BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ulkus decubitus adalah luka pada kulit dan jaringan dibawahnya yang terjadi karena tekanan yang terus – menerus akibat tirah baring total yang lama. Tirah baring total disini maksudnya adalah penderita yang karena terpaksa berbaring terus – menerus dan tidak dapat bergerak/ immobilisasi. Luka decubitus akan terjadi bila penderita tidak dirubah posisi berbaringnya minimal dalam waktu 2 kali 24 jam. Biasanya terjadi pada daerah yang mendapat tekanan gaya berat dalam jangka waktu yang lama seperti pantat, punggung, siku atau terkadang terdapat pada mata kaki/ tumit. Ulkus decubitus erat sekali hubungannya dengan kualitas perawatan sehingga angka kejadian decubitus tersebut dijadikan sebagai indikator mutu pelayanan Rumah Sakit. Berdasarkan pengalaman pada pasien- pasien yang dirawat dalam kondisi tirah baring total tanpa perubahan posisi selama kurang lebih 2 kali 24 jam disertai dengan kebersihan diri yang buruk akan didapatkan luka decubitus. Ulkus decubitus tidak selalu terjadi pada pasien atau orang – orang yang tidak bisa bangkit dari tempat tidur. Beberapa pasien yang bisa bangkit dari tempat tidur tetapi lebih banyak duduk di
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ulkus decubitus adalah luka pada kulit dan jaringan dibawahnya yang
terjadi karena tekanan yang terus – menerus akibat tirah baring total yang lama.
Tirah baring total disini maksudnya adalah penderita yang karena terpaksa
berbaring terus – menerus dan tidak dapat bergerak/ immobilisasi. Luka decubitus
akan terjadi bila penderita tidak dirubah posisi berbaringnya minimal dalam waktu
2 kali 24 jam. Biasanya terjadi pada daerah yang mendapat tekanan gaya berat
dalam jangka waktu yang lama seperti pantat, punggung, siku atau terkadang
terdapat pada mata kaki/ tumit.
Ulkus decubitus erat sekali hubungannya dengan kualitas perawatan
sehingga angka kejadian decubitus tersebut dijadikan sebagai indikator mutu
pelayanan Rumah Sakit.
Berdasarkan pengalaman pada pasien- pasien yang dirawat dalam
kondisi tirah baring total tanpa perubahan posisi selama kurang lebih 2 kali 24 jam
disertai dengan kebersihan diri yang buruk akan didapatkan luka decubitus. Ulkus
decubitus tidak selalu terjadi pada pasien atau orang – orang yang tidak bisa
bangkit dari tempat tidur. Beberapa pasien yang bisa bangkit dari tempat tidur
tetapi lebih banyak duduk di kursi bisa juga terkena ulkus decubitus jika tidak
dirawat dengan baik. Pasien yang tua maupun yang muda bisa saja terkena
gangguan ini. (Wolf. Weitzel & Fuerst, 1989)
Immobilisasi memiliki faktor resiko yang sering menyebabkan luka
tekan. Berbagai faktor dan kondisi- kondisi yang umumnya pada lansia ( misalnya
stroke, dimensia, artritis ) dapat menyebabkan orang tersebut dalam kondisi
berbaring yang lama sehingga membuat seseorang berada pada resiko terjadinya
ulkus decubitus. Faktor- faktor resiko lainnya yang menyebabkan berkembangnya
luka tekan adalah inkontinensia urine atau fekal, kondisi malnutrisi, dan defisit
sensori (Lynda Juall C, 1998). Ulkus decubitus harus segera diatasi karena bisa
mengganggu keadaan kesehatan pasien, mempersulit kesembuhan penyakit, bisa
mengancam jiwa pasien yang lemah, menimbulkan infeksi, dan jika
penyembuhannya lama maka diperlukan biaya perawatan yang banyak ( Wolf-
Weitzel & Fuerst, 1989 )
Dan pencegahan adalah tanggung jawab semua tenaga kesehatan di RS.
Disinilah salah satu peran perawat sebagai petugas kesehatan yang paling dekat
dengan pasien diperlukan .Tindakan pencegahan tersebut dilakukan untuk
pencegahan decubitus dengan cara teratur( 2 jam sekali) merubah posisi pasien
dengan hati- hati sambil menjaga agar pasien tetap bersih, kering dan mendapat
gizi dan cairan yang cukup. (Wolf-Weitzel & Fuerst, 1989)
Menghilangkan tekanan adalah suatu intervensi yang harus tercakup dalam
rencana perawatan semua luka tekan. Suatu tekanan yang menurunkan permukaan
landasan/ matras/ kasur tidak harus sepenuhnya ditekan oleh tubuh. Untuk
menjadi efektif permukaan landasan harus dapat mendistribusikan berat badan
keseluruh permukaan. Kenyamanan bukan merupakan kriteria yang utama yang
menentukan bahwa tekana sudah terbagi rata. Pengecekan dengan tangan harus
dilakukan untuk mengetahui apakah suatu produk sudah efektif dalam
mendistribusikan tekanan. Oleh karena itu perawat harus berupaya meminimalkan
kejadian decubitus dengan melakukan perawatan yang baik ( Carpenito,L.J ,
1998).
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk lebih memperjelas pembahasan, penulis membatasi permasalahan
tentang Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Tn. S dengan kasus Ulkus
Decubitus di RSUD Dr. Syaiful Anwar, Ruang 14, Malang.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. S dengan Ulkus
Decubitus di Ruang 14, RSUD Dr. Syaiful Anwar, Malang.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
integumen khususnya pada klien ulkus decubitus, mahasiswa mampu :
a. Mengetahui gambaran konkrit klien dengan ulkus decubitus.
b. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem
integumen (ulkus decubitus)
c. Merumuskan diagnosa , perencanaan, dan melakukan
intervensi yang spesifik pada klien dengan gangguan sistem integumen
(ulkus decubitus)
d. Melakukan evaluasi berdasarkan kriteria standart yang telah
ditetapkan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Wolf. Weitzel & Fuerst (1989: 354) dalam Dasar – dasar Ilmu
Keperawatan, mengartikan ulkus decubitus adalah suatu daerah yang mati
jaringan disebabkan karena kurangnya aliran darah didaerah yang bersangkutan.
Decubitus berasal dari bahasa latin yang artinya berbaring. Berbaring tidak selalu
menyebabkan terjadinya luka baring. Karena itu sebagian orang lebih menyukai
istilah luka tekan ( pressure sore) karena tekananlah yang merupakan penyebab
utama terjadinya ulkus decubitus.
B. PERUBAHAN PATOLOGIK
Perubahan patologis di tempat ulkus decubitus disebabkan karena
terlipatnya pembuluh darah, terutama pembuluh darah arteri dan kapiler di daerah
yang terkena ulkus decubitus. Jika aliran darah terhambat, maka sel- sel tidak
mendapat cukup zat makanan dan sampah hasil metabolisme tertumpuk sehingga
sulit diangkut. Akhirnya sel mati, kulit pecah dan terjadilah lubang yang dangkal
dan luka.
Tanda pertama yang menunjukkan terjadinya ulkus decubitus adalah
daerah kulit yang tertekan menjadi putih dan pucat dan bukan berwarna merah
muda sebagaimana kulit yang sehat. Kekurangan darah disuatu bagian tubuh
karena aliran darah yang kurang baik disebut iskemik.
Jika tekanan itu dikurang, maka iskemik segera diikuti oleh hyperemia,
yaitu mengalirnya darah dalam jumlah banyak di daerah tersebut.daerah itu
kemudian kelihatan merah dan terasa hangat karena terjadi hyperemia yang
merupakan mekanisme untuk mengimbangi. Dapat dikatakan bahwa darah
membanjiri daerah itu untuk memberi zat makanan dan menyingkirkan sampah
hasil metabolisme. Gejala ini disebut reactive hyperemia.
Tekanan berat yang bergeser ke arah yang berlawanan sering kali
merupakan penyebab ulkus decubitus. Tekanan berat itu terjadi apabila lapisan
jaringan tertindih satu sama lain. Pembuluh darah yang kecil dan pembuluh darah
kapiler jadi meregang dan bisa pecah, sehingga mengakibatkan sedikitnya aliran
darah dalam jaringan sel di bawah kulit. Akhirnya tampak sobekan kecil dalam
kulit yang menyebabkan matinya jaringan dibawahnya.
C. DERAJAT ULKUS DECUBITUS
1. Derajat I : iskemik, hyperemia yang kembali walaupun tahanan dilepas,
indurasi tidak ada.
2. Derajat II : kemerahan menetap, ada oedema, terdapat indurasi, lepuh
(blister), terjadi erosi.
3. Derajat III : ada lesi terbuka dan lubang sampai jaringan subkutan, fasia
terlihat di dasar ulkus.
4. Derajat IV : nekrosis meluas melewati fasiadan dapat mencapai tulang.
Bisa terjadi periostitis, osteotitis, osteomielitis. ( Carpenito , L.J ,1998 )
D. TEMPAT TERJADINYA ULKUS DECUBITUS
Menurut M. Bouwhuizen ( 1986 ) dalam Ilmu Keperawatan menyebutkan
tempat- tempat yang sering terancam bahaya ulkus decubitus adalah :
1. Pada penderita pada posisi terlentang : pada daerah belakang kepala,
daerah tulang belikat, daerah bokong dan tumit.
2. Pada penderita dengan posisi miring: daerah pnggir kepala( terutama daun
telinga ), bahu, siku, daerah pangkal paha, kulit pergelangan kaki dan bagian
atas jari- jari kaki.
3. Pada penderita dengan posisi tengkurap : dahi, lengan atas, tulang iga,
lutut.
E. FAKTOR- FAKTOR YANG MENYEBABKAN ULKUS DECUBITUS
Lynda Juall Capernito (1998:749) dalam Diagnosa Keperawatan
menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya ulkus
decubitus / kerusakan integritas kulit, yaitu:
1. Faktor Umum:
a. Tekanan : menekan dengan kekuatan kebawah area
yang diberikan
b. Robekan : kerusakan paralel, vertikal, horizontal
maupun longitudinal dimana satu lapis jaringan bergerak kearah yang
berlawanan.
c. Maserasi : mekanisme dimana jaringan menjadi
lunak karena basah terlalu lama atau terendam, sehingga epidermis mudah
erosi
d. Friksi : proses fisiologis. Jika kulit tegosok melawan
linen/ sprei, epidermis dapat gundul dengan abrasio
2. Faktor Pediatrik
a. Bayi baru lahir umumnya menunjukkan variasi kulit
yang normal
b. Beberapa kondisi kulit yang umum yang
mengenaianak- anak pada kelompok usia spesifik (atopik, seboroik dan
dermatitis)
c. Bayi dan anak yang mempunyai epidermis tipis.
3. Faktor Gerontologi
a. Elastin yang memberikan fleksibilitas pada kulit
menurun seiring pertambahan usia.
b. Kekuatan kulit menurun, berhubungan dengan
hilangnya kolagen dari dermis.
c. Beberapa lansia menunjukkan kulit yang mengkilap,
kendur, tipis.
d. Lemak subkutan berkurang sesuai dengan penuaan.
e. Kondisi yang mengarah pada malnutrisi yang biasa
terjadi pada lansia.
f. Kondisi kesehatan lansia yang dapat menyebabkan
immobilisasi.
4. Faktor Transkultural
a. Makin gelap kulit seseorang makin sulit untuk
mengkaji perubahan warna kulit. Data dasar warna kulit harus dikaji pada
area yang kurang pigmentasinya, misal: telapak tangan, telapak kaki,
perut, dan bokong (fuller & schaller, agers 1990 dalam capernito, 1998)
b. Semua warna kulit mempunyai tonus merah yang
mendasarinya. Pucat dapat dikaji pada membran mukosa, bibir, kuku,
konjungtiva, dan kelopak mata bawah(boyle & andrew dalam capernito,
1998)
c. Untuk mengkaji ruam dan inflamasi pada kulit
hitam, perawat harus peka pada saat palpasi untuk kehangatan dan
indurasi.
F. ETIOLOGI
1. Tekanan yang berlebihan atau lama, dapat menekan
pembuluh darah, menyebabkan iskemia, inflamasi dan nekrosis jaringan.
2. Pergeseran terjadi karena adanya gesekan dengan
permukaan kulit atau jaringan epitel. ( smeltzer & brenda ,2001 )
G. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
1. Primer, luka insisi pembedahan dan laserasi kecil yang
dijahit, sembuh secara primer (luka lebih cepat sembuh dan jaringan paret
yang terbentuk sedikit)
2. Sekunder, jumlah jaringan yang hilanglebih banyak,eksudat
radang dan nekrotik debris yang perlu disingkirkan lebih banyak,
pembentukan jaringan granulasi lebih banyak.
3. Tersier, terjadi bila didpatkan rentang waktu yang cukup
lama(>6 jam) antara terjadinya luka dengan waktu penjahitan.
( Carpenito ,L.J , 1998 )
H. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan luka decubitus
2. Terapi fisik, dengan menggunakan pusaran air untuk
menghilangkan jaringan yang mati.
3. Terapi obat :
a. Obat antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan
bakteri
b. Antibiotik prupilaksis agar luka tidak terinfeksi
4. Terapi diet
Agar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus adekuat
yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Umur/usia perlu ditanyakan karena adanya hubungan dengan proses
penyembuhan luka atau regenerasi sel.Sedangkan ras dan suku bangsa perlu
dikaji karena kulit yang tampak normal pada ras dan kebangsaan tertentu
kadang tampak abnormal pada klien dengan ras dan kebangsaan lain
(Smeltzer & Brenda, 2001). Pekerjaan dan hobi klien juga ditanyakan untuk
mengetahui apakah klien banyak duduk atau sedikit beraktivitas sehingga
terjadi penekanan pembuluh darah yang menyebabkan suplai oksigen
berkurang, sel- sel tidak mendapat cukup zat makanan dan sampah hasil sisa
metabolisme tertumpuk. Akhirnya sel-sel matai, kulit pecah dan terjadilah
lubang yang dangkal dan luka dekubitus pada permukaan( Carpenito , L.J ,
1998 ).
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien sehingga ia
mencari pertolongan. Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu
adanya rasa nyeri. Lokasi luka biasanya terdapat pada daerah- daerah yang
menonjol, misalnya pada daerah belakang kepala, daerah bokong, tumit,
bahu, dan daerah pangkal paha yang mengalami ischemia sehingga terjadi
ulkus decubitus (Bouwhuizen , 1986 ).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi
keluhan, intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau
memperingan serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan
upaya- upaya yang telah dilakukan perawat disini harus menghubungkan
masalah kulit dengan gejalanya seperti: gatal, panas, mati rasa, immobilisasi,
01. 17 Mei 2004 Gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan infeksi nosokomial.
02. 17 Mei 2004 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
03. 17 Mei 2004 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan mekanis dari jaringan sekunder akibat tekanan karena immobilitas yang terlalu lama.
04. 17 Mei 2004 Gangguan bowel eliminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan penurunan peristaltic secunder dampak dari immobilisasi dan intake yang kurang.
05. 17 Mei 2004 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan keterbatasan gerak atau immobilisasi.
06. 17 Mei 2004 Resiko perluasan infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang menurun.
07. 17 Mei 2004 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan paraplegi.
08. 17 Mei 2004 Gangguan body image berhubungan dengan hilangnya beberapa fungsi tubuh.
09. 17 Mei 2004 Defist perawatan diri berhubungan dengan immobilisasi yang lama.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.S
Umur : 39 Tahun
No. REG : 0409003
Tgl.DX No.DX Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Criteria Hasil Intervensi Rasional
17 Mei
2004
01. Gangguan rasa nyaman
(peningkatan suhu tubuh)
berhubungan dengan
infeksi nosokomial.
Tujuan :
Suhu klien turun sampai
dengan nilai normal.
Criteria standart :
DS :
1. Klien tidak mengigau
2. Klien tidak mengeluh
panas.
DO :
1. Kulit teraba hangat.
2. Adanya nafsu makan.
3. Klien tidak tampak
1. Mo
nitor TTV.
2. Beri
kompres hangat pada
daerah hipotalamus dan
lipatan-lipatan kulit.
3. Anj
urkan klien untuk
1. T
TV sebagai tolak ukur
keadaan pasien
2. Pe
mbuluh darah akan
dilatasi bi;a diberi
kompres hangat dan
hal ini akan
mempercepat
penguapan sehingga
panas turun.
3. Su
hu dalam tubuh akan
lemah.
4. TTV :
a. Respirasi : 16-20X/m
b. Suhu : 35,5-36,5
c. DN : 60-100 X/mnt
d. TD : 120/80 mmHg.
banyak minum.
4. Kol
aborasi pe,berian
paracetamol.
5. Liba
tkan keluarga dalam
memberi perawatan.
6. men
ganjurkan kepada
keluarga untuk
memberikan pakaian
pada kien yang mampu
menyerap keringat.
meningkat dan salah
satu penuebabnya
adalah kekurangan
cairan.
4. Ke
luarga sebagai orang
terdekat bagi klien.
5. m
empercepat proses
penguapan.
6. ag
ar keringat cepat
kering sehingga tubuh
klien tidak lembab dan
bau keringat.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.S
Umur : 39 Tahun
No. REG : 0409003
Tgl.DX No.DX Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Criteria Hasil Intervensi Rasional
17 Mei
2004
02. Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual
dan muntah
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi secara adekuat.
Criteria standart :
1. Jelaskan pentingnya
nutrisi (protein,
kabohidrat, vitamin)
2. Anjurkan porsi
makan sedikit tapi
1. Intak
e protein, karbohidrat dan
vitamin yang adekuat akan
meningkatkan granulasi
jaringan untuk proses
penyembuhan luka.
2. Lam
DS :
1. Keluarga klien
mengatakan klien
menghabiskan porsi makan
yang disediakan.
2. Keluarga mengatakan
bahwa klien minum susu
proten dan air putih +/- 750
CC.
DO :
1. Terapi diet NS TKTP II
ekstra telur dan proten
dihabiskan.
2. Lab albumin : 3,5-5,5
mg/dl.
3. TTV :
a. Respirasi : 16-20X/m
b. Suhu : 35,5-36,5
c. DN : 60-100 X/mnt
d. TD : 120/80 mmhg.
sering.
3. Lakukan oral
hygine sebelum makan.
4. Dorong klien untuk
memandang diit sebagai
pengobatan dan untuk
membuat pilihan
makanan atau minuman
tinggi proten dan kalori.
5. Diskusikan
makanan yang disukai
klien. Dorong keluarga
terdekat untuk
bung yang meregang
akibat makanan yang
berlebihan akan
merangsang aferen
visceral vegal dan medulla
obiogata (pusat muntah).
3. Mulu
t yang bersih dan segar
dapat meingkatkan nafsu
makan.
4. Kalo
ri dan proten diperlukan
untuk mempertahankan
berat badan dan
meningkatkan
penyembuhan luka.
5. Dapa
4. Bising usus :
5-15X/mnt
5. Tidak mual dan
muntah.
6. Tubuh tersa segar.
membawa makanan dari
rumah yang disukai.
6. Kolaborasi dengan :
Tim medis
untuk pemberian
infuse albumin
behring 20%
(100ml).
Tim gizi
Pemberian
antiematik.
t meningkatkan intake
makanan klien dan nafsu
makan.
6. Rasi
onal :
Meningkatkan kadar
albumin yang
diperlukan.
Perlu bantuan dalam
perencanaan diit yang
memenuhi kebutuhan
nutrisi.
Untuk menghilangkan
mual atau muntah
sehingga pemasukan
oral meningkat.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.S
Umur : 39 Tahun
No. REG : 0409003
Tgl.DX No.DX Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Criteria Hasil Intervensi Rasional
17 Mei
2004
03. Kerusakan integritas kulit
yang berhubungan dengan
kerusakan mekanis dari
jaringan sekunder akibat
tekanan karena
immobilitas yang terlalu
lama
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan maka : Tidak
terjadi kerusakan yang lebih
parah dan integritas kulit
terpelihara.
Criteria standart :
1. Keadaan luka membaik
{granulasi (+), PUS (-)}
2. TTV dalam batas
normal
a. Respirasi : 16-20X/m
b. Suhu : 35,5-36,5oc.
1. Kaji atau catat,
ukuran, warna,
kedalaman luka.
Perhatikan jaringan
nekrotik dan kondisi
sekitar luka.
2. Identifikasi derajat
perkembangan luka
tekan (ulkus).
3. Kurangi atau
hilangkan factor-faktor
yang mempengaruhi
berkembangnya atau
1. Mengetahui
keadaan luka dan
kelainan yang ada
didaerah sekitar luka.
2. Mengetahui tingkat
keparahan kepada luka.
3. Mencegah
terjadinya luka yang
lebih luas.
c. DN : 60-100 X/mnt
d. TD : 120/80 mmhg.
3. menunjukan
penyembuhan ulcus
dermal yang progresif.
4. menunjukan regenerasi
jaringan.
5. klien dapat
berpartisipasi dalam
rencana pengobatan untuk
meningkatkan
penyembuhan jaringan
luka.
meluasnya ulcus.
4. Pantau TTV
5. Anjurkan kepada
keluarga untuk
memotifasi klien agar
meningkatkan intake
makanan.
6. Anjurkan keluarga
untuk membantu klien
melakukan mobilisasi
dengan miring kanan
atau miring kiri setiap 2
jam sekali.
4. Peningkatan suhu
dan denyut nadi akan
menunjukan infeksi
pada luka.
5. Peningkatan intake
makanan (terutama
protein) akan
meningkatkan proses
penyembuhan luka.
6. Mobilisasi dapat
mengurangi tekanan
pada daerah luka.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.S
Umur : 39 Tahun
No. REG : 0409003
Tgl.DX No.DX Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Criteria Hasil Intervensi Rasional
17 Mei
2004
04. Gangguan bowel eliminasi
(BAB) berhubungan
dengan penurunan
peristaltic secunder
terhadap immobilisasi dan
intake yang kurang.
Tujuan :
1. Mempertahankan pola
eliminasi biasanya.
2. Klien akan menunjukan
adanya peningkatan
peristaltic usus.
Criteria standart :
DS :
1. Keluarga klien
mengatakan bahwa klien
mengatakan bahwa klien
sudah BAB teratur setiap
hari.
1. Auskultasi bising
usus adanya distensi
abdoment.
2. Kaji ulang program
obat saat ini.
3. Anjurkan klien
menghabiskan porsi
makannya dan menaikan
1. Penurunan bising
usus, pasase feses
bentuk keras/kering
diduga konstipasi dan
memerlukan intervensi
lanjut untuk
mengatasinya.
2. Efek samping
beberapa obat dapat
menimbulkan masalah.
3. Mencegah distensi
abdoment.
2. Kelurga mengatakan
bahwa klien menghabiskan
minum sebanyak +/- 2
lt/hari.
DO :
1. Bising usus
5-15X/mnt.
2. Klien menghabiskan
makanannya setiap kali
porsi makan.
3. Klien dapat melakukan
mobilitas.
intake cairan (+/- 2
lt/hari).
4. Bantu klien
mobilisasi pasif ditempat
tidur.
5. Anjurkan dan dorong
klien untuk makan buah-
buahan (missal dan
papaya).
6. Berikan privasi pada
saat klien diatas pispot
(eliminasi).
4. Dengan aktifitas
dapat merangsang
peristaltic,
meningkatkan
kembalinya aktivitas
usus normal.
5. Buah-buahan
mengandung serat dan
dapat memper baiki
konsistensi feses.
6. Memberikan
kenyamanan psikologis
yang dibutuhkan saat
eliminasi.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.S
Umur : 39 Tahun
No. REG : 0409003
Tgl.DX No.DX Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Criteria Hasil Intervensi Rasional
17 Mei
2004
05. Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan
keterbatasan gerak atau
immobilisasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan maka kondisi
klien menunjukan perfusi
jaringan yang adekuat
dibuktikan dengan adanya
oedema dan TTV yang dalam
batas normal.
Criteria hasil :
DS :
1. Klien mengatakan
sudah tidak kesemutan
1. Awasi tanda
vital, palpasi nadi
perifer, perhatikan
kekuatan dan persamaan.
2. Kaji warna
kulit dan suhu pada
daerah yang
immobilisasi.
3. Pantau cairan
1. Indicator
umum status sirkulasi
dan keadekuatan
perfusi.
2. Prubahan
warna kulit
danperubahan suhu
mengindikasikan
adanya gangguan
sirkulasi yang
mengakibatkan
nekrosis jaringan.
lagi.
DO :
1. Oedema pada daerah
ekstrimitas berkurang
sampai keadaan kembali
normal.
2. Ekstrimitas klien,
terutama tangan kiri klien
tidak pucat.
3. CRT kembali kurang
dari 2 detik.
4. TTV :
a. Respirasi: 16-20 X/
menit.
b. Suhu : 35,5-36,5oc.
c. DN : 60-100 X/mnt
d. TD : 120/80 mmhg.
pemberian secara iv
sesuai degan indikasi.
4. Awasi
pemeriksaan lab, contoh
hb, leukosit.
5. Anjurkan
pemeberian lotion pada
kulit klien yang oedema.
6. Bantu klien
untuk melakukan rom
ditempat tidur.
3. Mempertaha
nkan volume sirkulasi
untuk memaksimalkan
perfusi jaringan.
4. Indicator
hipovolemia atau
dehedrasi yang dapat
menggangu perfusi
jaringan.
5. Dengan
memberikan lotion
maka kelembaban kulit
akan terjaga.
6. Meningkatk
an sirkulasi yang
adekuat.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.S
Umur : 39 Tahun
No. REG : 0409003
Tgl.DX No.DX Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Criteria Hasil Intervensi Rasional
17 Mei
2004
06. Resiko perluasan infeksi
berhubungan dengan
pertahanan tubuh yang
menurun
Tujuan :
1. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
maka tidak terjadi
perluasan infeksi.
Criteria standart :
DS :
1. Keluarga klien
mengatakan kondisi klien
lebih segar.
2. Keluarga klien
mengatakan bahwa suhu
1. Kaji bagian luka,
perhatikan keluhan
kenaikan nyeri atau rasa
terbakar, oedem,
eritema, atau bau busuk.
2. Pantau suhu tubuh
secara teratur , catat
adanya demam,
menggigil dan
diaphoresis.
3. Berikan kompres
hangat pada saat terjadi
peningkatan suhu.
1. dapat mengindikasi
terjadinya perluasan
infeksi.
2. dapat mengindikasi
perkembangan sepsis
yang selamjutnya
memerlukan tindakan
segera.
3. kompres hangat
memperluas pori-pori
dan mepercepat
tubuh klien sudah stabil.
DO :
1. TTV :
a. Respirasi : 16-20
X/menit.
b. Suhu : 35,5-36,5oc.
c. DN : 60-100 X/mnt
d. TD : 120/80 mmhg.
2. Pertahanan barier atau
daya tahan tubuh
meningkat.
3. Klien menghabiskan
makanannya setiap porsi
makan.
4. Motifasi klien
menghabiskan porsi
makannya.
5. Lakukan teknik
aseptic dan antiseptic
pada saat melakukan
perawatan.
6. Kolaborasi
pemeriksaan
laboratorium (leukosit).
penguapan.
4. asupan nutrisi yang
adekuat meningkatkan
daya tahan tubuh dan
mempercepat proses
penyembuhan luka.
5. mencegah infeksi
dan kontaminasi
silang.
6. peningkatan jumlah
leukosit
mengindikasikan
adanya infeksi.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.S
Umur : 39 Tahun
No. REG : 0409003
Tgl.DX No.DX Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Criteria Hasil Intervensi Rasional
17 Mei
2004
07. keterbatasan aktivitas yang
berhubungan dengan
paraplegi.
Tujuan :
Setelah dilakukan intevensi
keperawatan klien dengan
dibantu keluarga dapat
beraktifitas miring kanan dan
kiri dan melatih ROM kedua
tangan.
Criteria hasil :
DS :
1. Klien megatakan
mampu menggerak-
gerakan tangannya.
1. Kaji gangguan fungsi
motorik.
2. Bantu klien untuk
sedikit mobilasi.
3. Anjurkan keluarga
untuk membantu klien
1. Mengetahui
kekuatan otot dan
koordinasi tubuh yang
memungkinkan untuk
dapat beraktivitas.
2. Aktifitas dan
perubahan posisi
diyakini dapat
memperlancar
peredaran darah ke
ekstrimitas bawah.
3. Meminimalkan
tekanan pada area
DO :
1. Klien dapat
mempertahankan TTV
dalam batas yang normal.
2. Klien mengalami
peningkatan altifitas
(dfibantu keluarga).
miring kanan atau kiri
tiap 2 jam sekali.
4. Awasi ttv dan respon
klien terhadap aktivitas.
5. Anjurkan kepada
klien untuk beraktivitas
sesuai dengan toleransi
dengan dibantu
keluarga.
tertentu agar kerusakan
jaringan tidak semakin
parah.
4. Menyebutkan
parometer yang
membantu dalam
respon fisiologis
terhadap stress
aktifitas.
5. Kemajuan aktivitas
secara bertahap dapat
mencegah peningkatan
kerja jantung yang
tiba-tiba.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.S
Umur : 39 Tahun
No. REG : 0409003
Tgl.DX No.DX Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Criteria Hasil Intervensi Rasional
17 Mei
2004
08. Gangguan Body Image
yang berhubungan dengan
hilangnya beberapa fungsi
tubuh.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan maka kepercayaan
diri klien perlahan-lahan akan
meningkat.
Criteria hasil :
DS :
1. Klien mengatakan
menerima keadaannya
sekarang.
2. Klien mulai menyadari
dampak kehilangan fungsi
tubuh pada diri.
1. Tinjau ulang keadaan
yang mempengaruhi
klien sehingga sehingga
merasa tidak berdaya
tanpa harapan atau
kehilangan control atas
kehidupan.
2. Bina hubungan saling
percaya perawat dank
lien.
3. Dorong klien untuk
m,engungkapkan
1. Dijadikan indicator
ketidak mampuan yang
membutuhkan tindakan
untuk mencegah atau
mengatasi.
2. Mendorong klien
bebas mengungkapkan
perasaaan yang tidak
berdaya.
3. Membantu klioen
mengembangkan
DO :
1. Klien mulai
menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi.
2. Klien mulai belajar
memahami peran barunya.
3. Tidak emosi.
4. Tidur sudah mulai
nyenyak.
5. Menunjukan
kemampuan memecahkan
masalah.
perasaannya, terutama
cara ia merasakan
sesuatu, berpikir atau
memandang dirinya.
4. Kaji perilaku dan
tanda emosi klien.
5. Dorong klien untuk
bertanya tentang
masalah kesehatan,
pengobatan dan
kemungkinan hasilnya.
6. Bersikap sabar dan
empati terhadap
perubahan pengalaman
emosi klien
7. Sediakan lingkungan
yang kondusif dan tidak
koping dan
memperbaiki tingkat
ketidak mampuan.
4. Mengetahui
mekanisme koping
yang digunakan.
5. Meningkatkan
pengetahuan klien.
6. Menunjukan adanya
dorongan orang lain
terhadap klien dalam
membentuk
mekanisme koping
yang pasif.
7. Menurunkan
ansietas dan
menstimulasi.
8. Memberikan
reinforcement pada klien
dan keluarga bila
melakukan tindakan
keperawatan.
9. Memberikan support
system kepada keluarga.
menyediakan control
bagi klien selama krisis
situasi.
8. Meningkatkan harga
diri klien.
9. Meningkatkan
mekanisme koping
yang pasif.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.S
Umur : 39 Tahun
No. REG : 0409003
Tgl.DX No.DX Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Criteria Hasil Intervensi Rasional
17 Mei
2004
09. Deficit perawatan diri yang
berhubungan dengan
keterbatasan fisik sekunder
terhadap paraplegi.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan diharapkan klien
dibantu keluargan dapat
memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
Criteria hasil :
DS :
1. Klien megatakan
keadaannya lebih segar.
1. Jelaskan pentingnya
personal hygine bagi
kesehatan klien.
2. Anjurkan keluarga
untuk mermbantu klien
melakukan oral hygine.
3. Anjurkan keluarga
untuk membersihkan
telinga klien, menyeka
klien 2x/hari dan
1. Informasi yang
diberikan dapat
memotifasi klien dan
keluarga untuk
menjaaga
kebersihannya.
2. Membersihkan
daerah mulut dan
mengurangi bau.
3. Meningkatkan
kebersihan diri klien
agar tubuhnya bersih
sehingga mencegah
DO :
1. Kulit bersih, bau badan
tidak ada.
2. Mulut bersih dan tidak
berbau.
3. Telinga tidak ada
serument.
4. Klien menunjukan
kebersihan optimal
sesudah perawatan dengan
dibantu dengan keluarga.
menyisir reambut.
4. Dorong klien
menggunakan area yang
lumpuh dalam tindakan
perawatn diri.
infeksi kuman yang
berasal dari tubuhnya.
4. Memperhatikan
dan mempergunakan
area yang mengalami
penurnan fungsi.
CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.S
Umur : 39 Tahun
No.REG : 409003
No. TanggalNo.
DXTindakan TT
01. 18 Mei
2004
I 1. Monitor TTV
2. Memberi kompres hangat pada daerah
hipotalamus dan lipatan-lipatan kulit.
3. Menganjurkan klien untuk banyak minum.
4. Menganjurkan keluarga untuk memotifasi
klien mau banyak inum dan mengompres
hangat.
5. Berkolaborasi pemberian paracetamol.
02. 18 Mei
2004
1. Membuat jadwal masukan intake tiap jam.
2. Menganjurkan klien untuk menghabiskan
porsi makanan.
3. Auskultasi bising usus.
4. Mengukur lingkar lengan.
5. Menganjurkan klien untuk menjaga
kebersihan gigi dan mulut.
6. Memberi pengetahuan kepada klien tentang
manfaat nutrisi bagi kesembuhan luka.
03. 18 Mei
2004
1. Mengidentifikasi derajat perkembanga luka
tekan.
2. Menganjurkan klien untuk mobilisasi
(miring kanan dan miring kiri).
3. Memonitor ttv.
4. Menganjurkan klien untuk menghabiskan
porsi makanan.
5. Memotifasi keluarga untuk mendorong klien
agar mau makan.
6. Menganjurkan keluarga klien untuk
membantu mobilisasi setiap 2 jam sekali di
tempat tidur.
7. Mengakaji keadaan kulit disekitar luka.
04. 18 Mei
2004
1. Memonitor bising usus.
2. Menganjurkan klien untuk menghabiskan
porsi makan dan banyak minum.
3. Membantu klien untuk mobilisasi.
4. Memberi masukan cairan 8 – 10 gelas
perhari.
5. Menganjurkan klien untuk makan nutrisi.
05. 18 Mei
2004
1. Mengawasi tanda vital, palpasi nadi perifer,
perhatikan kekuatan dan persamaan.
2. Mengkaji warna kulit dan suhu pada daerah
yang immobilisasi.
3. Memantau cairan pemberian secara iv sesuai
degan indikasi.
4. Mengawasi pemeriksaan lab, contoh hb,
leukosit.
5. Menganjurkan pemeberian lotion pada kulit
klien yang oedema.
6. Membantu klien untuk melakukan rom
ditempat tidur.
06. 18 Mei
2004
1. Mengkaji keadaan kulit disekitar luka dan
memperhatikan respon klien.
2. Monitor ttv secara teratur.
3. Memberikan kompres hangat jika perlu
(terjadi peningkatan suhu).
4. Motifasi klien untuk menghabiskan porsi
makan.
5. Melakukan aseptic dan antiseptic pada saat
melakukan tindakan keperawatan.
07. 18 Mei 1. Mengkaji gangguan fungsi motorik.
2004 2. Membantu klien untuk mobilisasi miring
kanan dan miring kiri.
3. Mengubah posisi klien tiap 2 jam.
4. Monitor ttv.
5. Meningkatkan aktivitas sesuai toleransi.
6. Membantu melakukan gerak pasif.
08. 18 Mei 2004
1. Membina hubungan saling percaya.
2. Mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
3. Mengkaji perilaku dan tanda emosi klien.
4. Mendorong klien untuk menanyakan
tentang masalah kesehatannya.
5. Menyediakan lingkungan yang kondusif
bagi klien
09. 18 Mei 2004
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
2. Mengajarkan klien untuk membantu klien
dalam oral hygine.
3. Menganjurkan keluarga untuk mnyeka klien
2 x sehari.
EVALUASI
Nama Klien : Tn.S
Umur : 39 tahun
No. REG : 409003
No.
DXDX. Tanggal 18 Mei 2004 DX. Tanggal 19 Mei 2004
01. S : Klien mengeluh panas
O:
1. Ulkus diatas gluteus tidak
terdapat pus, warna merah,
jaringan mengalami granulasi.
2. Ulkus pada kedua tumit
terdapat jaringan nekrotik, pus (-).
3. TTV :
Dn : 86 x/menit
Td : 110/90 mmhg
Suhu : 38,4oc
Respirasi : 40 x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
S : Klien masih mengeluh panas.
O :
1. Ulkus diatas gluteus
perkembangannya semakin baik
PUS (-), terjadi granulasi, warna
merah.
2. Ulkus pada kedua tumit
terdapat jaringan nekrotik.
3. TTV :
Dn : 84 x/menit
Td : 120/80 mmhg
Suhu : 38oc
Respirasi : 24 x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
02. S :
1. Klien mengatakan merasa mual
dan muntah.
2. Keluarga klien mengatakan
bahwa klien sudah minum air
putih +/- 1500 cc dari pagi sampai
sore.
3. Keluarga klien mengatakan
bahwa klien sudah mau
menghabiskan ½ porsi makan dan
½ porsi proten.
S :
1. Klien mengatakan mualnya
mulai berkurang.
2. Klien mengatakan minumnya
sudah lebih banyak.
3. Klien mengatakan kalau
protennya dihabiskan dan porsi
makan tinggal sedikit (habis lebih
dari ½ porsi).
O :
1. Klien terpasang infuse nacl 20
tetes/menit.
2. Klien terpasang infuse albumin
pada pukul 19:00.
3. Ttv :
Td : 110/90 mmhg
Dn : 86 x/menit.
Suhu : 38,4 oc.
Respirasi : 40 x/menit.
4. Bising usus 5 x/menit.
5. Diit ns tktp ii + ekstra telur +
proten.
6. Produksi urine 800 cc.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
O :
1. Masih terpasang infuse nacl
20 tetes/menit.
2. Bising usus 5 x/menit.
3. Produksi urine 900cc
4. Ttv dalam batas normal.
Dn : 84 x/menit
Td : 120/80 mmhg
Suhu : 38oc
Respirasi : 24 x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
03. S :
O :
1. Ulkus diatas gluteus tidak
terdapat pus, warna merah,
jaringan mengalami granulasi.
2. Ulkus pada kedua tumit
terdapat jaringan nekrotik, pus (-).
3. TTV :
Td : 110/90 mmhg
Dn : 86 x/menit.
Suhu : 38,4 oc.
Respirasi : 40 x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
S :
O :
1. Ulkus diatas gluteus
perkembangannya semakin baik
pus (-), terjadi granulasi, warna
merah.
2. Ulkus pada kedua tumit tidak
ada granulasi.
3. TTV :
Dn : 84 x/menit
Td : 120/80 mmhg
Suhu : 38oc
Respirasi : 24 x/menit
04. S :
1. Keluarga klien mengatakan
klien sudah bab pada gagi dan
sore hari.
2. Keluarga klien mengatakan
bahwa konsistansinya lunak,
warna kuning.
O :
1. Bising usus 5x/menit.
2. Tidak teraba fese pada bagian
perut.
A : Masalah teratasi.
P : Hentikan intervensi.
05. S :
1. Klien mengtakan rasa
panasnya sudah berkurang.
2. Klien mengatkan tubuhnya
sudah membaik.
O :
1. Keadaan ulkus sudah membaik
(PUS (-), warna merah, jaringan
granulasi).
2. Ulkus tumit terdapat jaringan
nekrotik.
3. Intake minuman : 1500 CC.
4. TTV :
Td : 110/90 mmhg
Dn : 86 x/menit.
Suhu : 38,4 oc.
Respirasi : 40 x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian.
P :
1. Lanjutkan intervensi.
2. kolaborasi pemeriksaan
laboratorium (Leukosit + DL).
S :
1. Klien mengatakan
keadaan tubuhnya membaik.
O :
1. Keadaan ulkus diatas
gluteus sudah baik.
2. Ulkus tumit mengalami
Gea atau terdapat jaringan
nekrotik.
3. TTV :
Dn : 84 x/menit
Td : 120/80
mmhg
Suhu : 38oc
Respirasi : 24
x/menit
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
06. S :
1. Klien mengatakan masih
merasa kesemutan pada tangan
kiri.
O :
1. TTV :
2. Tangan kiri tampak pucat dan
dingin.
3. CRT lebih dari 2 detik.
4. Oedem pada ekstrimitas bawah
dan atas.
A : Masalah tidak teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
S :
1. Klien masih merasa kesemutan
pada tangan kiri.
O :
1. TTV :
Dn : 84 x/menit
Td : 120/80 mmhg
Suhu : 38oc
Respirasi : 24 x/menit
2. Tangan kiri tampak pucat.
3. CRT lebih dari 2 detik.
4. Oedem pada ekstrimitas bawah
dan atas.
A : Masalah tidak teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
07. S :
1. Klien mengatakan sudah bisa
miring kanan dan kiri dengan
dibantu keluarganya.
O :
1. TTV :
Td : 110/90 mmhg
Dn : 86 x/menit.
Suhu : 38,4 oc.
Respirasi : 40 x/menit.
2. Paraplegi
3. Terpasang gibs ditangan kiri.
4. Infuse RL di tangan kanan
5. Ulkus dikubitus digluteus dan
kedua tumit.
S :
1. Klien mengatakan sudah lebih
banyak mobilisasi dengan dibantu
keluarga.
O :
1. Ku cukup.
2. TTV :
Dn : 84 x/menit
Td : 120/80 mmhg
Suhu : 38oc
Respirasi : 24 x/menit
3. Paraplegi.
4. Terpasang gibs ditangan kiri.
5. Infuse RL 20 tetes/menit
6. Terpasang kateter.
6. Kekuatan otot
3 2
0 0
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan internvensi
7. Kekuatan otot :
3 2
0 0
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 2, 3, 4, 5.
08. S :
1. Keluarga mengatakan klien
selalu tergantung pada keluarga
(istri).
2. Klien tampak agak marah
(uring-uringan).
O :
1. Paraplegi.
2. Terpasang gibs ditangan kiri.
3. ulkus dicubitus diatas gluteus
dan kedua tumit.
4. Kekuatan otot.
3 2
0 0
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi : 3, 4, 5, 7.
S :
1. Klien mengatakan seandainya
bisa duduk ingin bercanda dengan
perawat dan istri.
O :
1. Keadan Umum cukup.
2. Paraplegi.
3. Kekuatan otot
3 2
0 0
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi : 3, 4, 5, 7.
09. S :
1. Keluarga mengatakan sudah
menyeka klien dan gosok gigi.
O :
1. Kulit Bersih.
2. Rambut kotor.
3. Telinga bersih dan tidak ada
darah yang mongering.
4. Mulut dan gigi bersih.
5. Bau badan (-).
A : Masalah teratasi sebagian.
S :
1. Klien mengatakan belum
pernah mandi dan keramas selama
di rumah sakit.
O :
1. Keadaan umum cukup.
2. rambut kotor dan berbau.
3. Gigi dan mulut bersih.
4. Bau badan (-).
5. Kulit bersih.
6. Luka terawatt.
P : Lanjutkan intervensi : 2, 3, 4. A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi 2, 3, 4 diteruskan
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem
integumen ulkus dekubitus di ruang 14 RSUD Syaiful Anwar Malang pada
tanggal 17-19 Mei 2004. Penulis menemukan beberapa kesenjangan antara
tinjauan teori dengan kasus nyata. Adapun kesenjangan tersebut antara lain :
A. Pengkajian
Pada tinjauan teori seharusnya keluhan utama klien adanya nyeri pada
lokasi ulkus tetapi pada klien tidak ditemukan adanya nyeri disebabkan
karena paraplegi.
Pada tinjauan teori lokasi ulkus jika klien hanya dalam posisi terlentang
terletak pada daerah belakang kepala, tulang belikat, daerah pantat dan
tumit. Jika posisi miring yaitu daerah pinggir kepala , bahu, siku, daerah
pangkal paha, dan kulit pergelangan kakiserta bagian atas jari-jari kaki.
Jika klien pada posisi tengkurap maka daerah yang bersiko terjadi ulkus
adalah dahi, lengan atas, tulang iga, dan lutu. Pada kasus lokasi ulkus
yaitu pada daerah atas gluteus, atas tumit, paha samping kiri.
Pada kasus Tn. S mengalami konstipasi yang disebabkan karena
penurunan peristaltik usus akibat immobilisasi yang lama, sedangkan pada
teori tidak mengalami konstipasi.
Untuk data penunjang pada tinjauan kasus hanya terdapat analisa elektrolit
Na, K, Cl serta proten darah. Sedangkan menurut teori seharusnya
dilakukan pemeriksaan darah lengkap, biopsi luka, kultur swab, dan
pembuatan foto klinis.
Untuk pemeriksaan TTV menurut teori seharusnya dalam keadaaan
normal (Tekanan darah : 120/80 mmHg ; Denyut nadi : 60-100 x/menit ;
Respiratory Rate : 16-20 x/ menit ; suhu : 36,5º C-37,5 º C). sedangkan
pad kasus terjadi keabnormalan pada suhu dan RR yaitu unutk kompensasi
terhadap peningkatan suhu.
B. Diagnosa
Dari beberapa diagnosa yang terdapat pada tinjauan teori ( Lynda Juall C.
1999) tidak semuanya muncul pada klien Tn. S. Hal ini dikarenakan diagnosa
keperawatan merupakan pernyataan dari respon klien yang ada saat
pengkajian.
Berikut ini adalah diagnosa yang tidak muncul pada tinjauan kasus :
Nyeri b/d trauma kulit, infeksi dan perawatan luka.
Diagnosa ini tidak diangkat karena klien mengalami paraplegi sehingga
tidak merasakan nyeri pada daerah gluteus sampai ekstrimitas bawah.
Resiko terhadap infeksi b/d pemajanan ulkus decubitus terhadap feces atau
drainase urine.
Diagnosa ini tidak diangkat karena masalah klien aktual yaitu sudah terjadi
infeksi karena adanya peningkatan suhu tubuh. Dalam kasus yang diangkat
yaitu diagnosa resiko perluasan infeksi b/d penurunan pertahanan tubuh.
Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan volume cairan dalam jangka
waktu yang lama.
Diagnosis ini tidak muncul karena masalah klien telah menjadi aktual
dibuktikan dengan adanya oedem pada ekstrimitas atas dan bawah, klien
merasa kesemutan pada tangan kiri yang terpasang gyps, disertai Capilarry
Revill Time lebih dari 2 detik.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksi sekunder
terhadap ketidak cukupan masukan oral.
Diagnosa ini tidak muncul karena klien mempunyai nafsu makan tapi
karena keadaan lingkungan yang tidak nyaman (bau tidak sedap).
Koping individu tak efektif b/d luka kronik dan perubahan doby image.
Diagnosa ini tidak muncul karena klien berusaha menerima keadaan
dirinya sekarang tapi klien masih menyesuaikan diri.
Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik b/d
ketidakcukupan pengetahuan tentanng etiologi, pencegahan, tindakan
perawatan di rumah.
Diagnosa ini tidak muncul karena klien mematuhi dan mengetahui segala
tindakan keperawatan yang diberikan.
Diagnosa Tambahan Yang Muncul Pada Klien Adalah Sebagai Berikut :
Gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) b/d infeksi nosokomial.
Diagnosa ini muncul karena suhu tubuh klien yang meningkat disebabkan
keadaan lingkungan sekitar yang sepsis serta proses peradangan luka ulkus
atas gluteus.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah.
Diagnosa ini muncul karena intake makanan klien hanya 3 sendok makan tiap
porsi makan, menghabiskan susu proten 125 cc, adanya perasaan mual dan
muntah jika mau makan.
Gangguan bowel eliminasi b/d penurunan peristaltik sekunder terhadap
immobilisasi.
Diagnosa ini muncul karena klien mengalami bedrest yang lam sehingga
peristaltik usus menurun yang menyebabkan aktivitas pada saat pencernaan
berkurang sehingga proses defikasi tidak lancar ditunjang oleh intake cairan
kurang lebih 750 cc / hari. Pemeriksaan abdomen bising usus 2 x / menit dan
pada palpasi teraba massa fekal.
Resiko perluasan infeksi b/d pertahanan tubuh yang menurun.
Diagnosa ini muncul karena intake makanan yang kurang, kondisi klien yang
lemah, adanya luka ulkus diatas gluteus.
Defisit perawatan diri b/d keterbatasn fisik sekunder terhadap paraplegi.
Diagnosa ini muncul karena KU klien lemah, paraplegi, pemasangan gyps
pada tangan kiri, pemasangan infus pada tangan kanan, serta kateter, sehingga
membuat klien tergantung pada orang lain baik keluaraga maupun perawat
karena tidak bisa melakukan aktivitas mandiri sperti mandi, BAB.
C. Intervensi
Perencanaan pada kasus nyata pada dasarnya mengacu pada tinjauan
keperawatan. Namun pada beberapa diagnosa ada beberapa perubahan dan
pengurangan intervensi karena disesuaikan dengan kondisi dan respon yang
muncul dari klien.
D. Implementasi
Pada pelaksanaan yang dilakukan tidak semua tindakan yang direncanakan
dapat dilakukan oleh perawat. Hal ini karenakan keterbatasan waktu dan
fasilitas ruangan yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan semua
tindakan yang direncanakan.
E. Evaluasi
Pada tahap evaluasi dilakukan penilaian keberhasilan asuhan keperawatan
yang mengacu pada kriteria standart. Pada teori setelah dilakukan tindakan
keperawatan kemungkinan masalah teratasi, teratasi sebagian, masalah belum
teratasi dan muncul masalah baru.
Pada kasus nyata, menurut prioritas diagnosa keperawatan masalah yang
dapat teratasi adalah : gangguan bowel eliminasi b/d penurunan peristaltik
usus. Sedangkan diagnosa yang lain teratasi sebagian. Dan masalah yang
belum teratasi tidak ada.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN :
Setelah dilakukan studi kasus pada Tn. S dengan gangguan sistem
integumen (ulkus dekubitus) di R. 14 RSUD Syaiful Anwar Malang mulai tanggal
17-19 Mei 2004, dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya :
1 Pada pengkajian klien dengan ulkus dekubitus, kita harus cermat dalam
pengumpulan data yaitu dengan mengetahui keluhan utama yang normal,
riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan fisik dan pola
kehidupan sehari-hari klien.
2 Diagnosa yang muncul ditentukan dari kondisi klien dan patofisiologi
penyakit klien.
3 Untuk menentukan prioritas diperlukan pengetahuan perawat mengenai
kondisi klien yang adadilapangan, dengan mendahulukan kebutuhan/ keadaan
yang mendesak untuk diselesaikan/ diatasi yang mungkin dapat
membahayakan klien.
4 Pada rencana tindakan tidak semua diterpkan dalam implemntasi secara ideal,
tetapi dissuaikan dengan situasi kondisi dan fasilitas ruangan.
5 Evaluasi secara umum terhadap klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian. Hal ini terjadi karena
keterbatasan dalam waktu.
6 Keberhasilan tujuan dapat dicapai dalam asuhan keperawatan yang diberikan
pada Tn. S jika melibatkan peran klien, keluarga dan tim kesehatan lain.
B. SARAN :
1. Perawat hendaknya melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan
keperawatan.
2. Agar tidak terjadi komplikasi yang berkelanjutan maka perawat hendaknya
harus mampu untuk meningkatkan pengetahuan klien.
3. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan agar dapat dilakukan dengan baik,
maka selain disesuaikan dengan situasi, kondisi, juga perlu kerja sama
secepatnya dengan tim kesehatan lain.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya atas kehendak-Nyalah penyusunan makalah asuhan keperawatan dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S dengan Ulkus Decubitus di R 14 RSSA
Malang” ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas seminar mata ajaran
Keperawatan Medikal Bedah III (KJR 203) tahun ajaran 2003-2004. Setelah
melalui beberapa tahapan antara lain penentuan topic dan judul, penyusunan
kerangka, pengumpulan data hingga pada analisis data. Akhirnya makalah Asuhan
Keperawatan ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik apabila tidak didukung
oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Isnaeni DTN,Skm,M.Kes selaku direktur POLTEKES Malang.
2. Ibu Fiashriel Lundy, Skep Ns selaku dosen pengajar mata kulih
Keperawatan Medikal Bedah III.
3. Ibu Tavip Dwi Wahyuni.,Skep NS selaku Koordinator matakuliah
Keperawatan Medical Bedah III.
4. Seluruh perawat yang ada di ruang 8 rumah sakit umum Dr. Syaiful
Anwar Malang.
5. Semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan. Dan
makalah ini penyusun persembahkan kepada para pembaca. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Malang, Juni 2004
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR :…………………………………………i
DAFTAR ISI : …………………………………….....ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang : ………………………….…..……….01
B. Rumusan Masalah : ……………………………...……….02
C. Tujuan : ……………………………….. …….02
BAB III. TINJAUAN TEORI
A. Definisi : ………………………………...…….14
B. Asuhan Keperawatan : ………………………………...…….08
C. Patofisiologi : ……………………………..….…….22
BAB II. TINJAUAN KASUS
A. Pengakajian : ………………………………...…….23
B. Analisa Data : …………………………….…..…….30
C. Daftar Masalah : ………………………….……..…….38
D. Rencana ASKEP :………………………….…..……….39
E. Catatan Keperawatan : …………………………….………...59
F. Evaluasi : ……………………..…….………….62
BAB IV. PEMBAHASAN : ……………………..…….………….67
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan : ………………………………………73
B. Saran : ………………………………………74
DAFTAR PUSTAKA
I. PATOFISIOLOGI
1. Tekanan Yang Berlebihan (Dalam Jangka Waktu Lama)2. Pergeseran Atau Gerakan Yang Terus Menerus.