BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada banyak kasus dimana wanita hamil dengan hipertensi mampu menjaga kehamilan sampai dengan kelahiran dengan selamat. Dengan bantuan medis selama kehamilan, komplikasi selama kehamilan dapat dicegah. Bagaimanapun juga, hipertensi selama kehamilan selalu dibutuhkan perhatian khusus. Wanita hamil yang menderita hipertensi dimulai sebelum hamil, memiliki kemungkinan komplikasi pada kehamilannya lebih besar dibandingkan dengan wanita hamil yang menderita hipertensi ketika sudah hamil. Karena beberapa wanita hamil memiliki kemungkinan menderita hipertensi selama kehamilan karena beberapa faktor. Dari tiga kausa klasik angka kematian ibu (AKI) maka saat ini hipertensi dalam kehamilan serta kausa non obstetric telah melampaui penyebab infeksi dan perdarahan. Khusus hipertensi dalam kehamilan termasuk preeclampsia ditemukan dalam jumlah yang menetap dan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada banyak kasus dimana wanita hamil dengan hipertensi mampu menjaga
kehamilan sampai dengan kelahiran dengan selamat. Dengan bantuan medis selama
kehamilan, komplikasi selama kehamilan dapat dicegah. Bagaimanapun juga,
hipertensi selama kehamilan selalu dibutuhkan perhatian khusus.
Wanita hamil yang menderita hipertensi dimulai sebelum hamil, memiliki
kemungkinan komplikasi pada kehamilannya lebih besar dibandingkan dengan wanita
hamil yang menderita hipertensi ketika sudah hamil. Karena beberapa wanita hamil
memiliki kemungkinan menderita hipertensi selama kehamilan karena beberapa
faktor.
Dari tiga kausa klasik angka kematian ibu (AKI) maka saat ini hipertensi
dalam kehamilan serta kausa non obstetric telah melampaui penyebab infeksi dan
perdarahan. Khusus hipertensi dalam kehamilan termasuk preeclampsia ditemukan
dalam jumlah yang menetap dan cenderung meningkat meliputi 5 – 7% dari
kehamilan dan merupakan komplikasi medis tersering dalam kehamilan. Kurang lebih
70% wanita yang didiagnosis hipertensi dalam kehamilan merupakan preeclampsia.
Sesuai dengan target dari WHO yang dituangkan dalam MDG’s 2015 diharapkan
angka kematian ibu sekarang.
Banyak akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipertensi. Resiko terbesar
hipertensi pada wanita hamil adalah kerusakan pada ginjal. Pada kasus yang lebih
serius, ibu bisa menderita preeclampsia atau keracunan pada kehamilan, yang akan
1
sangat membahayakan baik ibu maupun bagi janin. Selain itu hipertensi bisa
menyebabkan kerusakan pembuluh darah, stroke, dan gagal jantung di kemudian hari.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Konsep Dasar Penyakit dari Hipertensi dalam Kehamilan?
2. Bagaimanakah Konsep dasar Asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi
dalam kehamilan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
konsep asuhan keperawatan tentang hipertensi pada masa kehamilan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Konsep Dasar Penyakit dari Hipertensi dalam kehamilan
b. Mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Hipertensi dalam kehamilan
2
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. Definisi
Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) adalah tekanan yang diakibatkan dari
aliran darah yang dipompa oleh jantung, mengalir cepat sehingga menekan dan
merusak dinding arteri pada pembuluh darah. Seseorang dikatakan memiliki
hipertensi jika pada pemeriksaan, tekanan darah diatas 140 mmHg sistolik atau 90
mmHg diastolik yang biasa ditulis 140/90 mmHg. Kelebihan berat badan, sensitifitas
garam, konsumsi alkohol, kebiasaan hidup tidak sehat dan faktor keturunan adalah
beberapa faktor penyebab munculnya masalah hipertensi.
Sampai saat ini belum ada keseragaman dalam hal definisi hipertensi pada
kehamilan. Dapat berupa kenaikan tekanan darah pada trimester kedua, atau tekanan
pada trimester yang sama dengan sebelum hamil. Akan tetapi saat ini dalam beberapa
konsensus sudah menuju kesepakatan dalam banyak hal mengai terminolgi. Walaupun
batasan hipertensi adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, masih ada yang
belum sepakat, oleh karena pemakaian batas tekanan darah ini mengakibatkan ada
kelompok pasien preplansia-eklampsia yang tidak masuk kriteria. Dalam hal
pemakean kriteria proteinuria lebih sulit lagi, mengingat pemeriksaan ini amat
subyektif dan tidak terlalu tepat. Saat dianggap periksaan uji celup ( dipstick test)
merupakan pemeriksaan yang cukup baik untuk membedakan proteinuria atau tidak.
3
B. Etiologi
Pada dasarnya penyebab hipertensi belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor
resiko yang terkait dengan perkembangan hipertensi pada ibu hamil, meliputi:
a. Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) danbeberapa obat
hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi)secara terus menerus
(sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang.Merokok juga merupakan salah
satu faktor penyebab terjadinya peningkatantekanan darah tinggi dikarenakan tembakau
yang berisi nikotin. Minumanyang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor
yang dapatmenimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
b. Congenital
c. Kehamilan dengan Janin Besar
d. Obesitas
C. Gejala Hipertensi pada Ibu Hamil
1. Sakit kepala
2. Mudah lelah
3. Mual, Muntah
4. Sesak napas
5. Gelisah
6. Perdarahan dari hidung
7. Wajah kemerahan
8. Pandangan menjadi kabur sebab adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal.
4
D. Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan
Menurut Amiruddin (2007) hipertensi hanya dibagi dua yaitu :
a. Hipertensi Primer/essensial: hipertensi yang tidak/belum diketahui
penyebabnya
b. Hipertensi sekunder: hipertensi yang disebabkan/sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan :
1. Preeklamsia adalah hipertensi ( 140/90 mmHg ) dan proteinuria ( >300
mg/24jam urin ) yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu pada perempuan
yang sebelumnya normotensi.
2. Hipertensi kronik didefinisikan sebagai tekanan daraah sistolik lebih atau
sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari 90mmHg
yang ada sebelum kehamilan, pada saat kehamilan 20 yang bertahan lebih dari
20 minggu pasca partus.
3. Preeklamsia pada hipertensi kronik, adalah hipertensi pada perempuan hamil
yang kemudian mengalami proteinuria, atau pada yang sebelumnya sudah ada
hipertensi dan proteinuria, adanya kenaikan mendadak tekanan darah atau
protein uria, trombositopenia, atau peningkatan enzim hati.
4. Hipertensi gestasional atau yang sesaat, dapat terjadi pada saat kehamilan 20
minggu tetapi tanpa proteinuria. Pada perkembanganya dapat terjadi
proteinuria sehingga dianggap sebagai preeklamsia. Kemudian dapat juga
keadaan ini berlanjut menjadi hipertensi kronik.
5
E. Patofisiologi
Pada ibu hamil normal plasenta menghasilkan progesteron yang bertambah hal
ini menyebabkan ekresi natrium lebih banyak karena progesteron berfungsi sebagai
diuretik ringan.Kehilangan natrium menyebabkan penyempitan dari vilume darah
kompartemen vaskuler, pada kehamilan dengan pre eklamsi menunjukan adanya
peningkatan resistensi perifer dan vasokontriksi pada ruang vaskuler, bertanbahnya
protein serum (albumin dan globulin ) yang lolos dalam urine disebabkan oleh adanya
lesi dalam glomerolus ginjal, sehingga terjadi oliguri karena menurunnya aliran darah
ke ginjal dan menurunnya GFR (glomerulus filtrat rate ) kenaikan berat badan dan
oedema yang disebabkan penambahan cairan yang berlebihan dalam ruang intrestisial
mungkin berhubungan dengan adanya retensi air dan garam, terjadinya pergeseran
cairan dari ruang intravaskuler ke intertisial diikuti oleh adanya kenaikan hematokrit,
peningkatan protein serum menambah oedem dan menyebabkan volume darah
berkurang, visikositas darah meningkat dan waktu peredaran darah menjadi lama.
Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi
penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah. Selain itu, angiotensin II
menyebabkan sel endotel berkonstraksi.
6
F. Pathway
7
Jenis kelaminUmur Gaya hidup Obesitas
ss
hipertensii
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Otak Ginjal Pembuluh darah Retina
Nyeri kepala
Gangguan pola tidur
Suplai O2 otak menurun
Sinkop
Ktdk ef perfusi
jaringan
Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal
Blood flow munurun
Respon RAA
Rangsang aldosteron
Retensi Na
Edema
sistemik
vasokonstriksi
Afterload meningkat
Penurunan curah jantung
Fatique
Intoleransi aktifitas
koroner
Iskemi miocard
Nyeri dada
Spasme arteriole
Diplopia
Resti injuri
Resistensi pembuluh darah otak
Elastisitas , arteriosklerosis
Kelebihan volume cairan
G. Manisfestasi Klinis
Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain :
1. Tekanan darah diastolik < 100 mmHg
2. Proteinuria samar sampai +1
3. Peningkatan enzim hati minimal
Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain :
1. Proteinuria + 2 persisten atau lebih
2. Nyeri kepala
3. Gangguan penglihatan
4. Nyeri abdomen atas
5. Oliguria
6. Kejang
7. Pertumbuhan janin terhambat
8. Trombositopenia
9. Peningkatan enzim hati.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT-Scan Hepar menunjukkan hematom subkapsularis di hepar
2. MRI memungkinkan diperolehnya resolusi yang lebih baik, tetapi kausa
mendasar tentang lesi-lesi masih belum terungkapkan.
8
I. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaannya antara lain :
1. Deteksi prenatal dini
Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia
kehamilan 28 mingg, kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 36
minggu, setelah itu setiap minggu.
2. Penatalaksanaan di rumah sakit
Evaluasi sistematik yang dilakukan mencakup :
a. Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari
temuan-temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri
epigastrium, dan pertambahan berat yang pesat.
b. Berat badan saat masuk.
c. Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2
hari.
d. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara
tengah malam dan pagi hari.
e. Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim
hati dalam serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan
hipertensi.
9
f. Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara
klinis maupun USG.
3. Terminasi kehamilan
Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap
biasanya dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan
sebaiknya diinduksi dengan oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi
persalinan hampir pasti gagal atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio
sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah.
4. Terapi obat antihipertensi
Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau
memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi
dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian.
DIURETIK
Diuretik merupakan ‘initial drug choices’, obat ini biasanya menjadi pilihan
untuk terapi awal hipertensi yang tidak disertai dengan komplikasi / kondisi
khusus.
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara mengeluarkan cairan dan
garam. Minum diuretik menyebabkan frekuensi miksi (kencing) jadi meningkat.
Contoh diuretik adalah HCT ('Hydro Chloro Tiazid').
Diuretik sering dikombinasikan dengan obat antihipertensi dari golongan lain.
Saat ini sudah tersedia HCT dengan obat antihipertensi golongan lain dalam
satu sediaan tablet.
10
GOLONGAN ‘ACE-INHIBITOR’
Yaitu 'Angiotensin-Converting Enzyme' (ACE) Inhibitor. Obat ini mencegah
'konstriksi' (pengkerutan) pembuluh darah akibat formasi hormon 'angiotensin
II' dengan cara memblokade enzim ACE, mencegah pembentukan angiotensin I
menjadi angiotensin II.
Contoh obat golongan ini : Kaptopril.
GOLONGAN ‘ANGIOTENSIN-II RECEPTOR BLOCKERS’
Obat ini akan secara langsung memblokade aksi hormon angiotensin II. Obat ini
dapat digunakan bila penggunaan ACE inhibitor menimbulkan keluhan / efek
samping.
Contoh obat golongan ini : Valsartan, Telmisartan, Olmesartan.
GOLONGAN ‘BETA BLOCKER’ (PENYEKAT BETA)
Obat golongan ini memblokade aksi 'adrenalin' pada sistem saraf otonom,
sehingga menurunkan frekuensi jantung (heart's rate) dan curah jantung (heart's
output). Golongan 'beta blocker' juga akan mengurangi beban jantung.
Contoh obat golongan ini : Propanolol, Atenolol.
GOLONGAN ‘CALCIUM CHANNEL BLOCKER’
Obat ini melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan kapiler menurun. Obat
ini mencegah masuknya 'Calsium' ke jaringan melalui 'Calcium Channel'
sehingga akan me'relaksasi' (mengendurkan) dinding pembuluh darah arteri dan
menurunkan kontraksi jantung.
Contoh obat golongan ini : Verapamil, Diltiazem, Nifedipine.
GOLONGAN ‘DIRECT RENIN INHIBITOR’ (DRI)
Obat golongan ini merupakan obat anti hipertensi terbaru, memiliki efek
menghambat hormon renin dari ginjal.
11
Contoh obat golongan ini: Aliskiren.
5. Penundaan pelahiran pada hiperetensi berat
Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran.
Pada tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan
pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat
yang jauh dari aterm. Pendekatan ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif
atau “menunggu” terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki
prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu.
J. Pendukung Penatalaksanaan
Proses pencarian artikel
P = ibu hamil
I = menggunakan diuretik
C = tidak menggunakan diuretik
O = hipertensi
Pertanyaan klinik
Pada ibu hamil, apakah penggunaan diuretik efektif untuk menurunkan hipertensi
pada ibu hamil?
Istilah-istilah pencarian
Berdasarkan pertanyaan klinik (PICO), kita gunakan istilah pencarian berikut:
(pregnant* OR expectant mother) diuretics* AND hypertension
Key word
Ginger
Herbal medicine
Pregnancy
12
Nausea
vomiting
Hasil pencarian
Pubmed clinical queries (therapy), 20 temuan. Untuk latihan ini kami telah memilih
penelitian berikut:
Mosa’b Al-Balas RPh, et al. Use of diuretics during pregnancy (2009),