BAB IPENDAHULUAN
I.1 Latar BelakangGangguan hemostasis dapat disebabkan defek
jumlah platelet, atau fungsi platelet, ataupun masalah pembentuan
jendalan fibrin (oagulasi). Perdarahan yang disebabakan oleh
gangguan pletelet biasanya berupa pendarahan mukosa atau kulit.
Masalah yang sering ditemukan antara lain epistaksis, pendarahan
gusi, menoragi, pendarahan gastrointestinal, purpura, dan petekie.
Petekie khususnya muncul pada kondisi trombositopenia dan tidak
pada disfungsi platelet. Pendarahan oleh karena koagulapati yang
dapat terjadi berupa hematoma otot-otot dalam, selain pendarahan
kulit. Hemartrosis spontan hanya didapatkan pada hemofili
berat.Purpura Trombositopenia Idiopatik adalah suatu gangguan
autoimun yang ditandai dengan trombositopenia yang menetap akibat
autoantibodi yang mengikat antigen trombosit menyebabkan destruksi
prematur trombosit dalam sistem retikuloendotelial yang biasanya
berasal dari Imunoglobulin G.Insidens PTI pada anak antara
4,0-5,3/100.000, PPTI akut umumnya terjadi pada anak-anak usia
antara 2-6 tahun. 7-28% anak-anak dengan PPTI akut berkembang
menjadi kronik 15-20%. Insidens PPTI kronik dewasa adalah 58-66,
kasus baru per satu juta populasi pertahun di amerika dan serupa
yang ditemukan di Inggris. PPTI kronik pada umumnya terdapat pada
orang dewasa dengan median rata-rata usia 40-45 tahun dengan rasio
wanita : laki-laki 2-3:1.
1.2 Rumusan Masalah1. Apakah pengertian Purpura Trombositopenia
Idiopatik?2. Bagaimana etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
dan klasifikasi Purpura Trombositopenia Idiopatik? 3. Bagaimana
pemeriksaan penunjang dan diagnosis banding Purpura Trombositopenia
Idiopatik?4. Apa sajakah komplikasi yang terjadi pada Purpura
Trombositopenia Idiopatik?5. Bagaimana prognosis dan
penatalaksanaan dari Purpura Trombositopenia Idiopatik?6. Bagaimana
asuhan keperawatan pada klien Purpura Trombositopenia
Idiopatik?
I.3 Tujuan1. Mengetahui pengertian Purpura Trombositopenia
Idiopatik.2. Mengetahui etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, dan klasifikasi Purpura Trombositopenia Idiopatik.3.
Mengetahui pemeriksaan penunjang dan diagnosis banding Purpura
Trombositopenia Idiopatik.4. Mengetahui komplikasi yang terjadi
pada Purpura Trombositopenia Idiopatik.5. Mengetahui prognosis dan
penatalaksanaan dari Purpura Trombositopenia Idiopatik.6.
Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Purpura Trombositopenia
Idiopatik.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 PengertianPPTI adalah suatu keadaan perdarahan berupa
petekie atau ekimosis di kulit/selaput lendir dan berbagai jaringan
dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak
diketahui. (PPTI pada anak tersering terjadi pada umur 2 8 tahun),
lebih sering terjadi pada wanita (Kapita selekta kedokteran jilid
2).PPTI adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling
umum terjadi (Perawatan Pediatri Edisi 3).PPTI adalah suatu
gangguan autoimun yang ditandai dengan trombositopenia yang menetap
(angka trombosit darah perifer kurang dari 150.000/L) akibat
autoantibodi yang mengikat antigen trombosit menyebabkan destruksi
prematur trombosit dalam sistem retikuloendotel terutama limpa
(Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4).Trombositopenia Purupura Trombolitik
adalah sindrom yang jarang terjadi dengan anemia hemolitik
mikroangiopati, trombositopenia, dan peningkatan nyata LDH serum.
Demam non-infeksi, gangguan neurologis, dan abnormalitas renal
lebih jarang didapatkan. Penyebabnya tidak diketahui. Telah
terindetifikasi adanya faktor aglutinasi platelet dalam plasma
pasien ini. Peranannya dalam patogenesis Trombositopenia Purupura
Trombotik sampai saat ini masih kontroversial.Purpura
Trombositopenia Idiopatik (PPTI) merupakan suatu kelainan didapat
yang berupa gangguan autoimun yang mengakibatkan tromositopenia
oleh karena adanya penghancuran trombosit secara dini dalam sistem
retikuloendotel akibat adanya autoantibodi terhadap trombosit yang
biasanya berasal dari Imunoglobulin G ( Aru W.Sudoyo, 2006 :
669).2.2 Etiologia. Penyebab pasti belum diketahui (idiopatik).b.
Penyebab trombositopenia:1. Gangguan sumsum tulang2. Anemia
aplastik3. Keganasan hematologi4. Anemia megaloblastik5.
Alkoholisme kronik6. Gagal hepar7. Disseminated intravascular
coagulation
2.3 Manifestasi klinis1. Biasanya didahului oleh infeksi bakteri
atau virus (misalnya rubella, rubeola, varisela), atau setelah
vaksinasi dengan virus hidup 1-3 minggu sebelum trombositopenia.2.
Riwayat perdarahan.3. Riwayat pemberian obat-obatan, misalnya
heparin, sulfonamid, kuinidin/kuinin, aspirin.4. Riwayat ibu
menderita HIV, riwayat keluarga yang menderita trombositopenia atau
kelainan hematologi.5. Manifestasi perdarahan (ekimosis multipel,
petekie, epistaksis).6. Hati, limpa dan kelenjar getah bening tidak
membesar.7. Infeksi.
a. PPTI AkutPPTI Akut lebih sering dijumpai pada anak, jarang
pada umur dewasa. Riwayat infeksi sering mengawali terjadinya
perdarahan berulang, sering dijumpai eksantem pada anak-anak
(rubeola dan rubella) dan penyakit saluran nafas yang disebabkan
oleh virus merupakan 90% dari kasus pediatrik trombositopenia
imunologik.Virus yang paling banyak diidentifikasi adalah varisella
zooster dan Ebstin barr. Manifestasi perdarahan PPTI akut pada anak
biasanya ringan, perdarahan intrakranial terjadi kurang dari 1%
pasien. Pada PPTI dewasa, bentuk akut jarang terjadi, namun dapat
mengalami perdarahan dan perjalanan penyakit lebih fullminan.
b. PPTI KronikGejala PPTI kronik tidak menentu, riwayat
perdarahan sering dari ringan sampai sedang, infeksi dan perbesaran
lien jarang terjadi, serta memiliki perjalanan klinis yang
fluktuatif. Episode perdarahan dapat berlangsung beberapa hari
sampai beberapa minggu, mungkin intermitten atau bahkan terus
menerus. Manifesrasi perdarahan PPTI berupa ekimosis, petekie,
purpura, pada umumnya berat dan frekuensi perdarahan berkolerasi
dalam jumlah trombosit.Perdarahan gusi dan epistaksis sering
terjadi, ini dapat berasal dari lesipetekie pada mukosa nasal, juga
dapat ditemukan pada tenggorokan dan mulut. Traktus genitourinaria
merupakan tempat perdarahan yang paling sering. Menoragia dapat
merupakan gejala satu-satunya dari PPTI dan mungkin tampak pertama
kali pada puberta. Hematuria juga merupakan gejala yang sering.
Perdarahan gastrointestinal biasanya bermanifestasi melena dan
lebih jarang lagi denagn hematemesis. Perdarahan intrakranial
merupakan komplikasi yang paling serius pada PPTI. Hal ini mengenai
hampir 1% pasien dengan trombositopenia berat. Perdarahan biasanya
disubarachnoid sering multipel dan ukuran bervariasi dari petekie
ekstravasai darah yang luas.Trombositopenia Purpura Idiopatik
biasanya terjadi pada masa kanak-kanak, sering dipresipitasi oleh
virus, dan biasanya sembuh sendiri. Sebaliknya, pada bentuk dewasa
penyakit ini biasanya bersifat kronis, dan hanya sedidkit yang
merupakan kelanjutan infeksi virus. Trombositopenia Purpura
Idiopatik adalah penyakit pada orang muda, dengan insidensi puncak
antara umur 20 sampai 50 tahun, dan didapatkan predominan pada
perempuan dengan perbandingan 2:1.Keadaan sistemik pasien baik, dan
tidak didapatkan demam. Keluhan yang ada ialah perdarahan mukosa
atau kulit. Yang paling sering terjadi adalah epistaksis,
perdarahan di mulut, menoragi, purpura dan petekie.Pada
pemeriksaan, pasien tampak baik dan tidak ditemukan abnormalitas,
selain yang berkaitan dengan pendarahan Lien yang membesar
menimbulkan keraguan-keraguan diagnosis. Tanda perdarahan yang
biasa terjadi adalah berupa purpura, petekie, dan bula hemoragik
dalam mulut.
2.4 Patofisiologi
Sindrom PPTI disebabkan oleh autoantibodi trombosit spesifik
yang berikatan dengan trombosit autolog kemudian dengan cepat
dibersihkan dari sirkulasi oleh sistem fagosit mononuklear melalui
reseptorFc makrofag. Pada tahun 1982 Van Leeuwen pertama
mengidentifikasi membran trombosit glikoprotein IIb/IIIa (CD41)
sebagai antigen yang dominan dengan mendemontrasikan bahwa elusi
autoantibodi dari trombosit pasien PTI berikatan dengan trombosit
normal.Diperkirakan bahwa PPTI diperantarai oleh suatu
autoantibodi, mengingat kejadian transient trombositopeni pada
neonatus yang lahir dari ibu yang menderita PPTI. Pada sebagian
besar pasien, akan terjadi mekanisme kompensasi dengan peningkatan
produksi trombosit.Antigen pertama yang berhasil diidentifikasi
berasal dari kegagalan antibodi PPTI untuk berikatan dengan
trombosit yang secara genetik kekurangan kompleks glikoprotein
IIb/IIIa. Kemudian berhasil diidentifikasi antibodi yang bereaksi
dengan glikoprotein Ib/IX, Ia/IIa, IV dan V dan determinan
trombosit yang lain. Destruksi trombosit dalam sel penyaji antigen
yang diperkirakan dipicu oleh antibodi, akan menimbulkan pacuan
pembentukan neoantigen, yang berakibat produksi antibodi yang cukup
untuk menimbulkan trombositopenia.Secara alamiah, antibodi terhadap
kompleks glikoprotein IIb/IIIa memperlihatkan restriksi penggunaan
rantai ringan, sedangkan antibodi yang berasal dari displai phage
menunjukkan penggunaan gen VH. Pasien PPTI dewasa sering
menunjukkan peningkatan jumlah HLA-DR + T cells, peningkatan jumlah
reseptor interleukin 2 dan peningkatan profil sitokin yang
menunjukkan aktivasi prekursor sel T helper dan sel T helper tipe
1. Pada pasien-pasien ini, sel T akan merangsang sintesis antibodi
setelah terpapar fragmen glikoprotein IIb/IIIa tetapi bukan karena
terpapar oeh protein alami. PPTI telah didiagnosa pada kembar
monozigot dan pada beberapa keluarga, serta kecenderungan
autoantibodi pada anggota keluarga yang sama. Autoantibodi yang
berhubungan dengan trombositopenia ditemukan pada 75% pasien PPTI.
Autoantibodi IgG anti trombosit ditemukan pada 50-85% pasien.
Antibodi antitrombosit IgA serum ditemukan sesering IgG.Peningkatan
jumlah IgG telah tampak di permukaan trombosit, dan kecepatan
destruksi trombosit pada PPTI adalah proporsional terhadap kadar
yang menyerupai trombosit yang berhubungan dengan imunoglobulin.
Autoantibodi dengan mudah ditemukan dalam plasma atau dalam elusi
trombosit pada pasien dengan penyakit yang aktif, tetapi jarang
ditemukan pada pasien yang mengalami remisi. Hilangnya antibodi
berkaitan dengan kembalinya jumlah trombosit yang normal.Masa hudup
trombosit memendek pada PPTI berkisar dari 2-3 hari sampai beberapa
menit. Pasien yang trombositopenia ringan samapi sedang mempunyai
masa hidup terukur lebih lama dibandingkan dengan trombositopenia
berat.Patogenesis PPTI kronik adalah sensitisasi trombosit oleh
autoantibodi (biasanya IgG) menyebabkan disingkirkannya trombosit
secara prematur dari sirkulasi oleh makrofag sistem
retikuloendotelial, khususnya limpa. Pada banyak kasus, antibodi
tersebut ditujukan terhadap tempat-tempat antigen pada glikoprotein
Ib-Ia atau kompleks Ib. Masa hidup normal untuk trombosit adalah
sekitar 7 hari tetapi pada PPTI masa hidup ini memendek menjadi
beberapa jam.Massa megakariosit total dan perputaran (turnover)
trombosit meningkat secara sejajar menjadi sekitar lima kali
normal. PPTI akut paling sering terjadi anak. Pada sekitar 75%
pasien, episode tersebut terjadi setelah vaksinasi atau infeksi
seperti cacar air atau mononukleosis infeksiosa. Sebagian besar
kasus terjadi akibat perlekatan respon imun non spesisfik. Remisi
spontan lazim terjadi tetapi 5-10% kasus tersebut menjadi kronis
(berlangsung > 6 bulan). Untungnya, angka morbiditas dan
mortalitas pada PPTI akut sangat rendah (Aru W.Sudoyo, 2006 :
669).
2.5 Klasifikasia. PPTI Akut1. Awalnya dijumpai trombositopenia
pada anak.2. Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah
diagnosis(remisi spontan).3. Tidak dijumpai kekambuhan
berikutnya.
b. PPTI Kronik1. Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan
setelah diagnosis.2. Gejala tersembunyi dan berbahaya.3. Jumlah
trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.4. Bentuk ini
terutama pada orang dewasa.5. PPTI kambuhan.6. Mula-mula terjadi
trombositopenia.7. Relaps berulang.8. Jumlah trombosit kembali
normal diantara waktu kambuh.2.6 Pemeriksaan PenunjangPertanda
penyakit ini adalah trombositopenia, yang kurang dari 10.000/uL.
Angka yang lain biasanya normal, walaupun kadang di jumpai anemia
ringan, yang dapat disebabkan oleh pendarahan atau karena
hemolisis. Morfologi sel darah tepi normal kecuali adanya platelet
yang sedikit membesar (megatrombosit). Platelet yang lebih besar
ini adalah platelet muda yang diproduksi sebagai respon
bertambahnya destruksi platelet. Kurang lebih 10% pasien mempunyai
koeksistensi dengan anemia hemolitik autoimun (Sindrom Evans), dan
pada kasus ini apusan darah tepi menunjukan adanya anemia,
retikulositois, dan sferosit. Fragmentasi eritrosit tidak
didapatkan.Sumsum tulang tampak normal, dengan jumlah mega kariosit
atau meningkat. Pengujian koagulai seluruhnya normal. Saat ini,
telah terdapat uji kuantitatif platelet terkait IgG, yang mungkin
dapat membantu diagnosis meskipun sensivitasnya cukup tinggi (95%),
uji ini tidak spesfik, karena 50% dari semua pasien trombositopenia
dengan berbagai penyebab, dapat mengalami peningkatan kadar IgG
platelet.Tes koagulasi (masa protombin, masa protombin arsial)
menunjukan hasil normal kecuali jika terjadi iskemia jaringan yang
menyebabkan DIC. Seperti halnya penyakit akut lain, ditemukan
adanya peningkatan produk degradasi fibrin. Insufisiensi renal
dapat terjadi dengan urinalisis abnormal,dari segi patologi tampak
adanya trombi dalam kapiler atau arteri-arteri kecil tanpa adanya
inflamasi.
2.7 Diagnosis BandingTrombositopenia dapat ditimbulkan karena
abnormalitas fungsi sumsum tulang maupun oleh destruksi primer.
Meskipun sebagian besar gangguan sumsum tulang menimbulkan kelainan
selain trombositopenia, diagnosis seperti mielodispenia hanya dapat
disingkirkan melalui pemeriksaan sumsum tulang.
Penyebab lain trombositopenia yang ditimbulkan oleh destruksi
primer sebagian besar dapat disingkirkan pada evaluasi awal
kelainan seperti disseminated intravaskular coagulation (DIC),
thrombitic trombocytopenic purpura (TTP), sindrom hemolitik uremik,
hipersplenisme, dan sepsis secara mudah disingkirkan dengan tidak
ditemukannya gangguan sistemik pada Trombositopenia Purpura
Idiopatik. Jadi, pasien dengan trombositopenia tanpa temuan
abnormal yang lain hampir pasti mempunyai trombositopenia imun.
Pasien harus ditanya mengenai pengguanan obat, trauma sulfonamid,
kimin, thiazid, simetidin, emas dan heparin. Saat ini, heparin
merupakan penyebab tersering trombositopenia yang di induksi pada
pasien rawat inap. Systemic lupus erithematosus (SLE) dan leukimia
limfositik kronis sering menyebabkan purpura trombositopenia
sekunder, yang secara hematologis identik dengan Purpura
Trombositopenia Idiopatik.Tes koagulasi yang menunjukan hasil
normal membedakan Purpura Trombositopenia Trombotik dari DIC.
Kondisi lain yang menyebabkan hemolisis mikro angiopati harus
disingkirkan. Sindrom Evans adalah kombinasi trombositopenia dan
anemia hemolitik autoimun, tetapi apusan darah menunjukan adanya
sferosif dan tidak didapatkan fragmen eritrosit. Biopsi kulit
biasanya tidak diperlukan untuk diagnosis tapi dapat berguna jika
diduga terjadi vaskulitas.Trombositopenia Purpura Trombotik dan
sindrom hemoilitik-uremik tampaknya bukan suatu penyakit terpisah
dan merupakan suatu spektrum penyakit. Trombositopenia Purpura
Trombotik ditandai oleh temuan neurologis yang lebih banyak dan
trombositopenia yang lebih berat, sedangkan sindrom hemolitik
uremik ditandai dengan lebih beratnya gagal ginjal yang terjadi.2.8
KomplikasiYang menjadi komplikasi dari penyakit PPTI ini antara
lain:1. Perdarahan intrakranial (pada kepala). Ini penyebab utama
kematian penderita PPTI.2. Kehilangan darah yang luar biasa.3. Efek
samping dari kortikosteroid.4. Infeksi pneumococcal.Infeksi ini
biasanya didapat setelah pasien mendapat terapi splenektomi. Si
penderita juga umumnya akan mengalami demam sekitar 38.80C.5.
Perdarahan gusi dan epistaksis.
2.9 Penatalaksanaana. PPTI akut :1. Pada yang ringan hanya
dilakukan observasi tanpa pengobatan, karena dapat sembuh secara
spontan.2. Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit
belum naik, berikan kortikosteroid.3. Pada trombositopenia akibat
koagulasi intravaskular diseminata (KID) dapat diberikan heparin
intravena. Pada pambarian heparin sebaiknya selalu disiapkan
antidotumnya yaitu protein sulfat.4. Bila keadaan saat gawat
(terjadi perdarahan otak atau saluran cerna), berikan tranfusi
suspense trombosit.b. PPTI menahun :1. Imunoglobulin intravena
(dosis inisial 0,8 g/kg, 1 kali pemberian).2. Kortikosteroid (4mg
prednison/kg/hari per oral selama 7 hari, kemudian tapering-off
dalam 7 hari).3. Antibodi anti-R (D)4. interferon
2.10 Asuhan Keperawatan Pada Klien Purpura Trombisitopenia
Idiopatik1. Pengkajiana. Data demografi.Nama, umur, jenis kelamin,
status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, alamat, nomor register.b. Keluhan utama.Klien mengalami
Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis,
jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit, dan jumlah
trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.c. Riwayat kesehatan
keluarga.Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien?d.
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya.Berapa lama
klien menderita Purpura Trombositopenia Idiopatik, bagaimana
penanganannya, mendapat terapi intravena apa, bagaimana cara minum
obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien
untuk menanggulangi penyakitnya.e. Kebiasaan hidup sehari-hari.1.
Alkoholisme.2. Tidak edekuatnya asupan gizi pada makanan.3.
Penurunan masukan diet, mual dan muntah.
f. Status sosial ekonomi.Mencakup kondisi tempat tinggal yang
memungkinkan klien terpapar oleh infeksi bakteri atau virus.g.
Masalah-masalah yang dikeluhkan klien.Sistem kardiovaskuler pada
klien PPTI ditemukan tanda seperti asimtomatik trombosit turun
hingga 20.000, terdapat pula tanda perdarahan seperti; Petekie
terjadi spontan. Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor;
Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan; menoragie;
hematuria; perdarahan gastrointestinal dan perdarahan akan lebih
banyak keluar lagi setelah dilakukan pembedahan dan takikardia /
takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.Sedangkan tanda
pada sistem gastrointestinal yang timbul pada klien PPTI seperti
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi
dan distensi pada abdomen.Sistem neurosensori masalah yang terjadi
adalah sakit kepala, pusing,kelemahan, penurunan penglihatan,
epistaksis, mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal).Sistem
pernapasan tanda yang terjadi berupa nafas pendek pada istirahat
dan aktivitas, takipnea, dan dispnea.Sistem integumen terjadi
turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas yang
diakibatkan.
2. Diagnosa Keperawatana. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, ditandai
dengan turgor kulit buruk, kulit tampak kusut dan hilang
elastisitas, tubuh lemas.b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman
oksigen dan nutrisi ke sel, ditandai dengan adanya rasa terbakar
pada daerah yang terlibat, sianosis, perasaan baal atau kesemutan,
nyeri, eritema,menurunya denyut nadi daerah perifer, dan kepucatan
pada area yang terkena akibat kurangnya oksigen pada daerah
perifer.c. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan
penurunan kapasitas pembawa oksigen darah, ditandai dengan tekanan
darah menurun, nadi meningkat, kapilari refill menurun
(pengembalian darah kapiler), teraba bagian akral dingin, mukosa
pucat, dan sianosis.d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan, ditandai dengan takikardia / takipnea, dispnea pada
beraktivitas / istirahat, kelemahan otot dan penurunan
kekuatan.
14
3.Intervensi KeperawatanNoDiagnosa
KeperawatanTujuanIntervensiImplementasi
1.Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia.Menghilangkan mual dan muntah.1.
Mencukupi kebutuhan kalori setiap hari.
2. Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan yang sesuai
dengan kalori.
3. Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada
keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
4. Menghitung dan menyesuaikan diet untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien.
5. Anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat
badan dan malnutrisi yang serius.1. Berikan nutrisi yang adekuat
secara kualitas maupun kuantitas.2. Berikan makanan dalam porsi
kecil tapi sering.
3. Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai
dengan indikasi.
4. Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
5. Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap
hari.
2.Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan
nutrisi ke sel.Tekanan darah normal dan Pangisian kapiler baik.1.
Memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan
dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
2. Meningkatkan ekspansi paru, memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
3. Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena
hipoksia.
4. Disapne karena regangan jantung lama/ peningkatan kompensasi
curah jantung.1. Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
3. Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangasang.
4. Awasi upaya parnafasan, auskultasi bunyi nafas.
3.Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan
penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.Mengurangi distress
pernafasan.1. Perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot
aksesoris) dapat menindikasikan berlanjutnya keterlibatan /
pengaruh pernafasan yang membutuhkan upaya intervensi.
2. Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan dan
menurunkan resiko aspirasi.
3. Meningkatkan areasi semua segmen paru dan mobilisasikan
sekresi.
4. Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas
kecil.1. Kaji / awasi frekuensi pernafasan, kedalaman dan
irama.
2. Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman.
3. Beri posisi dan Bantu ubah posisi secara periodic.4. Bantu
klien teknik nafas dalam.
4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan.Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.1. Mempengaruhi
pilihan intervensi.
2. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
emmbawa jumlah oksigen ke jaringan.
3. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh.
4. Hipotensi postural / hipoksin serebral menyebabkan pusing,
berdenyut dan peningkatan resiko cedera.1. Kaji kemampuan pasien
untuk melakukan aktivitas normal, catat laporan kelemahan,
keletihan.
2. Awasi TD, nadi, pernafasan.
3. Berikan lingkungan tenang.
4. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap
pusing.
5.Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi
informasi.Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan
yangdiresepkan.1. Memberikan dasar pengetahuan sehingga keluarga /
pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
2. Ketidak tahuan meningkatkan stres.
3. Merupakan kekwatiran yang tidak diungkapkan yang dapat
memperkuat ansietas pasien / keluarga.1. Berikan informasi tntang
PPTI. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan
beratnya PPTI.
2. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
3. Jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan
laboratorium tidak akan memperburuk PPTI.
4. ImplementasiPelaksanaan sesuai dengan intervensi yang sudah
ditetapkan (sesuai dengan literature).
5. EvaluasiPenilaian sesuai dengan kriteria standart yang telah
ditetapkan dengan perencanaan.1. Klien menunjukkan berat badan
stabil.2. Klien menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan
dengan TTV stabil.3. Klien dapat mempertahankan pola pernafasan
normal / efektif.4. Klien menunjukkan peningkatan toleransi
aktivitas.5. Klien menyatakan pemahaman proses penyakit.6. Klien
menunjukkan pemahaman akan prosedur dagnostik dan rencana
pengobatan.BAB IIIPENUTUP
3.1 KesimpulanPPTI adalah suatu keadaan perdarahan berupa
petekie atau ekimosis di kulit/selaput lendir dan berbagai jaringan
dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak
diketahui. Sindrom PPTI disebabkan oleh autoantibodi trombosit
spesifik yang berikatan dengan trombosit autolog kemudian dengan
cepat dibersihkan dari sirkulasi oleh sistem fagosit mononuklear
melalui reseptor Fc makrofag. Diperkirakan bahwa PPTI diperantarai
oleh suatu autoantibodi, mengingat kejadian transien trombositopeni
pada neonatus yang lahir dari ibu yang menderita PPTI. Pada
sebagian besar pasien, akan terjadi mekanisme kompensasi dengan
peningkatan produksi trombositKlasifikasinya PPTI Akut dan kronis,
dimana PPTI akut awalnya dijumpai trombositopenia pada anak, jumlah
trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis (remisi
spontan), tidak dijumpai kekambuhan berikutnya. Sedangkan PPTI
kronis, trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah
diagnosis, gejalanya tersembunyi dan berbahaya, jumlah trombosit
tetap di bawah normal selama penyakit, bentuk ini terutama pada
orang dewasa, PPTI kambuhan, relaps berulang, jumlah trombosit
kembali normal diantara waktu kambuh.
3.2 SaranSetelah membaca makalah kami ini, kami berharap kepada
pembaca, khususnya pada mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami
tentang penyakit PPTI, gejala yang timbul pada penderita, serta
intervensi yang dapat dilakukan pada penderita penyakit
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, cecily L. Dan sowden, linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediatri. Alih bahasa jan tambayong. Jakarta. EGCBrunner &
Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Vol. 2.
Jakarta. EGC.Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGCDorlan FKUI.1969. Ilmu Kesehatan
Anak. Bagian Kesehatan Anak.
FKUIhttp://www.docstoc.com/docs/148287533/ASKEP-PPTI