1 LATAR BELAKANG Ada banyak definisi tentang risiko (risk). Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini (Fahmi, 2010: 2). Menurut Djojosoedarso (1999) risiko selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak diduga/tidak diinginkan. Jadi risiko merupakan ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu, yang bila terjadi akan mengakibatkan kerugian. Banyak cara untuk mengurangi dampak risiko seperti menghindar, mengendalikan, memisahkan, melakukan kombinasi atau memindahkan. Pemindahan risiko tersebut dapat menimbulkan biaya. Apabila kita memindahkan risiko kepada penanggung risiko dalam hal ini perusahaan asuransi, maka kita harus membayar biaya dalam bentuk premi asuransi sebagai imbalan atas risiko yang diambil alih oleh perusahaan asuransi. Tujuan pemindahan ini intinya adalah untuk memberi kepastian dalam arti mencoba memperkecil dampak keuangan seandainya risiko tersebut tidak terhindarkan. Menurut UU No.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seorang yang dipertanggungkan. Jadi, di dalam asuransi ada hubungan hukum yang saling mengikat antara tertanggung dan penanggung di mana ada pihak yang akan menerima haknya dan pihak lain yang harus melaksanakan kewajibannya. Menurut Djojosoedarso (1999) dalam bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, asuransi dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu asuransi jiwa, asuransi kerugian/umum, re-asuransi umum dan asuransi sosial. Dari keempat jenis perusahaan asuransi tersebut, penelitian ini lebih memfokuskan pada perusahaan asuransi jiwa. Hal ini dikarenakan asuransi jiwa telah menjadi kebutuhan dalam kehidupan masyarakat modern saat
48
Embed
Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Pembelian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5673/3/T1_212009086_Full... · keputusan, seperti masalah keuangan dilatarbelakangi oleh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
LATAR BELAKANG
Ada banyak definisi tentang risiko (risk). Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan
ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang
diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini (Fahmi, 2010: 2). Menurut
Djojosoedarso (1999) risiko selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang
merugikan yang tidak diduga/tidak diinginkan. Jadi risiko merupakan ketidakpastian atau
kemungkinan terjadinya sesuatu, yang bila terjadi akan mengakibatkan kerugian. Banyak cara
untuk mengurangi dampak risiko seperti menghindar, mengendalikan, memisahkan, melakukan
kombinasi atau memindahkan. Pemindahan risiko tersebut dapat menimbulkan biaya. Apabila
kita memindahkan risiko kepada penanggung risiko dalam hal ini perusahaan asuransi, maka kita
harus membayar biaya dalam bentuk premi asuransi sebagai imbalan atas risiko yang diambil
alih oleh perusahaan asuransi. Tujuan pemindahan ini intinya adalah untuk memberi kepastian
dalam arti mencoba memperkecil dampak keuangan seandainya risiko tersebut tidak
terhindarkan.
Menurut UU No.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seorang yang dipertanggungkan.
Jadi, di dalam asuransi ada hubungan hukum yang saling mengikat antara tertanggung
dan penanggung di mana ada pihak yang akan menerima haknya dan pihak lain yang harus
melaksanakan kewajibannya.
Menurut Djojosoedarso (1999) dalam bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Manajemen
Risiko dan Asuransi, asuransi dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu asuransi jiwa,
asuransi kerugian/umum, re-asuransi umum dan asuransi sosial. Dari keempat jenis perusahaan
asuransi tersebut, penelitian ini lebih memfokuskan pada perusahaan asuransi jiwa. Hal ini
dikarenakan asuransi jiwa telah menjadi kebutuhan dalam kehidupan masyarakat modern saat
2
ini, termasuk di Indonesia. Dengan kata lain, asuransi jiwa bisa dikatakan sebagai asuransi yang
paling dasar dibutuhkan. Jika seseorang diasuransikan jiwanya, kepastian akan masa depan
keluarga yang ditinggalkan akan terjamin.
Data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menunjukkan penetrasi jumlah polis
asuransi jiwa di Indonesia, khususnya individu, masih rendah, hanya 3,6 persen terhadap jumlah
populasi penduduk. Jumlah pemegang polis juga masih rendah, satu persen dari jumlah
penduduk. Meski begitu, sebagian orang memiliki 8-9 bahkan hingga 12 polis asuransi per
individu dengan minimal premi Rp 300.000 per bulan dari berbagai perusahaan asuransi
(http://female.kompas.com). Perlahan, kesadaran akan pentingnya proteksi meningkat dalam
masyarakat kita. Sayangnya kesadaran ini kurang diiringi dengan pengetahuan tentang aneka
produk asuransi. Keterbatasan informasi dan pengetahuan produk dan kurangnya penjelasan
agen asuransi kerap mengakibatkan konsumen membuat kesalahan ketika membeli asuransi
(http://lipsus.kompas.com).
Menurut Kepala Bagian Analisis Keuangan dan Asuransi BAPEPAM-LK, Sumardjono,
saat ini masih banyak ditemukan perusahaan asuransi kesulitan membayar klaim. Banyaknya
perusahaan dengan nilai ekuitas (modal dasar) di bawah Rp 70 miliar sebagai patokan minimum
batas ekuitas. Rata-rata nilai ekuitas perusahaan asuransi pada kisaran Rp 40-70 miliar. Aturan
batasan itu perlu ditegakkan untuk melindungi keamanan nasabah asuransi, baik jiwa maupun
komersial (http://www.tempo.co).
Memproteksi diri dalam menghadapi risiko tentu merupakan langkah yang penting.
Untuk itulah asuransi ada. Namun, yang juga penting adalah memahami produk asuransi seperti
apa yang kita butuhkan. Hasrat melindungi diri tetaplah harus diimbangi kecermatan dalam
memilih produk asuransi. Menurut Supramono dalam Santoso (2009) dalam studi tentang
perilaku, asumsi yang dibangun adalah bahwa perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan
sebenarnya tidak sepenuhnya rasional. Seringkali perilaku seseorang dalam mengambil
keputusan, seperti masalah keuangan dilatarbelakangi oleh emosi atau pengaruh orang lain
disekitarnya. Menurut Supramono dan Putlia (2010), keputusan yang lebih didominasi oleh
faktor psikologis akan mengarah pada hasil keputusan yang bias karena faktor rasa yang ada
pada diri seseorang melebihi pertimbangan faktor rasio. Faktor psikologis merupakan faktor
yang turut berperan dalam pengambilan keputusan yang kurang rasional. Menurut Shefrin
3
(2007), ada 10 gejala psikologis yang terbagi dalam 3 kategori yang membuat manajer salah
dalam mengambil keputusan, yaitu : (1) biases, (2) heuristic, dan (3) framing effects.
Sejauh pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, aspek bias selalu dikaikan dengan
pengambilan keputusan keuangan. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2009)
pada pengusaha tekstil di Pekalongan menyimpulkan bahwa aspek bias turut berperan penting
terhadap psikologis para pengusaha tekstil di Pekalongan sewaktu akan mengambil keputusan
investasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Marbun (2010) pada industri tempe dan
kripik tempe di desa Karangtengah Prandon mengemukakan bahwa pengusaha industri tempe
dan kripik tempe di desa Karangtengah Prandon cenderung mengalami bias psikologis dalam
pengambilan keputusan hutang yang dilakukan oleh pengusaha dan termasuk dalam kategori
tinggi. Hasil perolehan tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar pengusaha cenderung
memiliki excessive optimism, overconfidence, confirmation bias, dan illusion of controlyang
tinggi dalam pengambilan keputusan hutangnya. Berdasarkan hasil penelitian Santoso (2009)
dan Marbun (2010), fokus penelitian ini pada kategori biases yang dikaitkan dengan
pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa.
Bias merupakan kecenderungan kesalahan prediksi (Shefrin, 2007). Aspek bias
merupakan salah satu aspek yang cenderung menghasilkan keputusan yang tidak menjamin
ketepatan secara mutlak. Pengambil keputusan memiliki kemungkinan untuk mengambil
keputusan yang salah. Nofsinger (2005) menekankan bahwa bias yang diakibatkan faktor
psikologis menghambat kemampuan seseorang dalam membuat keputusan keuangan yang baik.
Bias mengakibatkan kesalahan prediksi karena membuat orang salah dalam memperhitungkan
risiko yag dapat terjadi. Menurut Shefrin (2007) bias dapat digolongkan menjadi empat, yaitu
excessive optimism, overconfidence, confirmation bias, dan illusion of control.
Hasil penelitianTaroreh (2011) pada pegawai UKSW menimbulkan fenomena yaitu
bahwa pegawai UKSW cenderung mengalami illusion of control dalam pembelian asuransi jiwa.
Nofsinger (2005) mengemukakan jika terdapat enam indikator yang memicu terjadinya
perkembangan illusion of control antara lain pilihan, urutan hasil, kefamiliaran tugas, informasi,
keterlibatan aktif, dan kesuksesan masa lalu. Pada penelitian yang dilakukan oleh Taroreh (2011)
ini keenam faktor tersebut terbukti ditemui pada responden yang dijadikan sampel penelitian
dengan faktor pilihan, urutan hasil, kefamiliaran tugas, keterlibatan aktif tergolong dalam range
4
tinggi. Sedangkan informasi dan kesuksesan masa lalu berada dalam range sedang. Adanya
illusion of control dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa, berarti dalam
mengambil keputusannya sering mengedepankan faktor perasaan dan psikologis daripada rasio
sehingga menghasilkan keputusan yang bias. Kecenderungan faktor illusion ofcontrol pada
sampel yang diteliti berada pada tingkat yang tinggi berarti para pegawai UKSW merasa dapat
mengontrol atau paling tidak mempengaruhi hasil pembelian asuransi jiwanya, tetapi pada
kenyataannya tidak demikian.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Taroreh
(2011), tetapi penelitian ini akan melihat secara menyeluruh dari aspek bias psikologis yang
dapat digolongkan menjadi empat, yaitu excessive optimism, overconfidence, confirmation bias,
dan illusion of control, yang dikaitkan dengan pengambilan keputusan pembelian produk
asuransi jiwa pada pegawai akademik UKSW.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) dalam Ali (2006), keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga
mempunyai kendali penuh atas keputusan keuangan di dalam rumah tangganya sendiri. Sehingga
tidak menutup kemungkinan jika para keluarga dalam berinvestasi memiliki aspek bias. Begitu
pula dalam kegiatan pembelian asuransi jiwa, apabila terdapat aspek bias hal tersebut dapat
merugikan karena keluarga yang mengalami bias dapat melakukan kesalahan dalam memilih
asuransi jiwa yang akan dibelinya. Keluarga yang dijadikan obyek penelitian yang akan diteliti
yaitu pegawai akademik UKSW. Sebagai tenaga pengajar dan bekerja di lingkungan pendidikan
lebih sadar akan risiko, umumnya memiliki pendidikan yang tinggi dan juga lebih familiar
dengan produk-produk keuangan seperti asuransi. Sehingga memiliki pengetahuan yang cukup
tentang asuransi dan banyak juga yang telah menjadi nasabah perusahaan asuransi.
PERUMUSAN MASALAH
Aspek bias apa yang mendominasi psikologis pegawai akademik UKSW sewaktu mengambil
keputusan pembelian produk asuransi jiwa?
5
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui aspek bias apa yang mendominasi psikologis pegawai akademik UKSW
dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa.
MANFAAT PENELITIAN
1.) Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini akan menambah penelitian-penelitian tentang ilmu keuangan
berbasis perilaku yang sudah ada sebelumnya, tepatnya aspek bias dalam pengambilan keputusan
pembelian asuransi jiwa.
2.) Manfaat Empiris
a. Sebagai masukan bagi perusahaan asuransi perlu memberikan pemahaman kepada
nasabah mengenai kesalahan pengambilan keputusan pembelian produk asuransi
yang dapat terjadi dengan adanya aspek bias psikologis.
b. Sebagai masukan bagi masyarakat khususnya pegawai akademik UKSW agar
dapat mengambil keputusan pembelian produk asuransi sesuai dengan kebutuhan
agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
6
TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Asuransi
Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan cara
mengalihkan/transfer risiko dari satu pihak ke pihak lain dalam hal ini adalah perusahaan
asuransi.
Menurut UU No.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, asuransi atau pertanggungan
adalah :
Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seorang yang dipertanggungkan.
Menurut Djojosoedarso (1999) dalam bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Manajemen
Risiko dan Asuransi, asuransi dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu asuransi jiwa,
asuransi kerugian/umum, re-asuransi umum dan asuransi sosial. Yang dimaksud dengan
perusahaan asuransi jiwa adalah perusahaan asuransi yang bidang usahanya risiko keuangan
sebagai akibat dari kematian orang-orang yang dipertanggungkan jiwanya. Sedangkan
perusahaan asuransi kerugian/umum adalah perusahaan asuransi yang bidang usahanya
menanggulangi risiko keuangan sebagai akibat kerugian karena peril yang menimpa barang-
barang atau kepentingan yang dipertanggungkan. Sementara perusahaan re-asuransi umum
adalah perusahaan asuransi yang bidang usahanya menanggung risiko yang benar-benar terjadi
dari pertanggungan yang telah ditutup oleh perusahaan asuransi jiwa maupun asuransi kerugian.
Dan yang terakhir yaitu perusahaan asuransi sosial yaitu perusahaan asuransi yang bidang
usahanya menanggung risiko finansial masyarakat kecil yang kurang mampu.
Rosefsky dalam Taroreh (2011) menggolongkan asuransi jiwa menjadi empat. Yang
pertama yaitu Permanent Insurance, asuransi ini merupakan asuransi yang perjanjiannya bersifat
permanen di mana pembayaran preminya tetap. Kedua Term Insurance merupakan asuransi yang
7
perjanjiannya bersifat sementara dan apabila jangka waktu perjanjian telah habis sedangkan
pembeli asuransinya masih hidup maka pemegang polis asuransi tidak dapat menarik uangnya
kembali. Ketiga, Universal Life Insurance merupakan asuransi yang perjanjiannya dapat
diperbaharui secara periodik dan terdapat unsur investasi. Keempat, Anuitas merupakan asuransi
yang memiliki jangka waktu tertentu di mana pemegang polis wajib membayar sejumlah uang
kepada perusahaan asuransi dan di masa akan datang, selama jangka waktu tertentu pula
perusahaan asuransi tersebut wajib membayar sejumlah uang kepada pihak pemegang polis
asuransi.
Aspek bias dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Asuransi
Filbeck, Gorman, dan Preece dalam Marbun (2010) menyatakan bahwa aspek psikologis
berperan dalam membentuk perilaku individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut dalam
melakukan pengambilan keputusan yang berbeda dari asumsi teori ekonomi, yaitu individu akan
membuat keputusan yang rasional, padahal sebenarnya individu tidak selalu sepenuhnya
rasional. Perilaku yang tidak sepenuhnya rasional tersebut tidak lepas dari pengaruh perasaan
dan sikap seseorang.
Shefrin (2007) mengemukakan bahwa aspek bias merupakan gejala psikologis yang ada
dalam diri masing-masing individu yang dapat berakibatkan seseorang mengambil keputusan
yang salah. Bias yang diakibatkan faktor psikologis menghambat kemampuan seseorang dalam
membuat keputusan keuangan yang baik (Nofsinger, 2005). Salah satunya yaitu keputusan untuk
membeli produk asuransi.
Aspek bias memiliki 4 jenis kategori menurut Shefrin (2007) yaitu :
1. Excessive optimism (optimis yang berlebihan) : Seseorang berharap secara berlebihan
akan memperoleh hasil yang sesuai dengan keinginan dan tidak mengharapkan
beroleh hasil yang sebaliknya.
2. Overconfidence (kepercayaan diri yang berlebihan) :Seseorang terlalu percaya bahwa
pandangannya tepat dan yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan dan pengetahuan
di atas rata-rata.
3. Confirmation bias (penyimpangan konfirmasi) : Seseorang hanya akan menggunakan
8
informasi yang sesuai dengan pandangannya dan mengabaikan informasi yang tidak
sesuai dengan pandangannya.
4. Illusion of control (kendali ilusi) : Seseorang merasa mampu mengendalikan hasil
dari keputusan yang diambilnya.
Aspek yang pertama adalah excessive optimism dimana seseorang berharap secara
berlebihan akan memperoleh hasil yang sesuai dengan keinginan dan tidak mengharapkan
beroleh hasil yang sebaliknya. Cassar dalam Marbun (2010) menyatakan bahwa excessive
optimism paling sering terjadi pada pengusaha yang baru memulai usahanya, pengusaha sangat
yakin akan pasti memperoleh keberhasilan dalam kegiatan operasional bisnis mereka. Hal ini
juga bisa terjadi pada keluarga yang baru pertama kali membeli produk asuransi, keluarga sangat
yakin akan pasti memperoleh keberhasilan mendapatkan proteksi dari perusahaan asuransi yang
dipilihnya.
Aspek kedua yaitu overconfidence. Overconfidence didefinisikan sebagai kondisi dimana
seseorang terlalu percaya bahwa pandangannya tepat dan yakin bahwa dirinya memiliki
kemampuan dan pengetahuan di atas rata-rata. Menurut Nofsinger (2005) overconfidence berasal
dari dua sumber psikologis, yaitu ilusi pengetahuan (illusion of knowledge) dan ilusi kendali
(illusion of control). Ilusi pengetahuan merupakan kondisi dimana seseorang merasa lebih
percaya diri atas ramalan atau prediksinya disebabkan memiliki banyak informasi. Semakin baru
informasi yang diperoleh akan membuatnya merasa mempunyai kendali atas hasil yang akan
diperolehnya. Sedangkan ilusi kendali adalah keadaan dimana orang sering mempercayai bahwa
mereka telah mempengaruhi hasil yang diperoleh dari peristiwa yang tak terkendali. Shefrin
(2007) mengungkapkan bahwa overconfidence merupakan kesalahan prediksi mengenai seberapa
baik seseorang memahami kemampuan dan batas pengetahuannya. Overconfidence dan excessive
optimism seringkali berjalan beriringan, tetapi itu adalah dua hal yang tidak sama. Seseorang bisa
jadi pesimis, tetapi juga overconfidence. Venter dan Michayluk dalam Marbun (2010)
mengungkapkan mayoritas orang cenderung menilai lebih kemampuan, dan mereka menganggap
kemampuan mereka di atas rata-rata. Overconfidence sebenarnya merupakan bias dari rasa
optimisme (Santoso, 2009).
Aspek ketiga adalah confirmation bias dimana seseorang seringkali hanya ingin
mendengar apa yang mereka ingin dengar (Shefrin, 2007). Phung dalam Marbun (2010)
9
menyatakan bahwa confirmation bias dalam diri seseorang membuat seseorang yang
bersangkutan cenderung memilih dan menaruh perhatian lebih pada informasi yang mendukung
opini mereka, sementara itu mereka mengabaikan informasi yang bertentangan dengan opini
mereka. Dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi, keluarga yang mengalami
confirmation bias akan mengambil informasi mengenai produk asuransi yang sesuai dengan
pandangannya sebanyak mungkin, serta mengabaikan informasi yang tidak mendukung
pendapatnya.
Aspek keempat adalah illusion of control dimana seseorang merasa yakin mampu
mengendalikan atau mempengaruhi suatu hasil keputusan, padahal dalam kenyataannya tidak
demikian. Menurut Nofsinger dalam Marbun (2010), terdapat enam hal yang memicu terjadinya
perkembangan illusion of control antara lain pilihan, urutan hasil, kefamiliaran tugas, informasi,
keterlibatan aktif, dan kesuksesan masa lalu. Membuat pilihan secara aktif menyebabkan kontrol.
Hal ini berarti semakin aktif keluarga dalam membuat pilihan terhadap asuransi dalam arti
terlibat aktif dalam menentukan pilihan asuransinya, maka keluarga akan lebih yakin
memperoleh suatu keberhasilan dari apa yang telah dipilihnya. Cara atau proses mendapatkan
hasil (urutan hasil) mempengaruhi illusion of control. Hasil positif yang lebih awal membuat
keluarga memiliki illusion of control yang lebih besar dari pada yang bisa diberikan hasil negatif.
Semakin familiar keluarga dengan asuransi, maka semakin besar kontrol yang keluarga rasakan
dalam keputusan pembelian asuransi tersebut. Semakin banyak informasi mengenai asuransi
yang didapatkan, illusion of control juga semakin besar. Saat keluarga terlibat aktif dalam
pengambilan keputusan pembelian produk asuransi, maka perasaan memegang kontrol juga
secara proporsional menjadi semakin besar, sehingga keluarga yang mengambil keputusan
pembelian asuransi merasa yakin akan mendapatkan proteksi yang diinginkannya. Selain itu,
perkembangan illusion of control juga dipengaruhi oleh kesuksesan masa lalu. Semakin banyak
kesuksesan yang dialami keluarga, maka mereka akan menyebutnya sebagai hasil dari
kemampuan mereka sendiri, bahkan faktor keberuntunganlah yang sebenarnya banyak terlibat.
Keluarga yang sebelumnya pernah membeli asuransi dan dapat dikatakan berhasil dalam artian
merasa terproteksi, maka akan memiliki illusion of control apabila melakukan pengambilan
keputusan pembelian asuransi lagi. Studi psikologi menemukan bahwa meningkatnya kontrol
yang dirasakan juga akan membuat excessive optimism meningkat (Shefrin, 2007).
10
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Taroreh (2011) pada pegawai UKSW
mengemukakan bahwa pegawai UKSW memiliki aspek illusion of control dalam pengambilan
keputusan pembelian produk asuransi jiwa. Adanya illusion of control dalam pengambilan
keputusan pembelian produk asuransi jiwa, berarti dalam mengambil keputusannya sering
mengedepankan faktor perasaan dan psikologis daripada rasio sehingga menghasilkan keputusan
yang bias. Kecenderungan faktor illusion of control pada sampel yang diteliti berada pada tingkat
yang tinggi berarti para pegawai UKSW merasa dapat mengontrol atau paling tidak
mempengaruhi hasil pembelian asuransi jiwanya, tetapi pada kenyataannya tidak demikian.
11
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data
yang dikumpulkan atau diperoleh melalui penelitian lapangan dan mengolah sendiri (Supramono
dan Utami, 2003 : 49). Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui metode surveydengan
membagikan kuesioner kepada responden.Data dalam penelitian ini diperoleh melalui
penyebaran kuesioner pada pegawai akademik UKSW pada tanggal 11 Februari 2013 hingga 25
Oktober 2013. Penyebaran kuesioner dilakukan secara bervariasi oleh peneliti yaitu dengan cara
menitipkan kuesioner pada Kantor Tata Usaha beberapa Fakultas ataupun dengan memberikan
langsung kuesioner pada responden. Begitu pula dengan proses pengumpulan yang juga
bervariasi, ada yang ditunggu hingga selesai pengisiannya dan ada pula yang ditinggalkan untuk
kemudian diambil lagi beberapa hari sesudahnya.
Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah seluruh pegawai akademik
Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana dari 13 Fakultas, yang berjumlah 361 orang,
yang terdiri dari 201 laki-laki dan 160 perempuan (data per November 2012 YPTKSW). Jadi
jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu 361 orang.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
nonprobability samplingyaitu dengan metode purposive sampling, dengan kriteria pegawai
akademik UKSW yang memiliki pengalaman membeli produk asuransi jiwa dan bersedia
menjadi responden. Dari hasil penyebaran kuesioner, responden dalam penelitian ini berjumlah
43 responden.
Pengukuran konsep
Pengukuran konsep merupakan suatu upaya untuk mengkaji dan melihat konsep abstrak
secara empiris. Konsep yang akan diukur dalam penelitian ini adalah aspek bias dalam
pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa. Konsep diukur pada aras pengukuran
interval dengan menggunakan likert scale.
12
Skor untuk tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut :
SS : Sangat Setuju = 5
S : Setuju = 4
KS : Kurang Setuju = 3
TS : Tidak Setuju = 2
STS : Sangat Tidak Setuju = 1
Tabel 1. Pengukuran Konsep Aspek Bias
Konsep Definisi Konsep Indikator
Excessive Optimism Suatu jenis penyimpangan yang
menyebabkan seberapa seringnya
orang menaksir terlalu tinggi
terhadap hasil yang baik dan
menganggap remeh hasil yang
kurang baik dari pengalaman yang
mereka dapat.
1. Berkeyakinan akan
mendapatkan keuntungan
yang tinggi dari investasi
asuransi jiwa yang
dipilihnya.
2. Berkeyakinan bahwa
asuransi jiwa yang
dipilihnya bermanfaat bagi
keluarganya.
3. Berkeyakinan bahwa
asuransi jiwa yang
dipilihnya dapat
memberikan hasil yang
lebih baik dimasa
mendatang.
4. Berkeyakinan bahwa premi
dari asuransi jiwa yang
dipilihnya dapat berjalan
dengan lancar.
13
Overconfidence Suatu jenis penyimpangan yang
menyebabkan seberapa seringnya
orang membuat kesalahan karena
kepercayaan diri mereka sendiri
yang terlalu berlebihan dan
menganggap kemampuan diri
sendiri yang paling baik.
1. Percaya dengan
kemampuan diri sendiri
dalam menentukan produk
asuransi jiwa.
2. Terlalu percaya diri akan
mendapatkan hasil yang
optimal.
3. Tidak memperdulikan
masukkan dari orang lain.
Confirmation Bias Suatu jenis penyimpangan yang
menyebabkan seseorang lebih suka
mendengar anggapan atau pendapat
dari orang yang sejalan dengan
pemikirannya. Sehingga akan lebih
mempertimbangkan informasi yang
sesuai dengan pendapat pribadi.
1. Tidak suka
mendengarkan pendapat
dari orang yang
bertentangan dengan
pemikirannya.
2. Menggunakan informasi
yang diberikan oleh orang
yang sejalan dengan
pemikirannya sebagai
bahan pertimbangan.
3. Lebih memperhatikan
masukkan atau pendapat
orang yang sesuai dengan
pendapatnya.
4. Cenderung
mengesampingkan
informasi yang tidak
sesuai dengan
pemahamannya.
Illusion of Control Suatu penyimpangan yang
menyebabkan seseorang merasa
seakan-akan ia dapat mengendalikan
1. Berkeyakinan bahwa
mampu memilih asuransi
jiwa yang terbaik.
14
lingkungannya, padahal sebenarnya
tidak.
2. Berkeyakinan bahwa
asuransi jiwa yang
dipilihnya bisa
memberikan proteksi
yang lebih baik.
3. Beranggapan bahwa
sudah tidak asing lagi
dengan produk asuransi
jiwa sehingga akan
mendapatkan proteksi
yang diinginkan.
4. Yakin pada keputusannya
sendiri tanpa perlu
meminta masukkan dari
orang lain.
Sumber : Santoso, J. S., (2009) dan Taroreh, H. G., (2011)
Teknik Analisis
Teknik analisis merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyajikan data dalam
bentuk yang lebih ringkas sehingga akan mempermudah bagi peneliti memberikan jawaban
masalah yang telah dirumuskan (Supramono dan Utami, 2003 : 72). Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini, adalah dekriptif kualitatif. Untuk mengetahui deskriptif kualitatif
konsep aspek bias dalam pengambilan keputusan pembelian asuransi jiwa dalam penelitian ini
dapat dilihat dari nilai minimum, maksimum, mean atau rata-rata dan standar deviasi. Sedangkan
klafisikasi tingkatan bias diukur dengan nilai rata-rata menjadi 2 kategori, diterapkan dengan
skala terendah 1 dan tertinggi 5.
Adapun penentuan interval kategori kelas (I) adalah sebagai berikut :
I = 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀−𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝐾𝐾
……………(2)
15
Keterangan :
I = Interval
Maks = Nilai jawaban tertinggi
Min = Nilai jawaban terendah
K = Klafisikasi yang hendak dibuat , dalam hal ini 2 klasifikasi.
=5 − 1
2= 2
Sehingga interval kategori jawaban yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
Tabel 2. Definisi dan Range Setiap Variabel
Interval rata-rata jawaban Interpretasi
1,00 – 3,00 Rendah
3,01 – 5,00 Tinggi
16
ANALISIS DATA
Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian merupakan pegawai Akademik UKSW yang menjadi
nasabah perusahaan asuransi jiwa dan bersedia menjadi responden. Berdasarkan kuesioner yang
dibagikan kepada responden tersebut, diperoleh gambaran umum responden meliputi karateristik
responden seperti jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, lama bekerja di UKSW, dan lama
menjadi nasabah.
Tabel 3. Gambaran Umum Responden
Karakteristik Responden Frekuensi Prosentase (%) Ukuran Sampel 43 100
A. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
28 15
65,1 34,9
B. Usia (tahun) : 24-33 34-43 44-53 ≥ 54
2 23 11 7
4,6 53,5 25,6 16,3
C. Pendidikan : S1 S2 S3 Profesor
3 30 9 1
7 69,8 20,9 2,3
D. Lama Bekerja di UKSW < 9 9-16 17-24 ≥ 25
13 20 9 1
30,2 46,6 20,9 2,3
E. Lama menjadi nasabah asuransi jiwa (tahun) < 8 8-14 15-21
26 13 4
60,5 30,2 9,3
Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jika responden dalam penelitian ini menurut
jenis kelaminnya lebih banyak responden pria yaitu 28 responden (65,1%). Sebagian besar
responden berusia antara 34-43 tahun yaitu sebanyak 23 responden (53,5%) dan diikuti oleh
kelompok usia antara 44-53 berjumlah 11 responden (25,6%).
17
Untuk jenjang pendidikan, sebagian besar responden berasal dari latar belakang
pendidikan S2 yaitu sejumlah 30 responden (69,8%). Untuk jenjang lama bekerja di UKSW,
paling banyak responden bekerja selama 9-16 tahun sejumlah 20 responden (46,6%). Sedangkan
mayoritas responden menjadi nasabah perusahaan asuransi selama < 8 tahun yaitu sejumlah 26
orang (60,5%).
Ditinjau dari jenis asuransi yang diikuti oleh responden, tabel 4 berikut menunjukkan
bahwa PT Prudential Life Assurance merupakan asuransi yang paling banyak di beli oleh
pegawai akademik UKSW dengan jumlah 24 orang (55,8%). Sedangkan PT Sequis Life berada
di urutan kedua dengan jumlah 5 orang (11,6%) dan PT AIA Financial dengan jumlah 5 orang
(11,6%). Sebanyak 3 responden menunjukkan bahwa pernah melakukan pembelian asuransi jiwa
sebelumnya, namun bisa jadi karena kurang puas dengan kinerja perusahaan asuransi jiwa yang
dipilih sebelumnya atau karena merasa bahwa keputusannya kurang tepat dalam memilih maka
responden beralih kepada perusahaan asuransi jiwa yang lain. Hal ini menunjukkan tendensi
kemampuan responden dalam memilih perusahaan asuransi berdasarkan kinerja.
Tabel 4. Perusahaan Asuransi Jiwa yang Dipilih oleh Responden
Perusahaan Asuransi Jiwa Frekuensi Persentase (%) Prudential Life Assurance 24 55,8 Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG 2 4,7 Asuransi Allianz Life Indonesia 3 7 AIA Financial 5 11,6 Sequis Life 5 11,6 AXA Mandiri 3 7 Bumiputera 1 2,3 Total 43 100
Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas
Uji validitas merupakan pengujian setiap indikator pertanyaan dengan membandingkan
nilai r hitung dengan melihat dari koefisien korelasi setiap variabel dengan variabel total. Untuk
menentukan valid atau tidaknya variabel dengan membandingkan r hitung dengan r tabel,
dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel (Nugroho, 2011: 27). Dengan tingkat signifikansi 5
18
% diperoleh r tabel = 0,444. Dengan demikian semua dinyatakan valid, karena masing-masing
variabel yang diuji memiliki koefisien korelasi (r hitung) lebih besar dari r tabel (0,444).
Tabel 5. Uji Validitas
Variabel Corrected Item-Total Correlation Validitas Excessive optimism
P1 P2 P3 P4
0,928 0,879 0,928 0,821
VALID VALID VALID VALID
Overconfidence P5 P6 P7
0,829 0,934 0,773
VALID VALID VALID
Confirmation bias P8 P9
P10 P11
0,766 0,597 0,928 0,880
VALID VALID VALID VALID
Illusion of control P12 P13 P14 P15
0,560 0,555 0,642 0,571
VALID VALID VALID VALID
Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas untuk menunjukan seberapa besar instrument yang digunakan dapat
dipercaya dan digunakan sebagai alat pengumpulan data (Nugroho, 2011: 33). Pengukuran
reliabilitas menggunakan metode alpha cronbach pada nilai alpha dalam skala 0 – 1, yang dapat
dikelompokan menjadi 5 (lima) kelas seperti tabel berikut:
Tabel 6.Tingkat Reliabilitas
Alpha Tingkat Reliabitias 0.00 – 0.20 Kurang reliabel
0.201 – 0.40 Agak reliable 0.401 – 0.60 Cukup reliable 0.601 – 0.80 Reliabel 0.801 – 1.00 Sangat reliable
Sumber : Nugroho, (2011)
19
Tabel 7. Uji Reliabilitas
No. Variabel
Hasil
Perhitungan
Reliabilitas
Cronbach’s Alpha
Reliabilitas
1. Excessive optimism
0,912 Sangat Reliabel
2. Overconfidence
0,784 Reliabel
3. Confirmation bias
0.804 Sangat Reliabel
4. Illusion of control
0,269 Agak Reliabel
Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Berdasarkan hasil di atas, maka dapat diketahui bahwa variable excessive optimism dan
confirmation bias tergolong sangat reliabel. Sedangkan variabel overconfidence tergolong
reliabel dan illusion of control tergolong agak reliabel.
Aspek Bias Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Produk AsuransiJiwa
Aspek psikologis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi diri seseorang dalam
mengambil suatu keputusan. Salah satu kategori dalam penelitian yang dilakukan oleh Shefrin
(2007) yang digunakan pada penelitian ini adalah aspek bias.
Untuk dapat mengetahui aspek bias dalam diri pegawai akademik UKSW termasuk
dalam kategori rendah atau tinggi, maka penelitian ini menggunakan pengalaman pengambilan
keputusan pembelian produk asuransi jiwa para pegawai akademik UKSW. Jika skor nilai
terletak antara rentang 1,00 – 3,00 termasuk kategori rendah, dan 3,01 – 5,00 termasuk kategori
tinggi.
Pada tabel di bawah ini akan dipaparkan mengenai hasil dari aspek psikologis excessive
optimism. Excessive optimism merupakan suatu jenis penyimpangan yang menyebabkan
seberapa seringnya orang menaksir terlalu tinggi terhadap hasil yang baik dan menganggap
remeh hasil yang kurang baik dari pengalaman yang mereka dapat.
20
Tabel 8. Excessive optimism
Bias Psikologis Rata-rata Laki-laki Perempuan
Rata-rata ∑ responden Rata-rata ∑ responden
Excessive optimism 4,32 4,47 28 4,03 15
Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Excessive optimism pada tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata yang diperoleh 4,32 dan
tergolong dalam kategori tinggi. Hasil dari rata-rata tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 40
responden yang terdiri dari 27 responden laki-laki dan 13 responden perempuan memiliki
excessive optimism yang tinggi dalam mengambil keputusan untuk membeli produk asuransi
jiwa dan sebanyak 3 responden yang terdiri dari 1 responden laki-laki dan 2 responden
perempuan memiliki memiliki excessive optimism dalam mengambil keputusan pembelian
produk asuransi jiwa dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat pada saat pegawai akademik
UKSW akan mengambil keputusan untuk membeli produk asuransi jiwa, mereka merasa yakin
produk asuransi jiwa yang dipilihnya akan memberikan keuntungan yang tinggi, dapat
memberikan manfaat bagi keluarganya, dapat memberikan hasil yang lebih baik dimasa
mendatang, dan premi dari produk asuransi jiwa yang dipilihnya dapat dibayar dengan lancar.
Tabel 9.Overconfidence
Bias Psikologis Rata-rata Laki-laki Perempuan
Rata-rata ∑ responden Rata-rata ∑ responden
Overconfidence 3,53 3,64 28 3,31 15
Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Overconfidence memiliki rata-rata yang sebesar 3,53 dan tergolong dalam kategori tinggi.
Hasil dari rata-rata tersebut menunjukkan sebanyak 37 responden yang terdiri dari 26 responden
laki-laki dan 11 responden perempuan memiliki overconfidence yang tinggi dalam pengambilan
keputusan pembelian produk asuransi jiwa dan sebanyak 6 responden yang terdiri dari 2
responden laki-laki dan 4 responden perempuan memiliki overconfidence dalam pengambilan
keputusan pembelian produk asuransi jiwa dalam kategori rendah. Sebagian pegawai akademik
UKSW sangat percaya dengan kemampuan dan pengetahuan yang mereka miliki tentang produk
asuransi jiwa dan mengabaikan masukkan atau saran dari orang lain. Overconfidence dalam
pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa menyebabkan pegawai akademik
21
UKSW merasa percaya diri akan mendapat hasil (proteksi) yang optimal dari produk asuransi
jiwa yang mereka beli.
Tabel 10. Confirmation Bias
Bias Psikologis Rata-rata Laki-laki Perempuan
Rata-rata ∑ responden Rata-rata ∑ responden
Confirmation bias 3,43 3,47 28 3,35 15
Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Confirmation bias dalam tabel 10 memiliki rata-rata sebesar 3,43 dan tergolong dalam
kategori tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa pegawai akademik UKSW memiliki
kecenderungan kearah confirmation bias dalam pengambilan keputusan pembelian produk
asuransi jiwa yang mereka ambil. Hal ini terlihat pada jawaban sebagian besar pegawai
akademik UKSW yang setuju dengan indikator tidak perlu mendengarkan pendapat dari orang
yang bertentangan, menggunakan informasi yang diberikan oleh orang yang sejalan dengan
pemikiran mereka sebagai bahan pertimbangan, lebih memperhatikan pendapat orang yang
sesuai dengan pendapat mereka, serta cenderung mengesampingkan informasi yang tidak sesuai
dengan pemahamannya. Sebagian pegawai akademik UKSW cenderung tidak menerima
pendapat orang lain yang tidak sejalan dengan pendapatnya mengenai produk asuransi jiwa serta
hanya mencari informasi dan menggunakan informasi yang mendukung keputusannya. Kondisi
seperti itulah yang menyebabkan pengambilan keputusan pembelian produk asuransi yang
dilakukan pegawai akademik UKSW menjadi tidak sepenuhnya tepat. Seharusnya pegawai
akademik UKSW tidak hanya mendengarkan pendapat atau informasi yang sejalan, melainkan
mau mendengarkan masukan atau saran dari pihak lain yang dimungkinkan dapat menghasilkan
keputusan yang tidak bias.
Tabel 11.Illusion of Control
Bias Psikologis Rata-rata Laki-laki Perempuan
Rata-rata ∑ responden Rata-rata ∑ responden
Illusion of Control 3,91 4,03 28 3,68 15
Sumber : Data primer yang di olah, 2013
22
Illusion of control pada tabel 11 menunjukkan bahwa rata-rata yang diperoleh sebesar
3,91 dan tergolong dalam kategori tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa sebanyak 42
responden yang terdiri dari 28 responden laki-laki dan 14 responden perempuan memiliki
illusion of control yang tinggi dalam mengambil keputusan untuk membeli produk asuransi jiwa
dan sebanyak 1 responden perempuan memiliki illusion of control dalam pengambilan keputusan
pembelian produk asuransi jiwa dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat pada saat pegawai
akademik UKSW akan mengambil keputusan untuk membeli produk asuransi jiwa, mereka
merasa yakin bahwa asuransi jiwa pilihannya adalah pilihan yang paling baik, asuransi jiwa
pilihannya dapat memberikan proteksi yang lebih baik karena tidak asing lagi dengan produk
asuransi jiwa dan mereka memutuskan sendiri ketika hendak membeli produk asuransi jiwa
tanpa campur tangan dari orang lain. Dalam hal ini pegawai akademik UKSW memiliki kontrol
penuh terhadap produk asuransi jiwa yang akan dibelinya. Semakin familiar seseorang terhadap
suatu hal atau kondisi maka orang akan semakin merasa bisa mengendalikannya. Sebagian besar
pegawai akademik UKSW memiliki pendidikan yang tinggi sehingga mereka tentu sudah
memiliki pengetahuan yang cukup tentang produk asuransi jiwa.
Setelah merinci satu per satu aspek psikologis yang terdapat dalam kategori bias maka
tabel di bawah akan dipaparkan hasil dari penggabungan keempat aspek psikologis tersebut,
yaitu excessive optimism, overconfidence, confirmation bias, dan illusion of control.
Tabel 12. Bias Psikologis
Bias Psikologis Rata-rata Interpretasi Excessive optimism 4,32 Tinggi Illusion of control 3,91 Tinggi Overconfidence 3,53 Tinggi Confirmationbias 3,43 Tinggi
Sumber : Data primer yang di olah, 2013
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa aspek bias excessive optimism atau optimis
yang berlebihan memiliki rata-rata paling tinggi yaitu sebesar 4,32. Di urutan kedua yaitu
illusion of control atau kendali ilusi dengan total rata-rata nilai jawaban responden sebesar 3,91.
Sedangkan di urutan ketiga yaitu overconfidence atau kepercayaan diri yang berlebihan yang
memiliki rata-rata 3,53. Dan di urutan terakhir confirmation bias atau penyimpangan konfirmasi
memiliki rata-rata 3,43.
23
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menemukan bahwa pegawai akademik UKSW cenderung mengalami
bias psikologis dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa. Masing-masing
aspek bias berperan dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa yang
dilakukan oleh pegawai akademik UKSW dan termasuk dalam kategori tinggi. Aspek bias
excessive optimism atau optimis yang berlebihan yang mendominasi dan menduduki urutan
pertama dari keempat aspek bias yang diteliti dengan rata-rata 4,32 yang dimiliki oleh para
pegawai akademik UKSW ketika akan mengambil keputusan membeli produk asuransi jiwa.
Para pegawai akademik UKSW merasa berharap secara berlebihan akan memperoleh hasil yang
sesuai dengan keinginan dan tidak mengharapkan beroleh hasil yang sebaliknya. Ada
kemungkinan pegawai akademik UKSW tersebut merasa yakin produk asuransi jiwa yang
dipilihnya akan memberikan keuntungan yang tinggi, dapat memberikan manfaat bagi
keluarganya, dapat memberikan hasil yang lebih baik dimasa mendatang, dan premi dari produk
asuransi jiwa yang dipilihnya dapat dibayar dengan lancar.
Di urutan kedua yaitu illusion of control atau kendali ilusi dengan total rata-rata nilai
jawaban responden sebesar 3,91 tergolong dalam range tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa
sebagian besar pegawai akademik UKSW cenderung memiliki illusion of control yang tinggi
dalam mengambil keputusan untuk membeli produk asuransi jiwa. Hal ini dapat dilihat pada saat
pegawai akademik UKSW akan mengambil keputusan untuk membeli produk asuransi jiwa,
mereka merasa yakin bahwa asuransi jiwa pilihannya adalah pilihan yang paling baik, asuransi
jiwa pilihannya dapat memberikan proteksi yang lebih baik karena tidak asing lagi dengan
produk asuransi jiwa dan mereka memutuskan sendiri ketika hendak membeli produk asuransi
jiwa tanpa campur tangan dari orang lain.
Sedangkan di urutan ketiga yaitu overconfidence atau kepercayaan diri yang berlebihan
yang memiliki rata-rata 3,53 dan tergolong dalam kategori tinggi. Hasil dari rata-rata tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai akademik UKSW yang menjadi responden dalam
penelitian ini cenderung memiliki overconfidence yang tinggi dalam pengambilan keputusan
pembelian produk asuransi jiwa. Sebagian pegawai akademik UKSW sangat percaya dengan
kemampuan dan pengetahuan yang mereka miliki tentang produk asuransi jiwa dan mengabaikan
masukkan atau saran dari orang lain. Overconfidence dalam pengambilan keputusan pembelian
24
produk asuransi jiwa menyebabkan pegawai akademik UKSW merasa percaya diri akan
mendapat hasil (proteksi) yang optimal dari produk asuransi jiwa yang mereka beli.
Dan di urutan terakhir confirmation bias atau penyimpangan konfirmasi memiliki rata-
rata 3,43 dan tergolong dalam kategori tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa pegawai akademik
UKSW memiliki kecenderungan kearah confirmation bias dalam pengambilan keputusan
pembelian produk asuransi jiwa yang mereka ambil. Hal ini terlihat pada jawaban sebagian besar
pegawai akademik UKSW yang setuju dengan indikator tidak perlu mendengarkan pendapat dari
orang yang bertentangan, menggunakan informasi yang diberikan oleh orang yang sejalan
dengan pemikiran mereka sebagai bahan pertimbangan, lebih memperhatikan pendapat orang
yang sesuai dengan pendapat mereka, serta cenderung mengesampingkan informasi yang tidak
sesuai dengan pemahamannya.
25
KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor aspek bias apa yang paling
mendominasi pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa pegawai akademik UKSW cenderung mengalami bias psikologis dalam
pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa. Masing-masing aspek bias berperan
dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa yang dilakukan oleh pegawai
akademik UKSW dan termasuk dalam kategori tinggi. Aspek bias excessive optimism yang
mendominasi yang dimiliki oleh para pegawai akademik UKSW ketika akan mengambil
keputusan membeli produk asuransi jiwa.
Adanya excessive optimism dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi
jiwa pada pegawai akademik UKSW, berarti dalam mengambil keputusannya berharap secara
berlebihan akan memperoleh hasil yang sesuai dengan keinginan dan tidak mengharapkan
beroleh hasil yang sebaliknya. Cassar dalam Marbun (2010) menyatakan bahwa excessive
optimism paling sering terjadi pada pengusaha yang baru memulai usahanya, pengusaha sangat
yakin akan pasti memperoleh keberhasilan dalam kegiatan operasional bisnis mereka. Hal ini
juga terjadi pada pegawai akademik UKSW yang menjadi responden dalam penelitian ini yang
sebagian besar dari mereka baru pertama kali membeli produk asuransi jiwa, sehingga mereka
sangat yakin akan pasti memperoleh keberhasilan mendapatkan proteksi dari perusahaan asuransi
jiwa yang dipilihnya.
Implikasi
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditemukkan hal-hal yang merupakan implikasi
teoritis dan implikasi terapan. Implikasi teoritis berkenaan dengan sumbangan penelitian bagi
dunia ilmu pengetahuan, sedangkan implikasi terapan mencakup saran-saran yang bermanfaat
bagi para pegawai akademik UKSW Salatiga.
26
Impikasi Teoritis
Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa aspek bias yang dapat berperan dan
menjadi hambatan terhadap psikologis para pegawai akademik UKSW sewaktu pengambilan
keputusan pembelian produk asuransi jiwa.
Menurut Shefrin (2007) terdapat empat kategori aspek bias yang dapat muncul dalam
pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa aspek
bias excessive optimism yang dominan berperan dalam psikologis pegawai akademik UKSW.
Dengan kata lain, pegawai akademik UKSW lebih sering terjebak dalam aspek bias excessive
optimism dibandingkan dengan kategori aspek bias yang lain, berarti dalam mengambil
keputusannya berharap secara berlebihan akan memperoleh hasil yang sesuai dengan keinginan
dan tidak mengharapkan beroleh hasil yang sebaliknya.
Implikasi Terapan
Dari kesimpulan penelitian yang diperoleh terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
dan menjadi masukan bagi para pegawai akademik UKSW sebagai pengambil keputusan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengambilan keputusan pembelian produk asuransi jiwa yang
dilakukan oleh pegawai akademik UKSW, aspek bias yang paling berperan adalah excessive
optimism oleh karena itu para pegawai akademik UKSW harus berhati-hati mengendalikan
keyakinan akan produk asuransi jiwa yang dipilihnya akan memberikan keuntungan yang tinggi,
dapat memberikan manfaat bagi keluarganya, dapat memberikan hasil yang lebih baik dimasa
mendatang, dan premi dari produk asuransi jiwa yang dipilihnya dapat dibayar dengan lancar.
Keterbatasan Penelitian dan Saran
Keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain : (1) cara mengukur masing-masing bias
berbeda; (2) penelitian ini mengambil sampel dari responden yang karakteristiknya tergolong
homogen yaitu semuanya memiliki pendapatan yang tetap dan rata-rata berpendidikan yang
tinggi; (3) kuesioner dalam penelitian ini mungkin mengandung unsur leading questions artinya
kuesioner yang sifatnya mengarahkan jawaban responden.
Saran untuk penelitian yang mendatang dapat mengambil responden yang
karakteristiknya tergolong heterogen sehingga jawaban responden akan lebih bervariasi. Untuk
27
kuesioner penelitian selanjutnya dapat menggunakan kuesioner terbuka. Penelitian ini hanya
melihat aspek bias overconfidence dalam pengambilan keputusan pembelian produk asuransi
jiwa atas kemampuan sehingga tidak menggunakan calibration test, maka penelitian selanjutnya
diharapkan dapat mengukur aspek bias overconfidence dalam pengambilan keputusan pembelian
produk asuransi jiwa atas pengetahuan dengan menggunakan calibration test.
28
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Z., 2006. Pengantar Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.
Djojosoedarso, Soeisno, 1999. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Salemba Empat,
Jakarta.
Djumena, Erlangga, 2011. Kesalahan Ketika Membeli Asuransi.