ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA AN.IA DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : GASTROENTERITIS DI RUANG AN-NISA 2 RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI Disusun Oleh : ROBI’AH ALBAB 2015750039 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2018
111
Embed
ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
PADA AN.IA DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : GASTROENTERITIS DI RUANG AN-NISA 2 RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
Disusun Oleh :
ROBI’AH ALBAB 2015750039
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2018
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan pembuatan karya tulis ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada An.IA Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan : Diare di Ruang An-Nisa 2 RSIJ Pondok Kopi”. Tujuan penulisan
karya tulis ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program DIII
Keperawatan FIK UMJ.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan menemukan banyak hambatan serta kesulitan karena terbatasnya
ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun karena adanya bimbingan, arahan,
dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini pada waktu yang telah ditentukan. Dalam kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan secara langsung maupun tidak langsung kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Ns. Titin Sutini, M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Ka. Prodi Program DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
dan pembimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
3. Ibu Ns. Nur’aenah, M.Kep selaku wali akademik Program DIII Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
4. Para dosen dan staff Program DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat
bermanfaat untuk angkatan 33 khususnya dan selalu sabar menghadapi kami
yang sedikit malas dan tidak tepat waktu.
ii
5. Kepala ruangan dan staf di ruang An-Nisa 2 Rumah Sakit Islam Pondok Kopi
Jakarta Timur yang membantu penulis dapat menentukan data-data yang
diperlukan.
6. Semua keluarga tercinta, terutama untuk kedua orang tua yang tidak pernah
berhenti memberikan dukungan kepada penulis, serta doa yang selalu
dipanjatkan demi kemudahan dan kelancaran penulis dalam menyelesaikan
makalah ilmiah ini.
7. Teman-teman angkatan 33 yang selalu kompak dan semangat serta turut
berpartisipasi dan selalu memberikan masukan baik secara langsung maupun
tidak langsung selama tiga tahun lamanya.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, tenaga keperawatan, dan khususnya
penulis, sehingga dapat digunakan sebagai bahan dalam menambah ilmu
pengetahuan dibidang keperawatan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 21 Mei 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................. 1
B. Tujuan Penulisan........................................................... 5
1. Tujuan Umum........................................................... 5
2. Tujuan Khusus.......................................................... 5
C. Ruang Lingkup............................................................. 6
D. Metode Penulisan.......................................................... 6
E. Sistematika Penulisan................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep kebutuhan dasar manusia................................. B. Konsep dasar diare........................................................
DS : Ibu mengatakan “sampai sekarang masih diare, diare sudah 3 kali, pagi 2 kali dan siang 1 kali, BAB cair berwarna kuning, tidak ada darah, buang air kecil sehari kurang lebih 10x, berwarna kuning bening, tidak ada muntah, minum susu formula sehari 6 botol kecil (120ml), minum ASI kurang lebih 8 kali sehari <100cc”
Resiko defisit volume cairan
Output yang berlebihan
47
2
3
DO : - Kesadaran komposmentis - Keadaan umum sakit sedang - Tinja cair, berwarna kuning,
tidak ada darah atau lendir - Mukosa bibir dan mulut
lembab - Ubun-ubun dan kelopak
mata tidak cekung - Cubitan dinding perut
kembali < 2 detik - Bising usus 34x/menit - Capillary refill <2detik - TTV : suhu 36,2oC, nadi
116x/menit, RR 34x/menit DS : Ibu mengatakan “nafsu makan kurang, tetapi makan habis ¾ porsi karena disuapi ibu, BB sebelum sakit kurang lebih 9,5kg” DO :
- A : BB saat ini : 9kg TB : 64cm LILA : 15cm BBI : 11kg Status nutrisi : penurunan dari BB Normal 18 %
- B : Hasil lab tanggal 6 April 2018 : pemeriksaan lab : hemoglobin 11,6 mg/dL
- C : Kesadaran komposmentis, keadaan umum sakit sedang, konjungtiva ananemis, bising usus 34x/menit, rambut tampak lebat dan tidak rontok, tidak ada stomatitis, lidah bersih, kelengkapan gigi 7 buah
- D : Variasi : bubur tim dan buah Frekuensi : 3x sehari Konsistensi : lembut atau lembek Komposisi : karbohidrat, protein, vitamin dan mineral
DS : Ibu mengatakan “anak saya selalu tenang jika ada perawat, ketika ada perawat ingin memberikan obat anak saya tidak rewel, tetapi kalau
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Ansietas (pada anak)
Intake yang tidak adekuat Prosedur tindakan
48
4
5
masuk ke ruang tindakan anak saya menangis, mungkin trauma karena kemarin diinfus” DO :
- anak tampak tenang ketika didekati perawat
- anak tampak tenang ketika pemberian obat via IV
- anak tampak rewel jika masuk ruang tindakan
DS : Ibu mengatakan “kebiasaan pembuatan susu dengan menggunakan botol yang sudah dicuci dalam rak, peletakan susu formula dalam toples di dapur, terkadang mencuci tangan sebelum membuat susu, setiap hari saya membuat susu seperti itu, tetapi kenapa setelah ganti susu diare” DO :
- Ibu tampak menyalahkan susu sebagai penyebab diare
- Ibu tampak tidak mengetahui penyebab lain dari diare selain dari susu
DS : Ibu mengatakan “sampai sekarang masih diare, diare sudah 3 kali, pagi 2 kali dan siang 1 kali, BAB cair berwarna kuning, tidak ada darah, sekitar anus kemerahan, saya mengganti popoknya ketika anak BAB, dibersihkannya hanya menggunakan tisu basah tanpa dikeringkan dengan tisu kering” DO :
Perubahan proses keluarga Gangguan integritas kulit perianal
Kurang pengetahuan Frekuensi BAB meningkat
7. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil analisa data, maka dapat
ditentukan urutan prioritas diagnosa keperawatan pada kasus diatas
adalah sebagai berikut :
49
1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
3. Gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan frekuensi
BAB meningkat
4. Ansietas (pada anak) berhubungan dengan prosedur tindakan
5. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan kurang
pengetahuan
8. Perencanaan keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan maka disusun
rencana keperawatan sebagai berikut :
1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.IA
selama 3x24 jam diharapkan resiko defisit volume cairan dapat
teratasi.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (kelopak mata tidak cekung,
mukosa bibir dan mulut lengkap, turgor kulit elastis, cubitan
dinding abdomen <2detik)
b. Intake dan output seimbang
c. TTV anak normal (usia todler : RR 20-30x/menit, nadi
<120x/menit, suhu 36,5-37,5oC)
d. BAB 1x/hari dengan konsistensi semi padat/lembek
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital/shift
b. Kaji status hidrasi (turgor kulit, kelopak mata, mukosa bibir,
cubitan perut)
c. Catat intake dan output cairan (urine, feses, dan emesis)/8 jam
d. Pantau kelancaran pemberian terapi cairan infuse
50
e. Anjurkan pada orang tua untuk memberi minum pada anak
200ml/shift
f. Kolaborasikan untuk pemeriksaan elektrolit terutama kadar
natrium, kalium, kalsium dan posfat
g. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian :
Terapi oral :
- Pamol drop 6x0,8ml jam (06,10,14,18,22,24)
- Daryazinc 1x2ml jam (06)
Terapi injeksi :
- Ceftizoxim 2x250mg jam (12,24)
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.IA
selama 3x24 jam diharapkan resiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Nafsu makan meningkat
b. Anak dapat menghabiskan makanan yang disediakan
c. Tidak ada mual dan muntah
d. Konjungtiva ananemis
e. Hematologi dalam batas normal : hemoglobin 10,5-13,5 mg/dL
Intervensi
a. Timbang berat badan anak/2 hari
b. Kaji status nutrisi
c. Monitor intake nutrisi/shift
d. Observasi dan catat respon terhadap pemberian makanan untuk
mengkaji toleransi pemberian makanan
e. Pantau hasil laboratorium hematologi
f. Motivasi orang tua dan dampingi anak saat makan
g. Kolaborasi dalam pemberian diet sesuai dengan kebutuhan anak
51
3. Gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan frekuensi
BAB meningkat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.IA
selama 3x24 jam diharapkan gangguan integritas kulit perianal pada
anak teratasi.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada iritasi dan kemerahan disekitar anus
b. Kulit perineal tampak utuh
Intervensi :
a. Kaji daerah bokong
b. Kaji kerusakan kulit atau iritasi
c. Anjurkan ibu untuk menghindari dari pakaian dan pengalas
tempat tidur yang lembab
d. Anjurkan ibu untuk mengganti popok/kain apabila kotor,
lembab atau basah
e. Ajarkan orang tua cara perawatan perineal hygiene pada anak
dengan benar
f. Anjurkan untuk menjaga daerah anus tetap bersih dan kering
g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian salep zink oksida
untuk melindungi kulit dari iritasi
4. Ansietas (pada anak) berhubungan dengan prosedur tindakan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.IA
selama 3x24 jam diharapkan ansietas akibat dampak hospitalisasi
dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Anak tampak nyaman dan aman saat bersama dengan perawat
b. Tidak tampak rasa takut
c. Anak dapat kooperatif saat dilakukan prosedur tindakan
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pada anak
52
b. Bina hubungan saling percaya
c. Panggil nama anak dan lakukan sentuhan
d. Lakukan kontak singkat tapi sering
e. Anjurkan pada orang tua untuk mendampingi anak selama
prosedur tindakan
f. Berikan terapi bermain sesuai dengan tingkat usia dan kondisi
anak
5. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan kurang
pengetahuan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An.IA
selama 3x24 jam diharapkan perubahan proses keluarga pada orang
tua dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Keluarga mampu menunjukkan kemampuan untuk merawat
anak
b. Keluarga memahami tentang penyakit anak dan pengobatannya
Intervensi :
a. Berikan informasi kepada keluarga tentang penyakit anak dan
tindakan terapeutik untuk mendorong kepatuhan terhadap
program terapeutik
b. Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan
kepada anak
c. Instruksikan kepada keluarga mengenai pencegahan penyebaran
infeksi
d. Ajarkan orang tua cara membuat, menyimpan, dan memberikan
makanan formula dengan tepat
e. Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk
menghindari kontaminasi, serta menjaga kebersihan mainan dan
tempat bermain
53
9. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana
tindakan keperawatan yang telah dibuat, maka penulis melakukan
tindakan keperawatan selama 3 hari dari tanggal 9-11 April 2018. Dalam
melaksanakan tindakan keperawatan penulis bekerja sama dengan
perawat di Ruangan An-Nisa 2 Rumah Sakit Islam Pondok Kopi dan juga
dengan tim kesehatan lainnya.
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf Senin,
9 April 2018 07.30
07.35
07.40
08.00
5
5
1
5
- Membina hubungan saling percaya DS : Ibu mengatakan “biasanya saya juga dekat dengan mahasiswa perawat, mohon bantuannya ya sus untuk kesembuhan anak saya” DO : -Ibu tampak senang dengan kehadiran perawat -Anak tampak tenang -Memanggil nama anak dan melakukan sentuhan DS : Ibu mengatakan “anak saya sudah bisa merespon jika dipanggil namanya” DO : -Anak tampak merespon dengan menoleh -Memonitor tanda-tanda vital DS : Ibu mengatakan “anak saya sudah tidak demam” DO : Nadi : 124 x/menit, suhu : 36,8oC, RR : 32 x/menit - Mengkaji tingkat kecemasan pada anak DS : Ibu mengatakan “anak saya rewel kalau masuk ke ruang tindakan sus, jika dikamar anak saya tenang” DO : - Anak tampak tenang saat di dalam kamar
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
54
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
08.05
08.10
08.20
08.25
08.35
08.45
3
1
3
2
2 1
-Mengkaji daerah bokong DS : Ibu mengatakan “daerah anus bersih, tapi tampak kemerahan” DO : -Area perineal tampak bersih -Tampak kemerahan disekitar anus -Mengkaji status hidrasi (turgor kulit, kelopak mata, mukosa bibir, cubitan perut) DS : - DO : -Turgor kulit elastis Kelopak mata tidak cekung Mukosa bibir lembab Cubitan perut kembali <2detik -Mengkaji kerusakan kulit atau iritasi DS : Ibu mengatakan “mulai kemerahan hari ini sus” DO : -Daerah sekitar bokong tampak kemerahan -Menimbang berat badan anak DS : Ibu mengatakan “alhamdulilah beratnya bertambah” DO : -BB anak 9kg -Mengkaji status nutrisi DS : - DO : -BB : 9kg -BBI : 11kg (11kg-9kg) / 11kg x 100% = 18 % (penurunan dari BB normal) -Mencatat intake dan output cairan (urine, feses, dan emesis) DS : Ibu mengatakan “minum 2 botol susu 120ml, saat sarapan minum sedikit hanya beberapa tegukan aja, diare sudah 3x, buang air kecil 3x satu popok penuh”
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
55
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
08.55
10.00
10.10
11.15
12.00
12.15
2 1 1 5
1 2
DO : Intake : Infuse : sisa 250cc Minum : 250cc Output : BAB : 3x100cc BAK : 3x100cc -Memonitor intake nutrisi DS : Ibu mengatakan “sarapan ini hanya habis ¾ porsi” DO : -Tampak sisa makanan 4 sendok -Memberikan terapi oral pamol drop 0,8ml DS : Ibu mengatakan “minum obatnya harus didorong air sus” DO : -Anak tampak meminum obat -Menganjurkan pada orang tua untuk memberi minum anak DS : Ibu mengatakan “oh iya sus, tadi sudah minum 2 botol susu” DO : -Ibu tampak telah melakukan anjuran yang diberikan perawat -Menganjurkan pada orang tua untuk mendampingi anak selama prosedur tindakan DS : Ibu mengatakan “iya sus, akan selalu saya dampingi, tidak akan saya tinggal” DO : -Ibu tampak paham dengan anjuran dari perawat -Memberikan terapi injeksi ceftizoxim 250mg DS : - DO : -Injeksi ceftizoxim yang telah diencerkan 10cc telah dimasukan -Mengobservasi dan mencatat respon
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
56
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
12.55
13.55
14.00
14.40
14.45
5
1 1
2
1
terhadap pemberian makanan DS : Ibu mengatakan “kalau makan harus sambil jalan-jalan sus, tidak ada alergi ataupun muntah ketika makan” DO : -Anak tampak memakan makanan yang disuapi dengan tambahan air -Melakukan kontak singkat tapi sering DS : Ibu mengatakan “saya senang kalau suster sering datang” DO : -Ibu tampak menerima kehadiran perawat -Anak tampak tenang -Memantau kelancaran terapi cairan infuse DS : Ibu mengatakan “habis ya sus infusnya, alhamdulillah infusnya lancar dari pagi” DO : -Cairan KaEn 3B sudah terpasang kembali 17tpm/10 jam mulai pukul 14.00-24.00 WIB -Tidak ada udara atau sumbatan darah dalam selang infuse -Memberikan terapi oral pamol drop 0,8ml DS : Ibu mengatakan “hari ini sudah tidak demam” DO : -Anak tampak meminum obat tanpa menolak -Memonitor intake nutrisi/shift DS : Ibu mengatakan “alhamdulillah siang ini makannya habis sus” DO : -Makanan tampak habis 1 porsi -Memonitor tanda-tanda vital/shift DS : Ibu mengatakan “alhamdulillah normal semua ya sus”
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
57
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
17.45
18.00
19.30
21.00
22.00
24.00
2 1 1
1
1 1
DO : Nadi : 110x/menit, suhu : 36,2oC, RR : 24x/menit -Memonitor intake nutrisi/shift DS : Ibu mengatakan “baru selesai makan sus” DO : -Makan tampak tidak ada sisa -Memberikan terapi pamol drop DS : Ibu mengatakan “alhamdulillah minum obatnya teratur, jadi sudah tidak demam” DO : -Obat masuk via oral sesuai dosis 0,8ml -Mencatat intake dan output cairan (urine, feses, dan emesis) DS : Ibu mengatakan “dari siang sampai sekarang minum susu 2 botol kecil, minum air putih kira-kira ½ gelas kecil, diarenya sore 1x, buang air kecil 4x” DO : Intake : Minum 240+50= 290cc Infuse : sisa 150cc Output : BAB : 1x100cc BAK : 4x100cc -Memonitor tanda-tanda vital/shift DS : - DO : Nadi : 100 x/menit, suhu : 37,2oC, RR : 25 x/menit -Memberikan terapi oral pamol drop 0,8ml DS : - DO : -Obat telah diminum anak sesuai dengan dosis yang diberikan -Memberikan terapi injeksi ceftizoxim
TIM
TIM
TIM
TIM
TIM
TIM
58
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
24.05
24.10
1
1
250mg DS : - DO : -Injeksi ceftizoxim 250mg=10cc telah diberikan -Anak tampak tenang -Memberikan terapi oral pamol drop DS : - DO : -Obat telah diminum -Anak tampak tertidur kembali -Memantau kelancaran pemberian terapi cairan infuse DS : - DO : -Cairan infuse KaEn 3B telah diganti, 17tpm/10 jam mulai pukul 24.00-10.00 WIB -Daerah pemasangan infuse tampak bersih, tidak ada flebitis, tidak ada udara dalam selang infuse
TIM
TIM
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
Selasa, 10April2018
06.00 06.05 06.30
1 1
1
-Memberikan terapi oral pamol drop 0,8ml DS : - DO : -Anak tampak meminum obat sesuai dengan dosis yang diberikan -Memberikan terapi oral daryazinc 2ml DS : Ibu mengatakan “alhamdulillah setelah minum obat ini diarenya mulai berkurang” DO : -Obat telah masuk via oral sesuai dosis yang dianjurkan -Mencatat intake dan output cairan DS : Ibu mengatakan “dari semalam sampai sekarang hanya minum susu 1 botol kecil, anak belum BAB, BAK 1x” DO : Intake : Minum : 120cc Infuse : sisa 200cc Output :
TIM
TIM
TIM
59
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
07.15 07.20 07.30 07.35 08.05
5 1
3
1
4
BAB :- BAK :1x100cc -Memanggil nama anak dan melakukan sentuhan DS : Ibu mengatakan “anak saya selalu menoleh kalau dipanggil namanya” DO : -Anak tampak menoleh dan melanjutkan bermain kembali dengan kakaknya -Menganjurkan pada orang tua untuk memberi minum DS : Ibu mengatakan “iya sus pagi ini belum dibuatkan susu, hanya minum ASI saja, setelah ini akan saya buatkan” DO : -Ibu tampak melaksanakan anjuran perawat dengan membuatkan susu -Mengkaji daerah bokong DS : Ibu mengatakan “masih kemerahan sus, padahal sudah dioleskan baby oil setiap setelah mandi” DO : -Daerah sekitar anus masih tampak Kemerahan -Memonitor tanda-tanda vital DS : Ibu mengatakan “sudah membaik ya sus kondisi anak saya, demam sudah tidak ada” DO : Nadi : 120 x/menit, suhu : 36,4oC, RR : 28 x/menit -Membantu keluarga dalam memberikan rasa aman dan nyaman kepada anak DS : Ibu mengatakan “terima kasih sus selalu menemani anak saya, saat saya ke kamar mandi”
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
60
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
08.10 08.30 08.40 08.45 08.50
5
5
3
3
3
DO : -Ibu tampak senang dengan bantuan perawat -Menganjurkan pada orang tua untuk mendampingi anak selama prosedur tindakan DS : Ibu mengatakan “saya selalu dampingi anak saya, supaya tidak menangis” DO : -Ibu tampak paham dan melakukan anjuran dari perawat -Memberikan terapi bermain sesuai dengan tingkat usia dan kondisi anak DS : Ibu mengatakan “anak saya sudah kuat menggenggam, jika dikasih mainan akan digenggam erat dan dipukul-pukul ke kasur” DO : -Anak tampak memukul kasur dengan pulpen yang diberikan perawat -Menganjurkan ibu untuk menghindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab DS : Ibu mengatakan “kalau baju yang lembab saya akan langsung ganti, tetapi jika seprei setiap hari diganti oleh suster” DO : -Ibu tampak paham dan mengikuti anjuran perawat -Menganjurkan ibu untuk mengganti popok/kain DS : Ibu mengatakan “baik sus, saya selalu ganti popok ketika basah dan kotor, terkadang setiap 3 jam ganti” DO : -Ibu tampak paham dan mengikuti anjuran perawat -Tampak sediaan popok banyak -Mengajarkan orang tua cara perawatan perineal hygiene pada anak dengan
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
61
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
09.10 09.15 09.45 09.55 10.00 10.30
3
2 1
1
1 1
benar DS : Ibu mengatakan “dari atas ya cara membersihkannya, biasanya saya langsung bawahnya saja, dan harus dikeringkan ya sus” DO : -Ibu tampak paham dengan yang diajarkan perawat -Ibu dapat mengulangi yang telah diajarkan perawat -Menganjurkan untuk menjaga daerah anus tetap bersih dan kering DS : Ibu mengatakan “iya sus, jika ganti popok akan saya bersihkan lalu dikeringkan dulu” DO : -Ibu tampak telah mengikuti anjuran perawat -Memonitor intake nutrisi DS : Ibu mengatakan “makan pagi ini habis sus alhamdulillah, tapi lama makannya” DO : -Makan tidak ada sisa -Memantau kelancaran pemberian terapi cairan infuse DS : Ibu mengatakan “sus ini bengkak lagi tangannya, dilepas ya sus seperti kemarin dan dipasang ulang” DO : -Tampak bengkak pada area pemasangan infuse -Melepas infuse pada anak DS : Ibu mengatakan “kapan dipasang lagi sus” DO : -Infuse telah dilepas -Memberikan terapi oral pamol drop DS : Ibu mengatakan “anak saya sudah tidak demam ya sus”
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
62
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
11.00 12.00 12.05 13.00 13.10
2
1
2 1
1
DO : -Anak mulai terbiasa dengan obat -Melakukan pemsangan infuse pada anak DS : Ibu mengatakan “semoga setelah ini tidak bengkak lagi ya sus” DO : -Anak tampak menangis dan gelisah ketika penyuntikan aboket infuse dalam ruang tindakan -Infuse telah terpasang -Memantau hasil laboratorium hematologi DS :- DO : -Hasil lab hematologi : haemoglobin 10.5 mg/dL (10.5-13.5) leukosit 9.2 10^3/ul (6.0-15.0) hematokrit (L) 31% (36-44) trombosit 321 10^3/ul(200-475) -Memberikan terapi injeksi ceftizoxim 250mg DS : - DO : -Obat telah masuk via IV dengan dosis sesuai -Anak tampak tertidur saat pemberian terapi injeksi -Memotivasi orang tua untuk dampingi anak saat makan DS : Ibu mengatakan “iya sus, saya suapin setiap makan, anak saya belum bisa makan sendiri” DO : -Ibu tampak paham dan telah mengikuti anjuran perawat -Mengkaji status hidrasi DS :- DO : -Turgor kulit elastis -Kelopak mata tidak cekung -Mukosa bibir lembab -Cubitan perut kembali <2detik
dan TIM
TIM
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
63
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
13.20 13.25 14.00 15.00 18.00
2
2
1
1
1
-Mencatat intake dan output cairan DS : Ibu mengatakan “minum susu jam 10 1 botol, air putih ½ gelas saat makan siang, alhamdulillah diare baru sekali, BAK 4kali” DO : Intake : Minum : 120+50cc Infuse : sisa 350cc Output : BAB : 1x100cc BAK : 4x100cc -Memonitor intake nutrisi/shift DS : Ibu mengatakan “makan siang habis 1 porsi sus” DO : -Makan tampak tidak ada sisa -Memberikan diet sesuai dengan kebutuhan anak DS : Ibu mengatakan “terima kasih sus, sudah mau menyuapi anak saya” DO : -Anak tampak makan disuapi oleh perawat -Tidak tampak alergi ataupun tersedak pada anak -Memberikan terapi oral pamol drop 0,8ml DS :- DO : -Obat telah diminum sesuai dengan dosis tanpa penolakan dari anak -Memonitor tanda-tanda vital DS : Ibu mengatakan “kondisi anak saya sudah baik kan sus?” DO : Nadi : 112 x/menit, suhu : 37,0oC, RR : 25 x/menit -Memberikan terapi oral pamol DS : Ibu mengatakan “tadi sore diukur
Robiah
Robiah
Robiah
TIM
TIM
64
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
18.30 18.35 20.00 21.00 24.00
2
1
1
1
1
suhunya normal sus, sudah tidak demam” DO : -Obat telah diberikan via oral dengan dosis 0,8ml -Memonitor intake nutrisi/shift DS : Ibu mengatakan “tadi sore makan tidak habis” DO : - Tampak sisa makanan 2 sendok -Makan habis ¾ porsi -Mencatat intake dan output cairan DS : Ibu mengatakan “sore ini minum susu 1 botol, air putih setengah gelas, diare 1 kali, BAK 3kali” DO : Intake : Minum : 120cc+50cc Infuse : sisa 250cc Output : BAB : 1x100cc BAK : 3x100cc -Memantau kelancaran pemberian terapi cairan infuse DS : Ibu mengatakan “saya lupa sus tidak lihat kalau infusnya habis, botolnya sudah kosong” DO : -Terdapat banyak udara dalam selang infuse -Infuse set diganti dengan instoper sesuai anjuran dokter -Memonitor tanda-tanda vital DS :- DO : Nadi : 110 x/menit, suhu : 36,2oC, RR : 22 x/menit -Memberikan terapi injeksi ceftizoxim 250mg DS :- DO : -Terapi injeksi telah diberikan via IV sesuai dosis
TIM
TIM
TIM
TIM
TIM
65
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf Rabu,
11April2018 06.05 06.30 07.00 07.05 07.30
1
1
1
5
5
-Memberikan terapi oral daryazinc DS : Ibu mengatakan “anak saya sudah membaik, pamolnya sudah tidak diminum ya sus” DO : -Obat daryazinc telah diberikan via oral 2ml -Mencatat intake dan output cairan DS : Ibu mengatakan “malam ini belum BAB, BAK sudah 2kali, minum susu 1botol dan air putih 1 botol 120ml” DO : Intake : Minum : 2x120cc Infuse :- Output : BAB :- BAK : 2x100 -Menganjurkan pada orang tua untuk memberi minum DS : Ibu mengatakan “pagi ini belum saya buatkan susu, setelah ini akan langsung saya buatkan” DO : -Ibu tampak paham dan langsung melakukan anjuran perawat -Mengkaji tingkat kecemasan pada anak DS : Ibu mengatakan “sekarang anak saya sudah lupa tentang tindakan pemasangan infus, sudah mulai mengenal dan senang dengan perawat” DO : -Anak tampak senang dan menggenggam tangan perawat -Memanggil nama anak dan melakukan kontak singkat tapi sering DS : Ibu mengatakan “anak saya sudah mengenal suara perawatnya” DO : -Anak tampak menoleh ketika
TIM
TIM
Robiah
Robiah
Robiah
66
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
07.35 08.00 08.10 09.00 09.15 09.25
3
1
2 4
4
4
dipanggil namanya -Menganjurkan ibu untuk mengganti popok/kain
DS : Ibu mengatakan “iya sus ini baru akan diganti” DO : -Ibu tampak paham dengan anjuran perawat dan segera mengganti popok -Memonitor tanda-tanda vital DS : Ibu mengatakan “alhamdulillah suhunya sudah bagus ya sus” DO : Nadi : 118 x/menit, suhu : 36,7oC, RR : 32 x/menit -Memonitor intake nutrisi DS : Ibu mengatakan “buburnya belum habis sus, nanti disuapin lagi, karena baru minum susu masih kenyang“ DO : -Makanan tampak masih utuh -Memberikan informasi kepada keluarga tentang penyakit anak dan tindakan terapeutik DS : Ibu mengatakan “saya kira anak saya diare karena ganti susu, soalnya mulai diare setelah ganti susu” DO : -Ibu tampak mengerti dan paham mengenai penjelasan yang diberikan -Menginstruksikan kepada keluarga mengenai pencegahan penyebaran infeksi DS : Ibu mengatakan “iya sus, saya juga takut jika kakaknya ketularan DO : -Ibu tampak antusias mengikuti anjuran perawat -Mengajarkan orang tua cara membuat, menyimpan, dan
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
67
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
09.35 10.05 10.15 10.20 12.00
4
1
3 3
1
memberikan makanan formula dengan tepat DS : Ibu mengatakan “saya hanya tahu membuat susu seperti biasa, ternyata dari penyajian susu yang salah bisa diare juga ya sus” DO : -Ibu tampak kooperatif dengan mengulang penjelasan dari perawat -Mengajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk menghindari kontaminasi, menjaga kebersihan mainan dan tempat bermain DS : Ibu mengatakan “cuci tangannya 6 gerakan ya, saya biasanya asal yang penting bersih tangannya, setelah ini akan saya praktekan” DO : -Ibu dapat mendemonstrasikan ulang cuci tangan 6 langkah -Mengkaji status hidrasi anak DS : Ibu mengatakan “anak saya tidak pucat kan ya sus” DO : -Turgor kulit elastis -Kelopak mata tidak cekung -Mukosa bibir lembab -Cubitan perut kembali <2detik -Mengkaji daerah bokong DS : Ibu mengatakan “kemerahannya sudah mulai berkurang ya sus” DO : -kemerahan disekitar anus tampak berkurang -Mengkaji kerusakan kulit atau iritasi DS :- DO : -Tidak tampak iritasi atau kerusakan kulit pada perineal -Tampak kemerahan pada area perineal
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
68
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
12.15 12.25 12.30 12.40 15.00
2 2 1
2
1
-Memberikan terapi injeksi ceftizoxim 250mg DS :- DO : -Obat injeksi ceftizoxim telah diberikan via IV sesuai dosis -Menimbang berat badan anak DS : Ibu mengatakan “alhamdulillah masih sama ya sus” DO : -BB : 9kg -Mengkaji status nutrisi DS : DO : -konjungtiva ananemis, turgor kulit elastis -BB : 9kg -BBI : 11kg (11kg-9kg) / 11kg x 100% = 18 % (tidak ada penurunan atau kenaikan BB) -Mencatat intake dan output cairan (urine, feses, dan emesis)/shift DS : Ibu mengatakan “minum susu 1kali, air putih 1 botol suli yang kecil itu, BABnya 1 kali tapi udah mulai kentel gitu, engga encer seperti kemarin, pipisnya sudah 4 kali” DO : Intake : Minum :120+330cc Infuse :- Output : BAB : 1x50cc BAK : 4x100cc -Memonitor intake nutrisi DS : Ibu mengatakan “baru selesai makan sus, habis ya makannya” DO : -Makan sisa 1 sendok -Memonitor tanda-tanda vital DS :- DO :
Robiah
Robiah
Robiah
Robiah
TIM
69
Hari/Tanggal Jam No.Dx Tindakan Keperawatan dan Respon Paraf
19.00 19.30 21.00 24.00
2
1
1 1
Nadi : 100 x/menit, suhu : 36,9oC, RR : 28 x/menit -Memonitor intake nutrisi/shift DS : Ibu mengatakan “makannya engga habis sus, soalnya tadi minum susu dulu sebelum makan” DO : -Makan habis ¾ porsi -Mencatat intake dan output cairan (urine dan feses) DS : Ibu mengatakan “minum susu sore 1 botol, siang juga 1 botol, air putih 1 gelas kecil saat makan, BAB belum, BAK kurang lebih 3kali” DO : Intake : Minum : (2x120) +150cc Infuse :- Output : BAB:- BAK : 3x100cc -Memantau tanda-tanda vital DS :- DO : Nadi : 112 x/menit, suhu : 36,2oC, RR : 24 x/menit -Memberikan terapi injeksi ceftizoxim 250mg DS :- DO : -Terapi injeksi telah diberikan dengan pengencer 1 : 4
TIM
TIM
TIM
TIM
10. Evaluasi Keperawatan
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
1
Senin 9 April 2018
14.00
S : Ibu mengatakan “anak saya dari kemarin siang sampai sekarang kira-kira sudah 4kali BAB, BABnya cair berampas, BAK sudah 8 kali kurang lebih, minum
Robiah
70
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
2
14.05
susu 5 botol” O : -Turgor kulit elastis Kelopak mata tidak cekung Mukosa bibir lembab Cubitan perut kembali <2detik -Nadi : 110x/menit, suhu : 36,2oC, RR : 24x/menit -Intake-output : Minum 250+290+120= 660cc Infuse 250+350+300= 900cc AM 10,5x8ml= 84cc Total intake : 1644cc BAB : 300+100= 400cc BAK : 300+400+100= 800cc IWL : (30-1,5)x 10,5 = 299,25 cc Total output : 1499,25cc -Balance cairan : 144,75 A : Masalah tidak terjadi P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau kembali tanda-tanda vital/shift
2. Kaji ulang status hidrasi 3. Catat intake dan output
cairan/shift 4. Pantau kelancaran terapi cairan
infuse 5. Berikan terapi oral :
- Pamol drop 6x0,8ml
jam (06,10,14,18,22,24) - Daryazinc 1x2ml jam (06) Terapi injeksi : - Ceftizoxim2x250mg jam
(12,24) S : Ibu mengatakan “nafsu makan anak saya baik,makan habis, tidak ada mual atau muntah, BB saat ini 9kg, BB sebelum sakit 9,5kg” O :
- A : BB saat ini : 9kg, TB : 64cm, LILA : 15cm, BBI : 11kg Status nutrisi : penurunan dari BB Normal 18%
- B : Hemoglobin 11,6 mg/dL - C : Konjungtiva ananemis,
kesadaran komposmentis, keadaan umu sakit sedang
- D : Makan 3x sehari habis ¾ porsi, jenis bubur tim, komposisi : karbohidrat, protein, mineral dan
Robiah
71
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
3
4
14.10 14.15
vitamin.. A : Masalah tidak terjadi P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau intake nutrisi/shift 2. Observasi kembali respon
terhadap pemberian makanan 3. Pantau hasil laboratorium
hematologi 4. Motivasi kembali orang tua untuk
dampingi anak saat makan 5. Berikan diet sesuai kebutuhan
anak
S : Ibu mengatakan “disekitar anus kemerahan, BABnya sudah 4kali dari kemarin” O : -Terdapat kemerahan pada daerah bokong A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau kembali daerah bokong 2. Ingatkan ibu untuk menghindari
dari pakaian yang lembab 3. Ingatkan kembali ibu untuk
mengganti popok apabila kotor atau basah
4. Ajarkan orang tua cara perawatan perineal hygiene
5. Anjurkan untuk menjaga daerah anus tetap bersih dan kering
S : Ibu mengatakan “anak saya tidak takut sama suster, tidak rewel atau menangis saat ada perawat” O : -Anak tampak tenang dengan kehadiran perawat -Tidak tampak rasa takut pada anak A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji ulang tingkat kecemasan pada anak
2. Panggil nama anak dan lakukan sentuhan
3. Ingatkan kembali pada orang tua untuk mendampingi anak selama prosedur tindakan
4. Berikan terapi bermain sesuai dengan tingkat usia dan kondisi
anak
Robiah
Robiah
72
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
5
1
Selasa 10 April 2018
14.20 14.05
S : Ibu mengatakan “selama dirawat saya hanya melakukan apa yang diberikan dan dianjurkan oleh perawat” O : -Ibu tampak belum memahami penyakit anaknya -Ibu tampak merawat anaknya dengan baik A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
1. Berikan informasi kepada
keluarga tentang penyakit anak 2. Bantu keluarga dalam
memberikan rasa nyaman dan dukungan kepada anak
3. Instruksikan kepada keluarga mengenai pencegahan penyebaran infeksi
4. Ajarkan orang tua cara membuat, menyimpan, dan memberikan makanan formula dengan tepat
5. Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan
S : Ibu mengatakan “alhamdulillah kemarin BAB nya sudah berkurang, hanya 2kali sehari, tapi masih cair berampas, buang air kecil kurang lebih 9kali, minum susu 4 botol, air putih 1 gelas kurang lebih” O : -Nadi : 112x/menit, suhu : 36,2oC, RR : 25x/menit - Mukosa bibir lembab Kelopak mata tidak cekung Cubitan perut kembali <2detik Turgor kulit elastis -Intake-output : Minum 170+170+240= 580cc Infuse 150+250+500= 900cc AM 10,5x8ml= 84cc Total intake : 1564cc BAB : 100+100= 200cc BAK : 400+300+200= 900cc IWL : (30-1,5)x 10,5 = 299,25 cc Total output : 1399,25cc -Balance cairan : 164,75 A : Masalah tidak terjadi P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital /shift 2. Monitor status hidrasi 3. Catat intake dan output
Robiah
Robiah
73
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
2
14.10
cairan/shift 4. Ingatkan kembali pada orang tua
untuk memberi minum pada anak karena pemberian cairan parenteral telah dihentikan
5. Berikan terapi oral : - Pamol drop 6x0,8ml
Dihentikan pemberiannya
sesuai konsultasi dengan
dokter - Daryazinc 1x2ml jam (06) Terapi injeksi : - Ceftizoxim2x250mg jam
(12,24)
S : Ibu mengatakan “anak saya tidak mual atau muntah, nafsu makannya baik, makan habis 1porsi” O :
- A : BB saat ini : 9kg, TB : 64cm, LILA : 15cm, BBI : 11kg Status nutrisi : penurunan dari BB Normal 18 %
- B : Hemoglobin 10,5 mg/dL - C : Konjungtiva ananemis, rambut
tampak lebat - D : Makan 3x sehari, jenis
bubur tim, komposisi : karbohidrat, protein, mineral dan vitamin..
- Hasil lab hematologi tanggal 10 April 2018 : haemoglobin 10.5 mg/dL (10.5-13.5), leukosit 9.2 10^3/ul (6.0-15.0), hematokrit (L) 31% (36-44), trombosit 321 10^3/ul(200-475)
A : Masalah tidak terjadi P : Lanjutkan intervensi
1. Timbang kembali berat badan anak
2. Kaji ulang status nutrisi 3. Pantau intake nutrisi/shift 4. Catat kembali respon terhadap
pemberian makanan 5. Ingatkan orang tua untuk
dampingi anak saat makan
6. Berikan diet yang telah ditentukan untuk anak
Robiah
74
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
3
4
14.15 14.20
S : Ibu mengatakan “sudah dioles baby oil tapi masih kemerahan ya sus, padahal BABnya sudah berkurang jadi 2 kali sehari” O : -Masih terdapat kemerahan disekitar anus A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau kembali daerah bokong 2. Ingatkan ibu untuk menghindari
pakaian yang lembab 3. Anjurkan kembali ibu untuk
mengganti popok apabila kotor atau basah
4. Ajarkan kembali pada orang tua cara perawatan perineal hygiene
5. Anjurkan untuk menjaga daerah anus tetap bersih dan kering
6. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian salep zink
oksida untuk melindungi kulit dari
iritasi
S : Ibu mengatakan “anak saya sudah mulai mengoceh kalau ada perawat, biasanya ia mengoceh saat tidak ada suster” O : -Anak tampak mengoceh “awawa” dengan kakaknya saat perawat menghampiri -Tidak tampak rasa takut pada anak A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau kembali tingkat kecemasan pada anak
2. Panggil nama anak dan lakukan sentuhan
3. Lakukan kontak singkat tapi sering
4. Ingatkan pada orang tua untuk mendampingi anak selama prosedur tindakan
S : Ibu mengatakan “saya hanya tahu penyebab diare pada anak saya karena susu, cara saya mengolah makanan dan membuat susu seperti biasa, tapi baru diare setelah ganti susu” O : -Ibu tampak belum memahami penyebab diare pada anaknya
Robiah
Robiah
75
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
5
1
Rabu 11 April 2018
14.25 14.00
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
1. Berikan informasi kembali kepada keluarga tentang penyakit anak
2. Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan kepada anak
3. Instruksikan ulang kepada
keluarga mengenai pencegahan
penyebaran infeksi 4. Evaluasi cara orang tua membuat,
menyimpan, dan memberikan makanan formula dengan tepat
5. Ingatkan kembali pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan dan menjaga kebersihan mainan
S : Ibu mengatakan “sekarang anak saya minumnya lebih banyak, karena infusnya sudah dilepas sus, minum susu 6 kali, air putih 1 gelas, BAB alhamdulillah hanya 1 kali, sudah mau sembuh ya sus, BAK seperti biasa, kurang lebih 9kali” O : - Cubitan perut kembali <2detik Kelopak mata tidak cekung Mukosa bibir lembab Turgor kulit elastis - Nadi : 100 x/menit, suhu : 36,6oC, RR : 28 x/menit -Intake-output : Minum 240+470+390= 1100cc Infuse - AM 11x8ml= 88cc Total intake : 1188cc BAB : 100cc BAK : 200+400+200= 800cc IWL : (30-1,5)x 11 = 313,5 cc Total output : 1213,5cc -Balance cairan : -25,5 A : Masalah tidak terjadi P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor kembali tanda-tanda vital/shift
2. Kaji ulang status hidrasi 3. Pantau intake dan output
cairan/shift 4. Anjurkan kembali pada orang tua
untuk memberi minum anak 5. Berikan terapi oral :
- Daryazinc 1x2ml jam (06)
Robiah
Robiah
76
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
2
14.10
Terapi injeksi : - Ceftizoxim2x250mg - jam (12,24)
S : Ibu mengatakan “tadi ditimbang beratnya masih tetap 9kg ya sus, alhamdulillah tidak turun, nafsu makannya baik, makan selalu habis” O :
- A : BB saat ini : 9kg, TB : 64cm, LILA : 15cm, BBI : 11kg Status nutrisi : penurunan dari BB normal 18 %
- B : Hemoglobin 10,5 mg/dL - C : Turgor kulit
elastis,konjungtiva ananemis - D : Makan 3x sehari habis 1
porsi, jenis bubur tim, komposisi : karbohidrat, protein, mineral dan vitamin.
A : Masalah tidak terjadi P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau status nutrisi 2. Kaji ulang intake nutrisi/shift 3. Observasi kembali respon
terhadap pemberian makanan 4. Motivasi dan ingatkan
orang tua untuk
dampingi anak saat makan 5. Berikan diet sesuai program
S : Ibu mengatakan “BABnya sudah berkurang baru1kali dari kemarin, kemerahan didaerah anus berkurang ya sus” O : -Kemerahan disekiar anus tampak memudar - Tidak tampak iritasi atau kerusakan kulit pada perineal A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi daerah bokong 2. Pantau adanya kerusakan kulit
atau iritasi 3. Anjurkan kembali ibu untuk
menghindari dari pakaian yang
lembab 4. Ingatkan ibu untuk mengganti
popok apabila kotor atau basah 5. Ingatkan kembali pada orang tua
Robiah
77
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
3
4
5
14.15 14.20 14.25
cara perawatan perineal hygiene 6. Ingatkan untuk menjaga daerah
anus tetap bersih dan kering
S : Ibu mengatakan “anak saya senang saat diajak bercanda suster, kalau libur main ya sus” O : -Anak tampak terbiasa dengan perawat -Tidak tampak rasa takut pada anak A : Masalah teratasi P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor kembali tingkat kecemasan pada anak
2. Panggil nama anak dan lakukan sentuhan
3. Ingatkan pada orang tua untuk mendampingi anak selama prosedur tindakan
4. Berikan terapi bermain sesuai dengan tingkat usia dan kondisi anak
S : Ibu mengatakan “iya sus setelah ini saya akan jaga kebersihan, botol susu saya jaga agar steril, tempat penyimpanan susu juga harus bersih dan jauh dari bumbu dapur, sekarang saya tahu cara membuat oralit dirumah” O : -Ibu dapat menyebutkan kembali pengertian penyebab dan tanda gejala diare -Ibu dapat menyebutkan kembali pencegahan dan penanganan anak diare -Ibu dapat mendemonstrrassikan ulang cuci tangan 6 langkah A : Masalah teratasi P : Lanjutkan intervensi
1. Evaluasi kembali kepada keluarga tentang penyakit anak
2. Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan kepada anak
3. Ingatkan kembali kepada keluarga mengenai pencegahan penyebaran infeksi
4. Ingatkan pada orang tua untuk menerapkan apa yang telah dijelaskan perawat
5. Ingatkan kembali pada
Robiah Robiah
Robiah
78
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
orang tua untuk selalu menjaga
kebersihan tangan, mainan dan tempat bermain anak
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini, penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara
tinjauan teoritis pada BAB II dengan tinjauan kasus pada BAB III Asuhan
Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada An.IA dengan Gangguan
Sistem Pencernaan : Gastroenteritis yang dirawat di Ruang An-Nisa 2 Rumah
Sakit Islam Pondok Kopi. Penulis akan membahas secara menyeluruh mengenai
masalah-masalah yang ada hubungannya dengan perawatan anak dengan
gangguan sistem pencernaan : diare yang meliputi, pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada pengkajian yang menjadi
sumber penulis yaitu BAB II, dalam melakukan pengkajian, penulis tidak
mendapatkan kesulitan karena tersedianya format pengkajian, status klien,
catatan keperawatan dan catatan medis, serta keluarga klien yang terbuka dan
kooperatif terhadap perawat, senantiasa perawat ruangan membantu dalam
pengkajian dan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis.
79
Pada saat pengkajian, penulis melakukan pengkajian secara komprehensif
yang meliputi bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual sebagai dasar dalam
merumuskan diagnosa keperawatan pada An.IA. Pada tahap pengkajian ini,
penulis menemukan beberapa kesenjangan atau ketidaksesuaian antara teori
dengan kasus. Perbedaan yang didapatkan yakni : pada landasan teori
didapatkan manifestasi klinik berupa turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun cekung, dan kelopak mata cekung, pucat, tidak ada atau
penurunan pengeluaran urine, dan perubahan tanda-tanda vital : nadi dan
pernapasan cepat. Sedangkan pada kasus tidak didapatkan manifestasi klinis
tersebut. Ubun-ubun sudah menutup pada usia 9-18 bulan sehingga pada
kasus An.IA tidak terdapat manifestasi tersebut. Nadi dan pernapasan cepat,
pucat, tidak ada atau penurunan pengeluaran urine merupakan tanda-tanda
syok yang biasanya terjadi pada anak gastroenteritis dengan dehidrasi berat.
Pada kasus AnIA didapatkan turgor kulit elastis, kelopak mata tidak cekung,
anak tidak pucat, terdapat pengeluaran urine, nadi dan pernapasan dalam
batas normal. Hal ini dikarenakan pada An.IA masih dalam status
gastroenteritis dengan dehidrasi ringan.
Manifestasi klinis yang terjadi pada An.IA ialah turgor kulit elastis, mukosa
bibir dan mulut lembab, konjungtiva ananemis, tinja cair berampas, berwarna
kuning, tidak ada darah atau lendir, turgor kulit <2 detik, kelopak mata tidak
cekung, cubitan dinding perut kembali <2 detik, bising usus 36x/menit,
capillary refill <2detik, rambut tampak lebat dan tidak rontok, suhu 36,2oC,
nadi 116x/menit, RR 34x/menit, makan habis ¾ porsi, dan anus tampak
kemerahan. Hasil lab pemeriksaan feses pada tanggal 8 April 2018 bacteria :
positive, fiber (serat) : positive, hasil lab hematologi pada tanggal 6 April
2018 hemoglobin 11,6 mg/dL, hematokrit 33%, dan terjadinya penurunan BB
sekitar 18 %.
Pada etiologi yang terdapat di tinjauan teoritis sesuai dengan kasus yang ada.
Penyebab gastroenteritis pada An.IA adalah faktor infeksi oleh bakteri. Hal
ini didapatkan dari hasil pemeriksaan penunjang dan pengkajian bahwa
78
80
terdapat bakteri pada feses anak. Menurut penulis, ibu kurang memperhatikan
kebersihan makanan dan minuman pada An.IA, sehingga perilaku hidup
bersih dan sehat tidak dipertahankan dalam keluarga An.IA. Pada masa
perkembangan sensorik, todler menggunakan semua indranya untuk
mengeksplorasi dunia di sekitar mereka. Todler mengkaji benda-benda baru
dengan merasakan benda-benda tersebut, melihatnya, mengocoknya untuk
mendengar bunyi apa yang dapat dihasilkannya, menciumnya, dan
menempatkan benda tersebut kedalam mulutnya. Sehingga pengawasan orang
tua sangat dibutuhkan dalam hal tersebut. Kurangnya menjaga kebersihan
mainan dan tempat bermain dapat menjadi pintu masuknya kuman kedalam
tubuh.
Pemeriksaan penunjang pada kasus ini sudah sesuai dengan tinjauan teoritis
yakni pemeriksaan feses, tetapi ada yang belum sesuai yaitu tidak
dilakukannya pemeriksaan elektrolit. Pemeriksaan ini tidak dilakukan karena
pada anak dengan gastroenteritis terjadi pergeseran cairan dan elektrolit dari
dalam sel ke rongga usus dan keluar melalui feses, sehingga terjadi
kehilangan cairan dan elektrolit yang ditandai dengan distensi abdomen
(kekurangan kalium dalam darah) dengan manifestasi klinis yakni adanya
mual dan muntah, hal ini biasanya terjadi pada kondisi dehidrasi berat.
Sedangkan pada kasus An.IA tidak terdapat adanya mual dan muntah karena
An.IA dalam kondisi dehidrasi ringan. Pemeriksaan tersebut tidak perlu
dilakukan karena sudah cukup dengan manifestasi klinis untuk menentukan
anak tidak mengalami gangguan keseimbangan elektrolit.
Pemeriksaaan urinalisis, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin juga tidak
dilakukan pada klien, tujuan pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin ialah
untuk mengetahui gambaran drerajat dehidrasi dan gangguan fungsi ginjal
pada diare akut. Pada anak dengan gastroenteritis terjadi pergeseran cairan
dan elektrolit dari dalam sel ke rongga usus dan keluar melalui feses sehingga
anak mengalami dehidrasi, yang menyebabkan berkurangnya perfusi jaringan
dan penurunan input ke ginjal, hal ini dapat memicu penurunan fungsi ginjal.
81
Akan tetapi, kejadian tersebut biasanya dialami oleh pasien dengan dehidrasi
berat. Pada An.IA tidak perlu dilakukan pemeriksaan tersebut karena cukup
dengan melihat status dehidrasi anak yakni dehidrasi ringan (kehilangan
cairan 5%) sehingga komplikasi tersebut tidak akan terjadi.
Pemeriksaan analisa gas darah merupakan penatalaksanaan untuk mengetahui
status oksigenasi dan keseimbangan asam basa. Gejala utama pada anak
dengan gastroenteritis ialah dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh
akibat terjadinya pergeseran cairan dan elektrolit dari dalam sel ke rongga
usus, menyebabkan berkurangnya perfusi jaringan yang mengakibatkan
terjadinya asidosis metabolik, sehinga terjadi ketidakseimbangan asam basa
dalam darah yang dimanifestasikan dengan adanya pernapasan kusmaul.
Selain itu dari status oksigenasi pemeriksaan hemoglobin dan saturasi
oksigen yang normal dapat menggambarkan transport ikatan oksigen dalam
darah yang normal yang dimanifestasikan dengan tidak adanya hipoksia.
Tidak terdapat manifestasi pernapasan kusmaul dan kondisi anak dengan
dehidrasi ringan, sudah cukup untuk melihat tidak adanya gangguan
keseimbangan asam basa sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan analisa
gas darah.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada An.IA hanya pemeriksaan darah
lengkap dan pemeriksaan feses, hal ini sesuai dengan tinjauan teori, karena
untuk menegakkan diagnosa gastroenteritis tidak cukup dengan mengkaji dan
menganalisis manifestasi yang timbul pada An.IA, perlu adanya data yang
menunjang manifestasi yang timbul pada An.IA dengan pemeriksaan lanjut.
Adanya pemeriksaan darah lengkap pada An.IA untuk mengetahui status
nutrisi anak yang ditunjang dengan kadar hemoglobin dalam batas normal.
Faktor pendukung dalam melakaukan pengkajian ini ialah informasi dari
orang tua dan catatan pengkajian keperawatan diruangan yang
didokumentasikan sehingga membantu penulis dalam melengkapi data-data
secara komprehensif dan lebih valid.
82
B. Diangnosa keperawatan
Dari 6 diagnosa keperawatan yang terdapat dalam tinjauan teoritis, 5 diagnosa
yang muncul pada tinjauan kasus yaitu : resiko defisit volume cairan
berhubungan dengan output yang berlebihan, resiko perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
gangguan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi BAB meningkat,
ansietas berhubungan dengan prosedur yang menimbulkan stres, dan
perubahan proses keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan. Untuk
diagnosa resiko defisit volume cairan dan resiko perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh sesuai dengan tinjauan teoritis. Akan tetapi 2 diagnosa
tersebut pada tinjauan teoritis sudah aktual sedangkan pada kasus masih
beresiko. Diagnosa yang ada pada tinjauan teoritis namun tidak muncul pada
kasus ialah resiko syok (hipovolemi) dikarenakan kondisi An.IA diare dengan
dehidrasi ringan dan tidak ada tanda-tanda yang mengindikasikan syok
hipovolemi. Pada An.IA tidak terdapat tanda-tanda syok hipovolemi yakni
pernapasan cepat dan dangkal, nadi cepat dengan pulsasi lemah, akral dingin,
capillary refill >2detik, pucat, tidak ada atau penurunan haluaran urine.
Pada prioritas masalah penulis mendapatkan diagnosa keperawatan yaitu
resiko defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan,
karna menurut teori maslow kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi setelah kebutuhan oksigen dan pertukaran
gas, jika kebutuhan cairan terganggu maka harus segera ditangani. Masalah
ini muncul karena adanya faktor infeksi oleh bakteri yang berkembang biak
dalam usus menyebabkan hipersekresi air dan elektrolit dalam rongga usus
sehingga terjadi diare pada anak. Ketika frekuensi BAB meningkat dan tidak
diimbangi dengan intake yang adekuat maka masalah defisit volume cairan
dapat terjadi. Menurut penulis tanda dan gejala yang muncul pada klien
memenuhi syarat untuk menegakan diagnosa resiko, dan dari status hidrasi
anak mendukung adanya diagnosa resiko defisit volume cairan yakni
kehilangan cairan 5% dan ditunjang dari hasi pemeriksaan lab hematokrit
33%. Kondisi tersebut ialah diare dengan dehidrasi ringan.
83
Sebagian besar tubuh anak terdiri dari cairan, kekurangan cairan akan
menyebabkan dehidrasi yang ditandai dengan turgor kulit buruk, membran
mukosa mulut dan bibir kering, cubitan abdomen kembali lambat >2detik,
dan mata cekung. Devisit volume cairan dan elektrolit juga dapat dipengaruhi
oleh peningkatan suhu tubuh.
Kemudian pada diagnosa kedua penulis mengangkat diagnosa resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat, karena menurut teori maslow pada kebutuhan fisiologis,
kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang harus diatasi setelah kebutuhan
cairan dan elektrolit. Masalah ini muncul karena pada An.IA terdapat
penurunan nafsu makan akibat mual muntah pada awal diare. Pada An.IA
didapatkan data nafsu makan anak menurun, makan hanya habis ¾ porsi,
konjungtiva ananemis. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 6 April 2018 :
hemoglobin 11,6 mg/dL. Data status nutrisi An.IA : BB saat ini : 9kg, TB :
64cm, LILA : 15cm, dan BBI : 11kg. Sehingga terjadi penurunan dari BB
normal 18 %. Dari data status nutrisi tersebut, An.IA belum mengalami
penurunan BB hingga 20% , hal ini masih dalam kategori resiko perubahan
nutrisi.
Pada diagnosa ketiga penulis menganggkat gangguan integritas kulit
berhubungan dengan seringnya buang air besar. Masalah ini muncul karena
frekuensi BAB yang sering dapat menimbulkan iritasi disekitar anus serta pH
feses yang asam dapat menyebabkan iritasi pada anus. Didapatkan data dari
kasus yaitu BAB cair kurang lebih 5x sehari berwarna kuning, tidak ada
lendir dan darah, serta terdapat kemerahan disekitar anus. Didukung oleh data
penunjang yakni pH feses 6, hal ini sesuai karena pH yang asam dapat
mengiritasi daerah sekitar perianal.
Pada diagnosa keempat, didapatkan diagnosa ansietas pada anak berhubungan
dengan prosedur tindakan. Stressor pada anak yang dirawat di rumah sakit
khususnya untuk anak todler disebabkan karena perpisahan terutama orang
84
yang terdekat bagi anak, selain itu lingkungan yang asing serta prosedur
tindakan yang menurut anak menyakitkan dapat mengakibatkan perasaan
takut dan cemas pada anak. Masalah ini diangkat sesuai dengan data yang
mendukung pada masalah anak yang sesuai dengan sumber penulis ditinjauan
teoritis yakni stressor anak akibat prosedur tindakan. Hal ini telah memenuhi
syarat untuk ditegakkannya diagnosa aktual, data yang didapat yaitu anak
tampak tenang ketika didekati perawat dan saat pemberian obat via IV, anak
tampak rewel dan menangis jika masuk ruang tindakan. Hal ini disebabkan
anak mengingat prosedur tindakan yang menurutnya menyakitkan yaitu
tindakan pemasangan infus yang dilakukan di ruang tindakan, akan tetapi
anak tampak tenang bersama perawat. Sehingga penulis mengangkat diagnosa
untuk dampak hospitalisasi yang dialami anak.
Pada diagnosa kelima, penulis mengangkat perubahan proses keluarga
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan anak
dengan diare. Masalah ini diangkat sesuai dengan data yang mendukung pada
masalah orang tua yang sesuai dengan sumber penulis ditinjauan teoritis yaitu
terdapat masalah perubahan proses keluarga pada anak dengan perubahan
status kesehatan. Dengan manifestasi sebagai berikut : ibu tampak
menyalahkan susu sebagai penyebab diare, tidak mengetahui penyebab lain
dari diare selain dari susu, terjadi perubahan dukungan terhadap satu sama
lain yakni ibu tampak menyalahkan suami karena mengganti susu anak yang
menyebabkan anak diare. Dari batasan karakteristik tersebut, maka masalah
perubahan proses keluarga diangkat sesuai dengan data yang didapatkan.
Faktor pendukung dalam menegakan diagnosa pada An.IA yaitu adanya data-
data yang cukup menunjang dan sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
anak.
Faktor pendukung yang penulis temukan saat merumuskan diagnosa adalah
terdapatnya data-data yang relevan yang memudahkan penulis dalam
merumuskan diagnosa keperawatan. Sedangkan faktor penghambat yang
85
penulis temukan adalah perawat ruangan belum menegakan diagnosa
berdasarkan kebutuhan klien, tetapi hanya menegakan diagnosa utama saja
sehingga terjadi perbedaan jumlah diagnosa yang ditegakan antara penulis
dan perawat ruangan. Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya
menegakan diagnosa secara komprehensif, mulai dari aspek tumbuh
kembang, dampak hospitalisasi dan dampak pada keluarga karena anak
dengan kondisi sakit sangat rentan terhadap gangguan atau komplikasi dari
penyakit tersebut terutama yang menyebabkan gangguan pada tumbuh
kembang anak, serta tercapainya asuhan keperawatan yang optimal sehingga
dapat mempercepat proses penyembuhan.
C. Perencanaan keperawatan
Pada tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan yang terdapat
dalam tinjauan teoritis perencanaan terdiri dari 4 tahap yaitu menentukan
prioritas masalah, menentukan tujuan, kriteria hasil dan merencanakan
tindakan keperawatan. Adapun yang menjadi prioritas masalah pada An.IA
ialah defisit volume cairan, diagnosa ini diprioritaskan karena data-data yang
menunjang baik pemeriksaan fisik maupun hasil laboratorium merupakan
masalah yang terjadi saat ini dan mengancam keselamatan anak serta
merupakan kebutuhan dasar yang utama berdasarkan 5 kebutuhan dasar
menurut Maslow.
Pada tahap perencanaan ini tidak terdapat kesenjangan yang berarti. Adapun
faktor yang mendukung dalam perencanaan adalah tersedianya format untuk
menuliskan rencana tindakan sehingga tidak terjadi ketidaksesuaian dalam
komunikasi secara langsung antara perawat satu dengan perawat lainnya
dalam hal perencanaan keperawatan terhadap An.IA, dalam penyusunan
tujuan dan kriteria hasil sudah dibuat sesuai tinjauan teoritis yaitu mencakup
variable SMART sehingga tujuan dan kriteria hasil yang dibuat bersifat
spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, dan mencakup batas waktu pencapaian
tujuan yang diharapkan dari setiap masalah keperawatan yang ada.
86
Tujuan yang ditetapkan pada masing-masing diagnosa disesuaikan
berdasarkan kondisi klien, beratnya masalah sehingga waktu yang ditentukan
untuk setiap diagnosa berbeda-beda. Hal ini dibuat dengan maksud jika
tujuan tersebut belum teratasi pada waktu yang ditentukan maka rencana
tindakan yang telah dibuat dapat dilimpahkan kepada perawat ruangan tempat
klien dirawat. Sedangkan dalam merencanakan tindakan keperawatan penulis
tidak banyak menemui kesulitan, hal ini dikarenakan keluarga klien dan
perawat ruangan kooperatif dan dapat diajak bekerja sama serta tersedianya
ruangan yang cukup memadai khususnya yang terkait dengan prosedur
tindakan keperawatan.
D. Penatalaksanaan keperawatan
Dalam rangka memberi asuhan keperawatan yang sesuai dengan rencana
keperawatan yang sudah dibuat, maka penulis dalam melaksanakan rencana
keperawatan selama klien dirawat mengacu pada tindakan yang ada pada
tinjauan teoritis. Pelaksanaan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik
dan lancar karena adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan
keluarga, perawat ruangan dan dengan teman sejawat yang sedang praktek di
ruang An-Nisa 2.
Selama penulis melakukan asuhan keperawatan klien tampak tenang karena
klien masih berusia 1 tahun 5 bulan yang dimana belum mengerti tentang
perawatan di rumah sakit. Dalam hal memonitor intake dan output cairan
penulis tidak menemukan kesulitan karena disamping kerja sama dari perawat
ruangan, keluarga juga kooperatif sehingga dapat melengkapi
pendokumentasian didalam catatan keperawatan ataupun dicatatan
perkembangan, untuk terus memantau perkembangan klien selama 24 jam.
Untuk setiap diagnosa keperawatan, perawat ruangan sudah melakukan
pelaksanaannya sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat oleh
penulis. Untuk diagnosa ansietas pada anak dengan dampak hopitalisasi
(prosedur tindakan) penulis hanya melakukan terapi bermain dikamar An.IA
87
dan melakukan pendekatan secara bertahap pada klien dan perawat ruangan
sendiri pun tampak belum memperhatikan tindakan terapi bermain secara
khusus, karena terapi bermain sangatlah penting untuk mengurangi stress
pada anak dan berguna untuk kelangsungan tumbuh kembang anak.
Untuk diagnosa perubahan proses keluarga berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penatalaksanaan pada anak dengan diare, penulis hanya
melakukan pendidikan kesehatan kepada orang tua klien tentang
penatalaksanaan pada anak dengan diare dan mengajarkan cuci tangan 6
langkah serta menjaga kebersihan mainan dan tempat bermain. Perawat
ruangan tampak kurang memberikan pemahaman tentang penyakit anak pada
keluarga.
Penulis mempunyai hambatan dalam informasi respon subjektif maupun
objektif karena pendokumentasian di ruangan umumnya perawat hanya
menulis kegiatan harian yang sudah pasti ditanyakan oleh dokter ataupun data
yang diperlukan untuk laporan pada setiap pergantian shift seperti TTV,
kolaborasi dalam pemberian terapi, intake-output cairan dan nutrisi, dan
hanya berorientasi pada diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan
pada awal klien masuk. Diagnosa tumbuh kembang anak dan dampak
hospitalisasi tidak ada pada pendokumentasian, sehingga penulis mengalami
kesulitan dalam memantau perkembangan anak selama 24 jam. Penulis
berkolaborasi dengan teman sejawat yang sedang praktek diruangan tersebut
untuk memantau perkembangan anak selama 24 jam, sehingga dapat
melengkapi pendokumentasian pada diagnosa tumbuh kembang anak dan
dampak hospitalisasi. Selain itu perawat ruangan kurang memperhatikan
intake cairan yang diberikan, sehingga rentan terjadinya overload pada anak
dengan terapi pemberian cairan parenteral.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dinilai berdasarkan perkembangan yang terjadi pada klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil
88
yang telah ditentukan. Adapun dalam mengevaluasi, penulis menggunakan
tehnik SOAP sehingga masalah terlihat apakah sudah teratasi, teratasi
sebagian, belum teratasi atau masalah tidak terjadi.
Evaluasi yang penulis dapatkan setelah tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut :
1. Masalah resiko defisit volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebih dapat teratasi, dengan manifestasi sebagai berikut : cubitan perut
kembali <2detik, kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir lembab, turgor
kulit elastis, nadi : 100 x/menit, suhu : 36,9oC, RR : 28 x/menit, tidak
terpasang infus, ibu dapat mempertahankan asupan cairan anak, dan
balance cairan : -25,5. Tindak lanjut untuk anak yakni pertahankan asupan
cairan anak, monitor kembali intake dan output, status hidrasi dan tanda-
tanda vital, serta lanjutkan terapi sesuai program.
2. Masalah resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dapat teratasi, dengan
manifestasi : makan habis 1 porsi, BB saat ini 9kg, tidak ada penurunan
berat badan, dan hasil lab hemoglobin 10,5 mg/dL. Dari data penunjang
tersebut disimpulkan bahwa status nutrisi anak dapat dipertahankan.
Adapun tindak lanjutnya ialah sebagai berikut : berikan diet sesuai
program, pertahankan intake makanan, monitor status nutrisi dan intake
nutrisi.
3. Masalah gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang
air besar, masalah teratasi sebagian dikarenakan pada An.IA masih
terdapat kemerahan disekitar anus, tidak tampak iritasi dan kerusakan pada
kulit perianal serta frekuensi BAB kurang lebih 2x sehari. Tindak lanjut
yang harus dilakukan ialah ingatkan untuk menjaga daerah anus tetap bersih
dan kering dengan cara perawatan perineal hygienen yang benar, pantau kembali
adanya iritasi daerah perianal, ingatkan kembali untuk menghindari pakaian yang
lembab.
4. Masalah ansietas pada anak berhubungan dengan prosedur tindakan,
masalah dapat teratasi dengan manifestasi anak tampak senang dengan
kehadiran perawat, anak tampak terbiasa dengan perawat, tidak tampak
89
rasa takut pada anak, dan tidak rewel ketika dilakukan proseduer tindakan.
Tindak lanjut untuk anak yakni lakukan kontak singkat tapi sering,
ingatkan pada orang tua untuk mendampingi anak selama prosedur
tindakan, berikan terapi bermain anak untuk mencegah kejenuhan.
5. Masalah perubahan proses keluarga berhubungan dengan kurang
pengetahuan, masalah ini teratasi karena orang tua klien dapat
menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala diare serta
penanganan pada anak dengan diare serta dapat mendemonstrasikan cuci
tangan 6 langkah yang telah diajarkan oleh penulis. Orang tua klien
tampak paham apa yang sudah dijelaskan oleh penulis, untuk tindak lanjut
yakni ingatkan pada orang tua untuk menjaga kebersihan tangan, mainan
dan tempat bermain, ingatkan kembali kepada keluarga mengenai
pencegahan penyebaran infeksi dan ingatkan keluarga untuk menerapkan
apa yang telah dijelaskan dan diajarkan perawat.
Masalah-masalah tersebut dapat diatasi karena adanya sikap keluarga yang
kooperatif. Adapun kendala yang didapat oleh penulis adalah perawat ruangan
tidak mendokumentasikan catatan keperawatan dengan rinci untuk setiap
diagnosa keperawatan, hal ini mungkin disebabkan karena minimnya jumlah
perawat ruangan dengan banyaknya jumlah pasien tidak mencukupi untuk
memenuhi semua kebutuhan pasien sehingga pendokumentasian catatan
keperawatan tidak komprehensif, namun catatan keperawatan sangat penting
sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat serta penting untuk mengetahui
kondisi dan perkembangan klien, sehingga penulis berupaya dengan cara
memvalidasi kembali tentang keluhan klien terkait dengan tindakan
keperawatan yang telah penulis dan perawat ruangan lakukan kepada An.IA.
90
BAB V
PENUTUP
Setelah dalam pembahasan, penulis membandingkan antara tinjauan teoritis dan
tinjauan kasus anak dengan gangguan sistem pencernaan : diare pada An.IA di
Ruang An-Nisa 2 Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta maka penulis akan
memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut.
A. Kesimpulan
Diare adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi buang air
besar dengan penurunan konsistensi hingga berbentuk cair, dengan atau tanpa
disertai lendir dan darah dengan manifestasi klinik turgor kulit jelek
(elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa
mulut kering, keram abdominal (distensi abdomen) dan mungkin disertai
demam.
Diagnosa keperawatan yang dimunculkan penulis dan sesuai dengan tinjauan
teori ada 5 yaitu resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan, gangguan integritas kulit
berhubungan dengan seringnya buang air besar, resiko ansietas berhubungan
dengan prosedur yang menimbulkan stres, dan perubahan proses keluarga
berhubungan dengan kurang pengetahuan. Sedangkan diagnosa yang tidak
muncul dari tinjauan teori yaitu resiko syok (hipovolemi).
Pada perencanaan yang perlu diperhatikan yaitu kondisi atau kebutuhan klien
sesuai dengan kebutuhan Maslow yaitu dari yang mengancam kehidupan
klien, serta harus memperhatikan sarana dan prsarana yang ada di ruangan.
Dalam pembuatan perencanaan ini penulis tidak mendapatkan kesulitan,
karena rencana ini sesuai dengan tinjauan teoritis.
91
Pada tahap implementasi An.IA, penulis melakukan asuhan keperawatan
bersama tim perawat yang ada diruang An-Nisa 2. Namun pada diagnosa
resiko ansietas pada anak berhubungan dengan prosedur yang menimbulkan
stres, perawat ruangan kurang memperhatikan, terutama pada pelaksanaan
terapi bermain yaitu kurangnya prasarana yang sesuai, sehingga dalam
pelaksanaannya penulis hanya melakukan pendekatan sambil bermain secara
sederhana bersama An.IA
Pada tahap penatalaksanaan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pada An.IA dengan gangguan sistem pencernaan : diare, penulis
berkolaborasi bersama perawat ruangan. Hal ini menghambat dalam
melaksanakan implementasi karena perawat hanya mendokumentasikan dan
mengerjakan hal-hal yang rutinitas dalam keseharian dan tidak semua
pendokumentasian disertai respon klien, sedangkan dalam pendokumentasian
ini sangatlah penting mengingat untuk memantau sejauh mana perkembangan
klien dan sebagai salah satu pelindung perawat dari tanggung jawab dan
tanggung gugat jika keluarga klien ada yang mengajukan hal tersebut.
Pada tahap evaluasi, dari kelima masalah keperawatan yang muncul pada
An.IA, 1 diagnosa yang sudah dapat teratasi yaitu perubahan proses keluarga
berhubungan dengan kurang pengetahuan, 1 diagnosa sudah teratasi sebagian
yaitu gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air
besar, sedangkan 3 diagnosa terakhir yang tidak terjadi yaitu diagnosa resiko
defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake makanan, dan resiko ansietas berhubungan dengan prosedur
yang menimbulkan stres.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat, maka penulis sangat mengharapkan dari
asuhan keperawatan dapat membantu klien untuk meningkatkan dan
mempertahankan derajat kesehatan secara optimal, penulis memberikan saran
90
92
yang diharapkan dapat membantu memberikan asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada An.IA, khususnya pada anak dengan
gangguan sistem pencernaan : diare yaitu :
1. Untuk perawat ruangan
Penulis menyarankan:
a. Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya setelah melakukan
tindakan harus didokumentasikan secara lengkap (respon subjektif dan
objektif) dan catatan keperawatan terintegrasi lebih mudah untuk
dimengerti.
b. Diharapkan untuk tindakan keperawatan harus lebih berkembang
sehingga tindakan keperawatan tidak hanya rutinitas yang ada di
ruangan saja atau tindakan kolaboratif dengan dokter agar asuhan
keperawatan yang diberikan dapat terlaksana secara optimal.
c. Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya menegakan diagnosa
secara komprehensif, mulai dari aspek tumbuh kembang, dampak
hospitalisasi dan dampak pada keluarga karena anak dengan kondisi
sakit sangat rentan terhadap gangguan atau komplikasi dari penyakit
tersebut terutama yang menyebabkan gangguan pada tumbuh kembang
anak, serta tercapainya asuhan keperawatan yang optimal sehingga
dapat mempercepat proses penyembuhan.
d. Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya lebih memperhatikan
intake cairan pada anak dengan terapi hidrasi cairan parenteral, karena
dapat berakibat fatal pada anak yang mengalami overload saat hidrasi.
2. Institusi
Fasilitas institusi sudah cukup baik karena telah menyediakan banyak
literatur untuk buku keperawatan anak dan standar diagnosa pada anak
dengan gangguan sistem pencernaan : diare, namun tidak banyak
ditemukan penerbitan untuk 5 tahun terakhir.
3. Keluarga klien
93
Hendaknya dapat menjaga perilaku hidup bersih dan sehat serta menjaga
kebersihan makanan dan minuman untuk menghindari terjadinya diare
berulang.
4. Rumah Sakit
Hendaknya memberi fasilitas khususnya pada perawat ruangan anak untuk
diberikan pelatihan terkait dengan asuhan keperawatan dengan pendekatan
terapi bermain. Serta memfasilitasi prasarana untuk Terapi Aktivitas
Bermain.
5. Penulis (Perawat/ Tenaga Kesehatan)
Penulis menyadari dalam memberikan asuhan keperawatan dalam
pemenuhan dasar pada An. IA dengan gangguan sistem pencernaan : diare
masih belum sempurna, untuk itu penulis menyarankan bagi teman-teman
tim kesehatan agar tetap belajar sepanjang hayat untuk perkembangan
profesi keperawatan dalam menuntut ilmu pengetahuan khususnya dalam
bidang ilmu keperawatan. Penulis juga perlu pemahaman tentang konsep
secara mendalam, sehingga mampu mendapatkan data-data yang lebih
valid dan mempermudah dalam melakukan asuhan keperawatan.
1
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta : EGC.
Behrman, R. E. (2010). Esensi pediatri nelson. Edisi 4. Jakarta : EGC
Hidayat, A. A. A & Uliyah M. (2014). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Buku 1, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Kyle, T.(2014). Buku ajar keperawatan pediatri. Edisi 2. Volume 1. Jakarta :
EGC
Kyle, T.(2014). Buku ajar keperawatan pediatri. Edisi 2. Volume 3. Jakarta :
EGC Kyle, T.(2014). Buku praktik keperawatan pedriatri. Jakarta : EGC
Kemenkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar.
http://depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20Riskesdas%202013.pdf. Di unduh pada 22 Februari 2018 pukul 09.42 WIB.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan : berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic-noc. Jilid 1. Mediaction jogja
Rosdahl, C. B.(2017). Buku ajar keperawatan dasar : keperawatan pediatrik .
Edisi 10. Jakarta : EGC Suriadi & Yuliani, Rita.(2010). Asuhan keperawatan pada anak. Edisi 2. Jakarta :
CV. Sagung Seto
Soetjiningsih.(2012). Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC Sodikin. (2011). Keperawatan anak : gangguan pencernaan. Jakarta : EGC
Suandi. (2011). Diet anak sakit : gizi klinik . Edisi 2. Jakarta : EGC
Sudoyo, A. W. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta :
Interna Publishing
WHO. (2017). Insiden demam berdarah. Diunduh pada tanggal 05 mei 2018 dari