

Sapa klien dengan

ramah, baik verbal

Hubungan saling

percaya merupakan

dasar untuk kelancaran

hubungan interaksi

selanjutnya.

Page 34: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

27

tangan, mau

menyebutkan nama,

mau menjawab salam,

klien mau duduk

berdampingan dengan

perawat, mau

mengutarakan masalah

yang dihadapi.

maupun non

verbal.

Perkenalkan diri

dengan sopan.

Tanyakan nama

lengkap dan nama

panggilan yang

disukai klien.

Jelaskan tujuan

pertemuan.

Jujur dan menepati

janji.

Tunjukkan sikap

empati dan

menerima klien apa

adanya.

Beri perhatian dan

perhatikan

kebutuhan dasar

Page 35: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

28

klien.

2) Klien mengidentifikasi

aspek positif dan

kemampuan yang dimiliki.

2. Setelah ... kali

pertemuan klien

menyebutkan:

Aspek positif dan

kemampuan yang

dimiliki klien.

Aspek positif

keluarga.

Aspek positif

lingkungan klien.

2.1 Diskusikan dengan

klien tentang:

Aspek positif yang

dimiliki klien,

keluarga,

lingkungan.

Kemampuan yang

dimiliki klien.

2.2 Bersama klien buat

daftar tentang:

Aspek positif klien,

keluarga,

lingkungan.

Kemampuan yang

dimiliki klien.

2.3 Beri pujian yang

realistis, hindarkan

Diskusikan tingkat

kemampuan klien

menilai realitas, control

diri atau integritas ego

sebagai dasar asuhan

keperawatan.

Reinforcement positif

akan meningkatkan

harga diri.

Pujian yang realistis

tidak menyebabkan

Page 36: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

29

memberi penilaian

negative.

melakukan kegiatan

hanya karna ingin

mendapat pujian.

3) Klien dapat menilai

kemampuan yang dimiliki

untuk dilaksanakan.

3. Setelah ... kali

pertemuan klien

menyebutkan

kemampuan yang

dapat dilaksanakan.

3.1 Diskusikan dengan

klien kemampuan yang

dapat dilaksanakan.

3.2 Diskusikan

kemampuan yang dapat

dilanjutkan

pelaksanaannya.

Keterbukaan dan

pengertian tentang

kemampuan yang

dimiliki adalah prasat

untuk berubah.

Pengertian tentang

kemampuan yang

dimiliki diri motivasi

untuk tetap

mempertahankan

penggunaannya.

4) Klien dapat merencanakan

sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki.

4. Setelah ... kali

pertemuan klien

membuat rencana

4.1 Rencanakan bersama

klien aktifitas yang

dapat dilakukan setiap

hari sesuai kemampuan

Klien adalah individu

yang bertanggung

jawab terhadap dirinya

Page 37: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

30

kegiatan harian. klien:

Kegiatan mandiri

Kegiatan dengan

bantuan

4.2 Tingkatkan kegiatan

sesuai kondisi klien.

4.3 Beri contoh cara

pelaksanaan kegiatan

yang dapat klien

lakukan.

sendiri.

Klien perlu bertindak

secara realistis dalam

kehidupannya.

Contoh peran yang

dilihat klien akan

memotivasi klien untuk

melaksanakan kegiatan.

5) Klien dapat melakukan

kegiatan sesuai rencana

yang dibuat.

5. Setelah ... kali

pertemuan klien

melakukan kegiatan

sesuai jadwal yang

dibuat.

5.1 Anjurkan klien untuk

melaksanakan kegiatan

yang telah

direncanakan.

5.2 Pantau kegiatan yang

Memberikan

kesempatan kepada

klien dirumah.

Mengetahui kegiatan

Page 38: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

31

dilaksanakan klien.

5.3 Beri pujian atas usaha

yang dilakukan klien.

5.4 Diskusikan

kemungkinan

pelaksanaan kegiatan.

apa saja yang sudah

dilakukan oleh klien.

Reinforment positif

akan meningkatkan

harga diri.

Memberikan

kesempatan kepada

klien untuk tetap

melakukan kegiatan

yang biasa dilakukan.

6) Klien dapat memanfaatkan

sistem pendukung yang ada.

6. Setelah ... kali

pertemuan klien

memanfaatkan sistem

pendukung yang ada

di keluarga.

6.1 Beri pendidikan

kesehatan pada

keluarga tentang cara

merawat klien dengan

harga diri rendah.

6.2 Bantu keluarga

memberikan dukungan

Mendorong keluarga

untuk mampu merawat

klien mandiri dirumah.

Support system

Page 39: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

32

selama klien dirawat.

6.3 Bantu keluarga

menyiapkan lingkungan

dirumah.

keluarga akan sangat

berpengaruh dalam

mempercepat proses

penyembuhan.

Meningkatkan peran

serta keluarga dalam

merawat klien dirumah.

Page 40: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

33

I. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan adalah permulaan dan perwujudan dari perencanaan

keperawatan. Jenis tindakan pada penatalaksanaan keperawatan ini terdiri dari

tindakan mandiri. Saling ketergantungan atau kolaborasi dan tindakan rujukan

atau ketergantungan. Pelaksanaan keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan (Ernawati, dkk, 2009).

1. Komunikasi Terapeutik

Merupakan komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien yang

berfokus pada kebutuhan pasien agar tercapai pertukaran informasi yang efektif

untuk menunjang pemulihan (videback, 2008). Tujuan dari komunikasi

terapeutik dapat dicapai melalui eksplorasi berbagai aspek pengalaman hidup

pasien (Stuart, 2013). Hal yang perlu diperhatikan pada komunikasi terapeutik

adalah sikap dan kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi inter-

personal. Menurut Potter & Perry (2013) untuk melakukan komunikasi inter-

personal, diperlukan kemampuan mengambil inisiatif, memberikan respon yang

tepat, membangun kepercayaan antara perawat-pasien, dan menghargai setiap

karakter individu. Penerapan komunikasi terapeutik pada individu dilakukan

dalam 4 tahap. Menurut Stuart (2013) tahap komunikasi terapeutik antara lain:

a) Fase Prainteraksi

Pada tahap ini, perawat berfokus kepada eksplorasi kemampuan diri sendiri.

Tahap ini terjadi sebelum perawat melakukan komunikasi dengan pasien.

b) Fase Perkenalan atau Orientasi

Tahap ini merupakan pertemuan pertama perawat dengan pasien. Pada tahap

ini perawat perlu menemukan hal yang menjadi permasalahan pasien.

Perawat juga berusaha membangun hubungan baik agar tercipta rasa saling

percaya. Menurut Keliat, Akemat, Helena & Nurhaeni (2007), hal yang

dilakukan pada tahap perkenalan atau orientasi adalah memperkenalkan diri,

mengevaluasi kondisi pasien, dan menyepakati kontrak mengenai topik yang

dibicarakan, tempat, waktu, dan tujuan.

Page 41: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

34

c) Fase Kerja

Pada tahap ini perawat membantu mengatasi kecemasan yang ada dalam diri

pasien dengan memberikan mekanisme koping. Selain itu, perawat juga

memberikan edukasi kepada pasien dengan menghubungkan persepsi,

pikiran, perasaan, dan tindakan.

d) Fase Terminasi

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam komunikasi terapeutik. Pada tahap

ini perawat mengevaluasi pencapaian tujuan secara objektif, dan evaluasi

terhadap hasil tindakan yang telah dilakukan. Menurut Keliat, Akemat,

Helena & Nurhaeni (2007) terminasi terbagi menjadi 2 yaitu terminasi

sementara dan terminasi akhir. Pada terminasi sementara, perawat akan

bertemu lagi dengan pasien pada waktu yang telah disepakati dengan

membuat rencana tindak lanjut dan kontrak waktu. Namun, pada terminasi

akhir, perawat dan pasien tidak menentukan kembali waktu pertemuan

karena pasien telah mampu menyelesaikan masalahnya.

e) SP pada Pasien Harga Diri Rendah

SP 1 Pasien :

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.

2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat

digunakan.

3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan

kemampuan pasien.

4. Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang akan dipilih.

5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.

6. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

SP 2 Pasien :

Page 42: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

35

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.

2. Melatih kemampuan pasien kedua.

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : Harga Diri Rendah

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi adalah terapi yang menggunakan

aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk

didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa

kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaikan masalah.

a. Tujuan :

Tujuan Umum

TAK stimulasi persepsi: Harga Diri Rendah adalah klien mempunyai

kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan

stimulus kepadanya.

Tujuan Khusus

1) Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan.

2) Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.

3) Klien dapat menilai hal positif dirinya yang dapat digunakan.

4) Klien dapat memilih hal positif dirinya yang akan dilatih.

5) Klien dapat melatih hal positif dirinya yang telah dilatih.

6) Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih.

b. Aktivitas dan indikasi

Aktivitas dibagi dalam empat bagian, yaitu mempersepsikan stimulus nyata

sehari-hari, stimulus nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan,

stimulus yang tidak nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan, serta

stimulus nyata yang mengakibatkan harga diri rendah.

Page 43: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

36

1) Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari.

a) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi persepsi: menonton

televisi.

b) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi persepsi: membaca

majalah/koran/artikel.

c) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi persepsi: melihat gambar.

2) Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata yang menyebabkan Harga Diri

Rendah.

Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan,

yaitu:

a) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: mengidentifikasi aspek

yang membantu harga diri rendah dan aspek positif kemampuan yang

dimiliki selama hidup (dirumah dan dirumah sakit).

b) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: melatih kemampuan

yang dapat digunakan dirumah sakit dan dirumah.

3) TAK stimulasi

Dibagi menjadi dua sesi yaitu:

Sesi 1 : Mengidentifikasi hal yang positif pada diri.

Sesi 2 : Melatih hal yang positif pada diri yang telah dipilih.

TAK Stimulasi Persepsi : Harga Diri Rendah

Sesi 1 : Mengidentifikasi hal positif pada diri

Tujuan :

1. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan.

2. Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.

Page 44: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

37

Setting :

1. Klien duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat :

1. Spidol sebanyak jumlah klien mengikuti TAK.

2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK.

Metode :

1. Diskusi

2. Permainan

Langkah kegiatan :

1. Persiapan

a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan

konsep diri : harga diri rendah.

b. Membuat kontrak dengan klien.

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1. Salam terapeutik kepada klien

2. Perkenalkan nama dan panggilan nama (pakai papan nama)

3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (berikan klien

papan nama)

b. Evaluasi/validasi

Menanyakan klien saat ini.

Page 45: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

38

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bercakap-cakap tentang hal

positif dari klien

2. Menjelaskan aturan permainan :

a. Jika klien ada yang meninggalkan kelompok harus izin

kepada perawat

b. Lama kegiatan 45 menit

c. Setiap klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3. Tahap kerja

a. Perawat memperkenalkan diri : nama lengkap serta nama

panggilan dan memakai papan nama

b. Perawat membagikan kertas dan spidol kepada klien

c. Perawat meminta klien menulis pengalaman yang tidak

menyenangkan

d. Memberi pujian atas peran serta klien

e. Perawat memberikan kertas yang kedua

f. Perawat meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri

sendiri : kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang bisa

dilakukan dirumah dan dirumah sakit.

g. Perawat meminta klien membicarakan hal positif yang sudah

ditulis secara bergantian sampai semua klien mendapatkan

giliran.

h. Perawat memberi pujian pada setiap peran serta klien

4. Tahap eliminasi

a. Evaluasi

Page 46: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

39

1. Perawat menanyakan perasaan klien setelah mengikuti

TAK.

2. Perawat memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Perawat meminta klien menulis hal positif yang belum

tertulis

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal

positif diri yang dapat diterapkan dirumah sakit dan

dirumah

2. Menyepakati waktu dan tempat

4) Evaluasi dan Sp Tindakan

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap

kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan

tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi harga diri rendah sesi 1,

kemampuan klien yang diharapkan adalah menuliskan pengalaman yang

tidak menyenangkan dan aspek positif (kemampuan) yang dimiliki.

J. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan

selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil atau simotif dilakukan dengan

membandingkan respon klien pada tujuan umum, dan tujuan khusus yang telah

ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP

sebagai pola pikir, dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai

berikut:

S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan,

klien mengatakan “saya merasa menemukan hal positif pada diri saya”

Page 47: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

40

O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan,

klien terlihat : senang telah menemukan hal positif pada dirinya.

A : Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah masalah

masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontraindikasi

dengan masalah yang ada, jika sudah tidak ada lagi masalah yang ada pada diri

klien lanjutkan dengan Sp

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien, jika

hasil respon klien baik lanjutkan ke Sp berikutnya.

Evaluasi keperawatan pada masalah Konsep Diri : Harga Diri Rendah :

1. Klien mampu mengidentifikasi hal positif pada dirinya.

2. Klien mampu memilih hal positif dirinya yang dapat digunakan.

3. Klien mampu memilih hal positif diri yang akan dilatih atau dilakukan.

4. Klien mampu memperagakan hal positif diri yang telah dipilihnya.

5. Klien mampu menjadwalkan penggunaan kemampuan atau hal positif diri

yang telah dilatih atau dilakukan.

Page 48: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

41

BAB III

TINJAUAN KASUS

Di bagian tinjauan kasus ini saya akan menjelaskan tentang kasus saya, dalam

memenuhi kebutuhan dasar Ny. D dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah

yang dirawat pada tanggal 16 november 2019 dan dipulangkan pada tanggal 28

november 2019, saya melakukan pengkajian terhadap Ny. D selama 3 hari dari

tanggal 18-20 november 2019 tempatnya di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta

Timur. Dengan melalui pendekatan dan proses keperawatan yang terdiri dari

pengkajian, pohon masalah, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan,

penatalaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan. Untuk mendapatkan data yang

sesuai dalam penulisan karya ilmiah, saya melakukan metode wawancara dengan

pasien, melalui pendekatan dan mencari fakta-fakta dan data pendukung dari pasien

(Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah).

A. Pengkajian Keperawatan

1. Data dasar (Terlampir)

2. Resume tanggal 18-20 november 2019

Nama klien Ny. D usia 41 tahun, status sudah menikah, pendidikan terakhir

SMA, klien anak kedua dari empat bersaudara, klien beragama islam, klien

berasal dari serang, sekarang klien tinggal bersama suami dan anak-anaknya di

condet, Jakarta timur. Klien dibawa oleh keluarganya pada tanggal 16

November 2019 dengan alasan masuk “karena klien sering mendapat

kekerasan dari suaminya, sehingga klien merasa sedih dan ketakutan”. Klien

dirawat di RSJI Klender adalah rawatan ke-4, sebelumnya klien sudah pernah

di rawat di RSJI Klender pada bulan februari, juni, dan september dengan

alasan masuk yang sama. Dari pernikahan pertamanya klien dikaruniai 3 orang

anak lalu mereka bercerai, klien menikah lagi dengan laki-laki lajang yang

berumur 4 tahun lebih muda dari umur klien dan klien belum memiliki anak

dari suami keduanya sekarang.

Page 49: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

42

Pada saat saya kaji pada tanggal 18 november 2019 klien mengatakan sedih,

takut, dan bingung harus berbuat apa. Klien merasa khawatir dengan keadaan

anak-anaknya karena tidak ada yang bisa mengurus dan merawat anak-

anaknya selain dirinya, adapun keluarga besarnya semua berada di serang,

suaminya juga tidak perduli dengan anak-anaknya. Klien mengatakan

suaminya tidak pernah menghargai dirinya sebagai istri dan ibu rumah tangga

dalam keluarga. Klien ingin pulang bertemu dengan anak-anaknya tetapi klien

juga takut bertemu dengan suaminya. Klien mengatakan anak-anaknya

dilarang oleh suaminya untuk menemuinya ke RSJI Klender, klien sangat

kangen ingin bertemu dengan anak-anaknya dan klien ingin mengetahui

bagaimana kondisi anak-anaknya sekarang. Klien mengatakan ingin

berkomunikasi dengan anak-anaknya karena itu klien selalu meminta tolong

kepada perawat di RSJI Klender agar bisa dipinjamkan handphone untuk

menelfon atau dibantu untuk menghubungi anak-anaknya.

Klien lebih senang menyendiri di kamar, klien jarang berbincang dengan

orang-orang disekitarnya termasuk dengan keluarga klien sendiri, wajah klien

tampak sedih, tidak bersemangat, kontak mata kurang, klien duduk sedikit

membungkuk, klien memalingkan wajahnya kebawah tidak mau melihat

perawat, klien menghindar ketika didekati oleh perawat yang belum

dikenalnya, klien hanya senang dikamar jarang bersosialisasi dirumah sakit,

makan pun duduknya menyendiri, klien terlihat ketakutan bertemu dengan

seseorang yang tidak dikenalnya, klien menjaga jarak terhadap seseorang yang

tidak dikenalnya, Klien mengatakan jika dirumah dirinya jarang minum obat.

Klien anak ke 2 dari 4 bersaudara, klien memiliki 3 orang anak dari suami

pertamanya, setelah 2 tahun dari kelahiran anak ketiganya mereka bercerai,

beberapa bulan setelah bercerai klien menikah lagi, setelah menikah lagi klien

dan anak-anaknya pindah ke condet Jakarta timur, ikut dengan suami barunya,

sedangkan orang tua dan saudara-saudaranya tinggal di serang. Kedua orang

tua klien masih lengkap, dahulu ketika klien masih tinggal di serang bersama

orang tua dan saudara-saudaranya, klien lebih dekat dengan ibunya

dibandingkan dengan ke ayahnya atau ke kakak dan adiknya, karena ayahnya

Page 50: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

43

jarang ada dirumah, biasanya ayahnya berangkat pagi-pagi sekali untuk

berdagang dan pulang pada sore hari, sedangkan kakak dan adik-adiknya

sudah berkeluarga semua sehingga mereka sibuk dengan keluarganya masing-

masing.

Sejak menetap di condet klien menjadi jarang menghubungi keluarganya di

serang, karena klien tidak ingin permasalahan yang di alaminya diketahui oleh

keluarga. Klien jarang berinteraksi dengan masyarakat sekitar, klien jarang

keluar rumah, klien juga tidak pernah mengikuti kegiatan masyarakat disekitar

rumahnya, klien mengatakan suka menyimpan sendiri kalau sedang ada

masalah dengan suami atau keluarganya karena klien tidak mau menyusahkan

orang-orang disekitarnya apalagi membuat mereka bersedih karena masalah

yang dialami klien. Orang sekitar yang paling berarti adalah anak-anaknya dan

ibunya karena merekalah yang selalu sayang sama klien dengan kondisi klien

seperti apa pun. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil TD :

110/80 mmHg RR : 20x/m N : 80x/m S : 36C

Klien dibawa oleh keluarganya ke RSJI Klender karena klien tampak selalu

menyendiri, jarang mau diajak berbincang, ketakutan, kesakitan, selalu

bersedih, tidak bersemangat, dan tidak mau minum obat. Untuk kebutuhan

sehari-hari seperti makan, minum, BAB/BAK klien dapat melakukannya

secara mandiri.

Terapi medical

Olanzapine 10 mg 1x1

THP 2 mg 1x1

Stelazine 5 mg 2x1

Page 51: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

44

3. Data Fokus

Data Subjective Data Objective

1. Klien mengatakan sedih

2. Klien mengatakan takut

3. Klien bingung harus berbuat

apa

4. Klien mengatakan sering

mendapat kekerasan dari

suaminya

5. Klien merasa khawatir dengan

keadaan anak-anaknya

karena tidak ada yang bisa

mengurus dan merawat anak-

anaknya selain dirinya

6. Klien mengatakan suaminya

tidak pernah menghargai

dirinya sebagai istri dan ibu

rumah tangga dalam keluarga

7. Klien ingin pulang bertemu

dengan anak-anaknya tetapi

klien juga takut bertemu

dengan suaminya

8. Klien mengatakan anak-

anaknya dilarang oleh

suaminya untuk menemui

klien ke RSJI Klender

9. Klien mengatakan sangat

kangen ingin bertemu dengan

anak-anaknya

10. Klien mengatakan ingin

mengetahui bagaimana

1. Wajah klien tampak sedih

2. Klien terlihat tidak

bersemangat

3. Kontak mata kurang

4. Badan klien terlihat sedikit

membungkuk

5. Saat berbicara dengan

perawat mata klien selalu

melihat kebawah

6. Pandangan mata kosong

7. Klien menghindar ketika

didekati oleh perawat yang

belum dikenalnya

8. Klien terlihat hanya senang

dikamar jarang bersosialisasi

dirumah sakit

9. Saat makan pun klien

duduknya menyendiri

10. Klien terlihat ketakutan

bertemu dengan seseorang

yang tidak dikenalnya

11. Klien terlihat menjaga jarak

terhadap seseorang yang

tidak dikenalnya

12. Klien dirawat di RSJI

Klender adalah rawatan ke-4,

sebelumnya klien sudah

pernah di rawat di RSJI

Klender pada bulan februari,

Page 52: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

45

kondisi anak-anaknya

sekarang

11. Klien mengatakan ingin

berkomunikasi dengan anak-

anaknya

12. Klien mengatakan lebih

senang menyendiri di kamar

13. Klien mengatakan jarang

berbincang dengan orang-

orang disekitarnya termasuk

dengan keluarganya sendiri

14. Klien mengatakan jika

dirumah klien jarang minum

obat

15. Klien mengatakan sejak

menetap di condet klien

menjadi jarang menghubungi

keluarganya di serang, karena

klien tidak ingin

permasalahan yang di

alaminya diketahui oleh

keluarga

16. Klien mengatakan jarang

berinteraksi dengan

masyarakat sekitar

17. Klien mengatakan jarang

keluar rumah

18. Klien mengatakan tidak

pernah mengikuti kegiatan

masyarakat disekitar

rumahnya

19. Klien mengatakan suka

juni, dan september dengan

alasan masuk yang sama

13. Klien terlihat sangat

mengkhawatirkan keadaan

anak-anaknya

14. Klien terlihat senang ketika

dapat berkomunikasi melalui

telepon dengan anak-anaknya

15. Tanda-tanda vital

TD : 110/80 mmHg

RR : 20x/m

N : 80x/m

S : 36C

16. Terapi medical :

Olanzapine 10 mg 1x1

THP 2 mg 1x1

Stelazine 5 mg 2x1

Page 53: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

46

menyimpan sendiri kalau

sedang ada masalah dengan

suami atau keluarganya

karena klien tidak mau

menyusahkan orang-orang

disekitarnya apalagi

membuat mereka bersedih

karena masalah yang dialami

klien.

20. Klien mengatakan orang

sekitar yang paling berarti

bagi klien adalah anak-

anaknya dan ibunya karena

merekalah yang selalu sayang

sama klien dengan kondisi

klien seperti apa pun.

Page 54: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

47

4. Analisa Data

Nama klien : Ny. D

Umur : 41 tahun

Tgl/jam Data Fokus Masalah

Keperawatan

18/11/19

Jam 09.00

DS :

1. Klien mengatakan sedih

2. Klien mengatakan takut

3. Klien bingung harus berbuat apa

4. Klien mengatakan sering mendapat

kekerasan dari suaminya

5. Klien mengatakan suaminya tidak

pernah menghargainya sebagai istri

dan ibu rumah tangga dalam

keluarga

6. Klien ingin pulang bertemu dengan

anak-anaknya tetapi klien juga

takut bertemu dengan suaminya

7. Klien mengatakan jarang

berbincang dengan orang-orang

disekitarnya termasuk dengan

keluarganya sendiri

8. Klien mengatakan suka menyimpan

sendiri kalau sedang ada masalah

dengan suami atau keluarganya

karena klien tidak mau

menyusahkan orang-orang

Gangguan Konsep

Diri : Harga Diri

Rendah

Page 55: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

48

disekitarnya apalagi membuat

mereka bersedih karena masalah

yang dialami klien.

9. Klien mengatakan orang sekitar

yang paling berarti bagi klien

adalah anak-anaknya dan ibunya

karena merekalah yang selalu

sayang sama klien dengan kondisi

klien seperti apa pun.

DO :

1. Wajah klien tampak sedih

2. Klien terlihat tidak bersemangat

3. Kontak mata kurang

4. Bicara lambat

5. Badan klien terlihat sedikit

membungkuk

6. Pandangan mata kosong

7. Klien tampak kurang

berkomunikasi

8. Saat berbicara dengan perawat mata

klien selalu melihat kebawah

9. Klien menghindar ketika didekati

oleh perawat yang belum

dikenalnya

10. Klien terlihat ketakutan bertemu

dengan seseorang yang tidak

dikenalnya

11. Klien terlihat menjaga jarak

terhadap seseorang yang tidak

dikenalnya

18/11/19 DS : Resiko Isolasi

Page 56: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

49

Jam 10.00 1. Klien mengatakan anak-anaknya

dilarang oleh suaminya untuk

menemui klien ke RSJI Klender

2. Klien mengatakan lebih senang

menyendiri di kamar

3. Klien mengatakan jarang

berbincang dengan orang-orang

disekitarnya termasuk dengan

keluarganya sendiri

4. Klien mengatakan jarang

berinteraksi dengan masyarakat

sekitar

5. Klien mengatakan jarang keluar

rumah

6. Klien mengatakan tidak pernah

mengikuti kegiatan masyarakat

disekitar rumahnya

7. Klien mengatakan suka menyimpan

sendiri kalau sedang ada masalah

dengan suami atau keluarganya

karena klien tidak mau

menyusahkan orang-orang

disekitarnya apalagi membuat

mereka bersedih karena masalah

yang dialami klien.

DO :

1. Kontak mata kurang

2. Afek tumpul

3. Klien terlihat hanya senang

dikamar jarang bersosialisasi

dirumah sakit

Sosial

Page 57: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

50

4. Saat makan pun klien duduknya

menyendiri

5. Klien tampak kurang

berkomunikasi

6. Klien lebih sering memalingkan

wajah

7. Klien tampak menutup diri

8. Klien terlihat menjaga jarak

terhadap seseorang yang tidak

dikenalnya

18/11/19

Jam 11.00

DS :

1. Klien mengatakan jika dirumah

klien jarang minum obat

2. Klien mengatakan sudah sering

dirawat disini (RSJI Klender)

DO :

1. Klien dirawat di RSJI Klender

adalah rawatan ke-4

2. Sebelumnya klien sudah pernah di

rawat di RSJI Klender pada bulan

februari, juni, dan september

dengan alasan masuk yang sama

3. Klien tidak mau minum obat,

dibawa sama keluarganya ke RSJI

Klender

4. Perawatan sebelumnya tidak

berhasil

Regimen Terapi

Inefektif

18/11/19

Jam 13.00

DS :

1. Klien mengatakan sering mendapat

Mekanisme

Koping Keluarga

Page 58: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

51

kekerasan dari suaminya

2. Klien merasa khawatir dengan

keadaan anak-anaknya karena tidak

ada yang bisa mengurus dan

merawat anak-anaknya selain

dirinya

3. Klien mengatakan suaminya tidak

perduli dengan anak-anaknya

4. Klien ingin pulang bertemu dengan

anak-anaknya tetapi klien juga

takut bertemu dengan suaminya

5. Klien mengatakan sangat kangen

ingin bertemu dengan anak-

anaknya

6. Klien mengatakan ingin

mengetahui bagaimana kondisi

anak-anaknya sekarang

7. Klien mengatakan ingin

berkomunikasi dengan anak-

anaknya

8. Klien mengatakan sejak menetap di

condet klien menjadi jarang

menghubungi keluarganya di

serang, karena klien tidak ingin

permasalahan yang di alaminya

diketahui oleh keluarga

DO :

1. Keluarga tidak mengingatkan klien

untuk minum obat

2. Keluarga tidak memberikan

dukungan atau suport kepada klien

Tidak Efektif

Page 59: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

52

3. Anak-anak klien tidak

diperbolehkan bertemu dengan

klien

4. Klien terlihat sangat

mengkhawatirkan keadaan anak-

anaknya

18/11/19

Jam 14.00

DS :

1. Klien merasa khawatir dengan

keadaan anak-anaknya karena tidak

ada yang bisa mengurus dan

merawat anak-anaknya selain

dirinya

2. Klien mengatakan suaminya tidak

pernah menghargainya sebagai istri

dan ibu rumah tangga dalam

keluarga

3. Klien ingin pulang bertemu dengan

anak-anaknya tetapi klien juga

takut bertemu dengan suaminya

4. Klien mengatakan sebelum masuk

ke RSJI Klender, klien mempunyai

tanggung jawab sebagai ibu rumah

tangga

5. Klien mengatakan sering mendapat

kekerasan dari suaminya

DO :

1. Klien terlihat sangat

mengkhawatirkan keadaan anak-

anaknya

2. Klien tidak bisa mengurus urusan

rumah tangganya sejak masuk ke

Gangguan Peran

Diri

Page 60: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

53

RSJI Klender

B. Pohon Masalah

Berdasarkan hasil pengkajian diatas yang telah didapatkan, maka dapat

disimpulkan dengan pohon masalah, masalah gangguan konsep diri : harga diri

rendah adalah sebagai berikut:

Resiko isolasi sosial (akibat)

Regimen Terapi In Efektif (core problem)

Mekanisme Koping Keluarga Gangguan Peran Diri (etiologi)

Tidak Efektif

C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

2. Resiko Isolasi Sosial

3. Mekanisme Koping Keluarga Tidak Efektif

4. Regimen Terapi Inefektif

5. Gangguan Peran Diri

Gangguan konsep

diri : Harga diri

rendah

Page 61: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

54

D. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan sistematis, mencangkup pembuatan keputusan dan penyelesaian

masalah. Dalam perencanaan perawat merujuk pada data pengkajian klien dan menyatakan diagnose sebagai petunjuk dalam

merumuskan tujuan klien dan merencanakan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan

masalah kesehatan klien (Kozier, Erb, Bermain, & Snyder, 2010).

No.

Dx

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan

konsep diri :

Harga Diri

Rendah

TUM : Klien memiliki konsep

diri yang positif.

TUK :

1) Klien dapat membina

hubungan saling percaya

dengan perawat.

1. Setelah ... kali

pertemuan klien

menunjukkan ekspresi

wajah bersahabat,

menunjukkan rasa

senang, ada kontak

1.1. Bina hubungan saling

percaya dengan

menggunakan prinsip

komunikasi

terapeutik:

Hubungan saling

percaya merupakan

dasar untuk kelancaran

hubungan interaksi

selanjutnya.

Page 62: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

55

mata, mau berjabat

tangan, mau

menyebutkan nama,

mau menjawab salam,

klien mau duduk

berdampingan dengan

perawat, mau

mengutarakan masalah

yang dihadapi.

Sapa klien dengan

ramah, baik verbal

maupun non

verbal.

Perkenalkan diri

dengan sopan.

Tanyakan nama

lengkap dan nama

panggilan yang

disukai klien.

Jelaskan tujuan

pertemuan.

Jujur dan menepati

janji.

Tunjukkan sikap

empati dan

menerima klien apa

adanya.

Beri perhatian dan

Page 63: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

56

perhatikan

kebutuhan dasar

klien.

2) Klien mengidentifikasi

aspek positif dan

kemampuan yang dimiliki.

2. Setelah ... kali

pertemuan klien

menyebutkan:

Aspek positif dan

kemampuan yang

dimiliki klien.

Aspek positif

keluarga.

Aspek positif

lingkungan klien.

2.1 Diskusikan dengan

klien tentang:

Aspek positif yang

dimiliki klien,

keluarga,

lingkungan.

Kemampuan yang

dimiliki klien.

2.2 Bersama klien buat

daftar tentang:

Aspek positif klien,

keluarga,

lingkungan.

Kemampuan yang

dimiliki klien.

Diskusikan tingkat

kemampuan klien

menilai realitas, control

diri atau integritas ego

sebagai dasar asuhan

keperawatan.

Reinforcement positif

akan meningkatkan

harga diri.

Page 64: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

57

2.3 Beri pujian yang

realistis, hindarkan

memberi penilaian

negative.

Pujian yang realistis

tidak menyebabkan

melakukan kegiatan

hanya karna ingin

mendapat pujian.

3) Klien dapat menilai

kemampuan yang dimiliki

untuk dilaksanakan.

3. Setelah ... kali

pertemuan klien

menyebutkan

kemampuan yang

dapat dilaksanakan.

3.1 Diskusikan dengan

klien kemampuan yang

dapat dilaksanakan.

3.2 Diskusikan

kemampuan yang dapat

dilanjutkan

pelaksanaannya.

Keterbukaan dan

pengertian tentang

kemampuan yang

dimiliki adalah prasat

untuk berubah.

Pengertian tentang

kemampuan yang

dimiliki diri motivasi

untuk tetap

mempertahankan

penggunaannya.

4) Klien dapat merencanakan

sesuai dengan kemampuan

4. Setelah ... kali

pertemuan klien

4.1 Rencanakan bersama

klien aktifitas yang

Klien adalah individu

yang bertanggung

Page 65: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

58

yang dimiliki. membuat rencana

kegiatan harian.

dapat dilakukan setiap

hari sesuai kemampuan

klien:

Kegiatan mandiri

Kegiatan dengan

bantuan

4.2 Tingkatkan kegiatan

sesuai kondisi klien.

4.3 Beri contoh cara

pelaksanaan kegiatan

yang dapat klien

lakukan.

jawab terhadap dirinya

sendiri.

Klien perlu bertindak

secara realistis dalam

kehidupannya.

Contoh peran yang

dilihat klien akan

memotivasi klien untuk

melaksanakan kegiatan.

5) Klien dapat melakukan

kegiatan sesuai rencana

yang dibuat.

5. Setelah ... kali

pertemuan klien

melakukan kegiatan

sesuai jadwal yang

5.1 Anjurkan klien untuk

melaksanakan kegiatan

yang telah

direncanakan.

Memberikan

kesempatan kepada

klien dirumah.

Page 66: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

59

dibuat. 5.2 Pantau kegiatan yang

dilaksanakan klien.

5.3 Beri pujian atas usaha

yang dilakukan klien.

5.4 Diskusikan

kemungkinan

pelaksanaan kegiatan.

Mengetahui kegiatan

apa saja yang sudah

dilakukan oleh klien.

Reinforment positif

akan meningkatkan

harga diri.

Memberikan

kesempatan kepada

klien untuk tetap

melakukan kegiatan

yang biasa dilakukan.

6) Klien dapat memanfaatkan

sistem pendukung yang ada.

6. Setelah ... kali

pertemuan klien

memanfaatkan sistem

pendukung yang ada

di keluarga.

6.1 Beri pendidikan

kesehatan pada

keluarga tentang cara

merawat klien dengan

harga diri rendah.

Mendorong keluarga

untuk mampu merawat

klien mandiri dirumah.

Page 67: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

60

6.2 Bantu keluarga

memberikan dukungan

selama klien dirawat.

6.3 Bantu keluarga

menyiapkan lingkungan

dirumah.

Support system

keluarga akan sangat

berpengaruh dalam

mempercepat proses

penyembuhan.

Meningkatkan peran

serta keluarga dalam

merawat klien dirumah.

Page 68: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

61

E. Penatalaksanaan Keperawatan

Hari/Tgl

/Jam

No. Dx

Kep/

Tuk

Implementasi Tindakan

Keperawatan

Evaluasi

(S O A P)

Nama/

Paraf

Selasa

19/11/19

10.00

Dx :1

Sp :1

Point :

1-3

1. Mengidentifikasi

kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki.

2. Membantu klien menilai

kemampuan klien yang

masih dapat digunakan.

3. Membantu klien memilih

kegiatan yang akan dilatih

sesuai dengan kemampuan

klien

S:

a) Klien mengatakan

“saat dirumah

klien suka

mencuci piring,

menyapu dan

mengepel”

b) Klien mengatakan

“sering solat 5

waktu, kadang

mengaji kadang

tidak”

c) Klien mengatakan

“kalau kegiatan di

rumah sakit hanya

tidur, makan,

menonton tv,

minum obat

teratur,

merapihkan

tempat tidur,

senam, solat

berjamaah, dan

mengaji

bersama”.

Hani

Fathur

Page 69: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

62

O:

a) Klien mampu

menyebutkan

kemampuan yang

dimilikinya

seperti:

menonton tv,

mencuci piring,

menyapu,

mengepel, sholat

5 waktu, kadang

mengaji dan

minum obat

teratur

b) Klien tampak

mampu menilai

kegiatan yang

masih bisa

digunakan di

rumah sakit

seperti

“merapihkan

tempat tidur,

sholat, menonton

tv, tidur, minum

obat teratur, solat

berjamaah dan

mengaji

bersama”.

c) Kontak mata klien

kurang.

Page 70: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

63

d) Pasien berbicara

pelan dan lembut.

e) Klien tampak

selalu ingin

menyudahi

pembicaraan

dengan perawat.

A : Sp 1

Point 1-3

Teratasi

P :

a) Pasien diharapkan

mampu

menyebutkan

kemampuan dan

aspek positif

yang dimilikinya

seperti:

“menonton tv,

merapihkan

tempat tidur,

sholat 5 waktu,

mencuci piring,

mengepel,

menyapu”

b) Pasien diharapkan

dapat menilai

kemampuan yang

masih dapat

digunakan

Page 71: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

64

seperti:

“merapihkan

tempat tidur,

sholat 5 waktu,

mengaji, mencuci

piring, menonton

Tv, mengepel,

menyapu”.

c) Perawat dapat

memberikan

motivasi kepada

pasien dalam

menyebutkan

kemampuan dan

aspek positif

yang dimilikinya.

Selasa

19/11/19

13.00

Dx :1

Sp :1

Point :

4-6

4. Melatih pasien sesuai

kemampuan yang dipilih.

5. Memberikan pujian yang

wajar terhadap

keberhasilan pasien.

6. Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian.

S :

a) Klien mengatakan

kegiatan yang

masih dapat

digunakan adalah

merapihkan

tempat tidur,

menonton tv, dan

kadang mengaji

sehabis sholat

berjamaah

b) Klien mengatakan

Senang bisa

melakukan hal-hal

positif

Hani

Fathur

Page 72: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

65

c) Klien mengatakan

akan memasukkan

kegiatan dalam

jadwal kegiatan

harian.

O :

a) Klien tampak

senang setelah

memperaktekkan

kegiatan yang

telah dipilihnya

b) Klien membuat

jadwal kegiatan

bersama perawat.

A :

Sp 1 Point 4-6

teratasi. Lanjut Sp 2

P :

a) Pasien diharapkan

dapat memilih

kemampuan yang

dimilikinya

seperti:

“merapihkan

tempat tidur,

menonton tv,

sholat tepat waktu

dan mengaji”.

b) Perawat dapat

memotivasi agar

Page 73: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

66

pasien selalu

melakukan

kegiatan positif

yang telah

dimilikinya.

Rabu

20/11/19

10.00

Dx :1

Sp :2

Pertemuan

: 1

1. Mengevaluasi jadwal

kegiatan harian pasien

2. Melatih kemampuan yang

kedua pasien.

3. Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

S :

a) Klien mengatakan

solatnya sudah

lebih tepat waktu,

bangunnya sudah

lebih pagi, sudah

merapihkan

tempat tidur

b) Klien mengatakan

cara wudhu yang

benar biasanya

kalau wudhu

hanya cuci

tangan, wajah dan

kaki

c) Klien mengatakan

tidak tahu cara

wudhu yang benar

O :

a) Klien tampak

tidak mengerti

cara wudhu yang

benar.

b) Perawat

mengajarkan cara

wudhu yang

Hani

Fathur

Page 74: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

67

benar.

c) Klien tampak

kooperatif.

d) Klien tampak

bersemangat

mengikutinya.

A :

Sp 2 teratasi

P :

a) Pasien diharapkan

dapat melakukan

kemampuan yang

di milikinya

seperti:

“merapihkan

tempat tidur dan

wudhu yang benar

pada saat mau

solat”

b) Perawat

memotivasi klien

agar selalu

melakukan hal-hal

yang positif

sesuai dengan

kemampuan

Page 75: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

68

F. Evaluasi Keperawatan

Setelah melakukan tindakan keperawatan kepada Ny. D maka penulis akan

membuat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tahapan-tahapan

perkembangan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis,

evaluasi ini disesuaikan dengan tujuan umum dan tujuan khusus yang telah

direncanakan.

NO Hari/

Tgl

No.

DX

KEP

Catatan Perkembangan Nama/

Paraf

1. Senin/

18/11/19

Dx 1 S :

a) Klien mengatakan “saat dirumah sakit

suka menonton tv, merapihkan tempat

tidur serta suka mengaji”

b) Klien mengatakan memiliki

kemampuan merapihkan tempat tidur,

sholat serta mengaji.

c) Klien mengatakan selama di rumah

sakit kegiatan yang masih dapat

digunakan adalah merapihkan tempat

tidur.

O :

a) Klien mampu menyebutkan

kemampuan yang dimilikinya .

b) Klien tampak mampu menilai kegiatan

yang masih bisa digunakan di rumah

sakit seperti “merapihkan tempat

tidur”.

Hani

Fathur

Page 76: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

69

c) Kontak mata klien kurang.

d) Pasien berbicara pelan dan lembut.

e) Klien tampak selalu ingin menyudahi

pembicaraan dengan perawat.

A :

Sp 1 Point 1-3 teratasi

P :

a) Lanjutkan Sp 1 Point 4-6

b) Memotivasi pasien untuk melakukan

kegiatan merapihkan tempat tidur dan

mengaji pada pagi dan sore hari.

2. Selasa/

19/11/19

Dx 1 S :

a) Klien mengatakan kegiatan yang

masih dapat digunakan di rumah sakit

adalah merapihkan tempat tidur dan

kadang mengaji sehabis sholat.

b) Klien mengatakan senang melakukan

kegiatan bersama.

c) Klien mengatakan akan memasukkan

kegiatan dalam jadwal kegiatan

harian.

O :

a) Klien tampak senang setelah

memperaktekkan kegiatan yang telah

dipilihnya.

b) Klien membuat jadwal kegiatan

bersama perawat.

A :

Hani

Fathur

Page 77: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

70

Sp 1 Point 4-6 teratasi

P :

a) Lanjutkan Sp 2

b) Mempertahankan kegiatan harian

pasien minimal melaksanakan shalat 5

waktu dan merapihkan tempat tidur.

3. Rabu/

20/11/19

Dx 1 S :

a) Klien mengatakan tidak lupa cara

wudhu yang benar

b) Klien mengatakan wudhu hanya cuci

tangan cuci muka dan kaki aja

c) Klien mengatakan tidak tahu cara

wudhu yang benar

O :

a) Klien tampak tidak mengerti cara

wudhu yang benar

b) Perawat mengajarkan cara wudhu

yang benar

c) Klien tampak kooperatif.

d) Klien tampak bersemangat

mengikutinya.

A :

Sp 2 teratasi

P :

Pertahankan intervensi. Dan memotivasi

pasien setiap hari untuk melakukan

kegiatan-kegiatan positif.

Hani

Fathur

Page 78: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

71

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara teori

yang ada didalam landasan teori dengan tinjauan kasus, faktor-faktor penghambat

dan pendukung serta alternativ pemecahan masalah yang ditemukan dalam

melakukan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Pasien Ny. D dengan Gangguan

Konsep Diri: Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur

selama tiga hari dari tanggal 18 s/d 20 november 2019, sesuai dengan konsep dasar

dan tahap-tahap dalam proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai Pemenuhan Kebutuhan Dasar Jiwa

pada Ny. D dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah yang dirawat di

Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. Pembahasan ini berdasarkan

tinjauan teoritis pada bab II dan dibandingkan dengan tinjauan kasus pada bab III,

dimana akan dikemukakan mengenai persamaan, kesenjangan-kesenjangan yang

terjadi dan factor-factor penghambat yang ditemukan pada aspek keperawatan sesuai

dengan tahap-tahap dalam proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian dilakukan pada tanggal 18 s/d 20 November 2019 dilakukan untuk

mengumpulkan data agar diketahui permasalahan yang ada pada klien, data tersebut

diperoleh melalui observasi, wawancara langsung terhadap klien, melihat status dan

informasi dari perawat ruangan berdasarkan kasus yang ada dilapangan, penulis

menemukan factor yang menyebabkan terjadinya gangguan konsep diri : harga diri

rendah adalah citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri. Pada tahap

pengkajian ini, untuk mendapatkan data yang adekuat mengenai masalah klien.

Penulis melakukan pengkajian secara menyeluruh meliputi aspek biologis,

psikologis, sosial dan spiritual, dalam proses pengambilan data penulis selalu

mengadakan kontrak yang singkat (15-25 menit), dan dengan observasi, wawancara

langsung terhadap klien, informasi dari status klien dan informasi dari perawat

Page 79: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

72

ruangan yang merawat klien. Pengkajian ini disesuaikan dengan format pengkajian

yang telah digunakan dalam mendapatkan data dari klien. Pengkajian pada pasien

gangguan jiwa meliputi factor predisposisi, factor presipitasi, perilaku dan

mekanisme koping.

Faktor predisposisi dalam tinjauan teoritis pada pasien dengan gangguan konsep

diri: harga diri rendah meliputi Citra tubuh (kehilangan atau kerusakan bagian tubuh,

perubahan bentuk, ukuran, dan penampilan tubuh akibat tumbuh kembang atau

penyakit). Harga diri (penolakan, kurangnya penghargaan, persaingan antara

keluarga, kesalahan dan kegagalan berulang, tidak mampu mencapai standar). Ideal

diri (cita-cita yang terlalu tinggi, harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan).

Peran (tuntutan peran kerja, harapan peran kultural). Identitas diri (ketidak

percayaan orang tua, tekanan dari teman sebaya, perubahan struktur sosial).

Sedangkan yang ada pada kasus Ny. D adalah pertama harga diri karena klien merasa

sedih dan ketakutan, klien bingung harus berbuat apa, klien sering mendapat

kekerasan dari suaminya, klien mengatakan suaminya tidak pernah menghargai

dirinya sebagai istri dan ibu rumah tangga dalam keluarga, klien ingin pulang

bertemu dengan anak-anaknya tetapi klien juga takut bertemu dengan suaminya,

klien jarang berbincang dengan orang-orang disekitarnya termasuk dengan

keluarganya sendiri, klien juga mengatakan suka menyimpan sendiri kalau sedang

ada masalah dengan suami atau keluarganya karena klien tidak mau menyusahkan

orang-orang disekitarnya apalagi membuat mereka bersedih karena masalah yang

dialami klien. Dan yang kedua adalah peran diri karena klien terpisah dengan anak-

anaknya sehingga klien merasa khawatir dengan keadaan anak-anaknya karena tidak

ada yang bisa mengurus dan merawat anak-anaknya selain dirinya dan klien sebelum

masuk ke RSJI Klender mempunyai tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga

namun suami klien tidak pernah menghargai klien sebagai istri maupun sebagai ibu

rumah tangga dalam keluarga.

Sedangkan yang ada pada Faktor Presipitasi dalam teori adalah Konflik peran

(peran yang diinginkan individu sedang diduduki individu lain), Peran yang tidak

jelas (individu diberikan peran yang kabur, sesuai perilaku yang diharapkan), Peran

yang tidak sesuai (individu dalam proses peralihan mengubah nilai dan sikap), Peran

Page 80: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

73

berlebih (individu memiliki banyak peran dalam kehidupannya), Trauma

(penganiayaan seksual, fisik dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang

mengancam kehidupan), Ketegangan peran (peran atau posisi yang diharapkan dan

individu mengalaminya sebagai frustasi). Sedangkan yang ada pada kasus Ny. D

adalah trauma karena klien sering mendapat kekerasan baik fisik maupun mental dari

suaminya, klien yang dipisahkan dengan anak-anaknya, klien yang sering dipukulin,

hingga klien yang tidak pernah dihargai sebagai istri dan ibu rumah tangga dalam

keluarga sehingga klien merasa sedih, kecewa, ketakutan, dan kesakitan akibat

perlakuan suaminya.

Perilaku pasien dengan masalah Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah pada

teori adalah Citra tubuh (menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu,

menolak bercermin, tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh), Harga

diri rendah (gangguan berhubungan, merasa diri paling penting, mudah tersinggung

atau marah, menarik diri secara sosial), Kerancuan identitas (hubungan interpersonal

yang eksploitatif, perasaan hampa, perasaan mengambang tentang diri). Sedangkan

pada kasus Ny. D adalah harga diri rendah karena klien merasa sedih, selalu

ketakutan dengan orang yang tidak klien kenal, kesakitan akibat sering mendapat

kekerasan dari suaminya, klien hanya pasrah menerima nasibnya di masukkan ke

RSJI Klender oleh suruhan suaminya, klien dipisahkan dengan anak-anaknya

sementara itu sebagai ibu klien pasti sangat terpukul apabila dipisahkan dengan anak-

anaknya dan khawatir akan keadaan anak-anaknya karena tidak ada yang bisa

mengurus dan merawat anak-anaknya selain dirinya. Sebagai istri klien juga tidak

mendapat kasih sayang yang semestinya dan tidak pernah dihargai oleh suaminya

bahkan klien malah takut bertemu dengan suami klien sendiri. Klien jarang

berbincang dengan orang-orang disekitarnya termasuk dengan keluarganya sendiri,

apabila ada masalah pun klien lebih suka menyimpannya sendiri dari pada

menceritakan masalahnya ke keluarga yang dapat menyusahkan dan membuat

mereka bersedih. Selama di rumah sakit klien hanya senang dikamar jarang

bersosialisasi dengan yang lain makan pun duduknya menyendiri dan keluar kamar

hanya jika ingin menonton tv.

Page 81: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

74

Mekanisme koping yang ada pada teori gangguan konsep diri: harga diri rendah

adalah pertahanan jangka pendek yaitu aktivitas yang memberikan pelarian

sementara dari masalah gangguan konsep diri (contoh bekerja keras, menonton tv,

konser music), aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (contoh ikut

dalam club sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau geng), aktivitas yang

sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu (contoh

olahraga, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas), sedangkan

pertahanan jangka panjang adalah penutupan identitas (identitas yang diinginkan

oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan individu), identitas negative

(asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima

masyarakat). Sedangkan mekanisme koping yang digunakan oleh Ny. D adalah

pertahanan jangka panjang karena klien menutup diri dari lingkungannya, lebih suka

berdiam diri dikamar, jarang berkomunikasi dengan orang-orang sekitar termasuk

dengan keluarganya sendiri, dan merasa ketakutan atau terancam apabila bertemu

dengan orang yang tidak dikenalnya akibat dari trauma yang dialami klien.

Faktor pendukung : dalam melakukan pendekatan dengan klien, penulis banyak

dibantu oleh perawat ruangan, dibantu agar klien mau diajak berkenalan dengan

penulis, perawat membantu penulis untuk meyakinkan klien bahwa penulis datang

menemui klien adalah untuk niat baik, perawat ruangan juga membantu penulis

mengumpulkan data-data tentang klien terutama data yang diperlukan dari keluarga

klien. Sedangkan faktor penghambat : yang penulis lihat dan rasakan pada

pengkajian konsep diri: harga diri rendah pada pasien adalah pada tahap pengkajian

awal, klien terlihat menghindar dan tidak mau berkomunikasi dengan penulis karena

belum mengenal penulis, baru setelah diajak berkenalan dan dijelaskan bahwa tujuan

penulis adalah baik klien mulai kooperatif dan mau diajak bercakap-cakap untuk

menceritakan masalahnya, dan faktor penghambat lainnya yang penulis temukan

dalam melakukan pengkajian yaitu waktu yang sangat terbatas, data-data yang

kurang lengkap dan penulis tidak bertemu langsung dengan keluarganya. Sehingga

penulis tidak mendapatkan data-data yang akurat, hanya mendapat data dari klien

sendiri, status klien, kardek klien diruangan, dan informasi dari perawat ruangan

tentang klien. Untuk itu penulis mencoba mencari solusi yaitu dengan membina

hubungan terapeutik secara baik dengan klien.

Page 82: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

75

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan klinik yang dijelaskan tentang respon

individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan yang baik yang

bersifat actual maupun potensial.

Pada tinjauan teoritis penulis membuat diagnosa keperawatan teori yaitu Gangguan

Konsep Diri: Harga Diri Rendah, ideal diri, peran diri, citra tubuh, resiko isolasi

sosial, dan resiko perilaku kekerasan. Sedangkan yang ada pada kasus didapatkan

diagnosa yaitu : gangguan konsep diri: harga diri rendah, resiko isolasi sosial,

mekanisme koping keluarga tidak efektif, regimen terapi inefektif, dan gangguan

peran diri.

1. Harga Diri Rendah

Diagnosa ini muncul karena klien mengalami trauma dan frustasi akibat perlakuan

suaminya terhadap klien, klien menutup diri dari lingkungannya, jarang sekali

mau berkomunikasi, jika ada masalah klien lebih suka menyimpannya sendiri,

klien tampak bersedih dan tidak bersemangat.

2. Peran diri

Klien yang tidak pernah dihargai oleh suaminya sebagai seorang istri dan ibu

rumah tangga dalam keluarga dan semua yang seharusnya dilakukan oleh klien

sebagai seorang ibu untuk anak-anaknya tidak bisa klien lakukan sehingga klien

merasa khawatir dengan keadaan anak-anaknya, sedih karena dipisahkan, sangat

kangen ingin bertemu anak-anaknya tetapi tidak bisa, maka dari itu klien tidak

bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya selama klien dirawat di RSJI

Klender.

3. Resiko Isolasi Sosial

Diagnosa ini muncul karena klien lebih senang menyendiri di kamar jarang

bersosialisasi dirumah sakit, makan pun duduknya menyendiri, jarang

berkomunikasi dengan orang-orang sekitar termasuk dengan keluarganya sendiri.

Page 83: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

76

4. Mekanisme koping keluarga tidak efektif

Diagnosa ini muncul karena kurangnya support sistem dari keluarga selama

dirumah, latar belakang rumah tangga klien yang buruk mulai dari kekerasan

dalam rumah tangga, klien yang dipisahkan dengan anak-anaknya, kurangnya

komunikasi yang baik dengan keluarga, klien yang tidak pernah dihargai oleh

suaminya, hingga klien yang tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian

sebagaimana mestinya. Didapatkan informasi dari perawat ruangan bahwa klien

belum ada yang menjenguk dari pihak keluarganya.

5. Regimen Terapi Inefektif

Diagnosa ini muncul karena klien tidak mau meminum obat, dan klien beralasan

meminum obat hanya membuat klien semakin lemah dan sakit.

Faktor pendukung : penulis temukan adalah adanya data dasar, tanda dan gejala

yang penulis dapatkan pada analisa data, dan adanya buku sumber dan litetur yang

tersedia diperpustakaan. Sedangkan faktor penghambat : penulis menemukan

hambatan dalam mengumpulkan data yang menunjang data diagnosa, karena

informasi yang didapatkan dari klien dan status. Maka penulis mencari solusi lain

dengan cara berkomunikasi dengan baik dengan pasien agar dapat membina

hubungan saling percaya, agar pasien mau menceritakan masalah yang dihadapi

saat ini kepada perawat dan mencari informasi nomer telpon keluarga yang masih

bisa dihubungi sehingga mendapatkan data dan masalah dapat teratasi.

C. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan sistematis,

mencangkup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Dalam perencanaan

perawat merujuk pada data pengkajian klien dan menyatakan diagnosa sebagai

petunjuk dalam merumuskan tujuan klien dan merencanakan intervensi keperawatan

yang diperlukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan masalah

kesehatan klien (Kozier, Erb, Bermain, & Snyder, 2010). Tahapan perencanaan pada

teori dan kasus tidak banyak perbedaan, penulis menetapkan prioritas masalah yaitu

gangguan konsep diri: harga diri rendah karena pada saat melakukan pengkajian

Page 84: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

77

didapatkan data klien tampak sedih, ketakutan bertemu dengan seseorang yang tidak

dikenalnya apalagi bertemu dengan suaminya, kesakitan akibat mendapat kekerasan,

klien dipisahkan dengan anak-anaknya sehingga klien merasa khawatir dengan

keadaan anak-anaknya, sangat kangen ingin bertemu anak-anaknya tetapi tidak bisa,

klien juga tidak pernah dihargai oleh suaminya. Klien menutup diri dari

lingkungannya, klien hanya senang dikamar jarang bersosialisasi dirumah sakit,

makan pun duduknya menyendiri, klien jarang berbincang dengan orang-orang

disekitarnya termasuk dengan keluarga klien sendiri, jika ada masalah klien lebih

suka menyimpannya sendiri dari pada menceritakannya, lalu klien juga tampak tidak

bersemangat menjalani hidup. Oleh karena itu penulis memprioritaskan masalah

gangguan konsep diri: harga diri rendah dengan sebagai masalah utama yang harus

segera ditangani dan langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan agar

perkembangan klien dapat di ketahui. Dipantau apa klien mengalami kemajuan atau

tidak. Sedangkan tujuan, kriteria evaluasi, intervensi penulis sesuaikan berdasarkan

tinjauan teori.

Faktor pendukung : penulis dapatkan adalah mengacu pada standar asuhan

keperawatan yang ada dan berbagai sumber buku. Sedangkan faktor penghambat

tidak ditemukan.

D. Penatalaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan adalah ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan

keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan, untuk membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan direncanakan. Pada tinjauan ini teori

tahap pelaksanaan keperawatan meliputi komunikasi terapeutik dan terapi aktivitas

kelompok (TAK) stimulasi persepsi. Komunikasi terapeutik terdiri dari fase pra

interaksi, fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi. Sedangkan terapi aktifitas

kelompok (TAK) yang digunakan pada klien dengan gangguan konsep diri: harga

diri rendah adalah terapi aktifitas kelompok (TAK) stimulus persepsi. Pada tahap

implementasi atau pelaksanaan ini adalah asuhan keperawatan yang diberikan kepada

klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah ada 2 SP. Pada SP 1 pasien

terdapat 6 point yaitu point 1 mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki klien, pada point ini klien sudah melakukan, point 2 membantu klien menilai

Page 85: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

78

kemampuan pasien yang masih dapat digunakan, point 3 membantu klien memilih

kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien, point 4 melatih pasien

sesuai kemampuan yang dipilihnya, point 5 memberikan pujian yang wajar terhadap

keberhasilan pasien, point 6 menganjurkan pasien memasukkan mengevaluasi

kegiatan harian. Dan pada SP 2 pasien terdapat 3 point, SP 2 point 1 mengevaluasi

jadwal kegiatan harian pasien, point 2 melatih kemampuan yang kedua pasien, point

3 menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Serta

berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat psikofarmaka meliputi Olanzapin

tablet 1x1 (anti sikotik), Trihexiphenidyl tablet 3x1 (anti parkinson), stelazine 5 mg

tablet 2x1 (anti psikotik) Dan SP 1 dan SP 2 pasien telah dilaksanakan dengan baik,

dan memberikan motivasi kepada klien untuk selalu meminum obat secara teratur,

tidak hanya di Rumah Sakit, tetapi ketika klien sudah pulang ke rumah. Namun SP

keluarga, TAK dan diagnosa lain belum dapat dilakukan.

Faktor pendukung : dalam tindakan keperawatan klien dengan gangguan konsep

diri: harga diri rendah, klien mau diajak ngobrol selama beberapa menit (15-25

menit), pasien tampak kooperatif saat tindakan SP, dan klien tampak mau untuk

meminum obat ketika di Rumah Sakit. Sedangkan Faktor Penghambat : dalam

melakukan tindakan keperawatan penulis mengalami kesulitan yaitu pada awal

perkenalan klien sempat menghindar dari penulis, klien berusaha untuk menyudahi

pembicaraan, dan klien selalu menghindar ketika akan dilakukan SP, pihak keluarga

pasien susah untuk dihubungi dan belum datang menjenguk pasien sehingga penulis

tidak melakukan SP keluarga serta tindakan untuk diagnosa lainnya seperti resiko

isolasi sosial, resiko perilaku kekerasan, mekanisme koping keluarga tidak efektif,

dan TAK. Karena keterbatasan waktu dimana penulis hanya dapat melakukan asuhan

keperawatan selama 3 hari dari tanggal 18 November 2019 sampai dengan 20

November 2019. Maka penulis mencari solusi dengan bekerjasama dengan perawat

ruangan agar bisa dilakukannya pelaksanaan untuk diagnosa lainnya, TAK dan SP

keluarga pada pasien gangguan konsep diri: harga diri rendah.

E. Evaluasi Keperawatan

Setelah memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada Ny. D dengan gangguan

konsep diri: harga diri rendah selama 3 hari. Adapun evaluasi yang dapat digunakan

Page 86: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

79

kepada pasien dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan masalah

gangguan konsep diri: harga diri rendah. Ada 2 SP. Pada SP 1 pasien terdapat 6 point

yaitu point 1 mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,

point 2 membantu klien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan,

point 3 membantu klien memilih kemampuan pasien yang masih dapat digunakan,

point 4 melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilihnya, point 5 memberikan

pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien, point 6 menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Dan pada SP 2 pasien terdapat 3 point,

SP 2 point 1 mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, point 2 melatih

kemampuan yang kedua pasien, point 3 menganjurkan pasien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian. Yang belum terlaksana SP keluarga, TAK dan diagnosa lain

belum dapat dilakukan, karena keterbatasan waktu dinas sehingga belum dilakukan.

Disamping itu keluarga juga belum menjenguk klien. Penulis akhirnya sulit

melakukan tindakan yang di SP keluarga. Diagnosa prioritas (gangguan konsep diri:

harga diri rendah) teratasi dan SP 1, SP 2 sudah di atasi kecuali SP keluarga belum

dilakukan karena selama dinas tidak pernah bertemu dan belum menjenguk klien

sedangkan dihubungi via telepon juga keluarga mengatakan saat ini sedang ada

kerjaan, jadi penulis tidak dapat informasi yang banyak dan lengkap. Sedangkan

diagnosa yang belum teratasi karena keterbatasan waktu dinas yang membuat penulis

tidak dapat melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada diagnosa resiko isolasi

sosial: menarik diri, resiko perilaku kekerasan dan mekanisme koping keluarga tidak

efektif.

Faktor Pendukung : klien mau dilakukan Sp 1 dan SP 2, klien merasa senang

diberikan aktivitas selama di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender. Sedangkan Faktor

Penghambat : penulis menemukan banyak penghambat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada Ny. D dikarenakan waktu dinas yang kurang diberikan pada

mahasiswa yang membuat penulis belum bisa melakukan tindakan untuk diagnosa

lainnya, TAK dan SP keluarga karena selama dinas keluarga belum menjenguk klien

dan keterbatasan waktu dinas. Maka penulis mencari solusi yaitu dengan bekerja

sama dengan perawat ruangan agar perkembangan pada klien gangguan konsep diri:

harga diri rendah dapat teratasi dengan baik.

Page 87: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

80

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis memberikan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan

Kesehatan Mental Pada Pasien Ny. D Dengan Masalah Gangguan Konsep Diri :

Harga Diri Rendah yang dilakukan selama 3 hari pada tanggal 18 – 20 november

2019 di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. Dengan cara biologis,

psikologis, sosiologis dan spiritual melalui pendekatan asuhan keperawatan yang

terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dapat

disimpulkan oleh penulis, sebagai berikut :

1. Pengkajian Keperawatan

Pada tahap pengkajian yang dilakukan pada kasus Ny. D yang perlu di

perhatikan adalah mengkaji faktor predisposisi, faktor presipitasi, perilaku dan

mekanisme koping yang dilakukan oleh klien, dimana pada kasus Gangguan

Konsep Diri : Harga Diri Rendah pada Ny. D faktor predisposisi yang

mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa pada Ny. D adalah faktor presipitasi

tentang peran diri dan harga diri. Adapun pada faktor presipitasi mempengaruhi

klien yaitu klien tidak mau minum obat secara rutin.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Ny. D adalah sebanyak 5

diagnosa keperawatan yang didapatkan berdasarkan analisa dan pohon masalah

yang dibuat. Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan masalah yang ada saat

pengkajian, yaitu gangguan konsep diri : harga diri rendah, resiko isolasi sosial,

gangguan peran diri, regimen terapi in efektif, mekanisme koping keluarga

tidak efektif.

3. Perencanaan Keperawatan

Pada tahap perencanaan yang dibuat oleh penulis sesuai masalah keperawatan

mengacu pada diagnosa prioritas pada klien Ny. D adalah gangguan konsep diri

Page 88: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

81

: harga diri rendah. Didalam perencanaan ini bisa terlaksana dengan baik maka

diperlukan adanya kerja sama atau dukungan diri klien Ny. D dan perawat

ruangan, yang merawat klien.

4. Pelaksanaan Keperawatan

Pada tahapan pelaksanaan penulis memberikan asuhan keperawatan dengan

memberikan tindakan strategi pelaksanaan SP 1 pasien terdapat 6 point, pada

pertemuan hari pertama dilaksanakan SP 1 point 1 – 3 mengidentifikasi

kemampuan aspek positif yang dimiliki pasien, point 2 membantu klien menilai

kemampuan klien yang masih dapat digunakan, point 3 membantu klien

memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien. Pada

pertemuan hari kedua dilanjutkan SP 1 dengan point 4 – 6 melatih klien sesuai

dengan kemampuan yang dipilih, point 5 memberikan pujian yang wajar

terhadap keberhasilan klien, point 6 menganjurkan pasien untuk memasukkan

kedalam jadwal kegiatan harian. Dan pada pertemuan ketiga dilakukan SP 2

pasien terdapat 3 point, SP 2 point 1 mengevaluasi jadwal kegiatan harian

pasien, point 2 melatih kemampuan pasien yang ke dua, point 3 menganjurkan

pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. Penulis memberikan 2 SP

selama 3 hari serta berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

psikofarmaka dan memberikan motivasi kepada pasien agar selalu meminum

obat secara teratur, penulis tidak melakukan SP keluarga dan TAK karena

waktu yang terbatas.

5. Evaluasi

Setelah memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada Ny. D dengan gangguan

konsep diri : harga diri rendah selama 3 hari. Penulis dapat mengevaluasi pada

klien dengan masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah, tingkat

keberhasilan yang penulis lakukan adalah mengalami perkembangan hal ini

dapat terlihat pada diagnosa pertama sesuai dengan tujuan khusus yang sudah

tercapai antara lain SP 1 point 1 mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki klien, point 2 membantu klien menilai kemampuan klien yang

masih dapat digunakan, point 3 membantu klien memilih kegiatan yang akan

Page 89: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

82

dilatih sesuai dengan kemampuan klien, point 4 melatih pasien sesuai dengan

kemampuan yang dipilih, point 5 memberikan pujian yang wajar terhadap

keberhasilan klien, point 6 menganjurkan klien untuk memasukkan jadwal

kegiatan harian. SP 2 point 1 mengevaluasi jadwal kegiatan harian, point 2

melatih kemampuan yang kedua, point 3 menganjurkan klien untuk

memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. Penulis tidak dapat melakukan

SP keluarga, TAK dan diagnosa yang lain karena keterbatasan waktu serta dari

pihak keluarga yang belum menjenguk klien di RSIJK, Jakarta timur, sehingga

penulis sulit untuk melakukan SP keluarga.

B. SARAN

Melalui karya tulis ilmiah ini penulis ingin memberikan saran dan mudah-

mudahan dapat berguna untuk meningkatkan asuhan keperawatan jiwa di RSIJK,

Jakarta Timur antara lain :

1. Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat memberikan motivasi kepada klien agar klien

mau melakukan kegiatan-kegiatan yang ada diruangan, serta membuat jadwal

TAK secara rutin. Diharapkan klien selalu berhubungan secara baik dengan

pasien agar terciptanya saling percaya antara pasien dengan mahasiswa.

2. Kepada Institusi

Diharapkan institusi menyiapkan referensi lebih banyak dan terbaru, serta

waktu yang diberikan kepada mahasiswa yang mengambil laporan di RSIJK

Jakarta Timur ditambah supaya dapat membuat karya tulis ilmiah yang optimal

sehingga sesuai dengan yang diharapkan.

3. Kepada Keluarga

Keluarga hendaknya memberi dukungan kepada klien, menerima keadaan klien

apa adanya, menganjurkan untuk rajin minum obat, karena keluarga merupakan

sumber kekuatan terbesar. Keluarga juga harus berperan aktif untuk

mendukung klien dalam proses pengobatan agar mempercepat proses

penyembuhan

Page 90: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

83

4. Kepada Perawat Ruangan

Perawat ruangan perlu menciptakan rasa saling percaya antara perawat dengan

klien dan membantu klien untuk bersosialisasi. Dan selain memotivasi klien,

perawat juga sebaiknya memotivasi keluarga klien agar keluarga klien

memberikan dukungan kepada klien. Perawat mengintensifkan kegiatan TAK

5. Kepada Pasien

Diharapkan klien dapat selalu melakukan kegiatan positif yang telah dilatih dan

kegiatan lainnya, mau bersosialisasi, dan mau minum obat bukan hanya saat

dirumah sakit saja, tetapi saat dirumah juga mau minum obat.

Page 91: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Mukripah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:

Refika Aditama

Herman, Surya Ade Direja. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta

: Nuha Medika

Keliat, B.A,dkk. 2006. Proses keperawatan kesehatan jiwa (edisi 2). Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2005. keperawatan jiwa dengan masalah

psikososial. Jakarta : EGC

S. Nurul Sya’diyah, SST., M.Kes. 2017. buku ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :

Deepublish

Sutejo, Ns., M.kep., Sp.Kep.J. 2017. Keperawatan jiwa. Yogyakarta : Pustaka Baru

Press.

Sutejo, Ns., M.kep., Sp.Kep.J. 2017. Keperawatan kesehatan jiwa. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press

Stuart, G.W. 2015. Keperawatan kesehatan jiwa (buku 2). Jakarta : Elevesier

Videback, S.L. 2008. buku Ajar Keperawatan jiwa. Jakarta : EGC.

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Yusuf, Ah, dkk. 2019. Kesehatan Jiwa Pendekatan Holistik Dalam Asuhan

Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media

Page 92: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : Hani Fathur Rohmah

NPM : 2017750010

Tempat, Tanggal Lahir : Subang , 4 desember 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Perumahan Bekasi Timur Permai Jl.Kalimusada Raya B.1 NO.14

RT/RW 018/012. Kelurahan Setiamekar, Kecamatan Tambun

Selatan, Kabupaten Bekasi. Kode Pos 17510

Email : [email protected]

B. Pendidikan

1. TK Al-Falah Tahun 2004 - 2005

2. SDN AREN JAYA XVIII Tahun 2005 - 2011

3. SMPN 6 Tambun Selatan Tahun 2011 - 2014

4. SMAN 1 Tambun Selatan Tahun 2014 - 2017

5. DIII Keperawatan FIK UMJ Tahun 2017 – 2020

Jakarta, April 2020

Mengetahui

Hani Fathur Rohmah

2017750010

Page 93: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

LAMPIRAN

FORMAT PENGKAJIAN

A. PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian : 18 november 2019

Tanggal dirawat : 16 november 2019

Nomor registerasi : 01.44.49

Diagnosa medis : Skizofrenia

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny. D

Umur : 41 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Status pernikahan : Sudah menikah

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda

Alamat : jl. Raya Condet, Jakarta Timur

Informan : Pasien, status dan perawat

Tanggal pengkajian : 18 – 20 november 2019

No . RM : 01 44 49

Nama orang tua : Ny. Juariah

Umur : 64 tahun

II. ALASAN MASUK

Karena klien sering mendapat kekerasan dari suaminya, sehingga klien

merasa sedih dan ketakutan

III. FAKTOR PREDISPOSISI

a. Dalam setahun terakhir klien sudah 4 kali keluar masuk RSJI Klender :

Page 94: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

Dimasa lalu klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa. Namun

sejak menikah lagi sekitar satu setengah tahun yang lalu dan pindah ke

condet klien mulai memperlihatkan gejala gangguan jiwa seperti

menutup diri, jarang mau berbincang, ketakutan yang tidak jelas, dan

selalu tampak sedih. Perlakuan suami klien berubah tidak seperti

sebelum menikah, klien mengatakan sekarang suaminya jahat, tidak

perduli lagi dengannya, dan selalu menyiksa dirinya, sehingga

akhirnya klien mengalami trauma berkepanjangan yang membuat

dirinya harus keluar masuk RSJI Klender. Pertama dirawat pada bulan

februari terus sembuh, kambuh lagi pada bulan juni, september dan

november.

b. Pengobatan sebelumnya klien kurang berhasil, putus minum obat dan

kurangnya dukungan dari pihak keluarga.

c. Klien adalah korban kekerasan dalam rumah tangga, sejak awal

menikah klien sudah mendapat penganiayaan dari suaminya baik

fisik maupun mental dan klien tidak pernah menganiaya orang lain

dengan perilaku kekerasan, fisik, seksual, penolakan, kekerasan dalam

keluarga atau tindakan kriminal.

Penjelasan :

Klien bernama Ny. D berjenis kelamin perempuan berumur 41 tahun,

status pernikahan sudah menikah, beragama islam, suku bangsa sunda,

pendidikan SMA, alamat jl. Raya Condet, Jakarta timur, sumber

informasi klien, status, dan perawat. Klien dibawa oleh keluarganya

(ibunya) karena suruhan suaminya kerumah Sakit Jiwa Islam Jakarta

Klender dengan keluhan klien tampak bersedih, selalu merasa

ketakutan, terlihat tidak bersemangat, banyak bengong, ketika diajak

ngobrol oleh keluarganya klien hanya diam saja, menjadi susah

makan, terlihat hanya berdiam diri dikamar, terkadang klien terlihat

menangis, klien juga jarang berinteraksi dengan lingkungan rumah,

klien pernah mengalami kegagalan dalam berumah tangga, dari

Page 95: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

pernikahan pertamanya klien dikaruniai 3 orang anak lalu mereka

bercerai, klien menikah lagi dengan laki-laki lajang yang berumur 4

tahun lebih muda dari umur klien dan klien belum memiliki anak dari

suami keduanya sekarang. Setelah menikah lagi klien dan anak-

anaknya pindah ke condet Jakarta timur, ikut dengan suami barunya,

sedangkan orang tua dan saudara-saudaranya tinggal di serang, sejak

menetap di condet klien menjadi jarang menghubungi keluarganya di

serang. Klien pertama kali dirawat di RSJI Klender pada bulan

februari dengan alasan masuk yang sama, lalu penyakit klien kambuh

lagi dan lagi hingga sekarang karena klien putus minum obat dan

keluarganya tidak ada yang mengingatkannya untuk minum obat.

Pengobatan sebelumnya klien kurang berhasil, putus minum obat dan

kurangnya dukungan dari pihak keluarga.

Klien adalah korban kekerasan dalam rumah tangga, sejak awal

menikah klien sudah mendapat penganiayaan dari suaminya baik

fisik maupun mental dan klien tidak pernah menganiaya orang lain

dengan perilaku kekerasan, fisik, seksual, penolakan, kekerasan dalam

keluarga atau tindakan kriminal.

Masalah Keperawatan : Regimen Terapi Inefektif

d. Adakah keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, baik dari

anggota keluarga pihak ibu maupun bapak.

e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan

seumur hidupnya. Klien mengatakan “pernah mengalami kegagalan

dalam berumah tangga dan mendapatkan penganiayaan dari

suaminya”

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

Page 96: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Selama pengkajian dari tanggal 18 – 20 november 2019, penulis

memeriksa tanda-tanda vital Ny. D di dapatkan hasil pengkajian

pemeriksaan fisik : TD : 110/80 mmHg, RR : 20x/m, N : 80x/m, S :

36C, TB : 155 cm, BB : 45 Kg, klien juga mengatakan “tidak ada

keluhan fisik”

Masalah Keperawatan : Tidak di temukan masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL

a. Genogram

Ny.D

HDR

Ket :

= Perempuan

= Laki-laki

= Meninggal

= Bercerai

= Serumah

= Garis pernikahan

= Garis keturunan

= Klien

41

41

Page 97: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

Penjelasan :

Klien tinggal satu rumah dengan suami dan anak-anaknya, klien

bercerai dengan suami pertamanya lalu menikah lagi dengan suaminya

sekarang. Ayah klien sudah lama meninggal dunia. Dahulu ketika klien

masih tinggal di serang, klien dekat sekali dengan ibunya, klien tidak

pernah berdebat dengan ibunya, klien nurut sekali dengan ibunya, kini

klien sudah jarang berkomunikasi dengan ibunya. Jika ada masalah

klien lebih suka menyimpannya sendiri, bahkan ke orang terdekat

dengan klien yaitu ibunya sendiri pun, klien tidak mau menceritakan

masalahnya. Klien anak ke 2 dari 4 bersaudara, kakak dan adik-adiknya

sudah berkeluarga semua dan sudah memiliki anak semua. Tetapi

keluarga klien baik yang di condet maupun di serang tidak pernah

mengingatkan klien untuk minum obat.

Masalah Keperawatan : Mekanisme Koping Keluarga Tidak

Efektif

b. Konsep diri

Klien mengatakan menyukai semua yang ada pada anggota tubuhnya,

klien seorang perempuan, berusia 41 tahun, klien bangga menjadi

seorang perempuan, klien ingin bisa bertemu dengan anak-anaknya,

klien ingin sekali dapat memeluk dan mencium mereka, klien merasa

khawatir akan keadaan anak-anaknya, klien ingin suaminya kembali

seperti dulu ketika mereka belum menikah, dulu suaminya baik hati,

romantis dan selalu menyayangi klien, klien juga ingin suaminya

menyayangi anak-anaknya agar keluarganya dapat hidup bahagia.

Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri

Rendah

c. Hubungan Sosial

Orang yang paling berarti bagi klien adalah anak-anaknya dan ibunya.

Klien ketakutan bertemu dengan orang-orang yang tidak klien kenal,

Page 98: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

terlihat hanya senang dikamar, jarang berinteraksi dengan lingkungan

rumah.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri

d. Spiritual

Klien percaya ALLAH.SWT. itu ada dan klien percaya penderitaan

yang dirasakannya sekarang adalah ujian dari ALLAH.SWT. Dalam

beribadah klien selalu melakukan shalat 5 waktu di mushola dan selalu

mengikuti pengajian di mushola dan klien tidak pernah

meninggalkannya.

VI. STATUS MENTAL

a. Penampilan

klien terlihat berpakaian rapi, suka berdandan dan merawat dirinya, tidak

acak-acakan dan suka berkaca untuk merapihkan kerudungnya jika

berantakan. Klien selalu memikirkan penampilannya, saat bertemu dengan

perawat klien merapihkan baju dulu.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

b. Pembicaraan

Klien berbicara pelan dan halus, klien selalu menundukkan kepala dan

memalingkan kepalanya saat berbicara dengan perawat.

Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

c. Aktivitas motorik

Klien saat di wawancara terlihat lesu, tidak bersemangat, ketakutan apabila

ada yang mendekatinya, sering melamun, selalu menundukkan kepala,

terlihat duduk agak membungkuk, kontak mata kurang dan terlihat hanya

berdiam diri di kamar.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri

Page 99: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

d. Alam perasaan

Saat diwawancara mengenai masalah dengan keluarganya, klien terlihat

bersedih dan sangat terpukul, perawat melihat sekali dari raut wajah klien

yang ingin menangis, klien ingin keluarganya harmonis, saling

menyayangi, dan bahagia selalu.

Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

e. Afek

Terlihat wajah klien saat di wawancara oleh perawat klien tidak senyum,

tidak tertawa wajah klien terlihat bersedih. Begitupun dengan teman di

rumah sakitnya, klien tidak senyum wajah klien datar.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri

f. Interaksi selama wawancara

Klien saat diwawancara matanya selalu melihat kebawah tidak pernah

melihat kearah perawat dan selalu berusaha menyudahi pembicaraan

karena klien tidak mau larut dalam kesedihan.

Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

g. Persepsi

Saat diwawancara klien tidak mendengar adanya bisikan, tidak melihat ada

bayangan, tidak mencium bau-bau aneh atau amis, tidak meraba-raba,

tidak merasakan dilidahnya rasa-rasa seperti asin, pait, manis dan lain-lain.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

h. Proses pikir

Saat diwawancara dengan perawat klien masih mengerti dan paham apa

yang sedang dibicarakan oleh perawat, klien tidak ada proses pikir

sirkumstansial, flight of ideas, pengulangan pembicaraan, tangensial,

blocking, kehilangan sosial.

Page 100: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

i. Isi pikiran

Sekarang klien hanya ingin bertemu dengan anak-anaknya, klien selalu

mengkhawatirkan keadaan anak-anaknya apabila belum bertemu dengan

mereka. Klien mengatakan dirinya takut bertemu orang-orang yang klien

tidak kenal apalagi bertemu dengan suaminya, karena klien beranggapan

bahwa mereka akan berbuat jahat kepada klien, melukai klien,

memisahkan klien dengan anak-anaknya seperti yang dilakukan oleh

suaminya.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri

j. Tingkat kesadaran

Klien dapat menyebutkan hari / waktu, tempat dan orang dengan baik

tanpa dibantu oleh perawat.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

k. Memori

Klien mengatakan daya ingat klien masih bagus, klien ingat semua

kenangan masa lalu klien dan masa kini.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien dapat tetap fokus dan tidak mudah beralih dari pembicaraan satu ke

pembicaraan lainnya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

m. Kemampuan penilaian

Klien dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

Page 101: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

n. Daya titik diri

Saat diwawancara klien memiliki daya titik diri yang tidak mengingkari

penyakit yang diderita sekarang dan klien tidak suka menyalahkan hal-hal

di luar darinya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

Klien mampu melakukan kegiatan apa-apa sendiri tanpa dibantu oleh

perawat.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VIII. MEKANISME KOPING

Maladaptive : klien menutup diri dari lingkungannya, lebih suka berdiam

diri dikamar, jarang berkomunikasi dengan orang-orang sekitar termasuk

dengan keluarganya sendiri.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : klien tidak pernah

mendapat dukungan dari kelompoknya.

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien jarang keluar

rumah dan jarang berbaur dengan lingkungan disekitar rumahnya.

c. Masalah pendidikan, spesifik : klien telah menyelesaikan sekolahnya

hingga tamat SMA.

d. Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Dari setelah lulus sekolah, klien

pernah bekerja menjadi karyawan pabrik di serang selama kurang lebih

5 tahun, lalu menikah dan sekarang pekerjaan klien menjadi ibu rumah

tangga saja.

Page 102: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

e. Masalah dengan perumahan, spesifik : klien jarang keluar rumah, klien

lebih suka berdiam diri di kamar.

f. Masalah ekonomi : tidak ada masalah

g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : tidak ada masalah

h. Masalah lainnya, spesifik : klien ingin bertemu dengan anak-anaknya.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial dan Harga Diri Rendah

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG

Penyakit jiwa ; klien kurang mengetahui dari penyebab terjadinya

gangguan jiwa

Obat-obatan : klien kurang memahami tentang manfaat, efek samping dari

obat yang klien minum.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

XI. ASPEK MEDIS

Diagnosa medis : skizofrenia

Terapi medis :

-Olanzapine 10 mg 1x1

-THP 2 mg 1x1

-Stelazine 5mg 2x1

Page 103: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI

TINDAKAN KEPERAWATAN

Pertemuan : 2

Hari / Tanggal : Selasa, 19 November 2019

Nama Inisial Klien : Ny. D

Ruangan : Rumah Sakit Jiwa Islam Klender

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien

a. DS : Klien mengatakan

- Sedih

- Takut

- Bingung harus berbuat apa

- Sering mendapat kekerasan dari suaminya

- Suaminya tidak pernah menghargainya sebagai istri dan ibu

rumah tangga dalam keluarga

- Ingin pulang bertemu dengan anak-anaknya tetapi klien juga takut

bertemu dengan suaminya

- Jarang berbincang dengan orang-orang disekitarnya termasuk

dengan keluarganya sendiri

DO : Klien terlihat

- Kontak mata kurang

- Selalu memalingkan pandangan saat diajak berbicara

- Berbicara selalu menunduk

- Ekspresi wajah tampak murung dan sedih

- Tampak selalu menyendiri

2. Diagnosa

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Page 104: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

3. Tujuan

a. Tujuan umum : klien memiliki konsep diri yang positif

b. Tujuan khusus :

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

2) Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang

dimiliki

3) Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan

4) Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki

5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

6) Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada

4. Tindakan Keperawatan

SP 1 : Harga Diri Rendah

a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien

b. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat di

gunakan

c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan

kemampuan pasien

d. Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih

e. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.

f. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

B. FASE ORIENTASI

1. Salam terapeutik

“Assalamualaikum, nama saya Hani saya mahasiswi DIII Keperawatan

UMJ, saya yang akan merawat ibu hari ini. Nama ibu siapa? Senang

dipanggil apa?

2. Evaluasi / Validasi

“Bagaimana keadaan ibu hari ini ? bagaimana dengan tidurnya semalem

ibu?”

3. Kontrak (topik, waktu dan tempat)

Page 105: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

“bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kegiatan yang pernah ibu

lakukan dan aspek positif yang pernah ibu lakukan? Setelah itu kita akan

menilai kegiatan mana yang masih dapat ibu lakukan di RS, setelah kita

nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih. Dimana kita akan

bercakap-cakap?, bagaimana kalau diruang tengah bu? Bagaimana kalau

kita bercakap-cakap ± 15 menit”

4. Tujuan

Agar ibu dapat melakukan kegiatan positif yang sering ibu lakukan sehari-

hari

C. FASE KERJA

“ibu, kemampuan apa saja yang ibu miliki? Bagus apa lagi? Saya buat

daftarnya ya bu? Apa kegiatan yang biasa lakukan dirumah? Bagaimana

dengan merapihkan tempat tidur? Berwudhu yang benar sebelum melakukan

solat 5 waktu? Mencuci pakaian, menyapu, mengepel? Wah bagus sekali ada

4 kemampuan yang ibu miliki”

“ibu dari 4 kemampuan ini mana yang ibu biasa lakukan di rumah sakit? Wah

bagus sekali ibu, semuanya ibu bisa melakukannya dirumah sakit ini. Nah,

sekarang dari 5 kegiatan yang tadi ibu pilih salah satu yang ingin kita latih?

Berwudhu dengan benar? Iya boleh bu. Baik mari kita mulai untuk berwudhu

dengan benar ya bu, bagaimana kalau kita ke mushola sekarang bu?”

Nah, sekarang kan kita mau mulai nih bu cara berwudhu dengan benar,

sekarang sisingkan kerudung dan baju ibu supaya tidak terkena air, baca doa

sebelum mulai berwudhu, kita mulai dari basmalah dulu ya bu, pertama kita

kumur-kumur 3x, yang ke dua menghirup air ke hidung lalu dikeluarkan lagi

3x, basuh wajah 3x, basuh tangan kanan terlebih dahulu sampai siku 3x dan

begitupun tangan kiri, membasuh kepala dan telinga 3x, lalu terakhir kita

membasuh kaki 3x kanan terlebih dahulu lalu kiri, setelah selesai berwudhu

kita mengucapkan hamdalah ya bu”. Bagus ibu, ibu sudah bisa berwudhu

dengan baik dan benar, jadi nanti kalau ibu mau solat zuhur, asar, magrib

Page 106: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

maupun isya dipraktikkan ya bu cara berwudhu yang baik dan benarnya, dan

jangan lupa membuat jadwal kegiatan harian ya bu M (melakukan) dan T

(tidak melakukan)”.

D. FASE TERMINASI

1. Evaluasi

a. Evaluasi Subjective

“bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang mengenai

aspek positif dan cara berwudhu yang baik dan benar?”

b. Evaluasi Objective

“baik ibu ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan

dirumah sakit ini. Salah satunya berwudhu dengan baik dan benar ya

bu, ibu melakukannya sudah bagus sekali. Nah kemampuan ini dapat

dilakukan dirumah juga setelah pulang dari Rumah Sakit”.

2. Rencana Tindak Lanjut (yang perlu dilatih, klien sesuai hasil tindakan yang

dilakukan)

“sekarang mari kita masukkan jadwal harian ibu. Jadi setiap ibu mau sholat,

ibu wudhu dulu, jadi wudhu dilakukan berapa kali sehari bu? Bagus sekali

bu 5x dalam sehari, jangan sampai lupa ya bu susunan berwudhunya”.

3. Kontrak yang akan datang (topik, waktu dan tempat)

“Besok pagi kita akan latihan lagi kemampuan ibu yang kedua. Ibu masih

ingat kegiatan apa lagi yang mampu di lakukan dirumah sakit selain

berwudhu? Iya bagus, menyapu, kalau begitu besok pagi jam 10.00 pagi kita

akan menyapu kamar ibu ya bu, baiklah bu, saya pamit dulu ya bu

“wassalamualaikum”

Page 107: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI

TINDAKAN KEPERAWATAN

Pertemuan : 3

Hari / Tanggal : Rabu, 20 November 2019

Nama Klien Inisial : Ny. D

Ruangan : RSIJK

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien

a. DS : Klien mengatakan

- Rasa sedih berkurang

- Sudah percaya dengan dirinya sendiri

- Mulai mau berkomunikasi dengan teman sekamar

- Selalu mengikuti kegiatan sholat 5 waktu dan berwudhu dengan baik

dan benar

- Selalu mencatat jadwal kegiatan harian

DO : Klien terlihat

- Kooperatif saat berbincang-bincang dengan perawat

- Klien mau berinteraksi dengan orang lain

- Wajah klien sedikit ceria

2. Diagnosa

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3. TUM

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki

c. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan

d. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang di

miliki.

Page 108: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat

f. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada

4. Tindakan Keperawatan

SP – 2 P : Harga Diri Rendah

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b. Melatih pasien melakukan kegiatan yang lain sesuai dengan kemampuan

pasien

c. Menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. FASE ORIENTASI

1. Salam terapeutik

“assalamualaikum ibu, masih ingat dengan saya ? Alhamdulillah kalau ibu

masih ingat dengan saya.”

2. Evaluasi / validasi

“bagaimana keadaan ibu hari ini? Sepertinya ibu terlihat lebih segar,

bagaimana dengan tidurnya semalem? Apakah ibu hari ini ada keluhan?

3. Kontrak (topik, waktu dan tempat)

“bagaimana ibu, sudah dipraktikkan tadi pagi berwudhu yang baik dan

benar? Kalau sudah dilakukan kita lanjutkan ke kemampuan ibu yang

kedua, kalau belum saya ajarkan kembali lagi, apa ibu masih ingat

kegiatan yang kedua itu? Ya benar, bagus ibu kegiatan kedua kita akan

menyapu kamar ibu, waktunya 10 menit, apa ibu bersedia?”

4. Tujuan

“agar ibu dapat mengetahui cara menyapu dengan benar ya bu, supaya

kamar ibu bersih dan tidak kotor”

C. FASE KERJA

“baik sebelum menyapu lantai, kita persiapkan dulu sapunya dan serokan nya

ya bu, setelah semua disiapkan, kita lihat ada barang-barang di lantai yang

berserakan tidak bu, nah jika ada kita ambil terus kita pindahkan, kita mulai

menyapu dari ujung pojok kamar ke depan pintu kamar ya bu, abis itu

sampahnya di taro diserokan terus dibuang ke tempat sampah, jangan lupa

kolong kasur dan laci juga ya bu, supaya tidak ada nyamuk dan sampah yang

tertinggal, apakah ibu mengerti sampai disini?

Page 109: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

Sekarang kita mulai ya bu, coba praktikkan yang tadi saya jelaskan cara

menyapu dengan benar. Menurut ibu gimana perbedaannya ketika kamar ibu

sudah disapu dan sebelum disapu?

D. FASE TERMINASI

1. Evaluasi

a. Evaluasi Subjective

“bagaimana perasaan ibu setelah kita praktikkan menyapu?”

b. Evaluasi Objective

“Nah, coba ibu sebutkan langkah-langkah yang tadi saya jelaskan

sebelum menyapu dengan benar? Bagus bu”.

2. Rencana Tindak Lanjut (yang perlu dilatih, klien sesuai dengan hasil

tindakan yang di lakukan)

“saya harap semoga ibu bisa mempraktekkan kegiatan tadi yang sudah kita

lakukan ya bu. Sekarang mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan

harian ibu, mau berapa kali ibu melakukannya? Bagus 2x sehari pagi dan

sore hari, jangan lupa memberikan tanda dijadwal harian dengan huruf M

(melakukan) T (tidak melakukan)

3. Kontrak waktu yang akan datang

“baik, besok saya akan melatih kemampuan ibu yang ketiga ya bu. Ibu mau

jam berapa? Baik jam 11 siang ya bu. Tempatnya dimana bu? Disini aja,

jam 11 ya bu. “wassalamualaikum”

Page 110: asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

JADWAL KEGIATAN HARIAN NY. D

NO.

WAKTU

KEGIATAN

18

November

19

November

20

November

1. 05.00-06.00 Bangun + Mandi +

Sholat

2. 07.00-07.30 Sarapan + Minum obat

3. 07.30-08.00 Senam - - -

4. 08.00-09.00 Karaoke - - -

5. 09.00-09.30 Kontrak waktu

berbincang-bincang

6. 09.30-10.00 Nonton TV

7. 10.00-11.30 Melakukan SP

8. 11.30-13.00 Istirahat + Makan siang

+ minum obat + sholat

zuhur

9. 13.00-15.00 Tidur siang

10. 15.00-16.00 Mandi + Sholat asar

11. 16.00-17.00 Bercakap-cakap dengan

teman sekamar

12. 17.00-17.20 Makan sore + minum

obat

13. 18.00-18.20 Sholat magrib

14. 19.00-19.30 Sholat isya

15. 19.30-20.00 Berbincang-bincang

dengan teman sekamar

16. 20.00-06.00 Tidur malam

17. 06.00 Bangun tidur + sholat

subuh