KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME karena atas
berkatNya penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawwatan ini
dengan judulAsma Attack pada NY I di unit Instalasi Gawat Darurat
RS myria PalembangAsuhan Keperawatan ini ditunjukan sebagai salah
satu persyaratan praktik belajar lapangan dengan mata ajar
keperawatan gawat darurat di semester VI tingkat III .A Program
Studi S1 Keperawatan STIkes Perdhaki Charitas Palembang.Dalam
penyusunan Asuhan Keperawatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :1. Ketua STIkes Perdhaki Charitas Palembang2. Ketua
pimpinan RS RK Charitas Palembang3. Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIkes Perdhaki Charitas Palembang4. Kepala bagian Instalasi Gawat
Darurat RS RK Charitas Palembang5. Pembimbing ruangan Asuhan
Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat RS RK Charitas Palembang6.
Dosen pembimbing praktik belajar lapangan STIkes Perdhaki Charitas
Palembang7. Staff dan perpustakaan serta teman-teman yang membantu
menyelesaikan Asuhan Keperawatan iniPenulis menyadari bahwa dalam
menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata penulis
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga Asuhan Keperawatan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Palembang,Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISIHalamanHALAMAN JUDULiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB
I
PENDAHULUAN.................................................................A.
Latar Belakang1B. Tujuan Penulisan1 1. Tujuan
Umum..................................................................
2. Tujuan
Khusus.................................................................C.
Metode PenulisanD. Sistematika PenulisanBAB II TINJAUAN
PUSTAKA..................................................... A.
Konsep Dasar Medik 1. Pengertian 2. Anatomi Fisiologi 3. Etiologi3
4. Patofisiologi4 5.Manifestasi Klinik4 6. Komplikasi5 7.
Pemeriksaan Diagnostik5 8. Penatalaksanaan Medik dan
Keperawatan...................... B. Konsep Dasar Asuhan Keperwatan
...................................7 1. Pengkajian7 2. Diagnosa
Keperawatan7 3. Perencanaan Keperawatan8 4. Implementasi
Keperawatan11 5. Evaluasi Keperawatan11 6. Dischar Planning C.
Patoflow Diagram
Teori......................................................BAB III
: TINJAUAN
KASUS.......................................................A.
Pengkajian Keperawatan12B. Patoflow Kasus12C. Analisa
Data..........................................................................D.
Diagnosa
Keperawatan.............................................................E.
Rencana
Keperawatan...............................................................F.
Pelaksanaan
Keperawatan.........................................................G.
Evaluasi
Keperawatan...............................................................BAB
IV :
PEMBAHASAN.....................................................................A.
Pengkajian
Keperawatan..........................................................B.
Diagnosa
Keperawatan.............................................................C.
Rencana
Keperawatan..............................................................D.
Pelaksanaan
Keperawatan........................................................E.
Evaluasi
Keperawatan..............................................................BAB
V :
PENUTUP................................................................................A.
Kesimpulan..............................................................................B.
Saran........................................................................................DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................LAMPIRAN...........................................................................................
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangAsma adalah satu diantara beberapa penyakit
yang tidak bisa disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu
serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari
ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan
lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu
berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan.
Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa
diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan
profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi
problem tersendiri. Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi
peningkatan prevalensi (kekerapan penyakit) asma terutama di
negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia seperti
Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus
asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima
belas tahun, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban
global untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma
meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun,
ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko
perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. (Muchid dkk,2007)
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah
tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan
ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan
bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis
kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke- 4 di Indonesia
atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh
Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000
dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang
dengan menggunakan kuesioner International Study of Asthma and
Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala
asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya
mempunyai gejala klasik.
B. Tujuan Penulisan1. Tujuan UmumMahasiswa mampu mengungkapkan
pola pikir ilmiah dalam menyelesaikan masalah kesehatan pasien
secara komperehensif sehingga mendapatkan gambaran dan memberikan
Asuhan Keperawatan.2. Tujuan Khususa. Mahasiswa mampu membuat
pengkajian keperawatan pada pasien dengan kasus Asma b. Mahasiswa
mampu membuat diagnosa sesuai dengan kasus pada pasien dengan
Asmac. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan sesuai untuk
mengatasi masalah pada pasien dengan Asmad. Mahasiswa mampu
mengimplementasikan semua rencana keperawatan sesuai dengan
diagnosa keperawatane. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi
keperawatan seseai dengan tindakan pada pasien dengan Asmaf.
Mahasiswa mampu mendokumentasikan semua asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasienC. Metode Penulisan1. WawancaraMelakukan
tanya jawab langsung dengan pasien dan keluarga dengan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti2. ObservasiMelakukan pengaatan
intensif dan berkelanjutan dengan menggunakan indra penglihatan
untuk melihat gambaran umum pasien3. Pemeriksaan FisikMerupakan
pemeriksaan seluru anggota tubuh untuk mengetahui kelainan yang
terjadi dengan metode inspeksi,palpasi,perkusi,auskultasi4. Metode
DokumentasiUntuk mendapatkan data dan informasi dari status
kesehatan pasien5. Metode KepustakaanPengumpulan data melalui baaan
dari berbagai sumber buku yang bersifat teoritisD. Sistematika
PenulisanBAB I. PENDAHULUANTerdiri dari latar belakang,tujuan
penulisan,metode penulisan,dan sistematika penulisan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKATerdiri dari konsep dasar medik:
pengertian,anatomi fisiologi,etiologi,patofisiologi,manifestasi
klinik,komplikasi
BAB III. TINJAUAN KASUSTerdiri dari pengkajian,patoflow
kasus,analisa data,diagnosa,intervensi,implementasi, dan
evaluasiBAB IV. PEMBAHASANTerdiri dari
pengkajian,diagnosa,intervensi,implementasi,evaluasi
BAB V. PENUTUPTerdiri dari kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. PengertianAsma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni
saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan
atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah,
2005).Asma adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar
saluran bronchial (saluran udara) dalam paru-paru mengkerut,
sekaligus lapisan saluran bronchial mengalami peradangan dan
bengkak (Espeland, 2008).Asma adalah suatu peradangan pada bronkus
akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus terhadap bahan alergen
(Riyadi, 2009).
2. Anatomi Fisiologi
www.nhlbi.gov
www.nlbi.nih.govOrgan-organ pernafasan a. HidungMerupakan
saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh
sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk
menyaring dan menghangatkan udara (Hidayat, 2006).b. Tekak
(faring)Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang
berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.c. Laring
(pangkal tenggorok)Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian
vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.d. Trakea
(batang tenggorok)Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh
16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel
bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.e. Bronkus (cabang
tenggorokan)Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah
pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V.f. Paru-paruMerupakan
sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari
sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya 90
meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara.3.
EtiologiAdapun faktor penyebab dari asma adalah faktor infeksi dan
faktor non infeksi. Faktor infeksi misalnya virus, jamur, parasit,
dan bakteri sedangkan faktor non infeksi seperti alergi, iritan,
cuaca, kegiatan jasmani dan psikis (Mansjoer, 2000).4.
Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit,
alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang
reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan sehingga
merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE
selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang
disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan
mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan
mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin.
Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot
polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya
terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga
proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan
ventilasi.
Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau
yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi
alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler
(hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis
respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat
memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang
karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus
menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi
gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai
sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan
berbagai manifestasi klinis.
5. Manifestasi klinik
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain
mengi/wheezing, sesak nafas, dada terasa tertekan atau sesak,
batuk, pilek, nyeri dada, nadi meningkat, retraksi otot dada, nafas
cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis dan
gelisah.
6. Komplikasi Adapun komplikasi yang timbul yaitu bronkitis
berat, emfisema, atelektasis, pneumotorak dan bronkopneumonia
7. Pemeriksaan DiagnostikA.Pemeriksaan Radiologi 1. Foto
thorakPada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat,
hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik,
atelektasis juga ditemukan pada anak-anak 6 tahun.2. Foto sinus
paranasalisDiperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat
adanya sinusitis.
B.Pemeriksaan darahHasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah
tepi dan sekret hidung, bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan
asma .1. Uji faal paruDilakukan untuk menentukan derajat obstruksi,
menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan
mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal
paru adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter
beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam melalui mulut
kemudian menghebuskan dengan kuat).2. Uji kulit alergi dan
imunologiPemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk.
Alergen yang digunakan adalah alergen yang banyak didapat di
daerahnya.8. Penatalaksanaan Medik dan Keperawatan 1. Oksigen 4 - 6
liter / menit2. Pemeriksaan analisa gas darah mungkin
memperlihatkan penurunan konsentrasi oksigen.3. Anti inflamasi
(Kortikosteroid) diberikan untuk menghambat inflamasi jalan
nafas.4. Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi5. Pemberian obat ekspektoran untuk pengenceran dahak
yang kental6. Bronkodilator untuk menurunkan spasme
bronkus/melebarkan bronkus7. Pemeriksaan foto torak8. Pantau
tanda-tanda vital secara teratur agar bila terjadi kegagalan
pernafasan dapat segera tertolong.
BAB lllASUHAN KEPERAWATANB. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1.
Pengkajian KeperawatanPengkajian adalah tahap awal dari proses
keperawatan (Gaffar, 1999). Pada tahap ini akan dilaksanakan
pengumpulan, pengelompokan dan penganalisaan data. Pada pengumpulan
data akan diperoleh data subyektif yaitu data yang diperoleh dari
keterangan pasien atau orang tua pasien. Data obyektif diperoleh
dari pemeriksaan fisik. Dari data subyektif pada pasien asma
biasanya diperoleh data pasien dikeluhkan sesak nafas, batuk,
pilek, nafsu makan menurun, lemah, kelelahan dan gelisah. Dari data
obyektif diperoleh data mengi/wheezing berulang, ronchi, dada
terasa tertekan atau sesak, pernapasan cepat (takipnea), sianosis,
nafas cuping hidung dan retraksi otot dadaMenurut Doenges (2000),
proses asuhan keperawatan pada klien dengan Asma meliputi:a)
Aktivitas/istirahat Gejala : Pada klien dengan Asma gejala yang
dapat ditimbulkan antara lain keletihan, kelelahan, malaise,
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
berafas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi
tinggi, dispnoe pada saat istirahat atau respon terhadap
aktivatas/latihan.Tanda : Tanda-tandanya antara lain keletahan,
gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa otot.b)
SirkulasiGejala : Gejala yang ditimbulkan antara lain pembengkakan
pada ekstremitas bawah.Tanda : Tanda-tandanya antara lain
peningkatan TD, peningakatan frekuensi jantung/takikardi
berat,disritmia,distensi vena leher,odema dependan,tidak
berhubungan dangan penyakit jantung, bunnyi jantung redup
(berkaitan dengan peningkatan diameter AP dada), warna
kulit/membran mukosa normal/abu-abu(sianosis), kaku tubuh,sianosis
perifer,pucat dapat menunjukkan anemia.c) Makanan/cairanGejala :
mual,muntah,nafsu makan buruk/anoreksia,kemampuan untuk makan
menurun karena distress pernafasan, penurunan BB menetap
(emfisema), peningkatan BB menunjukan edema(bronkitis).Tanda :
turgor kulit buruk, adema dependen, berkeringat.d) PernafasanGejala
: nafas pendek,dispnoe, dada terasa tertekan,sesak nafas
berulang,riwayat pneumonia berulang,terpajan polusi atau debu/asap,
faktor keluarga/keturunan. Tanda : pernafasan cepat/lambat,
penggunaan otot bantu pernafasan, nafas bibir, barrel chest,
gerakan diafragma minimal, bunyi nafas redup dengan ekspirasi
mengi, crackles atau ronchi, hiperesonan atau pekak pada paru,
sianosis bibir dan pada dasar kuku.e) HigieneGejala : Penurunan
kemampuan beraktivitas,Tanda : kebersihan buruk, bau badan.f)
KeamananGejala : riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap
zat/faktor lingkungan, adanya infeksi, kemerahan/berkeringat.g)
SeksualitassGejala : Penurunan libidoh) Interaksi sosialGejala :
hubungan ketergantungan , kurang sistem pendukung, penyakit
lama/ketidkmampuan membaik. Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan
suara, keterbatasan mobilitas fisik, kelainan hubungan dengan
anggota keluarga lain (Doenges, Marilynn. 2000:152).2. Diagnosa
KeperawatanDiagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang
respon aktual/potensial terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan. Dari pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa
keperawatan yang muncul seperti : (Carpenito, 2000 & Doenges,
1999)a) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum/sekret.b) Kerusakan pertukaran gas
berubungan dengan perubahan membran alveolar kapilerc) Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
suplay dan kebutuhan O2
3. Intervensi KeperawatanA. Bersihan jalan napas tak efektif
berhubungan dengan inflamasi trakeabronkialTujuan : bersihan jalan
nafas efektifRencana tindakan :a) Ukur vital sign setiap 6
jamRasional : Mengetahui perkembangan pasienb) Observasi keadaan
umum pasienRasional :Mengetahui efektivitas perawatan dan
perkembangan pasien.c) Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dan
gerakan dadaRasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan
dada tidak simetris, sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan
dada dan/atau cairan paru.d) Auskultasi area paru, bunyi nafas,
misal krekel, mengi dan ronchiRasional: Bunyi nafas bronkial
(normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi,
krekel, mengi dan ronchi terdengar pada inspirasi atau ekspirasi
pada respon bertahap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme
jalan nafas/obstruksi.e) Ajarkan pasien latihan nafas dalam dan
batuk efektifRasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum
paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan
jalan nafas pasien.f) Anjurkan banyak minum air hangatRasional :
Air hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.g) Beri
posisi yang nyaman (semi fowler/fowler)Rasional : Memungkinkan
upaya napas lebih dalam dan lebih kuat serta menurunkan
ketidaknyamanan dada.h) Delegatif dalam pemberian bronkodilator,
kortikosteroid, ekspktoran dan antibiotikRasional : Bronkodilator
untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan bronkus dengan
memobilisasi sekret. Kortikosteroid yaitu anti inflamasi mencegah
reaksi alergi, menghambat pengeluaran histamine. Ekspektoran
memudahkan pengenceran dahak, Antibiotik diindikasikan untuk
mengontrol infeksi pernafasan.
B. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapilerTujuan : Ventilasi dan pertukaran gas
efektif.Rencana tindakan :a) Observasi keadaan umum dan vital sign
setiap 6 jamRasonal :Penurunan keadaan umum dan perubahan vital
sign merupakan indikasi derajat keparahan dan status kesehatan
pasien.b) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kukuRasional
:Sianosis menunjukkan vasokonstriksi, hipoksemia sistemik.c)
Pertahankan istirahat tidurRasional : Mencegah terlalu lelah dan
menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan
infeksi.d) Tinggikan kepala dan sering mengubah posisiRasional :
Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasie) Berikan terapi oksigen sesuai
indikasiRasional : Mempertahankan PaO2C. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplay dan
kebutuhan O2Tujuan : Aktivitas dapat ditingkatkanRencana tindakan
:a) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitasRasional :
Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi.b) Jelaskan pentingnya istirahat dan keseimbangan
aktivitas dan istirahatRasional : Menurunkan kebutuhan metabolik,
menghemat energi untuk penyembuhan
c) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannyaRasional :
Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan
kebutuhan oksigen.d) Bantu pasien dalam memilih posisi yang nyaman
untuk istirahatRasional: Pasien mungkin nyaman dengan kepala
tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja atau bantale)
Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasienRasional :
Keluarga mampu melakukan perawatan secara mandiri4. Pelaksanaan
KeperawatanPada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan
dari yang telah di tentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebuthan
klien secara optimal.pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan
keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun.5.
Evaluasi KeperawatanDP I : 1. Jalan nafas kembali efktif 2.
Sekret/sputum mulai berkurang 3. Pernafasan mulai vesikuler 4.
Tanda pernafasan wheezing mulai hilangDP II : 1. Aktivitas pasien
mulai dilakukan mandiri 2 .Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
3. Aktivitasnya mulai pulih kembaliDP III : 1. Ventilasi mulai
efektif 2. Pertukaran gas mulai efektif 3. Sesak pasien mulai
berkurang 4. Pasien tidak sianosis lagi 6. Dicsharge Planninga.
Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan, mendeteksi
substansi yang mencetuskan terjadinya serangan.b. Menghindari agen
penyebab serangan antara lain bantal, kasur (kapas), pakaian jenis
tertentu, hewan peliharaan, kuda, sabun, makanan tertentu, jamur
dan serbuk sari.c. Menganjurkan pasien untuk segera melaporkan
tanda-tanda dan gejala yang menyulitkan seperti bangun saat malam
hari dengan serangan akut atau mengalami infeksi pernafasan.d.
Hidrasi adekuat harus dipertahankan untuk menjaga sekresi agar
tidak mengental.e. Pasien harus diingatkan bahan infeksi harus
dihindari karena infeksi dapat mencetuskan serangan.f. Menggunakan
obat-obat sesuai dengan resep.g. Kontrol ke dokter sesuai
pesanan.
C. Patoflow Diagram TeoriBAGAN 1Web of Caution (WOC) Asma
Etiologi Faktor infeksi Virus (respiratory syntitial virus) dan
virus parainfluenzaBakteri (pertusis dan streptoccus)Jamur
(aspergillus)Parasit (ascaris)Faktor non infeksi
AlergiIritanCuacaKegiatan jasmaniPsikis Reaksi hiperaktivitas
bronkusAntibody muncul (IgE)Sel mast mengalami
degranulasiMengeluarkan mediator (histamin dan
bradikinin)Peningkatan produksi mukusEdema mukosaKontraksi otot
polos bronkusMempermudah proliferasiTerjadi sumbatan dan daya
konsolidasiGangguan ventilasiHipoventilasi Hiperventilasi
Konsentrasi O2 dalam alveolus menurunKonsentrasi CO2 dalam alveolus
meningkatGangguan difusiOksigenasi ke jaringan tidak
memadaiGangguan perfusiAnoreksia Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuhBatuk, pilek Mengi / wheezingSesak Bersihan jalan
nafas tak efektifHipoksemia dan hipoksiaKelelahanLemah Dada terasa
tertekan / sesak, nyeri dada, nadi meningkat Intoleransi
aktivitasNyeri SianosisTakipneaGelisah Nafas cuping hidungRetraksi
otot dadaKerusakan pertukaran gasKeluarga bertanya tentang penyakit
anaknyaCemas dan gelisahAnsietas orang tua
BAB VPENUTUPKESIMPULAN Asma merupakan sepuluh besar penyebab
kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data
studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di
Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986
menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan
(morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema.
Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai
penyebab kematian ke- 4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun
1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000,
dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000.
Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner
International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC),
didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent
asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik.satu
diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara
total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam
waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi
bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi,
penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang
menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu
serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya,
tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama,
sering menjadi problem tersendiri.
B. SaranSetelah melihat teori dan kasus yang ada dilapangan,
kita sebagai perawat mempunyai peran sangat penting terutama dalam
memberikan penyuluhan kepada pasien tentang penyakit asma penyebab,
tanda dan gejala, obat-obatan serta control teratur ke dokter1.
Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan asma perlu
pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan teori penyakit bagi
seorang perawat.2. Informasi yang adekuat dan edukasi sangat
bermanfaat bagi pasien agar pasien dan keluarga mampu mengatasi
masalahnya dengan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Endokrin. Jakarta: EGC.Corwin, J.E. 2002. Buku Saku Patofisiologi.
Jakarta: EGC.Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.
Jakarta: Media Aesculspius.NANDA International. 2009-2011. Diagnosa
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: Prima
Medika.Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.Soegondo, Sidartawan. 2005.
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI.Suyono.
2003. Metabolic Endokrin: Diabetes Mellitus Di Indonesia. Jakarta:
PAPDI FKUI.Price, A.S. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Edisi 6
Volume 1: Proses Penyakit. Jakarta: EGC.Wilkinson, J.M. 2006. Buku
Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NICDan Kriteria Hasil
NOC Edisi 7. Jakarta: EGC.Hans, Tandra. 2007.Segala Sesuatu Yang
Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: Gramedia.