BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu adanya pengembangan tenaga keperawatan yang mampu mengikuti perkembangan profesi keperawatan. Keperawatan sebagai profesi mempunyai otonomi dan dan keahlian serta pengawasan terhadap pendidikan dan praktek keperawatan. Keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan dengan tindakan terarah, berorientasi kepada masalah dengan menggunakan pendekatan-pendekatan ilmiah dengan dilandasi etika profesi. ( Dep Kes. RI. 1991 : 4 ) Diabetes Melitus tipe II juga disebut Diabetes Melitus tidak tergantung insulin ( NIDDM ). Angka kejadiannya paling sering dibandingkan dengan Diabetes Melitus tipe I. Hal ini dikarenakan pada Diabetes Melitus tipe II banyak disebabkan oleh beberapa factor diantaranya yaitu adanya perubahan gaya hidup dalam mengkonsumsi makanan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio dan
spiritual yang komprehensif serta ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Untuk
mencapai hal tersebut maka perlu adanya pengembangan tenaga keperawatan yang
mampu mengikuti perkembangan profesi keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi mempunyai otonomi dan dan keahlian serta pengawasan
terhadap pendidikan dan praktek keperawatan. Keperawatan merupakan suatu proses
yang dilaksanakan dengan tindakan terarah, berorientasi kepada masalah dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan ilmiah dengan dilandasi etika profesi. ( Dep
Kes. RI. 1991 : 4 )
Diabetes Melitus tipe II juga disebut Diabetes Melitus tidak tergantung insulin
( NIDDM ). Angka kejadiannya paling sering dibandingkan dengan Diabetes Melitus
tipe I. Hal ini dikarenakan pada Diabetes Melitus tipe II banyak disebabkan oleh
beberapa factor diantaranya yaitu adanya perubahan gaya hidup dalam
mengkonsumsi makanan sedangkan aktivitas fisik berkurang, sehingga menyebabkan
kegemukan. Diabetes mellitus tipe II dengan adanya kegemukan dapat menimbulkan
komplikasi lebih lanjut terhadap berbagai organ tubuh diantaranya ginjal, mata,
jantung koroner, pembuluh darah kaki dan pembuluh darah otak.
Bila dilihat dari permasalahannya klien dengan Diabetes Melitus memerlukan
pengobatan dan perawatan sedini mungkin dengan diet, latihan dan obat-obatan.
Pada umumnya klien dengan Diabetes Melitus menjadi rentan terhadap infeksi, dan
infeksi yang timbul terjadi karena kesulitan untuk mengendalikan kadar glukosa
darah dan infeksi pada klien cenderung lebih berat. Disamping itu partisifasi klien
seperti menjalankan program diet dengan baik, olahraga dengan teratur, disertai
dengan pengetahuan yang memadai tentang penyakit Diabetes Melitus, akan sangat
menunjang dalam proses penyembuhan. Untuk itu memerlukan tindakan
keperawatan, baik berupa perawatan maupun pencegahan komplikasi. Dan ketidak
epektifan kepatuhan pengobatan memerlukan bimbingan dan penyuluhan yang
epektif sehingga klien bisa merubah gaya hidupnya dan mengikuti pengobatan dan
perawatan lebih lanjut.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan NIDDM
dengan pendekatan proses keperawatan .
2. Tujuan khusus
Penulis dapat :
a. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan NIDDM + Gangren , mencakup
analisa data, menegakkan diagnosa keperawatan serta menentukan prioritas
masalah.
b. Membuat rencana keperawatan guna mengatasi permasalahan yang muncul
sesuai dengan diagnosa keperawatan.
c. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan.
d. Mengevaluasi hasil asuhan keperwatan.
e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan.
C. Metoda Penulisan
Metoda yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
menggunakan studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan dengan cara
wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, study dokumentasi dan study kepustakaan.
D. Sistematika penulisan
BAB I Pendahuluan
2
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Meliputi konsep dasar yang terdiri dari : pengertian NIDDM, pengertian
Gangren, anatomi fisiologi pancreas dari tulang, etiologi, patofisiologi
NIDDM, manajemen medik secara umum, dampak terhadap system tubuh
dan proses keperawatan yang terdiri dari : pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
BAB III Tinjauan kasus
Meliputi tinjauan kasus yang terdiri dari : pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
BAB IV Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran.
3
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Konsep dasar
1. Pengertian
a. Pengertian NIDDM /DM Tipe II
Diabetes Melitus tipe II/ NIDDM adalah gangguan kronis yang ditandai
dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan
insulin atau secara relative kekurangan insulin. ( Susan, M.T, 1998 )
NIDDM ini terjadi pada usia matur atau pertengahan meskipun pada
semua tahapan usia dapat terjadi. Disini factor lingkungan sangat berperan
misalnya perubahan gaya hidup dalam mengkonsumsi makanan sedangkan
aktivitas berkurang sehingga menyebabkan obesitas.
b. Pengertian Gangren
Gangren adalah sebagai nekrosis koagulativa, biasanya disebabkan oleh
tidak adanya suplai darah, disertai pertumbuhan bakteri-bakteri suprafit.
Dengan demikian maka gangren timbul pada jaringan nekrotik yang terbuka
terhadap bakteri yang hidup. Ini khususnya sering dijumpai pada ekstremitas.
( Sylvia A. 1993 : 23 )
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangrene NIDDM adalah
kerusakan makro vaskuler kejaringan akibat penyakit NIDDM yang tidak
terkontrol.
2. Anatomi Pankreas
a. Pengertian Pankreas
Pankreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang, strukturnya mirip
dengan kelenjar ludah dan terletak retroperitoneal dalam abdomen bagian atas.
Panjangnya +-15 cm mulai dari duodenum sampai limpa dan terdiri dari 3
bagian :
4
Kepala pancreas yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga
abdomen dan didalam lekukan duodenum yang paling praktis
melingkarinya.
Badan pancreas merupakan bagian utama pada organ itu, letaknya
dibelakang lambung dan didepan vertebra lumbalis pertama.
Ekor pancreas adalah bagian yang runcing disebelah kiri yang sebenarnya
menyentuh limpa.
Pankreas mendapat darah dari arteri-arteri lien dan hepar dan dari arteri
mesentrika superior, duktus permekulafikus bersatu dengan duktus koledukus
dan masuk kedalam duodenum diampula vateri pancreas.
Pulau-pulau langerhans tersebar diseluruh pancreas dengan berat hanya 1-
3% dari berat total dengan jumlah semuanya diperkirakan antara 100.000
sampai 2.500.000 yang terdiri dari 4 jenis sel yaitu :
Sel-sel A ( Alfa ) jumlahnya sekitar 20-40 % yang mensekresi glukagon.
Sel-sel B ( Beta ) jumlahnya sekitar 60-80 % yang mensekresi insulin.
Sel-sel D ( Delta ) jumlahnya sekitar 1-15 % yang mensekresi
somatostatin.
Sel-sel F yang mensekresi poli peptida pancreas.
5
Pankreas memiliki 2 fungsi yaitu :
Fungsi Eksokrin
Pankreas berfungsi untuk mensekresi enzim-enzim pencernaan melalui
saluran ke duodenum.
Fungsi Endokrin
Pankreas berfungsi untuk mengatur system melalui mekanisme
pemgaturan gula darah antara lain hormone insulin, glukogen,
somatostatin.
1) Insulin
Insulin adalah hormone yang dihasilkan oleh sel beta pancreas
yang berfungsi dalam mentranspor glukosa melewati sel.
Pengaruhnya yang lain adalah mengubah permeabilitas membrane sel
untuk mempermudah pemasukan glukosa, asam lemak bebas dan asam
amino.
Insulin juga berperan sebagai katalisator untuk menstimulasi enzim-
enzim dan proses kimia dalam memproduksi energi. Kekurangan
ansulin akan menghambat transport glukosa, sehingga glukosa tidak
bisa melewati membrane sel akibatnya glukosa banyak terdapat pada
darah dan terjadi hiperglikemi. Akibat hiperglikemi maka osmolalitas
plasma meningkat timbul osmotic diuretic sehingga terjadi poliuri, bila
hal ini terus terjadi akan menimbulkan dehidrasi dan hipovolemi
akibatnya timbul gejala polidipsi. Akibat lain dari glukosa yang tidak
bisa melewati membrane sel.
2) Glukagon
Glukagon adalah suatu hormone yang disekresi olleh sel-sel
dipulau langerhans. Prinsip kerja glukagon bersifat glukogenolitik,
gliko genolisis dan lipolisis meningkatkan gula darah dengan
merangsang saluran sekresi dalam sel-sel hati. Adenilar sukorase
cenderung mengaktifkan pemecahan fasfalirase, oleh karena itu dapat
6
mengakibatkan pemecahan glikogen, glukagon juga merangsang
sekresi growth hormone, dan somatostatin pancreas.
3) Pengertian metabolisme
Metabolisme adalah merupakan bagian akhir dari penggunaan zat
makanan dalam tubuh. Proses metabolisme meliputi semua perubahan
secara kimia yang dialami nutrisi mulai dari absorbsi sampai
dieksresikan oleh tubuh. ( Barbara KOzier, Fundamental of Nursing
Consept and prosedur )
Reaksi insulin terhadap metabolisme dalam tubuh manusia terhadap
karbohidrat, lipid dan protein adalah :
a. Metabolisme karbohidrat
Efek insulin atas metabolisme karbohidrat segera setelah banyak
karbohidrat, glukosa yang diabsorbsi kedalam darah menyebabkan sekresi
insulin yang cepat.
Sebaliknya insulin menyebabkan ambilan, penyimpanan dan penggunaan
glukosa yang cepat oleh hampir semua jaringan tubuh, tetapi terutama
oleh liper, otot dan jaringan lemak.
Mekanisme insulin menyebabkan ambilan dan penyimpanan
glukosa didalam hati, meliputi beberapa langkah :
Insulin yang menghambat fasforilase enzim yang menyebabkan
glukogen hati dipecah menjadi glukosa.
Insulin meningkatkan ambilan glukosa dari darah sel-sel hati, ini terjadi
dengan meningkatkan aktivitas enzim glukokinase, yaitu enzim yang
menywebabkan fasfarilase awal glukosa setelah berdifusi kedalam sel-
sel hati, karena glukosa yang telah terfasforilase tidak dapat berdifusi
kembali melalui membrane sel.
Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim yang meningkatkan
sintesa glikagon.
7
b. Metabolisme lemak
Dalam metabolisme lemak insulin meningkatkan sintesa asam
lemak, ini terjadi didalam sel hati dan kemudian asam lemak di transper
keadifosa dan disimpan, sedangkan sebagian kecil disintesa didalam sel
lemak itu sendiri, sedangkan factor yang menyebabkan peningkatan
sintesa asam lemak didalam hati meliputi :
Insulin menghambat kerja lipase yang sensitive hormone, karena ia
merupakan enzim yang menyebabkan hidrolisis trigliserida didalam
sel lemak sehingga pelepasan sel lemak kedalam yang bersinkronisasi
terhambat.
Insulin meningkatkan transper kedalam sel-sel lemak dan jalan yang
sama seperti ia meningkatkan transport glukosa kedalam sel-sel otot.
Sehingga bila insulin tak tersedia untuk meninggalkan masukan
glukosa kedalam sel-sel lemak, maka penyimpanan sangat terhambat.
c. Metabolisme protein
Selama beberapa jam setelah makan bila tersedia zat-zat gizi dalam
jumlah berlebihan didalam darah yang bersirkulasi, tak hanya karbohidrat
dan lemak, tetapi protein juga disimpan didalam jaringan. Beberapa fakta
yang diketahui adalah :
Insulin menyebabkan transport aktif banyak asam amino kedalam sel-
sel, jadi insulin bersama hormone pertumbuhan mempunyai
kesanggupan meningkatkan ambilan asam amino kedalam sel-sel.
Insulin langsung mempengaruhi ribosom untuk meningkatkan translasi
messenger RNA. Jadi pembentukan protein baru.
Dalam jangka lebih lama insulin juga meningkatkan kecepatan
transkipsi DNA didalam nucleolus sel, jadi meningkatkan jumlah
RNA.
Insulin juga menghambat katabolisme protein, jadi menurunkan
kecepayan pelepasan asam anino dari sel-sel terutama sel otot.
8
Didalam sel hati, jumlah besar insulin menekan kecepatan
glukoneogenesis dengan menurunkan aktivitas enzim yang
meningkatkan glukoneogenesis. Karena zat yang terbanyak digunakan
untuk sintesis glukosa dengan proses glukoneogenesis adalah asam
amino plasma, maka supresi glukoneogenesis itu menghemat asam
amino.
3. Anatomi Tulang Tibia
a. Tulang Tibia
Tulang adalah suatu jaringan yang membentuk yang menghasilakn sel-sel
darah merah dan menyediakan mineral, partikel kalsium dan posfor.
( Tompson 1993 : 349 )
Sedangkan tulang tibia atau tulang kering merupakan kerangka utama dari
tungkai bawah dan terletak medial dari fibula, tulang tibia terdiri dari :
Ujung atas
Ujung atas akan memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil
lateral. Kondil-kondil ini merupakan bagian yang paling atas dan
paling pinggir dari tulang. Permukaan superiornya memperlihatkan
dua dataran permukaan persendian untuk femur dalam formasi sendi
lutut. Permukaan permukaan tersebut halus dan diatas permukaannya
yang datar terdapat tulang rawan semilunar ( setengah bulan ) yang
membuat persendian lebih dalam untuk penerimaan kondil femur.
KOndil lateral memperlihatkan posterior sebuah faset untuk
persendian dengan kepala fibula pada sendi tibi fibular superior
tuberkel dan tibia ada disebelah depan tepat dibawah kondil-kondil ini,
bagian depan memberi kaitan kepada tendon patella yaitu tendon dari
insersi otot ekstensor kwardisep. Bagian bawah dari tuberkel itu
adalah subkutanus dan sewaktu berlutut menyangga berat badan.
9
4. Etiologi
Etiologi Diabetes Melitus belum ditemukan secara pasti karena
disebabkan oleh berbagai factor.
Diabetes Melitus dapat dibagi kedalam 2 golongan besar, yaitu :
a. Faktor genetic
1. Kembar identik
2. Faktor genetic
b. Faktor non genetic
Infeksi
Nutrisi
Stress
Obat-obatan
Penyakit endokrin ( hormone )
Penyakit-penyakit pankreas
Selain hal tersebut diatas, penyebab Diabetes Melitus dapat digabungkan
dari kedua kelompok yang keduanya memperkuat Diabetes mellitus.
5. Patofisiologi
Kelainan metabolic yang terjadi pada obesitas tampaknya berhubungan
dengan besarnya lapisan lemak dan semua gangguan metabolic yaitu penambahan
lapisan lemak yang dapat menjadi normal dengan pengurangan berat badan.
Obesitas lebih banyak menyebabkan NIDDM daripada IDDM sebagian
penderita berusia 45 tahun dan sekitar 15 % pada awal diagnosa ditemukan dalam
keadaan gemuk, tetapi kemudian akan mengalami penurunan berat badan.
Kegemukan merupakan keadaan dimana intake kalori berlebih dan
sebagian besar membentuk lemak, sehingga terjadi defisiensi karbohidrat karena
terjadi gangguan konvensi lemak pada membrane sel sehingga mengganggu
transport glukosa dan menimbulkan kerusakan atau efek selular, yang kemudian
menghambat metabolisme glukosa intrasel, gangguan tersebut terjadi pula pada
10
membrane sel dimana terletak reseptor insulin bekerja, jika gangguan ini terjadi
pada sel-sel pancreas maka akan terjadi hambatan atau penurunan kemampuan
menghasilkan insulin sehingga terjadi defisiensi insulin.
Jika metabolisme terganggu maka daya tahan tubuh terhadap factor luar
seperti infeksi, terutama adanya odeme gesekan dan tekanan menurun sehingga
mudah terjadi luka atau gangguan integritas kulit bisa disebabkan oleh
penumpukan sorbital, penumpukan sorbital mengakibatkan kerusakan dan
perubahan fungsi syaraf sehingga terjadi penurunan sensasi seperti baal-baal atau
kesemutan. Hal tersebut menyebabkan trauma, tidak terasa nyeri baik mekanis,
termis atau kimiawi.
Defisiensi insulin menyebabkan terjadinya pemecahan lemak bebas dalam
peredaran darah dan bila hati tidak bisa mengabsorbsi lemak bebas maka akan
membentuk benda-benda keton. Selain itu dari pemecahan lemak dapat terjadi
peningkatan BUN dan formasi glukosa baru. Formasi glukosa baru menyebabkan
terjadinya hiperglikemi.
Defisiensi insulin menyebabkan pemecahan glikogen menjadi glukosa,
sehingga terjadi hiperglikemi terjadi peningkatan viskositas darah keperifer
kekurangan oksigen dan nutrisi, hal tersebut menyebabkan metabolisme
terganggu. Hiperglikemi menyebabkan diuresis osmosis sehingga terjadi
insufisiensi ginjal menimbulkan hiperosmolalitas berat dan terjadi dehidrasi intra
selular. Selain itu diuresis osmotic dapat menyebabkan hipoksia jaringan tersebut
dan bisa menimbulkan terjadinya koma. Kalau hiperglikeminya parah dan
melebihi ambang ginjal bagi zat tersebut, maka terjadi glukosuria, glukosuria ini
dapat mengakibatkan diuresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urine
( poliuria ) dan timbul rasa haus ( polidipsi ) karena glukosa hilang bersama urine.
Maka pasien memderita keseimbangan kalori negative dan berat badan berkurang,
rasa lapar yang semakin besar ( poliphagia ) mungkin akan timbul sebagai akibat
kehilangan kalori. Klien lemah dan mengantuk. Infeksi saluran kemih paling
sering penyebabnya adalah E. Coli dan streptokokus sedangkan jamur pathogen
adalah kandida. Infeksi denagn jamur mungkin disebabkan oleh konsentrasi
11
glukosa urine yang pekat. Neurogenik blader akibat neuropati menyebabkan sisa
urine dalam kandung kemih yang merupakan penyebab infeksi, diperlukan
kateterisasi dan menyebabkan gangguan pola eliminasi BAK.
Berkurangnya ambilan asam amino oleh sel meningkatkan glukoneogenesis
sehingga terjadi hiperglikemi, therapy insulin yang tidak adekuat terhadap intake
nutrisi menyebabkan peningkatan kerja insulin dengan mengikatkan dirinya pada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu terjadi reaksi interseluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membrane sel, hal ini menyebbakan
terjadinya hipoglikemi. Peningkatan kadar glukosa darah akan mengakibatkan
penumpukan sorbitol dan lemak pada tunika intima, sehingga pembuluh darah
mengalami penyempitan. Jika hal ini terjadi maka suplai O2 dan nutrisi akan
berkurang kejaringan dan terjadilah infark pada jaringan yang dituju, apabila
mengenai pembuluh darah periper akan menimbulkan efek penurunan sensasi
sehingga akan terjadi gangrene ekstremitas bila terjadi trauma.
6. Dampak Defisiensi Insulin terhadap system tubuh
Defisiensi insulin mempengaruhi metabolisme tubuh yang berdampak
terhadap system tubuh yaitu :
a. Dampak terhadap fisik
1) Sistem endokrin
Defisiensi insulin menyebabkan kegagalan dalam pemasukan
nutrisi kejaringan sehingga swell-sel kekurangan glukosa yang
menimbulkan :
a. Sel kekurangan glukosa untuk proses metabolisme dan penurunan
penggunaan dan aktivitas gluosa dalam sel akan merangsang pusat
lapar
b. Penurunan penggunaan protein dan glukosa oleh jaringan sehingga
menyebabkan penurunan berat badan
c. Pembongkaran lemak dan cadangan protein untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme proses ini menghasilkan benda-benda keton
12
yang disebabkan hati yang tidak mampu menetralisir lemak.
Penumpukan asam lemak ini akan mengiritasi memperoleh
peningkatan sekresi asam lambung sehingga menimbulkan gangguan
system ini berdampak terhadap gangguan kebutuhan nutrisi
2 ) Sistem Kardiovaskuler
Peningkatan kadar glukosa darah akan mengakibatkan
penumpukan sorbitol dan lemak pada tunika intima sehingga pembuluh
darah mengalami penyempitan. Jika hal ini terjadi maka suplai O2 dan
nutrisi akan berkurang kejaringan dan terjadilah infark pada jaringan yang
dituju, apabila mengenai pembuluh darah perifer akan menimbulkan efek
penurunan sensasi sehingga akan terjadi gangrene ekstremitas bila terjadi
trauma. Dan jika terjadi pada arteri jantung akan menyebabkan angina
pectoris dan akut miokard imfark.
3 ) Sistem pencernaan
Defisiensi insulin menyebabkan kegagalan dalam pemasukan
glukosa kejaringan sehingga sel-sel kekurangan glukosa. Proses
kekurangan glukosa intra sel menimbulkan :
Peningkatan penggunan protein dan glukogen oleh jaringan sehingga
menyebabkan penurunan berat badan.
Pembongkaran lemak dan cadangan protein untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme. Hal ini akan diperberat oleh peningkatan
sekresi asam lambung sehingga menimbulkan perasaan mual, muntah.
Peningkatan transport glukosa untuk proses metabolisme. Penurunan
penggunaan dan aktivitas glukosa dalam sel akan merangsang pusat
makan dibagian lateral hypothalamus, sehingga timbul peningkatan
perasaan lapar ( poliphagi )
4 ) Sistem perkemihan
Kekurangan pemasukan glukosa kedalam sel menyebabkan
peningkatan volume extra sel sehingga terjadi peningkatan osmolalitas sel
yang akan merangsang hypothalamus untuk mengsekresikan ADH dan
13
merangsang pusat haus di bagian lateral. Pada fase ini klien akan
merasakan haus dan penurunan produksi urine sehingga volume cairan
extra sel bertambah. Peningkatan volume cairan akan menyebabkan
konsentrasi extra sel menurun sehingga cairan intra sel menurun.
Penurunan volume intra sel merangsang volume reseptor diHipothalamus
untuk menekan sekresi ADH sehingga terjadi peningkatan kadar gula
darah melebihi ambang ginjal. Diuresis osmotic akan mempercepat
pengisian vesika urinaria sehingga merangsang keinginan berkemih
( poliuri ) dan kondisi ini bertambah pada mlam hari karena terjadi
vasokonstriksi akibat penurunan suhu sehingga timbul nokturi. Selain itu
gangguan system perkemihan juga terjadi akibat adanya kerusakan ginjal (
netropati ) hal ini disebabkan adanya penurunan perfusi kedaerah ginjal.