ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOSOSIAL DAN KESEHATAN MENTAL PADA NY. D DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA TIMUR. TANGGAL 18-20 NOVEMBER 2019 Disusun Oleh : Hani Fathur Rohmah 2017750010 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2019/2020
110
Embed
asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
PSIKOSOSIAL DAN KESEHATAN MENTAL PADA NY. D DENGAN
GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT
JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA TIMUR.
TANGGAL 18-20 NOVEMBER 2019
Disusun Oleh :
Hani Fathur Rohmah
2017750010
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2019/2020
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul “Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Psikososial Dan Kesehatan Mental Pada Ny. D Dengan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur” ini telah disetujui untuk diujikan pada ujian sidang
dihadapan tim penguji.
Jakarta, 10 April 2020
Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Psikososial Dan Kesehatan Mental Pada Ny. D Dengan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur” ini telah diujikan dan dinyatakan “LULUS” dalam ujian
sidang di hadapan tim penguji pada tanggal 10 april 2020.
Penguji I
Penguji II
(Ns. Isnaeni, S.Kep.M.KM)
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirohim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatum
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah.SWT. dengan kerendahan hati dan
keikhlasan hati yang mendalam, dengan mengucap alhamdulillahi robbil’alamin,
shalawat dan salam semoga tercurahkannya pada junjungan kita , Nabi besar
Muhammad SAW, beserta keluarganya yang mulia, serta kita dan para pengikutnya
sampai akhir zaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Psikososial Dan Kesehatan Mental Pada Ny. D Dengan Gangguan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur” pada tanggal
18 sampai dengan 20 november 2019.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Program DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada pihak yang telah membantu penulis dalam menyelenggarakan Karya Tulis
Ilmiah dan berkah dari Allah.SWT. sehingga kendala kendala yang dihadapi dapat
diatasi tepat pada waktunya untuk itu penulis mengucapkan Terima Kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Ns. Titin Sutini,M.Kep.,Sp,Kep.An selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ibu Ns. Fitriyan Rayasari, M.Kep., Sp.KMB selaku ketua bidang pendidikan
Akademi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
v
4. Bapak Drs. Dedi Muhdiana, M.kep selaku wali Akademik Angkatan XXXV
program studi Diploma III Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
5. Ibu Ns.Nuraenah, S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing, Karya Tulis
Ilmiah yang telah sabar memberikan dukungan dan motivasi dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
6. Ibu Ns. Isnaini, S.Kep.M.KM selaku penguji karya tulis ilmiah yang telah
memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis.
7. Seluruh staff dosen program D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
8. Papah dan mamah tercinta yang tiada henti-hentinya memberikan motivasi
serta doa dari awal hingga terakhir, baik secara moril, spiritual serta bantuan
materi sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Kepada teman-teman seperjuangan mahasiswa/i Akademi Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta Angkatan 35, terima kasih atas semua
bantuan dan dukungannya.
10. Dan yang terakhir untuk semua yang saya sayangi, maaf tidak dapat
menyebutkan satu persatu, yang telah memberikan motivasi, arahan,
dukungan dan doa untuk keberhasilan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah jauh dari kata
sempurna oleh karna keterbatasan penulis, maka penulis mengharapkan dengan
tangan terbuka kritik dan saran untuk membangun dan menyempurnakan laporan ini
ataupun laporan penilaian yang lain. Semoga laporan Karya Tulis ini bermanfaat
bagi pembaca umumnya dan bagi tenaga kesehatan khususnya.
Wassalamualaikum. Wr.Wb
Jakarta 10 April 2020
penulis
vi
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan i
Lembar Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 6
C. Ruang Lingkup 7
D. Metode Penulisan 7
E. Sistematika Penulisan 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 9
B. Definisi 11
C. Rentang Respon 13
D. Psikodinamika 14
1. Etiologi 14
2. Cara Mengatasi Harga Diri Rendah 15
3. Komplikasi 16
E. Pengkajian Keperawatan 16
1. Faktor Predisposisi 16
2. Faktor Presipitasi 18
3. Tanda dan Gejala 23
4. Mekanisme Koping 23
F. Pohon Masalah 25
G. Diagnosa Keperawatan 25
H. Perencanaan Keperawatan 26
I. Penatalaksanaan Keperawatan 33
1. Komunikasi Terapeutik 33
vii
2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : Harga Diri Rendah 35
J. Evaluasi Keperawatan 39
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan 41
B. Pohon Masalah 53
C. Diagnosa Keperawatan 53
D. Perencanaan Keperawatan 54
E. Penatalaksanaan Keperawatan 61
F. Evaluasi Keperawatan 68
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan 71
B. Diagnosa Keperawatan 75
C. Perencanaan Keperawatan 76
D. Penatalaksanaan Keperawatan 77
E. Evaluasi Keperawatan 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 80
B. Saran 82
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
KEGIATAN HARIAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat jiwa adalah orang yang dapat menyesuaikan diri secara konstruktif
walaupun kenyataannya buruk, merasa lebih puas untuk memberi dari pada
menerima dan memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya,
mempunyai daya kasih sayang yang besar (WHO, 2018). Indikator sehat jiwa
meliputi sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki
aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan
kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Stuart & Laraia, 1998). Adapun
menurut UU nomor 18 tahun 2014 Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Kesehatan Jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung
berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO).
Bagian dari kesehatan jiwa adalah keperawatan jiwa.
Keperawatan Jiwa menurut American Nurses Association (ANA) adalah area
khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia
sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan
kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (Yosep, 2011). Keperawatan
Kesehatan Jiwa adalah proses dimana perawat membantu individu atau kelompok
dalam mengembangkan konsep diri yang positif, meningkatkan pola hubungan
antar pribadi yang lebih harmonis serta agar berperan lebih produktif di
masyarakat, begitu menurut (Dorothy, Cecelia dalam buku ajar keperawatan jiwa,
2007). Salah satu masalah yang bisa terjadi di kesehatan jiwa adalah gangguan
jiwa.
2
Gangguan Jiwa adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak
secara klinis, yang terjadi pada seseorang berhubungan dengan keadaan distres
atau ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang dapat diterima pada
kondisi tertentu menurut APA (American Psychiatric Association, 2011).
Sementara menurut (Stuart, 2013) Gangguan Jiwa merupakan psikologik atau pola
perilaku yang ditunjukkan pada individu yang menyebabkan distress, menurunkan
kualitas kehidupan dan disfungsi. Hal tersebut mencerminkan disfungsi
psikologis, bukan sebagai akibat dari penyimpangan sosial maupun konflik
dengan masyarakat.
Dapat disimpulkan Gangguan Jiwa adalah perubahan fungsi jiwa dalam
mengendalikan emosinya sendiri akibat gagal atau tidak mampu mengendalikan
diri dari berbagai ancaman, stressor, masalah, maupun konflik kehidupan yang
menyebabkan timbulnya gejala-gejala pelemahan pada satu atau lebih fungsi
penting dari manusia yaitu fungsi psikologik, perilaku, dan biologik yang dapat
mempengaruhi hubungan manusia tersebut dengan manusia lainnya. Gangguan
Jiwa adalah gangguan pada otak yang ditandai dengan terganggunya emosi,
perasaan, proses berpikir, perilaku, dan persepsi seseorang.
Dari hasil riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan (Riskesdas) tahun 2013,
secara umum gangguan jiwa dibagi menjadi gangguan jiwa berat (kelompok
psikosa, seperti; skizofrenia, gangguan skizotipal, waham), dan gangguan jiwa
ringan meliputi semua gangguan mental emosional yang berupa kecemasan,
panik, gangguan alam perasaan dan sebagainya. Di Indonesia sendiri jumlah
penderita gangguan jiwa berat atau skizofrenia pada tahun 2013 adalah 1.729 dari
1.027.763 anggota rumah tangga yang menjadi responden atau sample (Riskesdas,
2013), jadi dapat dikatakan bahwa jika dalam 1 juta sampel terdapat 1.729 orang
yang menderita gangguan jiwa maka 237 juta jiwa penduduk Indonesia, terdapat
409.773 orang, Manusia yang menderita gangguan jiwa berat secara medis disebut
skizofrenia.
Skizofrenia adalah sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi
klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku socialnya (Melinda Hermanm,
2008). Menurut (DepKes, 1995) Skizofrenia adalah sekelompok gangguan
3
psikologi dengan gangguan dasar pada kepribadian dan distorsi khas proses pikir
yang ditandai dengan proses pikir penderita yang lepas dari realita sehingga terjadi
perubahan kepribadian seseorang yang sifatnya reversible dan menuju kehancuran
serta tidak berguna sama sekali. Skizofrenia (Laraia, 2009) adalah penyakit otak
neurobiogical yang serius dan menetap, ditandai dengan kognitif dan persepsi
serta efek yang tidak wajar.
Dari hasil penelitian WHO orang yang mengalami gangguan jiwa pada tahun
(2016) terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena
bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia
dengan berbagai faktor biologis, psikologis, dan social dengan keanekaragaman
penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak
pada penambahan beban Negara dan penurunan produktivitas manusia untuk
jangka panjang. Data riskesdas 2013, menunjukkan prevalensi gangguan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk
usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk
di Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia
mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Salah satu
masalah gangguan skizofrenia terganggu juga konsep dirinya.
Berikut adalah hasil data statistic dari Rumah Sakit Islam Jiwa Klender Jakarta
Timur tahun 2017-2019.
No Masalah 2017 2018 2019
(Maret)
2019
(November)
1 Gangguan persepsi
sensori : Halusinasi
693 835 1793 2485
2 Resiko Perilaku
Kekerasan
43 69 22 74
4
3 Isolasi Sosial 24 22 12 19
4 Gangguan Konsep
Diri : Harga Diri
Rendah
2 13 6 10
5 Defisit Perawatan
Diri (DPD)
0 0 1 0
Table 1.1 pasien ranap
Berdasarkan data statistik di atas angka klien dengan Gangguan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah berada pada urutan ke- 4 jika klien dengan harga diri rendah
tidak ditangani dapat berakibatkan klien tersebut mengisolasi diri dari orang lain.
Akibat lanjut bisa menimbulkan Halusinasi, jika gangguan persepsi sensori
halusinasi ini juga tidak ditangani akan mengakibatkan resiko perilaku kekerasan
dan resiko mencederai orang lain, sehingga perawat sangat memiliki peran penting
dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan pendekatan
manusia seutuhnya meliputi biologis, psikologis, social, budaya dan spiritual,
yang sangat dibutuhkan oleh pasien dan keluarga sehingga sangat diharapkan
dapat membina hubungan dengan orang lain serta lingkungannya. Komponen
kepribadian manusia diantaranya ada konsep diri.
Konsep Diri merupakan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan, cara individu
memandang dirinya secara utuh fisik, emosional, sosial dan spiritual (Bech,
Wiliam dan Rawlin, 2009). Adapun menurut (Stuart, 2006) Konsep Diri
merupakan semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan
5
orang lain, konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan
realitas dunia. Setiap individu pasti pernah mengalami masalah terhadap dirinya
sendiri dalam konsep diri, diantara ada masalah komponen Gangguan Konsep Diri
adanya masalah Gangguan Harga Diri Rendah.
Harga diri rendah menurut (Keliat, 2010) adalah kondisi seseorang yang menilai
keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir adalah hal
negatif diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu, dan tidak
berprestasi. Harga diri merupakan salah satu aspek penting dalam psikologi, harga
diri meningkat saat anak dapat mengembangkan hubungan yang bermakna dan
menguasai tugas pengembangan. Harga diri rendah merupakan negative terhadap
diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna,
tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000).
Keseimbangan konsep diri: gambaran diri yang positif dan sesuai, ideal diri yang
realistik, harga diri yang tinggi, penampilan peran yang memuaskan, dan rasa
identitas diri yang jelas sangat mempengaruhi kesehatan individu karena individu
dengan konsep diri yang positif atau sehat akan menjadikan individu dengan
kepribadian yang sehat (Stuart & Sundeen, 1998).
Dapat disimpulkan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
dapat beresiko melukai diri sendiri, orang lain atau pun lingkungannya. Sehingga
pentingnya peran perawat dalam merawat klien dengan gangguan konsep diri :
harga diri rendah dengan melakukan pendekatan diri pada klien, melakukan
asuhan keperawatan dan memberikan penkes promotif, prefentif, kuratif, dan
rehabilitative.
Dapat dijelaskan, promotif adalah promosi tentang sehat jiwa melalui seminar dan
pengujian. Sedangkan preventif adalah pemberi penyuluhan pendidikan tentang
kesehatan jiwa untuk mencegah terjadinya masalah Gangguan Konsep Diri: Harga
Diri Rendah, mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat atau
perorangan, upaya ini dilaksanakan di lingkungan keluarga, dan masyarakat.
Kuratif adalah strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan klien Gangguan
Konsep Diri: Harga Diri Rendah mengenali aspek positif yang dimiliki.
6
Rehabilitative adalah usaha mengembalikan penderita kedalam masyarakat,
sehingga dapat berfungsi kembali sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dirinya dan masyarakat terutama dengan gangguan jiwa pada pasien Gangguan
Konsep Diri: Harga Diri Rendah.
Dari hasil penelitian WHO dan analisa data menurut kemenkes, depkes dan ristek
klien dengan gangguan jiwa setiap tahunnya meningkat menjadi lebih banyak dari
tahun tahun sebelumnya. Oleh karena itu penulis sangat tertarik sekali untuk
menyusun sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental
Pada Ny. D Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Rumah
Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam penulisan ini adalah agar dapat memperoleh
pengalaman secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial Dan Kesehatan Mental Pada Ny. D
Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa
Islam Klender Jakarta Timur.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial
dan Kesehatan Mental pada Ny. D dengan Gangguan Konsep Diri : Harga
Diri Rendah.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Psikososial dan Kesehatan Mental pada Ny. D dengan Gangguan Konsep
Diri : Harga Diri Rendah.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada Ny. D dengan Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada Ny. D dengan Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah.
7
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Psikososial dan Kesehatan Mental pada Ny. D dengan Gangguan Konsep
Diri : Harga Diri Rendah.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
dalam praktik Asuhan Keperawatan pada Ny. D dengan Gangguan Konsep
Diri : Harga Diri Rendah.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun penghambat
serta dapat mencari solusi/alternatif pemecahan masalah pada Ny. D
dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan Asuhan Keperawatan pada
Ny. D dengan Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis membahas Asuhan Keperawatan
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial Dan Kesehatan Mental Pada
Ny. D Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa
Islam Klender Jakarta Timur yang dilaksanakan pada tanggal 18 s/d 20
November 2019.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dan kepustakaan,
dimana penulis menggambarkan Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental Pada Ny. D Dengan
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
dalam bentuk narasi. Sedangkan tehnik yang penulis gunakan dalam penyusunan
makalah ini adalah dengan menggunakan neknik wawancara, observasi dimana
penulis terlihat langsung semala 3 hari dalam memberikan asuhan keperawatan.
Penulis melakukan wawancara dengan klien, keluarga klien, perawat ruangan dan
tim kesehatan.
8
E. Sistematika Penulisan
Karya penulisan ilmiah ini disusun secara sistematik yang terdiri dari, 5 bab,
yaitu:
BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Konsep Dasar
Meliputi definisi, etiologi, proses terjadinya masalah, rentang respon,
komplikasi dan asuhan keperawatan.
BAB III : Tinjauan Kasus
Meliputi pengkajian diagnosa, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
BAB IV : Pembahasan
Meliputi perbandingan masalah konsep dan kasus.
BAB V : Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran Hidup
Lampiran
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Manusia dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu manusia sebagai
makhluk holistik dan manusia sebagai sistem (Potter dan Perry, 1997).
Kebutuhan Dasar Manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan
menyatakan bahwa setiap manusia memiliki ilmu kebutuhan dasar, yaitu
kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter
dan Perry, 1997 dalam buku Aziz Alimul 2014).
Teori hierarki kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow ini dapat
dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis
Merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologi seperti
oksigen, cairan(minuman), nutrisi(makanan), keseimbangan suhu tubuh,
eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual.
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
Dibagi menjadi perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman
terhadap tubuh dan hidup, dan perlindungan psikologis yaitu perlindungan
atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing.
c. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki
Antara lain memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan
keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya.
d. Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain
10
Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapat kekuatan, meraih
prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga
memerlukan pengakuan dari orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan
untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri
sepenuhnya.
2. Ciri Kebutuhan Dasar Manusia
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada
dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena terdapat perbedaan
budaya maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi
kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika
gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berfikir lebih keras dan bergerak
untuk berusaha mendapatkannya.
3. Faktor yang memengaruhi kebutuhan dasar manusia
Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut.
1. Penyakit
Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan
kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi
organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya.
2. Hubungan keluarga
Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan
dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada
rasa curiga, dan lain-lain.
3. Konsep Diri
Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan
dasar.Kebutuhan dasar yang positif memberikan makna dan keutuhan
(wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan
positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah
11
berubah, mudah mengenali kebutuhan, dan mengembangkan cara hidup
yang sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.
4. Tahap Perkembangan
Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan.
Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda, baik
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual, mengingat berbagai
fungsi organ tubuh mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang
berbeda.
B. Definisi
Konsep Diri merupakan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan, cara individu
memandang dirinya secara utuh fisik, emosional, sosial dan spiritual (Bech,
Wiliam dan Rawlin, 2009). Konsep Diri merupakan semua pikiran, keyakinan,
dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain, konsep diri tidak terbentuk waktu
lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya
sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas dunia. Setiap individu pasti pernah
mengalami masalah terhadap dirinya sendiri dalam konsep diri, salah satunya
gangguan harga diri rendah (Stuart, 2006).
Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan dirinya lebih
rendah dibandingkan orang lain yang berpikir adalah hal negatif diri sendiri
sebagai individu yang gagal, tidak mampu, dan tidak berprestasi (Keliat, 2010).
Harga diri rendah adalah persepsi diri yang berkembang negatif dalam berespon
terhadap situasi yang sedang terjadi (NANDA, 2005). Harga diri merupakan salah
satu aspek penting dalam psikologi, harga diri meningkat saat anak dapat
mengembangkan hubungan yang bermakna dan menguasai tugas pengembangan.
12
Sementara itu, masa remaja awal adalah masa resiko untuk harga diri karena
remaja berusaha untuk mendefinisikan sebuah identitas dan rasa diri dalam
kelompok sebaya (boyd dalam carpinto moyet, 2009). Harga diri rendah
merupakan negative terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri,
tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus
asa (Depkes RI, 2000).
Komponen-komponen konsep diri (Stuart, 2009)
1. Citra Tubuh (Body Image)
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari
terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang
tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi yang dimiliki. Citra tubuh
dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru.
2. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal yang
diyakini. Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan,
harapan tentang dirinya sendiri.
3. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga
diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa
syarat, walaupun melakukan kesalahan dan kegagalan tetap merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga.
4. Peran Diri (Self Role)
Peran diri merupakan serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan social berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok
social. Peran yang diterapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak
13
mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih
oleh individu.
5. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas diri merupakan kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari
pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan
menjadi satu kesatuan yang utuh. Pembentukan identitas dimulai pada masa
bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tetapi merupakan tugas utama
pada masa remaja.
C. Rentang Respon
Menurut Stuart G. W, 2006
Respon adaptif Respon maladaptif
Aktualisasi Konsep diri Gangguan Kekacauan Depersonalisasi
diri positif harga diri identitas /tidak personal
diri
Keterangan gambar :
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang
rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif (Fajariyah, 2012) sebagai
berikut:
1. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien menghadapi suatu masalah dapat
menyelesaikan masalah dengan baik :
a. Aktualisasi diri adalah penyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
14
b. Konsep diri positif adalah merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang
ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan
peran serta identitas dirinya yang positif.
2. Respon mal-adaptif Gangguan konsep diri adalah respon individu dalam menghadapi
masalah dimana individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut.
a. Harga diri rendah merupakan perasaan negative terhadap dirinya sendiri,
termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak
ada harapan dan putus asa.
b. Kerancauan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan sebagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian
psikososial dewasa yang harmonis.
c. Depersonalisasi adalah suatu perasaan yang tidak realistis di mana klien tidak
dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya.
D. Psikodinamika
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan
perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah
motivasi, emosi, dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan
bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek
psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini (Sigmund
Freud, 2009).
1. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart 2006, berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam
konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut :
(dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa, Mukhripah Damaiyanti dan
Iskandar, hal 39)
1) Factor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang
15
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain
dan ideal diri tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotip peran gender
(kesan dan keyakinan tentang apa perilaku yang tepat untuk pria dan
wanita), tuntunan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan
orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur social.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktifitas. Gangguan konsep diri: harga diri
rendah ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik. (dalam buku
Asuhan Keperawatan Jiwa, Ade Hermawan, hal 147)
1) Situasional : Gangguan konsep diri : harga diri rendah yang terjadi secara
situasional bisa disebabkan oleh trauma secara tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami/istri, putus sekolah, putus hubungan
kerja, perasaan malu karena sesuatu yaitu korban pemerkosaan, dipenjara
tiba-tiba. Selain itu, dirawat dirumah sakit juga bisa menyebabkan harga
diri rendah.
2) Kronik : Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronik adalah perasaan
negativ terhadap diri berlangsung lama, biasanya dirasakan klien sebelum
sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan
meningkat saat dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negativ.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap
dirinya.
2. Cara Mengatasi Harga Diri Rendah
Coopersmith dalam buku stuart dan sundeen (2002) menyatakan bahwa ada
empat hal yang dapat meningkatkan Harga Diri Rendah, yaitu: (dalam buku
ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Pdf, hal 94)
a. Memberi kesempatan untuk berhasil.
16
b. Menanamkan idealisme.
c. Mendukung aspirasi/ide.
d. Membantu membentuk koping.
3. Komplikasi
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain bisa mengakibatkan resiko perilaku
kekerasan : suatu perilaku yang dapat mengancam atau melukai dirinya sendiri
dan orang lain disekitarnya baik fisik maupun mental.
E. Pengkajian Keperawatan
Dalam tahap pengkajian, informasi diperoleh langsung dan terstruktur dari klien
melalui observasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik atau melalui sumber
sekunder. Pengkajian keperawatan terdiri dari faktor predisposisi, faktor prepitasi,
perilaku klien dan mekanisme koping (Ns. M. Suhron., S.kep., M.kes dalam buku
asuhan keperawatan jiwa konsep self esteem)
1. Faktor predisposisi
a. Citra tubuh
1) Operasi kehilangan salah satu bagian tubuhnya.
2) Kegagalan fungsi tubuh.
3) Perubahan tubuh, bentuk dan ukuran pada setiap penyakit yang
dideritanya.
4) Proses pengobatan yang ketergantungan pada mesin seperti radiasi dan
kemotrapi.
b. Harga diri
1) Perkembangan individu.
17
2) Ideal diri yang tidak realistic.
3) Gangguan fisik dan mental.
4) System keluarga yang tidak berfungsi.
5) Pengalaman traumatic yang berulang.
c. Ideal diri
1) Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
2) Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
3) Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil.
4) Kebutuhan yang realistis.
5) Keinginan untuk menghindari kegagalan.
6) Perasaan cemas dan rendah diri.
d. Peran
1) Konflik peran interpersonal.
2) Contoh peran yang tidak adekuat.
3) Kehilangan hubungan yang penting.
4) Perubahan peran seksual.
5) Keragu-raguan peran.
6) Perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan
proses menua.
7) Kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran.
8) Ketergantungan obat.
9) Kurangnya keterampilan social.
18
10) Perbedaan budaya.
11) Harga diri rendah.
12) Konflik antar peran yang sekaligus di perankan
e. Identitas diri
1) Ketidak percayaan orang tua.
2) Tekanan dari teman sebaya.
3) Perubahan struktur social.
2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus faktor yang membuat klien akhirnya mengalami gangguan jiwa
setelah mengalami faktor-faktor pendukung.
a. Trauma
Penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran
Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran
atau posisi yang diharapkan :
a) Transisi peran perkembangan
Perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan.
b) Transisi peran situasi
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau
berkurangnya orang yang penting dalam kehidupan individu melalui
kelahiran atau kematian orang yang berarti.
c) Transisi peran sehat-sakit
19
Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri.
Transisi ini mungkin di cetuskan oleh :
1) Kehilangan bagian tubuh.
2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
3) Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
4) Prosedur medis dan keperawatan.
d) Perilaku klien dengan gangguan konsep diri
Adapun rentang respon gangguan konsep diri : harga diri rendah transisi
antara respon konsep diri adaptif dan mal adaptif. (Stuart, 2006).
1. Perilaku yang adaptif
a) Syok psikologis
Merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat
terjadi saat pertama tindakan.
b) Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan, tetapi
karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara
emosional.
c) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah klien sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan atau
berduka muncul.
d) Perilaku yang maladaptive
2. Perilaku yang berhubungan dengan gangguan peran
a) Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan
menampilkan peran.
20
b) Mengingkari atau menghindari peran.
c) Kegagalan transisi peran.
d) Ketegangan peran.
e) Kemunduran pola tanggung jawab yang biasa dalam peran.
f) Proses berkabung yang tidak berfungsi.
g) Kejenuhan pekerjaan.
3. Perilaku harga diri rendah
a) Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
b) Penurunan produktivitas.
c) Destruktif yang diarahkan pada orang lain.
d) Gangguan dalam berhubungan.
e) Rasa diri penting yang berlebihan.
f) Perasaan tidak mampu.
g) Merasa bersalah.
h) Mudah tersinggung atau marah berlebihan.
i) Perasaan negative mengenai tubuhnya sendiri.
j) Ketegangan peran yang dirasakan.
k) Pandangan hidup yang pesimis.
l) Keluhan fisik.
m) Pandangan hidup yang bertentangan.
n) Penolakkan terhadap kemampuan personal.
o) Destruktif terhadap diri sendiri.
21
p) Pengurangan diri.
q) Menarik diri secara social.
r) Penyalahgunaan zat.
s) Menarik diri dari realitas.
t) Khawatir
4. Perilaku keracunan identitas
a) Tidak ada kode moral.
b) Sifat kepribadian yang bertentangan.
c) Hubungan interpersonal eksploitatif.
d) Perasaan hampa.
e) Perasaan mengambang tentang diri sendiri.
f) Keracunan gender.
g) Tingkat ansietas yang tinggi.
h) Ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain.
i) Kehilangan keautentikan.
j) Masalah intimasi.
5. Perilaku depersonalisasi
a. Afektif
a) Mengalami kehilangan identitas.
b) Perasaan terpisah dari diri sendiri.
c) Perasaan tidak aman, rendah, takut dan malu.
d) Perasaan tak realistis.
22
e) Rasa terisolasi yang kuat.
f) Kurang rasa kesinambungan dalam diri.
g) Ketidakmampuan untuk mencari kesenangan atau perasaan untuk
mencapai sesuatu.
b. Perseptual
a) Halusinasi pendengaran dan penglihatan.
b) Kebingungan tentang seksualitas diri.
c) Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain.
d) Gangguan citra tubuh.
e) Mengalami dunia seperti dalam mimpi.
c. Kognitif
a) Bingung.
b) Disorientasi waktu.
c) Gangguan berpikir.
d) Gangguan daya ingat.
e) Gangguan penilaian.
f) Adanya kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama.
d. Perilaku
a) Afek yang tumpul.
b) Keadaan emosi yang pasif dan tidak berespons.
c) Komunikasi yang tidak serasi.
d) Kurang spontanitas dan animasi.
23
e) Kehilangan kendali terhadap impuls.
f) Kehilangan kemampuan untuk memulai dan membuat keputusan.
g) Menarik diri secara social.
3. Tanda dan Gejala
Klien dengan konsep harga diri rendah kronis memiliki batasan karakteristik
berikut ini: (menurut, Ns. Sutejo, M.kep., Sp.kep. J.)
a) Ucapan-ucapan negative atau kritik negative terhadap dirinya sendiri.
b) Ekspresi rasa malu atau rasa bersalah.
c) Mengevaluasi diri sendiri sebagai akibat dari ketidakmampuan menghadapi
kejadian.
d) Merasionalisasi penolakkan atau adanya penolakkan terhadap umpan balik
positif serta melebih-lebihkan umpan balik negative itu sendiri.
e) Ragu-ragu untuk mencoba hal atau situasi baru.
Selain batasan karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya, Towsend
(2010) menyatakan batasan karakteristik lainnya yang meliputi :
a) Kurangnya keberhasilan dalam pekerjaan maupun peristiwa lainnya.
b) Adaptasi yang bersifat eksesif atau berlebihan, sehingga terlalu bergantung
pada pendapat orang lain.
c) Kurangnya kontak mata.
d) Ketidakmampuan mengambil keputusan.
e) Tindakan pencarian kenyamanan atau ketentraman yang berlebihan.
4. Mekanisme Koping
1. Jangka pendek
24
a) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga, kontes
popularitas).
b) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis identitas (music
keras, pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton tv terus-menerus).
c) Kegiatan yang mencoba menghilangkan anti identitas sementara (ikut
kelompok social, keagamaan, politik).
d) Kegiatan yang mencoba menghilangkan anti identitas sementara
(penyalahgunaan obat).
2. Jangka panjang
Menutup identitas dari orang-orang berarti, tanpa mengindahkan hasrat,
aspirasi atau potensi diri sendiri.
3. Identitas negative
Yaitu asumsi yang bertentangan atau tidak wajar dengan nilai dan harapan
masyarakat.
4. Pertahanan ego
Termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pergeseran
(displacement), peretakan (splitting), berbalik marah terhadap diri sendiri
dan amuk.
a) Fantasi adalah kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang
sudah ada (dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru.
b) Disosiasi adalah respons yang tidak sesuai dengan stimulus.
c) Isolasi adalah menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar.
d) Proyeksi adalah kelemahan dan kekurangan dalam diri sendiri dilontarkan
pada orang lain.
25
e) Displacement adalah mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan pada
orang yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi.
F. Pohon Masalah
Pohon masalah yang ada pada gangguan konsep diri : harga diri rendah sebagai
berikut :
Resiko perilaku kekerasan (akibat) Resiko isolasi sosial (akibat)
(core problem)
Ideal diri, Peran diri, Citra tubuh (etiologi)
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis respon individu, keluarga, atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan actual atau potensial/proses kehidupan.
Setelah mengumpulkan data, kita dapat membandingkan informasi yang
diperoleh dengan nilai-nilai normal dalam kesehatan dan adaptasi. Diagnosis
keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala harga diri rendah yang
ditemukan. Pada pasien gangguan jiwa, diagnosis yang ditegakkan adalah :
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Resiko isolasi sosial
3. Resiko perilaku kekerasan
4. Ideal diri
Konsep Diri : Harga Diri
Rendah
26
H. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan sistematis, mencangkup pembuatan keputusan dan penyelesaian
masalah. Dalam perencanaan perawat merujuk pada data pengkajian klien dan menyatakan diagnose sebagai petunjuk dalam
merumuskan tujuan klien dan merencanakan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan
masalah kesehatan klien (Kozier, Erb, Bermain, & Snyder, 2010).
No.
Dx
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan
konsep diri :
Harga Diri
Rendah
TUM : Klien memiliki konsep
diri yang positif.
TUK :
1) Klien dapat membina
hubungan saling percaya
dengan perawat.
1. Setelah ... kali
pertemuan klien
menunjukkan ekspresi
wajah bersahabat,
menunjukkan rasa
senang, ada kontak
mata, mau berjabat
1.1. Bina hubungan saling
percaya dengan
menggunakan prinsip
komunikasi
terapeutik:
Sapa klien dengan
ramah, baik verbal
Hubungan saling
percaya merupakan
dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi
selanjutnya.
27
tangan, mau
menyebutkan nama,
mau menjawab salam,
klien mau duduk
berdampingan dengan
perawat, mau
mengutarakan masalah
yang dihadapi.
maupun non
verbal.
Perkenalkan diri
dengan sopan.
Tanyakan nama
lengkap dan nama
panggilan yang
disukai klien.
Jelaskan tujuan
pertemuan.
Jujur dan menepati
janji.
Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya.
Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
28
klien.
2) Klien mengidentifikasi
aspek positif dan
kemampuan yang dimiliki.
2. Setelah ... kali
pertemuan klien
menyebutkan:
Aspek positif dan
kemampuan yang
dimiliki klien.
Aspek positif
keluarga.
Aspek positif
lingkungan klien.
2.1 Diskusikan dengan
klien tentang:
Aspek positif yang
dimiliki klien,
keluarga,
lingkungan.
Kemampuan yang
dimiliki klien.
2.2 Bersama klien buat
daftar tentang:
Aspek positif klien,
keluarga,
lingkungan.
Kemampuan yang
dimiliki klien.
2.3 Beri pujian yang
realistis, hindarkan
Diskusikan tingkat
kemampuan klien
menilai realitas, control
diri atau integritas ego
sebagai dasar asuhan
keperawatan.
Reinforcement positif
akan meningkatkan
harga diri.
Pujian yang realistis
tidak menyebabkan
29
memberi penilaian
negative.
melakukan kegiatan
hanya karna ingin
mendapat pujian.
3) Klien dapat menilai
kemampuan yang dimiliki
untuk dilaksanakan.
3. Setelah ... kali
pertemuan klien
menyebutkan
kemampuan yang
dapat dilaksanakan.
3.1 Diskusikan dengan
klien kemampuan yang
dapat dilaksanakan.
3.2 Diskusikan
kemampuan yang dapat
dilanjutkan
pelaksanaannya.
Keterbukaan dan
pengertian tentang
kemampuan yang
dimiliki adalah prasat
untuk berubah.
Pengertian tentang
kemampuan yang
dimiliki diri motivasi
untuk tetap
mempertahankan
penggunaannya.
4) Klien dapat merencanakan
sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
4. Setelah ... kali
pertemuan klien
membuat rencana
4.1 Rencanakan bersama
klien aktifitas yang
dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
Klien adalah individu
yang bertanggung
jawab terhadap dirinya
30
kegiatan harian. klien:
Kegiatan mandiri
Kegiatan dengan
bantuan
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi klien.
4.3 Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang dapat klien
lakukan.
sendiri.
Klien perlu bertindak
secara realistis dalam
kehidupannya.
Contoh peran yang
dilihat klien akan
memotivasi klien untuk
melaksanakan kegiatan.
5) Klien dapat melakukan
kegiatan sesuai rencana
yang dibuat.
5. Setelah ... kali
pertemuan klien
melakukan kegiatan
sesuai jadwal yang
dibuat.
5.1 Anjurkan klien untuk
melaksanakan kegiatan
yang telah
direncanakan.
5.2 Pantau kegiatan yang
Memberikan
kesempatan kepada
klien dirumah.
Mengetahui kegiatan
31
dilaksanakan klien.
5.3 Beri pujian atas usaha
yang dilakukan klien.
5.4 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan kegiatan.
apa saja yang sudah
dilakukan oleh klien.
Reinforment positif
akan meningkatkan
harga diri.
Memberikan
kesempatan kepada
klien untuk tetap
melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan.
6) Klien dapat memanfaatkan
sistem pendukung yang ada.
6. Setelah ... kali
pertemuan klien
memanfaatkan sistem
pendukung yang ada
di keluarga.
6.1 Beri pendidikan
kesehatan pada
keluarga tentang cara
merawat klien dengan
harga diri rendah.
6.2 Bantu keluarga
memberikan dukungan
Mendorong keluarga
untuk mampu merawat
klien mandiri dirumah.
Support system
32
selama klien dirawat.
6.3 Bantu keluarga
menyiapkan lingkungan
dirumah.
keluarga akan sangat
berpengaruh dalam
mempercepat proses
penyembuhan.
Meningkatkan peran
serta keluarga dalam
merawat klien dirumah.
33
I. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan adalah permulaan dan perwujudan dari perencanaan
keperawatan. Jenis tindakan pada penatalaksanaan keperawatan ini terdiri dari
tindakan mandiri. Saling ketergantungan atau kolaborasi dan tindakan rujukan
atau ketergantungan. Pelaksanaan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan (Ernawati, dkk, 2009).
1. Komunikasi Terapeutik
Merupakan komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien yang
berfokus pada kebutuhan pasien agar tercapai pertukaran informasi yang efektif
untuk menunjang pemulihan (videback, 2008). Tujuan dari komunikasi
terapeutik dapat dicapai melalui eksplorasi berbagai aspek pengalaman hidup
pasien (Stuart, 2013). Hal yang perlu diperhatikan pada komunikasi terapeutik
adalah sikap dan kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi inter-
personal. Menurut Potter & Perry (2013) untuk melakukan komunikasi inter-
personal, diperlukan kemampuan mengambil inisiatif, memberikan respon yang
tepat, membangun kepercayaan antara perawat-pasien, dan menghargai setiap
karakter individu. Penerapan komunikasi terapeutik pada individu dilakukan
dalam 4 tahap. Menurut Stuart (2013) tahap komunikasi terapeutik antara lain:
a) Fase Prainteraksi
Pada tahap ini, perawat berfokus kepada eksplorasi kemampuan diri sendiri.
Tahap ini terjadi sebelum perawat melakukan komunikasi dengan pasien.
b) Fase Perkenalan atau Orientasi
Tahap ini merupakan pertemuan pertama perawat dengan pasien. Pada tahap
ini perawat perlu menemukan hal yang menjadi permasalahan pasien.
Perawat juga berusaha membangun hubungan baik agar tercipta rasa saling
percaya. Menurut Keliat, Akemat, Helena & Nurhaeni (2007), hal yang
dilakukan pada tahap perkenalan atau orientasi adalah memperkenalkan diri,
mengevaluasi kondisi pasien, dan menyepakati kontrak mengenai topik yang
dibicarakan, tempat, waktu, dan tujuan.
34
c) Fase Kerja
Pada tahap ini perawat membantu mengatasi kecemasan yang ada dalam diri
pasien dengan memberikan mekanisme koping. Selain itu, perawat juga
memberikan edukasi kepada pasien dengan menghubungkan persepsi,
pikiran, perasaan, dan tindakan.
d) Fase Terminasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam komunikasi terapeutik. Pada tahap
ini perawat mengevaluasi pencapaian tujuan secara objektif, dan evaluasi
terhadap hasil tindakan yang telah dilakukan. Menurut Keliat, Akemat,
Helena & Nurhaeni (2007) terminasi terbagi menjadi 2 yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir. Pada terminasi sementara, perawat akan
bertemu lagi dengan pasien pada waktu yang telah disepakati dengan
membuat rencana tindak lanjut dan kontrak waktu. Namun, pada terminasi
akhir, perawat dan pasien tidak menentukan kembali waktu pertemuan
karena pasien telah mampu menyelesaikan masalahnya.
e) SP pada Pasien Harga Diri Rendah
SP 1 Pasien :
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan.
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien.
4. Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang akan dipilih.
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
6. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
SP 2 Pasien :
35
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
2. Melatih kemampuan pasien kedua.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : Harga Diri Rendah
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaikan masalah.
a. Tujuan :
Tujuan Umum
TAK stimulasi persepsi: Harga Diri Rendah adalah klien mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya.
Tujuan Khusus
1) Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan.
2) Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.
3) Klien dapat menilai hal positif dirinya yang dapat digunakan.
4) Klien dapat memilih hal positif dirinya yang akan dilatih.
5) Klien dapat melatih hal positif dirinya yang telah dilatih.
6) Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih.
b. Aktivitas dan indikasi
Aktivitas dibagi dalam empat bagian, yaitu mempersepsikan stimulus nyata
sehari-hari, stimulus nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan,
stimulus yang tidak nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan, serta
stimulus nyata yang mengakibatkan harga diri rendah.