Top Banner
ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL 1.PENGARTIAN Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus. ( Huddak & Gallo, 1997 ) Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. ( Smeltzer, 2002 : 611) Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48) 2. PENYEBAB a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi) - Reaksi antigen-antibodi - Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang) b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi) - Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal - Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur - Iritan : kimia - Polusi udara : CO, asap rokok, parfum - Emosional : takut, cemas dan tegang - Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus. (Suriadi, 2001 : 7) 3. TANDA DAN GEJALA 1. Stadium dini Faktor hipersekresi yang lebih menonjol a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul c. Whezing belum ada d. Belum ada kelainan bentuk thorak
119

Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Dec 05, 2014

Download

Documents

aweee
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL1.PENGARTIAN

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot

polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi

alveolus.

( Huddak & Gallo, 1997 )

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan

bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

( Smeltzer, 2002 : 611)

Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus

mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48)

2. PENYEBAB

a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)

- Reaksi antigen-antibodi

- Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)

- Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal

- Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur

- Iritan : kimia

- Polusi udara : CO, asap rokok, parfum

- Emosional : takut, cemas dan tegang

- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

(Suriadi, 2001 : 7)

3. TANDA DAN GEJALA

1. Stadium dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul

c. Whezing belum ada

d. Belum ada kelainan bentuk thorak

Page 2: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E

f. BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan

a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b. Whezing

c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

d. Penurunan tekanan parsial O2

2. Stadium lanjut/kronik

a. Batuk, ronchi

b. Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan

c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)

e. Thorak seperti barel chest

f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

g. Sianosis

h. BGA Pa O2 kurang dari 80%

i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri

j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

4. PATOFISIOLOGIS

KLIK GAMBAR UNTUK MEMPERBESAR

Page 3: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

5. TANDA DAN GEJALA

- Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop

- Batuk produktif, sering pada malam hari

- Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Spirometri

- Uji provokasi bronkus

- Pemeriksaan sputum

- Pemeriksaan cosinofit total

- Uji kulit

- Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum

- Foto dada

- Analisis gas darah

7. PENGKAJIAN

a. Awitan distres pernafasan tiba-tiba

Page 4: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

- Perpanjangan ekspirasi mengi

- Penggunaan otot-otot aksesori 

- Perpendekan periode inpirasi

- Sesak nafas

- Restraksi interkostral dan esternal

- Krekels

b. Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar

c. Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan

d. Diaforesis

e. Distensi vera leher

f. Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku

g. Batuk keras, kering : batuk produktif sulit

h. Perubahan tingkat kesadaran

i. Hipokria

j. Hipotensi

k. Pulsus paradoksus > 10 mm

l. Dehidrasi

m. Peningkatan anseitas : takut menderita, takut mati

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL

- Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan produksi sekret,

sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan energi/kelemahan

- Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli

- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral

- Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi

9. INTERVENSI KEPERAWATAN

DP : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas

Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif

KH :

- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas

- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas

mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret

Intervensi

Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki

Page 5: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Kaji/pantau frekuensi pernafasan

Catat adanya/derajat diespnea mis : gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan

otot bantu

Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada

sandaran tempat tidur

Pertahankan polusi lingkungan minimum

Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir

Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah

Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi jantung dan memberikan air

hangat, anjurkan masukkan cairan sebagai ganti makanan

Berikan obat sesuai indikasi

Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada

DP : Kerusakan pertukaran gas

Tujuan : Pertukaran gas efektie dan adekuat

KH :

-Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat dalam rentang normal dan

bebas gejala distres pernafasan

-Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan /situasi 

Intervensi

Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir, ketidak

mampuan bicara/berbincang

Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas,

dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai kebutuhan / toleransi individu.

Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila diindikasikan.

Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi tambahan.

Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki adanya perubahan.

Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.

Awasi tanda vital dan irama jantung.

Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.

Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan toleransi pasien.

Page 6: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

DP : Perubahan nutrisi kurang dari tubuh

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kh :

- Menunjukan peningkatan BB

- Menunjukan perilaku / perubahan pada hidup untuk meningkatkan dan / mempertahanka

berat yang tepat.

Intervensi :

- Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan, evaluasi BB.

- Avskultasi bunyi usus.

- Berikan perawatan oral sering, buang sekret.

- Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan berikan makan porsi kecil tapi

sering.

- Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

- Hindari maknan yang sangat panas / dingin.

- Timbang BB sesuai induikasi.

- Kaji pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum.

DP : Kurang pengetahuan

Tujuan : Pengetahuan miningkat

KH :

- Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.

- Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubung

dengan faktor penyebab.

- Melakukan perubahan pola hidup dan berparisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi:

- Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga

- Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif.

- Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping, dan reaksi yang tidak diinginkan

- Beritahu tehnik pengguanaan inhaler ct : cara memegang, interval semprotan, cara

membersihkan.

- Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi

- Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk berhenti merokok pada klien atau orang

terdekat

Page 7: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

- Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media Acsulapius. FKUI.

Jakarta.

Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. BalaiPenerbit FKUI.

Jakarta.

Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.

Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.

Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.

Askep Asma BronkialPosted by Ferry NurseJun 7, 201214 komentar

Askep Asma Bronkiale. Penyakit asma bronkial adalah salah satu penyakit paru yang berkaitan erat

dengan saluran nafas serta pernafasan. Oleh sebab itu bila penyakit paru asma ini kambuh akan

menimbulkan gejala yang khas sekali yaitu bunyi nafas mengi, bengek, batuk dan juga sesak nafas.

Bunyi mengi pada asma terdengar ketika seorang penderita menghembuskan nafasnya. Serangan

asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap juga akan semakin memburuk jika

tidak segera dilakukan tindakan pengobatan dan juga perawatan.

Sepert biasa dalam hal melakukan asuhan keperawatan yang pertama kali dilakukan oleh

seorang perawat adalah melakukan pengkajian. Demikian pula bila kita melakukan pengkajian askep

asma bronkial ini.

Pada tahap pengkajian askep asma bronkiale menetapkan penatalaksanaan dasar untuk mendapatkan

informasi tentang status terakhir pasien sehingga semua penyimpangan yang terjadi dapat untuk

segera diketahui

Pengkajian askep asma bronkiale ini juga mencakup dua hal yaitu pengkajian primer dan juga

pengkajian sekunder.

Page 8: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Pengkajian Primer pada askep asma bronkial adalah : 

1. Airway. Yang kita dapatkan pada pengkajian airway ini diantaranya yaitu : batuk kering/tidak

produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot –otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot

interkosta).

2. Breathing. Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dypsnea, takypnea, taktil

fremitus menurun pada palpasi, suara tambahan ronkhi, hiperresonan pada perkusi.

3. Circulation. Yang kita dapatkan pada pengkajian sirkulasi ini adalah adanya hipotensi, diaforesis,

sianosis, gelisah, fatique, perubahan tingkat kesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm.

Pengkajian Sekunder pada askep asma bronkial adalah :

1. Riwayat penyakit sekarang. Yang kita anamnese adalah mengenai lama menderita asma, hal

yang menimbulkan serangan, obat yang pakai tiap hari dan saat serangan.

2. Riwayat penyakit sebelumnya. Yang kita ananmese adalah mengenai riwayat alergi, batuk pilek,

menderita penyakit infeksi saluran nafas bagian atas

3. Riwayat perawatan keluarga. Yang kita anamnese adalah adakah riwayat penyakit asma pada

keluarga.

4. Riwayat sosial ekonomi. Yang kita anamnese adalah lingkungan tempat tinggal dan bekerja,

jenis pekerjaan, jenis makanan yang berhubungan dengan alergen, hewan piaraan yang dimiliki,

dan tingkat stressor.

Melangkah pada tahap selanjutnya yaitu diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan pada askep

asma bronkiale ini yaitu :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme dan sekresi

kental berlebihan.

Tujuan Yang Diharapkan : Pasien mempertahankan jalan nafas paten.

Kriteria Hasil : 

1. Bunyi nafas bersih

2. Kecepatan dan kedalaman pernafasan normal

3. Tak ada dispnea

Intervensi Keperawatan :

Kaji sputum terhadap warna, kekentalan dan jumlah

Ausultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan misalnya: mengi, krekels, dan ronchi

Kaji kualitas dan kecepatan pernafasan

Kaji frekuensi dispnea: gelisah, ansietas distress pernapasan, penggunan otot bantu

Beri klien posisi pada ketinggian yang nyaman dan mengoptimalkan pernafasan : tinggikan kepala

tempat tidur 60 – 90 derajat, sokong punggung dengan bantal

Berikan oksigen aliran rendah dengan kateter sesuai pesanan

Page 9: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Pertahankan / bantu batuk efektif dan bantu untuk fisioterapi dada

Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari dan berikan air hangat

Berikan obat : epinefrin, aminofilin, antihistamin, ekspektoran, kortikosteroid adrenal

Nebulisasi isoproterenol atau kromolin

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru selama

serangan akut.

Tujuan yang Diharapkan : Pasien mempertahankan pola nafas efektif.

Kriteria Hasil :

1. Sesak berkurang atau hilang, RR 18-24x/menit

2. Frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan

3. Tidak ada retraksi otot pernapasan

Intervensi Keperawatan :

Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pernapasan : dispnea, penggunaan otot-otot pernapasan

Pantau tanda- tanda vital dan gas- gas darah arteri

Baringkan pasien dalam posisi fowler tinggi untuk memaksimalkan ekspansi dada

Berikan terapi oksigen sesuai pesanan

Pertahankan patensi jalan nafas

Berikan obat sesuai pesanan

3. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, kesulitan bernafas, takut serangan ulang.

Tujuan Yang Diharapkan : Rasa cemas klien menjadi berkurang sampai hilang

Kriteria Hasil :

1. Klien tampak rileks

2. Mengungkapkan perasaan cemas berkurang

3. Tanda – tanda vital normal

Intervensi Keperawatan : 

Kaji tingkat kecemasan klien (ringan, sedang, berat)

Ukur tanda-tanda vital

Berikan dukungan emosional

Implementasikan teknik relaksasi : petunjuk imajinasi, relaksasi otot

Jelaskan informasi yang diperlukan klien tentang penyakitnya, perawatan dan pengobatannya

Ajarkan klien tehnik relaksasi (memejamkan mata, menarik nafas panjang)

Menganjurkan klien untuk istirahat

Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Page 10: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

 A.      Konsep Dasar Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan

Sistem pernafasan terdiri dari komponen berupa saluran pernafasan yang dimulai dari hidung, pharing, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus. Saluran pernafasan bagian atas dimulai dari hidung sampai trakea dan bagian bawah dari bronkus sampai alveolus.

Fungsi utama sistem pernafasan adalah menyediakan oksigen untuk metabolisme jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa metabolisme jaringan. Sedangkan fungsi tambahan sistem pernafasan adalah mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh, menghasilkan suara, memfasilitasi rasa kecap, mempertahankan kadar cairan dalam tubuh serta mempertahankan keseimbangan panas tubuh.

Tercapainya fungsi utama pernafasan didasarkan pada empat proses yaitu: ventilasi (keluar masuknya udara pernafasan), difusi (pertukaran gas di paru-paru), transportasi (pengangkutan gas melalui sirkulasi) dan perfusi (pertukaran gas di jaringan).

Adapun kondisi yang mendukung dari proses pernafasan adalah tekanan oksigen atau udara atmosfer harus cukup, kondisi jalan nafas dalam keadaan normal, kondisi otot pernafasan dan tulang iga harus baik, ekspansi dan rekoil paru, fungsi sirkulasi (jantung), kondisi pusat pernafasan dan hemoglobin sebagai pengikat oksigen.

Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai anatomi dan fisiologi dari organ-organ pernafasan

1.      Hidung, merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara pernafasan mengalami proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan dan pelembaban (humidifikasi). Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel thoraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Bagian belakang hidung berhubungan dengan pharing disebut nasopharing.

2.      Pharing, berada di belakang mulut dan rongga nasal. Dibagi dalam tiga bagian yaitu nasopharing, oropharing, dan laringopharing. Pharing merupakan saluran penghubung antara saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi.

3.      Laring, berada di atas trakea di bawah pharing. Sering kali disebut sebagai kotak suara karena udara yang melewati daerah itu akan membentuk bunyi. Laring ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam Apple) yang khas pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang rawan krikoid yang berhubungan dengan trakea.

4.      Trakea, terletak di bagian depan esophagus, dan mulai bagian bawah krikoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra torakal 4 atau 5. Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Tempat percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin kartilago.

5.      Bronkus, dimulai dari karina, dilapisi oleh silia yang berfungsi menangkap partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan. Bronkus kanan lebih gemuk dan pendek serta lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri.

Page 11: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

6.      Bronkiolus, merupakan cabang dari bronkus yang dibagi ke dalam saluran-saluran kecil yaitu bronkiolus terminal dan bronkiolus respirasi. Keduanya berdiameter ≤ 1 mm. Bronkiolus terminalis dilapisi silia dan tidak terjadi difusi di tempat ini. Sebagian kecil hanya terjadi pada bronkiolus respirasi.

7.      Alveolus

Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari bronkiolus respirasi. Sakus alveolus mengandung alveolus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Diperkirakan paru-paru mengandung ± 300 juta alveolus (luas permukaan ± 100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah.

Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis fosfolipid yang sangat penting dalam mempertahankan ekspansi dan rekoil paru. Surfaktan ini berfungsi menurunkan ketegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka alveolus akan mengalami kolaps.

8.      Paru-paru

Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung membungkus/ melapisi paru dan pleura parietal pada bagian luarnya. Pleura menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi. Banyaknya cairan ini lebih kurang 10 – 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan untuk mencegah iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke paru-paru melalui dua pembuluh darah yaitu : arteri pulmonalis dan arteri bronkialis.

(Pearce Evelyn C, 2000; 211)

B.       Konsep Dasar Asma Bronkial1.      Definisi

Asma Bronchial adalah penyakit saluran nafas yang dapat pulih yang terjadi karena spasme bronkus disebabkan oleh berbagai sebab misalnya allergen, infeksi dan latihan. (Hudak & Gallo, 1997; 225)

Asma Bronkial adalah inflamasi dari plasma akut dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus dengan peningkatan produksi dan pelengketan mukus. (Susan Martin Tucker,et.al, 1998; 2215)

Asma Bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman, Sarwono Waspadji, 1999; 71)

Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh konstriksi yang dapat pulih dari otot halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan inflamasi mukosa serta edema. Faktor pencetus termasuk alergen, masalah emosi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi. (Marilynn E. Doenges, 1999; 152)

Page 12: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. (Brunner and Suddarth, 2001; 593)

Asma Bronkial adalah penyakit kronik sistem pernafasan dengan ciri serangan berulang kesulitan dalam bernafas, wheezing, dan batuk. Selama serangan saluran bronkus kejang, menjadi lebih sempit dan kurang mampu untuk menggerakkan udara ke paru-paru. Bermacam-macam benda yang dapat mengakibatkan alergi seperti bulu binatang, debu, polusi atau makanan tertentu dapat memicu serangan. (Health Dictionary, 2007).

Asma Bronkial adalah penyakit kronis dengan serangan nafas pendek, wheezing dan batuk dari konstriksi dan membran mukosa yang bengkak di dalam bronkus (jalan nafas dalam paru-paru). Hal ini terutama disebabkan oleh alergi atau infeksi saluran pernafasan. Kedua asap rokok dapat mengakibatkan asma pada anak. (Britannica Concise Encyclopedia, 2007).

Asma Bronkial adalah gangguan pernafasan ditandai dengan serangan berulang kesulitan bernafas terutama saat menghembuskan nafas oleh karena peningkatan ketahanan aliran udara melalui pernafasan bronkeolus. (Sports Science and Medicine, 2007).

Asma Bronkial adalah penyakit kronis system pernafasan di tandai dengan serangan berkala dari wheezing, nafas pendek dan rasa sesak di dada. (Columbia Encyclopedia, 2007).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma Bronchial adalah penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus yang bersifat reversibel dan disebabkan oleh berbagai penyebab seperti alergen, infeksi dan latihan.

2.      Etiologi

Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain. Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, buah-buahan, kacang juga dianggap berperanan penyebab asma. Polusi lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozone, sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksid (NOX), partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan oleh industri dan kendaraan bermotor. Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misalnya tartazine), pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium glutamat-MSG) juga bisa memicu asma. Kondisi lain yang dapat memicu timbulnya asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau stres. (Pdpersi, 2007)

3.      Patofisiologi

Pada penyakit asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan misalnya stres, udara dingin, latihan dan faktor-faktor lain. Serangan asma merupakan akibat adanya reaksi antigen antibodi yang menyebabkan dilepaskannya mediator-mediator kimia. Antibodi yang dihasilkan (IgE) menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi yang menyebabkan pelepasan produk sel-sel

Page 13: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

mast (mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dan substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas yang menyebabkan tiga reaksi utama yaitu:

a.       Konstriksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar maupun saluran nafas yang kecil yang menimbulkan bronkospasme.

b.      Peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah sempitnya saluran nafas lebih lanjut.

c.       Peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus.

 

4.      Klasifikasi

Jenis-jenis asma terdiri atas 3 macam, yaitu :

a.       Asma Alergik / Ekstrinsik

Asma ini disebabkan oleh alergen (misal : serbuk sari, binatang, amarah, makanan dan jamur), kebanyakan alergen terdapat di udara dan musiman.

Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu ekzema atau rhinitis alergik.

b.      Asma Idiopatik / Non alergik

Asma ini tidak berhubungan dengan alergi spesifik. Serangan asma ini dicetuskan oleh beberapa faktor common cold, infeksi traktus, respiratorius, latihan, emosi. Beberapa agen farmakologi seperti aspirin dan agen anti inflamasi non steroid lain, pewarna rambut, antagonis beta–adrenergik dan agen sulfit (pengawet makanan) juga mungkin menjadi faktor.

Serangan asma idiopatik/ non alergik menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlakunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis akut dan emfisema.

c.       Asma Gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dan bentuk alergi maupun bentuk idiopatik atau non alergik. (Brunner and Suddarth, 2001; 534)

5.      Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang muncul pada asma, antara lain :

a.       Sukar bernafas yang timbul intermitten.

Page 14: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

b.      Terdengar “wheezing” pada waktu ekspirasi.

c.   Batuk dengan sputum yang kental.

d.      Ekspirasi memanjang dengan hiperinflasi nada.

e.       Pernafasan cuping hidung.

f.       Sianosis pada permukaan kuku.

(Susan Martin Tucker, et.al, 1998; 2257)

6.      Komplikasi

Adapun komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit asma yaitu :

a.       Atelektasis.

b.      Emfisema dengan hiperinflasi kronis.

c.       Pneumothoraks.

d.      Gagal pernafasan yang memerlukan bantuan mekanis.

e.       Bronkhitis.

f.       Aspergilosis bronkopulmoner alergik.

g.      Fraktur iga.

(Soeparman, dkk, 1999; 34)

7.      Pemeriksaan Diagnosis

a.       Pemeriksaan laboratorium

1)      Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

-          Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.

-          Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.

-          Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

-          Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

2)      Pemeriksaan darah

Page 15: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

-          Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

-          Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

-          Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

Pencetusnya  allergen, olahraga, cuaca, emosi (imun respon menjadi aktif, Pelepasan mediator humoral), histamine,  SRS-A, serotonin, kinin, bronkospasme,  Edema mukosa, sekresi meningkat, inflamasi (penghambat kortikosteroid)

-          Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

b.      Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

1)      Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.

2)      Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.

3)      Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru

4)      Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

5)      Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

c.       Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

d.      Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

1)      Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.

2)      Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block).

3)      Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

Page 16: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

e.       Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

f.       Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

(Dudut Tanjung., Skp, 2007)

8.      Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

a.       Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.

b.      Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma

c.       Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnya.

Pengobatan pada asma bronkial terbagi 2, yaitu:

a.       Pengobatan non farmakologik:

-          Memberikan penyuluhan.

-          Menghindari faktor pencetus.

-          Pemberian cairan.

-          Fisiotherapy.

-          Beri O2 bila perlu.

b.      Pengobatan farmakologik :

1)      Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :

a)    Simpatomimetik/ adrenergik (Adrenalin dan efedrin)

Page 17: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Nama obat :

- Orsiprenalin (Alupent)

- Fenoterol (berotec)

- Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serta Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.

2)      Santin (teofilin)

Nama obat :

- Aminofilin (Amicam supp)

- Aminofilin (Euphilin Retard)

- Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.

Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah.Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk suppositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

3)      Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

4)      Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

(Dudut Tanjung., Skp, 2007)

Page 18: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

C.       Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Asma BronkialProses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik

keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien/ keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Nursalam, 2001; 2).

Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memungkinkan seorang perawat untuk mengorganisir dan memberikan asuhan keperawatan. Proses keperawatan merupakan suatu elemen dari pemikiran Kritis yang memperbolehkan perawat untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan yang didasarkan atas pertimbangan. Suatu proses adalah satu rangkaian dari langkah-langkah atau komponen-komponen petunjuk / penentu untuk mencapai tujuan. Tiga karakteristik dari suatu proses adalah Purpose, Organization dan Creativity ( Bevis,1978). “Purpose” adalah tujuan atau maksud yang spesifik dari proses. Proses keperawatan digunakan untuk mendiagnosa dan merawat respon manusia pada kondisi sehat dan sakit. (American Nurses Association,1980). “Organization” adalah tahapan atau langkah-langkah atau komponen-komponen yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Proses keperawatan mengandung 5 langkah : Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. “Creativity” adalah pengembangan lanjut dari proses itu. Proses keperawatan dinamis dan berlanjut terus menerus. ( Potter Perry, 1997 : 103 )

Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan. Untuk sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasikan proses pemecahan masalah yang menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah.

(Doenges, 1999 ; dikutip dari Shore,1998).

Dalam melakukan asuhan keperawatan terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh.  Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1.    PengkajianMerupakan tahapan awal dari proses keperawatan yang merupakan dasar dari kegiatan

selanjutnya, yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan sistematis dalam mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui kebutuhan klien sesuai dengan masalah yang ada.

Tahap pengkajian adalah pengumpulan data yang diperoleh dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang serta mempelajari cacatan lain tentang status kesehatan klien.

Dalam tahap ini akan dikumpulkan identitas klien, riwayat kesehatan, riwayat kesehatan keluarga, riwayat psikososial, pola-pola fungsi kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Riwayat kesehatan meliputi riwayat penyakit dahulu yang terdiri dari riwayat masuk rumah sakit, penyakit yang diderita, riwayat alergi dan obat-obatan yang sering digunakan.

Page 19: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Riwayat penyakit sekarang meliputi keluhan utama dari klien seperti sesak, batuk, demam, nyeri abdomen, berkeringat serta sejak kapan gejala-gejala tersebut timbul.

Riwayat keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan kondisi klien, riwayat penyakit keturunan seperti asma, DM, penyakit jantung dan genogram keluarga klien.

Riwayat psikososial menyatakan tingkat perasaan/ emosi klien dan keberadaan klien dalam keluarga.

Pada pola-pola fungsi kesehatan meliputi keadaan nutrisi seperti adanya alergi terhadap makanan, berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan, apakah ada muntah, mual dan nyeri abdomen. Pola eliminasi seperti kesulitan miksi dan frekuensinya. Pola tidur yang meliputi lamanya tidur, apakah susah tidur akibat sesak. Pola aktifitas seperti sesak waktu beraktifitas.

Data dasar yang biasanya didapat pada pasien asma bronkial adalah :

a.       Aktivitas/ Istirahat

Gejala    :   Keletihan, kelelahan, malaise

Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas.

Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.

Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan.

Tanda    :   Keletihan

Gelisah, insomnia

Kelemahan umum / kehilangan massa otot.

b.      Sirkulasi

Gejala    :   Pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda    :   Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/ takikardia berat, distrimia, distensi vena leher (penyakit berat).

Edema dependen, bunyi jantung redup.

Warna kulit/membran mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis, kuku tabuh dan sianosis perifer.

Pucat dapat menunjukkan anemia.

c.       Integritas Ego

Gejala    :   Peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidup

Tanda    :   Ansietas, ketakutan, peka rangsang

d.      Makanan / Cairan

Page 20: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Gejala    :   Mual / Muntah

Nafsu makan buruk

Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernafasan

Tanda    :   Turgor kulit buruk

Edema dependen

Berkeringat

Penurunan berat badan, penurunan massa otot / lemak subkutan

e.       Hygiene

Gejala    :   Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari

Tanda    :   Kebersihan buruk, bau badan

f.       Pernafasan

Gejala    :   Nafas pendek khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit nafas, rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas

Lapar udara kronis

Batuk menetap dengan produksi sputum

Tanda    :   Pernafasan biasanya cepat, dapat lambat, fase ekspirasi memanjang

Penggunaan otot bantu pernafasan misal : meninggikan bahu, retraksi fosa supraklavikula, melebarkan hidung

Dada : terlihat hiperinflasi dengan peningkatan diameter AP, gerakan diafragma minimal

Bunyi nafas : mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas

Perkusi : bunyi pekak pada paru

g.      Keamanan

Gejala    :   Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/ faktor lingkungan

Adanya/ berulangnya infeksi, kemerahan / berkeringat

h.      Seksualitas

Gejala    :   Penurunan libido

i.        Interaksi Sosial

Page 21: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Gejala    :   Hubungan ketergantungan

Kurang sistem pendukung

Kegagalan dukungan dari / terhadap pasangan / orang terdekat

Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik

Tanda    :   Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distres pernafasan

Keterbatasan mobilitas fisik

Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain

j.        Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala    :   Penggunaan/ penyalahgunaan obat pernafasan

Kesulitan menghentikan merokok

Penggunaan alkohol secara teratur

Kegagalan untuk membaik

(Marilynn E. Doenges, 1999; 152-155)

2.    Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok di mana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Carpenito, 2000; 53).

Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi :

a.       Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.

b.      Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.

c.       Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.

Langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi :

a.       Klasifikasi dan analisa data

b.      Interpretasi data

c.       Validasi data

d.      Perumusan diagnosa keperawatan

(Nursalam, 2001; 36)

Page 22: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi 5 kategori : aktual, resiko, kemungkinan, keperawatan wellnes, keperawatan sindrom. (Carpenito, 2000; 55)

Diagnosa yang mungkin timbul pada asma bronkial adalah :

a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, penurunan energi/ kelemahan.

b.       Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara), kerusakan alveoli.

c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, anorexia, mual/ muntah.

d.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama dan imunitas.

e.       Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang informasi.

(Marilynn E. Doengoes, 1999; 156-163)

3.    PerencanaanPerencanaan merupakan pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, mengoreksi, masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi.

Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam langkah-langkah penyusunan perencanaan yaitu : menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi. (Nursalam, 2001; 41)

Untuk menentukan prioritas ada dua hirarki yang dapat digunakan yaitu :

a.       Hirarki “Maslow”, membagi kebutuhan dalam lima tahap yaitu : kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan aktualisasi.         

1.      Kebutuhan fisiologis (physiological need) yang merupakan kebutuhan pokok utama.

Misalnya   :   udara segar O2, air (H2O), cairan elektrolit, makan dan seks.

2.      Kebutuhan akan rasa aman (safety need)

Misalnya   :   rasa aman terhindar dari penyakit, gangguan pencurian, perlindungan hukum.

3.      Kebutuhan mencintai dan dicintai (love need)

Misalnya   :   mendambakan kasih sayang, ingin dicintai/diterima oleh kelompok.

4.      Kebutuhan harga diri (esteem need)

Misalnya   :   ingin dihargai/ menghargai : adanya respek dari orang lain, toleransi dalam hidup berdampingan.

Page 23: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

5.      Kebutuhan aktualisasi diri (elf actualization needs)

Misalnya   :   ingin diakui/ dipuja, ingin berhasil, ingin lebih menonjol lebih dari orang lain.

b.      Hiraki “Kalish”, menjelaskan kebutuhan Maslow lebih mendalam dengan membagi kebutuhan fisiologi menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup dan stimulasi (Nursalam, 2001; 42).

Setelah penyusunan prioritas perencanaan diatas maka langkah selanjutnya adalah penyusunan rencana tindakan. Adapun rencana tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada asma bronkial adalah sebagai berikut :

a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, penurunan energi/kelemahan.

Tujuan              : Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih / jelas.

Kriteria Hasil    : Menunjukan perilaku perbaikan bersihan jalan nafas, misalnya batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi:

Mandiri

1)      Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya : mengi, ronki.

R  :   Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat / tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius.

2)      Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi / ekspirasi.

R  :   Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres.

3)      Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya : debu, asap yang berhubungan dengan kondisi individu.

R  :   Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat mentriger episode akut.

4)      Dorong / bantu latihan nafas abdomen atau bibir.

R  :   Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.

5)      Observasi karakteristik batuk misal : menetap, batuk pendek dan basah.

R  :   Batuk dapat menetap tapi tidak efektif terutama pada lansia, sakit akut atau kelemahan.

Kolaborasi :

6)      Berikan obat sesuai indikasi.

Page 24: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

a)      Bronkodilator misal : adrenalin dan profentil.

R  :   Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan produksi mukus dan mengi.

b)      Xantin misal : aminopillin, okstripillin dan teofilin.

R  :   Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan peningkatan langsung siklus AMP.

7)      Berikan humidifikasi tambahan misal : nebulizer ultranik

R  :   Kelembaban menurunkan sekret dan mempermudah pengeluaran.

b.    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekret, spasme bronkus, jebakan udara), kerusakan alveoli.

Tujuan              : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan.

Kriteria Hasil    : Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam meningkatkan kemampuan / situasi.

Intervensi :

Mandiri

1)        Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan penggunaan otot aksesori.

R  :   Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan.

2)        Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas.

R  :   pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi.

3)        Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

R  :   Sianosis mungkin perifer (pada kuku) atau sentral (bibir / daun telinga).

4)        Dorong mengeluarkan sputum.

R  :   Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil.

Kolaborasi :

5)        Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi.

R :   dapat memperbaiki / mencegah memburuknya hipoksia.

6)        Berikan penekan SSP misal : sedatif atau narkotik dengan hati-hati.

R :   digunakan untuk mengontrol ansietas / gelisah yang meningkatkan konsumsi oksigen.

Page 25: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

c.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, anoreksia, mual / muntah.

Tujuan              : Menunjukan peningkatan BB menuju tujuan yang tepat.

Kriteria Hasil    : Menunjukan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan / atau mempertahankan berat yang tepat.

Intervensi :          

Mandiri

1)        Kaji kebiasaan diet, masukkan makanan saat ini.

R :   pasien distres pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum.

2)        Auskultasi bunyi usus.

R :   Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.

3)        Berikan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai.

R :   Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah.

4)        Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

R :   Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen.

5)        Timbang berat badan sesuai indikasi.

R :   Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

Kolaborasi

6)        Konsultasi ahli gizi / nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah di cerna.

R :   metode makanan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi / kebutuhan individu.

7)        Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.

R :   menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan dan meningkatkan masukan.

d.   Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama dan imunitas.

Page 26: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Tujuan              : Menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu.

Kriteria hasil     : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi. Menunjukan tekhnik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

Intervensi:

Mandiri

1)        Observasi suhu tubuh klien.

R :   demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.

2)        Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif dan masukan cairan adekuat.

R :   Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko infeksi paru.

3)        Observasi warna, karakter dan bau sputum.

R :   sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru.

4)        Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.

R :   Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.

Kolaborasi

5)        Dapatkan spesimen batuk atau penghisapan sputum pewarnaan kuman gram negatif.

R :   dilakukan untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan kerentanan terhadap anti mikrobial.

6)        Berikan anti mikrobial sesuai indikasi.

R :   Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.

e.    Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan              : Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Kriteria Hasil    : Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab.

Intervensi :

Mandiri

1)        Jelaskan proses penyakit individu, dorong pasien dan keluarga untuk bertanya.

Page 27: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

R :   menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.

2)        Instruksikan rasional untuk latihan nafas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.

R :   nafas abdominal menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil.

3)        Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang diinginkan.

R :   Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan efek samping merugikan.

4)        Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi.

R :   faktor lingkungan dapat menimbulkan / meningkatkan iritasi bronkial dan menimbulkan peningkatan produksi sekret dan hambatan jalan nafas.

5)        Tekankan pentingnya perawatan oral / kebersihan gigi.

R :   menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut dimana dapat menimbulkan infeksi saluran nafas atas.

(Marilynn E Doengoes, 1999; 156)

4.    PelaksanaanPelaksanaan tindakan perawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. (Iyer, et.al, 1996; dikutip dari Nursalam, 2001; 53)

Tahap ini merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan, oleh karena itu pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan dan mengacu pada rencana tindakan sesuai skala sangat urgen, urgen dan tidak urgen (non urgen).

Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu: persiapan, perencanaan dan pendokumentasian. (Griffith, 1986; dikutip dari Nursalam, 2001; 53).

a.    Fase Persiapan meliputi :

1)   Review antisipasi tindakan keperawatan

2)   Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

3)   Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul

4)   Persiapan alat (resources)

5)   Persiapan lingkungan yang kondusif

6)   Mengidentifikasi aspek hukum dan etik

Page 28: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

b.    Fase Intervensi terdiri atas :

1)   Independen : tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tim kesehatan lainnya.

2)   Interdependen : tindakan perawat yang memerlukan kerjasama dengan kesehatan lainnya (gizi, dokter, laboratorium dan lain-lain).

3)   Dependen : berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana tindakan medis dilakukan.

c.    Fase Dokumentasi

Merupakan suatu catatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan.

Dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan Asma Bronkial, perawat dapat berperan sebagai pelaksana keperawatan, pemberi support, pendidik, advokasi, konselor dan pencatat/ penghimpun data.

5.    EvaluasiEvaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini berlangsung terus menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang diinginkan.

Ada empat yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu :

a.       Masalah teratasi seluruhnya.

b.      Masalah teratasi sebagian.

c.       Masalah tidak teratasi.

d.      Timbul masalah baru.

Evaluasi adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis pada status kesehatan klien. (Griffith, et. al, 1986; dikutip dari Nursalam, 2001; 71).

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. (Ignatavicius dan Bayne, 1994; dikutip dari Nursalam, 2001; 71).

Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan melalui standar yang telah ditentukan sebelumnya.

Dalam hal ini penilaian yang diharapkan pada klien dengan gangguan sistem pernafasan Asma Bronkial adalah:

a.       Jalan nafas bersih.

Page 29: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

b.      Pertukaran gas berjalan dengan baik atau normal.

c.       Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh.

d.      Infeksi tidak terjadi atau dapat dicegah.

e.       Pengetahuan klien dan keluarga tentang kondisi penyakitnya bertambah.

(Marilynn E. Doengoes, 1999; 155)

Diposkan oleh David Yusuf   di 20:14

Asuhan Keperawatan Asma Bronkial ( Askep )FOREDI UNTUK TAHAN LAMA SEX REKOMENDASI BOYKE!

PERUT KEMPES DALAM 3 HARI!

PENGISI ATM FULL OTOMATIS JADILAH JUTAWAN BARU DARI BISNIS TIKET PESAWAT

MODAL 50.000 HASIL 1-2JT/HR. KHUSUS PEMULA FOREDI UNTUK TAHAN LAMA SEX REKOM BOYKE, BPOM.

CARA PEMULA DAPAT UANG DARI INTERNET LOWONGAN KERJA ONLINE 2012

INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ? TAMBAH UKURAN VITAL METODE ARAB SUDAN

FOREDI ATASI EJAKULASI DINI BIKIN ISTRI KETAGIHAN!

MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU

GASA REKOMENDASI BOYKE UNTUK EREKSI LEBIH KENCENG!

FOREDI UNTUK TAHAN LAMA SEX REKOMENDASI BOYKE!

KumpulBlogger.com

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Asma Bronkhial

1.      Definisi Asma

Page 30: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Asma   adalah   kondisi   jangka   panjang   yang   mempengaruhi   saluran   napas-saluran   kecil   yang mengalirkan udara masuk ke dan keluar dari paru-paru. Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan). Saluran napas penyandang asma biasanya menjadi merah dan meradang. Asma sangat terkait dengan alergi. Alergi dapat memperparah asma. Namun demikian, tidak semua penyandang asma mempunyai alergi, dan tidak semua orang yang mempunyai alergi menyandang asma (Bull & Price, 2007).

Pada penderita asma, saluran napas menjadi sempit dan hal ini membuat sulit bernapas. Terjadi beberapa perubahan pada saluran napas penyandang asma, yaitu dinding saluran napas membengkak; adanya sekumpulan lendir dan sel-sel yang rusak menutupi sebagian saluran napas; hidung mengalami iritasi  dan  mungkin  menjadi   tersumbat;  dan  otot-otot   saluran  napas  mengencang   tetapi   semuanya dapat dipulihkan ke kondisi semula dengan terapi yang tepat. Selama terjadi serangan asma, perubahan dalam paru-paru secara tiba-tiba menjadi jauh lebih buruk, ujung saluran napas mengecil,  dan aliran udara yang melaluinya sangat  jauh berkurang sehingga bernapas menjadi  sangat sulit   (Bull  & Price, 2007).

2.      Klasifikasi Asma

Berkaitan  dengan  gangguan   saluran  pernapasan  yang  berupa  peradangan  dan  bronkokonstriksi, beberapa   ahli   membagi   asma   dalam   2   golongan   besar,   seperti   yang   dianut   banyak   dokter   ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni:

a)      Asma Ekstrinsik

Asma   ekstrinsik   adalah   bentuk   asma   yang   paling   umum,   dan   disebabkan   karena   reaksi   alergi penderitanya terhadap hal-hal   tertentu (alergen),  yang tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap mereka yang sehat.  Kecenderungan alergi   ini  adalah “kelemahan keturunan”. Setiap orang dari   lahir memiliki   sistem   imunitas   alami   yang  melindungi   tubuhnya   terhadap   serangan  dari   luar.   Sistem   ini bekerja dengan memproduksi antibodi.

Pada saat datang serangan, misalnya dari virus yang memasuki tubuh, sistem ini akan menghimpun antibodi untuk menghadapi dan berusaha menumpas sang penyerang. Dalam proses mempertahankan diri   ini,   gejala-gejala   permukaan   yang  mudah   tampak   adalah   naiknya   temperatur   tubuh,   demam, perubahan warna kulit hingga timbul bercak-bercak, jaringan-jaringan tertentu memproduksi lendir, dan sebagainya (Hadibroto & Alam, 2006).

b)      Asma Intrinsik

Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembapan dan suhu tubuh. Asma intrinsik biasanya  berhubungan  dengan  menurunnya  kondisi   ketahanan   tubuh,   terutama pada  mereka  yang 

Page 31: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah terkena asma intrinsik. Penderita asma jenis ini kebanyakan berusia di atas 30 tahun (Hadibroto & Alam, 2006).

Namun penting dicatat, bahwa dalam prakteknya, asma adalah penyakit yang kompleks, sehingga tidak selalu dimungkinkan untuk menentukan secara tegas,  golongan asma yang diderita seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik bersama-sama dideteksi ada pada satu orang.

Sebagai   contoh,   dalam  kasus   asma  bronkial   (termasuk   jenis   ekstrinsik)   yang   kronis,   pada   saat menangani terjadinya serangan, dokter akan sering mendiagnosa hadirnya faktor-faktor kecemasan dan rasa panik. Keduanya adalah emosi yang sifatnya naluriah pada saat seseorang harus berjuang agar bisa bernapas. Selanjutnya rasa cemas dan panik ini meneruskan lingkaran setan dan memperparah gejala serangan.   Juga  akan   tercatat,  bahwa bahan-bahan  iritan   (pengganggu)  dari   luar   seperti  asap   rokok dan hairspray akan  memperparah  kondisi   penderita.  Kesimpulannya  adalah,  dari   asal   asma  bronkial (termasuk asma ekstrinsik) akan terlihat juga hadirnya faktor asma intrinsik.

Demikian pula, seseorang yang punya sejarah bronkitis di masa kanak-kanak sering tumbuh menjadi orang dewasa yang cenderung menderita asma yang alergik,  sebagai akibat kelemahan bawaan dari masa kanak-kanaknya (Hadibroto & Alam, 2006).

Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat dibagi berdasarkan frekuensi kemunculan gejala (Hadibroto & Alam, 2006).

1.      Intermitten,  yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali  dalam seminggu dan gejala asma malam kurang dari 2 kali dalam sebulan. Jika seperti itu yang terjadi, berarti faal (fungsi) paru masih baik.

2.      Persisten ringan, yaitu   gejala   asma   lebih   dari   1   kali   dalam   seminggu   dan   serangannya   sampai mengganggu aktivitas, termasuk tidur. Gejala asma malam lebih dari 2 kali dalam sebulan. Semua ini membuat faal paru realatif menurun.

3.      Persisten sedang, yaitu   asma   terjadi   setiap   hari   dan   serangan   sudah  mengganggu   aktivitas,   serta terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1 kali dalam seminggu. Faal paru menurun.

4.      Persisten berat,  gejala asma terjadi   terus-menerus dan serangan sering terjadi.  Gejala asma malam terjadi hampir setiap malam. Akibatnya faal paru sangat menurun.

Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasarkan berat ringannya gejala (Hadibroto & Alam, 2006):

Page 32: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

1.      Asma akut ringan, dengan gejala: rasa berat di dada, batuk kering ataupun berdahak, gangguan tidur malam karena batuk atau sesak napas, mengi tidak ada atau mengi ringan, APE (Arus Puncak Aspirasi) kurang dari 80%.

2.      Serangan asma akut sedang, dengan gejala: sesak dengan mengi agak nyaring, batuk kering/berdahak, aktivitas terganggu, APE antara 50-80%.

3.      Serangan asma akut berat, dengan gejala: sesak sekali, sukar berbicara dan kalimat terputus-putus, tidak bisa barbaring, posisi harus setengan duduk agar dapat bernapas, APE kurang dari 50%.

3.      Etiologi

Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma (Hadibroto & Alam, 2006):

1.    Pemicu   (trigger)   yang   mengakibatkan   mengencang   atau   menyempitnya   saluran   pernapasan (bronkokonstriksi). Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti perubahan cuaca dan suhu udara dimana cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering  mempengaruhi   asma.  Atmosfer   yang  mendadak  dingin  merupakan   faktor  pemicu   terjadinya serangan  asma.  Serangan  asma kadang-kadang  berhubungan  dengan  musim,   seperti:  musim hujan, musim kemarau, musim bunga (serbuk sari beterbangan). Selain itu polusi udara dari luar dan dalam ruang serta asap rokok yang terhirup oleh penderita asma dapat juga memicu terjadinya serangan asma. Ditambah lagi penderita asma yang memiliki riwayat infeksi saluran pernapasan misalnya sinusitis dapat mengakibatkan   eksaserbasi   serangan   asma.   Penderita   asma   harus   menjaga   kestabilitas   dari emosi/stresnya, karena gangguan emosi/stres dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Selain itu, jangan berolahraga secara berlebihan. Bagi beberapa orang, jenis olahraga tertentu dapat menyebabkan udara terperangkap di dalam saluran napas dan membuat sulit bernapas. Kadang-kadang olahraga dapat menyebabkan serangan asma (Bull & Price, 2007).

2.    Penyebab   (inducer)   yang   mengakibatkan   peradangan   (inflammation)   pada   saluran   pernapasan. Umumnya penyebab (inducer) asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan dimana alergen masuk ke tubuh melalui mulut (dimakan/diminum) terutama makanan dan obat-obatan. Selain itu, bisa juga dalam bentuk inhalan yaitu alergen yang masuk ke tubuh melalui hidung atau mulut. Jenis alergen inhalan yang utama adalah tepung sari (serbuk) bunga, tanaman, pohon, tungau, serpihan dan kotoran binatang, serta jamur. Bentuk lainnya yaitu kontak langsung dengan kulit seperti memakai perhiasan, logam dan jam tangan.

Beberapa   faktor   orang   memiliki   kecenderungan   yang   lebih   besar   untuk   menyandang   asma dibandingkan orang lain (Bull  & Price, 2007), di antaranya memiliki  riwayat asma atau alergi  lainnya 

Page 33: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

dalam keluarga (keturunan) karena asma dapat diwariskan-diturunkan dari satu anggota keluarga ke anggota keluarga berikutnya. Beberapa faktor genetik (keturunan) dapat mempengaruhi perkembangan asma. Jika salah satu orangtua menyandang asma, peluang berkembangnya asma pada anak-anaknya sekitar dua kali  dibandingkan anak-anak yang orangtuanya tidak menyandang asma. Merokok ketika hamil dimana asap rokok berhubungan dengan penurunan fungsi paru. Pajanan asap rokok, sebelum dan sesudah kelahiran berhubungan dengan efek berbahaya yang dapat diukur seperti meningkatkan risiko terjadinya gejala serupa asma pada usia dini.  Baik perokok aktif maupun pasif  semasa kanak-kanan. Selain itu pilek atau infeksi virus dan terpapar iritan di tempat kerja juga dapat mengakibatkan peradangan (inflammation)  pada saluran pernapasan yang berakibat pada terjadinya serangan asma (Ayres, 2003).

Aspek-aspek potensi risiko kemunculan penyakit asma (Widjadja, 2009), antara lain aspek genetik, kemungkinan alergi dan saluran napas yang memang mudah terserang.

4.      Patofisiologi

Berkaitan  dengan  gangguan   saluran  pernapasan  yang  berupa  peradangan  dan  bronkokonstriksi, beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar yakni asma ekstriksi dan asma intrinsik (Hadibroto & Alam, 2006). Berdasarkan klasifikasi tersebut akan dijabarkan masing-masing dari patofisiologinya.

a)      Asma Ekstrinsik

Pada   asma   ekstrinsik   alergen   menimbulkan   reaksi   yang   hebat   pada   mukosa   bronkus   yang mengakibatkan   konstriksi   otot   polos,   hiperemia   serta   sekresi   lendir   putih   yang   tebal.  Mekanisme terjadinya reaksi ini telah diketahui dengan baik, tetapi sangat rumit. Penderita yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk alergen yang spesifik, akan membuat antibodi terhadap alergen yang dihirup itu. Antibodi   ini  merupakan  imunoglobin   jenis   IgE.  Antibodi   ini  melekat  pada permukaan sel  mast  pada mukosa bronkus. Sel mast tersebut tidak lain daripada basofil yang kita kenal pada hitung jenis leukosit. Bila satu molekul IgE yang terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu molekul alergen, sel mast tersebut akan memisahkan diri dan melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan konstriksi bronkus. Salah   satu   contoh   yaitu   histamin,   contoh   lain   ialah   prostaglandin.   Pada   permukaan   sel  mast   juga terdapat   reseptor   beta-2   adrenergik.   Bila   reseptor   beta-2   dirangsang   dengan   obat   anti asma Salbutamol (beta-2 mimetik), maka pelepasan histamin akan terhalang.

Pada mukosa bronkus  dan darah tepi   terdapat  sangat  banyak  eosinofil.  Adanya eosinofil  dalam sputum dapat dengan mudah diperlihatkan. Dulu fungsi eosinofil di dalam sputum tidak diketahui, tetapi baru-baru ini diketahui bahwa dalam butir-butir granula eosinofil terdapat enzim yang menghancurkan histamin dan prostaglandin. Jadi eosinofil memberikan perlindungan terhadap serangan asma. Dengan demikian jelas bahwa kadar IgE akan meninggi dalam darah tepi (Herdinsibuae dkk, 2005).

Page 34: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

b)      Asma Intrinsik

Terjadinya   asma   intrinsik   sangat   berbeda   dengan   asma   ekstrinsik.  Mungkin  mula-mula   akibat kepekaan yang berlebihan (hipersensitivitas) dari serabut-serabut nervus vagus yang akan merangsang bahan-bahan iritan di dalam bronkus dan menimbulkan batuk dan sekresi lendir melalui satu refleks. Serabut-serabut   vagus,   demikian  hipersensitifnya   sehingga   langsung  menimbulkan   refleks   konstriksi bronkus. Atropin bahan yang menghambat vagus, sering dapat menolong kasus-kasus seperti ini. Selain itu lendir yang sangat lengket akan disekresikan sehingga pada kasus-kasus berat dapat menimbulkan sumbatan saluran napas yang hampir total, sehingga berakibat timbulnya status asmatikus, kegagalan pernapasan  dan  akhirnya  kematian.  Rangsangan   yang  paling  penting  untuk   refleks   ini   ialah   infeksi saluran  pernapasan  oleh  flu   (common   cold),   adenovirus  dan   juga  oleh  bakteri   seperti  hemophilus influenzae. Polusi udara oleh gas iritatif asal industri, asap, serta udara dingin juga berperan, dengan demikian merokok juga sangat merugikan (Herdinsibuae dkk, 2005).

5.      Sel Inflamasi

Sel-sel   inflamasi  yang   terlibat  dalam patofisiologi  asma terutama adalah  sel  mast,   limfosit,  dan eosinofil.

a)      Sel mast

Sel ini sudah lama dikaitkan dengan penyakit asma dan alergi, karena ia dapat melepaskan berbagai mediator inflamasi, baik yang sudah tersimpan atau baru disintesis, yang bertanggung-jawab terhadap beberapa   tanda   asma   dan   alergi.   Berbagai  mediator   tersebut   antara   lain   adalah   histamine   (yang disintesis   dan   disimpan   di   dalam   granul   sel   dan   dilepas   secara   cepat   ketika   sel  mast   teraktivasi), prostaglandin PGD2 dan leukotrien LTC4 (yang baru disintesis setelah ada aktivasi), dan sitokin (yang disintesis dalam waktu yang lebih lambat dan berperan dalam reaksi fase lambat). Sel mast diaktivasi oleh alergen melalui ikatan suatu alergen dengan IgE yang telah melekat pada reseptornya (Fcereceptor) di   permukaan   sel  mast.   Adanya   ikatan   cross-linking   antara   alergen   dengan   IgE   tersebut  memicu serangkaian   biokimia   didalam   Sel   yang   kemudian   menyebabkan   terjadinya   degranulasi   sel   mast. Degranulasi   adalah   peristiwa   pecahnya   sel  mast   yang  menyebabkan   pelepasan   berbagai  mediator inflamasi.

Sel mast terdapat pada lapisan epithelial saluran nafas, dan karenanya dapat berespon terhadap allergen yang terhirup. Terdapatnya peningkatan jumlah sel mast pada cairan bronkoalveolar pasien asma mengindasikan bahwa sel ini terlibat dalam patofisiologi asma. Selain itu, pada pasien asma yang dijumpai  penigkatan kadar  histamine dan triptase pada cairan bronkoalveolarnya,  yang diduga kuat berasal dari sel mast yang terdegranulasi. Beberapa obat telah dikembangkan untuk menstabilkan sel mast  agar  tidak  mudah  terdegranulasi.  Peran  sel  mast  pada reaksi  alergi   fase   lambat  masih  belum 

Page 35: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

diketahui secara pasti. Namun,sel mast juga mengandung faktor kemotatik yang dapat menarik eosinofil dan neutrofil ke saluran nafas.

b)      Limfosit

Peran   limfosit   dalam   asma   semakin   banyak   mendapat   dukungan   fakta,   antara   lain   dengan terdapatnya produk-produk limfosit yaitu sitokin pada biopsy bronchial pasien asma. Selain itu, sel-sel limfosit juga dijumpai pada cairan bronkoalveolar pasien asma pada reaksi fase lambat. Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit T masih terbagi lagi menjadi dua subtipe yaitu Th1 dan Th2 (T helper 1 dan T helper 2). Sel Th2 memproduksi berbagai sitokin yang berperan dalam reaksi   inflamasi  sehingga disebut  sitokin prainflamasi,  seperti  IL-3,   IL-4,   IL-6,   IL-9,  dan IL-13.  Sitokin-sitokin ini nampaknya berfungsi dalam pertahanan tubuh terhadap pathogen ekstrasel. IL-4 dan IL-13 misalnya,   dia   bekerja   mengaktivasi   sel   limfosit   B   untuk   memproduksi   IgE,   yang   nantinya   akan menempel  pada sel-sel inflamasi sehingga terjadi pelepasan berbagai mediator inflamasi.

c)      Eosinofil

Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa eosinofil berkontribusi terhadap patofisiologi penyakit alergi pada saluran nafas. Dijumpai adanya kaitan yang erat antara keparahan asma dengan  keberadaan eosinofil di saluran nafas  yang terinflamasi, sehiingga inflamasi pada asma atau alergi sering disebut juga   inflamasi   eosinofilia.   Eosinofil   mengandung   berbagai   protein   granul   seperti:   major   inflamasi eosinifilia (MBP), eosinophil peroxidase(EPO), dan eosinophil cationic probasic protein (ECP), yang dapat menyebabkan  kerusakan  epitelium   saluran  nafas,  menyebabkan  hiperresponsivitas  bronkus,   sekresi mediatorbdari sel mast dan basofil, serta secara langsung menyebabkan kontraksi otot polos saluran nafas (Bussed an Reed, 1993). Selain itu, beberapa produk eosinofil seperti LCT4, PAF, dan metabolit oksigen toksik dapat menambah keparahn asma.

6.      Manifestasi Klinis

a)      Tanda

Sebelum muncul  suatu episode serangan asma pada penderita,  biasanya akan ditemukan tanda-tanda awal  datangnya asma.  Tanda-tanda awal  datangnya asma memiliki  sifat-sifat  sebagai  berikut, yaitu sifatnya unik untuk setiap individu, pada individu yang sama, tanda-tanda peringatan awal bisa sama, hampir sama, atau sama sekali berbeda pada setiap episode serangan dan tanda peringatan awal yang paling bisa diandalkan adalah penurunan dari angka prestasi penggunaan “Preak Flow Meter”.

Beberapa contoh tanda peringatan awal (Hadibroto & Alam, 2006) adalah perubahan dalam pola pernapasan,  bersin-bersin,  perubahan   suasana  hati   (moodiness),  hidung  mampat,  batuk,   gatal-gatal pada tenggorokan, merasa capai, lingkaran hitam dibawah mata, susah tidur, turunnya toleransi tubuh 

Page 36: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

terhadap   kegiatan  olahraga  dan   kecenderungan  penurunan  prestasi   dalam  penggunaan Preak   Flow Meter.

b)      Gejala

(1)   Gejala Asma Umum

Perubahan saluran napas yang terjadi  pada asma menyebabkan dibutuhkannya usaha yang jauh lebih   keras   untuk   memasukkan   dan   mengeluarkan   udara   dari   paru-paru.   Hal   tersebut   dapat memunculkan gejala berupa sesak napas/sulit bernapas, sesak dada, mengi/napas berbunyi (wheezing) dan batuk (lebih sering terjadi pada anak daripada orang dewasa).

Tidak semua orang akan mengalami gejala-gelaja tersebut. Beberapa orang dapat mengalaminya dari waktu ke waktu, dan beberapa orang lainya selalu mengalaminya sepanjang hidupnya. Gelaja asma seringkali  memburuk pada malam hari  atau setelah mengalami kontak dengan pemicu asma (Bull  & Price,   2007).   Selain   itu,   angka   performa   penggunaan Preak   Flow  Meter menunjukkan   rating   yang termasuk “hati-hati” atau “bahaya” (biasanya antara 50% sampai 80% dari penunjuk performa terbaik individu) (Hadibroto & Alam, 2006).

(2)   Gejala Asma Berat

Gejala  asma berat   (Hadibroto  & Alam,  2006)  adalah sebagai  berikut  yaitu  serangan batuk yang hebat,  napas berat  “ngik-ngik”,   tersengal-sengal,  sesak dada,  susah bicara dan berkonsentrasi,   jalan sedikit menyebabkan napas tersengal-sengal, napas menjadi dangkal dan cepat atau lambat dibanding biasanya, pundak membungkuk, lubang hidung mengembang dengan setiap tarikan napas, daerah leher dan di antara atau di bawah tulang rusuk melesak ke dalam, bersama tarikan napas, bayangan abu-abu atau   membiru   pada   kulit,   bermula   dari   daerah   sekitar   mulut   (sianosis),   serta   angka   performa penggunaan Preak Flow Meter dalam wilayah berbahaya (biasanya di bawah 50% dari performa terbaik individu).

7.      Komplikasi Asma

Penyakit   asma   yang   tidak   ditangani   dengan   baik   lambat-laun   akan   berakibat   pada   terjadinya komplikasi   (Mansjoer,   2008)  dimana  dapat  menyebabkan  beberapa  penyakit   sebagai   berikut   yaitu, terjadinya   pneumotorak,   pneumomediastinum,   emfisema   subkutis,   aspergilosis,   atelektasis,   gagal napas, bronkitis, fraktur iga, dan bronkopulmonar alergik.

8.      Pemeriksaan Diagnostik

a)      Pemeriksaan Laboratorium

(1)   Pemeriksaan Sputum

Page 37: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat,  karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk melibat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik (Muttaqin, 2008).

(2)   Pemeriksaan Darah (Analisa Gas Darah/AGD/astrub)

                                      (a) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

                                      (b) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

                                      (c) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

(3)   Sel Eosinofil

Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm3 baik asma intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat (Muttaqin, 2008).

b)      Pemeriksaan Penunjang

(1)   Pemeriksaan Radiologi

Gambaran   radiologi   pada   asma   pada   umumnya   normal.   Pada   waktu   serangan   menunjukan gambaran   hiperinflasi   pada   paru-paru   yakni   radiolusen   yang   bertambah   dan   peleburan   rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.

(2)   Pemeriksaan Tes Kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

(3)   Scanning Paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

(4)   Spirometer

Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan diagnosis juga untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.

(5)   Peak Flow Meter/PFM

Page 38: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Peak  flow meter merupakan  alat  pengukur   faal  paru   sederhana,   alat   tersebut  digunakan  untuk mengukur jumlah udara yang berasal dari paru. Oleh karena pemeriksaan jasmani dapat normal, dalam menegakkan diagnosis asma diperlukan pemeriksaan obyektif (spirometer/FEV1 atau PFM). Spirometer lebih  diutamakan  dibanding  PFM karena  PFM tidak  begitu   sensitif   dibanding   FEV.  Untuk  diagnosis obstruksi saluran napas, PFM mengukur terutama saluran napas besar,  PFM dibuat untuk pemantauan dan bukan alat  diagnostik,  APE dapat  digunakan dalam diagnosis  untuk penderita  yang tidak dapat melakukan pemeriksaan FEV1.

(6)   X-ray Dada/Thorax

Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan asma.

(7)   Pemeriksaan IgE

Uji   tusuk  kulit   (skin  prick   test)  untuk  menunjukkan  adanya  antibodi   IgE   spesifik  pada kulit.  Uji tersebut untuk menyokong anamnesis dan mencari faktor pencetus. Uji alergen yang positif tidak selalu merupakan penyebab asma. Pemeriksaan darah IgE Atopi  dilakukan dengan cara radioallergosorbent test(RAST) bila hasil uji tusuk kulit tidak dapat dilakukan (pada dermographism).

(8)   Petanda Inflamasi

Derajat berat asma dan pengobatannya dalam klinik sebenarnya tidak berdasarkan atas penilaian obyektif inflamasi saluran napas. Gejala klinis dan spirometri bukan merupakan petanda ideal inflamasi. Penilaian semi-kuantitatif inflamasi saluran napas dapat dilakukan melalui biopsi paru, pemeriksaan sel eosinofil dalam sputum, dan kadar oksida nitrit udara yang dikeluarkan dengan napas. Analisis sputum yang diinduksi  menunjukkan hubungan antara  jumlah eosinofil  dan Eosinophyl  Cationic  Protein (ECP) dengan inflamasi dan derajat berat asma. Biopsi endobronkial dan transbronkial dapat menunjukkan gambaran inflamasi, tetapi jarang atau sulit dilakukan di luar riset.

9.      Web of Caution (WOC) secara Teorits

10.  Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

a)    Penatalaksanaan Medis

(1)   Terapi Obat

Penatalaksanaan medis pada penderita asma bisa dilakukan dengan pengguaan obat-obatan asma dengan tujuan penyakit asma dapat dikontrol dan dikendalikan. Karena belum terlalu lama ini, yakni baru sejak pertengahan tahun 1990-an mulai mengental keyakinan di kalangan kedokteran bahwa asma yang tidak terkendali dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan pada saluran pernapasan dan paru-paru.

Page 39: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Cara menangani asma yang reaktif, yakni hanya pada saat datangnya serangan sudah ketinggalan zaman.   Hasil   penelitian   medis   menunjukkan   bahwa   para   penderita   asma   yang   terutama menggantungkan diri pada obat-obatan pelega (reliever/bronkodilator) secara umum memiliki kondisi yang buruk dibandingkan penderita asma umumnya. Selanjutnya prosentase keharusan kunjungan ke unit gawat daruat (UGD), keharusan mengalami rawat inap, dan risiko kematiannya karena asma juga lebih tinggi.

Hal   ini  membuktikan  bahwa  pasa   asma   ekstrinsik,   penyebab   asma   yang  mereka  derita   adalah karena  peradangan   (inflamasi),   dan  bukan  karena  bronkokonstriksi.  Dengan  demikian,  dokter  masa kini menggunakan   obat   peradangan   sebagai   senjata   utama,   sedang   obat-obatan   pelega   sebagai pendukung. Keyakinan ini sangat disokong oleh penemuan obat-obatan pencegah peradangan saluran pernapasan, yang aman untuk digunakan dalam jangka panjang.

Menurut  AAAI   (Amerika  Academy  of  Allergy,  Asthma &  Immunology)  penggolongan  obat  asma (Hadibroto & Alam, 2006) adalah sebagai berikut:

a)        Obat-obat anti peradangan (preventer)

(1)   Usaha pengendalian asma dalam jangka panjang

(2)   Golongan obat ini mencegah dan mengurangi peradangan, pembengkakan saluran napas, dan produksi lendir

(3)   Cara kerjanya adalah dengan mengurangi sensitivitas saluran pernapasan terhadap pemicu asma yang berupa alergen.

(4)   Penggunaannya harus teratur dalam jangka panjang

(5)   Daya kerja lambat/gradual, biasanya mengambil waktu sekitar dua minggu baru terlihat efektivitasnya ayang terukur.

Contoh   obat   anti   peradangan   adalah   beclometasone   [Becotide®],   budesonide   [Pulmicort®], fluticasone   [Flixotide®],   mometasone   [Asmanex®],   dan   montelukast   [Singulair®]   secara   bertahap mengurangi peradangan saluran napas dan (jika digunakan secara teratur) akan mengontrol penyakit asma. Obat pencegah biasanya tersedia dalam bentuk  inhaler berwarna cokelat,  putih,  merah,  atau oranye, meskipun beberapa (misalnya montelukast) tersedia dalam tablet.

b)      Obat-obat pelega gejala berjangka panjang

Obat-obat   pelega   gejala   berjangka   panjang   dalam   nama   generik   yang   ada   di   pasaran   adalah salmeterol hidroksi naftoat (salmeterol xinafoate) dan teofilin (theophylline).

(1)   Salmeterol

Page 40: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Obat ini adalah bronkodilator yang bekerja perlahan dimana obat ini bekerja dengan mengendurkan oto-otot yang mengelilingi saluran pernapasan. Obat ini paling efektif bila dikombinasikan dengan suatu obat kortikosteroid hirup, dan tidak dapat berfungsi sebagai pelega seketika dalam hal terjadi serangan asma.

Obat ini umumnya bekerja setelah setengah jam dan daya kerjanya bertahan hingga 12 jam. Obat ini disajikan dalam bentuk obat  hirup dosis  terukut  dan obat  hirup bubuk kering.  Obat  ini  tidak dapat digunakan untuk anak-anak di bawah 12 tahun.

(2)   Teofilin

Obat ini termasuk satu golongan dengan kafein (zat aktif yang terdapat dalam secangkir kopi) dan termasuk bronkodilator yang lama daya kerjanya. Efek samping obat ini sama seperti kafein sehingga tidak dianturkan untuk pasien hiperaktif.

(3)     Albuterol Sulfat atau Salbutamol.

Bronkolidarot yang paling populer dan disajikan dalam bentuk obat hirup dosis terukur, obat hirup bubuk kering,   larutan untuk alat nebulizer,  sirup,   tablet  biasa,  tablet   lepas-tunda (extended-reliase). Bentuk hirup bekerja lebih karena langsung menuju saluran pernapasan yang bermasalah, ketimbang harus lewat lambung dulu. Efek samping obat ini dapat menyebabkan stimulasi, jantung berdebar, dan pusing.

Merek yang paling populer adalah Ventolin dan Proventil yang disajikan sebagai obat hirup dosis terukur. Proventil HFA sebagai obat hirup bubuk kering. Ventolin terdaftar di Indonesia dalam bentuk sediaan tablet, sirup, nebulizer, dan spray. Merek lain adalah Ascolen.

c)      Obat-obat pelega gejala asma (reliever/bronkodilator)

Misalnya   salbutamol   [Ventolin®],   terbutaline   [Bricanyl®],   formoterol   [Foradil®,   Oxis®],   dan salmeterol [Serevent®] secara cepat mengembalikan saluran napas yang menyempit yang terjadi selama serangan asma ke kondisi semula. Obat pereda/pelega biasanya tersedia dalam bentuk inhaler berwarna biru atau abu-abu.

d)     Obat-obatan kortikosteroid oral

Kortikosteroid oral adalah obat yang ampuh untuk mengatasi pembengkakan dan peradangan yang mencetuskan serangan asma. Obat ini membutuhkan enam hingga delapan jam untuk bekerja, sehingga makin cepat digunakan makin cepat pula daya kerja yang dirasakan.

Malam hari termasuk waktu dimana serangan asma paling sering terjadi, karena fungsi paru-paru berada  pada  titik  yang  paling   rendah  di   tengan  malam.  Dari   hasil   penelitian   terbukti  bahwa  dosis 

Page 41: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

kortikosteroid oral yang diberikan di siang hari bisa membantu mereka yang mengalami serangan asma untuk tidur pada malam harinya.

Di   sisi   lain,   efek   samping  penggunaan   kortikosteroid  oral   juga   cukup  nyata,   seperti  perubahan suasana hati (mood changes), meningkatnya selera makan, perubahan berat badan, dan gejala demam yang ditekan. Akan tetapi, efek samping dari penggunaan kortikosteroid ini tidak perlu dikhawatirkan jika penggunaannya hanya dalam jangka pendek dan kadangkala saja.

(1)   Prednison (Prednisone)

Prednison  adalah  preparat   kortikosteroid  oral   yang  paling  umum digunakan.  Obat   ini   disajikan dalam bentuk pil maupun sirup.

(2)   Prednisolon (Prednisolone)

Prednisolon  adalah kortikosteroid  oral  yang sangat  mirip  prednisone,  dengan kelebihan rasanya yang  lebih bisa diterima anak-anak.  Dengan merek Prelone disajikan sebagai  sirup 15 mg per 5 ml. Prediaped disajikan sebagai sirup 5 mg per 5 ml.

(3)   Metilprednisolon (Methylprednisolone)

Sangat mirip dengan prednisolon, tetapi harganya lebih mahal. Biasanya digunakan di rumah sakit dengan cara intravenuous.

(4)   Deksametason (Dexamethasone)

Dengan  merek  Decadron,   satu  dosis   tunggalnya  berdaya   kerja   dua  hingga  tiga   kali   lebih   lama dibandingkan preparat kortikosteroid yang lain. Cocok untuk pasien anak-anak yang sulit minum obat.

(2)   Alat-alat hirup

Alat hirup dosis terukur atau Metered Dose Inhaler (MDI) disebut juga inhaler ataupuffer adalah alat yang paling banyak digunakan untuk menghantar obat-obatan ke saluran pernapasan atau paru-paru pemakainnya. Alat ini menyandang sebutan dosis terukur (metered-dose) karena memang menghantar suatu jumlah obat yang konsisten/terukur dengan setiap semprotan.

Sebagai hasil teknologi mutakhir, alat hirup dosis terukur kini bisa digunakan oleh segala tingkatan usia,  mulai  dari  balita hingga  lansia.  Alat hirup dosis terukur memuat obat-obatan dan cairan tekan (pressurized liquid), biasanya chlorofluorocerbous/CFC, yang mengembang menjadi gas ketika melewati moncongnya.  Cairan  yang  sebutan  populernya  adalah propelantersebut  memecah  obat-obatan  yang dikandung menjadi butiran-butiran atau kabut halus, dan mendorongnya keluar dari moncong masuk ke saluran pernapasan atau paru-paru pemakainya.

b)      Penatalaksanaan Keperawatan

Page 42: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita asma adalah sebagai berikut, yaitu memberikan penyuluhan (pendidikan kesehatan), pemberian cairan, fisiotherapy, dan beri O2 bila perlu.

11.  Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

a)      Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (bronkospasme), penumpukan sekret, sekret kental.

b)      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (bronkospasme).

c)      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (bronkuspasme).

d)     Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat imunitas.

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan/Kriteria

HasilIntervensi Rasional

1 Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (bronkospasme), penumpukan sekret, sekret kental

Pencapaian bersihan   jalan napas   dengan kriteria   hasil sebagai berikut:

1.      Mempertahankan jalan   napas   paten dengan bunyi napas bersih atau jelas.

2.      Menunjukan perilaku   untuk memperbaiki bersihan jalan nafas misalnya   batuk efektif   dan mengeluarkan sekret.

Mandiri

1.      Auskultasi   bunyi nafas, catat adanya bunyi   nafas,   ex: mengi

2.      Kaji/pantau frekuensi pernafasan,   catat rasio inspirasi/ekspirasi.

3.      Catat   adanya derajat   dispnea, ansietas,   distress pernafasan, penggunaan   obat bantu.

4.      Tempatkan   posisi yang nyaman pada pasien,   contoh: meninggikan kepala   tempat 

1.      Beberapa   derajat spasme   bronkus terjadi   dengan obstruksi   jalan   nafas dan   dapat/tidak dimanifestasikan adanya   nafas advertisius.

2.      Tachipnea   biasanya ada   pada   beberapa derajat   dan   dapat ditemukan   pada penerimaan   atau selama   stress/adanya proses infeksi akut.

3.      Disfungsi   pernafasan adalah   variable   yang tergantung   pada tahap   proses   akut yang   menimbulkan perawatan   di   rumah sakit.

Page 43: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

tidur,   duduk   pada sandara   tempat tidur.

5.      Pertahankan polusi lingkungan minimum,   contoh: debu, asap dll.

6.      Tingkatkan masukan   cairan sampai   dengan 3000   ml/   hari sesuai   toleransi jantung memberikan   air hangat.

Kolaborasi

7.      Berikan obat sesuai indikasi bronkodilator.

4.      Peninggian   kepala tempat   tidur memudahkan   fungsi pernafasan   dengan menggunakan gravitasi.

5.      Pencetus   tipe   alergi pernafasan   dapat mentriger   episode akut.

6.      Hidrasi   membantu menurunkan kekentalan   sekret, penggunaan   cairan hangat   dapat menurunkan kekentalan   sekret, penggunaan   cairan hangat   dapat menurunkan   spasme bronkus.

7.      Merelaksasikan   otot halus   dan menurunkan   spasme jalan   nafas,   mengi, dan produksi mukosa.

2 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (bronkospasme)

Perbaikan   pola nafas   dengan kriteria   hasil sebagai berikut:

1.      Mempertahankan ventilasi   adekuat dengan menunjukan  RR:16-

Mandiri

1.      Ajarkan   pasien pernapasan dalam.

2.      Tinggikan   kepala dan   bantu mengubah   posisi. Berikan posisi semi 

1.      Membantu   pasien memperpanjang waktu   ekspirasi sehingga  pasien  akan bernapas lebih efektif dan efisien.

2.      Duduk   tinggi memungkinkan 

Page 44: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

20   x/menit   dan irama   napas teratur.

2.      Tidak   mengalami sianosis  atau   tanda hipoksia lain.

3.      Pasien   dapat melakukan pernafasan dalam.

fowler.

Kolaborasi

3.      Berikan   oksigen tambahan.

ekspansi   paru   dan memudahkan pernapasan.

3.      Memaksimalkan bernapas   dan menurunkan   kerja napas.

3 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (bronkuspasme)

Perbaikan pertukaran   gas dengan   kriteria hasil   sebagai berikut:

1.      Perbaikan ventilasi.

2.      Perbaikan   oksigen jaringan adekuat.

Mandiri

1.      Kaji/awasi   secara rutin   kulit   dan membrane mukosa.

2.      Palpasi fremitus.

3.      Awasi   tanda-tanda vital   dan   irama jantung.

Kolaborasi

4.      Berikan   oksigen tambahan   sesuai dengan   indikasi hasil   AGDA   dan toleransi pasien.

1.      Sianosis   mungkin perifer   atau   sentral keabu-abuan   dan sianosis   sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

2.      Penurunan   getaran vibrasi diduga adanya pengumplan cairan/udara.

3.      Tachicardi,   disritmia, dan   perubahan tekanan   darah   dapat menunjukan   efek hipoksemia   sistemik pada fungsi jantung.

4.      Dapat   memperbaiki atau   mencegah memburuknya hipoksia.

4 Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat

Tidak   terjadinya infeksi   dengan kriteria   hasil sebagai berikut:

1.      Mengidentifikasikan 

Mandiri

1.      Awasi suhu.

2.      Diskusikan adekuat 

1.      Demam dapat   terjadi karena   infeksi   dan atau dehidrasi.

2.      Malnutrisi   dapat mempengaruhi 

Page 45: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

imunitas intervensi   untuk mencegah   atau menurunkan   resiko infeksi.

2.      Perubahan   pola hidup   untuk meningkatkan lingkungan   yang nyaman.

kebutuhan nutrisi.

Kolaborasi

3.      Dapatkan specimen sputum   dengan batuk   atau pengisapan   untuk pewarnaan   gram, kultur/sensitifitas.

kesehatan umum dan menurunkan   tahanan terhadap infeksi.

3.      Untuk mengidentifikasi organisme   penyabab dan   kerentanan terhadap   berbagai anti microbial.

BAB III

KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN Nn. G

DENGAN DIAGNOSA ASMA BRONKHIAL

DI RUMAH SAKIT UMUM ARIFIN AHMAD

A.    Uraian Kasus

Nn. G 23 tahun suku minang datang dengan keluhan napasnya sesak sewaktu bangun pagi dan semakin meningkat ketika beraktivitas, klien juga batuk berdahak. Dari hasil pengkajian klien mengeluh sesak, batuk berdahak dengan dahak berwarna putih, dan klien merasa sesaknya berkurang setelah dilakukan pengasapan (nebulizer).  Klien juga mengatakan mempunyai riwayat asma sejak kelas 6 SD dan klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang memiliki riwayat asma, yaitu ibunya. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil: rongga dada simetris, retraksi dinding dada (+), taktil fremitus simetris  antara kiri  dan kanan, suara napas klien terdengar wheezing, resonan pada perkusi  dinding dada,  dan   sputum berwarna  putih  kental.  Dari  hasil   observasi  didapatkan  hasil:  tingkat   kesadaran: kompos mentis, dan hasil TTV: TD = 130/70 mmHg, RR = 36x/menit, HR = 76x/menit, suhu = 37o C. Dari hasil  pemeriksaan   laboratorium didapatkan hasil:  Hb =  15,5  gr%,   leukosit  =  17.000/mm3,   trombosit 260.000/mm3,  Ht = 47vol%. Klien saat  ini mendapatkan terapi:   IVFD RL 20 tts/i,  Pulmicort,  Ventolin, 

Page 46: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Bisolvon dan O2 dengan nasal kanul 2 L.  Pada pemeriksaan penunjang X-ray dada/thorax, didapatkan hasil paru dalam batas normal.

B.     Pengkajian

1.      Anamnesa

         Identitas Klien

Nama         : Nn. G

Umur         : 23 tahun

         Alasan Masuk (Keluhan Utama)

Klien masuk rumah sakit dengan keluhan napasnya sesak sewaktu bangun pagi dan semakin meningkat ketika beraktivitas, serta batuk berdahak.

         Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan mempunyai riwayat asma sejak kelas 6 SD

         Riwayat penyakit Sekarang

Klien mengeluh sesak, batuk berdahak dengan dahak berwarna putih.

          Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang memiliki riwayat asma, yaitu ibunya.

2.      Pemeriksaan Fisik

a)      Tingkat Kesadaran: Compos mentis

b)      TTV:

(1)   BP : 130/70  mmHg

Page 47: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

(2)   RR: 36 x/menit

(3)   HR: 76 x/menit

(4)   T   : 37oC

c)      Hasil pengkajian:

      Inspeksi

Rongga dada simetris, retraksi dinding dada (+), dan sputum berwarna putih kental.

      Palpasi

Taktil fremitus simetris antara kiri dan kanan.

      Perkusi

     Resonan dikedua lapang paru.

      Auskultasi

     Suara napas klien terdengar wheezing.

3.      Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium

         Pada pemeriksaan penunjang

 X-ray dada/thorax, didapatkan hasil paru dalam batas normal.

         Pemeriksaan laboratorium

-    Hb = 15,5 gr%

-    Leukosit = 17.000/mm3

-    Trombosit 260.000/mm3

-    Ht = 47vol%.

Page 48: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

4.      Terapi Pengobatan Saat Ini

IVFD RL 20 tts/i, Pulmicort, Ventolin, Bisolvon dan O2 dengan nasal kanul 2 L.

C.    Analisa Data

No Data EtiologiMasalah

Keperawatan

1 DS:

1.      Klien mengatakanbatuk berdahak dengan dahak   berwarna putih.

2.      Klien   merasa sesak.

DO:

1.      Tanda-tanda vital:

BP=130/70 mmHg

RR=36 x/menit

HR=76x/menit

T=37oC

2.      Klien tampak sesak nafas   disertai batuk   berdahak, berwarna   putih agak kental.

3.      Suara   napas   klien terdengar wheezing.

Pencetus serangan

(alergen)

Reaksi antigen & antibodi

Dikeluarkannya substansi vasoaktif (histamin, bradikinin,

& anafilaksin)

↑ permeabilitas kapiler

Kontraksi otot polos

Edema mukosa

Hipersekresi

Obstruksi jalan nafas

Tidak efektifnya bersihan jalan nafas

Tidak   efektifnya bersihan   jalan nafas

Page 49: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

4.      Terapi   yang diberikan:   oksigen 2L,

IVFD   RL   20   tts/i, Pulmicort, Ventolin, Bisolvon.

2 DS:

1.      Klien merasa sesak

DO:

1.      Tanda-tanda vital:

BP=130/70 mmHg

RR=36 x/menit

HR=76x/menit

T=37oC

2.      Klien tampak sesak nafas   disertai batuk   berdahak, berwarna   putih agak kental.

3.      Suara   napas   klien terdengar wheezing.

4.      Terapi   yang diberikan:   oksigen 2L,

IVFD   RL   20   tts/i, Pulmicort, Ventolin, Bisolvon.

Pencetus serangan

(alergen)

Reaksi antigen & antibodi

Dikeluarkannya substansi vasoaktif (histamin, bradikinin,

& anafilaksin)

Kontraksi otot polos

Bronkospasme

Suplai O2 menurun

Merangsang kemoreseptor sentral (spons dan medulla

oblongata)

Hiperventilasi

Pola   nafas   tidak efektif

Page 50: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Sesak

Pola nafas tidak efektif

D.    Web of Caution (WOC)

Page 51: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

 

E.     Asuhan Keperawatan

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan/Kriteria

HasilIntervensi Rasional

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (bronkospasme), penumpukan sekret, sekret kental.

Pencapaian bersihan jalan napas dengan kriteria hasil sebagai berikut:

1.      Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih atau jelas.

2.      Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas misalnya batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Mandiri

1.      Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi

1.      Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya nafas advertisius.

2.      Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan 

Page 52: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

2.      Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.

3.      Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat bantu.

4.      Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh: meninggikan kepala tempat 

atau selama stress/adanya proses infeksi akut.

3.      Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.

4.      Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.

5.      Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentriger episode akut.

Page 53: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

tidur, duduk pada sandara tempat tidur.

5.      Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dll.

6.      Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung memberikan air hangat.

Kolaborasi

7.      Berikan obat 

6.      Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

7.      Merelaksasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.

Page 54: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

sesuai indikasi bronkodilator.

2 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan suplai oksigen berkurang (bronkospasme)

Perbaikan pola nafas dengan kriteria hasil sebagai berikut:

1.      Mempertahankan ventilasi adekuat dengan menunjukan RR=16-20 x/menit dan irama napas teratur.

2.      Tidak mengalami sianosis atau tanda hipoksia lain.

3.      Pasien dapat melakukan pernafasan dalam.

Mandiri

1.      Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Berikan posisi semi fowler.

2.      Ajarkan pasien pernapasan dalam.

Kolaborasi

3.      Berikan oksigen tambahan.

1.      Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan.

2.      Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi sehingga pasien akan bernapas lebih efektif dan efisien.

3.      Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas

F.     Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi

Page 55: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

1.      Penatalaksanan Farmakologi

Belum terlalu  lama,  yakni  baru sejak pertengahan tahun 1990-an mulai  mengental  keyakinan di kalangan   kedokteran   bahwa   asma   yang   tidak   terkendali   dalam   jangka   panjang   bisa  menyebabkan kerusakan pada saluran pernapasan dan paru-paru.  Cara menangani  asma yang reaktif,  yakni  hanya pada saat datangnya serangan sudah ketinggalan zaman. Hasil penelitian medis menunjukkan bahwa para   penderita   asma   yang   terutama   menggantungkan   diri   pada   obat-obatan   pelega (reliever/bronkodilator)   secara   umum  memiliki   kondisi   yang   buruk   dibandingkan   penderita   asma umumnya.   Selanjutnya   prosentase   keharusan   kunjungan   ke   unit   gawat   daruat   (UGD),   keharusan mengalami rawat inap, dan risiko kematiannya karena asma juga lebih tinggi.

Hal   ini  membuktikan  bahwa  pasa   asma   ekstrinsik,   penyebab   asma   yang  mereka  derita   adalah karena  peradangan   (inflamasi),   dan  bukan  karena  bronkokonstriksi.  Dengan  demikian,  dokter  masa kini menggunakan   obat   peradangan   sebagai   senjata   utama,   sedang   obat-obatan   pelega   sebagai pendukung. Keyakinan ini sangat disokong oleh penemuan obat-obatan pencegah peradangan saluran pernapasan, yang aman untuk digunakan dalam jangka panjang.

Menurut  AAAI   (Amerika  Academy  of  Allergy,  Asthma &  Immunology)  penggolongan  obat  asma (Hadibroto & Alam, 2006) adalah sebagai berikut:

a)      Obat-obat anti peradangan (preventer)

(1)   Usaha pengendalian asma dalam jangka panjang

(2)   Golongan obat ini mencegah dan mengurangi peradangan, pembengkakan saluran napas, dan produksi lendir

(3)   Cara kerjanya adalah dengan mengurangi sensitivitas saluran pernapasan terhadap pemicu asma yang berupa alergen.

(4)   Penggunaannya harus teratur dalam jangka panjang

(5)   Daya kerja lambat/gradual, biasanya mengambil waktu sekitar dua minggu baru terlihat efektivitasnya ayang terukur.

Contoh   obat   anti   peradangan   adalah   beclometasone   [Becotide®],   budesonide   [Pulmicort®], fluticasone   [Flixotide®],   mometasone   [Asmanex®],   dan   montelukast   [Singulair®]   secara   bertahap mengurangi peradangan saluran napas dan (jika digunakan secara teratur) akan mengontrol penyakit asma. Obat pencegah biasanya tersedia dalam bentuk  inhaler berwarna cokelat,  putih,  merah,  atau oranye, meskipun beberapa (misalnya montelukast) tersedia dalam tablet.

b)      Obat-obat pelega gejala berjangka panjang

Page 56: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Obat-obat   pelega   gejala   berjangka   panjang   dalam   nama   generik   yang   ada   di   pasaran   adalah salmeterol hidroksi naftoat (salmeterol xinafoate) dan teofilin (theophylline).

(1)   Salmeterol

Obat ini adalah bronkodilator yang bekerja perlahan dimana obat ini bekerja dengan mengendurkan oto-otot yang mengelilingi saluran pernapasan. Obat ini paling efektif bila dikombinasikan dengan suatu obat kortikosteroid hirup, dan tidak dapat berfungsi sebagai pelega seketika dalam hal terjadi serangan asma.

Obat ini umumnya bekerja setelah setengah jam dan daya kerjanya bertahan hingga 12 jam. Obat ini disajikan dalam bentuk obat  hirup dosis  terukut  dan obat  hirup bubuk kering.  Obat  ini  tidak dapat digunakan untuk anak-anak di bawah 12 tahun.

(2)   Teofilin

Obat ini termasuk satu golongan dengan kafein (zat aktif yang terdapat dalam secangkir kopi) dan termasuk bronkodilator yang lama daya kerjanya. Efek samping obat ini sama seperti kafein sehingga tidak dianturkan untuk pasien hiperaktif.

(3)   Albuterol Sulfat atau Salbutamol.

Bronkolidarot yang paling populer dan disajikan dalam bentuk obat hirup dosis terukur, obat hirup bubuk kering,   larutan untuk alat nebulizer,  sirup,   tablet  biasa,  tablet   lepas-tunda (extended-reliase). Bentuk hirup bekerja lebih karena langsung menuju saluran pernapasan yang bermasalah, ketimbang harus lewat lambung dulu. Efek samping obat ini dapat menyebabkan stimulasi, jantung berdebar, dan pusing.

Merek yang paling populer adalah Ventolin dan Proventil yang disajikan sebagai obat hirup dosis terukur. Proventil HFA sebagai obat hirup bubuk kering. Ventolin terdaftar di Indonesia dalam bentuk sediaan tablet, sirup, nebulizer, dan spray. Merek lain adalah Ascolen.

c)      Obat-obat pelega gejala asma (reliever/bronkodilator)

Misalnya   salbutamol   [Ventolin®],   terbutaline   [Bricanyl®],   formoterol   [Foradil®,   Oxis®],   dan salmeterol [Serevent®] secara cepat mengembalikan saluran napas yang menyempit yang terjadi selama serangan asma ke kondisi semula. Obat pereda/pelega biasanya tersedia dalam bentuk inhaler berwarna biru atau abu-abu.

d)     Obat-obatan kortikosteroid oral

Kortikosteroid oral adalah obat yang ampuh untuk mengatasi pembengkakan dan peradangan yang mencetuskan serangan asma. Obat ini membutuhkan enam hingga delapan jam untuk bekerja, sehingga makin cepat digunakan makin cepat pula daya kerja yang dirasakan.

Page 57: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Malam hari termasuk waktu dimana serangan asma paling sering terjadi, karena fungsi paru-paru berada  pada  titik  yang  paling   rendah  di   tengan  malam.  Dari   hasil   penelitian   terbukti  bahwa  dosis kortikosteroid oral yang diberikan di siang hari bisa membantu mereka yang mengalami serangan asma untuk tidur pada malam harinya.

Di   sisi   lain,   efek   samping  penggunaan   kortikosteroid  oral   juga   cukup  nyata,   seperti  perubahan suasana hati (mood changes), meningkatnya selera makan, perubahan berat badan, dan gejala demam yang ditekan. Akan tetapi, efek samping dari penggunaan kortikosteroid ini tidak perlu dikhawatirkan jika penggunaannya hanya dalam jangka pendek dan kadangkala saja.

(1)   Prednison (Prednisone)

Prednison  adalah  preparat   kortikosteroid  oral   yang  paling  umum digunakan.  Obat   ini   disajikan dalam bentuk pil maupun sirup.

(2)   Prednisolon (Prednisolone)

Prednisolon  adalah kortikosteroid  oral  yang sangat  mirip  prednisone,  dengan kelebihan rasanya yang  lebih bisa diterima anak-anak.  Dengan merek Prelone disajikan sebagai  sirup 15 mg per 5 ml. Prediaped disajikan sebagai sirup 5 mg per 5 ml.

(3)   Metilprednisolon (Methylprednisolone)

Sangat mirip dengan prednisolon, tetapi harganya lebih mahal. Biasanya digunakan di rumah sakit dengan cara intravenuous.

(4)   Deksametason (Dexamethasone)

Dengan  merek  Decadron,   satu  dosis   tunggalnya  berdaya   kerja   dua  hingga  tiga   kali   lebih   lama dibandingkan preparat kortikosteroid yang lain. Cocok untuk pasien anak-anak yang sulit minum obat.

e)      Alat-alat hirup

Alat hirup dosis terukur atau Metered Dose Inhaler (MDI) disebut juga inhaler ataupuffer adalah alat yang paling banyak digunakan untuk menghantar obat-obatan ke saluran pernapasan atau paru-paru pemakainnya. Alat ini menyandang sebutan dosis terukur (metered-dose) karena memang menghantar suatu jumlah obat yang konsisten/terukur dengan setiap semprotan.

Sebagai hasil teknologi mutakhir, alat hirup dosis terukur kini bisa digunakan oleh segala tingkatan usia,  mulai  dari  balita hingga  lansia.  Alat hirup dosis terukur memuat obat-obatan dan cairan tekan (pressurized liquid), biasanya chlorofluorocerbous/CFC, yang mengembang menjadi gas ketika melewati moncongnya.  Cairan yang sebutan populernya adalah propelan tersebut  memecah obat-obatan yang 

Page 58: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

dikandung menjadi butiran-butiran atau kabut halus, dan mendorongnya keluar dari moncong masuk ke saluran pernapasan atau paru-paru pemakainya.

f)       Peak Flow Meter

Alat  ini  memegang peranan yang sangat penting dalam usaha dan program pengendalian asma, terutama  untuk  mendeteksi   gejala  akan  datangnya   serangan  asma.  Berpegang  pada  prinsip  bahwa untuk  menatalaksana   segala   sesuatu   dengan   baik   harus   ada   tolok   ukurnya,  maka   orangtua   anak penderita asma, maupun anak-anak dan orang dewasa penderita asma sendiri harus menguasai cara mengukur fungsi paru-paru mereka. Tindakan selanjutnya kemudian adalah mengambil  langkah yang sesuai dengan hasil pengukuran tersebut.

Peak Flow Meter adalah alat sederhana yang bisa digunakan di rumah, termasuk oleh anak-anak berumur lima tahun ke atas. Alat ini mengukur kekuatan embusan napas pemakainya. Ada tiga hal yang mempengaruhi kekuatan embusan napas seseorang, yaitu ukuran paru-parunya, besar usahanya dalam mengembus; dan bukaan (lebar atau sempitnya) saluran pernapasannya. Untuk menggunakannya,  si pemakai menarik napas dan mengisi paru-parunya sepenuh mungkin, kemudian meniup ke dalam Peak Flow Meter secepatnya  dengan  sekuat-kuatnya.  Seseorang  yang  saluran  pernapasannya  menyempit, tidak akan bisa meniup sekuat bila saluran pernapasannya terbuka sempurna. Pertanda pertama dari datangnya serangan asma bisanya terlihat dari menurunnya ukuran catatan Peak Flow Meter seseorang. Ini  bahkan sebelum muncul  gejala-gejala yang  lain seperti batuk,   lendir  yang berlebihan,  atau sesak napas.

Untuk   mengetahui   kondisi   bukaan   saluran   pernapasan   seseorang,   kita   membandingkan   hasil pengukuran sesaat dengan patokan ukuran terbaik dari  orang tersebut.  Untuk memperoleh patokan terbaik   seseorang,   lakukan  pengukuran  dengan Peak  Flow Meterpada  waktu  orang   tersebut  berada dalam kondisi asmanya terkendali dengan baik, dan catat hasilnya.

Kondisi asma seseorang dianggap terkendali baik jika hasil pengukuran sesaat ada dalam rentang 80-100% dari kondisi terbaiknya (masuk zona hijau); antara 60-80% dari kondisi terbaik ia memasuki zona kuning,   yang   berarti   harus  waspada   karena   terlihat   tanda-tanda   akan   datangnya   serangan   asma. Pengukuran  di  bawah  60% kondisi   terbaik  memasuki   zona  merah,  berarti  bahaya,  dan  orang  yang bersangkutan harus segera ke dokter untuk menghindari keharusan dirawat di UGD.

2.      Penatalaksanan Non Farmakologi

Penatalaksanaan   secara  non   farmakologi   dapat  memanfaatkan   tanaman-tanaman  herbal   dalam penyembuhan   berbagai   penyakit   pasien.   Pengobatan   yang  menggunakan   tanaman   herbal   sebagai medianya biasa disebut sebagai pengobatan secara tradisional atau pengobatan menggunakan ramuan herbal. Berikut ini beberapa ramuan herbal yang dapat dimanfaatkan dalam penanganan asma, yaitu:

a)      Resep 1

Page 59: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

15 g kulit jeruk mandarin kering

(1)     Cuci bersih semua bahan, iris-iris, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu saring.

(2)     Minum selagi hangat.

(3)     Lakukan secara teratur 2 kali sehari (Wijayakusuma, 2008).

b)      Resep 2

5  g adas

5 batang serai

20 jari kayu manis

20 g jahe merah

30 g pegagan segar (15 g keringi)

Gula aren secukupnya

(1)   Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu saring.

(2)   Minum selagi hangat.

(3)   Lakukan secara teratur 2 kali sehari (Wijayakusuma, 2008).

c)      Resep 3

3 g bunga melati kering (10 g segar)

6  lembar daun jinten

(1)   Cuci bersih, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu saring.

(2)   Minum selagi hangat.

(3)   Lakukan secara teratur 2 kali sehari (Wijayakusuma, 2008).

d)     Resep 4

Page 60: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

200 g lobak putih

3 siung bawang putih

30     kencur

(1)   Cuci bersih semua bahan, lalu jus atau blender dan saring.

(2)   Panaskan airnya dengan api kecil hingga mendidih. Minum hangat-hangat.

(3)   Lakukan secara teratur 2 kali sehari (Wijayakusuma, 2008).

e)      Resep 5 (pemakaian luar)

Jahe secukupnya, iris dengan ketebalan 3-5 mm

(1)   Tempelkan jahe dengan menggunakan koyo hangat pada titik dazhui, yaitu ruas tulang paling menonjol yang terletak antara ruas tulang belakang leher ketujuh dan ruas tulang belakang dada yang pertama.

(2)   Lakukan secara teratur 2 kali sehari (Wijayakusuma, 2008).

f)       Resep 6

         6 buah biji cermai merah

         8 butir buah lengkeng

         4 potong akar kara

         8 butir bawang merah

(1)   Ditumbuk semua bahan dan direbus dengan 2 gelas air hingga satu setengah gelas.

(2)   Diminum satu hari 2 kali minum (Widjadja, 2009).

Page 61: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Selain mengunakan ramuan herbal kita juga bisa menggunakan terapi. Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah terapi pijat (Hartanti, 2003).

G.    Health Education (Pendidikan Kesehatan)

Pendidikan   bagi   pasien   adalah   suatu   bagian   yang   penting   dalam   usaha   meningkatkan   cara penanganan   asma.  Dasar   pemikirannya,   asma  adalah   suatu  penyakit   biasa   yang  bisa   dikendalikan. Namun,   asma   juga   penyakit   yang   bersifat   Variabel,   dalam   arti   gejala-gejalanya   bisa  membaik   dan memburuk dari waktu ke waktu. Karena variabilitas ini, sering penanganannya harus ditinjau ulang dan diubah. Untuk itu dibutuhkan komunikasi yang efektif antara sang pasien dengan dokternya (Hadibroto & Alam, 2006). Dalam hal ini sebaiknya sang pasien mempunyai referensi atau pengetahuan tentang:

1.      Apakah asma itu, beserta faktor-faktor pemicunya, terutama yang menyangkut dirinya sendiri.

2.      Seluk beluk pengobatan asma, dan kemungkinan akibat sampingan dari masing-masing obat.

3.      Cara menggunakan alat-alat pengobatan asma  secara benar.

4.      Tujuan pengobatan dan penatalaksanaan.

5.      Pengenalan tanda-tanda dan gejala awal datangnya serangan.

6.      Penulisan rencana tindakan (Action Plan).

Page 62: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Rencana tindakan adalah suatu rencana mengatasi kondisi asma yang memburuk, dan rencana ini harus dimiliki oleh setiap penderita asma. Rencana tindakan menyesuaikan dengan tingakat keparahan gejala, sehingga si penderita punya pegangan dalam usaha mengendalikan asmanya (Hadibroto & Alam, 2006). Lengkapnya rencana ini bisa:

a)   Memberi   pengarahan   kapan   waktunya   untuk   mengubah,   meningkatkan   atau   mengurangi,   dan menambah obat-obatan yang digunakan.

b)   Memberitahukan apa yang harus dilakukan, juka kondisi sang pasien tidak membaik.

c)   Memberikan  kesempaatan  bagi  penderita  asma untuk  segera  dan  lebih  awal  memulai  penanganan, menghadapi gejala asma yang memburuk, untuk mencegah serangan yang lebih gawat.

Memberi  arahan akan kapan dan bagaimana usaha mengurangi  penggunaan obat-obatan hingga dosis seminimal mungkin, begitu asma sudah terkendali.

7.      Pengisian Buku Harian asma.

Buku harian asma adalah sarana yang sangat penting untuk mencatat gejala-gejala asma, obat-obatan yang digunakan, dan catatan prestasi Peak Flow Meter.   Jika gejala-gejala semuanya tercatat, sang pasien akan lebih sadar akan perubahan-perubahan yang mengindikasikan bahwa asmanya mulai lepas kendali. Dengan demikian ia bisa menyesuaikan pengobatannya berdasarkan Rencana Tindakan. Buku Harian asma digunakan bersama dengan Rencana Tindakan, yang disiapkan di bawah pengawasan dan persetujuan dokter yang merawat.

DAFTAR PUSTAKA

Asih,   Niluh  Gede   Yasmin.   (2003). Keperawatan  Medikal   Bedah:   Klien   dengan  Gangguan   Sistem  Pernapasan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Ayres, Jon. (2003). Asma. Jakarta: PT Dian Rakyat

Bull, Eleanor & David Price. (2007). Simple Guide Asma. Jakarta: Penerbit Erlangga

Page 63: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Hadibroto, Iwan & Syamsir Alam. (2006). Asma. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Hartanti, Vien. (2003). Jadi Dokter di Rumah Sendiri dengan Terapi Herbal dan Pijat. Jakarta: Pustaka Anggrek

Herdinsibuae, W dkk. (2005). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: PT Rineka Cipta

Mansjoer, Arif dkk. (2008). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Muttaqin,   Arif.   (2008). Asuhan   Keperawatan   Klien   dengan   Gangguan   Sistem   Pernapasan.   Jakarta:   Penerbit Salemba Medika

Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Widjadja,   Rafelina.   (2009). Penyakit   Kronis:   Tindakan,   Pencegahan,   &   Pengobatan   secara   Medis   maupun Tradisional. Jakarta: Bee Media Indonesia.

Wijayakusuma, Hembing. (2008). Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit. Jakarta: Pustaka Bunda.

ASKEP PADA KLIEN ASMA BRONKIAL1. Definisi:Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trakhea dan bronki terhadap berbagai macam rangsangan yang manifestasinya berupa kesukaran bernapas, karena penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajad penyempitannya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun karena pemberian obat-obatan. Kelainan dasarnya, tampaknya suatu perubahan status imunologis si penderita. (United States Nasional Tuberculosis Assosiation 1967).

2. KlasifikasiSecara etiologis asma bronkial dibagi dalam 3 tipe:2.1 Asma bronkial tipe non atopi (intrinsik)Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan paparan (exposure) terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah: serangan timbul setelah dewasa, pada keluarga tidak ada yang menderita asma, penyakit infeksi sering menimbulkan serangan, ada hubungan dengan pekerjaan atau beban fisik, rangsangan psikis mempunyai peran untuk menimbulkan serangan reaksi asma, perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik merupakan keadaan peka bagi penderita.

2.2 Asma bronkial tipe atopi (Ekstrinsik).Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan terhadap alergen lingkungan yang spesifik. Kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkial.Pada tipe ini mempunyai sifat-sifat: timbul sejak kanak-kanak, pada famili ada yang menderita asma, adanya eksim pada waktu bayi, sering menderita rinitis.Di Inggris jelas penyebabya House Dust Mite, di USA tepungsari bunga rumput.

2.3 Asma bronkial campuran (Mixed)Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik maupun ekstrinsik.

Page 64: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

4. Beberapa faktor yang sering menjadi pencetus serangan asma ialah:a. Alergen, baik yang berupa inhalasi seperti debu rumah, tungau, serbuk sari, bulu binatang, bulu kapas, debu kopi/teh, maupun yang berupa makanan seperti udang, kepiting, zat pengawet, zat pewarna dsb.b. Infeksi saluran napas, terutama oleh virus seperti Respiratory syncitial, parainfluensa, dsb.c. Ketegangan atau tekanan jiwa.d. Olahraga/kegiatan jasmani, terutama lari.e. Obat-obatan seperti penyekat beta, salisilat, kodein, dsb.f. Polusi udara atau bau yang merangsang seperti asap rokok, semprot nyamuk, parfum, asap industri, dsb.

5. Penatalaksanaan:1. Waktu serangan.a Bronkodilatora. Golongan adrenergik: Adrenalin larutan 1 : 1000 subcutan. 0,3 cc ditunggu selama 15 menit, apabila belum reda diberi lagi 0,3 cc jika belum reda, dapat diulang sekali lagi 15 menit kemudian. Untuk anak-anak diberikan dosis lebih kecil 0,1 – 0,2 cc.b. Golongan methylxanthine: Aminophilin larutan dari ampul 10 cc berisi 240 mg. Diberikan secara intravena, pelan-pelan 5 – 10 menit, diberikan 5 – 10 cc. Aminophilin dapat diberikan apabila sesudah 2 jam dengan pemberian adrenalin tidak memberi hasil.c. Golongan antikolinergik: Sulfas atropin, Ipratroprium Bromide. Efek antikolinergik adalah menghambat enzym Guanylcyclase.

Antihistamin.Mengenai pemberian antihistamin masih ada perbedaan pendapat. Ada yang setuju tetapi juga ada yang tidak setuju.

Kortikosteroid.Efek kortikosteroid adalah memperkuat bekerjanya obat Beta Adrenergik. Kortikosteroid sendiri tidak mempunayi efek bronkodilator.

Antibiotika.Pada umumnya pemberian antibiotik tidak perlu, kecuali: sebagai profilaksis infeksi, ada infeksi sekunder.

Ekspektoransia. Memudahkan dikeluarkannya mukus dari saluran napas. Beberapa ekspektoran adalah: air minum biasa (pengencer sekret), Glyceril guaiacolat (ekspektorans)

2. Diluar seranganDisodium chromoglycate. Efeknya adalah menstabilkan dinding membran dari cell mast atau basofil sehingga: mencegah terjadinya degranulasi dari cell mast, mencegah pelepasan histamin, mencegah pelepasan Slow Reacting Substance of anaphylaksis, mencegah pelepasan Eosinophyl Chemotatic Factor).

Pengobatan Non Medikamentosa:1. Waktu serangan:1.1 pemberian oksigen, bila ada tanda-tanda hipoksemia, baik atas dasar gejala klinik maupun hasil analisa gas darah.1.2 pemberian cairan, terutama pada serangan asma yang berat dan yang berlangsung lama ada kecenderungan terjadi dehidrasi. Dengan menangani dehidrasi, viskositas mukus juga berkurang dan dengan demikian memudahkan ekspektorasi.1.3 drainase postural atau chest physioterapi, untuk membantu pengeluaran dahak agar supaya tidak timbul penyumbatan.1.4 menghindari paparan alergen.

2. Diluar serangan2.1 Pendidikan/penyuluhan.Penderita perlu mengetahui apa itu asma, apa penyebabnya, apa

Page 65: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

pengobatannya, apa efek samping macam-macam obat, dan bagaimana dapat menghindari timbulnya serangan. Menghindari paparan alergen. Imti dari prevensi adalah menghindari paparan terhadap alergen.2.2 Imunoterapi/desensitisasi.Penentuan jenis alergen dilakukan dengan uji kulit atau provokasi bronkial. Setelah diketahui jenis alergen, kemudian dilakukan desensitisasi.2.3 Relaksasi/kontrol emosi.untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras. Relaksasi fisik dapat dibantu dengan latihan napas.

6. Pengkajian.6.1 Anamnesis.Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.6.2 Pemeriksaan Fisik.Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma6.2.1 Sistim Pernapasan:• Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.• Frekuensi pernapasan meningkat• Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi• Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.• Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.• Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:- Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.- Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.• Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.

6.2.2 Sistem Kardiovaskuler:• Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat• Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:- takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.- Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.• Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.

Page 66: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

6. 2.3 Sistem persarafan:• Komposmentis• Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:- cemas/gelisah/panik- sukar tidur, banyak berkeringat dan susah berbicara• Pada keadaan yang lebih berat kesadaran menurun, dari disorientasi dan apati sampai koma. Pada pemeriksaan mata mungkin ditemukan miosis dan edema papil.

6.3 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK6.3.1 Laboratorium:• Lekositosis dengan neutrofil yang meningkat menunjukkan adanya infeksi• Eosinofil darah meningkat > 250/mm3 , jumlah eosinofil ini menurun dengan pemberian kortikosteroid.6.3.2 Analisa gas darah:Hanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma berat atau status asmatikus. Pada keadaan ini dapat terjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis respiratorik. Pada asma ringan sampai sedang PaO2 normal sampai sedikit menurun, PaCO2 menurun dan terjadi alkalosis respiratorik. Pada asma yang berat PaO2 jelas menurun, PaCO2 normal atau meningkat dan terjadi asidosis respiratorik.

6.3.3 Radiologi: Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya tidak menunjukkan adanya kelainan. Beberapa tanda yang menunjukkan yang khas untuk asma adanya hiperinflasi, penebalan dinding bronkus, vaskulasrisasi paru.6.3.4 Faal paru: Menurunnya FEV16.3.5 Uji kulit: Untuk menunjukkan adanya alergi6.3.6 Uji provokasi bronkus: Dengan inhalasi histamin, asetilkolin, alergen. Penurunan FEV 1 sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi merupakan petanda adanya hiperreaktivitas bronkus.

7. Diagnosa Keperawatan1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekrit dan bronchospasme2. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru selama serangan akut.3. Ansietas berhubungan dengan kesulitan bernapas, takut menderita, dan /atau takut serangan berulang.4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan perawatan diri.

DAFTAR PUSTAKAKarnen G. Baratawidjaya, Samsuridjal. (1994). Pedoman Penatalaksanaan Asma Bronkial. CV Infomedika Jakarta.

Muhamad Amin. Hood Alsagaff. W.B.M. Taib Saleh. (1993). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press.

Tucker S.M. (1993). Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi. EGC.

Posted by Nightingale   at 11:21 AM 

Labels: otot - otot bantu nafas, rongga dada, wheezing

Page 67: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

RABU, 12 OKTOBER 2011

askep asma bronchialPengertianAsma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

EtiologiAsma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.2) Pembengkakan membran bronkus.3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

PatofisiologiProses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.

Manifestasi KlinikManifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing.Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :1) Tingkat I :a) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.b) Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium.2) Tingkat II :a) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.b) Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

Page 68: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

3) Tingkat III :a) Tanpa keluhan.b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.c) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.4) Tingkat IV :a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.5) Tingkat V :a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :Kontraksi otot-otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.

Klasifikasi AsmaAsma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi yang disebabkan oleh alergi seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan obat-obatan. Klien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan riwayat alergi rhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik dengan alergen.Faktor-faktor seperti udara dingin, infeksi saluran pernafasan, latihan fisik, emosi dan lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau sebagai pencetus terjadinya serangan asma. Jika serangan non alergi asma menjadi lebih berat dan sering dapat menjadi bronkhitis kronik dan emfisema, selain alergi juga dapat terjadi asma campuran yaitu alergi dan non alergi.

PenatalaksanaanPrinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :a. Menghilangkan obstruksi jalan nafasb. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun penjelasan penyakit.Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :a. Pengobatan dengan obat-obatanSeperti :1) Beta agonist (beta adrenergik agent)2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)3) Anti kolinergik (bronkodilator)4) Kortikosteroid5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :1) Oksigen 4-6 liter/menit.2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam.4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.c.Pemeriksaan Penunjang :Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :a. Spirometri :

Page 69: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.b. Tes provokasi :1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.3) Tes provokasi bronkial seperti :Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.g. Pemeriksaan sputum.

KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks, atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga.

Pengkajiana. Identitas klien1) Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin2) riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.3) Status mental : lemas, takut, gelisah4) Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.5) Gastro intestinal : adanya mual, muntah.6) Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelahb. Pemeriksaan fisikDada1) Contour, Confek, tidak ada defresi sternum2) Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal3) Keabnormalan struktur Thorax4) Contour dada simetris5) Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata6) RR dan ritme selama satu menit.Palpasi :1) Temperatur kulit2) Premitus : fibrasi dada3) Pengembangan dada4) Krepitasi5) Massa6) EdemaAuskultasi1) Vesikuler2) Broncho vesikuler3) Hyper ventilasi4) Rochi5) Wheezing6) Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.c. Pemeriksaan penunjang

Page 70: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

1) Spirometri :Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.2) Tes provokasi :a) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.b) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.c) Tes provokasi bronkialUntuk menunjang adanya hiperaktivitas bronkus , test provokasi dilakukan bila tidak dilakukan test spirometri. Test provokasi bronchial seperti : Test provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.3) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.4) Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.5) Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.6) Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.7) Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.8)  Pemeriksaan sputum.

Diagnosa KeperawatanDiagnosa 1 :Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.Tujuan :Jalan nafas kembali efektif.Kriteria hasil :Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.Intervensi :a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.c. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran.Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.d. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan.e. Berikan air hangat.Rasional : penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.f. Kolaborasi obat sesuai indikasi.Bronkodilator spiriva 1×1 (inhalasi).Rasional : Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.Diagnosa 2 :Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.Tujuan :Pola nafas kembali efektif.Kriteria hasil :Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.

Page 71: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Intervensi :1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.6. Kolaborasi- Berikan oksigen tambahan- Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizerRasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.Diagnosa 3 :Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.Tujuan :Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.Kriteria hasil :Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas normal.Intervensi :1. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).Rasional : menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.2. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.Rasional : peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan keperawatan.3. Timbang berat badan dan tinggi badan.Rasional : Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.4. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.Rasional : air hangat dapat mengurangi mual.5. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi seringRasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien.6. Kolaborasi- Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.Rasional : menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.- Berikan obat sesuai indikasi.- Vitamin B squrb 2×1.Rasional : defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi.- Antiemetik rantis 2×1Rasional : untuk menghilangkan mual / muntah.Diagnosa 4 :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.Tujuan :

Page 72: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.Kriteria hasil :KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedangIntervensi :1. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.Rasional : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.2. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja atau bantal.4. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.Rasional :meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.5. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.Diagnosa 5 :Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasiTujuan :Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.Kriteria hasil :Mencari tentang proses penyakit :- Klien mengerti tentang definisi asma- Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma- Klien mengerti komplikasi dari asmaIntervensi :1. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan.Rasional : informasi dapat manaikkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.2. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mangasimilasi informasi atau mengikuti program medik.3. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan.Rasional : selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya.4. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan.Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah meminimalkan komplikasi.5. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik.Rasional : menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada patogen.

Evaluasia. Jalan nafas kembali efektif.b. Pola nafas kembali efektif.c. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

Page 73: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

d. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.e. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S

DENGAN ASMA BRONKIAL

DI RUANG YOSEPH

RS PALANG BIRU

GOMBONG

Disusun oleh :

Ari Pamungkas

10.100

AKADEMI PERAWATAN SERULINGMAS

MAOS – CILACAP

Page 74: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

2012

BAB IPENDAHULUAN

A.    DEFINISI

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus.( Huddak & Gallo, 1997 )

 Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.( Smeltzer, 2002 : 611)

            Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48)

B.     PATHOFISIOLOGI

            Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini : 1. Kontraksi otot –otot yang mengelilingi bronkus, yang menyempitkan jalannafas.2.Pembegkakan membran yang melapisi bronkus 3.Pengisian bronkus dengan mukus yang kental.Selain itu, otot-otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar ; sputum yang kental banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara tertangkap kedalam jaringan paru. Mekanisme yang terjadi dari perubahn ini tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf otonom.Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel –sel mast dalam paru. Pemajan ulang terhadap anti gen mengakibatkan ikatan anti gen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast( disebut mediator) seperti histamin, bradikinin dan prostaglandin. Stimulasi reseptor –

Page 75: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

beta mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP, yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah penyekatan b-adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan terhadap peningkatana pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos.

C.    PATHWAY

                         Factor dasar dan pencetus                    kurang pengetahuan

           

                                  Reaksi antigen-antibodi

                        Dilepaskan mediator-mediator kimia

Kontraksi otot-otot polos        peningkatan permeabilitis       peningkatan

Pada saluran pernafasan                      kapiler                             sekresi

      Bronkospasme                        edema mukosa                   penyumbatan

                                                                                                  Jalan nafas

                                                                                                  oleh secret

Page 76: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

                                                                                                         inflamasi

                                                                                                          mukosa

pola nafas tdk efektif     obstruksi jalan nafas       bersihkan              resiko

                                                                              jalan nafas             tinggi

                                                                             tidak efektif           infeksi

            ekspirasi terhambat                 - sesak nafas                            cemas

                                                            -wheezing

               CO2 meningkat                    -kontraksi otot-otot

                                                              Pernafasan                         gangguan

           Ggn.pertukaran gas                                                        Istirahat tidur

                 Kelelahan                              anoreksia

         Intoleransi aktivitas        ggn. Pemenuhan keb.nutrisi  

           

D.    TANDA DAN GEJALA / MANIFESTASI KLINIS

Stadium dini

Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul

Whezing belum ada

Page 77: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

d.Belum ada kelainan bentuk thorak

Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E

BGA belum patologis

FAKTOR SPASME BRONCHIOLUS DAN EDEMA YANG LEBIH DOMINAN

a.       Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b.      Whezing

c.       Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

d.      Penurunan tekanan parsial O2

2. Stadium lanjut/kronik

a.       Batuk, ronchi

b.       Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan

c.       Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

d.      Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)

e.       Thorak seperti barel chest

f.        Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

g.       Sianosis

 (Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

E.     PEMERIKASAAN PENUNJANGBeberapa pemeriksaan penunjang seperti :a. Spirometri :Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.b. Tes provokasi :1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.3) Tes provokasi bronkial seperti :Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.

Page 78: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.g. Pemeriksaan sputum.h. Komplikasi

F.     PENGKAJIAN

a.       Awitan distres pernafasan tiba-tiba

       -  Perpanjangan ekspirasi mengi

       -  Penggunaan otot-otot aksesori             

       -  Perpendekan periode inpirasi

       -  Sesak nafas

 -  Restraksi interkostral dan esternal   

 -  Krekels

b.      Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar

c.       Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan

d.      Diaforesis

e.       Distensi vera leher

f.       Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku

g.      Batuk keras, kering : batuk produktif sulit

h.      Perubahan tingkat kesadaran

i.        Hipokria

j.        Hipotensi

k.      Dehidrasi

l.        Peningkatan anseitas : takut menderita, takut mati

Page 79: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

G.    DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1.      Bersikan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

2.      Gangguan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen.

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

4.      Kurang pengetahuan nerhubungan dengan kurang informasi / tidak mengenal informasi.

H.    INTERVENSI

I.       Bersikan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

a.       kriteria hasil

-mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas jelas/bersih

-menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihkan jalan nafas,misalnya : batuk efektif dan mengeluarkan secret.

           b.    intervensi

 - Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki

- Kaji/pantau frekuensi pernafasan

-  Catat  adanya/derajat  diespnea   misalnya   :   gelisah,  ansietas,  distres  pernafasan,   penggunaan  otot bantu

- kaji pasien untuk posisi yang nyaman (semi fowler)

- pertahankan polusi lingkungan minimum

- observasi karakteristik batuk,misalnya : menetap,batuk pendek,basah

- tingkatkan masukan cairan sampai 3000ml/hari

Page 80: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

- berikan obat sesuai indikasi.

c.   rasional

- mengetahui bunyi nafas wheezing(mengi),krekels,ronki

- mengetahui frekuensi pernafasan

- mengetaui derajat diespnea

- posisi semi fowler dapat mengurangi sesak nafas

- menghindari polusi lingkungan

- mengetahui karakteristik batuk

- masukan cairan dapat mengurangi sesak nafas pasien

- memberikan obat sesuai indikasi

2.      Gangguan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen.

a.       kriteria hasil

-menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat yang rentang normal dan bebas gejala distress penafasan

- berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan

                  b.   intervensi

-   kaji   frekuensi,kedalaman   pernafasan,catat   penggunaan   otot   aksesori,nafas   bibir,ketidakmampuan bicara/berbincang.

-  tinggikan kepala tempat tidur / semi fowler.

- dorong pengeluaran sputum

- auskultasi bunyi nafas

- awasi tingkat kesadaran

- awasi tanda vital dan irama jantung

Page 81: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

- berikan oksigen sesuai indikasi.

                   c. rasional

- mengetahui frekuensi,kedalaman nafas,catat penggunaan otot aksesori,nafas bibir,ketidakmampuan bicara/berbincang.

- semi fowler dapat mengurangi sesak.

- untuk mengeluarkan sputum

- mengetahui bunyi nafas.

- mengetahui tingkat kesadaran pasien.

- mengetahiu tanda-tanda vital dan irama jantung.

- oksigen dapat menguangi sesak nafas pasien.

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

a.       Kriteria hasil

-menunjukan peningkatan berat badan.

- menunjukan perilaku/perubahan pada hidup untuk meningkatkan dan/mempertahankan berat badan yang ideal.

      b. intervensi

            - kaji kebiasaan diet,masukan oral,catat derajat kesulitan makan.

            - evaluasi BAB.

            - auskultasi bunyi usus

            - berikan perawatan oral sering,buang secret.

            - dorong pasien untuk istirahat.

            - anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.

            - hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

Page 82: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

            - hindari makanan yang sangat panas/ dingin.

            - timbang berat badan pasien.

       c. rasional.

            - mengetahui kebiasaan diet, masukan oral

            - mengetahui hasil BAB.

            - mengetahui bunyi usus pasien.

            - untuk membersikan mulut pasien agar merasa lebih nyaman.

            - agar pasien beristirahat.

            - makan sedikit tapi sering dapat memeuhi kebutuhan pasien.

- makanan penghasil gas dan minuman berkarbonat dapat mengembungkan perut pasien.

- makanan yang panas dan dingin dapat merusak mulut pasien maupun lambung pasien.

- mengetahui berat badan pasien.

4.      Kurang pengetahuan nerhubungan dengan kurang informasi / tidak mengenal informasi.

a.       Kriteria hasil

-menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

- mengidentifikasi hubungan tanda/gejala

- melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

      b.  intervensi

            - jelaskan proses penyakit kepada pasien maupun keluarga pasien.

            - instruksikan untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif.

- diskusikan tentang obat yang digunakan,efek samping,dan reaksi yang tidak diinginkan.

- tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi.

Page 83: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

- beritahu efek bahaya merokok kepada pasien.

- berikan informasi tentang pembatasan aktivitas.

      c.  rasional

            - agar pasien mengerti tentang penyakit yang di derita pasien.

            - agar pasien mengerti cara latihan nafas dan batuk efektif.

            - agar pasien mengerti obat yang digunakan.

            - agar pasien mengerti perawatan oral.

            - agar pasien tidak / berhenti merokok.

            - agar pasien mengerti untuk membatasi aktivitasnya.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S

DENGAN ASMA BRONKIAL

DI RUANG YOSEPH

RS PALANG BIRU

GOMBONG

I.                   PENGKAJIAN

-          Tanggal / jam MRS     : 29 Januari 2012, pukul 13.50 WIB

Page 84: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

-          Ruang                          : Yoseph

-          No.Register                 :   -

-          Dx.Medis                    : Asma Bronkial

-          Tanggal Pengkajian     : 31 Januari 2012. Pukul 09.00 WIB

II.                IDENTITAS KLIEN

-          Nama                           : Tn.S

-          Umur                           : 44 tahun

-          Jenis Kelamin              : laki-laki

-          Agama                         : islam

-          Suku / bangsa              : jawa

-          Bahasa                         : jawa , Indonesia

-          Pendidikan                  : SD

-          Pekerjaan                     : tani

-          Status                          : sudah menikah

-          Alamat                        : Pohkumbang,Karanganyar

Penanggung jawab                  :

-          Nama                           : Ny.T

-          Alamat                        : Pohkumbang,Karanganyar

-          Hubungan dengan klien : istri

III.             RIWAYAT PENYAKIT

1. Keluhan Utama

-          Klien mengeluh dadanya sesak dan batuk.

Page 85: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

2. Riwayat penyakit sekarang

      -      pasien datang dari IGD dengan keluhan dadanya sesak dan batuk,pasien juga mengatakan tubuhnya lemas.      3.   Riwayat penyakit dahulu

-      sejak dulu pernah mengalami alergi terhadap asap dan debu yang    berkelebihan

4.    Diagnosa medik pada saat masuk RS,pemeriksaan penunjang,tindakan yang  telah dilakukan.

-     Diagnosa medis                       : Asma Bronkial

-     Pemeriksaan penunjang           :   -

-     Tindakan yg telah dilakukan   : infus D5% + Aminophilin 20tpm

IV. PENGKAJIAN SAAT INI

1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

-          Apabila sakit,klien segera berobat ke Rumah Sakit/puskesmas       2. Pola nutrisi / metabolik

-          Program diit RS          : bubur kasar

-          Intake makanan :

 Sebelum sakit             : 3x sehari,makan habis 1 porsi,sayur,laukpauk

Selama sakit               : 3x sehari makan habis 3 – 4sendok  sayur,laukpauk

-          Intake cairan :                        

Sebelum sakit               : 5 - 7 gelas sehari,air putih

Selama sakit                : 3 – 4 gelas sehari, air putih

3.Pola eliminasi

a. Buang air besar :

Sebelum sakit : 1x sehari, warna kuning Selama sakit   : 1x sehari, warna kuning.

b.      Buang air kecil :

Page 86: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Sebelum sakit  : 6-7x sehari,warna kuning.

selama sakit     : 3 – 4x  sehari, warna kuning,tidak terpasang DC

4.pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit :

KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI 0 1 2 3 4

MAKAN/MINUM V

MANDI V

TOILETING V

BERPAKAIAN V

MOBILITAS DITEMPAT TIDUR V

BERPINDAH V

AMBULASI / ROM V

Ket :

0 =mandiri.

1 =alat bantu.

2 =dibantu oranglain.

3 =dibantu orang lain dan alat.

4 =tergantung total .

Selama sakit :

KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI 0 1 2 3 4

MAKAN/MINUM V

MANDI V

TOILETING V

Page 87: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

BERPAKAIAN V

MOBILITAS DITEMPAT TIDUR V

BERPINDAH V

AMBULASI / ROM V

Ket :

0 =mandiri.

1 =alat bantu.

2 =dibantu oranglain.

3 =dibantu orang lain dan alat.

4 =tergantung total .

5.Pola tidur dan istirahat

- Lama tidur siang 2 jam.

- Lama tidur malam 7 jam.

- Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan tidurnya.

6.Pola persepsual

- Penglihatan   : pandangan masih baik,tidak menggunakan alat bantu

- Pendengaran : pendengaran masih baik,tidak menggunakan alat bantu

- Pengecapan   : pengecapan masih berfungsi dengan baik.

7.Pola persepsi diri.

- Pasien yakin penyakitnya akan sembuh.

8.Pola Seksualitas Dan Reproduksi

- Pasien sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak.

9. Pola Peran Hubungan

-pasien sebagai kepala keluarga ,dan mempunyai hubungan baik dengan     keluarganya.

10. Pola management koping - stress

Page 88: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

- Pasien mengatakan apabila ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarganya.

11. Sistem Nilai Dan Kepercayaan

-pasien beraga islam dan selalu berdo’a untuk kesembuhannya.

PEMERIKSAAN FISIK

-Kesadaran                  : compos metis

-Tanda-tanda vital       : TD     =110 / 70 mmHg,

  N       = 105 x/menit

  RR     = 30x/menit

  S        = 36,8ᵒC

-Kepala                        :  bentuk mesochepal, rambut hitam , tidak ada lesi pada kepala, keadaan rambut pasien juga bagus, tidak rontok,  tidak ada benjolan.

                           : - mata klien simetris, mata tidak bengkak,tidak memakai alat bantu penglihatan.

-Hidung                       : - ada septum,

  - ada cuping hidung

  - terpasang slang oksigen 2 liter

-Telinga                       : - ada serumen

  - fungsi pendengaran masih baik.

-Mulut                         : - gigi klien bersih

  - warna bibir pucat

  - mukosa bibir kering.

-Leher                          : - tidak ada pembesaran kelenjar tiroid .

-Thorak                        : -payudara      : -

-jantung         : - saat dilakukan auskultasi jantung   di dapatkan S1 < S2

-abdomen                      : I       :  bentuk simetris,tidak ada lesi

                           A      : terdengar bising usus 12x / menit

Page 89: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

                           P      : terdengar  bunyi timpani.

                           P      : tidak ada nyeri tekan pada 4 kuadran

- Paru – paru                 : I : bentuk simetris,tetapi saat klien bernafas klien terlihat pengembangan dada yang tidak simetris.

                          A : terdapat bunyi wheezing(mengi)

                          P : bunyi pekak,menunjukan adanya penumpukan   secret.

                          P : saat dilakukan palpasi taktil fremitus dapat terasa getaran yang berat.

            -genetalia                     :  - laki-laki

    - tidak terpasang dower cateter (DC)

            -punggung                   : - tidak ada lesi/jejes pada punggung

 -ekstimitas                   :  - atas   : tangan kanan terpasang infus D5%  20tpm + aminophilin

                                                   - bawah: tidak ada edema

PROGRAM TERAPI (31 Januari 2012)

-          Infus D5% + aminophilin 20 tpm

-          Oral Ambroxol            : 3x1 (30mg)

-          Injeksi dexametason   : 3x1 (5mg)

-          Injeksi ranitidine         : 3x1 (50mg)

-          Injeksi cefotaxime       :3x1 (gr)

HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG (30 januari 2012, pukul 13.00)

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan Keterangan

Gula Darah

Sewaktu 94 <200 mg/dl

Kimia

Page 90: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Creatinin 0.9 0,7 – 1,2 mg/dl

Hemoglobin 15,0 L = 13,6

P = 12 - 14

gr%

Jumlah lekosit 4.100 4.000– 11.000 /mmk

ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 DS : - Pasien mengatakan dadanya sesak

        Klien mengatakan dirinya menderita batuk yang disertai dahak yang kental

DO : TD : 110/70mmHg

          S   : 36,8ᵒC

          N  : 105x / menit

          RR : 30x / menit

        Pasien terlihat sesak

-peningkatan produksi sekret

-bersihkan jalan nafas tidak efektif.

2 DS : - klien mengatakan sesak

DO : terpasang oksigen 2 liter

-gangguan suplai oksigen

-gangguan kerusakan pertukaran gas.

3 DS : - klien mengatakan tidak nafsu makan.

        Klien mengatakan makan hanya habis 3 – 4 sendok.

-Anoreksia. -perubahan nutrisi kuang dari kebutuhan tubuh.

Page 91: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

        Klien mengatakan minum hanya habis 3 – 4 gelas sehari

DO : - makanan tidak habis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

2.      Gangguan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen.

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. DX.KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret,ditandai dengan : DS : -klen mengatakan dadanya sesak.

DO: -TD=110/70mmHg

S = 36,8 C

N = 105x/menit

RR= 30x/ menit

Setelah dilkukan tind.kep slama 3x24jam,dhrapkan klien :

-klien merasa nyaman

-sesak nafas berkurang/hilang

-mukus berkurang

-tidak terdapat bunyi wheezing

-tidak ada cuping 

-auskultasi bunyi nafas

- kaji frekuensi pernafasan

- posisikan

pasien semi fowler.

- berikan obat 

- mengetahui adanya bunyi wheezing.ronki

- mengetahui frekuensi pernafasan

- semi fowler dapat 

Page 92: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

hidung sesuai indikasi

- observasi karakteristik batuk

mengurangi sesak

- untuk mengurangi sesak

- mengetahui karakteristik batuk.

2 Gangguan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen.ditandai dengan :

DS: klien mengatakan sesak

DO: terpasang oksigen 2 liter

Setelah dilkukan tind.kep slama 3x24jam,dihrpkan

Klien bernafas dengan baik,dengan kriteria hasil:

-klien tidak menggunakan oksigen

- klien tidak sesak lagi

-kaji frekuensi kedalaman pernafasan

- atur posisi semi fowler

- dorong pengeluaran sputum

- auskultasi bunyi nafas

- observasi tanda-tanda vital dan irama jantung

-mengetahui frekuensi,kedalaman pernafasan

- semi fowler dapat mengurangi sesak

- untuk

mengeluarkan sputum

- mengetahui bunyi nafas

- mengetahui tanda-tanda vital pasien dan irama jantung 

Page 93: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

- berikan oksigen sesuai indikasi

pasien

- terapi oksigen dapat mengurangi sesak

3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Ditandai dengan:

DS: pasien mengatakan tidak nafsu makan.

-pasien mengatakan makan hanya habis 3-4 sendok saja

DO: makanan tidak habis

Setelah dilkukan tind.kep slama 3x24jam,dihrapkn

Nutrisi pasien terpenuhi,dengan kriteria hasil:

-nutrisi pasien terpenuhi

- nafsu makan pasien bertambah

- berat badan pasien bertambah

-auskultasi bunyi usus

- kaji kebiasaan diet

- anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering

- hindari makanan yang

Merangsang

-timbang berat badan pasien

-mengetahui bunyi usus

- mengetahui kebiasaan diet

- makan sedikit tapi

sering dapat menambah nutrisi pasien

- makanan yang merangsang dapat memberukan rasa sakit pada perut.

-mengetahui berat badan pasien

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO.DIAGNOSA

HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI RESPON

PARAF

Page 94: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

1

1

1

1,2

2

2

3

Selasa,31/1/2012

09.00

09.05

09.10

09.15

09.20

10.00

10.05

- mengkaji keadaan umum pasien.

- mengkaji frekuensi pernafasan

- mengauskultasi bunyi paru

- memposisikan pasien semi fowler

- memonitor oksigen pasien

- mengauskultasi bunyi usus

- mengkaji kebiasaan diet(masukan oral)

- menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.

- menganjurkan pasien untuk tidak makan makanan yang merangsang(pedas,panas,dingin)

- menimbang berat badan pasien.

- mengukur tanda-tanda vital pasien

- Pasien terlihat sesak

-RR = 30x/menit

-Terdengar bunyi wheezing

-pasien mnegatakan lebih nyaman

-terpasang oksigen 2 liter,

-terdengar bising usus

-pasien tidak nafsu makan

-pasien mau melakukannya

-pasien mengerti dan mau 

Page 95: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

3

3

3

2

10.10

10.15

10.20

11.00

melakukannya

-berat badan pasien 58kg

-TD=110/70

S = 36,8 C

N =105x/mnit

RR= 30x/ menit

1 Rabu,1/2/2012

07.00

-mengkaji keadaan umum pasien

-mengkaji frekuensi pernafasan

-pasien terlihat lebih tenang

- RR=25x/mni

Page 96: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

1

1,2,3

2

3

2

2

08.00

08.05

08.10

08.15

11.00

11.05

- memberikan obat ambroxol(oral),inj.cefotaxime,ranitidine(IV)

- memonitor oksigen pasien

-mengkaji masukan oral

- mengukur tanda-tanda vital pasien

- menganjurkan pasien untuk istirahat

t

-pasien mau diberi obat

-masien masih menggunakan oksigen

-pasien mengatakan mulai nafsu makan

- TD=110/70

S = 36,8 C

N =98x/mnit

RR= 25x/ menit

-pasien beristirahat

Page 97: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

1

2

1,2

3

2

2

Kamis,2/2/2012

21.00

21.05

21.10

23.00

23.05

05.00

-mengkaji keadaan umum pasien

- memonitor oksigen

- mengkaji frekuensi pernafasan

- memberikan obat cefotaxime(IV)

- menganjurkan pasien untuk istirahat kembali

- mengukur tanda-tanda vital pasien

- mengkaji masukan oral

-pasien mengatakan sesaknya berkurang

- pasien tidak menggunakan slang oksigen

- RR=23x/mnit

- masien mau diberi obat

-pasien mau istirahat dan tidur kembali

-TD=110/80

S= 36,5C

RR=23x/mnit

N= 95x/mnit

- pasien menhatakan 

Page 98: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

3

3

06.30

06.35

- menimbang berat badan pasien

mulai nafsu makan,habis ½ porsi

-berat badan pasien 58,2kg

CATATAN PERKEMBANGAN

TANGGAL/JAM NO.DX.KEP CATATAN PERKEMBANGAN PARAF

31/1/2012

14.00

1 S = pasien mengatakan masih sesak nafas

O = pasien terlihat sesak,RR=30x/menit

A = masalah belum teratasi

P = lanjutkan intervensi keperawatan

14.00 2

S = pasien mengatakan sesak

O = pasien menggunakan oksigen

Page 99: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

A = masalah belum teratasi

P = lanjutkan intervensi keperawatan

14.00 3

S = pasien mengatakan tidak nafsu makan

O = pasien masih terlihat lemas,makanan tidak habis

A = masalah belum teratasi

P = lanjutkan intervensi keperawatan

1/2/1012

14.00

1 S = pasien mengatakan sesaknya berkurang

O = pasien terlihat lebih tenang,RR=25x/menit

A = masalah teratasi sebagian

P = lanjutkan intervensi keperawatan

14.00 2 S = pasien mengatakan sesaknya berkurang

O = pasien masih menggunakan oksigen

A = masalah teratasi sebagian

P = lanjutkan intervensi keperawatan

14.00 3 S = pasien mengatakanmulai nafsu makan

O = makanan habis ¼ porsi

A = masalah teratasi sebagian

P = lanjutkan intervensi keperawatan

2/2/2012

07.00

1 S = pasien mengatakansesaknya berkurang

O = pasien terlihat lebih tenang,RR=24x/menit

A = masalah teratasi sebagian

Page 100: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

P = lanjutkan intervensi keperawatan

07.00 2 S = pasien mengatakansesaknya berkurang ,sudah lebih nyaman

O = pasien tidak menggunakan oksigen

A = masalah teratasi sebagian

P = lanjutkan intervensi keperawatan

07.00 3 S = pasien mengatakan mulai nafsu makan kembali

O = pasien makan habis ½ porsi

A = masalah teratasi sebagian

P = lanjutkan intervensi keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

http://ariebencolenk.blogspot.com/2012/01/asma-bronkial.html

Judith M.Wilkinson,2007,Diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC

NANDA,2001-2002,Diagnosis keperawatan Nanda,Yogyakarta;UGM