Page 1
Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Gangguan Hematologi
Idiopatik Trombositipenia Purpura
Disusun oleh :
1. Ida Marhaeni
2. Lazuardi Mahendra R.
3. Nelly Khasanah
4. Artik
5. Ekhtiari Wilujeng
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2012
i
Page 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Gangguan
Hematologi Idiopatik Trombositipenia Purpura” ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu. Makalah ini di susun oleh penulis guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Reproduksi II pada semester VII.
Penulis berharap dengan di susunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan para
pembaca, terkhusus untuk mahasiswa program studi S1 Keperawtan STIKES ICME
JOMBANG mengenai asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan gangguan hematologi
salah satunya ITP.” Tak ada gading yang tak retak” penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Jombang, 19 November 2012
Penulis
ii
Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.latar belakang masalah
Kehamilan normal menyebabkan perubahan-perubahan besar dalam system koagulasi
dan fibrinolitik, yaitu meningkatnya konsentrasi berbagai factor koagulasi dan penurunan
aktivitas fibrinolitik plasma sebagai akibat peningkatan konsentrasi plasminogen activator
inhibitors (PAI). Fibrinogen meningkat dari kehamilan awal sampai dapat mencapai dua
kali lipat nilai sebelum hamil pada kehamilan aterm. Factor VIII dan X juga meningkat
sangat pesat selama kehamilan, tetapi faktor-faktor pembekuan tergantung vitamin K
lainnya, factor II, factor IX, dan XII hamper tidak menunjukkan perubahan, sedangkan
factor XI dan XIII dapat menurun sedikit.
Hitung trombosit seharusnya tidak banyak berubah selama kehamilan. Waktu
perdarahan tetap normal selama kehamilan. Uji skrining untuk memeriksa perdarahan, yaitu
activated partial thromboplastin time (APTT) dan prothrombin time (PT), berada dalam
nilai normal dewasa selama kehamilan, tetapi paa trimester ketiga, keduanya mungkin
sedikit memendek, dan hal ini perlu diperhatikan ketika menilai status koagulasi pada ibu
hamil.
Kelainan perdarahan pada masa kehamilan dan nifas merupakan problem tersendiri
yang mungkin sulit ditangani. Terdapat berbagai macam kelainan perdarahan yang dapat
dikelompokkan dalam kelainan bawaan serta didapat, salah satu kelainan perdarahan
didapat pada kehamilan adalah Idiopatik Trombositopenia Purpura.
Trombositopenia pada ITP merupakan proses autoimun dimana terjadi perusakan
trombosit yang dimediasi oleh autoantibodi antitrombosit yang terikat pada antigen
permukaan sel. Trombosit yang telah memiliki kompleks antigen antibodi ini kemudian
akan dihancurkan oleh sistem retikuloendotelial. Autoantibodi antitrombosit tersebut dapat
melewati sawar darah plasenta, sehingga dapat mempengaruhi ibu dan janinnya.
Komplikasi ibu yang paling sering terjadi adalah perdarahan, baik perdarahan antepartum,
perdarahan intra partum, maupun perdarahan post partum. Dari berbagai penelitian yang
telah dilakukan metode persalinan tidak memiliki korelasi langsung dengan risiko
1
Page 4
perdarahan asal dilakukan dengan penanganan tepat.Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis membahas materi tentang asuhan keperawatan ibu hamil dengan gangguan
hematologi salah satunya adalah ITP dengan harapan dapat menambah pengetahuan para
pembaca terkhusus untuk mahasiswa program studi S1 Keperawatan STIKES ICME
JOMBANG mengenai konsep dasar penatalaksanaan asuhan keperawatan bayi dengan
bblr.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan ITP?
2. Bagaimana etiologi dari ITP?
3. Apa sajakah manifestasi klinis dari ITP?
4. Apa saja komplikasi dari ITP dalam kehamilan?
5. Bagaimanakah penatalaksanaan kehamilan dengan ITP?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori ITP dalam kehamilan.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan ITP.
2
Page 5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. DefinisiIdiophatic (Autoimmune) Trobocytopenic Purpura (ITP/ATP) merupakan kelainan
autoimun dimana autoanti body Ig G dibentuk untuk mengikat trombosit. Tidak jelas
apakah antigen pada permukaan trombosit dibentuk. Meskipun antibodi antitrombosit dapat
mengikat komplemen, trombosit tidak rusak oleh lisis langsung. Insident tersering pada usia
20-50 tahun dan lebih sering pada wanita dibanding laki-laki (2:1). (Arief mansoer, dkk).
Idiopatik Trombositipenia Purpura ( ITP) adalah kelainan hematologis dimana
ditemukan adanya penurunan jumlah trombosis di bawah normal ( trombositopenia),
dengan disertai manifestasi klinis berupa perdarahan di kulit (purpura) dan kadang disertai
manifestasi perdarahan lain (misal epistaksis) tanpa ditemukan sebab sistemik atau
toksisitas yang jelas. ITP merupakan proses autoimun.( http://www./idiopathic-immune-
trombocytopenic-purpura.html.).
2.2. Etiologi
Etiologi pasti dari purpura trombositopenik imun (PTI) belum diketahui, namun
beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah sebagai berikut :
1. Hipersplenisme.
2. Infeksi virus. seperti rubella, rubeola, atau infeksi saluran napas virus. Jarak waktu
antara infeksi dan awitan purpura rata-rata 2 minggu.
3. Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino salisilat (PAS), Fenil butazon,
diamokkina, sedormid).
4. Bahan kimia.
5. Pengaruh fisik (radiasi, panas).
6. Kekurangan factor pematangan (malnutrisi).
7. Koagulasi intra vascular diseminata CKID.
8. Autoimmun.
2.3. Patofisiologi
3
Page 6
Trombositopenia pada PTI merupakan suatu keadaan dimana jumlah trombosit darah
perifer kurang dari normal yang disebabkan oleh menurunnya produksi, distribusi
abnormal, destruksi trombosit
yang meningkat.
Patofisiologi Klasifikasi
1. Trombositopenia artifaktual
- Trombosit bergerombol (Platelet clumping) disebabkan oleh anticoagulant-
dependent immunoglobulin (Pseudotrombositopenia)
- Trombosit satelit (Platelet satellitism)
Trombosit menempel pada sel PMN leukosit yang dapat dilihat pada darah
dengan antikoagulan EDTA. Platelet satellism tidak menempel pada limfosit,
eosinofil, basofil, monosit. Platelet satellism tidak ditemukan pada individu
normal ketika plasma, trombosit, dan sel darah putih dicampur dengan trombosit.
Trombosit diikat oleh suatu penginduksi (obat, dll.) sebagai antigen sehingga
dikenali oleh sel PMN leukosit yang mengandung antibody sehingga terjadi
adhesi trombosit pada PMN leukosit.
- Giant Trombosit (Giant Platelet)
Giant trombosit terdapat pada apusan darah tepi penderita ITP (I Made Bakta,
2006). Trombosit ini berukuran lebih besar dari normal.
2. Penurunan Produksi Trombosit
- Hipoplasia megakariosit
- Trombopoesis yang tidak efektif
- Gangguan kontrol trombopoetik
- Trombositopenia herediter
3. Peningkatan destruksi Trombosit
a. Proses imunologis
4
Page 7
- Autoimun, idiopatik sekunder : infeksi, kehamilan, gangguan kolagen
vaskuler, gangguan limfoproliferatif.
- Alloimun : trombositopenia neonates, purpura pasca-transfusi.
b. Proses Nonimunologis
- Trombosis Mikroangiopati : Disseminated Intravascular Coagulation (DIC),
Thrombotic Thrombocytopenic Purpura (TTP), Hemolytic-Uremic Syndrome
(HUS).
- Kerusakan trombosit oleh karena abnormalitas permukaan vaskuler: infeksi,
tranfusi darah massif, dll.
c. Abnormalitas distribusi trombosit atau pooling
- Gangguan pada limpa (lien)
- Hipotermia
- Dilusi trombosit dengan transfuse massif
ITP adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum terjadi. ITP
adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sumsum normal. Penyebab sebenarnya tidak diketahui,
meskipun diduga disebabkan oleh agen virus yang merusak trombosit. Pada umumnya
gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1 – 6 minggu sebelum
timbul gejala. Gangguan ini dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu akut, kronik dan
kambuhan. Pada anak-anak mula-mula terdapat gejala diantaranya demam, perdarahan,
petekie, purpura dengan trombositopenia dan anemia.
Trombositopenia pada PTI disebabkan terjadinya kerusakan yang berlebihan dari
trombosit sedangkan pembentukannya normal atau meningkat. Kerusakan ini mungkin
disebabkan oleh faktor yang heterogen, sampai saat ini belum diperoleh kesepakatan
mengenai mekanismenya. Harrington (1951) menyimpulkan bahwa kerusakan trombosit
disebabkan adanya Humoral antiplatelet factor di dalam tubuh yang saat ini dikenal
sebagai PAIgG atau Platelet Associated IgG Court dan kawan-kawan telah membuktikan
bahwa PAIgG meningkat pada PTI, sedangkan Lightsey dan kawan-kawan menemukan
PAIgG lebih tinggi pada PTI akut dibanding bentuk kronik. Hal ini menunjuk-kan bahwa
terdapat perbedaan mekanisme kerusakan trombosit pada bentuk akut dan kronik
5
Page 8
PAIgG diproduksi oleh limpa dan sumsum tulang. Kenaikan produksi PAIgG adalah
akibat adanya antigen spesifik terhadap trombosit dan megakariosit dalam tubuh.
Pada bentuk akut antigen spesifik diduga bersumber dari infeksi virus yang terjadi 1-6
minggu sebelumnya. Antigen ini bersama PAIgG membentuk kompleks antigen-antibodi
dan selanjutnya melekat di permukaan trombosit. Perlekatan ini menyebabkan trombosit
akan mengalami kerusakan akibat lisis atau penghancuran oleh sel-sel makrofag di RES
yang terdapat di hati, limpa, sumsum tulang dan getah bening. Kerusakan yang demikian
cepat dan jumlah yang besar menyebabkan terjadinya trombositopenia yang berat diikuti
manifestasi perdarahan.
Bentuk PTI kronik bisa merupakan kelanjutan dari bentuk akut. Pada bentuk kronik ini
ternyata PAIgG tetap tinggi walaupun kompleks antigen-antibodi dikeluarkan dari tubuh,
meskipun tidak setinggi pada bentuk akut. Keadaan demikian diduga berhubungan erat
dengan konstitusi genetik yang spesifik dari sistim immunologik penderita dimana
peninggian PAIgG disebabkan adanya autoantigen pada membrana trombosit atau oleh
antigen spesifik yang melekat pada permukaan trombosit.
2.4. Manifestasi Klinis
- Masa prodormal : keletihan, demam dan nyeri abdomen.
- Biasanya didahului oleh infeksi bakteri atau virus (misalnya rubella, rubeola,varisela),
atau setelah vaksinasi dengan virus hidup 1-3 minggu sebelum trombositopenia.
- Riwayat perdarahan.
- Riwayat pemberian obat-obatan, misalnya heparin, sulfonamid, kuinidin/kuinin,
aspirin.
- Riwayat ibu menderita HIV, riwayat keluarga yang menderita trombositopenia atau
kelainan hematologi.
- Manifestasi perdarahan (ekimosis multipel, petekie, epistaksis).
- Anemia terjadi jika banyak darah yang hilang karena perdarahan.
- Hati, limpa dan kelenjar getah bening tidak membesar.
- Infeksi.
2.5. Diagnosis
6
Page 9
Idiopatik Trombositopenia Purpura adalah diagnosis eksklusi, yaitu diagnosis setelah
diagnosis diferensial lain telah tersingkirkan. Idiopatik trombositopenia purpura sendiri
ditegakkan bila ditemukan antara lain adanya purpura pada kulit, uji tourniquete positif,
jumlah trombosit kurang dari 100.000/mL, adanya perpanjangan masa perdarahan, waktu
pembekuan, serta gangguan koagulasi lainnya, dengan jumlah megakariosit dalam
sumsum tulang lebih banyak, dengan tanpa ditemukan adanya kelainan sistemik maupun
toksisitas obat atau racun, dan tidak ditemukan pula splenomegali. Lebih dari 80% kasus
ITP berhubungan dengan antibodi antiplatelet, tetapi adanya antibodi antiplatelet ini
bukan merupakan kriteria diagnosis untuk ITP.
ITP juga bisa terlihat dan terdiagnosa pada saat kehamilan. Karena sangat sulit
membedakan diagnosis antara ITP dan trombositopenia gestational Bahkan dengan
pemeriksaan antibodi antitrombosit, kecuali bila terdapat penurunan trombosit yang
drastik tanpa ditemukan penyebab lain untuk trombositopenia. pun tidak. ITP ringan
sampai sedang merupakan kondisi yang sering ditemui pada akhir kehamilan, tanpa
ditemui manifestasi klinis yang berarti. Akan tetapi untuk mendiagnosis ITP hendaknya
dilakukan pemeriksaan dan evaluasi ulang post partum.
2.6. Pemeriksaan Penunjang
a. Trombocitopenia (khas)
Hitung trombosit menurun sampai dibawah 20 x 10/L, dapat mencapai nol.
b. Apus darah tepi : Megatrombosit.
c. Anemia normositik bila lama anemia mikrositik hipokromik (atau bila ada
perdarahan hebat).
d. Leukosit :
Normal bila ada perdaraha hebat leukositosis ringan dengan pergeseran ke kiri,
pada keadaan lama : limfositosis relatif/leukopenia ringan.
e. Sumsum tulang
Normal, tetapi jumlah dapat bertambah, banyak dijumpai megakariosit muda berisi
metamegalialuariosit satu, setoplasma lebar, granulosit sedikit (megakariosit yang
mengandung trombosit) jarang ditemukan.
f. Perdarahan hebat hiperaktif sistem eritropoetik.
g. Bila ada eosinofil alam jumlah banyak (> normal) prognosis baik.
7
Page 10
h. Masa perdarahan memanjang, Rl (+), masa pembekuan normal, retraksi bekuan
abnormal dan protombin consumtion memendek.
2.7. Penatalaksanaan
1. ITP Akut
- Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
- Jika trombcosit 30.000-50.000 :berikan prednison atau tidak diterapi.
- Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka
berikan kortikosteroid.
- Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per
IV.
- Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
- Transfusi trombosit , Imunoglobulin intravena (1g/kg/hari atau 2-3 hari),
Metilprednisolon (1g/hari atau 3 hari).
2. ITP Menahun
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Contohnya: prednison 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap
kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
IMMUNOGLOBULIN
Preparat Immunoglobulin yang digunakan mengandung lebih dari 95% gamma-globulin
dalam bentuk monomerik. Meskipun kesimpulan akhir mekanisme kerjanya belum
terungkap, tetapi ada beberapa pendapat yang telah dikemukakan yaitu :
1. Melindungi permukaan trombosit, membungkusnya dengan Immunoglobulin non
spesifik, sehingga PAIgG, antigen spesifik, ataupun antigen-antibodi tidak dapat
melekat pada permukaan trombosit
2. Menurunkan produksi PAIgG
3. Memblokade Fc reseptor di RES
4. Dapat mengatasi penekanan trombopoetik yang disebabkan oleh kortikosteroid
apabila pengobatan konservatif sebelumnya telah menggunakan preparat ini
SPLENEKTOMI
8
Page 11
Pada wanita yang tidak berespon terhadap steroid atau terapi imunoglobulin, splenektomi
mungkin efektif. Menjelang akhir kehamilan, prosedur ini secara teknis lebih sulit dan
mungkin perlu dilakukan seksio sesarea agar limpa lebih mudah dicapai.
a. Mekanisme kerja
Seperti telah diketahui limpa merupakan salah satu organ pembentuk PAIgG dan
sebaliknya juga merupakan tempat penghancuran PAIgG tersebut. Dengan
diangkatnya limpa diharapkan pembentukan PAIgG berkurang dan penghancuran
PAIgG atau trombosit di limpa tidak ada lagi; akibatnya trombosit meningkat, dan
permeabilitas kapiler mengalami perbaikan.
b. Indikasi
- PTI kronik yang sedang dan berat
- PTI kronik yang diobati secara konservatif ternyata gagal mencapai remisi setelah
6-12 bulan, atau mengalami relaps 23 kali dalam setahun, atau tidak memberi
respons terhadap pengobatan konservatif
c. Kontra Indikasi
- Penderita PTI kronik yang juga menderita penyakit akut atau berat lainnya.
- Penderita PTI kronik disertai penyakit jantung atau hal lain yang merupakan
indikasi-kontra bagi setiap tindakan bedah.
d. Pasca splenektomi
- Penilaian terhadap basil splenektomi menurut perbaikan klinis dan hitung
trombosit dilakukan 6-8 minggu kemudian. Dan basil yang diperoleh ternyata ±
80% mengalami remisi sempurna
- Penyulit pasca splenektomi: Pada masa kurang dari 2 minggu berupa sepsis dan
perdarahan, sedangkan lebih dari 2 minggu berupa penyakit infeksi berat.
2.7.Pencegahan
9
Page 12
Imun trombositopeni purpura (ITP) tidak dapat dicegah, tetapi dapat dicegah
komplikasinya yaitu sebagai berikut :
- Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat mempengaruhi
platelet dan meningkatkan resiko pendarahan.
- Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan, lakukan terapi
yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang.
- Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini penting
bagi pasien dengan ITP yang sudah tidak memiliki limfa.
2.8.Komplikasi
a. Komplikasi maternal
Komplikasi ibu yang paling sering terjadi adalah perdarahan, baik perdarahan
antepartum, perdarahan intra partum, maupun perdarahan post partum. Dari berbagai
penelitian yang telah dilakukan metode persalinan tidak memiliki korelasi langsung dengan
risiko perdarahan asal dilakukan dengan penanganan tepat.Hitung trombosit > 50.000/mL
masih aman untuk persalinan, bahkan beberapa ahli mengatakan sampai level
30-50.000/mL masih dapat melahirkan dengan normal tanpa komplikasi. Wanita dengan
ITP yang mengalami perdarahan intra-partum memiliki jumlah trombosit < 30.000/mL.
Penatalaksanaan ITP dalam kehamilan haruslah mengacu pada hal tersebut.
Tidak direkomendasikan untuk melakukan pengambilan sampling darah janin untuk
mengetahui hitung trombosit janin. Akan tetapi bila data tersebut sudah tersedia, maka
dianjurkan untuk melakukan sectio cesaria bila kadar trombosit janin < 20.000/mL.
Riwayat melahirkan bayi dengan jumlah trombosit yang rendah (<50.000/mL) atau bayi
yang mengalami perdarahan intracranial juga bias dijadikan sebagai bahan pertimbangan.
Beberapa tahun terakhir wanita dengan ITP lebih banyak yang menjalani sectio cesaria
( 77%), akan tetapi hendaknya pemilihan metode persalinan lebih dikarenakan indikasi
obstetric dan bukan karena ITP maternal.
Komplikasi lain yang harus diperhatikan selama persalinan adalah TTP ( Trombotik
Trombositopenik Purpura) juga merupakan hal yang patut diwaspadai dan dimonitor
dengan baik, walaupun insidennya jarang, akan tetapi memerlukan terapi yang lebih
agresif. Karena pada TTP terbentuk trombi yang dapat menyebabkan iskemi, selain juga
menurunkan jumlah trombosit dalam sirkulasi. TTP memiliki tingkat mortalitas yang tinggi
10
Page 13
baik untuk ibu (44%) atau janin (80%). Sebagian besar TTP terjadi antepartum, dan hanya
11% yang terjadi post partum (11%).
b. Komplikasi fetal dan neonatal
Risiko trombositopenia fetal pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita ITP sekitar
10%, dimana 1/3 nya mengalami komplikasi perdarahan. Hitung trombosit mungkin akan
turun setelah persalinan, dan biasanya akan membaik dalam 2 minggu. Dapat terjadi
perdarahan spontan post natal. Insiden terjadinya trombositopenia neonatal (NAIT –
Neonatal Alloimmune Thrombocytopenia ) berkisar 12%. Perdarahan intracranial neonatus
jarang terjadi ( sekitar 1%), dan tidak bergantung dari metode persalinan. Persalinan per
vaginam tidak terbukti menyebabkan perdarahan intracranial. Sectio cesaria sebaiknya
hanya dilakukan atas indikasi obstetric.
Rendahnya jumlah trombosit neonatus selain karena factor intrauterine seringkali juga
disebabkan IgG antitrombosit ibu yang berada pada air susu yang diminum oleh neonatus.
Trombositopenia ini dapat menyebabkan perdarahan intracranial neonatus post partum.
Sangatlah penting untuk memberitahu dokter anak yang merawat pasien dimana ibunya
mengalami ITP tentang kemungkinan terjadinya trombositopenia. Akan tetapi pemberian
ASI tetap boleh dilakukan hanya perlu dilakukan penatalaksanaan yang tepat dan monitor
dengan baik.
Wanita dengan ITP memiliki risiko lebih besar untuk melahirkan neonatus yang
mengalami trombositopenia. Dimana 10% diantara neonatus tersebut memiliki hitung
trombosit <50.000/mL, dan 4% < 20.000/mL. Adanya antibodi antiplatelet dalam sirkulasi
fetomaternal memungkinkan hal ini. IgG menembus sawar plasenta dan menempel pada
epitop trombosit janin, sehingga dihancurkan oleh sistem retikuloendotelial janin. Akan
tetapi walaupun kejadian trombositopenia neonatus memang lebih banyak pada wanita ITP,
belum ada korelasi yang jelas mengenai hal tersebut.
Dari beberapa penelitian terlihat bahwa 10 dari 11 bayi yang lahir dari ibu yang bukan
penderita ITP juga memiliki antibodi antiplatelet dalam sirkulasinya, sehingga mengalami
trombositopenia. Ibu dari bayi-bayi tersebut ternyata setelah dilakukan pemeriksaan post
partum memiliki siklus hidup trombosit lebih pendek, sehingga didiagnosa dengan ITP
ringan.
11
Page 14
BAB III
KONSEP ASKEP
3.1.Pengkajian
Anamnesa
I.Identias
Idenitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal, dan jam masuk rumah sakit, nomor register, asuransi
kesehatan, dan diagnosa medis.
II.Keluhan Utama MRS
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta perolongan kesehatan
adalah adanya gejala dan tanda seperti demam, bintik-bintik merah pada kulit di daerah
kaki, memar di sekitar mulut, dan sering mimisan.
III.Keluhan Penyakit Sekarang
Klien dengan ITP biasanya mengeluhkan letih,ada bintik-bintik merah di kulit,dan juga
demam.
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang peru ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit terdahulu.
V. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah yang menderita penyakit ITP dalam keluarga, atau penyakit menular misalnya
TBC dan penyakit keturunan seperti DM.
VI.Riwayat Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang di gunakan klien dan keluarga untuk menilai
respons terhadap penyakit yang diderita dan perubahan peran dalam keluarga dan
masyarakat serta respons aau pengaruhnya dalam kehidupan sehari- hari baik dalam
keluarga maupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien, yaitu
timbul ketakutan akan kondisinya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal.
VII. Pengkajian ANC
1. Riwayat Obstetri
a.Riwayat Menstruasi
Kaji tentang menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan
adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluhan yang
menyertainya.
12
Page 15
b.Riwayat Abortus, Persalinan,Nifas
Kaji jumlah anak saat ini, riwayat kehamilan dan pengalaman persalinan sebelumnya,
riwayat kehilangan (abortus) janin, dan nifas.
c.Riwayat Kehamilan Sekarang
- HPHT, HTP
- Gerakan janin (kapan mulai dirasakan dan apakah ada perubahan yang terjadi)
- Masalah atau tanda-tanda bahaya
- Keluhan-keluhan lazim pada kehamilan
- Penggunaan oba-obatan
- Kehawatiran-kehawatiran yang dirasakan.
2. Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah di alami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh
siapa dan dimana tindakan tersebut berlangsung.
3. Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
4. Riwayat imunisasi
Memberikan imunisasi TT 0,5 cc, jika sebelumnya telah mendapatkan.
Dengan jadwal sebagai berikut :
Antigen Interval(selang waktu minimal)
Lama perlindungan
%
perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal pertama
- -
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun* 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup
99
Keterangan : *artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi
yang dilahirkan akan terilndung dari TN (Tetanus Neonatorum).
5.Riwayat Keluarga Berencana
Perlu di kaji apakah sebelumnya ibu sudah pernah melaksanakan KB, jenis kontrasepsi apa
yang di gunakan, sejak kapan menggunakan kontrasepsi, dan adakah masalah selama
memakai kontrasepsi tersebut?.
13
Page 16
Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)
Perubahan pada system pernapasan yang mungkin muncul pada pasien ITP Nafas pendek
pada istirahat dan aktivitas yang bias di tandai adanya takipnea.
2. B2 (Blood)
Terdapat gejala perdarahan seperti ptekie, ekimosis, epitaksis tanpa ditemukan sebab
sistemik atau toksisitas yang jelas.
Nadi lemah dan cepat, bisa terjadi peningkatan tekanan sistolik. Bila terjadi yang lebih
parah, hipotensi menandakan adanya perubahan perfusi jaringan dan tanda-tanda awal dari
suatu syok,.
3. B3(Brain)
Dapat di sertai sakit kepala, pusing, demam.
4. B4 (Bladder)
Pada ibu hamil pada prinsipnya, secara fisiologis mengalami perubahan system
perkemihan karena kegiatan ginjal meningkat, adanya dilatasi glomerolus dan ureter
sehingga sering BAK. Pada ibu hamil dengan ITP ada kemungkinan terjadi hematuri.
5. B5 (Bowel)
Harus di ketahui bahwa adanya perubahan fisiologis system pencernaan pada ibu
hamil yaitu Mual dan muntah akibat pengaruh HCG, Tonus dan motilitas lambung
menurun, Hyperptialisin, dan Peristaltik GI menurun, konstipasi karena peningkatan
reabsorbsi cairan. Pada ibu hamil dengan ITP memungkinkan terjadinya
hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
6. B6 (Bone)
Sering muncul keletihan, kelemahan, malaise umum, sering terdapat bintik-bintik
merah dan memar di daerah kaki, penyembuhan luka buruk sering infeksi.
3.2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan fungsi trombosit abnormal,
trombositopenia
b. Potensial terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
salah interpretasi informasi.
14
Page 17
3.3. Intervensi Keperawatan
a. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan fungsi trombosit abnormal,
trombositopenia
1. Anjurkan pada klien untuk banyak istirahat tirah baring ( bedrest )
R/Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
2. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang bahaya yang dapat timbul
akibat dari adanya perdarahan baik untuk ibu atau janin, dan anjurkan untuk segera
melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti di gusi, hidung(epistaksis), berak darah
(melena), atau muntah darah (hematemesis).
R/Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi
perdarahan.
3. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan
mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah dan Observasi tanda-
tanda perdarahan serta tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).
R/Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
4. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara berkala (darah lengkap).
R/mengetahui jumlah trombosit sebagai acuan tindakan selanjutnya.
5. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
R/Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kenaikan produksi PAIgG adalah
akibat adanya antigen spesifik terhadap trombosit dan megakariosit dalam tubuh
6. Kolaborasi dalam pemberian medikamentosa.
R/membantu mempercepat proses kesembuhan pasien.
b. Potensial terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat.
1. Monitor keadaan umum pasien
R/ Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan.
Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok
2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
R/Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi
presyok / syok
3. Monitor masukan & keluaran, catat & ukur perdarahan yang terjadi, produksi urin.
R/Pengukuran & pencatatan sangat penting untuk mengetahui jumlah perdarahan
yang dialami pasien. Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh. Produksi urin
15
Page 18
yang lebih pekat & lebih sedikit dari normal (sangat sedikit) menunjukkan pasien
kekurangan cairan & mengalami syok. Hati-hati terha-dap perdarahan di dalam
4. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan
R/Dengan melibatkan pasien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera
diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
5. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
R/Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
Monitor masukan & keluaran, catat & ukur perdarahan yang terjadi, produksi urin.
6. Berikan obat-obatan untuk me-ngatasi perdarahan sesuai dengan program dokter.
R/mengurangi resiko syok hipovolemik.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi.
1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit ITP
R/untuk mengukur tingkat pengetahuan pasien & keluarga.
2. Menjelaskan tentang proses penyakit,, perawatan & obat-obatan pada pasien
dengan bahasa & kata-kata yang mudah dimengerti/ dipahami.
R/menambah pengetahuan pasien.
3. Menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan & manfaat nya bagi pasien.
R/mengurangi kekhawatiran pasien dalam setiap tindakan yang diberikan perawat.
4. .Memberikan kesempatan pada pasien/keluarga untuk menanyakan hal-hal
yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakit yang di alami pasien.
R/ Mengurangi kecemasan & memo-tivasi pasien untuk kooperatif se-lama masa
perawatan atau penyem-buhan.
5. Menggunakan leaflet atau gambar dalam memberikan penjelasan (jika
ada/memungkinkan).
R/ Gambar-gambar atau media cetak seperti leaflet dapat membantu me-ngingat
penjelasan yang telah dibe-rikan karena dapat dilihat atau di baca berulang kali.
16
Page 19
BAB IVPENUTUP
4.1.Kesimpulan
ITP ( Idiopatik Trombositopenia Purpura) merupakan kondisi yang sering ditemui
pada wanita usia reproduksi, sehingga kejadiannya pada kehamilan juga cukup tinggi yaitu
hingga 1-2 kasus dalam 1000 kehamilan. Kehamilan dan ITP saling mempengaruhi satu
sama lain. ITP merupakan kondisi trombositopenia yang dapat diperberat dengan adanya
kehamilan. Wanita yang sebelum hamil memiliki jumlah trombosit yang normal secara
fisiologis mengalami penurunan jumlah trombosit selama kehamilannya (trombositopenia
gestational). Akan tetapi penurunan jumlah trombosit hingga < 50.000/mL (beberapa ahli
menyebutkan <70.000/mL) harus dimonitor dengan baik, karena kemungkinan merupakan
kasus ITP, dan difollow up hingga post partum, selain untuk penanganan juga untuk
memastikan diagnosis.
Sebaliknya pasien ITP yang hamil juga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami
perdarahan baik antenatal, intra partum maupun post partum. ITP juga dapat menyebabkan
trombositopenia fetal dan neonatal dengan segala akibatnya, baik perdarahan maupun
gangguan hemodinamik lain. Adanya trombositopenia fetal maupun neonatal ini
diakibatkan antibodi antitrombosit ibu yang dapat melewati sawar darah plasenta dan air
susu.
Setelah ditegakkan diagnosis ITP, Penatalaksanaan ITP dalam kehamilan memerlukan
pengetahuan yang cukup mengenai penyakit, terapi dan efek sampingnya terhadap ibu dan
janin, serta kondisi ibu dengan janin itu sendiri. Pengobatan medikamentosa dengan steroid
masih merupakan pilihan pertama, dan dilakukan splenektomi bila memang terapi steroid
tidak berhasil. Antenatal care yang teratur dan cermat sangat diperlukan untuk memonitor
perkembangan ibu serta janin. Metode persalinan hendaknya dipilih berdasar indikasi
obstetrik, mengingat tidak ada perbedaan komplikasi antara persalinan per vaginam dan
perabdominam. Dengan penatalaksanaan yang baik dan adekuat diikuti monitor dan
evaluasi berkala, maka akan memberikan hasil optimal baik bagi ibu maupun janin.
4.2.Saran
17
Page 20
Mahasiswa harus mampu menguasai konsep penyakit beserta prosedur
penatalaksanaannya agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien
sehingga penatalaksanaan dapat di lakukan secara efektif dan efisien, salah satunya adalah
dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan spina bifida sehingga di harapkan
meminimalisir terjadinya komplikasi.
18
Page 21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. .( http://www./idiopathic-immune-trombocytopenic-purpura.html.). Di akses
tanggal 17 november 2012.
Feryanto, Achmad F.2011.Asuhan Kebidanan Patologis.Jakarta :Salemba Medika.
Mansjoer Arif.2001. Purpura Trombositopenia Idiopatik. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
1. Jilid 1. Jakarta; Media Aesculapius
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit edisi 6. Jakarta: EGC..
Prawirohardjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan edisi keempat. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
19